• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsistensi Pengaturan Hak Kesehatan Reproduksi Perempuan terhadap HAM di Indonesia T2 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsistensi Pengaturan Hak Kesehatan Reproduksi Perempuan terhadap HAM di Indonesia T2 BAB II"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

21

HAK KESEHATAN PEREMPUAN DAN HAK

REPRODUKSI

A. Hak Asasi Manusia

Hak adalah sesuatu yang melekat pada manusia pada aspek fisik

maupun aspek eksistensialnya.1 Hak adalah sesuatu yang dapat di tuntut

dan karena sifatnya yang dapat di tuntuk sudah sewajarnya hak bagi satu

pihak pasti mendatangkan kewajiban bagi pihak yang berada di

seberangnya.

Hak Asasi Manusia atau lebih sering disingkat HAM adalah

seperangkat Hak yang melekat pada diri manusia semata-mata karena

kodratnya sebagai manusia.2Semua manusia dilahirkan merdeka dan

1Pendapat Meijers dalam Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum,

Jakarta, Kencana Prenanda Media Group, 2013, h. 148

2Titon Slamet Kurnia, Hak atas Derajat Kesehatan Optimal sebagai HAM di

(2)

mempunyai martabat dan hak yang sama. Mereka dikaruniai akal budi dan

hati nurani dan hendaknya bergaul satu dengan yang lain dalam semangat

persaudaraan3. Dengan demikian HAM adalah hak yang dimiliki manusia

secara kodrati4yaitu melekat secara otomatis bersamaan dengan eksitensi

kemanusiaaan.Pada dasarnya HAM bermula dari tiga kebutuhan dasar

manusia yaitu, hak untuk hidup, hak atas kebebasan, dan hak milik, tiga

hak inilah kemudian dikenal sebagai HAM dasar.

Dikatakan HAM dasar sebagaimana diuraikan dalam paragraf

sebelumnya kemudian menjadi pangkal berdirinya Hak-hak yang lain

yang juga merupakan bagian dari HAM sebagai konsekuensi dalam

mempertahankan HAM dasar tersebut, sebagai contoh hak untuk hidup

mengharuskan setiap manusia untuk berhak memenuhi kebutuhannya

untuk makan dan minum.

Perlindungan hak asasi manusia pada dasarnya dimaksudkan untuk

melindungi hak-hak seluruh manusia baik laki-laki maupun

perempuan.Tuhan menciptakan perempuan dan laki-laki dalam posisi

3Pasal 1 DUHAM

(3)

setara.Oleh karena itu, hak-hak perempuan adalah hak-hak fundamental

manusia yang merupakan karunia Tuhan. Dalam Pasal 2 Deklarasi PBB

tentang Hak Asasi manusia disebutkan bahwa:

“Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan yang

dinyatakan dalam deklarasi ini, dengan tanpa pembedaan apapun seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pendapat politik atau pendapat Iain, asal-usul kebangsaan, bangsa atau sosial, harta milik, status kelahiran atau stains lain. Selanjutnya, tidak boleh dilakukan pembedaan atas dasar status politik, status yurisdiksi atau status internasional negara man wilayah tempat seseorang termasuk di dalamnya, apakah wilayah itu merdeka, perwalian, tidak berpemerintahan sendiri atau di bawah pembatasan kedaulatan lain apapun.”5

Prinsip non-diskriminasi adalah konsep sentral dalam hak asasi

manusia.Prinsip tersebut dapat ditemukan dalam setiap instrumen umum

hak asasi manusia, tetapi ada beberapa perbedaan dalam alasan-alasan

diskriminasi yang dilarang.Beberapa bentuk khusus diskriminasi seperti

diskriminasi rasial dan diskriminasi terhadap wanita merupakan materi

pokok perjanjian-perjanjian internasional tersendiri. Diskriminasi terhadap

perempuan berarti pembedaan, pengesampingan atau pelarangan apapun,

yang dibuat atas dasar jenis kelamin yang mempunyai akibat atau tujuan

mengurangi atau meniadakan pengakuan, perolehan atau pelaksanaan oleh

(4)

perempuan dengan mengabaikan status perkawinan mereka atas dasar

persamaan laki-laki dan perempuan, atas dasar hak asasi manusia dan

kebebasan-kebebasan dasa: di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, sipil

atau bidang lain apapun.

Perlindungan HAM adalah tuntutan kepada hukum dan keadilan

sebagai aspirasi kemanusiaan dalam mengejar kehidupan lebih baik,

sehingga kewajiban perlindungannya bersifat universal.6 Secara prinsip

kewajiban memberikan perlindungan terhadap HAM merupakan

tanggungjawab setiap orang, akan tetapi negara dianggap sebagai pihak

yang memiliki tanggugnjawab utama untuk melindungi dan mejamin

terpnuhinya Hak penadapa ini depelopori oleh John Locke negara negara

didirikan untuk tujuan melindungi hak-hak kodrati manusia,

konsekuensinya adalah menjadikan hak sebagai gagasan utama dalam

pengorganisasian negara sekaligus membatasi kekuasaan negara.7

6Titon Slamet Kurnia, Interpretasi Hak-Hak Asasi Manusia oleh Mahka mah

Konstitusi Republik Indonesia: The Jimly Court 2003-2008, Bandung, Bandar Maju, 2015, h. 21.

7Titon Slamet Kurnia, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia: Sang Penjaga

(5)

Dalam menyelenggarakan pemerintahan sebuah negara hendaknya

berbasis pada hak. Bentuk perlindungan Hak yang dapat dilakukan oleh

negara dengan cara menahan diri untuk tidak mencampurinya sekaligus

mengusahakan agar tidak terjadi kondisi yang mengakibatkan tidak

terpenuhi atau dilanggarnya hak setiap warga negaranya. Dengan

demikian sebagai langkan perlindungan oleh negara, negara dianggap

perlu untuk mengatur hak ke dalam peraturan atau paling tidak setiap

pengaturan peraturan-undangan hak selalu dijadikan sebagai dasar

pertimbagan8

Pada Konferensi Hak Asasi Manusia, di Wina, tahun 1993,

pemerintah-pemerintah dunia menegaskan kembali bahwa hak asasi

manusia adalah hak yang dibawa sejak lahir dan melekat pada diri

manusia dan bahwa perlindungan terhadap HAM adalah tanggung jawab

pemerintah sepenuhnya. Dalam Konferensi Hak Asasi Manusia Dunia

1993, juga diakui secara khusus hak-hak perempuan dan merupakan

kewajiban negara untuk melindungi dan menegakkan hak-hak itu,

termasuk hak bebas dari kekerasan.

(6)

Dituangkannya HAM dalam peraturan perundang-undangan

menggambarkan bentuk perlindungan yang dapat diberikan oleh

negara.Berangakat dari pemahaman di atas bahwa HAM adalah hak yang

melekat pada manusia berdasarkan eksistensi kemanusiaan yang melekat

padanya, maka dari itu pada dasarnya tanpa dituankan dalam aturan

hukum pun setiap manusia tetap memiliki HAM yang melekat padanya

atau dengan kata lain, HAM tidak diberikan oleh hukum yang terjadi

adalah sebaliknya, bahwa hukum harus hadir untuk melindungi HAM

sehingga penuangannya ke dalam aturan hukum harus dilakukan dengan

benar, karena disatu sisi dengan dituangkannya HAM dalam hukum akan

memberikan kepastian dalam artian dilindungi oleh negara9, akan tetapi

sangat penting untuk diperhatikan bahwa jangan sampai alih-alih

melindungi HAM sebuah peraturan malah membatasi HAM itu sendiri.

Kata kunci yang dimaksud di sini adalah sekali HAM itu dituang dalam

aturan hukum maka proses penuangannya harus dilakukan dengan benar

atau dapat dikatakan bawa aturan tersebut harus memiliki kekuatan

normatif.

9Perlu untuk ditekankan juga bahwa tanpa ditungakan dalam aturan hukum pun

(7)

Pada dasarnya kekuatan normative perutan perundang-undangan

adalah konsistensinya dengan nilai yang sedang diemban oleh peraturan

tersebut.Maka dari itu dalam hal penuangan peraturan

perundang-undangan yang materi muatannya bertujuan melindungi serta menjamin

terwujudnya HAM adalah sangat penting untuk diteliti bahwa semangat

tersebut sudah konsisten dengan materi muatan di dalam yang dirumuskan

perkalimat dalam peraturan perundang-undangn tersebut.

Menurut hemat penulis hal inilah yang menjadi sangat penting bagi

negara untuk mengatur HAM dalam peraturan perundang-undangan tidak

sekedar secara formal ada aturan hukum yang mengaturnya akan tetapi isu

yang lebih penting adalah apakah peraturan tersebut sudah benar atau

tidak, atau dengan kata lain memiliki kekuatan normatif.

B. Hak Asasi Perempuan

Pada dasarnya HAM tidak memandang gender, sebagaimana dalam

Pasal Pasal 3 DUHAM di tuang bahwa “Setiap orang berhak atas

kehidupan, kemerdekaan dan keamanan pribadi.”Demikian bahwa pada

dasarnya dalam HAM manusia tidak dibedakan berdasarkan pada

(8)

Fourth World Conference of Women, yang dilaksanakan di Beijing, pada

September 1995 menegaskan bahwa “Ensure the full implementation of

the human rights of women and of the girl child as an inalienable, integral

and indivisible part of all human rights and fundamental freedoms”

dengan demikian rumusan diatas telah memberikan penjelasan yang cukup

memadai bahwa pada dasarnya Hak Asasi Perampuan (Human rights of

Women) adalah bagian integral dari Hak Asasi Manusia itu sendiri.Dengan

demikian Hak asasi perempuan bukanlah konsep yang berdiri sendiri

melainkan merupakan satu bagian integral dalam HAM itu sendiri.Hanya

saja konsep Hak Asasi Perempuan di munculkan dalam konsep tersendiri

sebagai upaya untuk mengembalikan HAM sebagai hak yang sifatnya

human dignity karena selama ini perlindungan HAM sering

mengesampingkan perempuan.

Pentingnya pembasan tersendiri mengenai Konsep Hak Asasi

perempuan untuk menjadi fokus perhatian tersendiri diluar HAM secara

umum menurut hemat adalah sebagaimana ada dua prinsip keadilan yang

dikemukakan oleh Rawls yaitu (1) Prinsip kebebasan paling luas dan sama

bagi semua orang (the greatest equal liberty principles); dan (2) prinsip

(9)

harapan sosial-ekonomi begi mereka yang kurang beruntung (the worse

off) tanpa harus mengorbankan mereka yang lebih beruntung (the better

off).10Maka dari itu hendaklah dalam membperbincangakan HAM harus

diperhatikan dahulu untuk memberikan fokus kepada pihak yang kurang

beruntung, yang dalam hal ini adalah kaum perempuan, sehingga

dimuncculkanlah konsep Hak Asasi Perempuan, setelah itu barulah dapat

dikatakan adanya keadilah dalam perlindungan HAM.

Pembicaraan hak asasi perempuan sebagai hak asasi manusia

sebetulnya bukan hal yang relatif baru.Meskipun demikian, hak asasi

perempuan yang sudah mulai terangkat dari beberapa waktu sebelumnya,

kelihatannya semakin menguat dari waktu ke waktu.

Hak Asasi Perempuan, yaitu hak yang dimiliki oleh seorang

perempuan, baik karena ia seorang manusia maupun sebagai seorang

perempuan, dalam khasanah hukum hak asasi manusia dapat ditemui

pengaturannya dalam berbagai sistem hukum tentang hak asasi

manusia.Yang sangat mendasar bagi upaya untuk memperoleh hak adalah

pengetahuan dasar tentang hak tersebut dan jaminannya ada

10Titon Slamet Kurnia, Hak atas Derajat Kesehatan Optimal sebagai HAM di

(10)

dimana.Seseorang yang menjadi korban tidak lagi hanya akan cukup

menerima bahwa ia memiliki hak, namun ia akan mulai mencari dimana

letak jaminan akan hak tersebut dan bagaimana caranya agar hak tersebut

dapat diperoleh.

Di tingkat internasional hak asasi manusia internasional, Beberapa

hak perempuan yang telah dirumuskan yaitu sejak tahun 1918 oleh ILO,

yang diantaranya memberikan hak: hak persalinan buruh perempuan

(maternity rights), perlindungan buruh perempuan di perkebunan, hak

perlindungan dari perdagangan, kemudian pada tahun 1947 muncul

pengakuan hak perempuan sebagai hak asasi manusia yang kemudian

dijadikan dasar rujukan HAM yaitu, Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia

yang dan disahkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada

10 Desember 1948. Deklarasi ini (DUHAM), merupakan kodifikasi

tentang standar pengakuan hak manusia yang di dalamnya termasuk hak

perempuan.Deklarasi ini diakui sebagai standart umum bagi semua

masyarakat dan semua bangsa untuk berjuang bagi kemajuan martabat

manusia.11 Diantara hak-hak yang dideklarasikan adalah hak atas

persamaan, kebebasan, dan keamanan setiap orang, kebebasan dari

11Women, Law and Development, Hak Asasi Manusia Kaum Perempuan, Langkah

(11)

perbudakan, siksaan atau perlakuan yang merendahkan martabat manusia,

pengakuan sebagai seorang pribadi di depan hukum mencari keadilan, dan

kebebasan untuk berekspresi dan partisipasi politik.12 Disamping

pasal-pasal tersebut berbagai hak yang relevan dengan perempuan misalnya hak

memilih pasangan, menikah dan mempunyai hak yang sama dalam

perkawinan, dan di saat perceraian13, memiliki harta sendiri14, hak atas

upah yang sama15, hak perawatan dan bantuan istimewa16.

Pada 1967, Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengeluarkan

Deklarasi mengenai Penghapusan Diskriminasi terhadap wanita.Deklarasi

tersebut memuat hak dan kewajiban berdasarkan persamaan hak dengan

12Ibid, hal. 14.

13Pasal 16 DUHAM : (1) Laki-laki dan perempuan yang sudah dewasa, dengan

tidak dibatasi kebangsaan, kewarganegaraan atau agama, berhak untuk menikah dan untuk membentuk keluarga. Mereka mempunyai hak yang sama dalam perkawinan, di dalam masa perekawinan dan di saat perceraian.

(2) Perkawinan hanya dapat dilaksanakan berdasarkan pilihan bebas dan persetujuan penuh oleh kedua mempelai .

14Pasal 17 DUHAM (1) Setiap orang berhak memiliki harta, baik sendiri maupun

bersama-sama dengan orang lain.

15Pasal 23 (2) Setiap orang tanpa diskriminasi, berhak atas pengupahan yang sama

untuk pekerjaan yang sama.

16Pasal 25 (2) Ibu dan anak-anak berhak mendapat perawatan dan bantuan

(12)

pria dan menyatakan agar diambil langkah- langkah seperlunya untuk

menjamin pelaksanaan Deklarasi tersebut. Oleh karena Deklarasi itu tidak

bersifat mengikat, maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang

Kedudukan Wanita, berdasarkan Deklarasi tersebut, menyusun rancangan

Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap

Perempuan. Pada 18 Desember 1979, Majelis Umum Perserikatan

Bangsa-Bangsa telah menyetujui Konvensi tersebut Oleh karena ketentuan

konvensi pada dasarnya tidak bertentangan dengan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945 maka Pemerintah Republik Indonesia dalam

Konferensi Sedunia Dasawarsa Perserikatan Bangsa-Bangsa bagi

Perempuan di Copenhagen pada 29 Juli 1980, telah menandatangani

Konvensi tersebut. Penandatanganan itu merupakan penegasan sikap

Indonesia yang telah dinyatakan pada 18 Desember 1979, dan mulai

berlaku tahun 1981.Perjanjian-perjajian dalam bentuk Konvensi yang ada

pada umumnya mengatur tentang pengakuan hak, kewajiban negara

sebagai sandaran pelaksanaan dan mekanisme pelaporan dan

pemantauannya.Perjanjian ini mengikat jika sudah diratifikasi oleh negara,

yang berarti negara wajib mengakui hak, melaksanakan perlindungan

sebagaimana diatur dalam Konvensi dan terikat pada sistem pemantauan

(13)

melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 Tentang Pengesahan

Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskiriminasi Terhadap

Wanita.

SelainCEDAW dalam upaya melindungi Hak Asasi Perempuan

instrumen hukum internasional yang disebut Deklarasi Milenium PBB

nomor 55/2 yang tandatangani di New York pada tanggal 18 September

tahun 2000, yang salah satu materinya adalah penghormatan atas

persamaan derajat tanpa membedakan suku bangsa, jenis kelamin, bahasa

atau agama.17Dalam deklarasi tersebut Para kepala negara bersepakat

untuk mempertahankan nilai-nilai yang mengedepankan persamaan antara

laki-laki dan perempuan beberapa diantaranya adalah kebebasan dan

persamaan.

Kebebasan: Kaum laki-laki dan perempuan mempunyai hak hidupnya masing-masing dan hak membesarkan anak-anaknya dengan kemuliaan, bebas dari kelaparan dan segala bentuk ketakutan akansiksaan, penekanan atau ketidakadilan. Pemerintah yang demokratis dan partisipatoris berdasarkan kehendak rakyat merupakan jaminan terbaik bagi hak-hak ini.

17Hata, Hukum Internasional: Sejarah dan Perkembangan Hingga Pasca Perang

(14)

Persamaan: tak seorang pun dapat dicegah menikmati hasil-hasil pembangunan yabg dicapai. Kesempatan yang sama harus diberikan kepada semua orang, pria maupun wanita.18

C. Hak Kesehatan Perempuan

Kesehatan berasal dari kata sehat, kata sehat sering dimaknai

keadaan ketiadaan suatu penyeakit atau tidak sakit. Pemahakan tersebut

ada benarnya akan tetapi pehaman tersebut tidaklah sepenuhnya

tepat.Sehat adalah sebuah kondisi sehat secara mental serta sosial kultural.

Menutut WHO sehat “health” adalah “a state of complete physical, mental

and social well-being and not merely and the absence of disease or

infirmity” selanjutnya berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang

Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, kesehatan didefenisikan

sebagai berikut: “Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,

mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk

hidup produktif secara sosial dan ekonomis.” Dari dua defenisi kesehatan

yang dikemukakan di atas dapat di pahami bahwa pada dasarnya sehat

tidak cukup dengan kondisi ketiadaan penyakit akan tetapi sebuah kondisi

fisik dan psikis yang optimal baik secara social dan ekonomi.

(15)

Kesehatan perempuan menurut Van der Kwaan (1991) adalah

kesehatan seoran wanita merupakan kesejahteraan total yang bukan hanya

ditentukan oleh faktor biologis dan reproduksinya, melainkan juga

dipengaruhi oleh beban kerja, gizi, stres, perang, migrasi, dan

sebagainya.19

Kesehatan adalah Hak Asasi, hal ini didasarkan Pasal 3 DUHAM di

tuang bahwa “Setiap orang berhak atas kehidupan, kemerdekaan dan

keamanan pribadi.”

Pasal 25 DUHAM

1. Setiap orang berhak atas taraf kehidupan yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri dan keluarganya, termasuk hak atas pangan, sandang, papan, dan pelayanan kesehatan, pelayanan sosial yang diperlukan, serta hak atas keamanan pada saat menganggur, sakit, cacat, ditinggalkan oleh pasangannya, usia lanjut, atau keadaan-keadaan lain yang mengakibatkan merosotnya taraf kehidupan yang terjadi diluar kekuasaannya.

19Eny Kusmira, Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita, Salemba Medika,

(16)

Pentingnya kesehatan perempuan untuk mendapatkan perhatian

secara khusus dikarenakan dari sudut pandang kesehatan perempuan

berada pada kondisi yang lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki, hal

ini dikarenakan perempuan mempunyai fungsi reproduksi yang lebih berat

dibandingkan laki-laki.Perempuan mangalami kehamilan, melahirkan,

menyusui dan lebih karib mengasuh anak.Dengan hal-hal yang dilalui

tersebut secara lamiah perempuan dilengkapi dengan organ reproduksi

yang berbeda, dari mulai sistem hormonnya, susunan anatomis organ

reproduksinya, sampai ke susunan kerangka tubuhnya, yang disesuaikan

dengan fungsi reproduksi yang berbeda tersebut. Konsekwensinya,

perempuan juga menghadapi berbagai gangguan kesehatan yang bisa

berbeda sama sekali dari laki-laki, dan bahkan jauh lebih kompleks.20

Dengan begitu Pentingnya Kesehatan perempuan seharusnua

kesehatan perempuan mendapat perhatian khusus akan tetpi sering

ditanggapai secara terbalik dalam kehidupan bermasyarakat dan yang

terjadi adalah sebaliknya dimana secara kultural hak-hak sipil perempuan

(17)

justru sering terabaikan, termasuk hak atas kesehatannya.21Ini

menunjukkan bahwa masalah kesehatan perempuan memang tidak pernah

dianggap sebagai hal yang khas sebagaimana halnya dengan kesehatan

anak.Program pemerintah belum memendang pentingnya masalah

kesehatan perempuan khususnya kesehatan reproduksinya yang tidak

pernah mendapat perhatian, kecuali ketika hamil dan melahirkan. Dalam

program Kesehatan Ibu Anak (KIA) unsur A (anak) lebih banyak

mendapat perhatian daripada unsur I (ibu), karena salah satu indikator

keberhasilan yang ingin dicapai adalah menurunnya angka kematian anak

yang ketika itu memang sangat tinggi. Data tentang kematian bayi dan

anak dicari dan dikumpulkan, sementara data tentang angka kematian ibu

yang juga tinggi praktis dilupakan sehingga tidak ada program khusus

yang ditujukan untuk menurunkannya.

21Contoh konkreet adalah ketika konsep Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

diperkenalkan pertama kali tahun 1955 oleh Dr. Leimena, ketika itu Menteri Kesehatan,

yang tergambar dalam programnya hanyalah masalah penyakit menular dan mendekatkan

sarana kesehatan kepada masyarakat tanpa terinci jelas masalah apa yang akan menjadi

perhatian utama. Pendekatan yang relatif sempit itu dapat dipahami karena data dasar

tentang berbagai masalah kesehatan di masyarakat, terutama kesehatan perempuan

(18)

Perhatian kepada kesehatan perempuan merupakan investasi besar

bagi pembentukan generasi mendatang yang baik. Sebagaimana diketahui,

perkembangan otak seseorang berlangsung semasa masih dalam

kandungan sampai anak berusia lima tahun. Untuk pertumbuhan otak yang

baik diperlukan gizi yang baik, terutama protein, yang diperoleh dari

ibunya. Seorang ibu yang kurang darah (anemi) tidak akan dapat

mengalirkan oksigen dan zat-zat gizi secara cukup kepada janinnya. Yang

terjadi justru persaingan antara si ibu dengan janinnya untuk

memperebutkan Zat gizi dan oksigen tersebut. Untuk dapat merebut lebih

banyak makanan, janin dan plasenta akan mengeluarkan hormon yang

meningkatkan tekanan darah ibu karena dengan demikian diharapkan arus

darah ke janin akan juga meningkat. Akibatnya si ibu akan menghadapi

risiko eklampsia22 yang menjadi salah satu penyebab tingginya angka

kematian ibu di Indonesia. Ibu yang kurang gizi semasa mengandung juga

tidak mungkin akan dapat membaginya kepada anak yang dikandungnya,

karena memang tidak cukup untuk dibagi. Demikian pula ibu yang

sakit-sakitan.Secara ringkas dapat dikatakan bahwa anak yang sehat clan

22Eklumpsia atau keracunan dalam kehamilan yang berakibat kejang.Gejalanya

berupa tekanan darah meningkat, pembengkakan pada tungkai dam ditemukannya protein

(19)

mempunyai otak yang berkembang baik hanya dapat dilahirkan dari ibu

yang sehat. Dengan kata lain, generasi mendatang yang bermutu hanya

dapat dilahirkan dari ibu yang sehat sejak sebelum hamil.

D. Hak Kesehatan Ibu

Hak kesehatan ibu selalu menjadi pembahasan selanjutnya yang

merupakan konsekuensi logis ketika membahas masalah hak kesehatan

perempuan karena setiap perempuan adalah berpotensi menjadi seorang

ibu pada suatu hari oleh karena itu perbincangan yang kemudian harus

diteruskan ketika membicarakan hak kesehatan perempuan adalah hak

kesehatan ibu.

Perlu untuk diperluas bahwa ibu yang di konsepkan di sini tidak

sekedar perempuan yang sudah melahirkan dan mempunyai anak akan

tetapi termasuk setiap perempuan yang potensial menjadi ibu di kemudian

hari. Sehingga dapat dimaknai setiap perempuan.

Seorang ibu yang sakit-sakitan, kurang gizi, dan miskin, tidak akan

dapat mengasuh dan membesarkan anaknya secara optimal.23 Jika

(20)

perkembangan otak anak berlangsung cepat semasa dalam kehamilan,

perkembangan watak anak terjadi terutama dalam lima sampai delapan

tahun pertama dari usianya. Dalam sistem masyarakat kita, sebagian besar

tanggung jawab mengasuh dan membesarkan pada usia-usia tersebut

dipikul ibunya. Dalam sistem keluarga sebrayat (extended family),

pengasuhan anak yang ditinggalkan ibunya (karena alasan apapun) dapat

diambil alih oleh nenek atau kerabat lain yang mempunyai perempuan

dewasa dan sanggup memeliharanya. Tetapi dengan makin banyaknya

jumlah keluarga bati (nuclear family), urbanisasi, dan kemiskinan, hal

seperti itu akan makin berkurang. Anak yang ditinggal ibunya (oleh alasan

apapun juga) akan mudah kehilangan kasih sayang dan mengalami

deprivasi (ketermiskinan) mental, sehingga mudah terjerumus menjadi

remaja nakal karena ia tidak pernah mengenal apa yang disebut sebagai

rasa kasih clan sayang sehingga tidak pula dapat memberikannya kepada

orang lain.

Mengabaikan masalah kesehatan perempuan sama halnya dengan

mengabaikan kemampuan produktif separuh penduduk bumi. Jeffrey D.

(21)

penggagas Millenium Development Goals24menyatakan bahwa salah satu

penyebab sebuah negara tidak dapat bangkit dari jebakan kemiskinan

adalah jika budaya dan agama membuat kaum perempuannya tidak dapat

menyumbangkan produktivitasnya. Sebagai akibatnya daya tabung

keluarga menjadi kecil. Situasi yang demikian akan menjadi lebih buruk

lagi kalau perempuan itu sakit-sakitan. Selain makin tidak produktif juga

akan makin menurunkan daya tabung keluarga karena tabungan yang ada

digunakan untuk biaya pengobatan bagi dirinya dan anaknya.

Yang menjadi pertanyaan besar adalah perlukah secara khusus

perhatiankepada kesehatan perempuan masuk ke dalam peraturan

perundang-undangan atau masalah tersebut cukup dimasukkan ke

dalamprogram pemerintah.Tentu tidak cukup.Ada beberapa

alasannya.Pertama, masalah kesehatan perempuan yang utama adalah

24Kesepakatan yang ditandatangani semua (191) negara anggota PBB. “Goals”

-nya Ada delapan : menghapus kemiskinan dan kelaparan ekstrim, menjamin semua orang

mendapatkan pendidikan dasar. memperjuangkan kesetaraan gender dan pemberdayaan

perempuan, menurunkan tingkat kematian anak, memperbaiki kesehatan ibu hamil,

memerangi HIV/AIDS, maIaria,dan penyakit-penyakit lainnya, mempertahankan

kestabilan lingkungan dan mengembungkan kerjasama global untuk pembangunan.

(22)

masalahkesehatan reproduksinya.Tetapi di negeri ini masalah

kesehatanreproduksi ternyata tidak semata-mata masalah kesehatan tetapi

jugamenyangkut masalah sikap budaya, agama, dan tata hukum yang

sudahada. Posisi perempuan dalam budaya dan sebagian pandangan

agamayang dianut masyarakat Indonesia berkenaan dengan reproduksi,

perempuan dianggap sudah seharusnya di bawah kendali laki-laki.

Pandangan ini tidak jarang diklaim sebagai pandangan Tuhan.Keputusan

mempunyai anak, baik kapan maupun jumlahnya, masihlebih ditentukan

oleh kaum laki-laki tanpa memperhatikan apakahkehamilan itu akan

membawa dampak buruk bagi kesehatan perempuanatau tidak, dan apakah

perempuan itu siap untuk hamil (lagi) atau tidak.Kalaupun secara kultural

(dan agama) perempuan hanya dianggapsebagai mesin pengembang biak,

ketahanan dan kesehatan mesin tersebuttidak pernah terpikirkan untuk

dipelihara secara tertib. Dengan adanyakemajuan teknologi, reproduksi

dapat dilakukan dengan bantuan(assisted reproductive technology) yang

sebenarnya penerapannyamemerlukan payung hukum karena sangat

berkaitan dengan masalahagama dan hukum yang ada.

Kedua, program pemerintah selama ini dalam hal

(23)

reproduksi-nya, nyaris tidak ada.Program Keluarga Berencana (KB) pun

tidakditujukan untuk menjaga kesehatan perempuan tetapi lebih untuk

tujuandemografis yaitu menurunkan angka kelahiran anak dan

fertilitas.Padahal dengan perencanaan yang baik dan terarah, program ini

dapatmenjadi ”sekali dayung dua tiga pulau terlampaui”, penurunan

fertilitas,penurunan angka kelahiran, dan pemeliharaan kesehatan

reproduksiperempuan dapat dilakukan secara bersama-sama. Namun

sayangnyabagian yang terakhir itu tidak secara khusus

diperhatikan.Denganadanya Undang-undang Otonomi Daerah masalah itu

bahkan makinterlupakan.Pada umumnya pemerintah daerah berdalih

“belum adapayung hukum” yang memerintahkan agar Pemerintah Daerah

menaruhperhatian terhadap masalah kesehatan perempuan.

Dengan mencantumkan masalah kesehatan perempuan secarakhusus

dalam peraturan perundang-undangan, maka akan lebih memberikan

kepastian akan adanya jaminan terhadapa Hak kesehatan perempuan.

E. Hak Kesehatan Reproduksi

Kesehatan reproduksi adalah kesehatan peremuan atas fungsi untuk

(24)

reproduksi mencakup setiap tindakan baik pemeliharaan, pencegahan

maupun pengobatan atas sistes-sistem organ tubuh yang berkaitan dengan

fungsi melanjutkan keturunan bagi perempuan.

Pentingnya jaminan serta pemenuhan akan hak kesehatan reproduksi

adalah sama pentingnya dengan memperhatikan kelangsungan generasi

mendatang. Sebagaimana diketahui bawa sistem reproduksi yang baik dari

seorang perempuan akan mengasilkan generasi yang baik pula pada masa

mendatang, sebagai contoh bahwa kesehatan wanita yang hamil akan

sangat mempengaruhi kualitas tingkat kepintaran bayi yang dikandungnya,

jika perkembangan otak anak berlangsung secara cepat semasa dalam

kandungan, perkembangan watak anak menjadi terutama dalam lima

sampai delapan tahun pertamanya25dengan kata lain anak yang sehat dan

mempunya otak yang berkembang baik hanya dapat dilahirka dari ibu

yang sehat atau dapat dikatakan bahwa generasi yang bermutu hanya dapat

dilahirkan dari ibu yang sehat sejak sebelum melahirkan.26

25Kartono Muhammad, Op.Cit, h. 88.Ibid. 87

(25)

Masalah kesehatan perempuan yang utama adalah masalah

kesehatan reproduksinya.27Kesehatan reproduksi dalam The International

United Nations Conference on Population and Development, yang

dilaksanakan di Kairo 1994 didefenisikan sebagai “Reproductive health is

a state of complete physical, mental and social well-being and not merely

the absence of disease or infirmity, in all matters relating to the

reproductive system and to its functions and processes.” Tidak sebatas itu

selanjutnya ditambahkan dalam konfrensi ini bahwa “Reproductive health

[…]. also includes sexual health, the purpose of which is the enhancement

of life and personal relations, and not merely counselling and care related

to reproduction and sexually transmitted diseases.”

Pada Konferensi Internasional PBB tentang Kependudukan dan

Pembangunan (ICPD) yang diselenggarakan di Kairo pada tahun 1994,

179 negara sepakat bahwa kependudukan dan pembangunan yang terkait

erat, dan bahwa pemberdayaan perempuan dan memenuhi kebutuhan

masyarakat untuk pendidikan dan kesehatan, termasuk reproduksi

kesehatan, diperlukan untuk kedua kemajuan individu dan pembangunan

yang seimbang. Konferensi ini sangat penting dalam

(26)

menetapkan kerangka kerja internasional yang lebih jelas untuk reproduksi

hak dan kesehatan.

Pada konverensi Kependudukan Dunia yang dilangsungkan di cairo,

pada tahun 1994 di Cairo, 179 negara menyetujui bahwa kependudukan

dan pembangunan tersambung dan bahwa pemberdayaan perempuan

pemenuhan kebutuhan penduduk terhadap pendidikan dan kesehatan,

termasuk kesehatan reproduksi, adalah penting untuk kemajuan individu

dan keseimbangan pengembangan.28

Konferensi ini sangat penting dalam menseting kerangka

internasional yang jelas tentang kesehatan dan hak reproduksi. Dalam

kesempatan ini pemimpin-pemimpin dunia, badan-badan PBB dan

wakil-wakil NGO menyepakati Plan of Aksi (Rencana Aksi) yang memasukkan

bab tentang kesehatan dan hak reproduksi. Dalam bab VII ini juga ada

satu bagian khusus tentang Adolescent/ Remaja kelompok umur yang

selama ini masih diabaikan khususnya dalam pelayanan kesehatan

reproduks.29Untuk pertama kalinya, perjanjian internasional mengenai

28https : / / www. k4health. Org / toolkits / Indonesia / icpd 1994 - cairo, Diakses

21 / 11 / 2016 Pukul 11:15 WIB

(27)

kependudukan memfokuskan kesehatan reproduksi dan hak-hak

perempuan sebagai tema sentral.

Kesehatan reproduksi juga berkaitan erat dengan kesehatan seksual

atau kehidupan seks yang sehat karena proses reproduksi memang

sebagian besar dilakukan melalui proses hubungan seks antara laki- laki

dan perempuan. ”Sebagian besar”, karena sekarang sudah ada teknologi

reproduksi dengan bantuan seperti inseminasi buatan, bayi tabung, Gamer

lntru-Fallopian Transfer (GIFT :pencampuran sel telur dengan sperma

yang diambil dari vagina setelah berhubungan seks, penanaman garnet

dalam saluran telur) dan kloning. Tidak mungkin proses reproduksi

berlangsung sehat tanpa kehidupan seksual yang sehat. Pengertian

kehidupan seksual yang sehat itu sendiri adalah jika hubungan seks

dilakukan secara sukarela (tanpa paksaan atau ancaman), jika ia dapat

dinikmati oleh kedua belah pihak, jika ia tidak menimbulkan ketakutan

akan risiko yang dapat terjadi (kehamilan yang tidak diinginkan,

kerusakan organ reproduksi, dan penyakit), dan jika ia tidak menjadi

penyebab penularan penyakit.30

30

(28)

1. Hak Atas Informasi Seksual

Untuk mencegah agar hal-hal yang negatif dari seluruh masalah

kesehatan reproduksi (dari kehidupan seks yang sehat sampai pengaturan

hak dan pengaturan kehamilan) diperlukan pendidikan kesehatan

reproduksi yang sebaiknya diberikan sejak remaja, sejak sebelum

memasuki kehidupan berkeluarga.Pendidikan kesehatan reproduksi

ditujukan untuk mempersiapkan mereka menjadi pasangan suami isteri

yang sehat dan orang tua yang bertanggung jawab.Di sinilah makna

pengaturan kesehatan reproduksi dalam Undang-Undang Kesehatan.Untuk

menjadi payung hukum bagi pemerintah.Demikian bahwa dapat

diidentifikasi salah satu hak atas kesetahatn reproduksi adalah hak atas

pendidikan dan informasi seksual.

Hak Atas Informasi Seksual bahwa Setiap anak berhak menyatakan

dan didengar pendapatnya, menerima dan mencari informasi sesuai

dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai

dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.

Demikian bahwa seharusnya perlindungan atas kesehatan reproduksi

(29)

pendidikan bawa anak anak agar sebelum tiba waktunya mereka sudah

mengetahui bahaya-bahaya akan penyalahgunaan alat reproduksinya serta

bagaimana menggunakannya dengan benar.

Selain itu pengetahuan tentang keluarga berencana yang

dikendalikan dengan menggunakan berbagai cara kemudian juga

membuka cakrawala penelitian dampak teknologi tersebut kepada

kesehatan reproduksi dan sekaligus terhadap anak-anak yang dilahirkan

Keluarga berencana bukan lagi masalah demografi dalam arti

melambatkan pertambahan penduduk dan pelaksana di lapangan yang

mungkin akan menghadapi kendala kultural.

Kesadaran bahwa masalah kesehatan reproduksi perempuan

merupakan disiplin ilmu kesehatan yang khusus muncul di awal tahun

1970-an, sekitar 20 tahun sesudah diperkenalkan pil kontrasepsi yang

dapat mencegah terjadinya kehamilan. Pengetahuan tentang kemampuan

teknologi untuk mengintervensi kesuburan dengan menggunakan obat

membuka cakrawala baru tentang efek lain yang dapat ditimbulkan oleh

obat-obat tersebut. Dari sana diketahui bahwa terdapat cara kerja yang

(30)

Bukan hanya masalah sel telur dengan sperma saja tetapi juga masalah

hormon, kelenjar penghasil hormon, dan akibat intervensi hormon

terhadap fungsi berbagai organ tersebut.

2. Hak Atas Hubungan Seksual Yang Sehat

Sebagaimana dituang dalan The International United Nations

Conference on Population and Development, Cairo, 1994 (ICPD) bahwa :

These rights [reproductive rights] rest on the recognition of the basic right of all couples and individuals to decide freely and responsibly the number, spacing and timing of their children and to have the information and means to do so, and the right to attain the highest standard of sexual and reproductive health. It also includes the right of all to make decisions concerning reproduction free of discrimination, coercion and violence as expressed in human rights documents.

Ketentuan di atas mengindikasikan bahwa hak reproduksi pada

dasarnya juga mencakup pengakuan hak dasar setiap orang baik itu secara

berpasangan atau individu untuk memutuskan secara bebas dan

bertanggung jawab jumlah, jarak dan waktu anak-anak mereka dan untuk

memiliki informasi dan sarana untuk dapat memenuhi hal tersebut, dan

(31)

Selain itu dalam ketentuan ini memberikan hak kepada mereka

untuk membuat keputusan mengenai reproduksi yang bebas diskriminasi,

paksaan dan kekerasan seperti yang diungkapkan dalam dokumen hak

asasi manusia, dengan kata lain bahwa kesehatan reproduksi termasuk di

dalanya bagaiman orang dapat memiliki kehidupan seks yang memuaskan

dan aman.

Untuk memnuhi hal sebagaimana dikemukakan diatas maka dalam

konferensi ini ditekankan bahwa untuk memastikan terpenuhinya

kesehatan reproduksi dan seksual harus maka perlu untuk diperhitungkan

beberapa hal berikut:

 Family planning: the action plan stresses the importance of the free choice of couples to decide the number and spacing of their children. Couples have to be informed about family-planning programmes and about the use of

modern contraceptives which represent an

importantopportunity for individual choice. Governments have to engage in ensuring everyone the right of voluntary choice in family planning.

 Sexually transmitted diseases and HIV prevention:

(32)

 Human sexuality and gender relations: gender relations affect the ability of both men and women to achieve their sexual health and to manage their reproductive life. Sexual education should be supported as well as educational programmes aiming at protect women and children form any abuse.

 Adolescents: information and services should be provided in order to make adolescents more aware of their sexuality. Education should play an important role in

making men respectful of women’s right to

selfdetermination and willing in sharing responsibilities with women in matters of sexuality and reproduction. Early child-bearing is recognized as an impediment to improvements in social, economic and educational status of women. Reproductive sexual education has to reduce men and women, the same rights, in particular:

(f) The right to protection of health and to safety in working conditions, including the safeguarding of the function of reproduction

Demikian rumusan di atas memberikan pemaknaan bahwa

(33)

bekerja harus memenuhi di dalamnya pengamanan fungsi reproduksi

sehingga seorang wanita yang sedang hamil dilarang untuk diberikan

pekerjaan yang dapat membahayakan kehamilannya dan negara

diharuskan untuk menjamin tepenuhinya hak-hak tersebut.

Selanjutnya untuk menjamin terpenihunya amanat sebagaiman

dikemuakakan dalam Article 11 ayat 1(f) maka telah diatur dalam ayatnya

yang kedua yang telah mengharuskan kepada Negara-negara pihak utuk

melakukan hal-hal sebagai berikut:

2. In order to prevent discrimination against women on the grounds of marriage or maternity and to ensure their effective right to work, States Parties shall take appropriate measures;

(a) To prohibit, subject to the imposition of sanctions, dismissal on the grounds of pregnancy or of maternity leave and discrimination in dismissals on the basis of marital status;

(b) To introduce maternity leave with pay or with comparable social benefits without loss of former employment, seniority or social allowances;

(34)

establishment and development of a network of child care facilities;

(d) To provide special protection to women during

pregnancy in types of work proved to be harmful to them.

4. Hak atas Pelayanan Kesehatan Khusus.

CEDAW Article 12

1. States Parties shall take all appropriate measures to eliminate discrimination against women in the field of health care in order to ensure, on a basis of equality of men and women, access to health care services, including those related to family planning.

2. Notwithstanding the provisions of paragraph 1 of this article, States Parties shall ensure to women appropriate services in connection with pregnancy, confinement and the post-natal period, granting free services where necessary, as well as adequate nutrition during pregnancy and lactation.

Negara-negara Pihak harus mengambil semua langkah yang tepat

untuk menghapus diskriminasi terhadap perempuan di bidang pelayanan

kesehatan untuk menjamin, atas dasar kesetaraan laki-laki dan perempuan,

akses ke layanan kesehatan, termasuk yang berhubungan dengan keluarga

(35)

Negara pihak harus menjamin untuk wanita layanan yang tepat

sehubungan dengan kehamilan, persalinan dan periode pasca-natal,

pemberian gratis layanan di mana diperlukan, serta gizi yang cukup

selama kehamilan dan menyusui.

5. Hak Abortus

Abortus masih mengalami perdebatan yang dilematisantara yang pro

dan kontra abortus terutama tentang apakah abortus identik dengan

pembunuhan atau tidak. Perdebatan tersebut juga akan terus berlanjut

mengingat sampai sekarang belum adailmu pengetahuan yang dapat

membuktikan kapan janin mulai bernyawasehingga dapat dibunuh.

Beberapa pihak menafsirkanbahwa kehidupan dimulai sejak pembuahan

meskipun masih berupa gumpalan sel akan tetapi sudah berpotensi

menjadimanusia. Pada masa yang lalu para ilmuwan dan juga

agamawanberpendapat bahwa kehidupan dimulai ketika janin sudah

terasabergerak dalam perut. Sekarang ada pendapat ilmuwan kedokteran

yangberpendapat bahwa kehidupan sebagai manusia dimulai ketika

lekuksaraf (neural groove) terbentuk karena itu menandakan sudah

terjadinya diferensiasi sel-sel untuk menjadi organ tubuh yang

(36)

kalangan agamawan yang juga berbeda-beda dalam menafsirkan pesan

Kitab Suci mereka.Meskipun semua itu barupenafsiran, pada umumnya

mereka sudah menyatakan bahwa itulahpesan Tuhan.31

Perbedaan itu tidak sedikit pun menyinggung bahwa abortus

jugamasalah kesehatan perempuan.Abortus, baik yang disengaja

maupunyang spontan dapat membawa risiko perdarahan, meninggal, atau

cacatpada organ reproduksi. Di sisi lain tidak setiap kehamilan datang

sesuaidengan keinginan atau kesiapan si ibu, sehingga tidak semua

kehamilandisambut dengan gembira, bahkan dapat menimbulkan

gangguankesehatan pada perempuan yang bersangkutan.Ada banyak

alasan yang menyebabkan seorang ibu tidak inginmeneruskan

kehamilannya.Berbagai penelitian yang dilakukan diIndonesia

menyimpulkan bahwa sebagian besar (sekitar 60% darikehamilan yang

tidak diinginkan) terjadi akibat kegagalan kontrasepsi. Tetapi pernyataan

itu haruslah diverifikasi lebih lanjut apakah itu hanyaalasan si perempuan

supaya keinginannya untuk aborsi dilayani, atauapakah hal itu memang

benar menjadi penyebabnya. Badan Koordinasi Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) yang akan tersinggung dengantemuan itu seharusnya

(37)

melakukan pelacakan lebih jauh tentang benar-tidaknya alasan tersebut

sehingga dapat memperbaiki mutu kontrasepsiyang disediakan atau

memperbaiki cara pemberian pelayanannya, jikaalasan itu memang

benar.32

Sikap hukum, meskipun belum dirumuskan secara resmi, dan

sikapagamawan maupun para dokter adalah adakalanya abortus

memangperlu dilakukan dan adakalanya harus dilarang. Untuk

memberikanbatasan kapan dibolehkan dan kapan dilarang itulah perlu

adapengaturan hukum dengan tujuan untuk menjaga kesehatan

perempuandan juga janin yang ada dalam kandungan.Seandainya

dibolehkan,abortus perlu pula diatur materi muatannya untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan krusial yang tidak boleh dikesampingkan seputaran

aborsi seperti: Di mana hal itu dibolehkan; Sampai kehamilan berapa

minggu hal itu boleh dilakukan; Alasan-alasan apa yang secara sah diakui

sebagai hal yang membolehkan aborsi; Siapa yang diperbolehkan

melakukan; Apa persyaratan dari institusi dan tenaga yang diijinkan untuk

melakukan; Bagaimana proses tindakan itu dilakukan; Apa yang harus

(38)

dilakukan jika terjadi komplikasi; Bagaimana melakukan pengawasan

terhadap semua itu dan apa sanksinya jika menyimpang dari ketentuan.

Keliru pembolehan abortus dianggap sebagai membebaskan abortus

tanpa batas dan hanya akan memacu terjadinya hubungan seks tanpa

nikah. Justru karena tidak ada aturan itulah maka terjadi situasi yang

sangat liberal pada saat ini. Siapa pun dapat meminta abortus dan dalam

usia kehamilan yang berapa pun, asal mampu membayar mahal karena

dilakukan secara ilegal. Juga tidak ada pengawasan kalau terjadi

komplikasi yang membahayakan si perempuan.Dengan adanya aturan

maka keinginan untuk abortus dengan alasan yang benar-benar dapat

diterima dapat dilakukan secara sah dan terawasi.Perlu dilakukan program

edukasi dan motivasi agar hal itu tidak dilakukan lagi di kemudian

hari.Sekarang ini tidak ada upaya-upaya pelayanan kesehatan reproduksi

yang tepat dan juga edukasi, sehingga dapat saja seorang perempuan

meminta lagi ketika terjadilagi kehamilan. Para pelaku abortus (dokter dan

paramedis) yang ilegal selain tidak bertanggung jawab akan pelayanan

yang aman dan profesional juga lebih senang kalau pasiennya berulang

kali datang untuk meminta layanan abortus. Sementara di sisi lain

(39)

diinginkan, meskipun alasannya masuk akal dan cukup kuat, akan menjadi

korban tanpa ada hukum yang dapat melindunginya.33

Di situlah makna abortus sebagai masalah kesehatan masyarakat

seperti yang tercantum dalam Kesepakatan yang ditandatangani oleh 179

negara di Konferensi internasional Kependudukan dan Pembangunan

waktu itu.Fokus utamanya adalah mengatasi masalah kesehatan, sosial

ekonomi, dan tingkat pendidikan yang disebabkan membludak nya

populasi sebuah negara atau sering di sebut dengan Kesepakatan Kairo

tahun 1994. Tanpa pengaturan, kesehatan kaum perempuan menjadi

taruhan dan selanjutnya juga kesehatan keluarganya serta masyarakat

secara keseluruhan akan terganggu.34

33Ibid, 93

Referensi

Dokumen terkait

Diterbitkannya suatu ketetapan pajak menimbulkan permasalahan yang cukup krusial antara wajib pajak dan petugas pajak dikarenakan perbedaan pendapat antara wajib

2012 tentang Pangan tindak pidana peredaran minyak goreng ini termasuk kedalam satu kesatuan dengan tindak pidana pangan lainnya, Faktor penegak hukum yaitu kurang

Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami kelumpuhan9.

Data yang digunakan adalah data primer data yang didapat secara langsung dari sumber pertama seperti wawancara dan data sekunder pengumpulan data dilakukan

“ belajar adalah proses pengubahan individu ( secara kognitif, afektif, dan psikomotorik ) yang relative permanen akibat adanya latihan, pembelajaran atau

Bracanovic mempersoalkan secara serius hal apa yang dimaksudkan dengan “kultur” oleh para penulis dan peneliti bioetika. Apabila bioetika wajib menaruh respek

Indonesia dengan Prestasi Belajar Matematika Pada Soal Cerita di Smp Sore Pule. Trenggalek 2009 /

Eventually, the results of the study conclude that efforts to maintain the consistency of planning and budgeting interpreted by TAPD of Probolinggo as guidance in realizing the