• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PADA MATERI VOLUME KUBUS DAN BALOK MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 26 PALEMBANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PADA MATERI VOLUME KUBUS DAN BALOK MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 26 PALEMBANG"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PADA MATERI VOLUME

KUBUS DAN BALOK MENGGUNAKAN PENDEKATAN

PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK

INDONESIA (PMRI) UNTUK SISWA

KELAS VIII SMP NEGERI 26

PALEMBANG

SKRIPSI SARJANA S1

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

ANGGUN PERTIWI

NIM. 09221006

Program Studi Tadris Matematika

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH

(2)
(3)
(4)

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Barang siapa menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan

baginya jalan menuju surga. Dan tidaklah berkumpul suatu kaum

disalah satu dari rumah-rumah Allah, mereka membaca

kitabullah dan saling mengajarkannya diantara mereka, kecuali

akan turun kepada mereka ketenangan, diliputi dengan rahmah,

dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah akan menyebut-nyebut

mereka kepada siapa saja yang ada disisi-Nya. Barang siapa

berlambat-lambat dalam amalannya, niscaya tidak akan bisa

dipercepat oleh nasabnya. (H.R Muslim dalam Shahih-nya)

Kupersembahkan untuk:

Kedua orang tuaku, ayah (Drs. Machmud Yunus) dan

ibu(Nurhaya

ti) yang senantiasan mendo’akan

keberhasilanku

Kakak-kakakku, Heri Herlambang, S.T

dan Tiurida Febriyanti, S.E

Indra Kusuma

dan Firmansyah, S.T

yang selalu memberikan supportnya

Keponakanku tersayang, M. Daffa Satria Herlambang

dan M. Eshan Aditya Herlambang

Almamaterku

“Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil,

kita

(5)

HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda-tangan di bawah ini :

Nama : Anggun Pertiwi

Tempat dan tanggal lahir : 5 Februari 1992 Program Studi : Tadris Matematika

NIM : 09221006

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

1. Seluruh data, informasi, interpretasi serta pernyataan dalam pembahasan dan kesimpulan yang disajikan dalam karya ilmiah ini, kecuali yang disebutkan sumbernya adalah merupakan hasil pengamatan, penelitian, pengolahan, serta pemikiran saya dengan pengarahan dari pembimbing yang ditetapkan.

2. Karya ilmiah yang saya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik, baik di IAIN Raden Fatah maupun perguruan tinggi lainnya.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan apabila dikemudian hari ditemukan adanya bukti ketidakbenaran dalam pernyataan tersebut di atas, maka saya bersedia menerima sangsi akademis berupa pembatalan gelar yang saya peroleh melalui pengajuan karya ilmiah ini.

Palembang, 14 Agustus 2013 Yang membuat pernyataan,

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. karena atas limpahan berkat dan rahmat-Nya lah skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi yang berjudul: Pengembangan Bahan Ajar pada Materi Volume Kubus dan Balok Menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Untuk Siswa Kelas VIII SMP Negeri 26 Palembang dibuat sebagau salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Program Studi Tadris Matematika.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. H. Aflatun Muchtar, MA. selaku Rektor IAIN Raden Fatah Palembang.

2. Bapak Dr. Kasinyo Harto, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah Palembang.

3. Ibu Hj. Agustiani Dumeva Putri, M.Si. selaku Ketua Program Studi Tadris Matematika dan ibu Gusmelia Testiana, M.Kom. selaku Sekretaris Program Studi Tadris Matematika.

4. Bapak Drs. H. KMS. Badaruddin, M.Ag. selaku Pembimbing I yang telah membimbing saya dengan tekun dan sabar dalam menyelesaikan skripsi ini.

(7)

6. Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu dosen serta staf Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah Palembang.

7. Bapak Drs. K. Usman Effendi, M.Si. selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 26 Palembang, Ibu Marsilis, S.Pd selaku guru mata pelajaran matematika di SMP Negeri 26 Palembang, serta guru dan staf di SMP Negeri 26 Palembang yang telah memberikan izin dan bantuan baik moril dan materi sampai skripsi ini selesai.

8. Ibu Hartatiana, M.Pd., Ibu Marsilis, S.Pd., Bapak M. Win Afgani, S.Si., M.Pd., Ibu Nora Sumilasari, S.Pd., Ibu Suzana, M.Pd., serta Ibu Yuli Fitrianti, M.Pd., sebagai validator dalam penelitian ini.

9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2009 Program Studi Tadris Matematika IAIN Raden Fatah Palembang.

10.Siswa SMP Negeri 26 Palembang kelas VIII.2 yang telah bersedia menjadi subjek penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun guna menyempurnakan skripsi ini.

Palembang, 14 Agustus 2013 Penulis

(8)

ABSTRACT

The purposes of this research are to produce: (1) the volume of cube and block learning material by using Indonesia Realistic Mathematics Education approach (IRME) with valid and practical criteria for eighth grade students of SMP Negeri 26 Palembang, (2) to determine the potential effects of cube and block learning material volume by using Indonesia Realistic Mathematics Education approach (IRME) to student learning outcomes. This research is the development research that use of two stages: preliminary stage and development stage. Subjects in this study were students of SMP Negeri 26 VIII.2 in Palembang. Data collection techniques used tests, observations, questionnaires, and validation sheet. Tests were conducted to obtain data on student learning outcomes. Observations conducted to obtain data on student learning activities when using the volume of cube and block learning material with IRME approach. Questionnaires were used to obtain student opinions about the usefulness volume of cube and block learning material with IRME approach. Sheet validation were used to get the expert opinion on the validity and practicality of developing the volume of cube and block learning material by IRME approach. Based on the research results, it can be concluded that (1) the volume of cube and block learning that was by using IRME approach were valid and practical. The valid could be seen from the results of expert validation. Practical could be seen from the results of one-to-one evaluation and small group evaluations, (2) the results of the field test showed, that the volume of cube and block learning materials that have been developed by using IRME approach has potential effects student learning outcomes.

(9)

ABSTRAK

Penelitian ini betujuan untuk : (1) menghasilkan bahan ajar materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) yang memenuhi kriteria valid dan praktis untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Palembang, (2) mengetahui efek potensial bahan ajar materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang menggunakan dua tahap yaitu: tahap pendahuluan dan tahap pengembangan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII.2 di SMP Negeri 26 Palembang. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi, angket, dan lembar validasi. Tes dilakukan untuk memperoleh data hasil belajar siswa. Observasi dilakukan untuk memperoleh data aktivitas belajar siswa saat menggunakan bahan ajar pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI. Angket digunakan untuk memperoleh data tetang pendapat pengguna (siswa) terhadap kebermanfaatan pengembangan bahan ajar pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI. Lembar validasi digunakan untuk mendapatkan opini atau pendapat dari para pakar tentang kevalidan dan kepraktisan dari pengembangan bahan ajar pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa (1) bahan ajar materi volume kubus dan balok yang dikembangkan sudah memenuhi kriteria valid dan praktis. Valid terlihat dari hasil validasi pakar. Praktis terlihat dari hasil tahap one-to-one

evaluation dan small group, (2) hasil uji lapangan (field test), diperoleh hasil

bahwa secara umum bahan ajar materi volume kubus dan balok yang dikembangkan telah menggunakan pendekatan PMRI telah memiliki efek potensial terhadap hasil belajar siswa.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Motto dan Persembahan ... iv

Halaman Pernyataan ... v

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika ... 10

B. Bahan Ajar ... 13

C. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) ... 20

D. Pendesainan dan Pengembangan Bahan Ajar menggunakan Pendekatan PMRI ... 27

E. Kriteria Produk ... 32

F. Volume Kubus dan Balok ... 37

G. Hasil Belajar ... 39

H. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 41

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 43

B. Subjek Penelitian ... 43

C. Prosedur Penelitian ... 44

D. Tekhnik Pengumpulan Data ... 49

E. Tekhnik Analisis Data ... 51

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pengembangan dan Pendesainan Bahan Ajar ... 56

B. Deskripsi Penggunaan Bahan Ajar Materi Volume Kubus dan Balok Menggunakan Pendekatan PMRI ... 82

C. Deskripsi dan Analisis Data Hasil Belajar ... 93

(11)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 103

B. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 105

LAMPIRAN ... 108

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Sebelumnya ... 6

Tabel 2. Perbedaan LKS Konvensional dan LKS Berdasarkan Pendekatan PMRI ... 18

Tabel 3. Gambaran Validator tentang Bahan Ajar Menggunakan Pendekatan PMRI ... 47

Tabel 4. Aspek dan Indikator Materi ... 49

Tabel 5. Aspek dan Indikator Kevalidan dan Kepraktisan Bahan Ajar ... 50

Tabel 6. Kategori Penilaian Hasil Belajar Siswa ... 52

Tabel 7. Kategori Aktivitas Belajar Siswa ... 53

Tabel 8. Alternatif Pilihan Jawaban Angket ... 53

Tabel 9. Kategori Kebermanfaatan Bahan Ajar ... 54

Tabel 10. Kategori Bahan Ajar yang Baik ... 54

Tabel 11. Hasil Validasi pada Tahap Expert Review ... 62

Tabel 12. Saran dari Validator Terhadap Bahan Ajar yang Dikembangkan Berdasarkan Pendekatan PMRI Serta Keputusan Langkah Tindakan Revisi ... 66

Tabel 13. Beberapa Perubahan Revisi pada Prototipe 1 Menjadi Prototipe 2 ... 68

Tabel 14. Rata-Rata Jumlah Skor Validator ... 73

Tabel 15. Komentar Siswa Terhadap Bahan Ajar Menggunakan Pendekatan PMRI pada Tahap One-To-One Evaluation ... 74

Tabel 16. Komentar Siswa Terhadap Bahan Ajar Menggunakan Pendekatan PMRI pada Tahap Small Group ... 78

Tabel 17. Proses Pelaksanaan Pembelajaran pada Tahap Field Test ... 80

Tabel 18. Hasil Observasi Selama Pembelajaran (Aktivitas Belajar Siswa) ... 92

Tabel 19. Hasil Angket Tentang Kebermanfaatan Bahan Ajar ... 93

Tabel 20. Analisis Hasil Belajar Siswa pada Tahap Field Test ... 94

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Diagram Tahap-Tahap Pendahuluan (Pendesainan)

dan Pengembangan Modifikasi Dick&Carey (2007)

dan Tessmer (1998) dalam Nursyahidah(2012) ... 27

Gambar 2. Alat Peraga yang Digunakan dalam Penelitian ... 38

Gambar 3. Contoh Prototipe Pertama LKS ... 60

Gambar 4. Komentar Siswa pada Tahap One-To-One Evaluation ... 76

Gambar 5. Uji Coba Bahan Ajar Menggunakan Pendekatan PMRI pada Tahap One-To-One Evaluation ... 77

Gambar 6. Komentar Siswa pada Tahap Small Group ... 79

Gambar 7. Uji Coba Bahan Ajar Menggunakan Pendekatan PMRI pada Tahap Small Group ... 79

Gambar 8. Konteks Kotak Kue dan Kardus Mi Instan ... 82

Gambar 9. Alat Peraga yang Digunakan pada Percobaan Menemukan Rumus Volume Kubus dan Balok ... 83

Gambar 10. Memasukkan Kubus Satuan Ke dalam Kotak Transparan Berbentuk Kubus dan Balok ... 84

Gambar 11. Tahap Penyampaian Materi Menggunakan Bahan Ajar Berdasarkan Pendekatan PMRI pada Pertemuan Pertama ... 86

Gambar 12. Aktivitas Siswa pada Saat Kerja Kelompok Field Test 1 ... 86

Gambar 13. Aktivitas Siswa pada Saat Kerja Kelompok Field Test II... 87

Gambar 14. Aktivitas Siswa pada Saat Kerja Kelompok Field Test III ... 88

Gambar 15. Hasil Percobaan Siswa Menyelesaikan Permasalahan Susu Kemasan Kotak yang Akan Dimasukkan Ke dalam Kotak Transparan Berbentuk Balok ... 89

Gambar 16. Uji Coba Bahan Ajar Menggunakan Pendekatan PMRI pada Tahap Field Test IV ... 90

Gambar 17. Tahap Tes Pada Pertemuan Kelima ... 91

Gambar 18. Observer Mengamati Kegiatan Siswa Dalam Proses Pembelajaran ... 91

Gambar 19. Komentar Siswa yang Tertarik Dengan Bahan Ajar Menggunakan Pendekatan PMRI Tahap Small Group ... 97

Gambar 20. Soal Tes Nomor 2 ... 98

Gambar 21. Jawaban Nomor 2 dari Reili Marisa ... 98

Gambar 22. Jawaban Nomor 2 dari Adinda Aisyah ... 99

Gambar 23. Jawaban Nomor 2 dari M. Adji Samudra ... 99

Gambar 24. Jawaban Nomor 2 dari Rosida Oktriani ... 100

Gambar 25. Gunung Es (Ice Berg) Materi Volume Kubus ... 101

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. SK Pembimbing ... 108

Lampiran 2. Surat Keterangan Perubahan Judul Skripsi ... 109

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Tarbiyah IAIN RF ... 110

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian dari DISDIKPORA Kota Palembang ... 111

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian dari DISDIKPORA Kec.Sukarami ... 112

Lampiran 6. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SMP N 26 Palembang ... 113

Lampiran 7. Pedoman Wawancara ... 114

Lampiran 8. Hasil Validasi Pakar ... 116

Lampiran 9. Rekap Hasil Rekapitulasi Pakar ... 121

Lampiran 10. Rekap Hasil One-to-one evaluation dan Small group ... 122

Lampiran 11. Rencana Pelaksanaan Penelitian (RPP) ... 123

Lampiran 12. Hasil LKS protipe 3 dikembangkan Berdasarkan Pendekatan PMRI pada Materi Volume Kubus dan Balok .... 154

Lampiran 13. Hasil Observasi Selama Proses Pembelajaran ... 176

Lampiran 14. Rekap Hasil Observasi ... 178

Lampiran 15. Hasil Angket Siswa ... 180

Lampiran 16. Rekap Hasil Angket Siswa ... 184

Lampiran 17. Rekap Hasil Field test ... 185

Lampiran 18. Rekap Hasil Realibilitas Soal Tes ... 186

Lampiran 19. Hasil Tes Siswa ... 187

Lampiran 20. Rekap Hasil Tes ... 194

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas pendidikan suatu bangsa mempengaruhi kemajuan bangsa tersebut. Tanpa pendidikan, suatu bangsa tidak dapat mengalami perubahan dan kemajuan. Oleh karena itu, pendidikan harus dipersiapkan sebagai bekal kehidupan di masa yang akan datang.

Masalah pendidikan erat kaitannya dengan masalah pembelajaran. Pembelajaran merupakan salah satu unsur dalam pelaksanaan pendidikan. Oleh karena itu, kualitas pendidikan erat hubungannya dengan kualitas pembelajaran. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah melakukan inovasi-inovasi atau terobosan baru dalam dunia pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran yang dapat menyentuh aspek-aspek pada diri seseorang sehingga ia mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.

(16)

dapat diketahui kebenarannya dari ayat Al-Qur‟an yang berkaitan dengan matematika, antara lain sebagai berikut. Allah berfirman di dalam (QS. Yunus: 5) yang berbunyi:

“ Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.”

Dari ayat tersebut disimpulkan bahwa Allah memberi motivasi kepada manusia untuk mempelajari ilmu perhitungan. Bidang ilmu perhitungan yang terinspirasi dari ayat tersebut ialah astronomi dan matematika.

Mata pelajaran matematika sangat penting diberikan kepada peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengolah dan memanfaatkan informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Dengan pembelajaran matematika diharapkan peserta didik dapat mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram dan media lainnya (Depdiknas, 2006: 345).

(17)

sebagai peserta didik yang tidak tahu dan hanya menunggu apa yang diberikan. Hal ini membuat siswa cenderung pasif dan proses pembelajaran membosankan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika, salah satunya adalah mengkondisikan siswa untuk menemukan kembali rumus, konsep, atau prinsip dalam pembelajaran matematika melalui bimbingan guru agar siswa terbiasa melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu (Depdiknas, 2006: 11).

Dari hasil wawancara penulis dengan salah satu guru matematika SMP Negeri 26 Palembang, diperoleh informasi bahwa salah satu kendala yang dihadapi dalam pembelajaran matematika adalah kurang tertariknya siswa dalam belajar matematika karena dirasakan sulit. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa adalah ketersediaan bahan ajar. Bahan ajar yang digunakan di SMP Negeri 26 Palembang berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dibeli dari penerbit tertentu. LKS yang dibeli dari penerbit ini belum mengacu pada masalah kontekstual (contextual problem) sehingga kurang menarik perhatian siswa untuk belajar matematika (hasil wawancara terlampir pada lampiran 7).

(18)

Sejalan dengan berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru dituntut kreatif dalam mengembangkan bahan ajar yang menarik dan beragam dan memilih suatu model pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran. Pengembangan bahan ajar merupakan tanggung jawab guru sebagai pengajar bagi peserta didik di sekolah. KTSP juga menekankan dalam setiap kesempatan pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika (Depdiknas, 2006: 415).

Salah satu pendekatan yang sesuai dengan KTSP dalam pembelajaran matematika adalah pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) yang diadaptasi dari Realistic Mathematics Education (RME). PMRI merupakan matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas siswa dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Pembelajaran dengan pendekatan PMRI menggunakan masalah kontekstual sebagai pangkal tolak pembelajaran, dan melalui matematisasi horizontal-vertikal siswa diharapkan dapat menemukan kembali dan merekonstruksi konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal. Selanjutnya, siswa diberi kesempatan menerapkan konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari atau masalah bidang lain. Dengan kata lain, pembelajaran PMRI berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday

experience) dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari

(19)

lebih aktif dalam KBM. Pembelajaran matematika akan lebih bermakna dan menarik bagi siswa jika guru menghadirkan masalah kontekstual dan realistik, yaitu masalah-masalah yang sudah dikenal dan dekat dengan kehidupan nyata sehari-hari siswa. (Zulkardi, 2006: 9).

Beberapa penelitian tentang Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) telah memberikan bukti empiris tentang prospek pengembangan dan implementasi Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di Indonesia. Hasil-hasil penelitian tentang Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) diuraikan sebagai berikut:

Deboy (2009) menyimpulkan penelitiannya tentang pengembangan materi ajar menggunakan pendekatan PMRI pada pokok bahasan kesebangunan di kelas IX SMP Talang Ubi bahwa siswa lebih tertarik dan mudah memahami materi pelajaran menggunakan buku siswa yang dikembangkan dengan konteks dunia nyata.

Dalam penelitian Nurbaiti (2011), menyimpulkan penelitiannya tentang pengembangan bahan ajar trigonometri kelas X menggunakan pendekatan PMRI di SMA Negeri 3 Palembang menunjukkan sikap positif, terhadap aktivitas pembelajaran matematika serta siswa lebih suka belajar dengan pendekatan PMRI.

(20)

dimana siswa terlihat antusias dan senang mencari penyelesaian masalah menggunakan konteks nyata (real context).

Tabel 1. Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Sebelumnya .

Peneliti Jenis penelitian Materi Ajar Hasil/

Product

Trigonometri Buku siswa Sikap positif terhadap

aktivitas pembelajaran

(21)

dapat menjadi konteks untuk siswa mulai belajar tentang konsep volume kubus dan balok sampai menemukan rumus volume kubus dan balok. Melalui konteks ini, diharapkan materi volume kubus dan balok dapat lebih bermakna sehingga siswa bisa lebih paham dan tertarik untuk belajar matematika. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul:

“Pengembangan Bahan Ajar pada Materi Volume Kubus dan Balok

Menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Untuk Siswa Kelas VIII SMP Negeri 26 Palembang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah bahan ajar yang dikembangkan pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) sudah valid dan praktis untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Palembang?

(22)

C. Tujuan Penelitian

Dari permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Menghasilkan bahan ajar yang memenuhi kriteria valid dan praktis pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Palembang.

2. Mengetahui efek potensial bahan ajar yang yang dikembangkan pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Palembang

D. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru, dan sekolah. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Siswa, dengan adanya pengembangan bahan ajar diharapkan mendapat suasana baru dalam belajar matematika, memperkaya pengalaman belajar, dan meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Guru, dengan adanya pengembangan bahan ajar diharapkan dapat menyediakan sumber belajar baru bagi guru matematika dan guru dapat mengajarkan materi volume kubus dan balok dengan lebih mudah karena bahan ajar sudah disesuaikan masalah konstektual (contextual problem). 3. Sekolah, sebagai masukan dan sumbang saran dalam meningkatkan

(23)
(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan sebuah proses yang di dalamnya berlangsung kegiatan belajar dan mengajar. Menurut Hamalik (2008: 27), belajar adalah memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut Winkel (1987: 36), belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif di lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman keterampilan dan nilai sikap, perubahan itu bersikap konstan dan membekas. Jadi, menurut pengertian-pengertian ini, belajar merupakan sebuah proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Sedangkan mengajar adalah usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa. Mengajar merupakan suatu proses dimana guru dan siswa secara bersama-sama menciptakan suatu lingkungan, termasuk nilai-nilai atau hal-hal lainnya yang secara bersama-sama disetujui dan dipelajari (Hamalik, 2008: 48).

(25)

pembelajaran. Dengan kata lain proses pembelajaran dinilai berhasil bila pengajar dapat belajar sesuai dengan tujuan yang dirancang sebelumnya.

Belajar atau kewajiban menuntut ilmu juga tidak terlepas dari ilmu agama. Pandangan ini dengan jelas dapat diketahui kebenarannya dari ayat Al-Qur‟an yang berkaitan dengan keutamaan menuntut ilmu, antara lain sebagai berikut:. Allah berfirman di dalam (QS. Almujaadilah: 11) yang berbunyi:

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: Berlapang-lapanglah

dalam majelis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu” maka berdirilah, niscaya Allah

akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui apa yang

kamu kerjakan”.

Dari ayat tersebut disimpulkan bahwa Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk belajar atau menuntut ilmu pengetahuan, baik di majelis, sekolah, tempat kursus, dan lain-lain. Karena dengan menuntut ilmu, banyak manfaat yang dapat kita peroleh, yaitu ilmu yang dapat diterapkan di dunia bahkan ilmu yang dapat membawa kita bahagia di akhirat nanti.

Salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam jenjang pendidikan, baik pendidikan dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi adalah matematika. Dalam tim MKPBM (2001: 17-18), istilah mathematics (Inggris), mathematik (Jerman), mathematique (Perancis), matematico (Italia), matematiceski (Rusia), atau mathematick/wiskunde (Belanda) berasal dari perkataan latin mathematica yang mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike yang berarti ”relating

to learning”. Perkataan itu mempunyai akar kata mathema yang berarti

(26)

mengandung arti belajar (berpikir). Matematika adalah (1) studi pola dan hubungan (study of patterns and relationships) dengan demikian masing-masing topik itu akan saling berjalinan satu dengan yang lain yang membentuknya, (2) cara berpikir (way of thinking) yaitu memberikan strategi untuk mengatur, menganalisis dan mensintesa data atau semua yang ditemui dalam masalah sehari-hari, (3) suatu seni (an art) yaitu ditandai dengan adanya urutan dan konsistensi internal, dan (4) sebagai bahasa (a language) dipergunakan secara hati-hati dan didefinisikan dalam term dan symbol yang akan meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi akan sains, keadaan kehidupan riil, dan matematika itu sendiri, serta (5) sebagai alat (a tool) yang dipergunakan oleh setiap orang dalam menghadapi kehidupan sehari-hari (Syarifuddin, 2009).

Matematika merupakan ilmu yang bersifat deduktif artinya menguraikan hal-hal yang dari sifatnya umum ke hal-hal yang sifatnya khusus. Matematika juga bersifat abstrak, artinya matematika itu didominasi oleh lambang-lambang baik pada kalkulasi maupun pada konsep dan juga latihan yang banyak untuk memahaminya.

(27)

B. Bahan Ajar

1. Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran (Belawati, 2003: 1). Menurut Muhaimin (2008), bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Widodo (2008: 40) menyatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat sarana berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi dan subkompetensi dengan segala kompleksitasnya. Sedangkan menurut Majid (2007: 174), bahan ajar adalah segala bentuk bahan, informasi, alat dan teks yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar yang dimaksud bisa berupa tertulis maupun bahan yang tidak tertulis. Bahan ajar atau materi kurikulum (curiculum material) adalah isi atau muatan kurikulum yang harus dipahami oleh siswa dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.

(28)

2. Fungsi Bahan Ajar

Menurut panduan pengembangan bahan ajar disebutkan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai:

1) Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses

pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya

diajarkan kepada siswa.

2) Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam

proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang

seharusnya dipelajari/dikuasainya.

3) Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran (Depdiknas, 2006).

Dengan demikian fungsi bahan ajar sangat terkait dengan kemampuan guru dalam membuat keputusan yang terkait dengan perencanaan (planing), aktivitas-aktivitas pembelajaran dan pengimplementasian (implementing), dan penilaian (assessing).

3. Tujuan Pembuatan Bahan Ajar

Tujuan pembuatan bahan ajar menurut Mbulu (2004: 6) adalah sebagai berikut:

a) Diperolehnya bahan ajar yang sesuai dengan tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan pembelajaran.

b) Tersusunnya bahan ajar sesuai struktur isi mata pelajaran dengan karakteristiknya masing-masing.

c) Tersintesiskan dan terurutkannya topik-topik mata pelajaran secara sistematis dan logis.

(29)

Sedangkan Kemendiknas (2007) menyatakan tujuan pembuatan bahan ajar ada tiga tujuan yaitu:

a) Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal.

b) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik peserta didik maupun pengajar.

c) Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi. 4. Manfaat Bahan Ajar

Dalam buku pedoman pengembangan bahan ajar disebutkan bahwa manfaat bahan ajar yaitu:

a) Diperoleh bahan ajar sesuai tuntutan kurikulum dan kebutuhan belajar siswa.

b) Tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh.

c) Bahan ajar menjadi menjadi lebih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi.

d) Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar.

e) Bahan ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan siswa (Depdiknas, 2006).

(30)

5. Prinsip Pengembangan Bahan Ajar

Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran. Prinsip pembelajaran tersebut antara lain sebagai berikut:

a) Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari kongkret untuk memahami yang abstrak.

b) Pengulangan akan memperkuat pemahaman.

c) Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa.

d) Merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar.

e) Setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai keberhasilan tertentu. f) Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk

terus mencapai tujuan (Depdiknas, 2006).

Sedangkan prinsip pengembangan bahan ajar yang lain antara lain sebagai berikut:

a) Bahan ajar harus disesuaikan dengan peserta didik yang sedang mengikuti proses belajar-mengajar.

b) Bahan ajar diharapkan mampu mengubah tingkah laku peserta didik. c) Bahan ajar yang dikembangkan harus sesuai dengan kebutuhan dan

(31)

6. Standar Bahan Ajar Berdasarkan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia menetapkan lima standar bahan ajar mata pelajaran matematika, yaitu:

1) Bahan ajar menggunakan permasalahan realistik untuk memotivasi siswa dan membantu siswa dalam memahami konsep matematika.

2) Bahan ajar mengaitkan konsep matematika untuk memberi kesempatan bagi siswa belajar matematika secara utuh, yaitu menyadari bahwa konsep-konsep dalam dalam matematika saling berkaitan.

3) Bahan ajar memuat materi pengayaan dan remidi untuk mengakomodasi siswa menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan strategi. 4) Bahan ajar memuat petunjuk tentang aktivitas yang mengembangkan

interaksi dan kejasama antar siswa. (Ilma, 2011: 6). 7. Bentuk-Bentuk Bahan Ajar

Bentuk-bentuk bahan ajar menurut (Faculte de Psychology et des sciences de I’Education Universite de Geneve dalam Majid, 2007: 174) adalah media

tulis, media audio visual, elektronik dan interaktif terintegrasi yang kemudian disebut medianverbund (bahasa Jerman yang berarti media terintegrasi) atau

mediamix. Dengan demikian, bentuk bahan ajar dapat dikategorikan menjadi

empat yaitu:

a) Bahan cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, dan lain-lain.

(32)

c) Bahan ajar pandang dengar (audio visual), misalnya film.

d) Bahan ajar interaktif (interactive teaching material), misalnya compact disk dengan pembelajaran interaktif dengan program Macromedia flash. Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian adalah bahan ajar cetak

(Printed). Yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS). Lembar Kerja Siswa (LKS)

adalah perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Lembar Kerja Siswa (LKS) berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaan) yang harus dijawab oleh siswa. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang baik adalah LKS yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi dengan gambar dan keterangannya.

LKS yang akan dikembangkan memiliki karakteristik tersendiri dan berbeda dengan LKS yang digunakan di SMP Negeri 26 Palembang selama ini. Adapun perbedaan LKS yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut: Tabel 2. Perbedaan LKS konvensional dan LKS berdasarkan pendekatan

PMRI

No Perbedaan LKS Konvensional LKS yang dikembangkan.

1. Materi  Pada LKS tidak ada

aktivitas siswa

menemukan kembali

rumus volume kubus

dan balok.

 Terdapat aktivitas siswa

menemukan kembali rumus

volume kubus dan balok. Sehingga

siswa tidak hanya pandai dalam

mensubsitusikan nilai panjang,

lebar, dan tinggi ke dalam rumus,

tetapi siswa juga mengetahui

bagaimana menemukan kembali

rumus volume kubus dan balok

dengan bantuan alat peraga yang

(33)

 Pada LKS tidak terdapat

materi pertambahan

volume kubus dan

balok, jika ukuran

rusuknya berubah.

belajar matematika terasa lebih

bermakna oleh siswa.

 Terdapat materi pertambahan

volume kubus dan balok, jika

dimulai dari permasalahan dunia

nyata (real world), kemudian siswa

berusaha menyelesaiakan

permasalahan, melakukan

pendataan dari hasil percobaan, dan

menemukan kembali formula atau

rumus yang akan digunakan untuk

menyelesaikan permasalahan

tersebut.

5 Tampilan  Disajikan pada

lembaran kertas yang

sederhana, sehinga

terlihat kurang menarik

perhatian siswa.

 Disajikan pada lembaran kertas

yang lebih menarik, bergambar,

berwarna, bahasa yang digunakan

sederhana dan mudah dipahami,

sehingga siswa lebih tertarik untuk

belajar matematika.

(34)

C. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) 1. Definisi PMRI

Realistic Mathematics Education (RME) adalah suatu pendekatan

pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang „real‟ bagi siswa. Di Indonesia RME di Indonesia dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). RME dikembangkan oleh Freudenthal Institut, Belanda yang dimulai oleh Hans Freudenthal tahun 1970. Menurutnya, matematika harus dihubungkan dengan kenyataan, berada dekat dengan peserta didik, dan relevan dengan kehidupan masyarakat agar memiliki nilai manusiawi. Pandangannya menekankan bahwa materi-materi matematika harus dapat ditranmisikan sebagai aktivitas manusia atau mathematics is a

human activity. Matematika sebagai aktivitas manusia dimaksudkan bahwa

siswa harus diberikan kesempatan untuk belajar melakukan aktivitas matematisasi pada semua topik dalam matematika dan matematika harus dikaitkan dengan situasi yang pernah dialaminya baik dalam matematika maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dua tipe matematisasi dikenal dalam PMRI yaitu horizontal dan vertikal. Pada horizontal, siswa menggunakan matematika sehingga dapat membantu mereka mengorganisasi dan menyelesaikan suatu masalah yang ada pada situasi nyata. Sebaliknya, pada tipe vertikal proses pengorganisasian kembali menggunakan matematika itu sendiri (Hadi, 2005: 7).

(35)

matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan daya nalar (Supinah, 2008: 15-16).

2.Prinsip PMRI

Menurut (Gravemeijer, 1994: 90 dalam Supinah, 2008: 16) ada tiga prinsip PMRI yaitu:

a) Menemukan kembali secara seimbang (guide re-invention)

Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan matematisasi dengan masalah konteksual yang realistik bagi siswa dengan bantuan dari guru. Matematisasi dibedakan menjadi dua yaitu: matematisasi horisontal, siswa mulai dari soal-soal kontekstual, mencoba menguraikan dengan bahasa dan simbol yang dibuat sendiri, kemudian menyelesaikan soal tersebut. Dalam proses ini, setiap orang dapat menggunakan cara mereka sendiri yang mungkin berbeda dengan orang lain. Sedangkan matematisasi vertikal, siswa juga mulai dari soal kontekstual, tetapi dalam jangka panjang kita dapat menyusun prosedur tertentu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal-soal sejenis secara langsung, tanpa bantuan konteks.

b) Fenomena didaktik (didactical pheomenology)

(36)

utama untuk mengawali pembelajaran sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba memecahkannya. Dalam memecahkan masalah tersebut, siswa diharapkan dapat melangkah ke arah matematisasi horisontal dan matematisasi vertikal. Pencapaian matematisasi horisontal ini, sangat mungkin dilakukan melalui langkah-langkah informal sebelum sampai kepada matematika yang lebih formal. Dalam hal ini, siswa diharapkan dalam memecahkan masalah dapat melangkah ke arah pemikiran matematika sehingga akan mereka temukan atau mereka bangun sendiri sifat-sifat atau definisi atau teorema matematika tertentu (matematisasi horisontal). Kaitannya dengan matematisasi horisontal dan matematisasi vertikali, De Lange menyebutkan: proses matematisasi horisontal antara lain meliputi proses atau langkah-langkah informal yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah (soal), membuat model, membuat skema, menemukan hubungan dan lain-lain, sedangkan matematisasi vertikal, antara lain meliputi proses menyatakan hubungan dengan suatu formula (rumus), membuktikan keteraturan, membuat berbagai model, merumuskan konsep baru, melakukan generalisasi, dan sebaginya. Proses matematisasi horisontal-vertikal inilah yang diharapkan dapat memberi kemungkinan siswa lebih mudah memahami matematika yang berobyek abstrak.

(37)

dan berani berpendapat, karena cara yang digunakan siswa satu dengan yang lain berbeda atau bahkan berbeda dengan pemikiran guru tetapi cara itu benar dan hasilnya juga benar. Ini suatu fenomena didaktik. Dengan memperhatikan fenomena didaktik yang ada di dalam kelas, maka akan terbentuk proses pembelajaran matematika yang tidak lagi berorientasi pada guru, tetapi diubah atau beralih kepada pembelajaran matematika (Marpaung, 2001: 4).

c) Model dibangun sendiri oleh siswa (self-develop models)

Ketika siswa mengerjakan masalah kontekstual, siswa mengembangkan suatu model. Model ini diharapkan dibangun sendiri oleh siswa, baik dalam proses matematisasi horisontal atau vertikal. Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan masalah secara mandiri atau kelompok, dengan sendirinya akan memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah buatan siswa. Dalam pembelajaran matematika realistik diharapkan terjadi urutan situasi nyata menuju model dari situasi itu, dari model dari situasi itu menuju model ke arah formal dan diteruskan ke pengetahuan formal. Inilah yang disebut ”buttom up” dan merupakan prinsip PMRI yang disebut self-develop

models” (Soejadi, 2000: 1).

(38)

a) Penemuan terbimbing melalui matematisasi (guided reinvention through mathematization)

Karena dalam PMRI, matematika adalah aktivitas manusia maka penemuan terbimbing melalui matematisasi dapat diartikan bahwa siswa hendaknya dalam belajar matematika harus diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri proses yang sama saat matematika ditemukan. Prinsip ini dapat diinspirasikan dengan menggunakan prosedur secara informal ke tingkat belajar matematika secara formal.

b) Fenomena mendidik (didacitical phenomenology)

Situasi yang berisikan fenomena mendidik yang dijadikan bahan dan area aplikasi dalam pengajaran matematika haruslah berangkat dari keadaan yang nyata terhadap siswa sebelum mencapai tingkatan matematika secara formal. Upaya ini akan tercapai jika pengajaran yang dilakukan menggunakan situasi yang berupa fenomena-fenomena yang mengandung konsep matematika secara informal ke tingkat belajar matematika secara formal.

c) Model-model siswa sendiri (self-develoved models)

(39)

3. Karakteristik PMRI

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia adalah pendekatan pembelajaran yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

a) Menggunakan masalah kontekstual (the use of context)

Matematika dipandang sebagai kegiatan sehari-hari manusia, sehingga memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi atau dialami oleh siswa masalah kontekstual yang realistik bagi siswa) merupakan bagian yang sangat penting.

b) Menggunakan model (the use of models)

Belajar matematika berarti bekerja dengan matematika (alat matematika hasil matematisasi horisontal).

c) Menggunakan hasil dan kontruksi siswa sendiri (student contributions)

Siswa diberi kesempatan untuk menemukan konsep-konsep matematis, dibawah bimbingan guru.

d) Terjadi interaksi antara murid dan guru (interactivity)

Aktivitas belajar meliputi kegiatan memecahkan masalah kontekstual yang realistik, mengorganisasikan pengalaman matematis, dan mendiskusikan hasil-hasil pemecahan masalah tersebut (Sugiman, 2001: 6).

e) Keterkaitan

(40)

Sedangkan menurut Jan de Lange (1987), Treffers (1991), dan Gravemeijer (1994), dalam Zulkardi (2005: 9) PMRI mempunyai lima karakteristik yaitu sebagai berikut:

a) Menggunakan masalah kontekstual

Masalah kontekstual sebagai aplikasi dan sebagai titik tolak dari mana matematika yang diinginkan dapat muncul.

b) Menggunakan model yang menekankan penyelesaian secara informal sebelum menggunakan cara formal atau rumus

Perhatian diarahkan pada pengembangan model, skema dan simbolisasi daripada hanya mentransfer rumus atau matematika secara langsung.

c) Menghargai ragam jawaban dan kontribusi siswa

Kontribusi yang besar pada proses belajar mengajar diharapkan dari kontribusi siswa sendiri yang mengarahkan mereka dari metode informal kearah yang lebih formal.

d) Interaktivitas

Negoisasi secara eksplisit, intervensi, kooperatif dan evaluasi sesama siswa dan guru adalah faktor penting dalam proses belajar secara konstruktif dimana strategi informal siswa digunakan sebagai jantung untuk mencapai yang formal.

e) Terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya

(41)

D. Pendesainan dan Pengembangan Bahan Ajar Menggunakan Pendekatan PMRI pada Materi Volume Kubus dan Balok

Menurut Sugiyono (2006: 434), tahap-tahap yang harus dilakukan dalam penelitian pengembangan ada tiga tahapan, yaitu: tahap pendahuluan, tahap pengembangan, dan tahap evaluasi.

Pada tahap pendahuluan (pendesainan) dan pengembangan bahan ajar materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI menggunakan modifikasi Dick&Carey (2007) dan Tessmer (1998) dalam Nursyahidah (2012). Berikut ini adalah diagram tahap-tahap pendesainan dan pengembangan modifikasi Dick&Carey (2007) dan Tessmer (1998) dalam Nursyahidah(2012).

Gambar 1.

Diagram tahap-tahap pendahuluan (pendesainan) dan pengembangan modifikasi Dick&Carey (2007) dan Tessmer (1998) dalam Nursyahidah

(42)

1. Tahap pendahuluan (pendesainan) dan pengembangan modifikasi Dick&Carey (2007) dan Tessmer (1998) dalam Nursyahidah (2012)

Tahap pendahuluan (pendesainan) dan pengembangan modifikasi Dick&Carey (2007) dan Tessmer (2008) terdiri dari 10 langkah yaitu: a) Analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan

Analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan pembelajaran adalah langkah pertama yang dilakukan untuk menentukan apa yang diinginkan setelah siswa melaksanakan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat diperoleh dari serangkaian tujuan pembelajaran yang ditemukan dari analisis kebutuhan, dari kesulitan-kesulitan siswa dalam praktek pembelajaran, dari analisis yang dilakukan oleh orang-orang yang bekerja dalam bidang, atau beberapa keperluan untuk pembelajaran yang aktual. b) Melakukan analisis pembelajaran

(43)

c) Menganalisis warga belajar dan lingkungannya

Analisis pararel terhadap warga belajar dan konteks dimana mereka belajar, dan konteks apa tempat mereka menggunakan hasil pembelajaran. Keterampilan-keterampilan warga belajar yang ada saat ini, yang lebih disukai, dan sikap-sikap ditentukan berdasarkan karakteristik atau setting pembelajaran dan setting lingkungan tempat keterampilan diterapkan. Langkah ini adalah langkah awal yang penting dalam strategi pembelajaran.

d) Merumuskan tujuan khusus

Menuliskan tujuan kerja (merumuskan indikator kemampuan dasar). Berdasarkan analisis tujuan pembelajaran dan pernyataan tentang perilaku awal, catatlah pernyataan khusus tentang apa yang dapat dilakukan oleh warga belajar setelah mereka menerima pembelajaran. Pernyataan-pernyataan tersebut diperoleh dari analisis pembelajaran. Analisis pembelajaran dimaksudkan untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan yang dipelajari, kondisi pencapaian tujuan kerja, dan kriteria pencapaian tujuan kerja. Komponen ini bertujuan untuk menguraikan tujuan umum menjadi tujuan yang lebih spesifik pada tiap tahapan pembelajaran.

e) Mengembangkan instrumen penilaian

(44)

yang tertulis untuk mengukur kemampuan siswa melakukan tujuan pembelajaran.

f) Mengembangkan strategi pembelajaran

Pengembangan strategi pembelajaran meliputi: kegiatan prapembelajaran (pre-activity), presentasi isi, partisipasi peserta didik, penilaian, dan tindak lanjut kegiatan. Strategi pembelajaran berdasarkan teori dan hasil penelitian, karakteristik media pembelajaran yang digunakan, bahan pembelajaran, dan karakteristik warga belajar yang menerima pembelajaran. Prinsip-prinsip inilah yang digunakan untuk memilih materi strategi pembelajaran yang interaktif.

g) Mengembangkan materi pembelajaran

Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran, produk pengembangan ini meliputi petunjuk untuk warga belajar, materi pembelajaran, dan soal-soal. Pengembangan materi pembelajaran tergantung kepada tipe pembelajaran, materi yang relevan, dan sumber belajar yang ada di sekitar perancang. Di tahap ini dikembangkan dan dipilih materi pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran atau standar kompetensi yang dituju.

h) Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif

(45)

(one-to-one), uji kelompok kecil (small group) dan uji lapangan (field evaluation). Tahapan pada evaluasi formatif menurut (Tessmer dalam Nursyahidah (2012), yaitu: (1) Expert review; (2) One-to-one evaluation; (3) Small group; dan (4) Field test.

i) Merevisi pembelajaran/perbaikan pembelajaran

Meninjau kembali analisis pembelajaran untuk menjadi pertimbangan dalam merevisi pembelajaran untuk membuatnya menjadi alat instruksional yang lebih efektif.

j) Mengembangkan evaluasi sumatif

Hasil-hasil pada tahap di atas dijadikan dasar untuk menulis bahan ajar yang dibutuhkan. Hasil bahan ajar selanjutnya divalidasi dan diujicobakan di kelas/diimplementasikan di kelas dengan evaluasi sumatif Di antara kesepuluh tahapan desain pembelajaran tahapan ke-10 (sepuluh) tidak dijalankan. Evaluasi sumatif ini berada diluar sistem pembelajaran model Dick&Carey (2007), sehingga dalam pengembangan ini tidak digunakan.

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya.

(46)

mengembangkan evaluasi formatif dan merevisi pembelajaran/perbaikan pembelajaran. Khusus langkah ke10 tidak dijalankan. Karena evaluasi sumatif berada diluar sistem pembelajaran model Dick&Carey (2007) sehingga dalam pengembangan ini tidak digunakan.

E. Kriteria Produk

Desain produk dalam penelitian ini dikatakan sebagai prototype. Pada penelitian ini, bahan ajar divalidasi oleh validator berdasarkan ketiga karakteristik (isi, konstruk dan bahasa).

Menurut (Akker dalam Rusiyanti, 2009: 47) suatu bahan ajar dikatakan baik jika memenuhi 3 kriteria yaitu valid, praktis, dan efektif.

1 Aspek valid dikaitkan dengan 2 hal yaitu :

a) Apakah bahan ajar yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritik yang kuat

b) Apakah terdapat konsisten internal 2 Aspek praktis hanya dapat dipenuhi jika :

a) Para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan.

b) Kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan

3 Aspek efektif, Akker memberikan parameter :

a) Ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa bahan ajar tersebut efektif.

(47)

Pada penelitian ini :

1. Validasi oleh pakar (dosen matematika, guru matematika, guru bahasa indonesia, dan mahasiswa pascasarjana) validasi meliputi isi, konstruk dan bahasa.

2. Kepraktisan berarti dapat diterapkan oleh guru sesuai dengan yang direncanakan dan mudah digunakan oleh siswa.

3. Efek potensial dilihat dari hasil belajar siswa melalui tes a) Validasi

Validasi atau kesahihan berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya (Djaali, 2008: 49). Validitas atau kesahihan menunjukan pada kemampuan suatu instrumen (alat pengukur) mengukur apa yang harus diukur (… a valid measure if it succesfully measure the

phenomenon) (Papi, 2007: 1). Suatu tes atau instrumen pengukuran

dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Djaali, 2008: 49). Artinya hasil ukuran dari pengukuran tersebut merupakan besaran yang mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa yang diukur. Sehingga berdasarkan pengertian itu, dapat artikan bahwa valid itu mengukur apa yang hendak diukur (ketepatan).

(48)

sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, petunjuk-petunjuk yang diberikan jelas, susunan kalimat benar dan mudah dipahami, susunan materi pelajaran logis dan terurut, soal yang diberikan sesuai dengan kemampuan siswa. Dalam penelitian ini, bahan ajar yang dikembangkan menggunakan pendekatan PMRI yang telah dibuat akan divalidasi oleh dosen pendidikan matematika, guru matematika, guru bahasa Indonesia, dan mahasiswa pascasarjana sebagai validator. Saran-saran yang diperoleh dari validator tersebut akan dijadikan sebagai revisi untuk memperbaiki bahan ajar yang dikembangkan menggunakan pendekatan PMRI yang masih terdapat kekurangan.

(49)

dengan karakteristik PMRI, dan (7) aktivitas siswa menggunakan LKS membuat siswa mendapatkan penemuan terbimbing melalui matematisasi, membuat model-model siswa sendiri, fenomena mendidik sesuai dengan prinsip PMRI.

Validasi konstruk dari bahan ajar yang dikembangkan menggunakan pendekatan PMRI menggambarkan ketepatan bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran matematika materi volume kubus dan balok oleh siswa. Aspek validasi konstruk meliputi (1) kejelasan petunjuk belajar, adanya petunjuk penggunaan bahan ajar yang dikembangkan menggunakan pendekatan PMRI, (2) tampilan LKS disesuaikan dengan konteks dunia nyata, (3) kesesuaian komposisi warna, (4) kejelasan dalam pemilihan huruf (5) alat dan bahan yang digunakan real/nyata (tiga dimensi), (6) adanya umpan balik saat siswa mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya di depan kelas, (7) kontribusi terbesar datang dari siswa sesuai dengan karakteristik PMRI, dan (8) adanya interaktivitas guru dengan siswa, siswa dengan siswa, maupun siswa dengan LKS saat proses belajar berlangsung.

Aspek bahasa meliputi (1) bahasa yang digunakan sudah sesuai dengan EYD (2) menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, (3) rumusan kalimat komunikatif, dan (4) rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.

b) Praktis

(50)

penelitian ini, akan dilihat keterpakaian bahan ajar apakah sesuai dengan pendekatan PMRI.

Menurut Djaali (2008: 16), secara umum pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan objek pengamatan. Sedangkan menurut Sudjana (1996: 84), observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian yang banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Jadi observasi adalah pengamatan yang dilakukan untuk mengukur tingkah laku siswa pada saat siswa belajar, pada saat berdiskusi, partisipasi siswa, simulasi dan penggunaan alat peraga.

Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati. Observasi yang dapat menilai atau mengukur hasil belajar adalah tingkah laku para siswa pada waktu guru mengajar. Tingkat keberhasilan bahan ajar yang digunakan dapat diukur dengan pelakukan kegiatan observasi karena melalui kegiatan ini bahan ajar dapat menggambarkan kepraktisan dari instrumen yang dibuat.

c) Efek Potensial

Salah satu pengertian efektif menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) adalah “dapat membawa hasil”. Dalam hal ini,

(51)

dikembangkan. Menurut Hamzah (2008) bahan ajar dikatakan efektif apabila rata-rata hasil belajar yang dicapai siswa dengan menggunakan bahan ajar lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan menurut Indaryanti (2008), keefektifan yaitu adanya konsistensi antara materi yang ada dalam kurikulum dengan hasil belajar siswa dan pengalaman siswa dalam belajar. Dengan kata lain, efek potensial suatu bahan ajar ini dilihat dari tingkat keberhasilan yang dicapai siswa setelah proses pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar menggunakan pendekatan PMRI. Kriteria efek potensial bahan ajar ini mengacu pada ketuntasan belajar. Pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai 60 atau lebih dalam peningkatan hasil belajar (Putri, 2010: 48).

F. Volume Kubus dan Balok

Salah satu standar kompetensi mata pelajaran matematika pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP) adalah memahami sifat-sifat kubus, balok, limas, dan bagian-bagiannya serta menentukan ukurannya. Standar kompetensi ini terangkum dalam materi volume kubus dan balok dengan kompetensi dasar yaitu menghitung luas permukaan dan volume kubus dan balok.

Adapun indikator pencapaian kompetensi dasar pada materi volume kubus dan balok adalah:

(52)

c) Menghitung perubahan volume kubus dan balok jika ukuran rusuknya berubah.

Volume kubus dan balok merupakan materi yang akan dikembangkan pada penelitian ini. Adapun alat belajar yang digunakan pada materi volume kubus dan balok adalah isolasi, spidol, gunting, dan penggaris. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kertas karton dan plastik mika. Sedangkan alat peraga yang digunakan pada penelitian ini adalah kubus satuan yang terbuat dari kertas karton, kubus transparan yang terbuat dari plastik mika, balok transparan yang terbuat dari plastik mika, dan susu kemasan kotak (gambar 2)

(53)

Setelah peneliti memikirkan dengan baik, alat peraga yang cocok digunakan pada penelitian ini, pemilihan alat peraga yang digunakan jatuh kepada kubus satuan. Ide penggunaan alat peraga kubus satuan ini muncul setelah peneliti membaca buku Workshop ala PMRI (Ilma, 2010: 14).

Pemilihan alat peraga kubus transparan dan balok transparan yang terbuat dari plastik mika yang digunakan pada penelitian ini, dikarenakan plastik mika yang dibuat menyerupai bentuk kubus dan balok, dapat terlihat dengan jelas ketika kubus-kubus satuan dimasukkan ke dalam kubus atau balok transparan. Sedangkan susu kemasan kotak dipilih sebagai alat peraga karena konteks susu kemasan kotak sesuai dengan permasalahan yang sering dijumpai siswa pada materi volume kubus dan balok.

G. Hasil Belajar

(54)

perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti: pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berfikir, (b) ranah afektif, yaitu perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti: sikap, minat, dan cara penyesuaian diri, dan (c) ranah psikomotor, yaitu perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik, seperti: tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

(55)

Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti hanya mengukur aspek kognitifnya saja. Aspek kognitif ini diukur melalui hasil belajar siswa berupa tes setelah belajar dengan bahan ajar yang dikembangkan menggunakan pendekatan PMRI.

H. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Beberapa penelitian tentang Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) telah memberikan bukti empiris tentang prospek pengembangan dan implementasi Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di Indonesia. Hasil-hasil penelitian tentang Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) diuraikan sebagai berikut:

Deboy (2009) menyimpulkan penelitiannya tentang pengembangan materi ajar menggunakan pendekatan PMRI pada pokok bahasan kesebangunan di kelas IX SMP Talang Ubi bahwa siswa lebih tertarik dan mudah memahami materi pelajaran menggunakan buku siswa yang dikembangkan dengan konteks dunia nyata.

Dalam penelitian Nurbaiti (2011), menyimpulkan penelitiannya tentang pengembangan bahan ajar trigonometri kelas X menggunakan pendekatan PMRI di SMA Negeri 3 Palembang menunjukkan sikap positif, terhadap aktivitas pembelajaran matematika serta siswa lebih suka belajar dengan pendekatan PMRI.

(56)
(57)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

Development). Research and Development adalah metode penelitian yang

digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji efek potensial produk tersebut. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji efek potensial produk tersebut, agar dapat berfungsi di masyarakat luas, diperlukan penelitian untuk menguji produk tersebut.

Penelitian pengembangan ini yang bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang valid dan praktis pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Palembang. Isi dari pengembangan bahan ajar pada penelitian ini terdiri dari aktivitas siswa, permasalahan, dan latihan soal beserta kolom jawabannya.

B. Subjek Penelitian

(58)

ingin menghasilkan suatu produk Lembar Kerja Siswa (LKS) pada mata pelajaran matematika yang mengacu pada (contextual problem).

C. Prosedur Penelitian

Tahap-tahap yang harus dilakukan dalam penelitian pengembangan ada tiga tahapan, yaitu: tahap pendahuluan, tahap pengembangan, dan tahap evaluasi. Tahap pendahuluan terdiri dari analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan, melakukan analisis pembelajaran, menganalisis warga belajar dan lingkungannya, merumuskan tujuan khusus, mengembangkan instrumen penilaian, mengembangkan strategi pembelajaran, dan mengembangkan materi pembelajaran.

Tahap pengembangan terdiri dari dua bagian, yaitu merancang dan mengembangkan evaluasi formatif, serta merevisi pembelajaran/memperbaiki pembelajaran, tahapan yang terakhir adalah tahap evaluasi, pada tahap ini dilaksanakan evaluasi sumatif yang biasanya dilakukan di beberapa sekolah.

Dengan memperhatikan langkah-langkah di atas, maka penelitian ini hanya menggunakan dua tahapan, yaitu tahap pendahuluan dan tahap pengembangan. Hal ini dilakukan karena penelitian ini hanya sampai pada uji coba untuk kalangan terbatas yaitu siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Palembang.

1. Tahap Pendahuluan

Langkah-langkah pada tahapan ini adalah:

a) Analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan

(59)

kompetensi dasar yang akan dikembangkan untuk dijadikan tujuan pembelajaran umum dan kemampuan dasar.

b) Melakukan analisis pembelajaran

Setelah menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dikembangkan, peneliti melakukan analisis terhadap keterampilan-keterampilan yang dapat menunjang tercapainya kemampuan dasar tersebut.

c) Menganalisis warga belajar dan lingkungannya

Pada tahap ini, dilakukan survei terhadap siswa yang akan menerima pelajaran, baik usia, kelas, dan aspek yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan bahan ajar. Serta menganalisis keterampilan yang dipelajari oleh siswa dan situasi yang terkait dengan tugas yang dihadapi siswa untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.

d) Merumuskan tujuan khusus

Pada langkah ini, peneliti melakukan penjabaran indikator dari tujuan pembelajaran umum.

e) Mengembangkan instrumen penilaian

Penentuan alat penilaian yang akan digunakan untuk melihat ketercapaian tujuan pembelajaran.

f) Mengembangkan strategi pembelajaran

(60)

g) Mengembangkan materi pembelajaran

Pada langkah ini ditentukan materi yang akan dikembangakan pada bahan ajar sesuai dengan tujuan khusus dan strategi. Pada tahap ini dihasilkan desain produk yang disebut prototype

2. Tahap Pengembangan

Langkah-langkah dalam tahap pengembangan adalah merancang dan melaksanakan evaluasi formatif dan merevisi bahan ajar berupa LKS yang dilakukan pada setiap tahapan evaluasi formatif.

Tahapan pada evaluasi formatif yaitu: expert review, one-to-one evaluation, small group, dan field test

a) Expert review

Pada langkah ini dilakukan validasi bahan ajar pada materi volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI. Validasi ini dilakukan untuk mengetahui ketepatan bahan ajar yang dirancang untuk kelas VIII SMP Negeri 26 Palembang menggunakan pendekatan PMRI. Validitas yang dilakukan adalah validitas isi, validitas konstruk dan validasi bahasa. Validitas isi untuk mendapatkan gambaran tentang kesesuaian materi dalam bahan ajar dengan tujuan pembelajaran, sedangkan validitas konstruk untuk mengetahui tentang ketepatan bahan ajar berdasarkan pendekatan PMRI. Sedangkan validasi bahasa untuk mengetahui ketepatan bahasa yang digunakan pada bahan ajar agar sesuai dengan EYD.

Gambar

Tabel 2. Perbedaan LKS konvensional dan LKS berdasarkan pendekatan
Gambar 1.
Gambar 2. Alat peraga yang digunakan dalam penelitian
Tabel  3. Gambaran validator tentang bahan ajar menggunakan pendekatan PMRI
+7

Referensi

Dokumen terkait

Compressive MUSIC: Revisiting the Link Between Compressive Sensing and Array Signal Processing Information. IEEE Transaction on Information

[r]

[r]

Jurusan yang umunya dan pasti ada dalam Fakultas MIPA yaitu ilmu-ilmu eksak atau ilmu pasti diantaranya Matematika, kimia, biologi, dan fisika.. Selain jurusan tersebut

Sesuai dengan hasil evaluasi kelompok kerja, maka perusahaan Saudara merupakan salah satu penyedia Barang/jasa untuk diusulkan sebagai calon pemenang pada paket tersebut di

Sehubungan dengan pengadaan Jasa Konsultansi paket Pengadaan Jasa Konsultasi Dokumen DED (Detail Engineering Design) Rencana Pembangunan Pelabuhan Tinobu pada Dinas

Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap preparasi sampel, ekstraksi kulit batang kelor, partisi ekstrak metanol kulit batang kelor, identifikasi metabolit sekunder

Ada beberapa aspek / situasi / kondisi yang membuat Anda dapat optimal dalam bekerja. Jelaskan aspek apa saja yang dapat mendukung optimalisasi