• Tidak ada hasil yang ditemukan

HILANGNYA KARAKTERISTIK KREATIVITAS ANAK (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HILANGNYA KARAKTERISTIK KREATIVITAS ANAK (1)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HILANGNYA KARAKTERISTIK KREATIVITAS

ANAK MASA KINI DALAM FENOMENA

KONSUMERISME

Ditujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Sosial Budaya dengan Dosen M. Januar Ibnu Adham, S.Pd.,M.Pd.

Disusun oleh

Elisha Prima Azaria (1510631050041)

Farist Al Mujahid (1510631050048)

Kelas : 5B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

(2)

HILANGNYA KARAKTERISTIK KREATIVITAS

ANAK MASA KINI DALAM FENOMENA

KONSUMERISME

Elisha Prima Azaria1, Farist Al Mujahid2, M. Januar Ibnu Adam3

¹,²Mahasiswa Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 3Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Singaperbangsa Karawang farisalmujahid83@yahoo.com elishaprimaazaria@yahoo.com

Abstrak- Kreativitas merupakan kombinasi dari inovasi, flexibilitas, dan sensitivitas yang membuat seseorang mampu berpikir produktif berdasarkan kepuasan pribadi dan kepuasan lainnya. Kreativitas merupakan suatu kemampuan yang tidak dibawa sejak lahir, namun dapat dipelajari dan dikembangkan. Kreativitas juga merupakan suatu kemampuan yang penting untuk dikembangkan, karena kreativitas memiliki pengaruh besar dan cukup memberi andil dalam kehidupan seseorang. Maka dalam hal ini, para pendidik memegang peranan yang penting untuk mengembangkan kemampuan tersebut. Akan tetapi anak masa kini memiliki sifat konsumerisme sebagai dampak globalisasi. Sehingga pada fenomena konsumerisme, karakteristik kreativitas anak masa kini semakin menghilang.

Kata Kunci : Kreativitas, Konsumerisme

Abstract- Creativity is a combination of innovation, flexibility, and sensitivity that makes a person able to think productively based on personal satisfaction and other satisfaction. Creativity is a capability not brought about at birth, but can be learned and developed. Creativity is also an important skill to develop, because creativity has a big influence and is good enough to contribute to one's life. So in this case, educators play an important role to develop that ability. But today's children have the nature of consumerism as the impact of globalization. So in the phenomenon of consumerism, the characteristics of children's creativity is now disappearing.

Keywords: Creativity, Consumerism

Pendahuluan

(3)

yaitu mainan untuk digunakan dirinya sendiri maupun untuk bermain bersama teman-temannya. Sehingga karena pola pikir imajinatif anak dapat mengembangkan idenya menjadi sebuah kreativitas.

Kreativitas ini dibuat dari barang-barang yang sudah tidak terpakai. Sehingga dapat mengurangi pembuangan barang yang tidak terpakai dengan cara mendaur ulangnya. Misalnya botol-botol bekas, kardus bekas, kulit buah dan sebagainya. Banyak manfaat yang timbul ketika kreatifitas anak dapat dikembangkan.

Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai macam kebutuhan dapat diperoleh secara instan atau cepat saji, tidak perlu ada proses yang harus dilalui. Sesuatu yang instan inipun menjalar pada karakteristik anak masa kini. Kini sudah jarang ditemukan anak yang membuat mainan berdasarkan kreativitasnya sendiri. Anak lebih memilih untuk beli mainan yang bagus dan menarik dengan harga yang tidak murah. Tentunya dengan membeli langsung mainan ini kreativitas anak dalam mengembangkan imajinasinya menjadi berkurang. Semua ingin diperolehnya langsung tanpa proses yang harus dilalui, padahal tanpa disadari proses tersebutlah yang dapat terus mengembangkan kreativitas dalam diri anak. Sikap tersebut merupakan perilaku konsumtif atau konsumtivisme. Kasus konsumtivisme terjadi pada anak-anak siswa SDN 13 Serang, salah satunya disebabkan karena anak-anak mempunyai kecenderungan materialistik, hasrat yang besar untuk memilki benda-benda tanpa memperhatikan kebutuhannya. Anak-anak pada umumnya belum bisa secara optimal mengenali kebutuhan yang diperlukan, namun justru selalu teriming-imingi untuk memuaskan keinginannya. (Fitriyah, 2013).

(4)

dapat dilakukan oleh guru melalui pembaharuan mata pelajaran KTK di Sekolah Dasar.

Kajian Teori

1. Kreativitas

Rothemberg (1976, dalam Mutiah, 2010) menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan ide dan solusi baru yang berguna untuk memecahkan masalah dan tantangan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Santrock (2007) kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir dalam cara-cara yang baru dan tidak biasa serta menghasilkan pemecahan masalah yang unik.

Munandar (2012) mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi kombinasi baru, asosiasi baru berdasarkan bahan, informasi, data atau elemen-elemen yang sudah ada sebelumnya menjadi hal-hal yang bermakna dan bermanfaat. Sesuatu yang baru itu tidak perlu baru sama sekali tetapi dapat merupakan kombinasi dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Sedangkan yang dimaksud dengan informasi, data atau elemen-elemen yang sudah ada adalah semua pengalaman yang telah diperoleh semasa hidupnya baik di lingkungan pendidikan maupun lingkungan masyarakat. Munandar juga mengungkapkan kreativitas dalam penggunaan data dan informasi yang

digunakan untuk menemukan banyak kemungkinan jawaban dalam suatu masalah, yang ditekankan pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban.

Munandar juga mengemukakan bahwa kreativitas sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, kemampuan memperinci, dan keaslian suau gagasan atau pemikiran. Munandar (dalam Akbar-Hawadi, 2001) menguraikan ciri-ciri kognitif (aptitude) dari kreativitas, yaitu: (1) kelancaran berpikir, keterampilan dalam mencetuskan banyak gagasan; (2) keluwesan berpikir, keterampilan menghasilkan gagasan yang bervariasi; (3) keterampilan berpikir original, keterampilan dalam menghasilkan gagasan yang baru dan unik; (4) keterampilan memperinci gagasan, keterampilan dalam mengembangkan atau memperinci gagasan.

(5)

Sedangkan menurut Munandar (2009), kreativitas adalah hasil interaksi antara individu dan lingkungannya, kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unur yang sudah ada atau dikenal

sebelumnya, yaitu semua pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya baik itu di lingkungan sekolah, keluarga, maupun dari lingkungan masyarakat. Rhodes merumuskan definisi kreatif yang mengacu pada istilah pribadi (person), proses, produk, dan press (lingkungan yang mendorong) individu ke perilaku kreatif (Munandar, 2009).

Istilah pribadi (person) mengacu pada tiga atribut psikologis, yakni inteligensi, gaya kognitif, dan kepribadian. Perilaku kreatif merupakan hal yang muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Pada istilah proses merupakan langkah-langkah dalam metode ilmiah, yaitu proses merasakan kesulitan, permasalahan, kesenjangan, membuat dugaan dan memformulasikan hipotesis, merevisi dan memeriksa kembali hingga mengkomunikasikan hasil. Pada istilah produk, kreativitas merupakan

kemampuan dalam menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru. Produk kreatif harus bersifat observable, baru, berguna dan merupakan kualitas unik individu dalam interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Sedangkan pada istilah press mengacu pada aspek dorongan internal, yaitu kemampuan kreatif sebagai inisiatif yang dihasilkan individu dengan kemampuannya untuk mendobrak pemikiran yang biasa.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwasanya Kreativitas merupakan kemampuan seseorang yang dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan prestasi yang istimewa dalam menciptakan hal-hal yang baru atau sesuatu yang sudah ada menjadi konsep baru, menemukan cara-cara dalam pemecahan masalah yang tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan orang, membuat ide-ide baru yang belum pernah ada, dan melihat adanya berbagai kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.

(6)

berpikir yang baru. Originality, yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau asli. Elaborasi, adalah kemampuan untuk melakukan hal yang detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

Ciri-ciri kreativitas nonaptitude yaitu ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan, motivasi atau dorongan dari dalam diri untuk berbuat sesuatu. Ciri-ciri kreativitas (Desmita, 2010), antara lain:

1. Mempunyai daya imajinasi yang kuat 2. Senang mencari pengalaman baru 3. Memiliki inisiatif

4. Mempunyai minat yang luas 5. Selalu ingin tahu

6. Mempunyai kebebasan dalam berpikir 7. Mempunyai kepercayaan diri yang kuat 8. Mempunyai rasa humor

9. Penuh semangat

10. Berwawasan masa depan dan berani mengambil resiko.

Perilaku kreatif pada anak usia dini mungkin tidak akan dihasilkan jika anak takut untuk berpikir tentang hal-hal yang baru atau ketidakinginan menjadi kreatif karena kurangnya apresiasi dari orangtua, guru dan lingkungannya.

2. Konsumtif

Subaijo (dalam Lestari, 1960) mengartikan konsumtif sebagai pemakaian barang-barang untuk kebutuhan, tetapi perilaku tersebut seolah-olah berdiri sendiri tanpa ikatan, pedoman atau kontrol dari suatu skala nilai. Ali (1983) menambahkan bahwa konsumtivisme muncul karena masyarakat tidak lagi mengenali kebutuhan yang sejati, namun justru selalu tergoda untuk memuaskan keinginannya yang semu agar disebut orang modern. Konsumtivisme sebagai kata sifat berkaitan dengan perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif adalah perilaku seseorang yang dikendalikan oleh suatu keinginan untuk memenuhi hasrat

kesenangan duniawi semata-mata (Grinder, 1978). Tambunan (2001) berpendapat bahwa perilaku konsumtif adalah tindakan membeli barang-barang yang kurang atau tidak diperhitungkan sehingga sifatnya menjadi berlebihan. Selanjutnya mereka mulai tidak peduli dengan lingkungan sekitar, karena dianggap kurang menarik, kampungan, ketinggalan jaman dan sebagainya. (Fitriyah, 2013).

Konsumerisme (konsumtivisme) dipandang sebagai pola pikir dan tindakan orang yang membeli barang bukan karena membutuhkan sesuatu barang, melainkan karena mencari kepuasan dari tindakan membeli itu sendiri. (Wening, 2015).

(7)

pentingnya peran mode yang mudah menular atau menyebabkan produk-produk tertentu. Di samping itu sikap seseorang seperti orang tidak mau ketinggalan daritemannya atau penyakit kultural yang disebut “gengsi” sering menjadi

motivasi dalam memperoleh produk. Di jumpai juga gejala sosiopsikologis berupa keinginan meniru sehingga remaja berlomba lomba yang satu ingin yang lebih baik dari yang lain. Hal ini tercontoh dari membeli produk yang bukan untuk memenuhi kebutuhan dasar nya tetapi lebih sebagai “Simbol Status”

Pendapat yang lain dikemukakan Setiaji (1995) menyatakan bahwa perilaku konsumtif adalah kecenderungan seseorang berperilaku berlebihan dalam membeli sesuatu atau membeli secara tidak terencana. Sebagai akibatnya mereka membelanjakan uanganya dengan membabi buta dan tidak rasional, sekedar untuk mendapatkan barang barang yang menurut anggapan mereka dapat menjadi simbol keistimewaan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif adalah perilaku individu yang ditujukan untuk konsumsi atau membeli secara berlebihan terhadap barang atau jasa, tidak rasional, secara ekonomis

menimbilkan pemborosan, lebih mengutamakan kesenangan daripada kebutuhan dan secara psikologis menimbulkan kecemasan dan tidak aman.

Pembahasan

Bermain memiliki pengaruh terhadap perkembangan anak, salah satunya rangsangan bagi kreativitas. Melalui eksperimentasi dalam bermain, anak-anak menemukan bahwa sesuatu yang baru dan berbeda dapat menimbulkan kepuasan. Bermain dengan memanipulasi benda-benda yang mereka temukan merupakan efek dari apa yang mereka lihat disekelilingnya (Swartz, 2005). Selanjutnya mereka dapat mengalihkan minat kreatifnya ke situasi di luar dunia bermain. Melalui bermain, anak mengembangkan combinatory imagination, yaitu

kemampuan untuk menggabungkan elemen dari pengalaman dalam suatu situasi dan perilaku yang baru. Hal ini penting dalam pembentukan kreativitas (Russ & Forelli, 2010). Seperti penelitian yang dilakukan oleh Berretta dan Privette (1990, dalam Howard Jones dkk 2002) bahwa anak-anak yang berpartisipasi dalam permainan menunjukkan tingkat kreativitas yang lebih tinggi.

Anak-anak melakukan bermain secara individu maupun bekelompok. Bermain yang dilakukan secara individu banyak dihubungkan dengan

perkembangan emosional, kemampuan fisik, perkembangan bahasa, dan kemampuan dalam memproses informasi sosial. Anak yang bermain secara individu hanya akan berinteraksi dan menunjukkan ketertarikan dalam

(8)

2003). Lebih jauh lagi, bermain dengan menggunakan objek juga membantu perkembangan kreativitas dan pemecahan masalah (Lloyd, & Howe, 2003). Ketika bermain sendiri, anak mungkin dapat menjadi lebih imajinatif. Pulaski (Lloyd & Howe, 2003) beranggapan bahwa privasi dapat menjadi kunci utama dalam perkembangan kemampuan imajinasi, dimana anak-anak dapat mengulang kembali pengalaman pengalamannya ketika bermain, menghasilkan dugaan-dugaan lebih lanjut, dan membantu perkembangan potensi kreativitasnya.

Selain bermain secara individu, sebagian anak-anak juga bermain secara berkelompok. Semakin bertambahnya usia, maka anak akan lebih terlibat dalam bermain berkelompok dengan teman sebaya. Bermain berkelompok dengan teman sebaya merupakan suatu hal yang penting, dan memberikan lingkungan belajar yang unik bagi mereka. Adanya perbedaan opini dan pemikiran dengan temannya, dan kesempatan untuk berdiskusi dan bernegosiasi tentang perbedaan tersebut, dianggap mampu membantu anak dalam mengembangkan kemampuan sudut pandang anak dalam hubungan dengan teman sebayanya, serta memberi kesempatan anak untuk memberikan pemecahan masalah yang baru kepada kelompoknya (Coplan, Rubin, & Findlay, 1998).

Menurut jurnalis yang bernama Bruce Horovitz anak usia Sekolah Dasar masa kini yang lahir antara tahun 2006 hingga tahun 2010, termasuk dalam anak Generasi Z. Generasi Z adalah anak anak yang lahir pada rentang tahun 1995 hingga 2014. Dalam pengertian yang lain Generasi Z adalah orang orang yang lahir di generasi internet-generasi yang sudah menikmati keajaiban teknologi usai kelahiran internet.

Pentingnya Pengembangan Kreativitas Anak

Munandar memberikan empat alasan perlunya dikembangkan kreativitas pada anak yaitu:

 Pertama, dengan berkreasi anak dapat mewujudkan dirinya dan ini merupakan kebutuhan pokok manusia.

 Kedua, kreativitas atau cara berpikir kreatif, dalam arti kemampuan untuk menemukan caracara baru dapat memecahkan suatu permasalahan.

 Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak saja berguna tapi juga memberikan kepuasan pada individu. Hal ini terlihat jelas pada anak-anak yang bermain balok-balok atau permainan konstruktif lainnya. Mereka tanpa bosan

menyusun bentuk-bentuk kombinasi baru dengan alat permainannya sehingga seringkali lupa terhadap hal-hal lain.

(9)

membuat ide-ide, penemuan-penemuan atau teknologi baru yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara luas.

Bermain dan Kreativitas Anak

Kreativitas pada anak adalah kemampuan untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran yang asli, tidak biasa, dan sangat fleksibel dalam merespon dan mengembangkan pemikiran dan aktivitas (Abdurrahman, 2005). Pada anak usia dini kreativitas akan terlihat jelas ketika anak bermain, dimana ia menciptakan berbagai bentuk karya, lukisan ataupun khayalan spontanitas dengan alat mainannya.

Bermain merupakan dunia anak-anak, sehingga anak-anak tidak terlepas dari bermain yang merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan spontan. Sehingga hal tersebut memberikan dampak positif bagi anak seperti bagaimana anak dapat mengeksplor lingkungan ketika bermain, melepas emosi negatif pada diri anak, dan memberikan rasa aman secara psikologis pada anak. Dalam suasana bermain aktif, anak memperoleh kesempatan yang luas untuk melakukan

eksplorasi guna memenuhi rasa ingin tahunya, anak bebas mengekspresikan gagasannya memalui khayalan, drama, bermain konstruktif, dan sebagainya. Ketika anak merasa nyaman, aman, dan bebas mengeksplor lingkungannya, maka disinilah akan tumbuh dan berkembangnya kreativitas, sehingga keadaan bermain yang menyenangkan bagi anak berkaitan erat dengan upaya pengembangan kreativitas anak.

Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan kreativitasannya, karena dengan bermain ia dapat bereksperimen dengan gagasan-gagasan barunya baik yang menggunakan alat permainan atau tidak. Ketika anak merasa mampu menciptakan sesuatu yang baru dan unik, ia akan melakukan kembali situasi yang sama. Kreativitas memberi anak kesenangan dan kepuasan pribadi yang sangat besar dan penghargaan yang memiliki pengaruh nyata pada perkembangan pribadinya.

Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan dorongan-dorongan kreatifnya sebagai kesempatan untuk merasakan obyek-obyek dan tantangan untuk menemukan sesuatu dengan cara-cara baru, untuk

menemukan penggunaan suatu hal secara berbeda, serta menemukan hal yang baru. Selain itu bermain memberikan kesempatan pada individu untuk berpikir dan bertindak imajinatif, serta penuh daya khayal yang erat hubungannya dengan perkembangan kreativitas anak.

(10)

1. Mendongeng. Mendongeng dapat meningkatkan daya khayal anak yang merupakan bagian dari pengembangan kreativitas.

2. Menggambar. Menggambar memberikan kesempatan anak tentang apa yang ingin disampaikan serta dapat pula meningkatkan daya imajinasi anak. 3. Bermain alat musik sederhana. Kegiatan ini dapat membantu anak dalam hal

menemukan sesuatu yang baru yang berkaitan dengan alat musik.

4. Bermain dengan lilin atau playdough. Permainan ini merupakan permainan yang dapat membantu bagaimana anak mengeksplor lingkungannya serta dapat meningkatkan daya imajinasi anak.

5. Permainan tulisan tempel. Permainan ini mendorong anak berpikir aktif dan kreatif.

6. Permainan dengan balok.

7. Berolahraga atau gerakan menari.

Pengembangan Kreativitas Anak

Pengembangan kreativitas anak juga tidak terlepas dari dorongan

orangtua, guru, dan lingkungan sekitarnya. Upaya membantu perkembangan serta pengembangan kreativitas anak, diantaranya sebagai berikut :

1. Berusaha memahami pikiran dan perasaan anak.

2. Menciptakan rasa aman kepada anak untuk mengekspresikan kreativitasnya. 3. Berusaha mendorong anak untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya tanpa

mengalami hambatan, serta menghargai gagasan-gagasannya.

4. Hendaknya lebih menekan pada proses daripada hasil sehingga mampu memandang permasalahan anak sebagai bagian dari keseluruhan dinamika perkembangan dirinya.

5. Tidak memaksakan pendapat, pandangan, atau nilai-nilai tertentu kepada anak. 6. Berusaha mengeksplorasi segi-segi positif yang dimiliki anak dan bukan

sebaliknya mencari-cari kelemahan anak.

7. Menyediakan lingkungan yang mengizinkan anak untuk menjelajah dan bermain tanpa pengekangan yang tidak seharusnya dilakukan.

(11)

1. Faktor internal, yang mempengaruhi diantaranya adalah kepribadian, gaya hidup dan demografi. Kepribadian adalah respon yang konsisten terhadap rangsangan perilaku. Gaya hidup adalah pola seseorang dalam menjalankan hidup. Demografi adalah pasar konsumen yang diidentifikasikan dari usia, pendapatan, dan pendidikan. Kepribadian, gaya hidup dan demografi berpengaruh terhadap perilaku konsumsi seseorang. Jenis, cara dan tingkat mengkonsumsi produk yang sebagai bagian dari kepribadian dan gaya hidupnya. Perilaku konsumtif tidak dibenarkan oleh ajaran agama, sehingga individu diwajibkan mengontrol diri dan mengontrol hawa nafsunya.

a) Bakat, minat, nilai dan konsep diri. Individu mempunyai konsep diri yang positif tidak mudah dipengaruhi untuk melakukan konsumerisme. Sebaliknya, maka muncul individu yang cepat terpengaruh dengan berbagai stimulus yang ada, akhirnya muncul perilaku konsumtif.

b)Pengetahuan, yaitu faktor ini merupakan hasil dari bentuk-bentuk informasi yang diperoleh dari pengalaman individu berinteraksi dengan lingkungannya. 2. Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku konsumtif, meliputi :

a) Kelas Sosial, yaitu Adanya ragam perbedaan status ekonomi dan sosial yang menghasilkan perbedaan sikap dan menghasilkan perbedaan perilaku konsumen. Kelas sosial merupakan bentuk pengelompokan komunitas tertentu yang pada akhirnya menentukan tinggi rendahnya seseorang pada kelas sosial atas, menengah dan bawah. Kelas sosial akan berpengaruh terhadap suatu produk untuk dikonsumsi.

b) Keluarga, merupakan merupakan lingkungan utama dan pertama bagi anak, dengan demikian menjadi unit yang berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan, termasuk yang berkaitan dengan sikap dan perilaku konsumsi.

(12)

fungsionalnya yang utama tetapi karena “lapar” mata. . Dalam lingkup yang lebih kecil dengan anak sebagai subyeknya (2 hingga 12 tahun) yang gemar bermain game online biasanya mereka menghabiskan waktu 2 jam per hari untuk bermain game online.

Hal ini pun berpengaruh terhadap kreativitas anak yang mulai bergeser dari era tradisional ke era digital. Mereka jadi lebih cepat belajar tentang teknologi masa kini dibandingkan dengan orang tua mereka. Mereka dapat belajar dengan cepat untuk menguasai Laptop, Tablet, maupun Handphone. Hal ini mempengaruhi RPP seorang guru sebelum mengajar, guru harus dapat menyesuaikan materi nya dengan kondisi generasi anak SD masa kini, seperti penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Teknologi di sini dimanfaatkan sebagai sarana mencari bahan ajar pada saat berlangsungnya mata pelajaran KTK dengan menampilkan video tentang pembuatan suatu kreativitas.

Kesimpulan

Kreativitas merupakan kemampuan seseorang yang dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan prestasi yang istimewa dalam menciptakan hal-hal yang baru atau sesuatu yang sudah ada menjadi konsep baru, menemukan cara-cara dalam pemecahan masalah yang tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan orang, membuat ide-ide baru yang belum pernah ada, dan melihat adanya berbagai kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Adapun perilaku konsumtif adalah perilaku individu yang ditujukan untuk konsumsi atau membeli secara berlebihan terhadap barang atau jasa, tidak rasioonal, secara ekonomis menimbilkan

pemborosan, lebih mengutamakan kesenangan daripada kebutuhan dan secara psikologis menimbulkan kecemasan dan tidak aman.

Kreativitas anak SD masa kini sangatlah berbeda dengan kreativitas anak SD jaman dahulu. Para guru harus bersikap luwes dan mengikuti perkembangan jaman dalam Rencana Pembelajarannya untuk menyalurkan kreativitas anak ke tahap yang lebih modern dengan memanfaatkan teknologi yang canggih saat ini. Hendaknya para guru SD diberikan pelatihan tentang bagimana meningkatkan kreativitas anak SD masa kini.

(13)

inilah yang menimbulkan perilaku konsumtif anak masa kini. Sedangkan kreativitas anak SD yang berada di pedesaan pada umumya tetaplah sama seperti dahulu yaitu masih secara nyata dan memanfaatkan benda benda yang bisa diolah karena teknologi informasi belum masuk secara masif.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan ridhoNya, kami senantiasa dapat menyelesaikan artikel ini tepat waktu.

Terima kasih juga kepada bapak M. Januar Ibnu Adham, S.Pd.,M,Pd. yang telah memberikan tugas ini guna melatih kemampuan kami dalam menulis dan menganalisa suatu kehidupan sosial dalam masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Daftar Pustaka dari Website

Tim Internet Sehat. (2015).

http://internetsehat.id/2015/01/rata-rata-dua-jam-dihabiskan-anak-anak-untuk-main-game. [diakses pada 17 Desember 2017

pukul 12.45]

Adam, Aulia. (2017). Selamat Tinggal Generasi Milenial, Selamat Datang Generasi Z. [diakses pada 17 Desember pukul 12.20]

Daftar Pustaka dari Jurnal

Fitriyah, Neka. (2013). Iklan Televisi dan Perilaku Konsumtif Anak-Anak (Studi Kasus Pada Siswa SDN 13 Serang). Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Pranata Sosial. Vol. 2 No. 2

(14)

Wening, Sri. (2015). Membentengi Keluarga terhadap Budaya Konsumerisme dengan Nilai-Nilai Kehidupan dalam Pendidikan Konsumen. Jurnal Keluarga. Vol 1. No 1

Referensi

Dokumen terkait

Pembahasan kali ini dibatasi pada dampak Globalisasi Pangan terhadap ketahanan pangan dan pertanian lokal, keragaman produk pangan, keamanan pangan dan lingkungan,

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran active learning metode seminar kelas dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa kelas VIII pada

Penelitian tersebut juga menyatakan bahwa Customer experience dan brand trust berpengaruh positif dan signifikan terhadap customer loyalty, sehingga hal tersebut berarti

Segala puji hanyalah milik Allah SWT semata yang telah memperkenankan penulis menyelesaikan penelitian dan menuangkan hasilnya dalam bentuk tesis yang berjudul “ Model Investasi

Glositis atrofi atau hunter glossitis adalah suatu kondisi yang ditandai oleh lidah mengkilap halus dan nyeri yang disebabkan oleh atrofi dari papila lingual (depapillation)..

Iklan yang diputar setelah program acara berlangsung akan dianggap sebagai posisi pasang iklan yang paling strategis sehingga dipasang harga lebih mahal dibandingkan iklan

Pada Pertumbuhan ekonomi suatu daerah seperti hal nya kota Palembang yang dimana Produk Domestik Bruto(PDRB) kota Palembang mempunyai beberapa sub sektor yang dimana

Dalam hal ini digunakan rujukan dari penelitian yang dilakukan oleh Siti Sara (2013) meneliti tingkat kepuasan konsumen terhadap gerai kopi di Kota Medan dari hasil