BAB 6 KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI
KABUPATEN MINAHASA SELATAN
i.
Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya
Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan
kapasitas kelembagaan RPIJM pada pemerintahan Kabupaten Minahasa Selatan.
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Dalam UU
32/2004.
Disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu
Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat
daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.
Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya
urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi
perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan,
kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan,
jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan
kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani,
dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi
perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.
2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan.
PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang
menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan
pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.
PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat
dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi
“(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan
pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar.
Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib
yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPIJM sebagai salah satu
perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota.
3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah
Berdasarkan PP 41 tahun 2007.
Bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang.
Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas
ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri
dari 3 subbagian dan masing- masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.
Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/ Kota
4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014. Dalam Buku II
Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan
akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan
ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan
penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan
aparaturnya.
Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk
memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan
standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi.
Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah,
seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem
ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand
Design Reformasi Birokrasi 2010-2025.
Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah
mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012
tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada
Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada
pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan
berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan
panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan,
penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.
Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai
sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi,
yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM).
Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan
dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu
:
1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen
perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi
manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;
2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai
peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;
3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan
fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana,
pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;
4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi,
serta pembangunan dan pengembangan e-government;
5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen
pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan,
asesmen individiu berdasarkan kompetensi;
6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan
Indikator Kinerja Utama (IKU);
8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja
masing- masing;
9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.
Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010 -2014 Cipta Karya
6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Nasional.
Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses
pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua
instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah.
Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna Sumber:
Road Map Reformasi Birokrasi terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,
berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan
masing-masing.
Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai
menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Keciptakaryaan. Untuk itu perlu
diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan
prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPIJM Bidang Cipta Karya.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar
Pelayanan Minimum.
Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang
menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang
ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari
beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke-PU-an, khususnya
untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPIJM.
Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi
penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung
jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan
penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang
baik provinsi maupun kabupaten/kota.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
Penataan Organisasi Perangkat Daerah.
Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah.
Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan
Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan
Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.
9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan.
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk
memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal
kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat
seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air
limbah.
10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan
Pegawai Berdasarkan Beban Kerja.
Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil Pedoman ini dimaksudkan
sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai
berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan
kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar
kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan
pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati melaksanakan dan
memfasilitasi penyediaan pelayanan di daerah.
Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan
daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan
pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada
sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani
urusan pemerintah pada bidang/sub bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan
kinerja pelayanan kelembagaan.
ii. Kondisi Kelembagaan
Bagian ini menguraikan secara sistematis tentang kondisi eksisting kelembagaan Pemerintah
Kabupaten Minahasa Selatan yang menangani bidang Cipta Karya.
 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari Sembilan Program Reformasi
Birokrasi. Keorganisasian yang dimaksud dalam pedoman ini adalah struktur, tugas, dan fungsi
pemerintah daerah yang menangani bidang Cipta Karya.
Untuk mengetahui kondisi dari keorganisasian bidang cipta karya, informasi yang perlu
disajikan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Peraturan Daerah yang menjadi dasar penetapan Struktur Organisasi Pemerintah
Kabupaten Minahasa Selatan.
2. Gambaran struktur organisasi Pemerintah Kab. Minahasa Selatan saat ini.
3. Gambaran struktur organisasi instansi yang menangani urusan bidang Cipta Karya saat ini.
4. Penjelasan tentang tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya dalam Struktur
 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Sebagaimana ditetapkan dalam Program RB, penataan tata laksana merupakan salah satu
prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu
dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan
menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan
tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.
Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang keciptakaryaan, perlu
mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam
melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing- masing bidang/seksi.
Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi
di dalam keorganisasian urusan keciptakaryaan, maupun untuk hubungan kerja lintas
dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan
secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.
Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di dalam Peraturan
Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan, khususnya
menyangkut tupoksi dari masing- masing instansi pemerintah bidang keciptakaryaan.
Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi
dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta Standar Operasional
Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai
dalam melakukan tugasnya.
Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya
Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur
merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan
tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi SDM di
keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya, yang dapat dilakukan dengan
6.2. Kerangka Regulasi
Ditjen Cipta Karya dalam melakukan tugas dan fungsinya mengacu pada Undang-Undang yang
berlaku. Adapun amanat perundangan yang terkait dengan keciptakaryaan antara lain:
 Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional
 Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan, maka
pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi
diarahkan pada: (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam
penyediaan air minum dan sanitasi; (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum
dan sanitasi dasar bagi masyarakat; (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan
sanitasi yang kredibel dan profesional; dan (4) penyediaan sumber-sumber
pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.
 Percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara
pemerintah dan dunia usaha; Pengembangan perumahan dan permukiman.
 Ketersediaan infrastruktur sesuai tata ruang; Terpenuhinya penyediaan air minum
untuk kebutuhan dasar pengembangan infrastruktur pedesaan mendukung pertanian;
Pemenuhan kebutuhan hunian didukung sistem pembiayaan jangka panjang;
Terwujudnya kota tanpa pemukiman kumuh.
 Terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
pendukung bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan
perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel sehingga
terwujud kota tanpa permukiman kumuh.
 Undang-Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
 Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah (TPA) yang
dioperasikan dengan sistem pembuangan terbuka (open dumping) paling lama lima
(5) tahun terhitung sejak diberlakukannya UU ini.
 Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga
dilakukan dengan pengurangan sampah, dan penanganan sampah. Upaya
pengurangan sampah dilakukan dengan pembatasan timbulan sampah, pendauran
sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan
pemrosesan akhir.
 Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
 Peraturan ini mengatur perihal pembinaan, perencanaan, pembangunan, penguasaan,
pemilikan, dan pemanfaatan, pengelolaan, peningkatan kualitas, pengendalian,
kelembagaan, tugas dan wewenang, hak dan kewajiban, pendanaan dan sistem
pembiayaan, dan peran masyarakat.
 Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
 Bangunan gedung harus mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan
gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi, dan selaras dengan
lingkungannya. Sistem penghawaan, pencahayaan, dan pengkondisian udara
dilakukan dengan prinsip-prinsip penghematan energi (amanat green building).
 Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan harus dilindungi dan dilestarikan.
 Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia
merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung.
 Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
 Infrastruktur air minum, air limbah permukiman, persampahan, merupakan bagian
dari sistem jaringan prasarana yang mendukung sistem permukiman dan membentuk
struktur ruang kota.
 Peraturan ini mengamanatkan penyediaan ruang terbuka hijau
 Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
 Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat merupakan Urusan Pemerintahan
yang wajib diselenggarakan seluruh Daerah dan bersifat Pelayanan Dasar untuk
memenuhi kebutuhan dasar warga negara. Pemda telah diamanatkan untuk
memprioritaskan pelaksanaan Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan
Pelayanan Dasar sehingga mendapat perlakuan khusus dalam penyusunan
kelembagaan, perencanaan dan penganggaran di pusat dan di daerah.
 Pelaksanaan Pelayanan Dasar pada Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan
dengan Pelayanan Dasar berpedoman pada SPM yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat, sekaligus mendukung indikator kinerja utama kementerian dan kinerjanya
 Dalam pembangunan bidang infrastruktur permukiman, Pemerintah Pusat memiliki
kewenangan untuk mengembangkan sistem permukiman secara nasional, lintas
provinsi, atau untuk kepentingan strategis nasional. Pembagian kewenangan antara
Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota ditunjukan pada tabel Berikut
Di samping Undang-Undang tersebut, Ditjen Cipta Karya dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya juga mengacu pada peraturan pelaksana dalam bentuk Peraturan Pemerintah,
Peraturan Presiden, maupun Peraturan Menteri PUPR. Adapun peraturan pelaksanaan bidang
Cipta Karya antara lain:
 PP No. 36 tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG (Undang Undang
Bangunan Gedung);
 PP No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
 PP No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga;
 PP No. 88 Tahun 2014 tentang Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman;
 PP No. 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air
 PP No. 122 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum;
 Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam
Penyediaan Infrastruktur, dengan perubahannya Perpres No. 13 Tahun 2010 dan Perpres
No. 56 Tahun 2011;
 Perpres No. 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025;
 Perpres No. 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca;
 Perpres No. 185 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi;
 Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
 Perpres No. 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat;
 Perpres No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur;
 Permen PU No. 21/PRT/M/2006 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP);
 Permen PU No. 06/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan;
 Permen PU No. 45/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan
Gedung Negara;
 Permen PU No. 16/PRT/M/2008 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP);
 Permen PU No. 24/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Pemeliharaan Dan Perawatan
Bangunan Gedung;
 Permen PU No. 16/PRT/M/2010 Tentang Pedoman Teknis Pemeriksaan Berkala
Bangunan Gedung;
 Permen PU No. 18/PRT/M/2012 Tentang Pedoman Pembinaan Penyelenggaraan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;
 Permen PU No. 03/PRT/M/2013 Tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana
Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah
Tangga;
 Permen PU No. 13/PRT/M/2013 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;
 Permen PU No. 1/PRT/M/2014 Tentang SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang;
 Permen PU No. 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan;
 Permen PU No. 25/PRT/M/2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan
Sistem Penyediaan Air Minum;
 Permen PUPR No. 03/PRT/M/2015 Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus
Bidang Infrastruktur;
 Permen PUPR No. 15/PRT/M/2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
 Permen PU No. 34/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
 Permendagri No. 57 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Perkotaan;
 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang Persyaratan
Kualitas Air minum
Meskipun perangkat peraturan perundangan yang dimiliki Ditjen Cipta Karya sudah cukup
lengkap, namun ke depan fungsi pengaturan perlu terus diperkuat. Dalam rangka mendukung
pencapaian sasaran pembanguan 2015-2019, perangkat peraturan yang perlu disusun antara lain:
 RUU Sanitasi
 RPP tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman
 RPP Rumah Negara
 RPP Penyelenggaraan Rumah Susun
 Raperpres tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Kawasan
Permukiman
 Raperpres Surat Bukti Kepemilikan Bangunan Gedung
 Raperpres Bangunan Gedung Negara
 Raperpres tentang Badan Peningkatan Sistem Penyediaan Air Minum
 Rapermen PUPR tentang Pedoman Pemberian Izin Penyelenggaraan Sistem Penyediaan
Air Minum oleh Badan Usaha dan Masyarakat untuk Memenuhi Kebutuhan Sendiri
 Rapermen PUPR tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pengembangan SPAM
 Rapermen Pemberian Dukungan Pemerintah Daerah dalam Rangka Kerjasama BUMN/
BUMD dengan Badan Usaha
 Rapermen PUPR tentang POS Pengelolaan SPAM
 Rapermen PUPR tentang Pemberlakuan Standar Kompetansi Kerja Nasional Indonesia
 Rapermen PUPR tentang Penyelenggaraan SPAM
 Rapermen PUPR Tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah
 Rapermen PUPR tentang Peran Masyarakat dalam Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Permukiman
 Rapermen PU tentang Pedoman Teknis Pembangunan Infrastruktur Kawasan Perdesaan
 Rapermen PUPR tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh
 Rapermen Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa
 Rapermen Pedoman Teknis Kemudahan pada Bangunan Gedung
 Rapermen PUPR tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kawasan Permukiman
 Rapermen PUPR tentang Tim Ahli Perumahan dan Kawasan Permukiman
 Rapermen PUPR tentang Pembangunan Infrastruktur Kawasan Perbatasan Negara
 Rapermen PUPR tentang Pembangunan Infrastruktur Permukiman Berbasis
Pemberdayaan Masyarakat
 Rapermen PUPR tentang Spesifikasi Teknis dan Biaya Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh Perkotaan
 SE Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Model Peraturan Daerah tentang Pencegahan
dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
Kerangka regulasi ini diarahkan untuk memfasilitasi, mendorong dan/atau mengatur perilaku
masyarakat, termasuk swasta dan penyelenggara negara dalam mewujudkan permukiman layak
huni dan berkelanjutan. Kerangka regulasi ini disusun dengan mempertimbangkan regulasi yang
ada, untuk melengkapi kebutuhan regulasi yang belum diatur, maupun untuk perbaikan bilamana