• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

i

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY. S DENGAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR CAIRAN

DAN ELEKTROLIT PATOLOGI SISTEM PERKEMIHAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI PAVILIUM

MARWAH ATAS RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA

CEMPAKA PUTIH

TANGGAL 20-22 MEI 2017

DISUSUN OLEH :

SATYA WIRA WIJAKSANA

2014750036

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny.S Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Cairan Dan Elektrolit Patologis Sistem Perkemihan Chonic Kidney Disease (CKD) Di Pavilium Marwah Atas Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putihdari tanggal 20 sampai 22mei 2017.

Karya tulis ini di susun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma IIIKeperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menemukan banyak kesulitan dan hambatan, tetapi berkat bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Dengan selesainya Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, terutama kepada:

1. Dr. Muhammad Hadi, SKM.,M.Kep selaku Dekan FIK-UMJ.

2. Ns. Titin Sutini,M.Kep.,Sp.Kep.An selaku Ka Prodi DIII Keperawatan FIK-UMJ. 3. Ns. Wati Jumaiyah,M.Kep.,Sp.Kep.KMB selaku dosen pembimbing dan penguji

dari DIII Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

4. Ns. Dedi ,M.Kep.,Sp.Kep.Kom selaku wali tingkat angkatan XXXII.

5. Endang ,S.Kep selaku pembimbing ruangan dan penguji dari DIII Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

6. Dosen dan para staf D III Keperawatan RSIJ FIK UMJ yang telah banyak memberikan ilmu dan mengajari saya selama 3 tahun.

7. Orang tua dan adik-adik saya tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.

(5)

iv

8. Tim Medical Surgical Of Nursing Grup(Satya, Fitrah, Vindy, Asri) terima kasih atas kerja samanya dengan baik dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tempat pada waktunya bersama-sama.

9. Temen seperjuangan selama di kampus TIGA SERANGKAI bisa dikatakan tiga semprul yaitu : (Abdul, Dika, Satya).

10.Rekan-rekan seperjuangan angkatan XXXII DIII Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakartayang selalu setia menemani dan mendukung penulis. 11.Perpustakaan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

yang sudah menyediakan fasilitas dan buku-buku yang dibutuhkan penulis untuk terwujudnya karya tulis ilmiah ini. Universitas Muhammadiyah Jakarta dan semua pihak terkait yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi tenaga keperawatan pada umumnya dan bagi penulis khususnya, sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan di bidang keperawatan.

Wassalamualaikum Wr. Wb

(6)

v DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ...i

LEMBAR PENGESAHAN...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI...v DAFTAR TABEL...vii BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar belakang ... 1 B. Tujuan penulisan ... 4 1. Tujuan umum ... 4 2. Tujuan Khusus ... 4 C. Ruang lingkup ... 4 D. Metode penulisan ... 5 E. Sistematika penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 7

A. Konsep dasar ... 7

1. Pengertian ... 7

2. Klasifikasi ... 8

3. Etiologi ... 8

4. Gangguan Kebutuhan Dasar ... 9

5. Manifestasi Klinik ... 14

6. Komplikasi ... 15

7. Penatalaksanaan dan Terapi ... 15

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien dengan CKD ... 20

1. Pengkajian Keperawatan ... 20

2. Diagnosa Keperawatan... 25

3. Perencanaan Keperawatan ... 26

4. Pelaksanaan Keperawatan ... 33

(7)

vi

BAB III TINJAUAN KASUS ... 34

A. Pengkajian Keperawatan ... 34 B. Diagnosa Keperawatan... 44 C. Perencanaan Keperawatan ... 46 D. Pelaksanaan Keperawatan ... 48 E. Evaluasi Keperawatan ... 53 BAB IV PEMBAHASAN ... 55 A. Pengkajian Keperawatan ... 55 B. Diagnosa Keperawatan ... 57 C. Perencanaan Keperawatan... 59 D. Pelaksanaan Keperawatan ... 60 E. Evaluasi Keperawatan ... 60 BAB V PENUTUP ... 62 A. Kesimpulan... 62 B. Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL LAMPIRAN

(8)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajadnya ... 8

Tabel 2.2 Rencana tatalaksana penyakit ginjal kronik ... 16

Tabel 2.3 Rencanan Asuhan Keperawatan ... 26

Tabel 3.1 Hasil pemeriksaan laboratorium 20 Juni 2017 ... 35

Tabel 3.2 Hasil pemeriksaan laboratorium 1 Juni 2017 ... 41

Tabel 3.3 Analisa Data ... 43

Tabel 3.4 Perencanaan ... 46

Tabel 3.5 Pelaksanaan ... 48

(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. (setiati, dkk, 2015)

menurut (PERNEFRI, 2017), Ginjal memainkan peran utama dalam mengatur tekanan darah dan menyeimbangkan elektrolit penting yang menjaga ritme jantung,". Saat ini, frekuensi penyakit ginjal kronis (Chronic Kidney Disease atau CKD) cenderung terus meningkat setiap tahun di seluruh dunia. Studi populasi di empat kota yakni Jakarta, Yogyakarta, Surabaya dan Bali yang melibatkan sekitar 10.000 pasien dengan metode Modification Diet in Renal Disease (MDRD) menunjukkan bahwa prevalensi CKD sebesar 8,9 persen penduduk Indonesia

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 melaporkan prevalensi penyakit gagal ginjal kronis berdasarkan diagnosis dokter prevalensi dokter di Indonesia sebesar 0,2 persen. Prevalensi tertinggi di Sulawesi Tengah sebesar 0,5 persen, diikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Utara masing-masing 0,4 persen. Sementara Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur masing– masing 0,3 persen. Prevelensi gagal ginjal kronis pada pria di Indonesia sebesar 0,3 persen dan pada wanita di Indonesia sebesar 0,2 persen. Riskesdas juga melaporkan prevalensi gagal ginjal kronis terbesar terdapat pada klien berusia ≥ 75 tahun, yaitu sebesar 0.6 persen. Di DKI JAKARTA menduduki peringkat kelima sebanyak 1087 yang menderita penyakit CKD dari 31 provensi di indonesia.

Menurut KEMENKES 2017 angka kejadian di provinsi DKI JAKARTA Berdasarkan prevalensi nasional penderita gagal ginjal kronis sebesar 0,2%. Adapun provinsi yang mempunyai prevalensi tertinggi adalah Sulawesi Tengah (0,5%) dan ada 7 provinsi yang mempunyai prevalensi terendah. Dan berdasarkan gambaran di tahun 2013 dengan menggunakan unit analisis individu menunjukkan bahwa secara nasional 0,2% penduduk Indonesia menderita penyakit gagal ginjal

(10)

2

kronis. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 504.248 jiwa yang menderita gagal ginjal kronis (0,2% x 252.124.458 jiwa* = 504.248 jiwa). Suatu kondisi yang cukup mengejutkan.

Di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ), data klien CKD pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret tahun 2016 terdapat 145 klien. Ruang Melati sebagai perawatan umum di rumah sakit Islam Jakarta masuk ke10 penyakit terbanyak selama tiga bulan terakhir (Januari sampai Maret 2016) yaitu menempati urutan ke sembilan penyebab klien mengalami rawat inap (RSIJ, 2016).

Masalah keperawatan yang didapat pada klien CKD ditinjau dari gangguan kebutuhan dasar yaitu kebutuhan cairan dan elektrolit. Hilangnya jaringan ginjal fungsional merusak kemampuan untuk mengatur keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa. Kerusakan filtrasi dan reabsorpsi menyebabkan penumpukan cairan pada tubuh, sehingga tubuh mengalami kelebihan cairan. Kebutuhan cairan dan elektrolit terganggu pada akhirnya dalam tidak ditangani dengan baik, pasien dengan Gagal Ginjal Kronik akan mengalami komplikasi lain seperti menurunkan semua fungsi tubuh dan bisa menyebabkan kematian. Penatalaksaaan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan mengatasi masalah pada kebutuhan cairan yang berlebih dengan cara melakukan terapi dengan menggantikan fungsi ginjal yang sudah rusak, yaitu pembatasan makanan dan minuman untuk mengurangi cairan dan elektrolit, seperti diit rendah protein, pemberian diuretik, selain itu bisa dilakukan dengan hemodialisa atau transplantasi pada ginjal.

Pemenuhan kebutahan dasar dan masalah keperawatan ini tidak ditangani maka terjadi komplikasi. Komplikasi yang sering timbul pada CKD adalah hiperkalimia, perikarditis, hipertensi, anemia, dan penyakit tulang. Penatalaksanaan untuk mencegah komplikasi dan mengatasi masalah keperawatan serta terapi untuk menggantikan fungsi ginjal yang telah rusak yaitu pembatasan makanan untuk mengurangi cairan dan elektrolit, diet rendah protein (Doengoes, 2012, Nursalam , 2008).

Di masa yang akan datang, penyakit ini di prediksi akan terus bertambah jumlah kliennya sehingga di butuhkan perawatan yang optimal. Perawat sebagai salah satu tim kesehatan mempunyai peran sebagi tim asuhan keperawatan pada klien CKD

(11)

3

yang melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Dalam upaya promotif perawat berperan untuk memberikan pendidikan kesehatan sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi. mengenai cara-cara pencegahan sampai dengan komplikasi dengan membiasakan pola hidup sehat dengan cara rajin berolah raga dan menghindari minuman beralkohol, rokok dan zat-zat kimia yang berbahaya. Upaya preventif perawat memberikan perawatan kepada klien dengan memantau cairan dan elektrolit yang seimbang, dan tanda adanya perubahan fungsi regulator tubuh serta membatasi cairan klien. Peran perawat dalam upaya kuratif yaitu berkolaborasi dalam menyiapkan tindakan hemodialisa dan memberikan obat. Peran perawat dalam upaya rehabilitative yaitu mempertahankan keadaan klien agar kondisi tidak bertambah berat atau mencegah terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan dengan patuh pada terapi dan pembatasan aktivitas.

Berdasarkan uraian diatas penulis ingin mendapatkan pengalaman yang nyata dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada klien CKD melalui proses Asuhan Keperawatan, sehingga penulis melakukan studi kasus dan menguraikan hasil karya tulis ilmiah tersebut dengan judul : Asuhan Keperawatan Pada klien Ny.S dengan Gangguan Pemenuhan Kebuthuhan Dasar Cairan Dan Elektrolit Patologis Sistem Perkemihan di pavilium Marwah Atas Rumah Sakit islam Jakarta Cempaka Putih

B. Tujuan penulisan 1. Tujuan Umum

Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini dibagi menjadi dua, yaitu : Dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini diharapkan penulis dapat menguraikan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada pemenuhan dasar klien dengan CKD.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu menguraikan hasil pengkajian kebutuhan dasar klien dengan Chronic Kidney Disease (CKD) khususnya pada Ny.S di Paviliun Marwah Atas RSIJ Cempaka Putih

b. Mampu menguraikan masalah keperawatan kebutuhan dasar klien dengan CKD khususnya pada Ny.S di Paviliun Marwah Atas RSIJ Cempaka Putih

(12)

4

c. Mampu menguraikan rencana tindakan keperawatan kebutuhan dasar klen dengan CKD khususnya pada Ny.S di Paviliun Marwah Atas RSIJ Cempaka Putih

d. Mampu menguraikan tindakan keperawatan kebutuhan dasar klien dengan CKD khususnya pada Ny.S di Paviliun Marwah Atas RSIJ Cempaka Putih e. Mampu menguraikan hasil evaluasi kebutuhan dasar klien dengan CKD

khususnya pada Ny.S di Paviliun Marwah Atas RSIJ Cempaka Putih

f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus kebutuhan dasar klien dengan CKD khususnya pada Ny.S di Paviliun Marwah Atas RSIJ Cempaka Putih

g. Mampu mengidentifikasi factor-factor pendukung, penghambat serta dapat mencari solusi kebutuhan dasar klien dengan CKD khususnya pada Ny.S di Paviliun Marwah Atas RSIJ Cempaka Putih

C. Lingkup masalah

Menerangkan batasan penulisan makalah ilmiah sesuai dengan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien kelolaan yang dilakukan selama 3x24 jam dengan pemenuhan kebutuhan dasar pada klien Ny. S dengan Chronic Kidney Disease (CKD)di Paviliun Marwah atas RSIJ Cempaka Putih.

D. Metode penulisan

Metode dalam penulisan makalah ini menggunakan metode studi kepestakaan dan deskriptif . dalam metode deskritif pendekatan yang digunakan adalah studi kusus, dimana penulismengelola satu kasus menggunakan proses keperawatan dan hasil asuhan keperawatan di deskripsikan dengan menggunakan kaidah penulis ilmiah 1. Study kepustakaan

Yaitu dengan mempelajari dari buku-buku catatan serta literatur yang berkaitan dengan judul karya tulis ilmiah ini.

2. Metode deskriptif

Yaitu dengan menjabarkan hasil asuhan keperawatan melalui pengkajian, menentukan diagnosa, mencatat perencanaan, pelaksanaan, dan melakukan evaluasi.

(13)

5 E. Sistematika penulisan

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari lima BAB yaitu: BAB 1 : Pendahuluan

Meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan yang terdiri tujuan umum, tujuan khusus, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritis

Meliputi pengertian, klasifikasi, etiologi, gangguan kebutuhan dasar, manisfestasi klinik, komplikasi, penatalaksanaan, asuhan keperawatan (pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan).

BAB III : Tujuan Khusus

Merupakan laporan hasil pemenuhan kebutuhan dasar cairan dan elektrolit pada klien Ny.S dengan Chronic Kidney Disease (CKD) selamaa 3x24 jam yang terdiri dari pengkajian keperawatan, diangnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan.

BAB IV : Pembahasan

Merupakan kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara teori dan kasus dari mulai pengkajian keperawatan, diangnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan serta solusi-solusi untuk mengatasi kesenjangan-kesenjangan yang terjadi.

BAB V : Penutup

Kesimpulan : Merupakan tulisan singkat mengenai pemenuhan kebutuhan dasar dengan Gangguan Sistem Perkemihan khususnya masalah CKD.

(14)

6

Saran : Merupakan suatu masukan positif yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan khususnya di bidang asuhan keperawatan pada pemenuhan kebutuhan dasar dengan CKD.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(15)

7 BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar 1. Pengertian

Berikut ini adalah pengertian tentang CKD menurut beberapa ahli dan sumber diantaranya adalah :

a. Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. (Setiati, dkk, 2015)

b. Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap, penyebab glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler (nefrosklerosis), proses obstruktif (kalkuli), penyakit kolagen (lupus sistemik), agen nfritik (aminoglikosida), penyakit endokrin (diabetes). (Doengoes .2014)

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa CKD adalah penyakit ginjal yang tidak dapat lagi pulih atau kembali sembuh secara total seperti sediakala. CKD adalah penyakit ginjal tahap akhir yang dapat disebabakan oleh berbagai hal. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan elektrolit, yang meyebabkan komplikasi hipertensi maupun diabetes militus.

2. Klasifikasi

Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m2 dengan rumus kockrof – gault sebagia berikut : (Sudoyo 2010)

LFG (ml/mnt/1,73 m²) = (140 – umur) x berat badan 72 x kreatinin plasma (mg/dl)

(16)

8

Tabel 2.1 Klasifikasi penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajadnya.

Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)

1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90

2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau ringan 60-89

3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau sedang 30-59

4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau berat 15-29

5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis

Sumber : setiati,2015 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam edisi 6. Jakarta : FKUI

3. Etiologi

Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat pada setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa tahun dan tidak reversible). (NIC-NOC 2015)

a. Glomerulonefritis

Glomerulonefritis adalah penyakit inflamasi atau non inflamasi pada glomerulus yang menyebabkan perubahan permeabilitas, perubahan struktur, dan fungsi glomerulus. (Sudoyo, 2014).

b. Proteinuria

Adanya protein di dalam urin manusia yang melebihi nilai normalnya yaitu lebih dari 150mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140mg/m2. (Sudoyo 2010).

c. Penyakit ginjal diabetik

Pada pasien Diabetes, berbagai gangguan pada ginjal dapat terjadi, seperti terjadinya batu saluran kemih, infeksi saluran kemih, pielonefritis, yang selalu disebut sebagai penyakit ginjal non diabetik pada pasien diabetes. (sudoyo 2010).

d. Amiloidosis ginjal

Adalah penyakit dengan karakteristik penimbunan polimer protein di ekstraseluler dan gambaran dapat diketahui dengan histokimia dan gambaran ultrastruktur yang khas. (sudoyo 2010)

(17)

9

e. Diabetes militus adalah penyebab utama dan terjadi lebih dari 30% klien yang menerima dialisis.hipertensi adalah penyebab utama ESRD kedua. (yuli 2015)

a. Etiologi menurut :Buku ajar “Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan perkemihan” (yuli 2015)

b. Obstruksi dan infeksi, Iiskemi dan infeksi nefron-nefron ginjal c. Nefrotik diabetik, angiopati sehingga jaringan ginjal <O2 dan nutrisi. d. Nefritis hipertensil, vaskularisasi jaringan ginjal kurang.

e. Nefritis lupus, kerusakan jaringan dan nefron ginjal. f. Eritematosa lupus sistemik

Kompleks imun terbentuk di membran basalis yang menyebabkan inflamasi dan sklerosis dengan glumerulonefritis fokal, lokal, atau difus.

g. Nefrosklerosis hipertensi

Hipertensi jangka panjang menyebabkan sklerosis dan penyempitan arteriol ginjal dan arteri kecil dengan akibat penurunan aliran darah yang menyebabkan iskemia, kerusakan glomerulus, dan atrifi tubulus.

4. Ganggauan pemenuhan kebutuhan dasar a. Kebutuhan dasar manusia

Henderson melihat manusia sebagai individu yang membutuhkan bantuan untuk meraih kesehatan, kebebasan atau kematian yang damai, serta bantuan untuk meraih kemandirian. Menurut Henderson, kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14 komponen yang merupakan komponen penanganan perawatan. Ke-14 kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Bernafas secara normal (kebutuhan oksigenasi).

2) Makan dan minum dengan cukup (kebutuhan nutrisi dan cairan). 3) Membuang kotoran tubuh (kebutuhan eliminasi).

4) Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan (kebutuhan aktivitas). 5) Tidur dan istirahat (kebutuhan istirahat dan tidur).

(18)

10

7) Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan pakaian dan mengubah lingkungan (kebutuhan cairan).

8) Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi integumen (kebutuhan personal higyne).

9) Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai (kebutuhan aman nyaman).

10)Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi, kebutuhan, rasa takut atau pendapat (kebutuahan psikososial). 11)Beribadah sesuai dengan keyakinan (kebutuhan spiritual).

12)Bekerja dengan tata cara yang mengandung unsur prestasi (kebutuhan belajar).

13)Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi (kebutuhan bermain).

14)Belajar mengetahui atau memuaskan rasa penasaran yang menuntun pada perkembangan normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia (kebutuhan belajar).

Keempat belas kebutuhan dasar manusia di atas dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu komponen kebutuhan biologis, psikologis, sosiologis dan spiritual. Kebutuhan dasar poin 1 – 9 termasuk komponen kebutuhan biologis. Poin 10 dan 14 termasuk komponen kebutuhan psikologis. Poin 11 termasuk kebutuhan spiritual. Sedangkan poin 12 dan 13 termasuk komponen kebutuhan sosiologis. Henderson juga menyatakan bahwa pikiran dan tubuh manusia tidak dapat dipisahkan satu sama lain (inseparable). Sama halnya dengan klien dan keluarga, mereka merupakan satu kesatuan (unit) (Potter dan Patricia, 2010).

b. Berikut ini akan diuraikan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar yang terjadi pada CKD, yaitu :

c. Kebutuhan cairan dan elektrolit

Ginjal merupakan organ pengekresi cairan yang utama pada tubuh. pada individu dewasa, ginjal mengeksresikan sekitar 1500ml per hari. selain itu ginjal juga menerima hampir 170 liter darah untuk disaring

(19)

11

menjadi urine. Produksi urine untuk semua kelompok usia adalah 1ml/kg/jam. Pada individu dewasa, produksi urine sekitar 1,5 liter/ hari. Jumlah urine yang di produksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron, dalam pengaturan keseimbangan cairan, dikenal istilah obligatory loss. Obligatory loss adalah mekanisme pengeluaran cairan yang mutlak terjadi untuk mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh. Rumus yang di pakai untuk menetukan banyaknya asupan cairan adalah (Jumlah urin yang dikeluarkan selama 24 jam terakhir + 500 ml(IWL) (Suharyanto, 2013; Mubarak, 2008).

Pada klien Chronic Kidney Disease (CKD) terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) berpengaruh pada retensi cairan dan natrium. Retensi cairan dan natrium tidak terkontol dikarenakan ginjal tidak mampu untuk mengonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari hari tidak terjadi. Natrium dan cairan sering tertahan dalam tubuh yang meningkatkan resiko terjadinya oedema, gagal jantung kongesti, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis reninangiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Klien mempunyai kecenderungan untuk kehilangan garam, mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin memperburuk status uremik.

1) Kebutuhan oksigenasi

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Jaringan yang melakukan metabolisme aerob, proses membentuk energi dengan adanya oksigen, bergantung secara total pada oksigen untuk bertahan hidup.

(20)

12

Pada klien Chronic Kidney Disease (CKD) cenderung ditemukan adanya pernafasan yang cepat dan dangkal (kussmaul), irama nafas yang tidak teratur, frekuensi nafas yang meningkat diatas normal, adanya retraksi interkostalis, dan epigastrium, sebagai upaya untuk mengeluarkan ion H+ akibat dari asidosis metabolik, pergerakan dada yang tidak simetris, vokal fremitus cenderung tidak sama getarannya antar lobus paru, terdengar suara dullness saat perkusi paru sebagai akibat dari adanya edema paru, dan pada auskultasi paru cenderung terdengar adanya bunyi rales. Pada tahap lanjut akan ditemukan adanya sianosis perifer ataupun sentral sebagai akibat dari ketidakadekuatan difusi oksigen di membran alveolar karena adanya edema paru, nyeri dada dan sesak nafas akibat adanya penimbunan cairan di paru-paru (Potter dan Patricia, 2010).

2) Kebutuhan nutrisi

Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sistem pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan yang dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal, dan organ asesoris terdiri atas hati , kantung empedu dan pankreas.

Pada penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) sistem pencernaan cenderung ditemukan adanya Anoreksia, nausea dan vomitus, yang berhubungan dengan gangguan metabolisme protein di dalam usus. Keadaan Chronic Kidney Disease (CKD) mengakibatkan penurunan fungsi ginjal dalam hal mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh yang salah satunya adalah ureum. Peningkatan kadar ureum dalam darah akan akan mengiritasi mukosa lambung dan merangsang peningkatan asam lambung (HCL) akibatnya akan terjadi mual. Faktor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan dalam tubuh. Ureum yang meningkat pada air liur diubah oleh bakteri di mulut menjadi amonia sehingga nafas berbau amonia dan perubahan

(21)

13

membran mukosa mulut berupa lidah menjadi kotor atau timbulnya lesi pada mukosa mulut. Sedangkan ureum yang meningkat dalam usus dapat menyebabkan perubahan mukosa usus yang menimbulkan kembung pada perut. Gagal ginjal akan menyebabkan gangguan pada metabolisme vitamin D, sehingga akan terjadi gangguan pada absorpsi kalsium di usus (Potter dan Patricia, 2010).

3) Kebutuhan rasa aman nyaman

Kebutuhan rasa aman dan nyama salah satunya yaitu, istirahat merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. pada sistem integumen normalnya keadaan turgor kulit elastis, tidak pucat, akral tubuh teraba hangat. pada klien Chronic Kidney Disease (CKD) cenderung ditemukan adanya rasa gatal sebagai akibat dari uremi fross, kulit tampak bersisik, kelembaban kulit menurun, turgor kulit cenderung menurun (kembali > 3 detik). Pada tahap lanjut cenderung akan terjadi ketidakseimbangan termoregulasi tubuh dan akral teraba dingin, kulit berwarna pucat akibat adanya anemia dan kekuning-kuningan akibat urokrom, suatu penumpukan kristal urea di kulit (urea fross). Adanya gatal-gatal di kulit menyebabkan klien ingin menggaruk dan akibatnya akan timbul bekas-bekas garukan di kulit (Potter dan Patricia, 2010).

4) Kebutuhan aktivitas

Pada klien Chronic Kidney Disease (CKD) abnormalitas utama pada gangguan aktivitas yaitu, metabolisme kalsium dan fosfat tubuh yang memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat yang lain menurun. Penurunan LFG menyebabkan peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar serum menyebabkan penurunan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun pada CKD, tubuh tidak berespon secara normal terhadap peningkatan sekresi parathormon, dan akibatnya kalsium di tulang menurun, menyebabkan perubahan pada tulang dan menyebabkan penyakit

(22)

14

tulang, selain itu metabolik aktif vitamin D (1,25 dihidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat didalam ginjal menurun, seiring dengan berkembangnya CKD terjadi penyakit tulang uremik dan sering disebut Osteodistrofienal. Osteodistrofienal terjadi dari perubahan komplek kalsium, fosfat dan keseimbangan parathormon (Smeltzer dan Bare, 2014).

5. Manifestasi klinis

Menurut Smeltzer dan Bare (2014) setiap sistem tubuh pada Chronic Kidney Disease (CKD) dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka klien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, usia klien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala klien gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut :

a. Manifestasi kardiovaskuler

Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki, tangan, sakrum), pembesaran vena leher.

b. Manifestasi dermatologi

Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.

c. Manifestasi Pulmoner

Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul. d. Manifestasi Gastrointestinal

Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal e. Manifestasi Neurologi.

Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan perilaku.

f. Manifestasi Muskuloskeletal

(23)

15 g. Manifestasi Reproduktif

Amenore dan atrofi testikuler.

6. Komplikasi

Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, klien CKD akan mengalami beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Suwitra (2006) antara lain adalah :

a. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan diit berlebih.

b. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.

c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin aldosteron.

d. Anemia akibat penurunan eritropoitin.

e. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.

f. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.

g. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan. h. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.

i. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.

7. Penatalaksanaan dan Terapi

Klien CKD perlu mendapatkan penatalaksanaan secara khusus sesuai dengan derajat penyakit CKD, bukan hanya penatalaksanaan secara umum. Menurut (Sudoyo, 2015), sesuai dengan derajat penyakit CKD dapat dilihat dalam tabel berikut :

a. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya.

b. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid. c. Memperlambat pemburukan fungsi ginjal.

(24)

16

e. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi.

f. Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal.

Tabel 2.2 Rencana tatalaksana penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajatnya.

Derajat LFG

(ml/mnt/1,73m

Rencana tatalaksana

1 >90 Terapi penyakit dasar,

kondisi komoroid, evaluasi pemburukan fungsi ginjal,

memperkecil resiko

kardiovaskular.

2 60-89 menghambat pemburukan

fungsi ginjal

3 30-59 evaluasi dan terapi

komplikasi

4 15-29 persiapan untuk terapi

pengganti ginjal

5 <15 terapi pengganti ginjal

Sumber : Sudoyo, 2015.

a. Penatalaksanaa keperawatan

1) cairan

a) Klien yang tidak didialisa

Bila ada oliguria, cairan yang diperbolehkan biasanya 400-500 ml (untuk menghitung kelebihan cairan rutin) ditambah volume yang hilang lainya seperti urin, diare, dan muntah selama 24 jam terakhir.

b) Klien dialisis

Pemasukan cairan terbatas jumlahnya sehingga kenaikan berat badan tidak lebih dari 0,45 kg/hari diantara waktu dialisis. ini

(25)

17

umumnya akibat dari pemasukan 500 ml sehari ditambah volume yang hilang melalui urin, diare dan muntah.

2) Elektrolit

a) Klien yang tidak dialisis

Pemasukam kalium harus dibatasi 1,5-2,5 g (38,5-64 mEq)/hari pada dewasa dan sekitar 50 mg (1,9 mEq)/kg/hari untuk anak-anak.

b) Klien yang didialisis

Ini dapat diberikan lebih bebas untuk mempertahankan kadar natrium dan kalium serum normal pada Klien dengan dialisis. selama CAPD (cronik ambulatory peritonial dealysis), kalium yang dapat diberikan sekitar 2,7-3,1 g (70-80 mEq)/kg/hari pada anak, untuk mempertahankan keseimbangan cairan.

3) Diet rendah protein untuk membatasi akumulasi produk akhir metabolisme protein yang tidak dapat diekresikan ginjal.

4) Persiapan yang harus dilakukan perawat sebelum operasi AV – Shunt:

a) Berikan informasi yang jelas pada klien karena sering terjadi kesalah pahaman. Klien sering menganggap Operasi AV-Shunt adalah pemasangan alat untuk HD padahal hanya menyambungkan pembuluh darah yang ada pada tubuh klien.

b) Batasan laboratorium untuk operasi AV-Shunt biasanya direkomendasikan dari dokter penyakit dalam dan ahli bedahnya. Selama ini Rekomendasi untuk Periksakan laboratorium yaitu , Hb > 8 mg/dl, Trombosit dalam batas normal, Gula Darah Sewaktu dalam batas normal untuk klien tanpa riwayat DM dan untuk klien dengan DM harus dikonsultasikan lagi dengan ahli bedahnya.

(26)

18

c) Lakukan program free heparin sebelum dilakukan operasi, menurut literatur sebaiknya heparin tidak diberikan 6-8 jam sebelum operasi dan diharapkan tidak diberikan kembali setelah 12 jam post operasi atau dikondisikan sampai luka operasi mengering.

d) Sebelum operasi perawat HD bisa melakukan palpasi pada arteri radialis dan ulnaris untuk merasakan kuat tidaknya aliran darah arterinya kemudian dilaporkan ke ahli bedah. bila salah satu arteri (radilis/ ulnaris ) tidak teraba dan tidak ditemukan dengan alat penditeksi (dopler) maka kontra indikasi untuk dilakukan AV-Shunt.

b. Penatalaksanaa kolaboratif

1) Diuretik kuat untuk mempertahankan keseimbangan cairan.

2) Glikosida jantung untuk memobilisasi cairan yang menyebabkan edema.

3) Kalsium karbonat atau kalsium asetat untuk mengobati osteodistropi ginjal dengan mengikat fosfat dan menambah kalsium.

4) Anthi hipertensi (ACE inhibitor) untuk mengontrol tekanan darah dan edema.

5) Famotidin dan ranitidin untuk mengurangi iritasi lambung.

6) Suplemen besi dan folat atau tranfusi sel darah merah untuk anemia. 7) Eritropoitin sintetik untuk menstimulus sumsum tulang, memproduksi

sel darah merah.

8) Suplemen besi, estrogen konjugata, dan desmopresin untuk melawan efek hematologik.

9) Terapi dialysis (pengganti ginjal)

Dialysis digunakan untuk mengeluarkan produk sisa cairan dan uremik dari tubuh bila ginjal tidak mampu melakukanya.juga dapat digunakan untuk mengobati klien dengan edema yang tidak meresponpengobatan lain, hepatic, hiperkalemia, hiperkalsemia,

(27)

19

hipertensi, dan dialysis peritonial, untuk menggantikan ginjal yang tidak berfungsi.

Dialisis adalah pergerakan cairan dan butir-butir (partikel) memlalui membaran semipermeabel. Dialisis adalah suatu tindakan yang dapat memulihkan keseimbangan cairan dan elektrolit, mengendalikan keseimbangan asam-basa, dan mengeluarkan sisa metabolisme dan bahan dari tubuh.

Ada tiga prinsip yang mendasari dialisis, yaitu disfungsi, osmosis, dan ultrafiltrasi. Disfungsi adalah pergerakan butir-butir (partikel) dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah. Dalam tubuh manusia, hal ini terjadi memlalui membran semipermeabel. Difusi menyebabkan urea, kreatinin, adan asam urat dari darah klien masuk ke dalam dialisiat.

Walaupun konsentrasi eritrosit dan protein da;lam darah tinggi, meteri ini tidak dapat menebus membran semipermeabel katrena eitrosit dan prtotein mempunyai mokelul yang besar. Osmosi menyangkut pergerakan air melakui membran semipermeabel dari tempat yang berkonsentrasi rendah ke tempat yang berkonsentrasi tinggi (osmolalitas). Ultrafiltrasi adalah pergerakan cairan melalui membran semipermeabel sebagai akibat tekanan gradien buatan. Tekanan gradien buatan dapayt bertekanan positif (didorong) atauu negatif (ditarik). Ultrafiltrasi lebih efisien daripada osmosisi dalam mengambil cairan dan diterapkan dalam hemodialisa. Pada saat dialissi, prinsip osmosis, dan difusi atau ultrafiltrasi digunakan secara simultan atau persamaan.

(28)

20

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien dengan CKD 1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu.

Pengkajian keperawatan pada klien dengan Chronic Kidney Disease (CKD) menurut Doengoes, 2012; Nursalam, 2008; Sudoyo, 2015; NIC NOC, 2015 sebagai berikut :

a. Demografi.

Klien CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa/ zat logam dan pola makan yang tidak sehat.

b. Riwayat penyakit yang diderita klien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.

c. Pengkajian Bio-psiko-Sosial 1) Aktivitas istirahat

Gejala :

kelelahan ekstrem kelemahan dan malaise, gangguan tidur (insomnia/ gelisah atau somnolen).

Tanda :

(29)

21 2) Sirkulasi

Gejala :

Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi : nyeri dada (angina) Tanda :

Hipertensi : nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki, telapak tangan, nadi lemah dan halus, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia yang jarang terjadi pada penyakit tahap akhir, friction rub pericardial (respon terhadap akumulasi rasa) pucat, kulit coklat kehijauan, kuning, kecenderungan pendarahan.

3) Integritas Ego Gejala :

Faktor stres, contoh finansial, hubungan, dan sebagainya. Peran tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.

Tanda :

Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.

4) Eiminasi Gejala :

Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan (malnutrisi). Anoreksia, Malnutrisi, kembung, diare, konstipasi. Tanda :

Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat, berwarna. Oliguria, dapat menjadi anuria.

5) Makanan / Cairan Gejala :

Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan (malnutrisi). Anoreksia, nyeri ulu hati, mual / muntah, rasa metalik tidak sedap pada mulut (pernafasan amonia), pengguanaan diuretik. Tanda :

Distensi abdomen / asietas, pembesaran hati (tahap akhir). Perubahan turgor kulit. Edem (umum, tergantung). Ulserasi gusi, pendarahan

(30)

22

gusi / lidah. Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, tampak tak bertenaga.

6) Neorosensasi Gejala :

Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot / kejang : sindrom Kaki, gelisah ; kebas terasa terbakar pada telapak kaki. Kebas kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremitas bawah (neuropati perifer). Tanda :

Gangguan sistem mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketikmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, koma. Kejang, fasikulasi otot, aktifitas kejang, Rambut tipis, kuku rapuh dan tips.

7) Nyeri / Kenyamanan Gejala :

Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot / nyeri kaki. Memburuk pada malam hari.

Tanda :

perilaku berhati-hati dan gelisah. 8) Pernafasan

Gejala :

nafas pendek : dipsnea, nokturnal parosimal, batuk dengan / tanpa sputum kental atau banyak.

Tanda :

takiepna, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman (Pernafasan kusmaul). Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru).

9) Keamanan Gejala :

Klit gatal ada / berulamngnya infeksi Tanda :

Pruritus Demam ( sepsis, dehidrasi ; normotemia dapat secara actual terjadi peningkatan pada klien yang mengalami suhu tubuh lebih

(31)

23

rendah dari pada normal ( efek CKD / depresi respon imum) Ptekie, araekimosis pada kulit Fraktur tulang ; defosit fosfat, kalsium, (klasifikasi metastatik) pada kulit, jaringan lunak sendi, keterbatasan gerak sendi.

10) Seksualitas Gejala :

penurunan libido ; amenorea ; infertilitas. 11) Interaksi Sosial

Gejala :

Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekeja, mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.

d. Pemeriksaan fisik

1) Penampilan / keadaan umum.

Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran klien dari compos mentis sampai coma.

2) Tanda-tanda vital.

Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan reguler.

3) Antropometri.

Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan. 4) Kepala.

Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.

5) Leher dan tenggorok.

Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher. 6) Dada

Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara

(32)

24

tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.

7) Abdomen.

Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.

8) Genital.

Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.

9) Ekstremitas.

Kelemahan fisik, aktifitas klien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.

10) Kulit.

Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada klien dengam Chronic Kidney Disease (CKD) menurut trucker, 2008; sudoyo, 2015.

1. Urinalisasi : PH asam, SDP, SDM, berat jenis urin (24 jam) : volume normal, volume kosong atau rendah, proteiurea, penurunan klirens kreatinin kurang dari 10 ml permenit menunjukan kerusakan ginjal yang berat.

2. Hitungan darah lengakap : penurunan hematokrit / HB , trombosit, leukosit, peningkaanj SDP.

3. Pemerikasaan urin : Warna PH, kekeruhan, glukosa, protein, sedimen, SDM, keton, SDP, CCT.

4. Kimia darah : kadar BUN, kreatinin, kalium, kalsium, fosfor, natrium, klorida abnormal.

5. Uji pencitraan : IVP, ultrasonografi ginjal, pemindaian ginjal, CT scan. 6. EKG : distritmia

(33)

25

8. Pielografi intra vena jarang dikerjakan, karena kontras tidak dapat melewati filter glomerolus, disamping kekawatiran terjadinya pengaruh toksik oleh kontras terhadap ginjal yang sudah mengalami kerusakan. 9. Piolografi antegrad atau retrograt sesuai dengan indikasi.

10.Pemeriksaan lab CCT (Clirens Creatinin Test) untuk mengetahui laju filtrasi glomerulus. Untuk menilai GFR (Glomelular Filtration Rate) / CCT (Clearance Creatinin Test) dapat digunakan dengan rumus :

CCT ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg ) 72 x creatini serum *) wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD menurut Huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2015).

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Ketidakmampuan ginjal mengsekresi air dan natrium.

b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan diit dan ketidak mampuan untuk mengabsorbsi nutrien. c. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.

d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke jaringan sekunder.

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialysis.

(34)

26 3. Rencana Asuhan Keperawatan

Rencana asuhan keperawatan menurut Huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2015).

Tabel 2.3 Rencanan Asuhan Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan

1. Kelebihan volume cairan

Definisi : Retensi cairan isotomik meningkat

Batasan karakteristik :

 Berat badan meningkat pada

waktu yang singkat

 Asupan berlebihan dibanding

output

 Tekanan darah berubah, tekanan arteri pulmonalis berubah, peningkatan CVP

 Distensi vena jugularis

 Perubahan pada pola nafas,

dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, suara nafas abnormal (Rales atau

Tujuan:

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 3x24 jam volume cairan seimbang.

Kriteria Hasil:

Nursing outcomes classification (NOC) : Fluid Balance

 Terbebas dari edema, efusi, anasarka

 Bunyi nafas bersih,tidak adanya dipsnea

 Memilihara tekanan vena

sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign normal.

Nursing intervensi classification (NIC) Fluid Management :

1. Kaji status cairan ; timbang berat

badan,keseimbangan masukan dan haluaran, turgor kulit dan adanya edema.

2. Batasi masukan cairan.

3. Identifikasi sumber potensial cairan.

4. Jelaskan pada klien dan keluarga rasional pembatasan cairan.

5. Kolaborasi pemberian cairan sesuai terapi.

Hemodialysis therapy :

1. Ambil sampel darah dan meninjau kimia darah (misalnya BUN, kreatinin, natrium, pottasium, tingkat phospor) sebelum perawatan untuk mengevaluasi respon thdp terapi.

(35)

27 crakles), kongestikemacetan

paru, pleural effusion

 Hb dan hematokrit menurun,

perubahan elektrolit, khususnya perubahan berat jenis

 Suara jantung SIII

 Reflek hepatojugular positif  Oliguria, azotemia

 Perubahan status mental,

kegelisahan, kecemasan

Faktor-faktor yang berhubungan :

 Mekanisme pengaturan

melemah

 Asupan cairan berlebihan  Asupan natrium berlebihan

2. Rekam tanda vital: berat badan, denyut nadi,

pernapasan, dan tekanan darah untuk

mengevaluasi respon terhadap terapi.

3. Sesuaikan tekanan filtrasi untuk menghilangkan jumlah yang tepat dari cairan berlebih di tubuh klien.

4. Bekerja secara kolaboratif dengan klien untuk menyesuaikan panjang dialisis, peraturan diet, keterbatasan cairan dan obat-obatan untuk mengatur cairan dan elektrolit pergeseran antara pengobatan.

2 Gangguan nutrisi kurang dari

kebutuhan

Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh.

Batasan karakteristik :

Tujuan:

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 3x24 jam nutrisi seimbang dan adekuat. Kriteria Hasil:

Nursing intervensi classification (NIC) Nutritional Management :

1. Monitor adanya mual dan muntah

2. Monitor adanya kehilangan berat badan dan perubahan status nutrisi.

(36)

28  Berat badan 20 % atau lebih di

bawah ideal

 Dilaporkan adanya intake

makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily Allowance)

 Membran mukosa dan

konjungtiva pucat

 Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah  Luka, inflamasi pada rongga

mulut

 Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan  Dilaporkan atau fakta adanya

kekurangan makanan

 Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa

 Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan

 Miskonsepsi

 Kehilangan BB dengan makanan cukup

Nursing outcomes classification

(NOC) :Nutritional Status

 Nafsu makan meningkat

 Tidak terjadi penurunan BB  Masukan nutrisi adekuat  Menghabiskan porsi makan  Hasil lab normal (albumin,

kalium)

3. Monitor albumin, total protein, hemoglobin, dan hematocrit level yang menindikasikan status nutrisi dan untuk perencanaan treatment selanjutnya.

4. Monitor intake nutrisi dan kalori klien. 5. Berikan makanan sedikit tapi sering. 6. Berikan perawatan mulut sering.

7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet sesuai terapi.

(37)

29  Keengganan untuk makan

 Kram pada abdomen  Tonus otot jelek

 Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi

 Kurang berminat terhadap

makanan

 Pembuluh darah kapiler mulai rapuh

 Diare dan atau steatorrhea  Kehilangan rambut yang cukup

banyak (rontok)  Suara usus hiperaktif

 Kurangnya informasi,

misinformasi

Faktor-faktor yang berhubungan : Ketidakmampuan pemasukan atau

mencerna makanan atau

mengabsorpsi zat-zat gizi

berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi.

(38)

30

3 Perubahan pola napas berhubungan

dengan hiperventilasi paru

Tujuan:

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 1x24 jam pola nafas adekuat.

Kriteria Hasil:

Nursing outcomes classification (NOC) : Respiratory Status

 Peningkatan ventilasi dan

oksigenasi yang adekuat

 Bebas dari tanda tanda distress pernafasan

 Suara nafas yang bersih, tidak

ada sianosis dan dyspneu

(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

 Tanda tanda vital dalam rentang normal

Nursing intervensi classification (NIC) Respiratory Monitoring :

1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi.

2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal.

3. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes.

4. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan.

Oxygen Therapy :

1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles. 2. Ajarkan klien nafas dalam.

3. Atur posisi senyaman mungkin. 4. Batasi untuk beraktivitas. 5. Kolaborasi pemberian oksigen.

4 Gangguan perfusi jaringan

berhubungan dengan penurunan

suplai O2 dan nutrisi ke jaringan sekunder.

Tujuan:

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 3x24 jam perfusi jaringan adekuat.

Nursing intervensi classification (NIC) Circulatory Care :

(39)

31 Kriteria Hasil:

Nursing outcomes classification (NOC) : Circulation Status

 Membran mukosa merah muda

 Conjunctiva tidak anemis  Akral hangat

 TTV dalam batas normal.

 Tidak ada edema

1. Lakukan penilaian secara komprehensif fungsi sirkulasi periper. (cek nadi priper,oedema, kapiler refil, temperatur ekstremitas).

2. Kaji nyeri.

3. Inspeksi kulit dan Palpasi anggota badan.

4. Atur posisi klien, ekstremitas bawah lebih rendah untuk memperbaiki sirkulasi.

5. Monitor status cairan intake dan output. 6. Evaluasi nadi, oedema.

7. Berikan therapi antikoagulan. 5 Intoleransi aktivitas berhubungan

dengan keletihan anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialysis.

Tujuan:

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 3x24 jam Intoleransi aktivitas dapat teratasi. Kriteria Hasil:

Nursing outcomes classification (NOC) : Circulation Status

 Mampu melakukan aktivitas

sehari-hari secara mandiri.  Tanda-tanda vital normal  Mampu berpindah dengan atau

tanpa bantuan alat.

Nursing intervensi classification (NIC) Activity therapy :

1. Monitor respon fisik, social dan spiritual.

2. Bantu klien untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek.

3. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai.

4. Bantu klien/ keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas.

5. Bantu klien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan.

6. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencakan program terapi yang tepat.

(40)

32  Sirkulasi status baik. 6 Resiko Kerusakan intregritas kulit

berhubungan dengan efek uremia dan neuropati perifer.

Tujuan:

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 3x24 jam Resiko Kerusakan intregritas kulit tidak terjadi.

Kriteria Hasil:

Nursing outcomes classification (NOC) : Circulation Status

 Temperatur jaringan dalam

rentang normal.

 Elastisitas dan kelembaban

dalam rentang rentang normaal.

 Pigmentasi dalam rentang

normal.

Nursing intervensi classification (NIC) Skin surveilance :

1. Monitor adanya tanda – tanda kerusakan integritas kulit.

2. Monitor warna kulit. 3. Monitor temperatur

4. Catat adanya perubahan kulit dan membran mukosa.

5. Ganti posisi dengan sering.

6. Anjurkan intake dengan kalori dan protein yang adekuat

(41)

33 4. Pelaksanaan Keperawatan

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam, 2008)

Pelaksanaan kepewatan

1. Menstimbangkan cairan 2. Memenuhi kebutuhan nutrisi 3. Memenuhi pola nafas

4. Menstimbangkan perfusi jaringan 5. Mengstimbangkan aktivitas

6. Mengelastisikaskan integritas kulit

5. Evaluasi keperawatan

Perencanaan evaluasi memuat cerita hasil keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman / rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan antara tingkat kemandirian klien dalam kehidupan sehari – hari dan tingkat kemajuan kesehatan klien dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Evaluasinya menurut Nursalam (2008) sebagai berikut : 1. Cairan seimbang.

2. Nutrisi seimbang 3. Pola nafas terpenuhi 4. Perfusi jaringan seimbang 5. Aktifitas seimbang

(42)

34 BAB III

TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini penulisan akan menyelesaikan laporan kasus Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny.S Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Cairan Dan Elektrolit Patologis Sistem Perkemihan Chonic Kidney Disease (CKD) Di Pavilium Marwah Atas Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih dari tanggal 20 sampai 22 mei 2017. Dalam melengkapi data ini penulis mengadakan wawancara , tim perawat di ruangan, selain itu juga memperoleh data-data dari catatan medis dan catatan keperawatan serta didapatkan hasil Observasi langsung serta pemeriksaan fisik.

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian pada klien dilakukan pada tanggal 20 Juni 2016 di paviliun Marwah Atas Rumah Sakit Islam Jakarta

1. Identitas

Klien berinisial Ny. S, usia 55 th, jenis kelamin perempuan, Agama Islam, Suku bangsa Jawa, Warga negara Indonesia, Pendidikan Terakhir Sekolah dasar, Status perkawinan sudah menikah, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat Jl.Sersan Idris No 8 Rt 03 Rw 04 kelurahan Margajaya, Kota Bekasi, 17141. Sumber biaya Jaminan Perusahaan PBI, Sumber Informasi diperoleh dari klien, keluarga, tim Perawat di Ruangan dan Status Klien.

2. Resume Keperawatan

Klien masuk dari IGD pada hari Selasa, Tgl 20 Juni 2017, Jam 07:00 WIB, dibawa oleh keluarga. Saat datang ke IGD, kesadaran compos mentis, penilaian GCS: E: 4, M: 6 V: 5 total 15, Hasil TTV TD: 190/90 mmHg, N: 90 x/menit, RR : 24 x/menit, S : 36 °C. klien mengatakan keluhan lemas, mengalami bengkak di tungkai bagian kaki kanan, gatal-gatal seluruh tubuh klien mempunyai riwayat penyakit Hipertensi. Klien menjalani therapi hemodialisa di RSIJ pada setiap hari Rabu dan Sabtu sejak Tgl 27 Juni 2016. Di IGD dilakukan tindakan pemasangan

(43)

Infus dengan cairan Asering 500 cc/24jam , kemudian dilakukan pemeriksaan lab dengan hasil :

Tabel 3.1 Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 20 Juni 2017

Hematologi rutin Hasil Satuan Nilai rujukan

HB 12.0 G/dl 13.2-17.3 Leukosit - - - Hematokrit 40 % 40-52 Trombosit 177 Ribu/µl 150-440 Eritrosit 5.00 10^6/ µl 4.40-5.90 MCV/VER 69 Fl 80-100 MCH/HER 29 Pg 26-34 MCHC/AHER 32 G/dl 32-36 Kimia Klinik - - - Glukosa Sewattu - - - Ureum 134 Mg/dl 10-50 Kreatinin Darah 3,1 Mg/dl <1.4 Elektrolit - - - Masa pendarahan - - - Masa pembekuan - - -

Klien di pindahkan ke paviliun Marwah Atas dikamar 07 pada hari selasa, Tanggal 20 Juni 2017 jam 21.00 WIB dengan keluhan yang sama ketika di IGD. Kesadaran compos mentis, keadaan umum klien sakit sedang TTV : TD : 190/90 mmHg, Nd : 90 x/menit , RR : 24 x/menit , S : 36 °C. Klien di diagnosa CKD Hipertensi, dan diagnosa keperawatanya adalah : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal mengsekresi air. Intervensinya yaitu : Kaji status cairan , timbang berat badan harian, kesimbangan masukan dan haluran, turgor kulit dan adanya edema, ttv, membatasi masukan cairan, Menjelaskan pada klien rasional pembatasan cairan, bantu klien dalam menmghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan, pemberian terapi oral yaitu :Amlodipine 1x10 gr, lasik 1x2 gr, ondancentron

(44)

36 3. Riwayat Keperawatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan saat ini adalah klien mengatakan mudah lemas, mual, muntah, pusing selama 2 hari dan cepat lelah saat beraktivitas, gatal-gatal seluruh tubuh edem tungkai kaki dibagian kaki kiri grade +1, lamanya keluhan sudah 2 bulan. Selama sakit klien sering kontrol ke dokter dan minum obat. Saat ini klien direncanakan untuk dilakukan pemasangan cimino untuk akses HD.

b. Riwayat kesehatan masa lalu

Menurut keluarga klien memiliki riwayat Hipertensi sejak 2 th yang lalu. Kemudian riwayat 1 th yang lalu klien sering minum obat. Klien sekarang adalah rawatan ke 2 klien didiagnosa dokter CKD Hipertensi, klien pernah dirawat di Rumah Sakit Islam Jakarta dengan diagnosa : CKD Hipertensi. Kemudian riwayat pemakain obat selama 3 bulan sebelum masuk rumah sakit : Amlodipine 1x10 gr

Riwayat kesehatan keluarga

Klien anak empat . Orang tua klien sudah meninggal. Keluarga dari klien Ny. S terutama dari keluarga Ny.s Orang tua klien mempunyai riwayat HIPERTENSI. Klien memiliki dua orang anak dan anaknya yang pertama sudah meninggal dengan peyakit jantung dan anak yang kedua sudah tidak tinggal serumah, klien tinggal serumah dengan saudaranya.

(45)

37 Skema 3.1. Genogram Ny. S

Klien Ny.S Usia 55 th Keterangan :Laki-laki :Perempuan :meninggal dunia :tinggal satu rumah : klien : menikah : keturunan

c. Riwayat psikososial dan spiritual

Saat ini klien tinggal bersama saudaranya. Komunikasi dan interaksi dengan saudara dan orang lain baik, setiap ada permasalahan selalu di diskusikan dengan saudara( bersama – sama ), dan selalu diputuskan bersama saudara. Harapan klien terhadap penyakitnya ingin lekas sembuh walaupun tidak maksimal dan ingin cepat kembali pulang dan kumpul dengan keluarga. Peran sebagai Ibu sebagai kepala rumah tangga. Hal yang sangat dipikirkan saat ini klien merasa penyakit yang di deritanya sebagian ujian dari allah. Aktivitas agama klien puasa dan beribadah 5 waktu tidak di tinggalkan karena sebagai kewajiban yang harus di laksanakan.

X X X X

X X X

X

(46)

38 d. Kondisi Lingkungan rumah

Saat ini klien tinggal di Jl.Sersan Idris No 8 Rt 03 Rw 04 kelurahan Margajaya, Kota Bekasi, 17141 provinsi Jawa Barat. Menurut klien keadaan rumah rapi dan lantainya tidak licin, ventilasi ketika pagi sampai sore sering terbuka, posisi kamar mandi jauh dengan kamar tidur klien, lingkungan dekat rumah klien padat penduduknya.keluarga klien tidak ada yang mengosumsi rokok

e. Pola Kebiasaan Sehari – hari 1) Pola Nutrisi

Sebelum Dirawat

Sebelum sakit pola kebiasaan makan klien adalah 3x/hari dengan menghabiskan 1 porsi makan, sayur, lauk pauk, dan buah – buahan. Klien dan pada saat sebelum sakit nafsu makan klien baik, tidak ada hambatan dalam hal mengkonsumsi makanan.

Saat di Rawat

Pola makan klien tetap sama yaitu tiga kali dalam sehari. Nafsu makan klien cukup baik, makanan yang di habiskan 1 porsi saja, terkadang tidak habis dikarenakan perutnya kembung. Saat ini klien mendapat diit rendah protein 60 gram.

2) Pola Eliminasi Sebelum Dirawat

Sebelum sakit klien biasa buang air besar satu kali dalam sehari, konsistensinya lembek, warna feses kuning. Sedangkan untuk buang air kecilnya lebih dari lima kali dalam sehari, warnanya kuning bening.

Saat di Rawat

Saat di rawat klien mengatakan buang air besarnya yaitu satu kali dalam sehari, konsistensi lembek, warna kuning. Sedang kan untuk buang air kecilnya terjadi perubahan yaitu dalam satu hari hanya dua sampai empat kali saja (400 - 600cc/hari) dikarenakan klien dalam

(47)

39

satu hari hanya minum kira – kira dua gelas saja (600cc/hari), warnanya adalah kuning. Dikarenakan penurunan fungsi ginjal.

3) Pola personal hygiene Sebelum Dirawat

Klien biasa mandi dua kali dalam satu hari menggunakan sabun dan sampo, menggosok gigi dua kali sehari, setiap mandi pagi dan sore sebelum tidur, klien dua kali dalam satu minggu membersihkan rambutnya.

Saat dirawat

Selama di rawat klien mandi sendiri dua kali sehari, klien menggosok gigi setiap habis mandi hanya satu kali,

Pola istirahat tidur

Sebelum Dirawat

Klien tidur selama kurang lebih 8 jam /hari dan tidur siang 3 jam. Klien tidak mempunyai kebiasaan sebelum tidur dan sesudah tidur. Selama dirawat

Klien tidur kurang lebih 6 jam/hari dengan sering terbangun dan tidur siang 2 jam. Karena sudah bosan dengan suasana rumah sakit, dan terkadang banyaknya pengunjung.

4) Pola aktivitas dan latihan Sebelum Dirawat

Aktivitas sehari – hari klien yaitu bekerja sebagai ibu rumah tangga, klien olah raga jalan di lingkungan rumah satu minggu sekali dan mudah lelah setelah beraktivitas.

Selama dirawat

Selama dirawat aktivitas klien terganggu karena kurang terbiasa dengan suasana rumah sakit dan klien ingin segera pulang, kaki klien terasa berat jika untuk berjalan. Aktivitas klien hanya ditempat tidur dan duduk buat nonton tv. Untuk perawatan dirinya klien mandiri melakukannya.

(48)

40 4. Pengkajian Fisik

Keadaan umum klien sakit sedang, Kesadaran klien Compos mentis, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, berat badan klien 50 kg, bb kering setelah di HD 47 kg (BB ideal :45-55 kg) tinggi badan 150 cm, tekanan darah klien 190/90 mmHg, nadi 90 x/menit, RR 24 x/menit, Suhu 36°C.

a. Sistem penglihatan

Sitem penglihatan klien baik, tidak terdapat tanda – tanda radang, tidak ada kelainan otot-otot mata, pupil bereaksi terhadap rangsang cahaya, posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal, konjungtiva an anemis, kornea normal, sklera ikterik, pupil isokor..

b. Sistem pendengaran

Fungsi pendengaran klien normal, klien tidak menggunakan alat bantu dengar dan tidak mempunyai gangguan keseimbangan, daun telinga normal, tidak ada serumen, dan tidak ada perasaan di telinga.

c. Sistem wicara

Dalam sistem wicara klien baik, tidak ada disatria, menanggapi pembicaraan sesuai.

d. Sistem pernafasan

Jalan nafas klien bersih, klien sesak sedikit , tidak menggunakan otot bantu nafas, frekuensi nafas klien 24 x/menit, irama teratur, nafas dalam, tidak ada batuk, tidak ada seputum, suara nafas vesikular, tidak ada nyeri saat bernafas.

e. Sistem kardiovaskular

Nadi 90 x/menit dengan irama teratur,tekanan darah klien 190/90 mmHg, tidak ada distensi vena jugularis, temperatur kulit klien hangat, warna kulit klien pucat, pengisian kapirelirevil <2 detik, odem tungkai kaki kanan grade + 1.

f. Sistem hematologi

Tidak ada pendarahan, kongjungtiva tidak pucat, hemoglobin normal 12.0 g/dl.

(49)

41 g. Sistem saraf pusat

keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran compos mentis, nilai GCS E: 4, M: 6, V: 5 total 15, tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, pemeriksaan reflek fisiologis normal dan reflek patologis tidak.

h. Sistem pencernaan

Gigi tidak ada karies, tidak menggunakan gigi palsu,tidak ada stomatitis di rongga mulut, bibir lembab,klien muntah dan isinya sesuai dengan makanan frekuensi 3x jumlah 300cc, abdomen kembung, bising usus 18 x/menit.

i. Sistem endokrin

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak ada luka gangren.

j. Sistem urologi

Balan cairan selama 24 jam. Intake : 1600 – 2100 + 690 (Output + IWL) = + 900ml, tidak ada perubahan pola kemih, BAK kuning, tidak ada ketegangan kandung kemih, tidak ada keluhan sakit pinggang Tidak ada nyeri. Odem di tungkai kaki kanan karena adanya penumpukan cairan di kaki. Penatalaksanaan diit rendah cairan (batasi cairan 600cc/24 jam, lasik 1x2 gr.

k. Sistem integumen

Turgor kulit baik, temperatur kulit 36°C, warna kulit kemerahan, keadaan kulit baik, tidak ada kelainan kulit, terjadi pembengkakan pada kulit daerah pemasangan infus, kulit kering.gatal gatal, pemeriksaan lab ureum 134 Mg/dl, kreatinin 12,1 Mg/dl. Penatalaksanaan rendah protein 40gr dan rendah garam 40 gr .

l. Sistem muskuloskeletal

Tidak ada kesulitan dalam pergerakan, klien tidak merasa sakit pada tulang sendi dan kulit, tidak ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk dan struktur tulang belakang, klien menggunakan alat bantu tongkat saat berjalan, kekuatan otot:

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

(50)

42 5 Pemeriksaan Penunjang

Tabel 3.2 Hasil pemeriksaan laboratorium Hematologi rutin pada tanggal 01 Juni 2016

Hematologi rutin Hasil Satuan Nilai rujukan

HB 12 G/dl 13.2-17.3 Leukosit - - -Hematokrit 40 % 40-52 Trombosit 150 Ribu/µl 150-440 Eritrosit 4,40 10^6/ µl 4.40-5.90 MCV/VER 90 Fl 80-100 MCH/HER 28 Pg 26-34 MCHC/AHER 32 G/dl 32-36 Kimia Klinik - -Glukosa Sewattu - - - Ureum Darah 134 Mg/dl 10-50 Kreatinin Darah 3,1 Mg/dl <1.4 Elektrolit - - -Hasi penghitungan LFG

LFG (Ml/mnt/1,73m²) = (140-umur) x berat badan 72 x kreatinin plasma = (140-55) x 50kg = 85 x 50 = 4250 223 223 = 19 ml/menit

Klasifikasi dari CRF klien masuk gret 5, yang artinya kilen mengalami gagal ginjal tahap berat (karena LFG klien 19%), Sudoyo,2015.

Penatalaksanaan terapi : 1. Terapi injeksi

a. Amlodipine 10gr 1x10 jam 06.00 wib. b. Lasix 10gr 1x2 jam 06.00 wib. c. Ondancentron 10gr 1x1 jam 06.00 wib.

Gambar

Tabel 2.1 Klasifikasi penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajadnya.
Tabel 2.2 Rencana tatalaksana penyakit ginjal kronik sesuai dengan  derajatnya.
Tabel 2.3 Rencanan Asuhan Keperawatan
Tabel 3.1 Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 20 Juni 2017   Hematologi rutin  Hasil  Satuan  Nilai rujukan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Dedy Syahputra Lambe (2014) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku keputusan pembelian melalui

Sepert i misalnya, memberikan akses keuangan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, khususnya kelompok penduduk miskin dan pelaku usaha mikro yang umumnya

Universitas Sumatera

ActionScript ini berarti menavigasikan halaman ”Struktur Organ Reproduksi Pria” dengan memanggil file organPria.swf, yang dimulai pada frame ke-0. Pada halaman ini

Mengisi Data Hujan yang Hilang dengan Metode Autoregressive dan Metode Reciprocal dengan Pengujian Debit Kala Ulang (Studi Kasus di DAS Bakalan).. Program Studi

Karakteristik pertama yang ada pada pembelajaran terpadu ini adalah bahwa proses pembelajaran menjadikan siswa sebagai pemeran utama yang dituntut untuk aktif

Sebaiknya Pemerintah Desa dalam pengelolaan dana desa harus membuat pos biaya tak terduga untuk mengantisipasi kenaikan harga yang akan terjadi ataupun pengeluaran yang tak terduga

berbasis masjid yang baik dalam bentuk pelatihan manajemen dakwah yang.. komprehensif, terutarna sekali ini h a m dilakukan