• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kualitas Pembukaan Wilayah Hutan (PWH)

5.1.1 Kerapatan Jalan (WD) Utama dan Jalan Cabang

Berdasarkan pengukuran dari peta jaringan jalan hutan PT. Inhutani I UMH Sambarata untuk blok tebangan RKT 2011, jenis jalan angkutan yang terdapat di dalam blok tebangan RKT 2011 terdiri atas jalan utama, jalan cabang, dan jalan sarad. Panjang jalan utama di dalam blok tebangan RKT 2011 adalah sebesar 16135,4 m, dan panjang jalan cabang di dalam blok tebangan RKT 2011 adalah sebesar 18348 m. Luas areal blok tebangan RKT 2011 adalah sebesar 2613,29 ha. Kerapatan jalan utama adalah sebesar 6,17 m/ha dan kerapatan jalan cabang adalah sebesar 7,02 m/ha.

Kerapatan jalan utama dan jalan cabang PT. Inhutani I UMH Sambarata memiliki kerapatan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kerapatan jalan yang umum digunakan di hutan alam tropika (10-25 m/ha). Selain itu, kerapatan jalan utama PT. Inhutani I UMH Sambarata lebih besar daripada kerapatan jalan utama IUPHHK yang berdekatan dengan PT. Inhutani I UMH Sambarata, yaitu PT. Intracawood yang sebesar 5,41 m/ha, tetapi untuk jalan cabang PT. Intracawood memiliki kerapatan jalan yang lebih besar daripada PT. Inhutani I UMH Sambarata, yaitu sebesar 8,14 m/ha.

5.1.2 Spasi Jalan (WA atau S) Utama dan Jalan Cabang

Spasi jalan dapat digunakan untuk mengetahui jarak sarad rata-rata ke jalan utama dan jalan cabang, untuk mengetahui jarak sarad maksimum, dan untuk mengetahui jarak sarad rata-rata baik pada penyaradan satu arah maupun penyaradan dua arah. Spasi jalan sangat berhubungan dengan kerapatan jalan hutan. Semakin tinggi kerapatan jalan hutan maka spasi jalannya akan semakin kecil. Spasi jalan utama di dalam blok tebangan RKT 2011 PT. Inhutani I UMH Sambarata adalah sebesar 1619,6 m, dan spasi jalan cabangnya adalah sebesar 1424,5 m.

(2)

5.1.3 Jarak Sarad Rata-Rata (RE)

REo merupakan jarak sarad rata-rata teoritis dari tempat penebangan sampai dengan jalan angkutan. REo tergantung dengan teknik penyaradannya yaitu menggunakan penyaradan satu arah atau penyaradan dua arah. PT. Inhutani I UMH Sambarata menggunakan penyaradan dua arah. Nilai REo pada jalan utama di dalam blok tebangan RKT 2011 adalah sebesar 405,19 m, dan REo pada jalan cabang adalah sebesar 356,12 m. REm adalah jarak terpendek rata-rata dari tempat penebangan sampai dengan jalan angkutan terdekat di lapangan. REm pada petak 204 adalah sebesar 382,43 m dan REm pada petak 218 adalah sebesar 374,37 m, sehingga REm yang diperoleh adalah sebesar 378,4 m.

REt adalah jarak sarad rata-rata yang sebenarnya ditempuh di lapangan dari tempat penebangan sampai dengan tempat pengumpulan kayu atau jalan angkut. Nilai REt merupakan jarak sarad rata-rata dari 30 pohon yang diambil secara acak. REt pada petak 204 adalah sebesar 298,83 m, dan REt pada petak 218 adalah sebesar 250,43 m, sehingga nilai rata-rata REt adalah sebesar 274,63 m. Nilai REo, REm, dan REt PT. Inhutani I UMH Sambarata untuk blok tebangan RKT 2011 disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Nilai REo, REm, dan REt jaringan jalan di dalam blok tebangan RKT 2011

Parameter PWH Jalan utama Jalan cabang

REo (penyaradan dua arah) (m) 405,19 356,12

REm (m) 378,40 378,40

REt (m) 274,63 274,63

5.1.4 Faktor Koreksi PWH

Faktor koreksi PWH dibedakan menjadi dua, yaitu faktor koreksi jaringan jalan hutan (Vcoor) dan faktor koreksi jarak sarad (Tcoor). Nilai Vcoor untuk jalan utama di dalam blok tebangan RKT 2011 adalah sebesar 0,93, yang artinya jarak sarad rata-rata terpendek di lapangan mendekati jarak sarad rata-rata secara teoritis. Nilai Vcoor untuk jalan cabang adalah sebesar 1,06, yang artinya jarak sarad rata-rata terpendek di lapangan lebih besar daripada jarak sarad rata-rata secara teoritis. Nilai Tcoor jalan utama dan jalan cabang PT. Inhutani I UMH Sambarata sama besar, yaitu sebesar 0,73, yang artinya jarak sarad rata-rata sebenarnya di lapangan lebih kecil daripada jarak sarad rata-rata terpendek di

(3)

lapangan untuk blok tebangan RKT 2011. Nilai Vcoor dan Tcoor yang baik adalah 1.

Nilai Vcoor dan Tcoor PT. Inhutani I UMH Sambarata untuk blok tebangan RKT 2011 disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Vcoor dan Tcoor jaringan jalan di dalam blok tebangan RKT 2011

Parameter PWH Jalan utama Jalan cabang

Vcoor 0,93 1,06

Tcoor 0,73 0,73

5.1.5 Persen PWH (E)

Persen PWH digunakan untuk mengetahui kualitas PWH dari suatu jaringan jalan hutan yang telah dibuat. Semakin besar nilai persen PWH maka kualitas PWH-nya semakin baik, tetapi jika persen PWH lebih dari 100%, maka jaringan jalan hutan yang telah dibuat bisa dikatakan terlalu berlebihan pembuatannya untuk luasan tertentu. PWH dikatakan baik, jika nilai persen PWH-nya > 70% (Elias 2008). Nilai persen PWH untuk jalan utama di dalam blok tebangan RKT 2011 adalah sebesar 100,7%, yang artinya jalan utama yang dibuat terlalu berlebihan untuk melayani kegiatan pemanenan hutan untuk luasan blok tebangan seluas 2613,29 ha. Nilai persen PWH untuk jalan cabang di dalam blok tebangan RKT 2011 adalah sebesar 94,34%, yang artinya jalan cabang yang dibuat sudah cukup untuk melayani kegiatan pemanenan untuk luasan blok tebangan seluas 2613,29 ha.

Persen PWH PT. Inhutani I UMH Sambarata melebihi persen PWH untuk daerah pegunungan yang sebesar 66% (Backmund dalam Elias 2008). Hal ini diperkirakan terjadi karena jumlah sampel jalan sarad yang diukur hanya 30 pohon dan kurang tepatnya pemetaan jaringan jalan yang ada di dalam blok tebangan RKT 2011. Persen PWH menjadi tinggi karena REt menjadi semakin kecil, sehingga REm menjadi semakin besar, mengakibatkan nilai Vcoor-nya menjadi lebih kecil.

PT. Inhutani I UMH Sambarata tidak melakukan perencanaan jalan sarad, sehingga jalan sarad yang ada di lapangan tergantung dari ketrampilan operator Bulldozer Komatsu. Operator Bulldozer adalah pegawai dari perusahaan kontraktor yang bekerjasama dengan PT. Inhutani I UMH Sambarata. Sebagian

(4)

besar Operator Bulldozer mempunyai keahlian dalam membuat jalan sarad. Bentuk jaringan jalan sarad yang dibuat oleh Operator Bulldozer hampir menyerupai sirip ikan. Jaringan jalan sarad seperti ini merupakan karakter PWH yang lazim digunakan untuk kondisi hutan yang terdapat di daerah pegunungan.

5.1.6 Kerapatan Jalan (WD) Sarad

Kerapatan jalan sarad merupakan perbandingan antara panjang jalan sarad terhadap luas petak. Berdasarkan hasil pengukuran dari 30 rute jalan sarad yang digunakan untuk menyarad 30 pohon pada petak 204, diperoleh total panjang jalan sarad adalah sebesar 1648,5 m dengan luas petak tebang seluas 90,88 ha, sehingga kerapatan jalan saradnya adalah sebesar 18,14 m/ha. Kerapatan jalan sarad pada petak 218 (10,58 m/ha) lebih kecil jika dibandingkan dengan petak 204. Hal ini terjadi karena panjang jalan saradnya hanya 763,5 m dengan luas petak tebang seluas 72,15 ha. Kerapatan jalan sarad PT. Inhutani I UMH Sambarata sudah sesuai dengan kerapatan jalan yang umum digunakan di hutan alam tropika (10 m/ha - 25 m/ha).

5.2 Intensitas PWH

Indikator untuk menentukan intensitas PWH dapat dilihat dari kerapatan jalan hutannya (m/ha), yang terdiri atas kerapatan jalan utama dan kerapatan jalan cabang. Intensitas jalan utama dan jalan cabang di dalam blok tebangan RKT 2011 PT. Inhutani I UMH Sambarata termasuk kategori PWH dengan intensitas rendah, karena kerapatan jalannya < 15 m/ha. Kerapatan jalan utama dan kerapatan jalan cabang di dalam blok tebangan RKT 2011 berturut-turut adalah sebesar 6,17 m/ha dan 7,02 m/ha.

Menurut Elias (2008), intensitas PWH dalam pengelolaan hutan di Indonesia pada umumnya termasuk rendah sampai sedang. PWH hutan alam tropika tanah kering yang diusahakan dengan sistem silvikultur TPTI oleh para pemegang HPH di Kalimantan dan Sumatera pada umumnya termasuk PWH dengan intensitas sedang. Intensitas PWH PT. Inhutani I UMH Sambarata sudah sesuai dengan intensitas PWH menurut klasifikasi tersebut di atas.

(5)

5.3 Spesifikasi dan Standar Teknis Jalan Hutan

Jenis jalan hutan yang berada di PT. Inhutani I UMH Sambarata terdiri atas jalan koridor, jalan utama, jalan cabang, dan jalan sarad. Jalan koridor adalah jalan yang menghubungkan antara batas areal hutan PT. Inhutani I UMH Sambarata dengan logpond. Jalan koridor di hutan Sambarata disajikan pada Gambar 4.

(a) Jalan koridor di Km. 3 (b) Jalan koridor di Km. 44

Gambar 4 Jalan koridor di Km. 3 (a) dan jalan koridor di Km. 44 hutan Sambarata (b).

Jalan yang menghubungkan antara blok tebangan di setiap RKT atau jalan yang menghubungkan blok tebangan dengan camp induk yang berada di Km 51, dan jalan yang menghubungkan antar petak tebang satu dengan petak tebang yang lain dikenal dengan istilah jalan utama. Beberapa kondisi jalan utama milik PT. Inhutani I UMH Sambarata dapat dilihat pada Gambar 5.

(a) Jalan utama yang menghubungkan camp induk Km. 51 dengan blok tebangan RKT 2011.

(6)

(b) Jalan utama di dalam blok tebangan RKT 2011.

Gambar 5 Jalan utama yang menghubungkan camp induk Km. 51 dengan blok tebangan RKT 2011 (a) dan jalan utama di dalam blok tebangan RKT 2011 (b).

Jalan cabang merupakan jalan yang menghubungkan antara jalan utama yang berada di dalam blok tebangan dengan jalan sarad atau jalan utama yang berada di dalam blok tebangan dengan TPn yang berada di dalam petak tebangan. Gambar 6 merupakan jalan cabang yang berada di petak 218 di dalam blok tebangan RKT 2011 PT. Inhutani I UMH Sambarata.

Gambar 6 Jalan cabang di petak 218.

Jalan sarad adalah jalan yang menghubungkan antara satu pohon dengan TPn hutan. Kondisi jalan sarad dapat dilihat pada Gambar 7.

(7)

Panjang jalan utama yang berada di dalam blok tebangan RKT 2011 diukur di lapangan adalah sebesar 16135,40 m dengan jarak datarnya adalah sebesar 15323,14 m. Pada jalan utama dilakukan pengukuran atau helling secara manual sepanjang 934 m. Berdasarkan hasil pengukuran secara manual yang dicantumkan pada lampiran 1 diperoleh tanjakan maksimum sebesar 18% atau 8,10, sedangkan tanjakan minimum sebesar 5% atau 2,250. Berdasarkan Dephut (2000) tentang Prinsip dan praktik pemanenan hutan di Indonesia, tanjakan maksimum yang diperbolehkan untuk jalan utama adalah sebesar 10%. Terlihat bahwa tanjakan maksimum PT. Inhutani I UMH Sambarata lebih besar jika dibandingkan dengan ketentuan dari Dephut (2000).

Panjang jalan cabang jika diukur di lapangan adalah sebesar 18348,0 m, dengan jarak datar sebesar 17985,25 m. Pengukuran secara manual dengan metode helling juga dilakukan pada jalan cabang a-a1 yang melewati petak 204 sepanjang 603 m. Berdasarkan hasil pengukuran secara manual yang terlampir pada lampiran 2 diperoleh tanjakan maksimum sebesar 26,67% atau 120 dan tanjakan minimum sebesar 11,11% atau 50. Selain itu, terdapat turunan sebesar 4,44% atau 20. Tanjakan maksimum pada jalan cabang yang diijinkan oleh Dephut (2000) adalah sebesar 15%. Jika dibandingkan dengan ketentuan Dephut (2000), PT. Inhutani I UMH Sambarata masih mempunyai tanjakan maksimum yang lebih besar. Pada jalan sarad terdapat tanjakan maksimum hampir 40%.

Pembukaan jalan dilakukan dengan menggunakan Bulldozer Komatsu tipe D85E-SS-2 dengan alat bantu GPS, peta, dan kompas dengan arahan dari pihak perencanaan. Perencanaan jalan mengikuti tanda merah pada pohon yang sudah direncanakan/ dibuat oleh tim perencanaan. Pelaksanaan pembuatan jalan di lapangan tidak boleh menyimpang sampai 150 m dari jalan yang sudah dipetakan pada saat melakukan perencanaan. Penandaan jalan cabang dibuat dengan tanda warna merah (cat merah) berbentuk lingkaran digaris bawahi. Tanda ini dibuat di pohon yang terkena jalan.

Umumnya badan jalan hutan terbuat dari tanah setempat tanpa perlakukan khusus kecuali sedikit pemadatan. Usaha pemadatan ini biasanya hanya pada bagian jalan yang diurug atau badan jalan (Tinambunan & Suparto 1999). Jalan hutan PT. Inhutani I UMH Sambarata tidak dilakukan pengerasan permanen dan

(8)

tidak dibuat selokan dengan alasan biaya pembuatan jalan akan menjadi tinggi, tetapi jalan hutan PT. Inhutani I UMH Sambarata sudah dibuat dengan model punggung penyu. Hasil pengukuran jalur kendaraan/ jalur mengerasan jalan, bahu jalan, dan tebang matahari pada jalan utama dan jalan cabang yang berada di dalam blok tebangan RKT 2011 disajikan pada Tabel 10 dan Tabel 11.

Tabel 10 Hasil pengukuran badan jalan utama di dalam blok tebangan RKT 2011 Rata-rata Akhir Awal (A) Uraian -0521516 0272003 0520946 0271410 Koordinat 7,05 6,20 7,90 Jalur Pengerasan (m) 2,50 3,00 2,00 Bahu Jalan (m) 26,50 30,00 23,00 Tebang Matahari (m) *

Keterangan * = Total lebar tebang matahari di sebelah kanan dan kiri jalan utama

Tabel 11 Hasil pengukuran badan jalan cabang a-a1 di dalam blok tebangan RKT 2011 Rata-rata Akhir Awal (A) Uraian -0522170 0271092 0522507 0271441 Koordinat 4,15 4 4,3 Jalur Pengerasan (m) 2,15 2 2,3 Bahu Jalan (m) 23,00 28 18,0 * Tebang Matahari (m)

Keterangan * = Total lebar tebang matahari di sebelah kanan dan kiri jalan cabang

Berdasarkan hasil yang diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung pada jalan utama di dalam blok tebangan RKT 2011, yang disajikan pada Tabel 10 diperoleh rata-rata lebar jalur pengerasan, bahu jalan, dan tebang matahari berturut-turut adalah sebesar 7,05 m, 2,5 m, dan 26,5 m. Lebar jalur pengerasan yang telah dibuat oleh PT. Inhutani I UMH Sambarata sesuai dengan ketentuan Dephut tentang petunjuk teknis Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) tahun 1993 yaitu antara 6 sampai dengan 8 m, tetapi bahu jalan yang dibuat masih kurang lebar daripada Pedoman TPTI adalah sebesar 4 m.

Hasil dari pengukuran langsung pada jalan cabang a-a1 yang disajikan pada Tabel 11 diperoleh rata-rata lebar jalur pengerasan, bahu jalan, dan tebang matahari, berturut-turut adalah sebesar 4,15 m, 2,15 m, dan 23 m. Lebar jalur pengerasan yang telah dibuat oleh PT. Inhutani I UMH Sambarata sesuai dengan ketentuan Dephut (1993) adalah sebesar 4 m, tetapi bahu jalan yang dibuat masih kurang lebar jika dibandingkan dengan petunjuk teknis TPTI yang sebesar 4 m.

(9)

Tebang matahari yang dibuat oleh PT. Inhutani I UMH Sambarata pada jalan utama dan jalan cabang a-a1 berturut-turut adalah sebesar 26,5 m dan 23 m. Tebang matahari di PT. Inhutani I UMH Sambarata sudah sesuai dengan ketentuan yaitu antara 20-30 m. Tujuan dari pembuatan tebang matahari adalah untuk mempercepat proses pengeringan jalan jika kondisi jalan basah. Jalan yang akan atau telah dibuat sebaiknya mengarah dari utara ke selatan agar jalan selalu terkena sinar matahari secara langsung. Panjang dan lebar jalan sarad tergantung dari posisi pohon yang disarad sampai ke TPn hutan. Pembuatan jalan sarad langsung dilakukan bersamaan dengan penyaradan kayu. Alat yang digunakan yaitu Bulldozer Komatsu D85E-SS-2.

Hasil pengukuran belokan diperoleh jari-jari belokan pada jalan utama di dalam blok tebangan RKT 2011 berturut-turut adalah sebesar 30 m, 32,99 m, 49,5 m. Hasil pengukuran belokan pada jalan cabang a-a1 PT. Inhutani I UMH Sambarata berturut-turut adalah sebesar 33,98 m, 64,51 m, dan 33 m. Berdasarkan Prosedur Operasi Standar Pembukaan Wilayah Hutan PT. Inhutani I UMH Sambarata, besarnya jari-jari belokan jika dihubungkan dengan kecepatan kendaraan logging truck dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Jari-jari belokan berhubungan jarak pandang dan kecepatan kendaraan

Uraian Desain Kecepatan (Km/jam)

30 50 80

Jari-jari minimum (memerlukan rambu-rambu) (m)

25 30 55

Jari-jari belokan minimum yang disukai (m) 35 75 140 Jarak pandang minimum yang diperlukan (m) 30 64 120

Jarak temu pandang (m) 50 100 220

` Kecepatan rata-rata kendaran logging truck mercedes benz tipe MB 3836 AK, jika pada kondisi mengangkut kayu dari blok tebangan (TPn) RKT 2011 menuju Km. 51 (TPK hutan) sekitar 20-40 Km/jam (rata-rata kecepatannya 30 Km/jam), maka jari-jari belokan yang seharusnya dibuat oleh PT. Inhutani I UMH Sambarata jika mengikuti persyaratan dari Prosedur Operasi Standar adalah sebesar 35 m, maka dapat disimpulkan bahwa jari-jari belokan yang telah dibuat sudah cukup baik.

(10)

5.4 Dampak PWH

Kerusakan lingkungan akibat PWH dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang tidak dapat dihindari dan yang dapat dihindari/ dikurangi. Kerusakan lingkungan yang tidak dapat dihindari, terutama terjadi pada kegiatan penebangan, penyingkiran vegetasi, tebang bayang atau tebang matahari, gali timbun tanah, pembentukan badan jalan, dan pemadatan tanah. Kerusakan lingkungan yang dapat dihindari atau dikurangi adalah penebangan di lahan yang diperlukan untuk membuat sarana dan prasarana produksi pemanenan, seperti pembuatan base

camp, TPn, dan TPK (Suryoprabowo 2003).

5.4.1 Keterbukaan Areal Akibat PWH

Keterbukaan tanah dalam pengelolaan hutan alam pada umumnya terjadi karena pembuatan jaringan jalan angkutan dan prasarana PWH lainnya, seperti TPK, TPn, dan base camp. Luas keterbukaan areal akibat kegiatan PWH sangat dipengaruhi oleh kerapatan jalan (m/ha) dan spasi jalan hutan (terutama lebar jalan dan lebar tebang matahari di kedua sisi kiri dan kanan jalan hutan). Keterbukaan tanah berdasarkan sifat dan waktunya dalam pengelolaan hutan dibedakan menjadi keterbukaan tanah yang bersifat permanen dan keterbukaan tanah sementara.

Keterbukaan tanah permanen umumnya terjadi karena pembangunan prasarana PWH yang dipergunakan untuk jangka waktu lama (•5 tahun) seperti jaringan jalan untuk melayani pengangkutan hasil hutan, TPK, dan base camp. Keterbukaan hutan permanen akan mengurangi luas permukaan tanah untuk pertumbuhan hutan. Keterbukaan areal akibat pembuatan jaringan jalan hutan di PT. Inhutani I UMH Sambarata adalah sebesar 3,25%. Keterbukaan hutan tersebut masih dalam kondisi keterbukaan yang rendah karena berada di bawah 10%.

Keterbukaan areal yang bersifat sementara pada umumnya dapat tertutup kembali dalam jangka waktu yang relatif pendek, yaitu ” 5 tahun. Areal yang termasuk dalam keterbukaan areal yang bersifat sementara antara lain : jalan sarad, TPn, dan areal bekas tebangan. Luas maksimum keterbukaan areal sementara dapat mencapai 35% (Elias 2008). Keterbukaan sementara PT. Inhutani

(11)

I UMH Sambarata akibat pembuatan jalan sarad pada petak 204 dan petak 218 adalah sebesar 4,31 %.

5.4.2 Kerusakan Tegakan Akibat Pembuatan Jalan

Pembuatan jaringan jalan hutan mengakibatkan kerusakan pada pohon dan kondisi dan struktur tanah. Pohon yang mempunyai diameter lebih dari 40 cm masih dapat dijual di pasaran kayu, dan pohon tersebut masuk ke dalam LHP. Pohon yang berdiameter kurang dari 40 cm tidak dimanfaatkan, ditinggal begitu saja di hutan.

Kerusakan tegakan akibat pembuatan jalan dibagi menjadi 3 macam, yaitu kerusakan tegakan berdasarkan jumlah pohon, kerusakan tegakan berdasarkan jenis pohon, dan kerusakan tegakan berdasarkan volume pohon. Kerusakan tegakan akibat pembuatan jalan berdasarkan jumlah pohon merupakan perbandingan antara jumlah pohon dengan diameter lebih dari 40 cm yang berada di sepanjang jalan cabang terhadap luas jalan cabang. Kerusakan tegakan akibat pembuatan jalan berdasarkan jenis pohon merupakan perbandingan antara banyaknya jenis pohon yang berada di sepanjang jalan cabang terhadap luas jalan cabang. Kerusakan tegakan akibat pembuatan jalan berdasarkan volume pohon merupakan perbandingan antara volume pohon yang berada di sepanjang jalan cabang terhadap luas jalan cabang.

Berdasarkan LHP jalan pada petak 204, diperoleh informasi sebagai berikut : jumlah pohon yang terkena dampak akibat pembuatan jalan sebanyak 29 pohon dengan volume sebesar 80,89 m3yang terdiri atas 4 jenis yaitu Keruing, Meranti Kuning, Meranti Merah, dan Jambu-Jambu. Luas jalan cabang a-a1 yang melewati petak 204 adalah sebesar 0,75 ha, dengan panjang 250 m dan lebar 30 m. Berdasarkan data di atas diperoleh nilai kerusakan tegakan berdasarkan jumlah pohon, kerusakan tegakan berdasarkan jenis pohon, dan kerusakan tegakan berdasarkan volume pohon berturut-turut adalah sebesar 38,67 pohon/ha, 5,33 jenis/ha, dan 107,85 m3/ha.

(12)

Hasil yang diperoleh pada petak 218 ternyata lebih kecil jika dibandingkan dengan petak 204. Berdasarkan LHP jalan pada petak 218 diperoleh informasi sebagai berikut : jumlah pohon akibat pembuatan jalan sebanyak 22 pohon, jumlah volume pohon akibat pembuatan jalan adalah sebesar 74,37 m3, dan terdapat 3 jenis pohon yang terdiri atas Keruing, Meranti Merah, dan Nyatoh. Luas jalan cabang adalah seluas 2,978 ha, dengan panjang jalan cabang 397,5 m dan lebar jalan cabang 7 m. Berdasarkan data di atas, diperoleh nilai kerusakan tegakan berdasarkan jumlah pohon, kerusakan tegakan berdasarkan jenis pohon, dan kerusakan tegakan berdasarkan volume pohon berturut-turut adalah sebesar 7,39 pohon/ha, 1,01 jenis/ha, dan 24,97 m3/ha.

Gambar

Gambar 4  Jalan koridor di Km. 3 (a) dan jalan koridor di Km. 44 hutan  Sambarata (b)
Gambar 5   Jalan utama yang menghubungkan camp induk Km. 51 dengan blok  tebangan RKT 2011 (a) dan jalan utama di dalam blok tebangan  RKT 2011 (b)

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah tanggungan keluarga pengasuh pohon yang sebagian besar berjumlah 6 sampai 8 orang membawa dampak positif terhadap tingkat partisipasi pengasuh pohon tahap pelaksanaan,

Selain hasil pengukuran konsentrasi partikel debu di plot contoh SR pada jarak 1000 m, hasil pengukuran plot-plot contoh lainnya yang menggunakan metode dan

Pita ukur atau meteran merupakan alat ukur yang umum digunakan Kantor Pertanahan Subang dalam melakukan pengukuran bidang tanah, karena pengukuran bidang tanah

Penambahan variabel umur dan tinggi pohon bisa dikatakan telah terbukti meningkatkan akurasi dalam pendugaan model biomassa, hal tersebut dapat di lihat

Buah jejerukan Mencermati data luas wilayah jelajah, ukuran koloni dan analisis vegetasi pada wilayah jelajah monyet ekor panjang maka diketahui bahwa perubahan perilaku

Spesies tumbuhan pada tingkat pancang ditemukan sebanyak 47 spesies dari 27 famili pada petak contoh penelitian, sedangkan nilai INP dari spesies pancang yang

Selanjutnya grafik struktur tegakan untuk keseluruhan petak ukur pada Gambar 9 di atas pada kelompok jenis agathis terlihat keganjalan dari segi bentuk kurva famili

Uji Parameter Fisiko Kimia Minyak Atsiri Pengukuran parameter fisikokimia minyak atsiri daun kecombrang dilakukan terhadap pengukuran parameter organoleptis, bobot jenis, kelarutan