• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kadar Carcinoembryogenic Antigen (CEA) Serum Penderita Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil di RSUP Adam Malik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kadar Carcinoembryogenic Antigen (CEA) Serum Penderita Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil di RSUP Adam Malik"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Korespondensi dr. Noni Novisari Soeroso, M.Ked,Sp.P Email: nonisoeroso@gmail.com ; Hp: 08126018608

Kadar Carcinoembryogenic Antigen (CEA) Serum Penderita

Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil di RSUP Adam Malik

Noni Novisari Soeroso, Luhur Soeroso, Tamsil Syafi uddin

Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK USU, RSUP H. Adam Malik, Medan

Abstrak

Latar Belakang: Nilai sensitivitas carcinoembryogenic antigen (CEA) dengan konsentrasi tertinggi ditemukan pada adenokarsinoma dan nilai terendah didapatkan pada tumor sel skuamosa. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh karakteristik kadar CEA serum pada penderita kanker paru bukan sel kecil di RSUP H. Adam Malik Medan.

Metode: Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan pendekatan retrospektif dengan data diambil dari data sekunder (rekam medis) sejak Januari 2010 sampai Mei 2012.

Hasil: Sebanyak 167 penderita kanker paru yang dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan memenuhi kriteria penelitian. Jenis sitologi / histopatologi terbanyak adalah adenokarsinoma sebanyak 56,8% dan 54,8 % ditemukan pada stadium IIIB. Kadar CEA lebih dari 3 ng/ml meningkat sekitar 63,4% pada penderita KPKBSK. Tidak ditemukan perbedaan bermakna kadar CEA serum pada penderita kanker paru jenis adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa dan karsinoma sel besar.

Kesimpulan: Kadar CEA lebih dari 3 ng/ml ditemukan pada 63,4% penderita KPKBSK. Kadar CEA pada pada kelompok adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa dan karsinoma sel besar tidak berbeda bermakna. (J Respir Indo. 2014; 34: 17-25)

Kata kunci: carcinoembryogenic antigen, KPKBSK, sitologi, histopatologi.

Level of Serum Carcinoembryogenic Antigen (CEA) In Non Small

Cell Lung Cancer (NSCLC) at Adam Malik Hospital

Abstract

Background: Increased level of CEA found on adenocarcinoma and decreased of level CEA found on squamous cell lung cancer. The purpose of this study was to evaluate serum CEA levels in Non Small Cell Lung Cancer Patients at H. Adam Malik General Hospital Medan.

Methods: This is retrospective descriptive study and data taken from medical record from January 2010 until May 2012.

Results: One hundred and sixty seven lung cancer patients at Adam Malik Hospital were included this study. The cytology / histopathology found was adenocarcinoma (56.8%) dan Stage III B found in about (54.8%) in one hundred sixty seven patients. Increased serum level of CEA more than 3 ng/ml found approximately in 63.4% of Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC) patients. No differences in serum level of adenocarcinoma, aquamous cell carcinoma and large cell carcinoma.

Conclusion: Serum level CEA more than 3 ng/ml approximately 63.4% on NSCLC patients. There is no signifi cant difference serum level CEA between adenocarcinoma, squamous cell carcinoma and large cell carcinoma. (J Respir Indo. 2014; 34: 17-25)

(2)

PENDAHULUAN

Kanker paru adalah penyebab utama pada kelompok penyakit akibat keganasan. Terlihat kecen-derungan peningkatan jumlah kasus bukan hanya pada laki-laki tetapi juga pada perempuan dari tahun ke tahun.1 Jumlah pasien kanker paru meningkat 20 persen setiap tahun. Peningkatan ini seiring dengan peningkatan jumlah perokok di Indonesia. Kanker paru merupakan penyebab kematian utama dalam kelompok kanker. Pada tahun 1990 di seluruh dunia, terdapat sebanyak 1,04 juta kasus baru kanker paru, yaitu laki-laki sebanyak 772.000 dan perempuan sebanyak 265.000. Menurut World Health

Organization (WHO) pada tahun 2000 di seluruh

dunia terdapat 1,2 juta kasus baru kanker paru atau sebanyak 12,3% dari keseluruhan jenis kanker. Kematian yang disebabkan oleh kanker paru pada tahun 1990 adalah sebanyak 921.000 atau 18% dari keseluruhan jumlah kematian karena kanker.2,3

Petanda ganas atau tumor marker merupakan substansi yang dapat digunakan untuk mendeteksi peru bahan yang terjadi akibat kanker. Dewasa ini banyak diteliti dan dikembangkan pemeriksaan petanda ganas ideal yang dapat memberikan petunjuk tentang perkembangan kanker, baik di tingkat ekstraseluler, seluler maupun molekuler.4 Salah satu petanda ganas yang digunakan yaitu carcinoembryogenic

antigen (CEA).

Carcinoembryonic antigen (CEA) pertama kali

ditemukan pada tahun 1965 oleh Phil Gold dan Samuel O. Freedman dari ekstrak kanker adeno karsinoma kolon manusia.Carcinoembryogenic antigen (CEA) meru -pakan suatu komponen gliko protein kompleks dengan berat molekul 200.000 yang ber hubungan dengan plasma membran per mukaan sel dari glikokaliks epitel entodermal, protein dalam hal ini dapat dilepaskan ke dalam darah.5 Carcinoembryogenic antigen (CEA) meru pakan antigen karsinofetal yang diproduksi selama embrional dan perkembangan fetus. Selain dihasilkan oleh sel tumor dan sel embrio, senyawa antigen onkofetal seperti CEA ini juga dihasilkan oleh sel normal yang tidak mengalami differensiasi dalam jumlah sangat kecil. Sehingga kadar CEA akan meningkat secara bermakna pada penderita kanker.6

Carcinoembryogenic antigen termasuk golongan

antigen onkofetal yang normalnya ada selama kehidupan fetus, sampai usia janin 2-6 bulan. Pada pertumbuhan selanjutnya kadar CEA pada orang dewasa terdapat dalam konsentrasi yang rendah di bawah 2 ng/ml dan tidak pernah meningkat lagi secara berarti.7 Para ahli sependapat bahwa kadar CEA normal adalah kurang dari 5 ng/ml.5,6

Penetapan kadar CEA pada kanker paru sering tumpang tindih dengan penyakit bukan kanker serta kanker jenis lain, menyebabkan penetapan kadar CEA mempunyai sensitivitas dan spesifi sitas yang kurang baik dalam menyaring keganasan pada populasi tanpa gejala karena banyak memberikan hasil positif dan negatif palsu. Oleh karena itu, penetapan CEA tidak dapat dipakai sebagai pemeriksaan penyaring kanker paru.Meskipun demikian CEA dapat memberi manfaat dalam menegakkan diagnosis bila dikombinasi dengan pemeriksaan diagnostik lainnya.5, Konsentrasi CEA sering tinggi dijumpai pada adenokarsinoma dan kanker paru sel besar, tetapi peningkatan konsentrasi CEA juga ditemukan pada berbagai tumor jinak maupun ganas dan sedikit pening katan ada perokok. Carcinoembryogenic antigen ber peran dalam mendiagnosis banding KPKBSK jika dikombinasikan dengan CYFRA 21-1.6,7

Carcinoembryogenic antigen merupakan

pe-tanda ganas yang lebih sensitif untuk KPKBSK jenis adeno karsinoma dan sensitivitasnya lebih mening-kat bila dikombinasi dengan Cyfra 21-1. Sensitivitas CEA sebesar 40-70% untuk karsinoma paru kelom-pok bukan sel kecil (KPKBSK) dan 30-65% untuk karsinoma paru kelompok sel kecil (KPKSK). Nilai sensitivitas CEA dengan konsentrasi tertinggi di-temukan pada adenokarsinoma dan nilai terendah didapatkan pada tumor sel skuamosa.5,6

Pada beberapa penelitian yang telah ada, pemeriksaan kadar CEA lebih bermanfaat dalam mengevaluasi terapi dibandingkan digunakan sebagai diagnostik. Dalam memonitor efek kemoterapi dengan petanda tumor, penurunan yang substansial sering dikorelasikan dengan respons pada terapi di mana peningkatan maupun penurunan dari kadar petanda tumor tersebut dihubungkan dengan progresivitas

(3)

dari penyakit. Peningkatan kadar CEA terus menerus secara tajam pada suatu terapi menunjukkan respons terapi yang tidak baik atau resisten maupun menga-lami relaps. Sebaliknya, penurunan kadar serum menunjukkan respons yang baik.8

Carcinoembryogenic antigen dapat mem

beri-kan informasi prognostik pada KPKBSK, terutama pada adenokarsinoma paru. Penetapan kadar CEA pada saat menunjang diagnosis, dapat dipakai sebagai petunjuk menentukan prognosis kanker, makin tinggi kadar CEA makin jelek prognosisnya. Kadar CEA juga mempunyai korelasi dengan stadium kanker, makin lanjut stadiumnya makin tinggi kadar CEA pada saat diagnosis.6

Petanda tumor dapat digunakan untuk evaluasi pascabedah, efektivitas pengobatan dan deteksi kekam-buhan kanker paru. Peningkatan petanda tumor akibat terjadi kerusakan jaringan normal dan tumor, tetapi beberapa waktu kemudian terjadi penurunan tergantung dari waktu paruhnya dan sisa tumor setelah operasi. Penurunan CEA terjadi lebih lambat dari petanda tumor lain (waktu paruhnya 1-4 hari). Bila tidak terdapat gangguan ginjal dan hati yang dapat memperpanjang waktu paruh petanda tumor maka bersihan petanda tumor menjadi lebih lambat atau peningkatan nilai petanda tumor meng in dikasikan terdapatnya sisa sel tumor dan memprediksikan kekambuhan dini.9 Dari beberapa penelitian yang telah ada, pengu kuran berkala kadar CEA bermanfaat dalam meman tau respons pengobatan dan sebagai diagnosis awal terjadinya kekambuhan.Tujuan penelitian ini untuk melihat kadar CEA pada penderita Kanker Paru Kar -sinoma Bukan Sel Kecil di RS. H. Adam Malik Medan.

METODE

Penelitian ini merupakan studi deskriptif tentang karakteristik kadar Carcinoembriogenic

Antigen (CEA) pada penderita kanker paru

kar-sinoma paru bukan sel kecil dengan pendekatan retrospektif dengan data diambil dari data sekunder (rekam medis). Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan selama 4 bulan. Data diambil secara retrospektif melalui rekam medis RSUP H. Adam Malik mulai dari Januari 2010 - Mei 2012.

Subjek penelitian diambil dengan cara

conse-quitive sampling yaitu setiap penderita yang memenuhi

kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian dengan kriteria inklusi yaitu penderita laki-laki dan perempuan yang sudah didiagnosis secara defi nitif sebagai kanker paru (sitologi/histopatologi) dan kriteria eksklusi penderita diagnosis tumor mediastinum dan tumor paru metastasis.

HASIL

Data seluruh penderita karsinoma paru kanker paru bukan sel kecil di RSUP H. Adam Malik Medan mulai Januari 2010 – Mei 2012 yang terkumpul sebanyak 167 sampel akan dijabarkan di bawah ini. Pada tahun 2010 sekitar 49 orang (29,9%), 2011 sekitar 74 orang (44,3%) dan pada tahun Mei 2012 sekitar 44 orang (26,3%). Karakteristik demografi pasien ditampilkan pada Tabel 1. Kelompok umur yang paling banyak dijumpai pada umur 51 – 60 tahun sebanyak 64 penderita (38,32%), setiap tahunnya jenis kelamin laki-laki lebih banyak dijumpai sebesar 143 (85,62%), sedangkan perempuan 24 penderita (14,37%). Suku paling banyak ditemukan suku Batak dijumpai sekitar 82 penderita (49,1%). Pekerjaan petani yang umum sebanyak 62 penderita (37,12%). Faktor risiko utama dijumpai perokok aktif sekitar 151 penderita (90,41%). Keluhan respirasi yang paling banyak ditemukan, yaitu sesak napas 73 penderita (43,71%).

Gambar 1 menunjukkan temuan yang paling banyak, yaitu adenokarsinoma sekitar 95 penderita (56,8%), skuamous sel pada 62 penderita (37,12%)

dan Large cell sekitar 10 penderita (5,98%). Pada

Gambar 2 menunjukkan bahwa setiap tahun stadium lanjut merupakan frekuensi stadium yang terbanyak dan selama periode 3 tahun stadium lanjut dijumpai sebesar 56 penderita (33,53%) yang terdiri dari stadium IV sebesar 46 penderita (27,54%). Sementara itu, stadium dini sebesar 1 penderita pada stadium IB (0,59%).

Pada Tabel 2 di atas menunjukkan petanda tumor CEA dalam darah yang tinggi pada penderita KPKBSK sekitar 106 penderita (63,4%) dan kadar CEA normal sekitar 61 orang (36,52%).

(4)

Tabel. 1 Karakteristik sosio-demografi kanker paru karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) Januari tahun 2010 – Mei 2012. TAHUN 2010 2011 2012 N (%) N (%) N (%) Umur 11-20 0(0) 0(0) 0(0) 21-30 1(2,04) 1 (2,04) 0 (0) 31-40 2 (4,08) 3 ( 4,05) 2 (4,54) 41-50 12(24,5) 15 (20,3) 9 (20,5) 51-60 18 (36,7) 26 (35,13) 20 (45,5) >60 16 (32,65) 29 (39,2) 13 (29,54) Jenis Kelamin Laki-Laki 42 (85,7) 59 (79,7) 42 (95,5) Perempuan 7 (14,3) 15 (20,3) 2 (4,6) Suku Bangsa Batak 21 (42,9) 41 (55,4) 20 (45,5) Jawa 10 (20,4) 14 (18,9) 5 (11,4) Melayu 7 (14,3) 10 (13,51) 6 (13,63) Minang 1 (2,04) 2 (2,7) 1 (2,3) Aceh 5 (10,20) 7 ( 9,46) 3 (6,8) Karo 1 (2,04) 0 (0) 6 (13,6) Mandailing 0 (0) 0 (0) 3 (6,8) Tionghoa 2 (4,08) 0 (0) 0 (0) dll 2 (4,08) 0 (0) 0 (0) Pekerjaan Petani 19 (38,8) 23 (31,08) 20 (45,5)

PNS (pegawai negeri sipil) 7 (14,3) 7 (9,5) 3 (6,8)

Wiraswasta 8 (16,3) 29 (39,2) 15 (34,09)

IRT (ibu rumah tangga) 5 (10,2) 10 (13,5) 0 (0)

Nelayan 2 (4,08) 3 (4,05) 3 (6,8) Supir 2 (4,08) 2 (2,7) 3 (6,8) Dll 6 (12,24) 0 (0) 0 (0) Status merokok Perokok aktif 42 (85,7) 66 (89,1 43 (97,7) Tidak merokok 7(14,3) 8 (10,81) 1 (2,27) Keluhan Utama Sesak napas 26 (53,6) 31 (41,89) 16 (36,4) Batuk darah 2 (4,08) 5 (6,75 ) 25 (56,8) Batuk 5 (10,2) 3 (4,05) 1(2,3) Nyeri dada 16 (32,6) 35 (47,3) 2 (4,54)

Tabel 2. Kadar CEA dalam darah pada penderita KPKBSK.

TAHUN

CEA 2010 2011 2012

n (%) n(%) n(%) 0 - 3 18 (36,7) 35 (47,29) 10 (22,7) > 3 31 (63,2) 39 (52,70) 34 (77,3)

Dari tabel di atas diperoleh rerata kadar CEA pada kelompok adenokarsinoma adalah 18,6 pada kelompok sel skuamous adalah 24,5 dan pada kelompok large cell adalah 26,2. Dengan uji

Kruskal-Wallis diperoleh nilai p = 0,061. Oleh karena nilai p

> 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar CEA pada ketiga kelompok.

PEMBAHASAN

Sampel penelitian ini sebanyak 167 sampel, yaitu data penderita kanker paru yang telah didiagnosis secara defi nitif (sitologi/histopatologi) yang dirawat RSUP H. Adam Malik Medan dari Januari 2010 sampai dengan Mei 2012. Berdasarkan jenis kelamin penderita terbanyak dijumpai laki-laki 143 penderita (85,62%) sedangkan perempuan

(5)

sekitar 24 penderita (14,37%). Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Marlen dkk.10 di RS Persahabatan tahun 2009, juga didapatkan penderita kanker paru terbanyak pada laki-laki, yaitu 69,8%.10 Penelitian yang dilakukan oleh Kasuma11 tahun 2011 tentang penilaian visualisasi pemeriksaan bronkoskopi serat optik lentur dengan konfi rmasi pemeriksaan sitologi bronkus dalam mene-gakkan diagnosis kanker paru di RSUP H. Adam Malik Medan, dijumpai penderita kanker paru paling banyak pada laki-laki yaitu 83,43%.11

Pada penelitian ini sejak tahun 2010 – 2012 pada kelompok umur 51 – 60 tahun sebanyak 64

penderita (38,32%) dan diikuti 41 – 50 tahun 36 penderita (21,55%), sedangkan yang terendah pada kelompok umur kurang dari 11 – 20 tahun sebanyak 2 orang. Penelitian yang dilakukan oleh Mong dkk.12, kanker paru dijumpai yang terbanyak pada usia di atas 70 tahun sebanyak 51,4%.12 Pada penelitian ini juga ditemukan 2 orang (4,08%) berusia antara 21 - 30 tahun. Hal ini terkait penelitian lain yang menyatakan di kalangan orang bukan perokok terutama perempuan, asap tembakau lingkungan (ETS) bertanggung jawab terhadap sekitar 3.000 kematian karena kanker setiap tahunnya di Amerika Serikat.13,14

Gambar 1. Sitologi / histopatologi pada KPKBSK.

(6)

Tabel 3. Nilai Kadar CEA berdasarkan jenis sitologi/histopatologi KPKBSK.

Jenis sel N Median (Min-Maks) Mean (SD) P - Adenokarsinoma 95 3,8 ( 0,2 – 214,4 ) 18,6 (38,3) 0,061 - Sel Skuamous 62 5,6 (0,1 – 261,4 ) 24,5 (52,9)

- Large cell 10 14,1 (1,9 – 119,4 ) 26,2 (35,6)

Uji Kruskal-Wallis

Berdasarkan status merokok penderita dijum-pai 90,41% perokok aktif dan 9,58% tidak pernah merokok, penderita perokok terbanyak ditemukan pada laki-laki, yaitu 85,62 % dan pada penderita yang tidak pernah merokok terbanyak dijumpai pada perempuan sekitar 14,37%. Pada penelitian secara epidemiologi menyatakan bahwa perokok merupakan penyebab utama kanker paru. Perokok 22 kali lebih sering meninggal karena kanker paru dibandingkan dengan orang bukan perokok.15 Penelitian tentang rokok mengatakan bahwa lebih dari 63 jenis bahan yang dikandung asap rokok itu bersifat karsinogen. Secara epidemiologis juga terlihat kaitan kuat antara kebiasan merokok dengan insiden kanker paru, maka tidak dapat disangkal lagi bahwa menghindarkan asap rokok adalah kunci keberhasilan pencegahan yang dapat dilakukan. Keterkaitan rokok dengan kasus kanker paru diperkuat dengan data bahwa risiko seorang perempuan perokok pasif akan terkena kanker paru lebih tinggi daripada mereka yang tidak terpajan kepada asap rokok.16

Keluhan utama penderita ketika pertama sekali datang berobat ke RS H. Adam Malik adalah sesak napas, yaitu 73 orang (43,71%), nyeri dada sekitar 53 orang (31,73%), diikuti oleh batuk darah dan batuk. Penyebab sesak kemungkinan diakibatkan oleh tumor yang langsung menganggu sistem pernapasan atau komplikasi kanker paru (pneumonia obstruktif dan efusi pleura), pasca kemoterapi ataupun radioterapi, infeksi, serta penyakit komorbid seperti penyakit paru obstruktif kronik, gagal jantung, dan malnutrisi. Kecemasan dan takut mati akibat kanker seringkali secara subjektif menimbulkan gejala sesak pada pasien.17 Berdasarkan jenis histopatologi didapati

99% KPKBSK, yaitu terdiri dari adenokarsinoma 95%, skuamous sel karsinoma 62 % dan karsinoma sel besar 5,98 %. Pada penelitian yang dilakukan RS Persahabatan dijumpai jenis adenokarsinoma meru pakan jenis yang terbanyak, yaitu 151 (90,4%) diikuti dengan karsinoma sel skuamosa 11 (6,6%).17

Pada penelitian ini sebagian besar sudah berada pada tahap lanjut, yaitu stadium IIIB 27,54 %, IIIA 26,94% dan stadium IV 33,53%. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan data epidemiologi RS Persahabatan tahun 2004, penderita terdiagnosis sudah ditetapkan stadium III dan IV yang awalnya didiagnosis sebagai stadium awal yang akhirnya terjadi perubahan peningkatan staging akibat

peru-bahan dari status KGB dan ditemukannya nodul metastasis.10 Hal ini, berbeda dengan penelitian oleh Marlen dkk.10 didapatkan stadium terbanyak IIB 46,5% dan Mong12 didapatkan stadium terbanyak I 58,8%. Kedua penelitian ini sangat berbeda dengan populasi umum karena biasanya sebagian besar kanker paru, ditemukan sudah dalam keadaan stadium lanjut ketika didiagnosis sebagai tumor paru begitu juga dengan hasil penelitian ini.10,12

Pada penelitian ini, hasil dari petanda tumor CEA dalam serum berdasarkan jenis histopatologi (adenokarsinoma, sel skuamous, large cell) tidak menunjukkan perbedaan bermakna secara

Kruskal-Wallis. Penelitian yang dilakukan oleh D. Moro dkk.

di Prancis menemukan 105 penderita kanker paru kadar CEA meningkat lebih dari 5 ng/ml pada 38% dan SCC lebih dari 2 ng/ml sekitar 27%. Kadar CYFRA 21-1 dijumpai meningkat sekitar lebih dari 3,3 ng/ml pada sekitar 36% penderita. Pada penderita yang dijumpai kadar CEA dan CYFRA 21-1 yang sangat meningkat mempunyai angka tahan hidup

(7)

lebih pendek dari pada dengan kadar yang normal.18 Ragab dkk.19 dalam penelitiannya menunjukkan data bahwa kadar CEA dan β 2-microglobulin meningkat pada pasien karsinoma bronkogenik bila dibandingkan dengan kontrol. Nilai CEA menunjukkan peningkatan yang signifi kan pada pasien yang memiliki efusi pleura. Nilai CEA juga meningkat secara signifi kan pada kanker paru stadium IV dibandingkan stadium III. Serum CEA menurun secara signifi kan dalam respon pengobatan.19

Konsentrasi CEA sering tinggi dijumpai pada adenokarsinoma dan kanker paru sel besar tetapi pening katan konsentrasi CEA juga ditemukan pada berbagai tumor jinak maupun ganas dan sedikit peningkatan CEA dijumpai pada perokok.

Carcino-embryogenic antigen ini mempunyai peran dalam

diagnosis banding KPKBSK jika dikombinasikan dengan CYFRA 21 – 1 terutama pada adenokarsinoma paru. Penelitian oleh Wang dkk.20 menyimpulkan bahwa pemeriksaan petanda tumor kombinasi CEA, CA19-9, NSE dan CYFRA 21-1 dapat meningkatkan sensitivitas dan spesifi sitas dalam mendignosis kanker paru, terutama pada deteksi dini kanker paru.20

Pada beberapa penelitian yang telah ada, pemeriksaan CEA lebih bermanfaat dalam meng -evaluasi terapi dibandingkan digunakan sebagai diagnostik. Penelitian oleh Vincent dkk.21 pada 228 pasien dengan kanker paru, menemukan penurunan konsentrasi CEA dalam plasma pasien sebagai respons dari kemoterapi dan radioterapi.21 Demikian pula penelitian Arzonni A dkk.22 menunjukkan penurunan kadar CEA dan Cyfra 21-1 sebanyak 20% dari baseline setelah penderita mendapatkan 2 siklus kemoterapi. Carcinoembryogenic antigen dibandingkan dengan CYFRA 21-1, CYFRA 21-1 memiliki sensitivitas 81% dan CEA 55%.22 Pada penelitian Gropp C. dkk. dilakukan pemeriksaan serial CEA dan Ferritin pada pasien kanker paru selama dilakukan radioterapi dan kemoterapi dengan hasil peningkatan nilai CEA ditemukan pada 47% dimana sebagian besar pasien yang memiliki kadar CEA tinggi adalah pasien yang

mengalami metastasis. Hasil penelitian menunjukkan penurunan serial dari kadar CEA serum menunjukkan respon kemoterapi atau radioterapi yang baik, dan peningkatan dari serial kadar CEA menunjukkan progresivitas dari penyebaran tumor serta pen derita yang tidak respon dengan kemoterapi atau radioterapi menunjukkan kadar CEA yang meningkat.23 Hal ini menunjukkan CEA memiliki peranan dalam moni-toring terapi kanker paru.

Carcinoembryogenic antigen dapat

mem-berikan informasi nilai prognostik pada KPKBSK terutama pada adenokarsinoma paru. Pengukuran CEA pada pasien dengan kanker paru pada pene-litian Dent dkk.24, menunjukkan peningkatan kadar CEA serum berhubungan dengan prognosis yang buruk, sehingga penilaian CEA ini dapat digunakan sebagai pemeriksaan tambahan untuk menunjukkan prognosis pasien kanker paru.24 Carcinoembryogenic

antigen merupakan salah satu petanda tumor terbaik

yang dapat men detek si kekambuhan terutama pada kanker jenis adenokarsinoma. Petanda tumor yang lain seperti NSE dan proGRP juga dapat menilai kekambuhan pada KPKSK dengan angka sensitivitas dari masing-masing tumor marker tersebut adalah ProGRP 67%, CEA 38% dan NSE 20%.25

KESIMPULAN

Jenis sitologi / histopatologi ditemukan paling banyak yaitu adenokarsinoma dibandingkan dengan sel skuamous dan large cell. Kadar CEA serum di atas 3 ng/ml ditemukan pada 63,4% penderita KPKBSK. Hasil penelitian ini tidak terdapat perbedaan ber-makna kadar CEA pada ketiga kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

1. Jusuf A, Syahruddin E, Hudoyo A . Kemoterapi Kanker Paru. J Respir Indo. 2009 ; 29: 219-27. 2. Josen K, Siegel R, Kamp D. Incidence and

Epidemiology. In Weitberg AB. Cancer of the Lung From Melocular Biology to Treatment Guidelines. New Jersey. Humana Press; 2002.p.3-26.

(8)

3. Deaen W.Tumor Paru di Daerah Toraks. In: Tiehua R, Yixin Z, Zongyuan Z, Jingqing L, Yilong W, Zhuming G. Buku Ajar Onkologi Klinis. Jakarta. Balai Penerbit FKUI; 2008.p.337- 50. 4. Bremnes RM, Sundstorm S, Aasebo U, Kaasa

S, Hatlevoll R, Aamdal S; Norweigian Lung Cancer Study Group. The Value of Prognostic Factors in Small Cell Lung Cancer: Results from a Randomised Multicenter Study with Minimum 5 year Follow-up. Lung Cancer. 2003; 39: 303-13. 5. Ferrigno D, Buccheri G, Biggi A. Serum Tumour

Markers in Lung Cancer: History, Biology and Clinical Applications. Eur J Respir. 1994.7:186-197. 6. Bhatt AN, Mathur R, Farooque A, Verma A,

Dwara-kanath BS. Cancer Biomarkers-Current Per spec-tives. Indian J Med Res. 2010;132:129-149. 7. Molina R, Filella X, Auge JM. Tumour Markers

in Lung Cancer. European Oncological Disease. 2006:1-5.

8. Maghadam AF and Stieber P. Sensible use of tumor markers. 2nd ed. Basel, Jurgen-Hartmann Verlagg. 1993. p.50-66.

9. Ebert W, Dienemann H, Moghadam AF, Scheulen M, Konietzko N, Schleich T, Bombardieri E. Cytokeratin 19 Fragment CYFRA 21-1 Compared with Carcinoembryonic Antigen, Squamous Cell Carcinoma Antigen and Neuron Specifi c Enolase in Lung Cancer. Result of an International Multicentre Study. Eur J Clin. Chem 1994;32:189-99.

10. Syahruddin E, Marleen FS. Hodoyo A. Endarjo S. Ekspresi Protein Bcl-2 Pada Sediaan Blok Parafi n Jaringan Kanker Paru. J Respir Indo. 2009:29:210-6.

11. Kasuma D. Penilaian Visualisasi Pemeriksaan Bronkoskopi Serat Optik lentur Dengan Konfi rmasi Pemeriksaan Sitologi Bronkus Dalam Menegakkan Diagnosis Kanker Paru. Tesis Departemen Pulmo-nologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK USU. Medan; 2011.

12. Mong C, Goron EB, Fuller C . High Prevalence of Lung Cancer in Surgical Cohort of Lung Cancer

Patients a Decade After Smoking Cessation. Journal of Cardiothoracic surgery. 2011;6:19. 13. Alberg AJ, Ford JG, Samet JM. Epidemiology

Of Lung Cancer: ACCP Evidence-Based Clinical Practice Guidelines (2nd Edition). Chest. 2007; 132:29S-55S.

14. Thomas L, Doyle LA, Edelman MJ. Emerging Differences in Epidemiology, Biology, and Therapy. Chest. 2005;128:370-81.

15. Margono BP. Kanker paru. In Wibisono MJ, Winariani, Hariadi S ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru 2010. Departemen Ilmu Penyakit Paru UNAIR-RSUD Dr. Soetomo 2010;p.88-110. 16. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Kanker

Paru (Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil). Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: PT. Metro Offset Printing ; 2011: p.2.

17. Syahruddin E, Pratama A, Arief N. A Retrospective Study : Clinical and Diagnostic Characteristics in Advanced Stage of Lung Cancer Patients with Pleural Effussion in Persahabatan Hospital 2004 – 2007. J Respir Indo. 2010;30:145-51.

18. Schalhorn A, Fuerst H, Stieber P. Tumor markers in lung cancer. J Lab Med. 2001; 25:353-61. 19. Ragab H, Maksoud NAE, Essam T. The Impact

of Use Serum Carcinoembryonic Antigen and Beta 2-microglobulin in Monitoring Bronchogenic Carcinoma Therapy. JGEB. 2007;5:43-50

20. Wang WJ, Tao Z, Sun LH. Clinical Observations on the Association Between Diagnosis of Lung Cancer and Serum Tumor Markers in Combination. Asian Pac J Cancer Prev. 14(7), 4369-71.

21. Vincent RG, Chu TM, Fergen TB, Ostrander M. Carcinoembryonic Antigen in 228 Patients with Carcinoma of the Lung. Cancer. 1975. 36:2069-76.

22. Ardizzoni A, Cafferata M.A, Tiseo M, Filiberti R, Marroni P, Grossi F, Paganuzzi M. Decline in Serum Carcinoembryonic Antigen and Cytokeratin 19 Fragment During Chemotherapy Predicts

(9)

Objective Response and Survival in Patients with Advanced Nonsmall Cell Lung Cancer. Cancer. 2006; 107: 2842-9.

23. Gropp C, Havemann K, Lehmann FG. Carcino-embryonic Antigen and Ferritin in Patients with Lung Cancer Before and During Therapy.Cancer. 1978; 42: 2802-8.

24. Dent PB, McCulloh PB, James OW, Mac Laren R, Muirhead W, Dunnet CW. Mea surement of Carcinoembryonic Antigen in Patients with Bron-chogenic Carcinoma. Cancer. 1978; 42:1481-91. 25. Booth CM, Shepherd F. Adjucant Chemotherapy

for Resected Non-Small Cell Lung Cancer. J Thoracic Oncol. 2006;1:180-7.

Gambar

Gambar 1. Sitologi / histopatologi pada KPKBSK.

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pembangunan WarNet pada penulisan ilmiah ini, menggunakan teknologi LAN (jaringan area lokal) yang berbasis jaringan secara Workgroups di Microsoft Networks, dengan PC

Seperti yang telah kita ketahui, fungsi dari router adalah menghubungkan sebuah network yang berbeda atau ip class yang berbeda atau subnet atau gang

Dengan ini kam calon penyedia barang pelelangan, kami mengun Jadwal sebagai berikut :..

Harapan peneliti selanjutnya adalah dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca baik itu pengetahuan tentang adat dan kebudayaan yang ada di Kecamatan Paloh

Hasil penelitian hubungan pemeriksaan sputum mikroskopis terhadap foto thoraks adalah dari 115 suspek TB paru ada 54 orang (47.0%) dengan hasil positif pada

funeral chants, songs and poems. The ritual is often held for rveeks, months, or years after the death. until the deceased's family had raised a significant amount of

Peran perawat dibutuhkan dalam menentukan pelayanan kesehatan yang optimal bagi penderita skizofrenia.Salah satu pelayanan keperawatan adalah perilaku caring perawat. Perilaku

Jika meninjau lokasi dari setiap lubang yang dibuat antara sejajar dengan jalan atau di bawah selokan memperlihatkan bahwa nilai rata-rata laju infiltrasi dari lubang terletak di