• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber gambar : Data Primer 2019.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sumber gambar : Data Primer 2019."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

37

BAB V

UPACARA NYOBENG SEBAGAI RELASI SOSIO KULTURAL 5.1 Makna Nyobeng.

Menurut Amin (2019) Upacara Nyobeng sebenarnya berasal dari kata Nibakng atau Sibankg yang merupakan kegiatan Ritual yang besar dan tidak bisa sembarangan. Munculnya Upacara Nyobeng di latar belakangi oleh banyaknya kegiatan ritual adat seperti ritual adat kayau, menanam padi, ucapan syukur, dan lain sebagainya, yang sekarang ini dijadikan serangkaian ritual adat besar tahunan pada masyarakat Dayak Bidayuh khususnya Desa Hli Buei.

Inti dari Upacara Nyobeng ini adalah yang pertama Nibakng, Nibakng ini merupakan kegiatan tahunan yang paling besar merupakan ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tipaiakng (dalam bahasa suku Dayak Bidayuh), atas berkat panen padi yang diterima masyarakat suku Dayak Bidayuh ini merupakan tujuan sesungguhnya dari ritual Nyobeng itu sendiri. Dan yang kedua merupakan ritual untuk menghormati kepala manusia hasil mengayau. Upacara Nyobeng merupakkan Upacara adat untuk menghormati roh-roh leluhur yang diyakini sampai saat ini masih menjaga mereka. Seperti pada Gambar Berikut:

Gambar 8 Suku Dayak Bidayuh

(2)

38

Dahulu kala Suku Dayak Bidayuh yang tinggal di wilayah Indonesia dan Malaysia kerap saling berperang. Tapi sekarang, lewat Gawai Dayak Bidayuh serumpun Indonesia-Malaysia, dijunjung tinggi persaudaraan dalam kemasan ritual Nyobeng untuk perdamaian. Hasil peperangan terutama ngayau disimpan warga Dayak Bidayuh Hi Buei di rumah baluk.

Tengkorak musuh itu dikumpulkan di dalam rumah adat yang letaknya di tengah kampung. Setiap tahunnya tengkorak hasil ngayau dimandikan dan dibersihkan Ada penghormatan yang diberikan secara turun temurun meski tengkorak itu dulunya adalah musuh. Ritual Nyobeng yang dilakukan setiap tahun merupakan tanda perdamaian, melingkupi perdamaian Dayak Bidayuh serumpun yang ada di Indonesia ataupun Malaysia.

Dalam setiap kesempatan digelarnya ritual Nyobeng, ada warga Malaysia yang ikut hadir dalam upacara tersebut. Memungkinkan bagi mereka (warga Malaysia) untuk ikut hadir di upacara adat tersebut selain karena masih satu rumpun dari Dayak Bidayuh, juga karena kampung Hli Buei (Sebujit) terletak dekat kawasan perbatasan.

Menurut Peursen (1976:18) yang dimaksud dengan tahap mitis ialah sikap manusia yang merasakan dikepung oleh kekuatan-kekuatan gaib dan sekitarnya, yaitu kekuasaan dewa-dewa alam raya atau kekuasaan kesuburan seperti dipentaskan dalam motologi-mitologi yang dinamakan bangsa-bangsa primitif. Sikap ontologis Menurut Peursen ialah sikap manusia yang tidak lagi hidup dalam kepungan kekuasaan mitis, melainkan yang seara bebas ingin meniliti segala hal ikhwal.

Manusia mengambil jarak terhadap segala sesuatu yang dulu dirasakan sebagai kepungan ia mulai menyusun suatu ajaran atau teori mengenai dasar hakekat segala sesuatu (Ontologi) Tahap Fungsional ialah sikap dan alam pikir yang semakin nampak pada manusia modern. Ia tidak lagi terpesona lagi oleh lingkungan nya (sikap mitis). Ia ingin mengadakan relasi-relasi baru sesuatu yang bertautan yang baru terhadap sesuatu dalam lingkungannya. tahap fungsional ini memiliki arti dan makna, dengan demikian tahap fungsional menyangkut Hubungan, pertautan dan relasi.

Bagian ini merupakan penjelasan tentang Upacara Nyobeng, arti dan Makna Adat isitiadat Ritual Nyobeng sebagai mitos Penghayatan kematian masyarakat sub

(3)

39

etnis Dayak Bidayuh di Kampung Sebujit Desa Hli Buei Kecamatan Siding Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat.

Manusia menganggap bahwa dirinya adalah bagian dari alam. Manusia merasa bahwa dirinya berada di dalam dan dipengaruhi oleh alam. Pada tahap ini, manusia kerap memberikan kurban atau sesaji sebagai bentuk penghormatannya kepada alam. Manusia juga membuat norma-norma perlakuan terhadap alam. Sehingga hidupnya selalu selaras dengan alam dan dilindungi oleh alam itu sendiri. Dari Pernyataan Peursen ini menyatakan bahwa Dayak Bidayuh yang merasakan dirinya selalu terkait bahkan tergantung dengan kekuatan-kekuatan gaib di sekitarnya yang di kalangan masyarakat primitif.

Kelahiran, Kematian, dan Keselamatan yang berkaitan dengan eksistensi peristiwa kehidupan Masyarakat Dayak Bidayuh diminta dan dihindari melalui upacara-upacara. Penghormatan terhadap para leluhur Bahkan Penghayatan kematian dalam bentuk Adat Istiadat yang berlaku untuk sub etnis Dayak Bidayuh mungkin atas dasar mitos-mitos. Dalam hal ini Mitos menyadarkan manusia bahwa ada kekuatan ajaib didunia ini, mitos membantu manusia agar dia dapat mengahayati kemampuan seperti itu sebagai suatu kekuatam yang mempengaruhi dan menguasai alam serta Suku-suku nya.

Berdasarkan hasil observasi bahwa Ritual Nyobeng ini dilakukan rutin tiap tahunnya untuk Menghormati Arwah para Leluhur mereka. Pengetahuan tentang sejarah membentuk habitus masyarakat untuk melakukan Upacara adat Nyobeng dan sehingga tidak sadar berlangsung lama dan menjadi sebuah kebiasaan. hal ini dijelaskan oleh Bapak Amin pada saat puncak acara Nyobeng di Desa Hli Buei yang selaku Kepala adat Sebujit pada tanggal 15 juni 2019 berikut pernyataan Beliau:

“Nyobeng yaitu berasal dari kata Nibakng yang merupakan ritual adat ucapan syukur atas panen berlimpah dan juga ritual memandikan kepala hasil ngayau (memotong kepala musuh) dulu. Tradisi ini dimulai dengan ritual penyambutan, setelah itu kepala akan disimpan di atas bambu yang ada di sebelah baluk (rumah adat). Kemudian masyarakat yang ditunjuk sebagai pejuang akan memanjat bambu dengan posisi terbalik, untuk menunjukkan kekuatan mereka Setelah itu, kepala akan disimpan di kotak kayu dan diletakkan di atas bumbung baluk. Kepala ini diyakini akan menjadi penjaga kampung serta harus dimandikan dan diberi sesaji sebagai

(4)

40

bentuk penghormatan. Upacara Nyobeng yang dilakukan merupakan upacara memandikan tengkorak manusia untuk keselamatan kampung dari bencana maupun malapetaka yang akan datang di laksanakan pada malam hari”.

Pada umum nya Ritual Nyobeng tidak hanya untuk Penghayatan Kematian tetapi juga merupakan Membuat deskripsi mengenai segala sesuatu. Sikap ontologis berusaha menjelaskan sesuatu yang dapat dimengerti. pada era sekarang ini masuk nya agama dan budaya yang mengalami perubahan dalam upacara Nyobeng dilihat dari ritual yang harus dilakukan setiap tahun sehingga banyak perubahan dalam ritual ini karena wujud taat mereka kepada leluhur, yaitu sebabnya mengapa kebudayaan merupakan cerita tentang perubahan-perubahan, riwayat manusia yang selalu memberikan wujud baru kepada pola kebudayaan yang sudah ada.

Melalui Pengatahuan Mereka tentang Ritual Nyobeng Masyarakat Dayak Bidayuh Desa Hli Buei sehingga dari pengetahuan tersebut diwariskan dari generasi kegenerasi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa Ritual Nyobeng dan membentuk aspek ontologis masyarakat Hli buei. Pernyataan Bapak Deki Sebagai Kepala Desa Hli Buei pada Tanggal 15 juni 2019.Dalam hal ini Relasi Sosio Kultural berperan karena Suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.

Keberadaan baluk dan gawai kini sudah cukup dikenal, hingga berhasil menarik banyak pengunjung, baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Menurut Deki, hal ini tak terlepas dari dukungan pemerintah daerah. Terbukti sejak didirikan, bupati dan dewan adat di kabupaten selalu mendukung pelaksanaan gawai. Kami sangat bersyukur sejak dulu pemimpin di daerah sangat peduli terhadap semua unsur masyarakat, dengan tidak membeda-bedakan ras dan etnis tertentu. Sehingga semua kebudayaan dayak pedalaman yang hampir saja punah ini bisa digalakkan kembali.

Sebagai cara adat istiadat yang dilakukan rutin tiap tahunnya untuk Menghormati Arwah para Leluhur dan Ucapan syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa

(5)

41

Tipaiakng atas panen padi yang berlimpah kegiatan tahunan yang paling besar untuk

Sub etnis Dayak Bidayuh.

Berdasarkan hasil Penelitian ini diperoleh bahwa hasil dari Observasi dengan Bapak Anyim Pada Tanggal 14 juni 2018 :

“Ritual Nyobeng bukan hanya memandikan tengkorak, tetapi melainkan manifestasi dari nilai-nilai yang di yakini masyarakat Dayak Bidayuh. Melalui rangkaian upacara Nyobeng kita mengetahui nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai tersebut adalah keyakina penghormatan terhadap leluhur, menghargai perbedaan, solidaritas sosial, dan ketaatan terhadap aturan dan adat istiadat, tradisi dan gawai adat Dayak Bidayuh ini merupakan warisan leluhur yang terus dikembangkan dan dipertahankan sejak dahulu kala secara turun temurun, karena budaya merupakan karakter bangsa kita”.

5.2 Ritual Pembukaan Rumah adat.

Upacara nyobeng di awali dengan ritual pemanggilan Roh dilakukan pagi hari sebelum matahari terbit dan dilaksanakan dirumah adat baluk. Upacara Pemanggilan Roh diringi dengan pemukulan beduk yang disebut dengan Sibakng Tujuan nya adalah untuk memberi semangat kepada kaum pria agar tidak gugup saat menghadapi musuh.

Pembukaan rumah adat ini juga dilakukan dengan sebuah ritual, yaitu ritual buka rumah Baluk, ada beberapa sesajian yang menjadi syarat ritual ini, yaitu sirih, gambir, kapur, pinang, tuak, daun jeruk dan bawang kucai sebagai pewanginya. Setelah rumah Baluk di buka musik dengan alat tradisional yang ada di dalam rumah Baluk harus dimainkan terus, musik itu disebut musik maniamas, yaitu musik santai dan persahabatan.

Jika, saat upacara berlangsung bahan-bahan tersebut tidak ada, maka upacara tersebut tidak boleh dilaksanakan atau gagal, karena roh leluhur akan marah dan akan mengakibatkan terjadinya musibah atau malapetaka pada kampung tersebut. Nampan yang terbuat dari besi tembaga diartikan sebagai tempat untuk meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada (tengkorak) dan saat upacara adat nyobeng dilaksanakan. Tujuan sesaji diletakkan di atas apar yaitu untuk menghormati roh Leluhur, agar roh tersebut tidak marah atau merasa dihormati saat diundang datang untuk makan sesaji yang sudah disediakan.

Pembukaan rumah baluk bertempat di rumah Baluk di pimpin oleh ketua adat. Ritual pertama ini disebut dengan Paduapm (dalam bahasa Dayak Suku Bidayuh) yang

(6)

42

artinya memanggil atau menggundang roh-roh para leluhur untuk datang dalam ritual Nyobeng dan sekaligus memohon izin atas ritual yang akan dilaksanakan, supaya semuanya berjalan dengan baik dan mendapat berkat dari para leluhur (Tipaiakng; menyebut Tuhan dalam bahasa Suku Dayak Bidayuh).

Hal ini yang perlu kita ketahui tentang sikap mereka yang masih percaya pada kekuatan gaib adanya ikatan batin antara pemuka adat dengan warganya dan benda -benda atau tempat tempat tertentu dianggap keramat oleh suku Dayak bidayuh. Suku Dayak Bidayuh Sebagai masyarakat Hukum adat mempunyai hubungan erat dengan lingkungan hidupnya. Mereka sering dipengaruhi alam pikirian relegio atau magis.

Menurut Holleman (1994:41) Relegio Magis atau sakral adalah percaya pada kekuatan gaib (Magis) sebagai sesuatau kekuatan yang menguasai alam semesta dan seisinya dalam keadaan kesinambungan. Dengan ini setiap masyarakat Hukum adat pada dasarnya merasa wajib unruk senantiasa menjaga dan mempertahankan keadaan kesimbungan alam yang terwujud berkat adanya kekuatan gaib.

Ritual ini di mulai dengan pembukaan rumah adat (Baluk) banyak sekali yang perlu dipersiapkan karna Upacara ini tidak boleh sembarangan dan harus Melalui Tetua adat karena Upacara adat ini merupakan Upacara besar setiap tahun nya,karena masyarakat disini masih mempercayai tradisi leluhur mereka yang diwariskan secara turun temurun.

Rumah Baluk merupakan tempat penyimpanan tengkorak kepala manusia hasil mengayau nenek dulu, dan juga tulang-tulang binatang hasil berburu. Pada saat ritual memandikan tengkorak dengan darah babi, hanya satu orang yang melakukannya yaitu oleh ketua adat yang sudah sangat terpecaya oleh masyarakat.

Menurut peursen (1976:38) Mitos menyadarkan manusia bahwa ada kekuatan-kekuatan gaib, mitos itu tidak memberi bahan informasi mengenai kekuatan-kekuatan-kekuatan-kekuatan itu tetapi membantu manusia agar tetap menghayati daya-daya itu sebagai sesuatu kekuatan sukunya. Dengan ini peneliti melihat bahwa dalam Ritual mitis itu yang memanggil roh leluhur ini merupakan bahwa ala mini bersatu padu dengan alam atas, dengan dunia gaib.

Menjadikan sesuatu yang dapat dimengerti manusia Plato berbicara idea-idea, yang didunia nyata, namun lebih luhur dan lebih indah dari pada dunia ini. Dari

(7)

43

pernyataan ini adalah demikian dari pengalaman mitis mengenai Dewa-dewa berkembanglah suatu filsafat. Maksud nya adalah sikap ingin tahu tentang para dewa yang menghuni alam diatas kodrat kita.

Bagi masyarakat Dayak bidayuh adanya kemungkinan berkomunikasi dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan alam, baik dalam gaib maupun alam nyata tidak banyak menjadu pertanyaan dalam kehidupan, karena mereka selalu memilih pengetahuan dan kepercayaanpada tanda-tanda alam terseburt. Sebagian Dayak bidayuh percaya bahwa ada tanda-tanda dan kekuatan supernatural yang dapat menimbulkan kegaibana tau keajaiban melalui Pembukaan Rumah adat ini.

Pemikiran fungsional ontologi merupakan semacam pembebasan diri dari magi demikian juga dengan fungsional merupakan suatu pembebasan subtansialisme yaitu manusia berusaha menempatkan dirinya dalam hubungan baik yang dulu mengurung kita. Dayak Bidayuh hampir tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya dan kehidupan sosial mereka sehari-hari, karena kelompok sub etnis Dayak bidayuh memiliki system kepercayaan yang kompleks dan sangat berkembang.

Melalui tahap ontology dan fungsional ini Menurut alqadrie (1987:60) sistem kepercayaan Dayak bidayuh mengandung dua hal prinsip, pertama unsur kepercayaan nenek moyang yang menekankan kepada pemujaan nenek moyang yang kedua kepada Tuhan yang satu dan dengan kekuasaan tertinggi dari kehidupan manusia. Pemikiran fungsional ontologi merupakan semacam pembebasan diri dari magi demikian juga dengan fungsional merupakan suatu pembebasan subtansialisme yaitu manusia berusaha menempatkan dirinya dalam hubungan baik yang dulu mengurung kita.

Data yang telah berhasil dihimpun oleh peneliti, disimpulkan bahwa data-data tersebut mempunyai makna yang tumbuh dan berkembang dalam sistem budaya dan kepercayaan pada nenek moyang dari masyarakat Dayak Bidayuh desa Hli Buei Kampung Adat Sebujit Upacara adat nyobeng tersebut. Berdasarkan arti Analisis Sosio kultural upacara adat nyobeng tersebut. Ada pendapat yang dinyatakan Oleh Polianus Pemuda asli dari Kampung adat sebujit pada Tanggal 15 juni 2019 berikut pernyataannya:

“Para tetua adat memotong babi dibeberapa rumah acara ini sangat menarik. Tapi masih sangat jarang wisatawan yang datang kesini. Paling banyak adalah orang lokal yang ada

(8)

44

di daerah kalimantan barat. Saya bertemu wisatawan dari negara tetangga, dia berasal dari Sarawak, Malaysia. Dia bilang acara nyobeng dayak di indonesia sangat orisinil dan unik. Semoga acara ini tetap terus berlangsung dan yang belum pernah datang kesini bisa mendapatkan kesempatan untuk melihat secara langsung dan merasakan pengalaman yang tak terlupakan. Ritual Nyobeng merupakan ritual memandikan atau membersihkan tengkorak kepala manusia hasil mengayau oleh nenek moyang suku Dayak Bidayuh. Ini dilakukan suku Dayak Bidayuh, satu diantara sub-suku Dayak di Kampung Sebujit, Desa Hli buei, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat”.

5.3 Ritual Penyambutan tamu.

Ritual Nyobeng diawali dengan kesatria berkumpul dirumah baluk, untuk menyambut tamu yang datang. Sepeti pada gambar dibawah ini:

Gambar 8

Kepala Adat (Sebujit)

Sumber foto : Data Primer 2019.

Prosesi Penyambutan tamu ini merupakan Penyambutan tamu istimewa setlah dibuka nya rumah baluk yang yaitu Kepala Daerah dan Lembaga penting lainnya, kehadiran mereka ini untuk meresmikan bahwa Rumah Baluk yang merupakan rumah adat mereka sudah dibuka. Setelah penyambutan ini Pada acara ritual Nyobeng yaitu penyambutan tamu, biasa disebut Nabuai (bahasa Dayah Bidayuh). Dimulai menyambut tamu di batas desa. Awalnya dilakukan untuk menyambut anggota kelompok yang datang dari mengayau.

(9)

45

Penyambut mengenakan selempang kain merah dengan hiasan manik-manik dari gigi binatang hasil berburu yang dikalungkan. Dilengkapi dengan sumpit, Mandau, dan senapan lantak yang dibunyikan ketika para tamu undangan hendak memasuki batas desa. Sumpit dan Mandau juga di acungkan bersama-sama sambil berseru.

Letupan lantak dan seseruan tersebut juga berguna memangil roh para leluhur sekaligus meminta izin bagi pelaksanaan ritual Nyobeng. Para tamu undangan telah memanti diperbatasan desa tempat ritual akan dilaksanankan, kemudian rombongan ketua adat dan tetua-tetua adat datang dari rumah Baluk ke perbatasan desa untuk menyambut tamu tersebut. mereka datang dengan segala persiapan, berselempang kain merah, berkalungkan manik-manik dari taring binatang, dan memegang sumpit, Mandau, dan senapan lantak sambil berseru serempak sepajang jalan menuju perbatasan desa tempat tamu telah menunggu.

Gambar 9

Penyambutan tamu

Sumber foto : Data Primer 2019.

Dalam alam pikiran mitis, upacara-upacara juga mendapat perhatian besar dan merupakan bagian penting dari kehidupan masyarakat, baik secara pribadi maupun kelompok sosial. Upacara tidak dimaksudkan untuk memuja daya-daya yang berada diluar jangkauan manusia tersebut, Upacara juga berfungsi untuk meneguhkan hati menguatkan dan menguatkan secara psikologis.

Pada tahap ini kesatria turun dari baru dan menganggap tamu yang datang adalah musuh, diiringi Sibakng, mereka turun dari baluk membawa seekor anjing dan

(10)

46

seekor ayam, sementara sejumlah kesatrya lain nya tengah mengintai dibalik hutan, Tiba -tiba para kesatria muncul dari balik pepohonan tempat mereka bersembunyi.

mereka mengacung-ngacungkan Mandau (senjata khas Bidayuh) dan bunyian senjata senapan lantak hendak menyerang para tamu yang datang itulah yang disebut

sobeng abak atau maju perang, Sebelum terjadi peperangan Kepala adat diiringi para

kesatria yang baru turun dari rumah baluk mencegah amuk dari para penjaga dengan mengatakan mereka yang datang adalah tamu, lalu terjadilah penyambutan tamu penuh kekeluargaan.

Menurut Peursen (1976;34-54) Tahap kebudayaan mitis meliputi kebudayaan primitif, primitif adalah saat dimana manusia mempunyai kedekatan dengan alam dan belum pernah dikacau dengan Teknik. Alam ini dimaknai sebagai hal yang melingkupi kehidupan manusia dan tidak dapat diatur atau dipahami sepenuhnya (misteri). Masyarakat Dayak bidayuh adalah mempunyai kebudayaan yang sangat kental karena rumah adatnya masih berdiri.

Masyrakat dayak Bidayuh Ritual penyambutan tamu pada tahapan ini masyarakat mempercayai mitos yang dilakukan sengan pelemparan telur jika telur ayam tidak pecah berarti Tamu dating tidak dengan hati yang iklas jika sebalik nya jika telur dilempar pecah maka hati menerima dengan ketulusan hati.

Tahap ini merupakan kebudayaan primitif seperti yang dikatakan peursen yang melalui teori mitisnya, melalui Rumah adat yang masih berdiri kokoh ditengah kehidupan di Desa Hli Buei Dusun Sebujit Baru ini menjadikan Masyarakat sangat memperhatikan Rumah adat mereka.dan rumah adat ini Dibuka setiap Tahun melalui Upacra besar yang disebut nyobeng. Mereka Percaya kepada Arwah Leluhur Mereka yang Menjaga mereka dari segala Sesuatu yang yang membahayakan mereka percaya pada hal mitis ini leluhur yang menjaga mereka karena

Tahap Ontologis adalah Manusia mulai mengenal agama. Manusia tidak lagi memberikan kurban dan memandang bahwa alam merupakan sama-sama makhluk Tuhan yang harus dijaga kelestariannya. Meskipun begitu, manusia sudah mulai menjadikan alam sebagai objek yang bisa dipergunakan untuk mempertahankan hidupnya.sistem kepercayaan nenek moyang dalam masyarakat Dayak bidayuh berisi tentang berbagai peraturan tentang hubungan manusia dengan Tuhan manusia dengan

(11)

47

manusia, manusia dengan Roh nenek moyang dan manusia berserta alam dan seisinya dan masyarakat Dayak bidayuh menganggap Tuhan tertinggi yang satu.

Tahap Fungsionalis adalah Manusia sudah jauh dari alam. Bahkan, alam tidak hanya sekedar dijadikan objek, tetapi telah menjadi alat untuk memenuhi kebutuhan manusia agar hidupnya nyaman. Tahap ini ditandai dengan revolusi industri di dunia dan manusia memperlakukan alam dengan mengeksplorasinya secara berlebihan.dengan pengaetahuan yang mereka miliki mereka tidak mereka berfikir ,ulai untuk mejaga adat mereka.

Masyarakat Dayak bidayuh mulai menganggap bahwa Seperti dikatakan Menurut Dove (1994:40) bahwa Adat adalah aturan, kebiasaan kebiasaan yang tumbuh dan terbentuk dari suatu masyarakat atau daerah. Adat-adat yang dimiliki suatu suku di dalam masyarakat selalu dianggap memiliki nilai dan dijunjung serta dipatuhi masyarakat yang menerapkan adat tersebut. Adat telah menjalar dalam kehidupan masyarakat baik berupa tradisi, upacara adat, ritual adat, dan lain-lain. Adat istiadat merupakan ciri khas yang melekat sejak dahulu kala dalam diri masyarakat yang melakukannya.

Adat istiadat mampu mengendalikan perilaku warga masyarakat Dayak bidayuh dengan perasaan senang atau bangga memiliki budaya warisan para leluhur, dan peranan tokoh adat yang menjadi tokoh masyarakat menjadi cukup penting. Setiap suku bangsa mempunyai adat dan kebiasaannya sendiri, dari adat dan kebiasaannya ini orang dapat mengenal, mengetahui, dan menilai orang atau suku bangsa lain. Adat dan kebiasaan ini biasanya timbul dari sistem kepercayaan. Salah satu suku yang mempunyai adat dan kebiasaan itu adalah suku Dayak Bidayuh Desa Hli Buei. Suku Dayak Bidayuh adalah salah satu suku yang terdapat di Indonesia khususnya Kalimantan Barat.

5.4 Ritual Pemotongan Hewan.

Setibanya diperbatasan desa mereka tetap berseru sambil menyacungkan sumpit dan Mandau ke atas dan membuyikan senapan lantak beberapa kali. Ritual penyambutan tamu dilaksanakan, ketua adat telah siap dengan sesajian yang dibawanya. Tetua adat melemparkan ajing keudara, dengan Mandau, pihak kedua tamu rombongan harus menebasnya dengan Mandau hingga anjing itu mati, jika masih hidup harus

(12)

48

dipotong begitu jatuh ketanah. Prosesi juga dilakukan untuk ayam, ketua adat melemparkan ayam ke udara, dan pihak ketiga rombongan tamu harus menebas ayam itu dengan Mandau sampai mati.

Seusai Ritual rombongan tamu diantar menuju rumah Baluk di tengah perkampungan Kampung Sebujit. Sambil berjalan menuju rumah Baluk, para tetua adat berjalan paling depan sambil menari dan diiringin musik untuk mengiringi rombongan tamu sampai ke rumah Baluk, ada yang berseru-seru. Ribuan orang datang dari berbagai daerah, bahkan dari luar Kalimantan hanya untuk menyaksikan ritual Nyobeng yang juga merupakan gawai Dayak Suku Dayak Bidayuh Kampung Sebujit, Desa Hli Buei Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang.

Bersama warga dan tetua adat, para tamu kemudian menari tari maniamas sambil mengitari rumah Baluk. Maniamas adalah tarian untuk menyambut dan menghormati para pembela tanah leluhur yang baru datang dari mengayau. Sambil diiringin tetua-tetua adat dengan bernyayikan lagu dan berseru-seru beberapa kali dan sambil membaca mantra-mantra.

Ritual Pemotongan hewan ini dilakukan setelah posesi penyambutan tamu Pelaksanaan Nyobeng ini dilakukan dengan Upacara dan Pesta atas Panen padi yang sangat Berlimpah yang dilakukan oleh Masyarakat Desa Hli Buei Tidak semua dapat Rumah Warga Mengikuti Pesta Gawai karena memerlukan Pemotongan Hewan yang dimanfaatkan hasil Pemotogan hewan adalah, Daging anjing dijadikan makanan oleh tradisi orang Dayak Bidayuh. Daging babi dijadikan makanan oleh Tradisi orang-orang Dayak Bidayuh. Daging ayam merupakan bagian dari sembelihan tubuh binatang berkaki dua, berparuh, dan terkadang dipelihara oleh manusia, yang dijadikan makanan oleh Tradisi orang-orang Dayak Bidayuh.

Darah anjing, darah babi,dan darah ayam jika Pemotongan ini dilaksanakan Dirumah baluk (rumah adat) maka darah ini dioleskan dibenda-benda pusaka yang ada dirumah adat tersebut. kepala anjing ini jika masih kecil disimpan begitu saja ,kepala babi biasa nya digunakan dalam perjamuan ketika bersantap dan dijadikan kuliner kepala ayam, hati anjing, hati babi,hati ayam

Melaksanakan upacara Nyobeng ini masyarakat melalui kesepakatan warga Desa. Menurut Quitriot pada Tanggal 15 juni 2019:

(13)

49

“Menurut Quitriot yaitu Ritual ini sebagai Menjaga agar kekuatan spiritual yang ada dalam tengkorak manusia jika diperlakukan dengan tepat dapat melindungi masyarakat dari berbagai macam bencana, menjadi penghubung kepada Jubata. Hal ini dipandang perlu untuk mengajarkan budaya bersyuk ur kepada Jubata penguasa alam semesta atas rezeki yang melimpah yang telah diterima”.

Menurut peursen (1976:34-56) Dalam alam pemikiran mitis dikenal berbagai macam mitos. Mitos adalah sebuah cerita yang memberikan pedoman dan arah tertentu kepada sekelompok orang melalui cara penyampaian lisan, tulisan, atau pementasan mitos memberikan informasi mengenai kekuatan-kekuatan itu, kekuatan yang memperngaruhi dan menguasai alam dan kehidupan sukunya. membuat manusia bisa turut berpartisipasi dalam daya-daya kekuatan alam Dalam dimensi mitis.

Ritual pemotongan hewan yang dilaksanakan untuk meyambut Tamu istimewa melalui proses ini proses Ritual ini masyarakat yang berkumpul menyambut tamu istimewa kepala Daerah dan saudara dari Negra Malaysia dihimpun menjadi satu unuk menyaksikan proses ritual yang di buka oleh kepala adat Bapak Amin. Menurut Lukas pada tanggal 21 juni 2019:

“Setiap rumah membuat sesaji yang harus diolesi darah ayam dari sayapnya. Darah ayam dipercikkan keberbagai tempat yang dianggap sakral disekitar rumah, rumah adat, dan perkampungan. Ritual nyobeng diawali dengan memotong bambu untuk mendirikan sangiang, tempat sesajian. Ritual dianjurkan dengan memotong ayam sebagai tanda persembahan, kemudian memotong anjing Untuk menolak balla”.

Pemuka adat telah siap dengan sesajian yang dibawanya. Tetua adat melemparkan ajing keudara, dengan Mandau, pihak tamu harus menebasnya dengan Mandau hingga anjing itu mati, jika masih hidup harus dipotong begitu jatuh ketanah. Prosesi juga dilakukan untuk ayam, ketua adat melemparkan ayam ke udara, dan pihak ketiga rombongan tamu harus menebas ayam itu dengan Mandau sampai mati.

Melalui rangkaian Ritual ini hal mitis sangat berpegang oleh Dayak bidayuh ini bahwa selain menyatu dengan alam dan menganggap bahwa ritual tersebut sebagai ritual yang harus dipercaya dengan hidup penuh dengan mitos-mitos yang mereka percaya sampe pada tahap bahwa harus menebas anak anjig sampai mati.

Tahap ini masyarakat bidayuh mengangap bahwa ritual ini merupakan bentuk dari ungkapan syukukur atas keberhasilan mereka telah menerima hasil panen padi yang berlimpah begitu juga dengan persembahan yang berupa hewan, agar dapat

(14)

50

meminta kepada leluhur agar tetap mejaga kampung mereka terhindar dari penyakit atau hal-hal yang tidak diinginkan .

Menurut Peursen (1976:59) Tahap kebudayan Ontologis Ciri utama dunia mitis adalah ditandai oleh rasa takut dalam diri manusia terhadap daya-daya purbad alam hidup dan alam raya..melalui pernyataan peursen ini bahwa manusia mulai mulai

Gambar 10 Lembaga Adat

Sumber gambar : Data Primer 2019.

Pemikiran mitis adalah alam pikiran yang cukup kaya dan memperlihatkan usaha manusia dalam mengekspresikan apa yang dipercayanya, yaitu daya-daya dari luar. Melalui Tahapan ini masyarakat adat Dayak Bidadayuh juga mepercayai hal mitis melalui secara pribadi keluarga-keluarga Dayak Bidayuh di Sebujit melakukan Ritual

Ngeyap Ritual Pemotongan Babi yang biasa dilakukan pada siang hari atau malam hari

di dalam Lumbung tempat menyimpan hasil pertanian (umumnya padi) berbentuk rumah panggung berdinding anyaman bambu. Ritual ini dipimpin oleh Tetua Adat dari babi yang baru dipotong kemudian dipercikan kedalam sudut lumbung harapan nya agar hasil panen yang telah mereka peroleh menjadi berkah bagi warga.

Kemudian hati babi dibakar dan dibagi menjadi 7 (tujuh) bagian Bersama dengan ramuan lainnya hati babi diletakan di Sangiel suatu tempat yang dipasang dari sudut-sudut rumah.

5.5 Ritual cuci Tengkorak.

Nyobeng adalah ritual memandikan tengkorak manusia peninggalan hasil mengayau dari nenek moyang suku Dayak Bidayuh ritual Nyobeng untuk perdamaian. peperangan terutama ngayau disimpan warga Dayak Bidayuh Hli Buei di rumah baluk.

(15)

51

Tengkorak musuh itu dikumpulkan di dalam rumah adat yang letaknya di tengah kampung. Setiap tahunnya tengkorak hasil ngayau dimandikan dan dibersihkan. Ada penghormatan yang diberikan secara turun temurun meski tengkorak itu dulunya adalah musuh. Seperti pada gambar Berikut:

Gambar 5.6 Cuci Tengkorak

Sumber foto : Google kasatmata.id

Seperti yang telah dipaparkan di atas, ada banyak kepercayaan yang terkandung dalam upacara ini. Yang paling diyakini oleh suku Dayak Bidayuh, upacara ini akan menjadi penjaga kampung serta harus dimandikan dan diberi sesaji sebagai bentuk penghormatan. Ritual memandikan atau membersihkan tengkorak manusia hasil mengayau oleh nenek moyang ini, dilakukan oleh suku Dayak Bidayuh. Suku ini merupakan salah satu sub-suku Dayak di Kampung Sebujit, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat.

Tetua adat menaiki rumah Baluk. Tujuh macam sesajian diletakkan di batas desa nantinya. Kemudian, kotak yang berada di bubungan rumah adat yang di dalamnya tersimpan tengkorak manusia dan kalung dari taring babi hutan, diambil oleh tetua adat dan melumuri tangannya dengan ramuan khusus.

Lalu dioleskan nya pada tengkorak yang ada di dalam kotak. Berikutnya ketua adat memotong seekor ayam hinga kepalanya putus. Kepala dan tetesan darah ayam tersebut dioleskan pada tengkorak. Tengkorak dimasukkan lagi pada kotak dan disimpan. Acara dilanjutkan dengan memotong anjing. Darah yang keluar diusapkan pada tiang penyangga rumah adat, rumah-rumahan kecil, dan patung laki-laki dan perempuan yang berada di samping rumah adat dan patung. Rumah-rumahan dan

(16)

52

patung-patung tersebut dianggap sebagai asal-usul nenek moyang mereka. Pemotongan anjing dimaksudkan untuk menolak ruh jahat. Sebagian daging anjing yang baru dipotong kemudian dibawa ke atas rumah adat.

Menurut Peursen (1976;34-54) Dalam alam pikiran mitis, upacara-upacara juga mendapat perhatian besar dan merupakan bagian penting dari kehidupan masyarakat, baik secara pribadi maupun kelompok sosial. Upacara tidak dimaksudkan untuk memuja daya-daya yang berada diluar jangkauan manusia tersebut, Upacara juga berfungsi untuk meneguhkan hati menguatkan dan menguatkan secara psikologis. Seperti inti dari Upacara Nyobeng ini adala sebgai bentuk penghormatan kepada leluhur mereka yang tengkorak kepalanya disimpan dalam rumah adat dan setiap tahun harus dicuci. menurut Lukas pada tanggal 21 juni 2019 :

“Pencucian tengkorak dilaksanakan setiap tahunnya dilakukan oleh perintah sesuai dengan pemuka adat di Desa Hli Buei itu sendiri dan sebelum mencuci tengkorak bahwa tengkorak yang disimpan didalam Rumah baluk dibersihkan terlebih dahulu dan proses selanjut nya dicuci mengunakan air biasa dan dibacakan mantra oleh tetua adat tersebut”.

Dari pendapat diatas bahwa rangkaian Upacara Nyobeng Ritual cuci tengkorak adalah Ritual Puncak Upacara Nyobeng yang dilaksanakan pada sore hari memandikan tengkorak hasil ngayau para leluhur yang mereka simpan dirumah baluk, Menurut kepercayaan mereka kepala musuh yang mereka simpan tetap harus dihormati karena Hasil Mengayau lah para leluhur dan keturunannya lah bias mengenyam perdamaian dan dapat berladang dengan tenang sehingga membawa hasihnya berlimpah.

Masyarakat suku Dayak Bidayuh mempercayai bahwa batok kepala manusia yang telah dikeringkan dan diberi ramuan merupakan benda sihir terkuat. Sedemikian dahsyat kekuatannya hingga mampu menghalau roh jahat, mendatangkan hujan, dan membuat hasil panen meningkat. Pernyataan peursen mengenai hal mitis dan mitos melalui Ritual cuci tengkorak bahwa Masyarakat suku Dayak Bidayuh mempercayai bahwa batok kepala manusia yang telah dikeringkan dan diberi ramuan merupakan benda sihir terkuat. Sedemikian dahsyat kekuatannya hingga mampu menghalau roh jahat, mendatangkan hujan, dan membuat hasil panen meningkat. ucapan terima kasih disampaikan pada roh leluhur yang telah hadir.

(17)

53

Roh leluhur kemudian dikembalikan ke tempat asal melalui sebuah ritual. Dengan berakhirnya ritual pengembalian roh, maka rampunglah seluruh rangkaian acara. Inilah yang dipercaya masyarakat Dayak Bidayuh di Desa Hli Buei.

Menurut Peursen (1976:59 Dengan kesadarannya, manusia mencoba segala sesuatu yang berkaitan dengan hidupnya dan sekitar nya seperti kebahagiann, penderitaan, alam raya dan lain sebagainya. Mengerti, memahami sebab sababnya, itu lalu terasa sebagai suatu pembebasan dan penebusan. Jika manusia mulai memikirkan dan mencari segala sesuatu tentang peristiwa dalam hidupnya maka bisa dikatakn ia mulai merenungkan tentang sang Ada.

Sebelum melakukan Ritual para kesatria melakukan pemotongan bambu yang disebut dengan Sangeang untuk tempat sesaji, Pemotongan bambu menjadi ajang keperkasaan kesatria yang mengisyaratkan pertanda baik itu sebab nya setiap pukulan Mandau disambut dengan sorak sorai.

Sepeti Ritual maniamas Tiba dirumah adat baluk pestapun dilanjutkan semua orang termaksud para tamu menari-nari keliling baluk sebanyak 7 (tujuh) kali Putaran diiringi musik. Makna nya adalah kegembiraan karena berhasil memetic kemenangan dan membawanya kembali pulang, hasil kemenangan yang dibawa pulang disambut dengan suka cita oleh kaum perempuan yang telah menunggu dibaluk.

Rangkaian Upacara Nyobeng berakhir dengan Upacara mandi atau atau yang disebut dengan Sobenkg Upacara mandi biasanya berlangsung malam hari semua penduduk tanpa terkecuali dengan air yang telah mendapat jampi-jampi dari kepala adat tamu yang datang pun boleh mengikutinya makna nya adalah untuk membersihkan jiwa dan raga dan dijauhkan dari pengaruh roh jahat.

5.6 Nyobeng dan Harmonisasi Sosial.

Ritual Nyobeng sebagai aspek Fungsional Masyarakat Dayak Bidayuh. Pada alam pemikiran fungsionalisme hubungan sosial harus memiliki makna, Bila makna tidak tampak, maka relasi sosial itu tidak terlalu memeliki arti. Dalam ilmu pengetahuan hubungan antara satu hal dengan hal yang lain juga harus memiliki makna. Dengan cara inilah masyarakat pada masa lalu dapat disatukan. Hubungan sosial antar manusia pun merupakan satu kesatuan keterikatan yang saling bergantungan. Kebersamaan dan keseragaman merupakan kata kunci hubungan sosial di antara warga

(18)

54

Hubungan Kekerabatan Mayarakat Dayak Bidayuh Melalui Upacara Nyobeng. Menurut Suwartiningsih (2018) Hubungan kekerabatan menjadi perekat antar hubungan mastyarakat perbatasan Indonesia Malaysia, melalui hubungan ini sub etnis Dayak Bidayuh dihubungkan dinegara tetangga yaitu malaysia. Kabupaten Bengkayang yang secara geografis berbatasan langsung dengan negara Malaysia.

Karena berbagai event di gelar untuk menghidupkan wilayah perbatasan dengan berbagai festival. Basis budaya itu penting karena budaya itu semakin dilestarikan semakin mensejahterakan. Karena Perbatasan adalah halaman depan rumah Masyarakat Indonesia dan juga untuk Terutama untuk Masyrakat Kabupaten Bengkayang. Hasil penelitian ini melalui Rangkaian Ritual adat Nyobeng Dayak Bidayuh yang Mempersatukan Hubungan antar kedua etnis yang dipisakan oleh Wilayah Negara Malaysia dan Indonesia yang sudah berlangsung 21 tahun menurut hasil Observasi kebudayaan ini dijunjung Tinggi karena memiliki Tujuan yang sangat Spesial. hasil Penelitian ini pada tanggal 14 juni 2019.

Gambar 11

Dayak Bidayuh Malaysia

Sumber gambar : Data Primer 2019.

Harmonisasi Masyrakat dayak Bidayuh lewat Ritual Penghayatan Kematian. Suatu masyarakat akan berada dalam ketertiban, ketentraman, dan kenyamanan bila berhasil membangun Harmonisasi Sosial. melalui pernyataan ini masyarakat yang tinggal di Perbatasan Negara Malaysia dan Indonesia memperkuat hubungan kedua Negara melalui Upacara Nyobeng dan di hubungkan dengan kebudaayan yang Serumpun dan satu sub etnis Dayak Bidayuh yang Berbeda Warga Negara.

(19)

55

Hasil penelitian ini merunjuk kepada kebudayaan serumpun yang dilaksanakan 4 (empat) tahun sekali ini dalam setiap acara gawai dan Nyobeng dilaksanakan Warga Negara Asing atau negara Tetangga seperti Malaysia menurut Hasil Obsevasi diundang dan disambut dengan sebagai tamu istimewa.

Secara keseluruhan sebagai Relasi Sosio Kultural Ini sebagai bntuk solidaritas dan Inti dari ritual Nyobeng yakni, memandikan tengkorak kepala manusia hasil mengayau yang disimpan dalam rumah Baluk. Sesuai aturan yang dipercaya secara turun temurun. Di mulai menyambut tamu di batas desa. Awalnya, ini dilakukan untuk menyambut anggota kelompok yang datang dari mengayau.

Teori Sosio Kultur adalah teori yang muncul dalam pembahasan Penelitian ini yang melihat kontribusi penting yang dibuat masyarakat terhadap kebudayaannya. Teori ini menekankan interaksi antara orang-orang dan budaya di mana mereka tinggal. Teori Sosio Kultur juga menunjukkan bahwa pembelajaran Manusia dan Kebudayaan nya sebagian besar merupakan proses sosial.

Dengan adanya teori Sosio Kultur ini Hubungan sosial sering kali dikonotasikan dengan Masyarakat dan Kebudayaannya. Keduanya memang terkait erat baik secara konseptual maupun praktik. hubungan sosial dikatakan sebagai bentuk paling dasar dari kebudayaan. Sementara itu, tidak lengkap jika Masyarakat tanpa adanya Kebudayaan.

Melalui rangkaian Upacara adat Nyobeng ini dengan Relasi Sosio Kultural terjalin hubungan antar Negara tetangga yaitu Malaysia yang saat ini terjalin Relasi Sosio Kultur melalui adat istiadat yang serumpun dan partisipasi warga malaysia yang mempunyai budaya yang serumpun, melalui rangkaian upacara Nyobeng akan dilihat nilai-nilai keyakinan penghormatan terhadap leluhur, menghargai perbedaan, solidaritas sosial, dan ketaatan terhadap aturan dan adat istiadat.

Menurut Peursen (1976) mengajukan bahwa kebudayaan terdiri dari tiga dimensi yaitu mitis, ontologis, dan fungsional. Dalam dimensi mitis, relasi manusia dengan lingkungannya bersifat terbuka. Pada dimensi ontologis, relasi manusia dengan lingkungannya bersifat tertutup. Dan pada dimensi fungsional, relasi manusia dengan lingkungan bersifat partisipatif.

Tahap Mitis adalah Manusia menganggap bahwa dirinya adalah bagian dari

(20)

56

ini dapat dilihat budaya Indian. Mereka sering menganggap bahwa diri mereka adalah penjelmaan dari hewan di sekitarnya. Pada tahap ini, manusia kerap memberikan kurban atau sesaji sebagai bentuk penghormatannya kepada alam. Manusia juga membuat norma-norma perlakuan terhadap alam. Sehingga hidupnya selalu selaras dengan alam dan dilindungi oleh alam itu sendiri

Melalui Nyobeng dan Harmonisasi sosial atraksi panjat bambu terbalik merupakan bentuk dari proses harmonisasi Upacara Nyobeng sebagai bentuk yang menyatukan solidaritas karna aksi nya panjat bamboo merupakan bagian dari tradisi Ritual Nyobeng ini. Menurut Lukas Pada tanggal 21 juni 2019:

“Prosesi tersebut dianggap mitis oleh masyarakat Dayak bidayuh yang percaya mitos bahwa Sebelum memanjat tiang bambu, ketua adat melakukan ritual dengan membacakan mantra. Kemudian para peserta diperciki air dengan daun Anjuang. Setelah itu semua peserta akan mengelilingi tiang bambo sambil menari tarian simaniamas.Konon tradisi ini dilakukan seorang dukun ketika mengobati orang yang sedang sakit. Sang dukun harus melakukan ritual yaitu memanjat pohon dengan posisi terbalik. Tujuannya untuk mengambil obat di atas pohon guna menyembuhkan orang yang sakit. Panjat Aur terbalik ini dilakukan sebagai bentuk ungkapan syukur atas jasa yang diberikan dan kemampuan dukun tersebut. Tujuannya bukan untuk berobat melainkan untuk hiburan atau permainan tradisional pada saat Ritual”.

Tahap Ontologis adalah Manusia mulai mengenal agama. Manusia tidak lagi

memberikan kurban dan memandang bahwa alam merupakan sama-sama makhluk Tuhan yang harus dijaga kelestariannya. Meskipun begitu, manusia sudah mulai menjadikan alam sebagai objek yang bisa dipergunakan untuk mempertahankan hidupnya.

Padahal tahap ini manusia atau Dayak bidayuh memulai menceritakan adat budaya mereka bahwa melalui rangkaian Upacara adat Nyobeng ini dengan Relasi Sosio Kultural terjalin hubungan antar Negara tetangga yaitu Malaysia yang saat ini terjalin Relasi Sosio Kultur melalui adat istiadat yang serumpun dan partisipasi warga malaysia yang mempunyai budaya yang serumpun, melalui rangkaian upacara Nyobeng akan dilihat nilai-nilai keyakinan penghormatan terhadap leluhur, menghargai perbedaan, solidaritas sosial, dan ketaatan terhadap aturan dan adat istiadat.

Masyarakat yang kehidupannya masih dipegang teguh oleh adat istiadat lama yang mereka miliki. Yang dimaksud adat istiadat disini adalah adanya suatu aturan baku

(21)

57

mencangkup segala konsep budaya yang di dalamnya terdapat aturan terhadap tingkah laku dan perbuatan manusia dalam menjalani kehidupan.

Adat adalah aturan, kebiasaan kebiasaan yang tumbuh dan terbentuk dari suatu masyarakat atau daerah. Adat-adat yang dimiliki suatu suku di dalam masyarakat selalu dianggap memiliki nilai dan dijunjung serta dipatuhi masyarakat yang menerapkan adat tersebut. Adat telah menjalar dalam kehidupan masyarakat baik berupa tradisi, upacara adat, ritual adat, dan lain-lain. Adat istiadat merupakan ciri khas yang melekat sejak dahulu kala dalam diri masyarakat yang melakukannya.

Adat istiadat mampu mengendalikan perilaku warga masyarakat dengan perasaan senang atau bangga, dan peranan tokoh adat yang menjadi tokoh masyarakat menjadi cukup penting. Setiap suku bangsa mempunyai adat dan kebiasaannya sendiri, dari adat dan kebiasaannya ini orang dapat mengenal, mengetahui, dan menilai orang atau suku bangsa lain. Adat dan kebiasaan ini biasanya timbul dari sistem kepercayaan.

Tahap Fungsionalis adalah Manusia sudah jauh dari alam. Bahkan, alam tidak

hanya sekedar dijadikan objek, tetapi telah menjadi alat untuk memenuhi kebutuhan manusia agar hidupnya nyaman. Tahap ini ditandai dengan revolusi industri di dunia dan manusia memperlakukan alam dengan mengeksplorasinya secara berlebihan. Dengan adanya teori Sosio Kultural ini Hubungan sosial sering kali dikonotasikan dengan Masyarakat dan Kebudayaannya. Keduanya memang terkait erat baik secara konseptual maupun praktik. hubungan sosial dikatakan sebagai bentuk paling dasar dari kebudayaan. Sementara itu, tidak lengkap jika Masyarakat tanpa adanya Kebudayaan.

Pada tahap ini masyarakat Dayak Bidayuh sangat mempertahankan Upacara Nyobeng yang bernuansa sederhana agar generasi berikutnya dapat mematuhi hukum adat menjaga perdamaian, karena siapapun yang melanggar pasti akan terkena oleh sanksi adat seperti menganti seluruh biaya pesta adat .

Secara keseluruhan Upacara Nyobeng mengandung makna sederhana tetapi sangat mendasar upacara Nyobeng yang dahulu dilaksanakan untuk merayakan pesta kemenangan mengalahkan musuh kini bergeser makna sebagai rasa syukur atas hasil panen selama setahun sambal berharap tahun berikutnya mereka dapat hidup dalam damai dan dengan hasil panen yang lebih baik nyobeng juga dilakukan sebagai

(22)

58

pengigat kepada generasi penerus saling menjaga saling menghormati dengan tulus iklas .

Melalui rangkaian Upacara adat Nyobeng ini dengan Relasi Sosio Kultur terjalin hubungan antar Negara tetangga yaitu Malaysia yang saat ini terjalin Relasi Sosio Kultural melalui adat istiadat yang serumpun dan partisipasi warga malaysia yang mempunyai budaya yang serumpun, melalui rangkaian upacara Nyobeng akan dilihat nilai-nilai keyakinan penghormatan terhadap leluhur, menghargai perbedaan, solidaritas sosial, dan ketaatan terhadap aturan dan adat istiadat.

Dengan adanya teori Sosio Kultural ini Hubungan sosial sering kali dikonotasikan dengan Masyarakat dan Kebudayaannya. Keduanya memang terkait erat baik secara konseptual maupun praktik. hubungan sosial dikatakan sebagai bentuk paling dasar dari kebudayaan. Sementara itu, tidak lengkap jika Masyarakat tanpa adanya Kebudayaan.

Gambar

Gambar 8  Suku Dayak Bidayuh
Gambar 8  Kepala Adat (Sebujit)
Gambar 9  Penyambutan tamu
Gambar 10  Lembaga Adat
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu ada hubungan negatif antara resiliensi dengan stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas

Penurunan produksi dan ekspor yang cukup tajam ini sangat merugikan negara karena harga minyak mentah dunia mulai naik dengan sangat cepat dan impor Indonesia yang

(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atas transmisi Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang tidak

negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.” Pada pasal 28 D ayat (1) “Setiap orang

Kesimpulan lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa siswa dengan kemampuan komunikasi matematis tinggi mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa dengan

[r]

Kondisi lingkungan antara lain fisik, biologi, sarana wisata, aspek kepuasan pengunjung, serta kemampuan petugas dan mitra yang terlibat dalam pengamanan

Hasil simulasi model hidrodinamika 2 D pada kondisi muka air pada saat pasang (Gambar 6) menunjukan bahwa arah arus bergerak dari Utara ke Selatan, tetapi