EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Oleh :
SONNY ARIF FIRMADA SARJONO 0612010015 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
LEVERAGE DAN PERTUMBUHAN ASSET SERTA
PENGARUHNYA TERHADAP BETA SAHAM PADA
PERUSAHAAN LQ-45 YANG GO PUBLIC
DI BURSA EFEK INDONESIA
Yang diajukan
SONNY ARIF FIRMADA SARJONO 0612010015 / FE / EM
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi :
Pembimbing Utama
Rizky Dermawan SE, MM Tanggal………
Mengetahui
Ketua Program Studi Manajemen
ANALISIS FINANCIAL LEVERAGE, OPERATING
LEVERAGE DAN PERTUMBUHAN ASSET SERTA
PENGARUHNYA TERHADAP BETA SAHAM PADA
PERUSAHAAN LQ-45 YANG GO PUBLIC
DI BURSA EFEK INDONESIA
Yang diajukan
SONNY ARIF FIRMADA SARJONO 0612010015 / FE / EM
disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Rizky Dermawan SE, MM Tanggal………
Mengetahui Wakil Dekan I
Sonny Arif Firmada Sarjono
ABSTRAKSI
Pasar modal menjadi alternatif bagi perusahaan untuk memperoleh sumber pendanaan namun bagi investor, pasar modal merupakan sarana untuk menanamkan modalnya pada surat berharga untuk mendapatkan keuntungan berupa deviden dan capital gain, akan tetapi dalam dunia bisnis hampir semua investasi mengandung resiko. Dalam kaitannya dengan penanaman modal pada surat berharga, investor dihadapkan pada resiko sehubungan dengan tingkat bunga yang diharapkan. Untuk melakukan investasi harus diperhatikan dua unsur yang melekat pada setiap modal atau dana yang diinvestasikan, yaitu hasil (return) dan resiko (risk). Dua unsur ini selalu mempunyai hubungan timbal balik yang sebanding. Umumnya semakin tinggi hasil, semakin besar resiko yang diperoleh dan semakin kecil hasil, semakin kecil pula resiko yang diperoleh. Salah satu bidang investasi yang cukup menarik namun tergolong beresiko tinggi adalah investasi dalam saham. Atas dasar fenomena tersebut maka penelitian ini bermaksud untuk meneliti mengenai analisis pengaruh financial leverage,
operating leverage dan asset growth terhadap beta saham pada perusahaan LQ-45
di Bursa Efek Indonesia.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan LQ-45 yang go public di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu bahwa pengambilan sampel dilakukan atas dasar tujuan tertentu, maka jumlah sampel perusahaan LQ-45 yang memenuhi kriteria sebanyak 16 perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari data laporan keuangan periode 2005-2008 yang diambil dari Bursa Efek Indonesia. Sedangkan untuk pengujian data menggunakan analisis regresi linear berganda dengan asumsi klasik menggunakan program SPSS.
Hasil penelitian melalui analisis uji regresi linear berganda diperoleh kesimpulan bahwa variabel Financial Leverage tidak signifikan (negative),
Operating Leverage tidak signifikan (positif), sedangkan Asset Growth tidak
signifikan (negative) terhadap Beta Saham.
Keywords: Financial Leverage, Operating Leverage, Asset Growth dan Beta Saham
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur, penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “ANALISIS PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE, OPERATING LEVERAGE, DAN
ASSET GROWTH TERHADAP BETA SAHAM PADA PERUSAHAAN LQ-45 DI
BURSA EFEK INDONESIA”
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran “ Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
selalu memberikan motivasi, dorongan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Segenap Staff Dosen Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama masa perkuliahan.
6. Untuk kedua orang tua, adik dan seluruh kerabat, terima kasih atas segala doa yang dipanjatkan siang dan malam kepada Tuhan Yang Maha Esa, terima kasih atas dukungan materiil, pengertian, dan kasih sayang yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian yang tersusun dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran tetap peneliti butuhkan untuk penyempurnaan skripsi ini.
Harapan penulis, kiranya skripsi ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Surabaya, Mei 2010
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
ABSTRAKSI ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 9
2.2. Landasan Teori ... 10
2.2.1. Pasar Modal ... 10
2.2.1.1. Pengertian Pasar Modal ... 10
2.2.1.2. Jenis-jenis Pasar Modal ... 11
2.2.1.3. Instrumen Pasar Modal ... 12
2.2.1.4. Faktor-faktor Pengaruh Perkembangan Pasar Modal ... 15
2.2.1.5. Fungsi dan Peranan Pasar Modal... 15
2.2.2. Investasi ... 17
2.2.2.1 Pengertian Investasi ... 17
2.2.2.2 Investasi Saham ... 18
2.2.2.3 Jenis-jenis Investasi ... 18
2.2.2.6 Resiko Investasi ... 19
2.2.2.5 Manfaat Investasi ... 20
2.2.3. Return dan Beta ... 22
2.2.3.1. Pengertian Return... 22
2.2.3.2. Pengertian Beta... 24
2.2.3.3. Model Indeks Tunggal ... 26
2.2.3.4. Capital Asset Pricing Model... 27
2.2.4. Faktor yang mempengaruhi Beta... 29
2.2.4.1. Financial Leverage ... 30
2.2.4.2. Operating ... 31
2.2.4.3. Asset Growth ... 32
2.2.5. Hubungan Financial Leverage Terhadap Beta Saham 33 2.2.6. Hubungan Operating Leverage Terhadap Beta Saham 34 2.2.7. Hubungan Asset Growth Leverage Terhadap Beta Saham ... 35
2.3. Kerangka Pemikiran ... 37
2.4. Hipotesis ... 38
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 39
3.2. Populasi dan Sampel ... 41
3.2.1. Populasi ... 41
3.2.2. Sampel ... 41
3.3. Sumber dan Tahnik Pengumpulan Data ... 43
3.3.1. Jenis Sumber Data ... 43
3.3.2. Metode Pengumpulan Data ... 43
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 44
3.4.1. Teknik Analisis Data ... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Perusahaan ... 52
4.1.1. PT. Astra Agro Lestari Tbk ... 52
4.1.2. PT. Aneka Tambang Tbk... 52
4.1.3. PT. Astra Otoparts Tbk... 53
4.1.4. Bank Central Asia Tbk ... 54
4.1.5. Gajah Tunggal Tbk ... 54
4.1.6. PT. HM Smpoerna Tbk ... 55
4.1.7. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk... 56
4.1.8. PT. Indocement tunggal Perkasa Tbk... 57
4.1.9. PT Indonesian Satellite Corporation Tbk ... 57
4.1.10. PT. Kalbe Farma Tbk ... 58
4.1.11. PT. Matahari Putra Prima Tbk... 58
4.1.12. PT. Bank Pan Indonesia Tbk ... 59
4.1.13. PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk... 59
4.1.14. PT.Semen Gresik Tbk... 60
4.1.15. PT. Tempo Scan Pacifik Tbk... 60
4.1.16. PT. United Tractors Tbk ... 61
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 62
4.2.1. Deskripsi mengenai Financial Leverage... 62
4.2.2. Deskripsi mengenai Operating Leverage ... 64
4.2.3. Deskripsi mengenai Asset Growth ... 66
4.2.4. Hasil Pengujian Normalitas ... 68
4.2.5. Hasil Pngujian Asumsi Klasik ... 69
4.2.5.1. Multikolinearitas ... 69
4.2.5.2. Heterokedastisitas ... 70
4.2.5.3. Autokorelasi ... 71
4.2.6. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda ... 73
4.2.7. Hasil Pengujian Hipotesis... 74
4.3. Pembahasan ... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 80 5.2. Saran ... 81
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1. Data Beta Saham Perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Indonesia pada
Tahun 2005-2008... 6
Tabel 4.1. Data Financial Leverage Perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008 ... 62
Tabel 4.2. Data Operating Leverage Perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008 ………... 65
Tabel 4.3. Data Asset Growth Perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008 ... 67
Tabel 4.4. Hasil Pengujian Normalitas... 69
Tabel 4.5. Hasil Pengujian Multikolinieritas... 70
Tabel 4.6. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas... 71
Tabel 4.7. Hasil Pengujian Autokorelasi... 72
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Penggambaran Beta... 27
Gambar 2.1.Security Market Line ... 28
Gambar 2.3. Kerangka Pikir ... 37
Gambar 3.1. Kurva Durbin-Watson ... 46
Gambar 3.2 Kurva Uji t ... 49
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, pasar modal merupakan kesempatan dan tantangan menarik bagi para investor untuk menanamkan investasinya pada perusahaan-perusahaan. Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi badan usaha untuk memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham, selain itu pasar modal merupakan salah satu kekuatan bagi perusahaan untuk memobilisasi dana masyarakat. Pasar modal menjadi alternatif bagi perusahaan untuk memperoleh sumber pendanaan. Bagi pemodal (investor), pasar modal merupakan sarana untuk menanamkan modalnya pada surat berharga, akan tetapi dalam dunia bisnis hampir semua investasi mengandung resiko. Dalam kaitannya dengan penanaman modal pada surat berharga, investor dihadapkan pada resiko sehubungan dengan tingkat bunga yang diharapkan. Dua kemungkinan yang dihadapi investor perolehan keuntungan yang besar dengan resiko tertentu atau keuntungan tertentu dengan resiko yang kecil (Husnan, 2004:169).
besar resiko yang diperoleh dan semakin kecil hasil, semakin kecil pula resiko yang diperoleh. Salah satu bidang investasi yang cukup menarik namun tergolong beresiko tinggi adalah investasi dalam saham. Untuk meminimalkan resiko dalam membeli dan menjual saham, investor dapat juga menghubungi dan meminta nasehat dari analisis sekuritas.
Perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang manajemen keuangan sangat membantu para investor dalam melakukan investasi dalam surat berharga khususnya saham. Bagi investor, resiko merupakan salah satu komponen utama dalam investasi selain return. Oleh karena itu, dalam pembuatan keputusan investasi, investor akan selalu mencari portofolio optimum yang menawarkan expected return maksimum pada tingkat resiko tertentu atau portofolio yang menawarkan expected
return tertentu dengan resiko yang minimum. Kondisi pasar saham
1. Resiko sistematis, yaitu resiko yang tidak bisa hilang dengan cara diversifikasi.
2. Resiko tidak sistematis, yaitu resiko yang dapat dihilangkan dengan cara diversifikasi.
Penjumlahan resiko tersebut disebut resiko total. Resiko sistematis ini dapat disebut juga resiko pasar (market risk). Disebut resiko pasar karena fluktuasi yang terjadi disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi semua saham yang beroperasi. Faktor-faktor tersebut misalnya, kondisi perekonomian, kebijaksanaan pajak dan lain sebagainya. Faktor-faktor ini menyebabkan semua saham untuk bergerak bersama dan selamanya selalu ada dalam setiap saham (Husnan, 2004:162).
Untuk mengetahui sumbangan suatu saham terhadap resiko suatu portofolio yang didiversifikasi dengan baik, tidak bisa dengan melihat seberapa resiko saham tersebut apabila dimiliki secara terpisah, tetapi harus dengan mengukur resiko pasarnya dan ini akan mendorong untuk mengukur kepekaan saham tersebut terhadap perubahan-perubahan pasar disebut sebagai beta investasi tersebut. Beta merupakan ukuran resiko yang berasal dari hubungan antara tingkat keuntungan suatu saham dengan pasar (Husnan, 2004:112). Beta merupakan koefisien regresi antara dua variabel, yaitu kelebihan tingkat portofolio pasar (excess return of market
portfolio) dan kelebihan keuntungan suatu saham (excess return of stock).
Penggunaan beta bukan hanya bisa memperkecil jumlah variabel yang bisa ditaksir dan penggunaan data histories lebih bisa diandalkan, tetapi penggunaan beta juga memungkinkan untuk mengidentifikasi faktor–faktor fundamental yang mungkin mempengaruhi beta tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Beaver, Kettler dan Scholes (1970) menggunakan beta sebagai pengukur resiko dikaitkan dengan beberapa rasio akuntansi, yaitu : devidend payout, growth, leverage, liquidity, asset
size, earning variability dan accounting beta.
Penelitian ini menggunakan beta sebagai pengukur resiko dengan tiga variabel yang diharapkan akan mempengaruhi beta, yaitu : financial
leverage, operating leverage dan asset growth.
Financial leverage dipilih sebagai penentu dari resiko saham
karena perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaannya memungkinkan penggunaan hutang sebgai modalnya. Proporsi penggunaan hutang yang besar akan memberikan resiko yang besar bagi pemilik modal.
Operating leverage menunjukkan proporsi biaya perusahan yang
merupakan biaya tetap. Dipilih sebagai faktor yang menetukan tingkat resiko, karena adanya biaya tetap, yaitu biaya yang tidak ikut berubah apabila perusahaan merubah tingkat aktivitasnya. Semakin besar operating
leverage yang dimiliki oleh suatu perusahaan, maka akan berakibat
berakibat semakin peka laba terhadap penjualan. Oleh karena itu perusahaan dihadapkan pada resiko yang semakin besar.
Asset growth menunjukkan pertumbuhan per tahun pemakian
aktiva. Asset growth yang tinggi akan berimplikasi pada tingkat resiko yang tinggi pula. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pemakaian aktiva yang tinggi akan memberikan tanggungan terhadap pengembalian investasi yang tinggi dan merupakan resiko yang tinggi apabila tidak dapat menutup pengembalian investasi tersebut.
Dari pengertian diatas, karena pemodal bersikap tidak menyukai resiko (risk averse) maka mereka baru bersedia mengambil suatu kesempatan investasi yang lebih beresiko kalau mereka mengharapkan akan memperoleh tingkat keuntungan yang lebih tinggi. Disini resiko sistematislah yang lebih relevan diperhatikan dalam kepemilikan saham jika dikaitkan dengan tingkat keuntungan yang diterima.
Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Jakarta yang mengalami kesulitan dalam membiayai kewajiban finansialnya masih banyak mengandalkan struktur permodalan perusahaan tersebut. Seperti halnya perusahaan LQ45 di Bursa Efek Jakarta yang banyak memanfaatkan hutang-hutang sehingga resiko finansial perusahaan menjadi tinggi.
Tabel 1.1 Data Beta Saham Perusahaan LQ-45 di BEI
Perusahaan 2005 2006 2007 2008
PT. United Tractors tbk 7082.87 -4085.7 -20781 -1404.3
PT. Semen gresik tbk -9755.6 -8786.6 -14442 -195.1
PT. Matahari putra prima -53497 -1605.2 -32060 -2419.9
PT. Indofood sukses makmur 16623.3 -8769 -31898 -9206.7
PT. Bank central asia 350.415 -12138 -25274 -475.8
PT. Astra otoparts tbk -2377.2 5052.82 -17091 -65.42
PT. Aneka tambang persero tbk -84052 1268.63 2805.33 1989.14
PT. Astra international 14906.7 -9821.2 6355.6 -2713.6
PT. Perusahaan gas Negara 6532.07 -3666.2 872.115 -1452.7
PT. Energi mega persada -18657 -17242 -8884.9 15398.2
PT. Indosat -5158.2 2755.1 -36766 -2250.8
PT. Tempo scan pacific 13267.4 -11000 -36318 -37671
PT. Ramayana lestari sentosa -6252.3 -54.484 -2183.2 -4208.5
PT. Bank negara Indonesia 135.861 -355.71 -45372 -619.51
PT. Gajah tunggal -78.265 1356.61 177.2 -881.2
PT. Kalbe farma 519.037 -117.12 -16737 405.107
Sumber : Bursa Efek Indonesia (diolah penulis)
Penelitian ini juga untuk mengkaji konsistensi pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi beta dan atas dasar permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini diangkat judul “Analisis Pengaruh Financial Leverage, Operating Leverage Dan Assets Growth Terhadap Beta
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Apakah financial leverage berpengaruh terhadap beta saham perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia ?
2. Apakah operating leverage berpengaruh pada beta saham perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia ?
3. Apakah asset growth berpengaruh pada beta saham perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia ?
4. Apakah financial leverage, operating leverage, asset growth berpengaruh secara simultan pada beta saham perusahaan LQ45 ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah Apakah financial leverage berpengaruh terhadap beta saham perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk mengetahui Apakah operating leverage berpengaruh pada beta saham perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk mengetahui Apakah asset growth berpengaruh pada beta saham perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia.
4. Untuk mengetahui financial leverage, operating leverage, asset
growth pengaruh pada beta saham perusahaan LQ45 di Bursa Efek
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran, ide-ide terutama dalam bidang manajemen keuangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
C. Erna Susilawati dan Chr Widya Utami (Jurnal Widya
Manajemen dan Akuntansi Vol. 1 No. 3 Desember 2001) dengan judul : “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Beta Saham di Bursa Efek
Indonesia : Perbandingan Periode Sebelum dan Selama Krisis Moneter”. Penelitian tersebut mencoba menganalisis faktor-faktor yang memepengaruhi Beta Saham di Bursa Efek Jakarta sebagai suatu
perbandingan antara periode dan selama krisis moneter. Rumusan masalah yang dihadapi apakah terdapat perbedaan nilai beta saham
sebelum dan selama krisis moneter yang terjadi di Indonesia, begitu juga apakah faktor-faktor yang mempengaruhi beta saham perusahaan memiliki pengaruh yang konsisten. Hasil penelitian menunjuk bahwa
tidak ada perbedaan nilai beta saham antara sebelum dan sesudah krisis moneter yang terjadi di Indonesia, begitu juga dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi beta saham perusahaan ternyata memiliki pengaruh yang konsisiten. Berdasarkan tiga variabel yang digunakan dalam model penelitian, variabel pertumbuhan perusahaan (growth) secara parsial
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap beta saham, sedangkan variabel financial leverage dan operating leverage tidak memiliki
Penelitian yang dilakukan saat ini memiliki persamaan dengan
penelitian terdahulu yaitu dalam hal permasalahan yaitu sama-sama meneliti tentang beta saham. Sekaligus juga memiliki persamaan dalam hal pengukuran variabel yakni sama-sama menggunakan metode analisis
regresi linier berganda.
Meskipun sama-sama melakukan penelitian terhadap Bursa Efek
Indonesia tetapi tahun penelitiannya tidak sama. Peneliti terdahulu melakukan penelitian untuk tahun 1995 sampai dengan tahun 1998 sedangkan penelitian saat ini melakukan penelitian antara tahun 2006
sampai tahun 2009 sehingga penelitian ini tidak merefleksi dari penelitian terdahulu. Pada penelitian terdahulu menggunakan sampel
penelitian perusahaan yang termasuk sektor makanan dan sektor
financial sedangkan dalam penelitian ini menggunakan sampel perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia dengan alasan bahwa
perusahaan perusahaan tersebut mempergunakan hutang sebagai struktur permodalannya yang akhirnya dapat mempengaruhi return sebagai akibat dari harga saham yang berfluktuasi dan hal ini berakibat pada
resiko saham perusahaan yang bersangkutan.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pasar Modal
2.2.1.1Pengertian Pasar Modal
Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan
diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta
(Husnan, 2001:3).
Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan
obligasi (Jogiyanto, 2003:11).
Pasar modal merupakan pasar untuk instrument aktiva keuangan
dengan jatuh tempo yang lebih panjang (Fabozzi, 1995:13).
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah pasar untuk instrument keuangan jangka panjang yang dapat
diperjualbelikan.
2.2.1.2Jenis-Jenis Pasar Modal
Proses penjualan surat berharga kepada masyarakat telah menciptakan dua pasar (Widoatmodjo, 1996 : 26) yaitu :
a. Pasar Perdana (Primary Transaction)
Pasar perdana adalah pembelian surat berharga oleh investor sebelum surat berharga tersebut dicatatkan di Bursa Utama atau Over the
Counter Market (OTC) yang di Indonesia disebut Bursa Paralel Indonesia (BPI).
b. Pasar Sekunder (Secondary Transaction)
Pasar sekunder adalah proses jual beli surat berharga yang sudah dicatat di Bursa Utama atau OTC setelah masa penawaran kepada
1. Bursa Utama
Bursa utama sebagai kelas satu menempati sebuah gedung yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas transaksi dan sebagai tempat terjadinya perdagangan surat-surat berharga yang sudah dicatatkan
di bursa tersebut. Di Indonesia saat ini ada dua Bursa Utama yaitu Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Surabaya.
2. Over The Counter Market (OTC)
OTC atau BPI sebagai bursa kelas dua tidak memerlukan tempat seperti bursa utama. Dengan demikian transaksi yang terjadi tidak
menempati tempat tertentu.
2.2.1.3Instrumen Pasar Modal
Pada umumnya dana-dana yang diperjualbelikan adalah berupa
surat-surat berharga yang terdiri dari berbagai macam bentuk. Bentuk-bentuk surat berharga ini disebut dengan efek.
Pengertian efek menurut UU RI No 8 tahu 1995, tentang efek yang
dikutip oleh Husnan (2001:3). Efek adalah selembar kertas yang menunjukan hak pemegang surat tersebut untuk memperoleh bagian dari
prospek atau kekayaan lembaga yang menerbitkan sekuritas tersebut. Instrumen pasar modal menurut Sunariyah yang dikutip oleh Paris Ma’ruf (2002) adalah :
1. Saham
Saham adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan.
diperdagangkan. Saham dapat diterbitkan dengan cara atas nama atau
atas tunjuk. Selanjutnya saham dapat dibedakan antara saham biasa dan saham perferen.
a. Saham biasa
Pada saham biasa pemegang saham tidak memperoleh hak istimewa. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk
memperoleh deviden sepanjang perseroan memperoleh keuntungan. Pada likuidasi perseroan pemilik saham memiliki hak memperoleh sebagian dari kekayan perseroan setelah tagihan
kreditur dilunasi. Namun itu adalah hak umum bukan hak istimewa.
b. Saham preferen
Sedangkan pada saham preferen, pemegang saham memperoleh hak untuk mendapat deviden atau bagian kekayaan pada saat
likuidasi perusahaan, lebih dulu dari saham biasa.
Dalam pemilihan Dewan Komisaris, pemilik saham biasa mempunyai hak suara yang pada kelanjutannya akan mengangkat
pejabat-pejabat untuk mengelola perusahaan, sedangkan pemilik saham preferen tidak memiliki hak suara.
2. Obligasi
lainnya serta pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal
jatuh tempo, yaitu : a. Obligasi biasa
Merupakan tanda hutang yang diterbitkan oleh pemerintah atau
swasta dengan jumlah pembayaran bunga secara tertentu. b. Obligasi konversi
Obligasi yang setelah jangka waktu tertentu, dengan pertimbangan dan atau harga tertentu, dapat ditukarkan menjadi saham perusahaan emiten.
3. Derivatif dari Efek a. Right
Right ini menunjukan bukti hak memesan terlebih dahulu yang melekat pada saham yang memungkinkan para pemegang saham untuk membeli saham baru yang akan diterbitkan oleh perusahaan
sebelum saham tersebut ditawarkan kepada pihak lain. b. Warrant
Warrant merupakan opsi untuk membeli sejumlah saham dengan
harga tertentu. Warrant sering dipergunakan dalan penerbitan obligasi, karena jika suatu obligasi disertai dengan warrant,
2.2.1.4Faktor–faktor Pengaruh Perkembangan Pasar Modal
Sebagaimana didefinisikan, pasar modal merupakan pertemuan supply dan demand akan dana jangka panjang yang transferable. Karena itu keberhasilan pembentukan pasar modal dipengaruhi oleh supply dan
demand tersebut. Secara rinci Husnan dan Enny (2003:8) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pasar modal antara lain :
1. Supply sekuritas
Yaitu terdapat perusahaan yang menerbitkan sekuritas di pasar modal. 2. Demand akan sekuritas
Yaitu terdapat pemilik dana yang besar untuk membeli sekuritas-sekuritas yang ditawarkan.
3. Kondisi politik dan ekonomi
Yaitu kestabilan politik suatu negara berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan pada akhirnya mempengaruhi supply dan
demand.
4. Masalah hukum dan peraturan
Yaitu kebenaran informasi yang disajikan dan peraturan yang
melindungi pemodal dan kebenaran informasi tersebut. 5. Peran lembaga-lembaga pendukung pasar modal
2.2.1.5Fungsi dan Peranan Pasar Modal
Menurut Husnan (2001:4) pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar
borrower, sedangkan fungsi keuangan dilakukan dengan menyadiakan
dana tanpa harus terikat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yag diperlukan untuk investasi tersebut.
Widiatmodjo (1996:14) menjelaskan peranan pasar modal dalam
kegiatan ekonomi yaitu menjadi salah satu sumber untuk kemajuan ekonomi. Hal ini disebabkan karena pasar modal dapat menjadi sumber
dana alternatif bagi perusahaan-perusahaan dan digolongkan sebagai sumber pembiayaan modern.
Secara umum dapat dijelaskan bahwa dengan adanya pasar modal,
maka perusahaan-perusahaan akan lebih mudah memperoleh dana sehingga kegiatan ekonomi di berbagai sektor dapat ditingkatkan.
Terjadinya peningkatan kegiatan ekonomi, akan menciptakan dan mengembangkan lapangan kerja yang luas yang dengan sendirinya dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, sehingga secara langsung
dapat berpengaruh dalam mengurangi jumlah pengangguran.
Dengan dijualnya saham di pasar modal berarti masyarakat diberi kesempatan untuk memiliki dan menikmati keuntungan yang diperoleh
2.2.2. Investasi
2.2.2.1 Pengertian Investasi
Investasi adalah kegiatan menanamkan modal baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan pada waktu nanti pemilik modal
mendapat sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut. Menurut Sunariyah (1997:2), investasi adalah penanaman modal
untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya memiliki jangka waktu dengan harapan akan mendapat keuntungan dimasa-masa yang akan datang.
Menurut Jogiyanto (2003:5), Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode
waktu yang tertentu.
Geoffrey (1993:7) membedakan investasi menjadi dua, yaitu
financial invesment dan real invesment. Financial invesment adalah
represent a financial claim on asset that is usually document by some form
of legal representation. Sedangkan real invesment adalah represent on
actual tangible asset that may be seen, felt, held, or collected.
Jadi dapat diartikan bahwa financial invesment adalah kegiatan penanaman pada aset yang biasanya didokumentasikan dalam
2.2.2.2 Investasi Saham
Investasi saham adalah upaya mengelola uang dengan menggunakan kelebihan dananya untuk membeli efek dan surat-surat berharga dengan harapan mendapat keuntungan di masa yang akan datang
(Riyanto, 1995:175).
Investasi dalam saham adalah pemilikan atau pembelian saham
perusahaan-perusahaan lain oleh suatu perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan (income) tambahan diluar pendapatan dari usaha pokoknya (Subroto, 1986:161).
2.2.2.3 Jenis-jenis Investasi
Menurut Jogiyanto (2003:7), investasi dibedakan menjadikan dua :
a. Investasi langsung
Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dri suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara
yang lain, yang dapat diperjualbelikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital market) atau di pasar turunan (derivative market) b. Investasi tidak langsung
Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva
keuangan dari perusahaan-perusahaan lain. 2.2.2.4 Tujuan Investasi
Dalam kegiatan investasinya, para investor memiliki berbagai
investasi adalah untuk mendapatkan hasil atau keuntungan yang maksimal.
Menurut Tendellilin (2001:4) ada beberapa tujuan investor melakukan investasi, antara lain :
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang layak di masa yang akan
datang.
2. Mengurangi tekanan inflasi.
3. Dorongan untuk menghemat pajak. 2.2.2.5 Manfaat Investasi
Beberapa perusahaan melakukan investasi sebagai cara untuk
menempatkan kelebihan dana dan ada juga yang melakukannya hanya untuk mempererat hubungan bisnis atau suatu keuntungan perdagangan.
Investasi saham mempunyai keuntungan tersendiri bagi investor. Apabila perusahaan mempunyai prospek cerah, tingkat pengembalian dan nilai saham akan meningkat. “Pemodal bisa melakukan investasi hari ini
pada industri semen dan menggantinya minggu depan pada industri farmasi (Husnan, 1994:5).
Secara ekonomis manfaat yang didapat investor melalui pemilikan
saham adalah : a. Deviden
b. Capital Gain
Capital Gain adalah merupakan selisih antara harga jual dan harga beli yang disebut dengan selisih kenaikan kurs. Capital Gain terjadi bila pemilik saham atau investor menjual sahamnya dengan kurs yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kurs pada waktu membeli.
2.2.2.6 Resiko Investasi
Dalam setiap proses investasi, investor selalu dihadapkan dengan adanya resiko. Karena terdapat hubungan antara resiko dengan tingkat
hubungan yang diharapkan. Apabila investor mengharapkan untuk memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, maka investor harus bersedia
menanggung resiko yang tinggi pula.
Resiko yang ada ditimbulkan oleh adanya ketidakpastian (unsure). Resiko akan semakin besar terhadap tingkat bunga yang diharapkan. Dan
pada umumnya pemodal akan lebih memilih investasi yang memberikan tingkat keuntungan yang lebih besar dengan tingkat resiko yang ditanggung sama, atau tingkat keuntungan sama dengan tingkat resiko
yang ditanggung lebig kecil.
Pemegang saham biasa dihadapkan pada resiko yang lebih besar
resiko yang dihadapi, maka investor akan mensyratkan tingkat keuntungan
yang besar pula.
Menurut Husnan (1993:124) adapun tiga bentuk teori pasar modal yang menyatakan efisiensi pasar modal atau yang disebut Efisiensi Market Theory mengenai resiko dan keuntungan investasi, antara lain : a. Keadaan di mana harga-harga mencerminkan semua informasi yang
ada pada catatan harga di waktu yang lalu. Dalam keadaan seperti ini pemodal tidak bisa memperoleh tingkat keuntungan diatas normal dengan menggunakan trading rules yang berdasarkan atas informasi
harga di waktu yang lalu. Keadaan ini disebut sebagai bentuk efisiensi yang lemah (weak form efficiency). Penelitian tentang random walk
menunjukan bahwa sebagian besar pasar modal paling tidak efisien dalam bentuk ini.
b. Keadaan di mana harga-harga bukan mencerminkan harga - harga di
waktu yang lalu, tetapi semua informasi yang dipublikasikan. Keadaan ini disebut sebagai bentuk efisiensi setengah kuat (semi strong). Dengan kata lain, para pemodal tidak bisa memperoleh tingkat
keuntungan di atas normal dengan memenfaatkan public information. Para peneliti telah menguji keadaan ini dengan melihat
Kebanyakan informasi ini dengan cepat dan tepat dicerminkan dalam
harga saham.
c. Bentuk efisiensi yang kuat (strong form) di mana harga tidak hanya mencerminkan semua informasi yag dipublikasikan, tetapi juga
informasi yang bisa diperoleh dari analisa fundamental tentang perusahaan dan perekonomian. Dalam keadaan semacam ini pasar
modal akan seperti rumah lelang yang ideal: harga selalu wajar dan tidak ada investor yang mampu memperoleh perkiraan yang lebih baik tentang harga saham. Kebanyakan test dalam bentuk ini dilakukan
terhadap prestasi berbagai portofolio yang dikelola secara profesional. Studi-studi ini menunjukan bahwa setelah kita mempertimbangkan
perbedaan resiko, tidak ada suatu lembaga yang mampu mengungguli pasar secara konsisten dan bahkan perbedaan prestasi masing-masing portofolio tidaklah lebih besar dari apa yang kita harapkan secara
kebetulan .
2.2.3. Return dan Beta
2.2.3.1Pengertian Return
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa mendatang.
Jogiyanto (2003:109) menyatakan return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data
pengukur kinerja dari perusahaan. Return histori ini juga berguna sebagai
dasar penentuan return ekspektasi dan resiko di masa mendatang. Return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah
terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi.
Return ekspektasi dapat dihitung dengan mengalikan
masing-masing hasil masa depan dengan probabilitas kejadiannya dan menjumlah semua produk perkalian tersebut. Secara matematik return ekspektasi
dapat dirumuskan sebagai berikut (Husnan, 2003:126) :
n
Return ekspektasi E (Ri) =
∑
(R
J.P
J)
j=1Sedangkan return total menurut Jogiyanto (2003:110) merupakan
return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu.
Return total terdiri dari capital gain atau capital loss dan yield capital gain
atau capital merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan
harga periode yang yang lalu.
Capital gain atau capital loss = P
t – Pt – 1
Pt + yield
Yield merupakan prosentase kas periodic terhadap harga investasi
periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham, yield adalah prosentasi deviden terhadap harga saham periode sebelumnya. Untuk obligasi, yield
periode sebelumnya. Dengan demikian, return total dapat juga dinyatakan
sebagai berikut ini:
Return = Pt – Pt – 1
Pt + yield
Untuk saham biasa yang membayar deviden periode sebesar Dt
rupiah perlembarnya, maka yield adalah sebesar Pt/Pt-1 dan return total
dapat dinyatakan sebagai berikut : Return saham = + Pt – Pt – 1
Pt – 1
Dt
Pt – 1
= Pt – Pt – 1 + Dt Pt – 1 2.2.3.2Pengertian Beta
Menurut Husnan (2001:112), beta merupakan ukuran resiko yang berasal dari hubungan antara tingkat keuntungan suatu saham dengan
pasar.
Menurut Jogiyanto (2003:266), beta adalah pengukur resiko sistematis dari suatu sekuritas atau portofolio terhadap resiko pasar.
Beta saham dapat diinterpretasikan sebagai ukuran kepekaan tingkat pengembalian saham terhadap tingkat pengembalian pasar.
Semakin besar sensitifitas return suatu saham terhadap suatu resiko sistematis semakin besar pula beta saham.
Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknis estimasi yang
ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengestimasi beta masa datang.
Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa beta historis mampu menyediakan informasi tentang beta masa depan (Elton dan Gruber, 1994). Analisis sekuritas dapat menggunakan data historis dan kemudian
menggunakan faktor-faktor lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi beta masa depan. Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan data
historis berupa data pasar (return-return sekuritas dan return pasar), data akuntansi (laba-laba perusahaan dan laba indeks pasar) atau data fundamental (menggunakan variabel-variabel fundamental). Beta yang
dihitung dengan data pasar disebut dengan beta pasar. Beta yang dihitung dengan data akuntansi disebut dengan beta akuntansi dan beta yang
dihitung denga data fundamental disebut dengan beta fundamental (Jogiyanto, 2003:267).
Selain itu juga dapat diestimasi dengan menggunakan teknik
regresi (Jogiyanto, 2003:269). Teknik regresi untuk mengestimasi beta suatu sekuritas dapat dilakukan dengan menggunakan return sekuritas sebagai variabel dependen dan return pasar sebagai variabel independen.
Persamaan regresi yang dihasilkan dari data time series ini akan menghasilkan koefisien beta yang diasumsikan stabil dari waktu ke waktu
selama periode observasi tertentu.
dengan keuntungan yang diharapkan saham tersebut dapat dilihat dari
beberapa pendekatan.
2.2.3.3Model Indeks Tunggal
Model yang dikembangkan oleh William Sharpe ini mengkaitkan perhitungan return setiap asset dengan return indeks pasar untuk
mendapatkan nilai koefisien beta.
Estimasi koefisien beta biasanya didasarkan pada model indeks tunggal yang dapat dihitung melalui hubungan fungsional (regresi linear)
antara rate of return saham sebagai variabel dependen dan rate of return portofolio (indeks pasar) sebagai variabel independen. Rumus model
indeks tunggal (Husnan, 2001:104) adalah sebagai berikut:
Ri = αi + βi.Rm + ei
Ri adalah rate of return saham i, αi adalah bagian rate of return
saham i yang tidak dipengaruhi oleh perubahan pasar, βi adalah beta
sebagai parameter yang diharapkan pada Ri kalau terjadi perubahan pada
Rm, Rm adalah rate of return indeks pasar dan ei adalah variabel random.
Beta menunjukan kemiringan (slope) garis regresi tersebut, dan α menunjukan intercept dengan sumbu Rit. Semakin besar beta, semakin
sekuritas yang diamati. Semakin menyebar titik tersbut semakin besr
resiko sisanya.
Gambar 2.1 : Penggambaran Beta
Ri
β
Rmt
α
Sumber : Husnan, 2001, Dasar – dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, hal 109
2.2.3.4Capital Asset Pricing Model
Capital Asset Pricing Model (CAMP) merupakan salah satu model keseimbangan. Dengan menggunakan model ini memungkinkan untuk menentukan pengykur resiko relevan dan bagaimana hubungan antara
resiko untuk setiap asset apabila pasar modal dalam keadaan seimbang. Dalam hal ini model faktor resiko diukur dengan beta. Dan karena nilai suatu aktiva tergantung dalam tingkat keuntungan yang layak dari aktiva
tersebut, maka CAMP disini digunakan untuk menentukan berapa tingkat keuntungan yang layak dari suatu investasi sehubungan dengan resiko
Return dan risk disini digambarkan dalam suatu bentuk security
market line, dimana sumbu tegak mewakili tingkat keuntungan dan sumbu datarnya menggambarkan resiko yang diukur dengan beta. Tingkat keuntungan dari investasi-investasi lain akan berada pada garis security
market line sesuai dengan beta investasi-investasi tersebut. Semakin besar betanya semakin besar pula tingkat keuntungan yang diharapkan dari
investasi tersebut.
Gambar 2.2 : Security Market Line
M RM
Rf
Βm = 1
β
Sumber : Husnan, 2001, Dasar – dasar Teori Portofolio dan Analisis sekuritas, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, hal 170.
Formula untuk security market line dapat ditulis sebagai berikut :
Rj-Rf = (RM-Rf) βj
Atau :
Formula tersebut dapat diartikan bahwa tingkat keuntungan suatu
saham (Rj-Rf) sama dengan tingkat keuntungan bebas resiko ditambah dengan premi resiko (Rm-Rf) βj. Security market line menunjukkan hubungan linear positif antara resiko dengan tingkat keuntungan yang
diinginkan investor. Dalam keseimbangan pasar, suatu sekuritas diharapkan memberikan suatu keuntungan yang setaraf dengan resiko
sistematisnya.
2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beta
Dalam analisis sekuritas untuk menilai potensi keuntungan ada dua aliran yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal (Jogiyanto,
2000:88). Analisis fundamental bertolak dari anggapan bahwa setiap investor adalah makhluk rasional. Oleh karena itu, seorang fundamentalis mencoba mempelajari hubungan antara harga saham dengan kondisi
perusahaan. Sedangkan para analisis teknikal menyatakan bahwa investor adalah makhluk irasional. Dalam hal ini ada anggapan bahwa harga saham sebagai komoditas perdagangan.
Menurut Beaver, et,al (1970) yang dikutip oleh Jogiyanto (2000:251) tentang perhitungan beta menggunakan beberapa variabel
menggunakan kombinasi karakteristik pasar dari sekuritas dan nilai-nilai
fundamental perusahaan.
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi beta perusahaan adalah :
a. Financial Leverage
b. Operating Leverage
c. Asset Growth
2.2.4.1Financial Leverage
Perusahaan yang menggunakan hutang adalah perusahaan yang mempunyai financial leverage (Husnan, 2000:113). Semakin besar
proporsi hutang yang dipergunakan oleh perusahaan, pemilik modal sendiri akan menanggung resiko yang makin besar. Karena itu semakin tinggi financial leverage, semakin tinggi beta.
Menurut Bambang Riyanto (1995:375) perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan menghasilkan leverage
yang menguntungkan kalau pendapatan yang diterima dari penggunaan
dana tersebut lebih besar daripada beban tetapnya, dan menghasilkan
leverage merugikan apabila perusahaan tidak dapat memperoleh
pendapatan dari penggunaan data tersebut sebanyak beban tetap yang harus dibayar.
Maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar tingkat finAncial
mengakibatkan prospek perusahaan menurun, sehingga akan berpengaruh
terhadap harga saham berarti perubahan return saham. Makin besar perubahan return maka makin besar pula resiko yang ditanggung oleh investor.
2.2.4.2Operating leverage
Operating Leverage berhubungan dengan penggunaan aktiva atau operasi perusahaan yang disertai dengan penggunaan beban tetap (Riyanto, 1995:360). Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan operating
leverage terjadi pada saat perusahaan dalam menjalankan operasinya menggunakan aktiva tetap yang menggunakan biaya tetap.
Menurut Husnan (2001:113), operating leverage menunjukkan proporsi biaya perusahaan yang merupakan biaya tetap. Semakin besar proporsi ini semakin besar operating leveragenya. Perusahaan yang
mempunyai operating leverage yang tinggi akan cenderung mempunyai beta yang tinggi, dan sebaliknya.
Maka kesimpulannya bahwa dengan mengetahui besarnya
operating leverage perusahaan dapat menentukan berapa besar proporsi hutang yang harus digunakan. Perusahaan dengan operating leverage
tinggi akan menunjukkan adanya kemungkinan resiko bisnis yang tinggi. Kondisi ini juga mengindikasikan bahwa kemampuan perusahaan memberikan keuntungan kepada investor rendah. Hal ini akan
tinggi operating leverage dari suatu perusahaan akan cenderung
mempunyai beta yang tinggi pula sehingga resiko yang akan diterima investor juga akan semakin tinggi.
2.2.4.3Asset Growth
Suatu perusahaan yang sedang berada pada tahap pertumbuhan
akan membutuhkan dana yang besar. Karena biaya untuk mendapatkan dana dengan cara menerbitkan saham baru relatif lebih besar maka perusahaan akan lebih banyak menahan laba untuk memenuhi kebutuhan
dana daripada laba tersebut dibagikan dalam bentuk deviden. Rendahnya pembayaran deviden akan menjadikan perusahaan makin kurang menarik
bagi investor, karena investor akan melihat bahwa perusahaan tidak banyak menghasilkan keuntungan dan memiliki resiko yang besar. Akibatnya akan terjadi fluktuasi harga saham yang akan berpengaruh pada
return saham tersebut. Semakin besar fluktuasi return saham akan semakin memperbesar beta saham yang bersangkutan.
Menurut Beaver et all (1970) dalam Jogiyanto (2003:281) bahwa
asset growth didefinisikan sebagai perubahan (tingkat pertumbuhan) tahunan dari aktiva total. Variabel ini diprediksikan mempunyai hubungan
2.2.5. Hubungan Financial Leverage Terhadap Beta Saham
Leverage didefinisikan sebagai nilai buku total hutang jangka panjang dibagi dengan total aktiva. Leverage diprediksi mempunyai hubungan positip dengan Beta. Bowman (1980) menggunakan pengukuran
leverage dengan formula yang berbeda, yaitu rasio total hutang dengan total aktiva menurut harga pasar. Hasilnya tidak berbeda, yaitu mempunyai
hubungan positip.
Perusahaan yang mempunyai rasio utang yang tinggi menghadapi risiko rugi yang tinggi, tetapi tingkat pengembalian yang diharapkan juga
lebih tinggi pada saat perusahaan mendapatkan keuntungan yang besar. Sebaliknya, perusahaan dengan rasio utang yang rendah tidak berisiko
besar, tetapi peluangnya untuk melipatgandakan pengembalian atas ekuitas juga kecil. Sudah tentu prospek tingkat pengembalian yang tinggi akan dikehendaki, namun para investor enggan menghadapi risiko, karena itu,
perusahaan perlu mencari keseimbangan antara tingkat pengembalian dengan tingkat risiko (Weston dan Bringham, 1990).
Utang perusahaan akan mendapatkan dana untuk mengembangkan
usahanya, namun semakin besar utang yang dimiliki akan menyebabkan perusahaan harus memenuhi kewajiban untuk mengembalikannya kepada
kreditor secara besar pula, oleh karena itu risiko yang didapat perusahaan untuk mengembangkan usahanya dengan utang juga semakin besar.
Perusahaan yang menggunakan hutang adalah perusahaan yang
proporsi hutang yang dipergunakan oleh perusahaan, pemilik modal
sendiri akan menanggung risiko yang makin besar, karena itu semakin tinggi financial leverage, semakin tinggi beta.
2.2.6. Hubungan Operating Leverage Terhadap Beta Saham
Risiko beta dapat berasal dari beberapa faktor fundamental
perusahaan dan faktor karakteristik pasar. Faktor yang diidentifikasikan dapat mempengaruhi nilai beta adalah ( Husnan, 2009:113) : Operating
leverage. Operating leverage menunjukkan proporsi biaya perusahaan yang merupakan biaya tetap. Perusahaan yang mempunyai operating leverage yang tinggi akan cenderung mempunyai beta yang tinggi.
Menurut Husnan (2009:113), operating leverage menunjukkan proporsi biaya perusahaan yang merupakan biaya tetap, semakin besar proporsi ini semakin besar operating leveragenya. Perusahaan yang
mempunyai operating leverage yang tinggi akan cenderung mempunyai beta yang tinggi, dan sebaliknya.
Maka kesimpulannya bahwa dengan mengetahui besarnya
operating leverage perusahaan dapat menentukan berapa besar proporsi hutang yang harus digunakan. Perusahaan dengan operating leverage
tinggi akan menunjukkan adanya kemungkinan risiko bisnis yang tinggi. Kondisi ini juga mengindikasikan bahwa kemampuan perusahaan memberikan keuntungan kepada investor rendah, hal ini akan
tinggi operating leverage dari suatu perusahaan akan cenderung
mempunyai beta yang tinggi
2.2.7. Hubungan Asset Growth Terhadap Beta Saham
Perusahaan dengan tingkat aktiva yang tinggi dapat dianggap mempunyai risiko yang tinggi terhadap Beta, karena perusahaan yang
mempunyai laju pertumbuhan tinggi, harus dapat menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertumbuhannya. Makin besar kebutuhan dana untuk membiayai pertumbuhannya, perusahaan tersebut makin
berkecerendungan untuk menahan sebagian besar dari keuntungan atau laba investasi dengan batasan – batasan tertentu. Karena itu risiko
kegagalan dari pertumbuhan perusahaan akan menyebabkan aktiva perusahaan berkurang yang akan ditanggung oleh pemegang saham. Meskipun demikian, bahwa jika nilai aktiva naik (mungkin karena inflasi),
semua keuntungan ini akan dinikmati oleh pemegang saham. (Utomo, 2006: 23)
Oleh karena itu variabel pertumbuhan aktiva (asset growth)
didefinisikan sebagai perubahan (tingkat pertumbuhan) tahunan dari aktiva total. Variabel ini diprediksi mempunyai hubungan positif dengan Beta.
Dengan alasan semakin cepat tingkat atau laju pertumbuhannya menggunakan dana untuk membiayai kebutuhan pertumbuhannya berarti semakin besar dana yang digunakan dan menyebabkan tingginya resiko
Variabel pertumbuhan aktiva (asset growth) didefinisikan sebagai
2.3 Kerangka Pemikiran
Asumsi
1. Bagi investor, resiko merupakan komponen utama dalam investasi selain
return.
2. Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Jakarta yang mengalami kesulitan dalam membiayai kewajiban finansialnya masih banyak mengandalkan struktur permodalan perusahaan tersebut. Seperti halnya perusahaan LQ45 di Bursa Efek Jakarta yang banyak memanfaatkan hutang – hutang sehingga resiko finansial perusahaan menjadi tinggi.
Perusahaan yang menggunakan hutang adalah perusahaan yang mempunyai financial
leverage (Husnan, 2009:113), semakin besar proporsi hutang yang dipergunakan oleh
perusahaan, pemilik modal sendiri akan menanggung risiko yang makin besar, karena itu semakin tinggi financial leverage, semakin tinggi beta
Maka kesimpulannya bahwa dengan mengetahui besarnya operating leverage
perusahaan dapat menentukan berapa besar proporsi hutang yang harus digunakan. Perusahaan dengan operating leveragetinggi akan menunjukkan adanya kemungkinan risiko bisnis yang tinggi. Kondisi ini juga mengindikasikan bahwa kemampuan perusahaan memberikan keuntungan kepada investor rendah, hal ini akan mempengaruhi harga saham dan akan mempengaruhi beta saham, makin tinggi operating leverage dari suatu perusahaan akan cenderung mempunyai beta yang tinggi
Oleh karena itu variabel pertumbuhan aktiva (asset growth) didefinisikan sebagai perubahan (tingkat pertumbuhan) tahunan dari aktiva total. Variabel ini diprediksi mempunyai hubungan positif dengan Beta. Dengan alasan semakin cepat tingkat atau laju pertumbuhannya menggunakan dana untuk membiayai kebutuhan pertumbuhannya berarti semakin besar dana yang digunakan dan menyebabkan tingginya resiko yang akan dihadapi. (Utomo, 2006: 24)
Financial Leverage
Analisis Regresi Linier Berganda Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 +e
2.4 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan yang telah dikemukakan dapat dirumuskan suatu hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara dari penelitian ini. Adapun rumusan hipotesis yang dikemukakan adalah :
H1 : Financial Leverage berpengaruh positif terhadap beta saham perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia.
H2 : Operating Leverage berpengaruh positif terhadap beta saham perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia.
H3 : Asset Growth berpengaruh positif terhadap beta saham perusahaan
LQ45 di Bursa Efek Indonesia.
H4 : Financial Leverage, operating leverage dan asset growth berpengaruh
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Agar variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat diukur,
serta unutk menghindari adanya kesalahpahaman dan penafsiran majna yang berbeda, maka variabel dalam penelitian ini harus diberi definisi. Adapun
definisi dari variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Beta Saham
Merupakan ukuran resiko suatu saham yang menunjukkan kepekaan
suatu return saham terhadap return pasar. Semakin besar beta suatu saham, semakin besar kepekaan return saham tersebut pada perubahan
pasar. Beta dihitung dengan menggunakan indeks tunggal. Ri = αi + βi.Rm + ei
Dimana :
Ri = dan Rm =
Keterangan :
Ri = return saham i
Rm = return pasar
Pit = harga saham i pada bulan ke t
Pit – 1 = harga saham i pada bulan ke t – 1
Pmt – Pmt – 1
Pmt – 1
Pmt = IHSG pada bulan ke t
Pmt – 1 = IHSG pada bulan ke t – 1
b. Financial Leverage
Merupakan proporsi penggunaan hutang oleh perusahaan. Diukur dengan menggunakan perbandingan antara total hutang dengan otal
aktiva.
Financial Leverage =
Total Hutang Total Aktiva
c. Operating Leverage
Merupakan biaya tetap dalam operasi perusahaan, yang dikaitkan dengan penggunaa aktiva tetap. Diukur dengan menggunakan perbandingan
antara operating profit dengan pendapatan yang dalam penelitian ini menggunakan sales.
Operating Leverage = Operating profit Sales
d. Asset Growth
Menunjukkan tingkat pertumbuhan peusahaan, merupakan kesempatan
yang masih dimiliki perusahaan untuk menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi. Tingkat pertumbuhan perusahaan diukur dari perubahan pendapatan yang berasal dari penjualan dalam satu periode dengan
Asset Growth = Salesit – Salesit – 1 Salesit
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan LQ45 di
Bursa Efek Indonesia selama periode 2005 – 2008 yang berjumlah 45 perusahaan.
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan
karakteristik yang sama dengan populasi tersebut. Karena itu sample harus representative dari sebuah populasi (Sumarsono, 2002 : 45). Untuk
menentukan sampel digunakan metode purposive sampling. Salah satu teknik pengambilan sampel non probabilistic yang dilakukan berdasarkan kriteria yang disesuaikan dengan tujuan penelitian atau pertimbangan
tertentu dari peneliti.
Adapun kriteria pengambilan sampel ini adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia.
2. Aktif memberikan data laporan keuangan pada Bursa Efek Indonesia selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2008.
Sehingga berdasarkan kriteria diatas dihasilkan jumlah sampel
sebanyak 16 perusahaan yang memenuhi syarat untuk mewakili data, yaitu:
1. PT. Astra Agro Lestari Tbk
2. PT. Aneka Tambang Tbk 3. PT. Astra Otoparts Tbk
4. PT. Bank Central Asia Tbk 5. PT. Gajah Tunggal Tbk 6. PT. HM Sampoerna Tbk
7. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 8. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
9. PT. Indonesian Satellite Corporation Tbk 10.PT. Kalbe Farma Tbk
11.PT. Matahari Putra Prima Tbk
12.PT. Bank Pan Indonesia Tbk 13.PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk 14.PT. Semen Gresik Tbk
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian merupakan jenis data sekunder, yaitu data publikasi yang diikuti dari prospektus dan neraca dari
16 perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia.
3.3.2. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan cara :
1. Dokumentasi
Metode penelitian ini dilakukan dengan mengambil data dari
dokumen-dokumen berupa informasi data perusahaan dan data lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
2. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah penelitian yang mempelajari tentang catatan-catatan perusahaan dan literatur–literatur pendukung berupa buku– buku teks maupun jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini, sebagai
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1. Teknik Analisis
Setelah data terkumpul dianalisis dengan metode kuantitatif. Berdasarkan variabel – variabel yang telah disebutkan, maka langkah –
langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Uji Multivarite Outlier
Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari obsevasi-obsevasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variable tunggal
atau variable kombinasi ( Hair, 1998).
Multivariate outlier diuji dengan criteria jarak Mahalanobis
pada tingkat p < 0.001. jarak diuji dengan chi square (2) pada df
sebesar jumlah variable bebasnya. Ketentuan : Mahalanobis > dari
nilai 2 adalah multivariate outlier.
b. Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data mengikuti sebaran normal, dapat dilakukan dengan menggunakan
metode Kolmogorov-Smirnov.
Menurut Santoso (2002:214) pedoman dalam mengambil keputusan apakan sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal
1. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) < 5% maka distribusi
tidak normal.
2. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) > 5% maka distribusi normal.
c. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah model
regresi yang digunakan sudah bebas dari tiga asumsi klasik, yaitu multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.
a. Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan situasi dimana terdapat korelasi antara variabel-variabel independen. Gejala ini dapat diketahui
dengan menggunakan perhitungan Tolerance (TOL) dan Variance Inflation Faktor (VIF). Dengan ketentuan apabila nilai TOL mendekati 1 maka tidak terdapat multikolinearitas antar variabel,
dan apabila nilai VIF kurang dari 10 maka tingkat multikolinearitasnya termasuk tidak berbahaya.
b. Heteroskedastisitas
Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel bebas. Hal ini biasa diidentifikasi dengan cara menghitung
korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Dengan ketentuan apabila nilai probabilitas kesalahan lebih besar dari 5% maka tidak ada hubungan (tidak terjadi
c. Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui korelasi antara anggota serangkaian data observasi. Untuk mendeteksi gejala autokorelasi digunakan Durbin – Watson (d) statistic.
Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva di bawah ini.
Gambar 3.1 : Kurva Durbin-Watson
Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada
autokorelasi negatif
d. Analisis Regresi Linier Berganda
Persamaan regresi linier berganda ini digunakan untuk menggambarkan secara spesifik keterkaitan dari variabel – variabel penelitian yaitu variabel dependen Y (beta saham) dan variabel
independen X1 (financial leverage), X2 (operating leverage) dan X3
(asset growth).
Rumusnya adalah :
Dimana :
Y = beta saham X1 = financial leverage
X2 = operating leverage
X3 = asset growth
Βo = kontant
Β1,β2,β3 = koefisien regresi
e = estimasi error dari masing – masing variabel
3.4.2. Pengujian Hipotesis
Pengujian terhadap hipotesis yang diajukan meliputi :
1. Uji t (uji secara parsial)
Uji t adalah pengujian keberartian koefisien regresi parsial yang digunakan untuk mengetahui pengaruh parsial variabel X1
(financial leverage), X2 (operating leverage) dan X3 (asset growth)
terhadap Y (beta saham), dengan prosedur sebagai berikut : a) thitung sebesar :
thitung =
Dimana : βi = koefisien regresi Se = standar error Βi
b) Ho : β0 = β1 = β2 = β3 = 0
dependennya.
X1 (financial leverage), X2 (operating leverage), X3 (asset growth) secara parsial tidak berpengaruh terhadap Y (beta saham).
Hi : β0≠β1≠β2 ≠β3 ≠ 0
X1 (financial leverage), X2 (operating leverage), X3 (asset
growth) secara parsial berpengaruh terhadap Y (beta saham).
c) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05 dan
derajat kebebasan (n – k – 1), dimana n adalah jumlah pengamatan dan k adalah jumlah variabel.
d) Dengan kaidah pengujian :
Apabila thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Hi diterima,
artinya secara parsial variabel independennya mempengaruhi variabel dependennya.
Apabila thitung < ttabel maka Hi ditolak dan Ho diterima,
e) Daerah kritis Ho melalui kurva distribusi t
Gambar 3.2 : Kurva Uji t
Ho diterima jika thitung < ttabel
Ho ditolak jika thitung > ttabel
2. Uji F (uji secara serentak)
Uji F adalah untuk melihat apakah variabel – variabel independen secara bersama – sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependennya. Dengan prosedur sebagai
berikut :
a) Fhitung sebesar :
Fhitung =
b) Ho : β0 = β1 = β2 = β3 = 0
X1 (financial leverage), X2 (operating leverage), X3 (asset growth) secara simultan tidak berpengaruh terhadap Y (beta saham).
Hi : β0≠β1≠β2 ≠β3 ≠ 0
X1 (financial leverage), X2 (operating leverage), X3 (asset
growth) secara simultan berpengaruh terhadap Y (beta saham).
c) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05 dan
derajat kebebasan (n – k – 1), dimana n adalah jumlah pengamatan dan k adalah jumlah variabel.
d) Dengan kaidah pengujian :
Apabila Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Hi diterima,
artinya secara simultan variabel independennya mempengaruhi variabel dependennya.
Apabila Fhitung < Ftabel maka Hi ditolak dan Ho diterima,
e) Daerah kritis Ho melalui kurva distribusi F
Gambar 3.3 : Kurva Uji F
Ho diterima jika Fhitung < Ftabel
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. PT. Astra Agro Lestari Tbk
PT Astra Agro Lestari Tbk. Didirikan berdasarkan akta notaris
Ny. Rukmasanti Hardjasatya, S.H., No 12 tanggal 3 Oktober 1988. yang
kemudian berubah nama menjadi Astra Agro Niaga berdasarkan Akta
Perubahan no. 9 tanggal 4 Agustus 1989 dari Notaris yang sama. Akta
Pendirian perusahaan dan perubahannya telah disahkan oleh Menteri
kehakiman republik Indonesia dalam surat keputusan No.
C2-10099.HT.01.01.TH.89 tanggal 31 Oktober 1989 dan diumumkan dalam
Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 101 Tambahan No.
3626.
4.1.2. PT. Aneka Tambang Tbk
Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Aneka Tambang
(“Perusahaan”) didirikan dan memulai aktivitas operasi pada tanggal 5 juli
1968 berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22 tahun
1968 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 36
tanggal 5 juli 1968 dengan nama “Perusahaan Negara (PN) Aneka
Tambang”. Berdasarkan Pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang
dibidang industri, perdagangan, pengangkutan, dan jasa lainnya yang
berkaitan dengan pertambangan berbagai jenis bahan galian tersebut.
Kantor pusat Perusahaan berkedudukan di Jakarta. Saat ini,
Perusahaan mengoperasikan enam unit pertambangan yang masing-masing
berlokasi di Kijang, Pulau Bintan, Riau (bauksit); Pomalaa, Sulawesi
Tenggara (nikel); Pulau gebe, Maluku (nikel); Pulau Gee, Maluku (nikel);
Cilacap, Jawa Tengah (pasir besi); dan gunung Pongkor, Bogor, Jawa
Barat (emas). Perusahaan juga mengoperasikan unit pengolahan dan
pemurnian logam mulia serta unit geologi di Jakarta.
4.1.3. PT. Astra Otoparts Tbk
PT. Astra Otoparts Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan akta
notaris No. 50 tanggal 20 September 1991 dari Rukmasanti Hardjasatya, S.H., notaris di Jakarta, dengan nama PT. Federal Adiwiraserasi. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman
Republik Indonesia dalam surat keputusan No. C2-1326.HT.01.01.TH.92 tanggal 11 Pebruari 1992 dan diumumkan dalam
Berita Negara No. 39 Tambahan No. 2208 tanggal 15 Mei 1992. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta notaris No. 50 tanggal 11 Mei 2000 dari Sutjipto,
11916.HT.01.04.TH.2000 tanggal 13 Juni 2000 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 26 Tambahan No. 118 tanggal 30 Maret 2001.
Perusahaan ini bergerak dalam perdagangan suku cadang kendaraan bermotor baik impor maupun ekspor dan menjalankan usaha
dalam bidang industri logam, suku cadang kendaraan bermotor dan industri plastik. Perusahaan ini mulai kegiatan komersialnya pada tahun 1991 dan memiliki divisi perdagangan yang beroperasi di Singapura.
4.1.4. PT. Bank Central Asia Tbk
Perusahaan ini pertama kali didirikan pada 10 Agustus 1955 di
Jakarta di bawah nama Bank Central Asia. PT. Bank Central Asia
bergerak dalam bidang Perbankan yang berkantor pusat di Wisma BCA
I Jl. Jendral. Sudirman Kav. 22-23 Jakarta 12920.
4.1.5. PT. Gajah Tunggal Tbk
PT. Gajah Tunggal Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan akta
notaris No. 54 tanggal 24 Agustus 1951 dari Raden Meester Soewandi, SH, dan disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam
kendaraan bermotor baik roda empat maupun roda dua. Perusahaan ini memiliki kantor pusat di Wisma Hayam Wuruk, Jl. Hayam Wuruk No. 8 Jakarta 12120.
4.1.6. PT. HM Sampoerna Tbk
PT. HM. Sampoerna Tbk. (“Perusahaan”) didirikan pada tanggal
19 Oktober 1963 berdasarkan akta notaris Anwar Mahajudin, S.H., No. 69. Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi, antara lain industri dan perdagangan
rokok serta investasi saham pada perusahaan-perusahaan lain. Perusahaan berkedudukan di Surabaya dengan kantor pusat berlokasi di
Jl. Rungkut Industri Raya No. 18 Surabaya serta memiliki pabrik yang berlokasi di Surabaya, Pandaan, dan Malang.
Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1913
di Surabaya sebagai industri rumah tangga. Pada tahun 1930 industri rumah tangga ini diresmikan dengan dibentuknya NVBM handel
Maatschapij Sampoerna. Pada tahun 1990, Perusahaan melakukan penawaran umum sebanyak 27.000.000 saham dengan nilai nominal sebesar Rp. 1.000 (Rupiah penuh) persaham melalui Bursa Efek