PENERAPAN METODE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN PAI DENGAN MATERI SIFAT WAJIB ALLAH PADA SISWA KELAS
III SDN 24 SULIT AIR KECAMATAN X KOTO DIATAS KABUPATEN SOLOK
SKRIPSI
Ditulis Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Pendidikan Agama Islam
SILVI DARYENTI NIM. 13 101 140
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI IAIN BATUSANGKAR
2019
ABSTRAK
SILVI DARYENTI, NIM. 13 101 140, Judul Skripsi : “PENERAPAN METODE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN PAI DENGAN MATERI SIFAT WAJIB ALLAH PADA SISWA KELAS III SDN 24 SULIT AIR KECAMATAN X KOTO DIATAS KABUPATEN SOLOK ”. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar Tahun 2019 dengan jumlah halaman 80 halaman.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh proses pembelajaran yang masih jauh dari yang diharapkan. Proses pembelajaran masih cenderung bersifat teacher centered, guru belum mengkombinasikan metode yang dapat melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga interaksi yang menghendaki keterlibatan siswa belum terlaksana dengan baik. Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut, pada akhirnya hal ini mengakibatkan hasil belajar siswa rendah.Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa lebih baik dengan penerapan metode Make a Match daripada pembelajaran Konvensional pada mata pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas III di SDN 24 Sulit Air Kabupaten Solok.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu, dengan rancangan penelitian Randomized Control Group Only Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SDN 24 Sulit Air tahun ajaran 2018/2019 yang terdiri dari 40 orang siswa. Teknik penentuan sampel adalah menggunakan Total Sampling dan diperoleh jumlah sampel yang diteliti sebanyak 40 orang, 20 orang kelas eksperimen dan 20 orang kelas kontrol. Teknik pengumpulan data adalah menggunakan tes hasil belajar ranah kognitif berupa tes tertulis.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa pada kelas eksperimen adalah 79,5 sedangkan, rata-rata yang diperoleh pada kelas kontrol adalah 69,5 Dari perhitungan diperoleh t
hitung= 2,34 dan t
tabel= 2,02. Oleh karena itu t
hitung> t
tabelmaka H
1diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa Hasil belajar siswa dengan penerapan metode Make A Match lebih baik daripada pembelajaran Konvensional pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas III di SDN 24 Kabupaten Solok.
Kata Kunci : Metode Pembelajaran Make A Match, Hasil Belajar Siswa
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI
ABSTRAK...i
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI...iv
DAFTAR TABEL...vi
DAFTAR LAMPIRAN...vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 10
C. Batasan Masalah ... 11
D. Rumusan Masalah... 11
E. Tujuan Penelitian ... 11
F. Manfaat Penelitian ... 11
G. Definisi Operasional ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 14
1. Hasil Belajar ... 14
2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 17
3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 18
4. Metode Mengajar Make A Match ... 21
a.
Pengertian Meode Make A Match….…………..……...….….26
b. Langkah-langkah Metode Make a Match………....….27
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Make A Match…....….28
5. Materi Sifat Wajib Allah ... ...30
6. Pembelajaran Konvensional ... .35
iv
B. Penelitian Relavan ... 37
C. Kerangka Konseptual ... 38
D. Hipotesis Penelitian ... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 42
B. Metode Penelitian ... 42
C. Rancangan Penelitian ... 42
D. Tempat dan Waktu Peneltian ... 43
E. Populasi dan Sampel ... 43
F. Prosedur Penelitian ... 46
G. Teknik Pengumpulan Data ... 57
H. Instrumen Penelitian ... 57
I. Teknik Analisis Data ... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 69
B. Analisis Data ... 72
C. Pembahasan ... 75
D. Kendala yang Dihadapi dalam Penelitian ... 79
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 80
B. Saran ... 80 DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu kewajiban bagi setiap manusia berguna untuk kelangsungan hidupnya. Pendidikan menjadi tolak ukur bagi kemajuan suatu bangsa , baik itu pendidikan akhlak, moral maupun intelektual. Pendidikan juga merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia yang diperoleh melalui proses yang panjang dan berlangsung sepanjang kehidupan. Orang yang mempunyai ilmu pengetahuan akan memiliki peran dan penghargaan yang lebih dari orang sekitarnya, serta mampu menjadi contoh dan suri tauladan bagi orang disekitarnya.Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara .(UU No. 20 Tahun 2003)
Berdasarkan kutipan di atas pendidikan adalah segala aktivitas maupun kegiatan untuk mendorong siswa untuk mengembangkan potensi dirinya agar memiliki pengetahuan serta keterampilan yang akan berguna nantinya ketika terjun didunia masyarakat. Pendidikan sendiri memiliki tujuan yang akan dicapai sehingga segala hal yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran berorientasi pada tujuan tersebut. Tujuan pendidikan itu sendiri dijabarkan berdasarkan tujuan pendidikan nasional.
Tujuan pendidikan nasional adalah tujuan umum dari sistem pendidikan nasional. Tujuan ini merupakan tujuan jangka panjang dan sangat luas serta menjadi pedoman dari semua kegiatan dan usaha pendidikan di negara kita.Tujuan ini kemudian dijadikan landasan dalam menentukan tujuan sekolah dan tujuan kurikulum sekolah , tujuan pendidikan formal dan non formal.
1
Pendidikan di Indonesia memiliki beberapa jenjang pendidikan ,jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang di tetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang di kembangkan. Jenjang pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan pertama dalam lembaga pendidikan di Indonesia.
Sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan formal berbentuk usaha sadar dan terencana yang tertuang dalam tujuan pendidikan nasional, dan pendidikan di sekolah dasar yaitu untuk mewujudkan suasana belajar dan proses kegiatan pembelajaran dengan tujuan agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara yang titik tolaknya berpusat pada siswa kelas dasar antara kelas 1 sampai dengan kelas 6. Jadi sekolah dasar merupakan suatu lembaga pendidikan yang berupaya mewajibkan tujuan pendidikan nasional dengan melakukan kegiatan pembelajaran bagi siswa sekolah dasar yang terdiri dari kelas 1-6.
Lembaga pendidikan tidak terlepas dari kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dari makna ini terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi atau transfer yang terarah menuju suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.(Trianto Ibn Badar,2014:19). Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik, yang dipusatkan pada bagaimana membelajarkan peserta didk bukan pada apa yang di pelajari peserta didik. Pada intinya pembelajaran adalah usaha yang dilakukan pendidik untuk membelajarkan peserta didik yang pada akhirnya terjadi perubahan perilaku.( M. fathurrahman, 2016:17)
Salah satunya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan
siswa yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman siswa tentang Pendidikan Agama Islam sehingga menjadi manusia yang berkembang keimanan dan ketakwaannya dan berguna bagi kehidupan pribadi dan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.(Darwyan Syah,2009:30)
Tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar adalah menumbuhkan dan meningkatkan keimanan siswa yang dilakukan melalui pembelajaran di dalam kelas. Dalam mata pelajaran PAI di SD yang memuat materi tentang macam – macam sifat wajib Allah itu bertujuan agar siswa mulai memahami dan mengetahui bahwa Allah SWT juga mempunyai 20 sifat wajib yang harus diketahui sejak jenjang sekolah dasar, yang akan berguna baginya dan masyarakat nantinya.
Pencapaian tujuan tersebut, sangat ditentukan oleh sejauh mana ketercapaian tujuan setiap mata pelajaran. Salah satunya mata pelajaran PAI yang ada di SD. Supaya tujuan dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tersebut dapat terwujud, tentu didukung oleh banyak komponen pembelajaran didalamnya.
Komponen – komponen pembelajaran menurut Nana Sudjana terdiri dari: tujuan, bahan , metode serta evaluasi. Komponen tersebut bisa menjadi komponen yang utama yang harus dipenuhi dalam proses belajar mengajar (Sudjana,2004:29-30). Salah satu dari beberapa komponen tersebut ialah berkaitan dengan metode dan strategi. Metode dan strategi merupakan suatu langkah atau cara guru dalam menjalankan proses pembelajaran agar tujuan yang diinginkan tercapai dengan baik.
Pada hakikatnya pendidikan merupakan sebuah program yang melibatkan sejumlah komponen yang bekerja sama dalam sebuah proses untuk mencapai tujuan guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Yang diharapkan ada perubahan yang terjadi pada individu tersebut dimana bertambahnya pengetahuannya dan kondisi psikologisnya dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan memegang peranan yang
sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Karena pendidikan merupakan sarana yang paling tepat untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.
Berhasil atau tidaknya suatu pendidikan tidak terlepas dari peran guru dalam proses pembelajaran, karena guru merupakan komponen yang sangat penting dalam proses pembelajaran, terutama dalam menentukan dan mengimplementasikan metode merupakan suatu cara atau kiat untuk bertindak dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan. Jadi metode pembelajaran adalah suatu aset materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.(Wina Sanjaya2006:126)
Pemilihan dari strategi serta metode yang diterapkan oleh pendidik harus tepat dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa serta menjadi acuan terhadap tercapainya tujuan yang maksimal. Dalam proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, penggunaan metode yang menarik agar suasana pembelajaran menjadi aktif, menyenangkan dan kondusif juga dibutuhkan, karena Pendidikan Agama Islam itu adalah usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran islam secara menyeluruh, lalu menghayati tujuan pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Permasalahan yang seringkaliterjadi dalam proses pembelajaran bisa dilihat dari dua faktor yaitu faktor intern , peserta didik yang kurang semangat. Sedangkan faktor ekstern ini ada dari guru dan lingkungan sekitar,dari segi guru bisa terjadi karena kurang memakai cara – cara yang bisa membuat anak fokus belajar.
Seorang guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sering
mengalami
kesulitan. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran guru harusmampu memilih, menetapkan, dan mengunakan suatu metode mengajar sesuai
dengan bakat, minat, kecerdasan dan perhatian siswa. Tapi kenyataan yang
banyak dijumpai dikelas-kelas suatu sekolah dalam proses belajar mengajar
berpusat itu kepada guru (Teacher Centered )yang meletakan guru sebagai
pemberi pengetahuan bagi siswa dan cara penyampaian materi masih dominan dengan metode ceramah. Penggunaan metode ceramah ini menyebabkan partisipasi siswa rendah, perhatian siswa tidak dapat dipantau, hal ini menyebabkan keaktifan siswa kurang. Ketidak aktifan siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang dapat mengakibatkan siswa kurang memahami konsep atau materi.
Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, penggunaan metode yang tepat akan sangat menentukan efektifitas pembelajaran, yang perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan metode lain yang berpusat pada guru serta lebih menekankan pada interaksi dengan peserta didik (Mulyasa, 2008 :107). Metode yang menarik bertujuan agar suasana pembelajaran menjadi aktif dan menyenangkan sehingga membuat siswa tidak jenuh dan bosan dalam belajar. Oleh sebab itu Agar tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, seorang guru harus mengetahui berbagai metode. Dengan memiliki pengetahuan mengenai sifat berbagai metode maka seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi. Penggunaan metode dalam pembelajaran sangat bergantung pada tujuan pembelajaran. Oleh karena itu guru harus benar-benar memahami tentang tujuan pembelajaran, cara merumuskan tujuan pembelajaran, secara khusus memilih dan menentukan metode pembelajaran sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, memahami bahan pembelajaran sebaik mungkin dengan menggunakan berbagai sumber. (Oemar Hamalik 2006: 117)
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang guru hendaknya setiap berinteraksi dengan siswa melakukan inovasi dalam pembelajaran.
Dengan adanya guru menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan akan mendorong tercapainya tujuan pendidikan dan dapat membuat siswa berprestasi dalam pembelajaran.
Alasan peneliti memilih melakukan peneltian di SD karena berdasarkan
pengamatan peneliti di sekolah tersebut masih ada permasalahan dan kendala
yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran PAI. Dari hasil Observasi dan
wawancara yang penulis lakukan dengan guru PAI pada tanggal 14 juli 2018 di
SDN 24 Sulit Air di kelas III, bahwa pembelajaran konvensional dengan metode ceramah yang selama ini digunakan dirasa sangat membosankan sehingga kegiatan belajar menjadi pasif dan siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan belajar Agama dikelas. Pembelajaran masih barpusat pada guru. Guru hanya mengunakan metode ceramah dan cenderung dilakukan satu arah, siswa kurang aktif, siswa tidak termotivasi dalam belajar, siswa banyak yang bermain- main, menggangu teman yang lain dan ada juga yang tidur- tiduran sambil melukis di buku pelajarannya. Nampaknya siswa juga mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran, siswa cepat merasa bosan, jenuh dan kurang bersemangat dalam belajar, serta interaksi antara mereka juga belum ditemukan karna ketika guru menerangkan pelajaran mereka sibuk dengan kegiatan mereka masing- masing, jadi dalam memperhatikan guru ketika menerangkan pelajaran belum sepenuhnya mereka lakukan. Interaksi siswa dengan guru siswa dengan siswa sangat minim sekali, ketika guru menjelaskan materi pelajaran, siswa banyak melakukan kegiatan lain dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Jika dilakukan tanya jawab hanya sedikit siswa yang terlibat aktif. Jadi itulah yang menyebabkan hasil belajar siswa menjadi rendah.
Hal ini lebih jelas lagi ketika saya melihat secara langsung di akhir pembelajaran siswa diminta untuk menjawab soal- soal dari materi yang telah di ajarkan guru di awal pembelajaran tadi, akan tetapi hanya sedikit siswa yang bisa menyelesaikan semua soal,dan waktu itu banyak juga siswa yang tidak mengisi jawabannya karena tidak tahu isinya, ada juga yang terserah jawab saja yang penting mereka mengisi jawaban mereka tanpa peduli itu betul atau salah.
Sehubung dengan hal tersebut, ketika penulis melakukan observasi,
penulis juga melihat mereka dalam mengerjakan soal – soal yang diberikan
guru, banyak dari mereka yang masih memikirkan mana jawaban yang benar
dan banyak juga yang melihat punya teman yang disampingnya. Setelah
selesai penulis juga melihat contoh soal dan jawaban dari beberapa orang
siswa yang tidak dapat mengisi dan menjawab semua soal dengan benar, yang
mana soal tersebut adalah sebagai berikut:
Gambar 1.Nilai jawaban latihan siswa
Gambar.2 Nilai jawaban latihan siswa
Dari gambar diatas, terlihat bahwa kebanyakan siswa belum bisa
menjawab soal dengan sepenuhnya, karna ada keraguan yang terjadi pada
siswa dalam menjawab soal tentang harakat dan huruf dalam Alqur’an,
padahal siswa telah mempelajari huruf- huruf hijaiyah dalam Alqur’an, mulai
dari kelas satu, kelas dua dan diperkuat lagi pada kelas tiga, namun stelah
dilihat ternyata siswa belum sepenuhnya mengenal nama- nama harakat dalam Alqur’an.
Permasalahan itu semua terjadi karena belum terciptanya pembelajaran yang aktif dan kreatif. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang berorientasi pada siswa diduga berpengaruh kepada perolehan hasil belajar siswa yang rendah. Dari data yang telah didapatkan tersebut, terlihat jelas bahwa hasil belajar siswa sangat rendah dan banyak yang tidak dapat menjawab soal dengan tuntas dalam materi ini. Dari 20 orang siswa yang mendapatkan nilai tuntas hanya 5 orang, sedangkan yang lainnya belum tuntas.
Perbandingan ini sangat jauh dari harapan, sehingga harus ada upaya dalam proses pembelajaran supaya siswa bisa mendapatkan nilai yang bagus.
Permasalahan itu semua terjadi karena materi - materi dalam PAI tidak semuanya bisa hanya dengan pembelajaran konvensional saja, apalagi untuk siswa Sekolah Dasar yang masih ingin untuk bermain. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang berorientasi pada siswa diduga berpengaruh kepada perolehan hasil belajar siswa yang rendah. Pada ulangan harian (UH) nilai yang diperoleh siswa kelas III masih banyak yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70.
Rendahnya hasil belajar siswa juga dapat dilihat melalui presentase ketuntasan nilai rata – rata UH mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN 24 Sulit Air sebagai berikut :
Tabel 1 : Presentase Ketuntasan Nilai UH 1 Semester Ganjil Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas III di SDN 24 Sulit Air tahun ajaran 2018 / 2019
Kelas Jumlah Siswa
Tidak Tuntas Tuntas
Jumlah % Jumlah %
III a 20 Orang 12 60 % 8 40 %
III b 20 Orang 14 70% 6 30 %
Sumber : Guru Mata Pelajaran PAI Kelas III SDN 24 Sulit Air
Dari data yang telah didapatkan tersebut, terlihat jelas bahwa hasil
belajar siswa sangat rendah dan banyak yang tidak tuntas dalam materi ini.
Masih banyak siswa yang belum mencapai angka KKM yaitu 70. Jadi perbandingan ini sangat jauh dari harapan, sehingga harus ada upaya dalam proses pembelajaran supaya siswa bisa mendapatkan nilai sesuai batas KKM.
Dari kondisi yang telah ditemukan,maka perlu adanya treatment dengan memvariasikan metode yang selama ini konvensional dengan metode baru yang menarik. Guru sangatlah berperan dalam hal ini untuk memperkenalkan materi sifat wajib Allah ini supaya lebih menarik sehingga siswa lebih tertarik untuk belajar dan tidak bosan. Penggunaan metode yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan guru sangatlah penting untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.Untuk metode pembelajaran yang bisa digunakan salah satunya adalah metode Make a Match. Kelebihan dari metode ini adalah: a. mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan, siswa tidak tahu kalau dirinya sedang diajak belajar b. meningkatkan hasil belajar siswa.
Kelemahan metode Make a Match adalah diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan tersebut dan waktunuya perlu dibatasi agar siswa tidak terlalu banyak bermain.
Adapun alasan pemilihan metode ini karena metode ini adalah salah
satu alternatif dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa, karna metode ini
mengajak siswa untuk aktif, adanya interaksi antara sesama siswa, siswa bisa
belajar bersama dengan teman- temannya, siswa dengan mudah dapat
memahami materi, seperti materi sifat Wajib Allah ini yang menuntut siswa
untuk menghafal 5 sifat wajib Allah dengan artinya, dengan ini mereka dapat
dengan mudah menghafalnya. Siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan
dari guru saja tetapi siswa bisa mencari dan menemukan sendiri, selain itu
metode ini juga menumbuhkan kegembiraan dalam belajar, menarik perhatian
siswa serta melatih kecermatan, ketelitian dan pendengaran siswa. Metode ini
sesuai sekali dengan karakteristik siswa kelas III SDN 24 Sulit Air yang mana
dalam proses pembelajaran siswa usia SD itu masih suka untuk bermain,
mereka senang berkelompok, suka dalam melakukan hal secara langsung, dan
siswa SD itu masih sulit memahami langsung pembicaraan orang lain,
termasuk penjelasan guru ketika belajar. Itulah mengapa guru perlu menggunakan metode Make a Match ini . Karna dengan metode Make A Match siswa bisa belajar sambil bermain, motifasi siswa juga lebih terpacu dengan keinginan mereka untuk menemukan pasangan dari kartu yang mereka dapatkan, sehingga materi pun lebih mudah untuk di pahami. Diharapkan hasil belajar siswa akan lebih baik dengan penerapan metode Make a Match ini.
Dengan demikian materi barupun bisa diajarkan dengan metode ini dengan cara, peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memilki bekal pengetahuan (Hisyam Zainy ,2006:67). Dapat dipahami bahwa pembelajaran dengan metode Make a Match membuat siswa lebih aktif lagi dan lebih mudah dalam menghafal materi yang di ajarkan oleh guru.
Alasan pemilihan metode ini karena, metode mencari pasangan ini akan membuat siswa lebih berminat dalam mengikuti pembelajaran dan lebih aktif lagi, sehingga persaingan siswa untuk lebih cepat mendapatkan pasangan mereka masing – masing membuat pemahaman mereka terhadap materi lebih meningkat dan lebih mudah lagi bagi mereka menghafal dan memahami setiap materi pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti melaksanakan penelitian yang berjudul “Penerapan Metode Make a Match dalam Pembelajaran PAI dengan Materi Sifat Wajib Allah pada Siswa Kelas III SDN 24 Sulit Air Kec amatan X Koto Diatas Kabupaten Solok ”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di bahas di atas, maka masalah tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Siswa tidak aktif dalam mengikuti proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam
2. Siswa tidak termotivasi dalam proses pembelajaran.
3. Secara umum siswa beranggapan bahwa pelajaran PAI merupakan
pelajaran yang membosankan.
4. Masih banyaknya siswa yang melakukan kegiatan yang tidak berhubungan dengan proses pembelajaran sebagai bukti kurang tertariknya siswa untuk mengikuti proses pembelajaran.
5. Guru belum optimal menerapkan metode yang dapat menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran.
6. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI dengan penerapan pembelajaran konvensional.
C. Batasan Masalah
Agar masalah dalam penelitian ini tidak menyimpang dari apa yang ingin diteliti, maka penulis membatasi penelitian ini pada: Hasil belajar siswa dengan penerapan metode Make a Match pada materi sifat wajib Allah dalam pembelajaran PAI di SDN 24 Sulit Air Kec. X Koto Diatas.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah hasil belajar siswa lebih baik dengan penerapan metode pembelajaran Make a Match dari pada pembelajaran konvensional pada materi sifat wajib Allah dalam pembelajaran PAI di SDN 24 Sulit Air Kec. X Koto Diatas.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa lebih baik dengan penerapan metode pembelajaran Make a Match dari pada pembelajaran konvensional pada materi sifat wajib Allah dalam pembelajaran PAI di SDN 24 Sulit Air Kec. X Koto Diatas.
F. Manfaat Teoritis 1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis penelitian ini adalah menambah khazanah pengetahuan tentang aqidah Sifat wajib bagi Allah. Selain itu, mengembangkan teori pembelajaran melalui metode Make a Match dalam pembelajaran PAI materi sifat wajib Allah.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini adalah bagi guru, siswa dan peneliti.
a. Manfaat bagi guru adalah memberikan alternatif pemilihan pendekatan pembelajaran PAI dan dapatmengembangkan keterampilan pengajaran metode Make a Matchdalam menerapkan aqidah sifat wajib Allah.
b. Manfaat bagi siswa adalah dapat meningkatkan pembelajaran PAI melalui metode Make a Match.
c. Manfaat bagi peneliti adalah Sebagai pengetahuan dan wawasan bagi penulis sebagai calon guru PAI nantinya, agar dapat menerapkan dan mengembangkan metode ini , dan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana nantinya.
F. Definisi Operasional
Untuk lebih jelasnya judul dan menghindari kesalahpahaman , maka perlu dijelaskan istilah – istilah yang ada dalam judul ini sebagai berikut:
1. Penerapan adalah pelaksanaan atau perihal mempraktekkan,yang penulis maksud dengan penerapan ini adalah pelaksanaan atau perihal mempraktekkan, yaitu bagaimana menerapkan metode Make a Match.
Penerapan yaitu perbuatan menerapkan, suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok yang sudah terencana sebelumnya.
2. Metode Make a Match (mencari pasangan) adalah siswa diminta mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau pertanyaan materi tertentu dalam pembelajaran. Salah satu keunggulan metode ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan, metode ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia.
siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan .
Adapun langkah – langkah yang penulis gunakan adalah:
a. Membuat potongan kertas sesuai dengan jumlah anak didik yang ada didalam kelas
b. Bagi jumlah kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.
c. Pada separo kertas tulis pertanyaan dan yang lain tulis jawaban dari pertanyaan yang telah dibuat.
d. Kocoklah semua kertas sehingga akan bercampur antara soal dan jawaban.
e. Beri semua peserta didik satu kertas.
f. Minta pesera didik untuk menemukan pasangan mereka.
3. Pembelajaran Konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan guru dikelas, aktifitasnya yaitui guru mengantarkan konsep pembelajaran, guru menyampaikan materi secara keseluruhan dan terakhir guru memberikan soal –soal latihan untuk dikerjakan di sekolah secara individu dan memberikan soal untuk dirumah. Pembelajaran konvensional yang digunakan guru adalah metode ceramah dan Tanya jawab dalam proses belajar mengajar.
4. Hasil belajar adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar (Nana Sudjana,2005:22). Hasil belajar yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah bidang kognitif yaitu nilai akhir atau ulagan siswa setelah diterapkan metode Make a Match hasil belajar tersebut selanjutnya di bandingkan dengan kelas dengan pembelajaran konvensional.
5. Pendidikan Agama Islam adalah salah satu mata pelajaran Agama yang
diajarkan pada jenjang pendidikan Sekolah dasar. Adapun materi
pelajaran yang peneliti maksud dalam penerapan metode Make a Match
adalah : “ Sifat Wajib Allah”
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori
1. Hasil Belajar
Menurut Suprijono (dalam Thobroni, 2015 : 21-22) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Sedangkan menurut (Sudjana 2005 : 50) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Secara garis besar, hasil belajar ini diklasifikasikan menjadi 3 ranah yaitu:
a. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari lima aspek yakni pengetahuan atau ingatan, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawab atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.
c. Ranah psikomotor, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari enam aspek, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan dan ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap, apresiasi, kemampuan dan keterampilan. hasil belajar itu lamban laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan kecepatan yang berbeda-beda. hasil belajar yang telah dicapai bersifat kompleks dan dapat beradaptasi dan tidak statis(Lufri ,2007:10-11). Sedangkan Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada
14
orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Menurut teori tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan alat ukur dari kemampuan seseorang setelah mengalami suatu proses belajar, selain itu hasil belajar dapat dikatakan sebagai produk akhir yang dihasilkan setelah mengalami suatu proses belajar mengajar yang dapat dinyatakan dalam bentuk angka, huruf dan kata-kata lainnya (Naimah, 2017:72)
Jadi hasil belajar merupakan suatu pola tingkah laku dan kemampuan siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran baik perubahan kognitif, afektif maupun psikomotor. Hasil belajar yang akan diamati dalam penelitian ini difokuskan pada ranah kognitif. Karena adanya hasil belajar ini, siswa dapat menunjukkan sejauh mana siswa memahami apa yang telah dipelajari dan sampai mana mereka mampu untuk menggunakannya dalam pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut (Rohmah 2015: 194) untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk perubahan harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan dari luar individu sebagai berikut:
a. Faktor lingkungan
1) Lingkungan alami (yaitu tempat tinggal anak didik hidup dan berusaha didalamnya, tidak boleh ada pencemaran lingkungan).
2) Lingkungan sosial budaya (hubungan dengan manusia sebagai makhluk sosial).
b. Faktor instrumental
Yaitu seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk untuk mencapai tujuan, yang meliputi:
1) Kurikulum 2) Program
3) Sarana dan fasilitas
4) Guru.
16
c. Kondisi fisiologis 1) Kesehatan jasmani.
2) Gizi cukup tinggi (gizi kurang, maka lekas lelah, mudah ngantuk, sukar menerima pelajaran).
3) Kondisi panca indra (mata, hidung, telinga, pengecap, dan tubuh).
Aspek fisiologis ini diakui mempengaruhi pengelolaan kelas, pengajaran klasikal perlu memperhatikan: postur tubuh anak, dan jenis kelamin anak (untuk menghindari letupan-letupan emosional yang cenderung tak terkendali).
d. Kondisi psikologis
Faktor-faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik antara lain:
1) Minat
Yaitu suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal/aktivitas tanpa ada yang menyuruh.
2) Kecerdasan 3) Bakat
Bakat memang diakui sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih.
4) Motivasi
Yaitu kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Banyak bakat yang tak berkembang karena tidak diperolehnya motivasi yang tepat.
5) Kemampuan kognitif
Yaitu kemampuan yang selalu dituntut pada anak didik untuk dikuasai karena menjadi dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan.
Ada tiga kemampuan yang harus dikuasai untuk sampai pada
penguasaan kemampuan kognitif yaitu persepsi, mengingat dan
berpikir.
2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat peserta didik belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri peserta didik, dimana perubahan ini menyebabkan pesrta didik mendapatkan kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.(Sagala,2006:61-62)
Pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengarahkan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik baik dalam pendidikan formal atau nonformal.
Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar si pendidikterhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Marimba Ahmad,1986:19).Jadi pendidikan adalah bimbingan yang dilakukan secara sadar, berkesinambungan dan sistematis oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik sehingga memiliki kepribadian atau akhlak yang mulia demi menuju tercapainya cita-cita tujuan pendidikan.
Maka pengertian Pendidikan Agama Islam, yang mana sumbernya adalah ajaran Islam yaitu Al Quran dan Al Hadis.akan dikemukakan beberapa definisi Pendidikan Agama Islam yang telah dirumuskan oleh para ahli sebagai berikut:
a. Menurut Zuhiarini dkk, dalam bukunya yang berjudul Metodik Khusus Pendidikan Agama, mengatakan: Pendidikan Agama berarti usaha- usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran agama Islam.
b. Menurut Ahmad D. Marimba agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam (Marimba Ahmad,1986:24).
Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
pendidikan agama Islam ialah “usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islammelalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.
(Muhaimin, 2002: 75-76)
3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam a. Dasar Pendidikan Agama Islam
Pelaksanaan pendidkan Agama Islam di Indonesia mempunyai dasar-dasar yang cukup kuat. Dasar-dasar tersebut dapat ditinjau dari segi:
1) Dasar dari segi Yuridish/hukum
Yakni dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama yang berasal dari peraturan perundang-undangan yang secara langsung atau tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan Pendidikan Agama, di Sekolah-sekolah ataupun dilembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia.Adapun dasar dari yuridish formal tersebut ada tiga macam, yakni:
2) Dasar ideal
Yakni dasar dari falsafah negara yaitu pancasila, dimana sila yang pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mengandung pengertian bahwa, seluruh bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa atau tegasnya harus beragama, untuk merealisis hal tersebut maka diperlukan adanya pendidikan agama kepada anak-anak, karena tanpa pendidikan agama akan sulit untuk mewujudkan sila pertama dari pancasila tersebut.
3) Dasar operasional
Yang dimaksut dasar operasional adalah dasar yang secara
langsung mengatur pendidikan agama di sekolah-sekolah di Indonesia
seperti yang disebutkan dalam sisdiknas No 20 Tahun 2003 disini
mencantumkan bahwa, Pendidikan kaeagamaan daselenggarakan oleh
pemerintah atau kelompok masyarakat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Pendidikan keagamaan berfungsi
memepersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama .Pendidikan keagamaan dapa diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, non formal dan informal.
4) Dasar Religius
Yang dimaksud dasar religus dalam uraian ini adalah dasar yang berasal dari agama islam, yang tertera dalam ayat Al Quran. Menurut ajaran Islam bahwa melaksanakan pendidikan agama adalah merupakan perintah dari Allah dan merupakan ibadah kepadaNya.Dalam Al Quran banyak ayat-ayat yang menunjukkan adanya perintah tersebut, satu diantaranya terdapat dalam surat An Nahl ayat 125, yang berbunyi:
ُعْدا ِةىنىسىْلْا ِةىظِعْوىمْلاىو ِةىمْكِْلْاِب ىكِّبىر ِليِبىس ٰىلَِإ ىيِه ِتَِّلاِب ْمُْلِْداىجىو ۖ
ُنىسْحىأ ُمى ْعىأىوُ ىكَّبى َّنَّ ِإ ۚ
ِهِ يِبىس ْنىع َّلىض ْنىِبِ
ىن ِ ى ْ ُمْلاِب ُمى ْعىأ ىوُهىو ۖ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang- orang yang mendapat petunjuk. (QS: An-Nahl : 125)
Ayat tersebut diatas memberikan pengertian kepada kita bahwa dalam ajaran Islam memang ada perintah untuk mendidik agama, baik pada keluarganya maupun pada orang lain sesuai kemampuannya 5) Dasar dari segi Social psychology
Semua manusia didalam hidup di dunia ini, akan selalu membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang disebut agama.
Mereka merasakan bahwa jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui
adanya Dzat Yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat
mereka memohon pertolonganNya.Hal yang semacam ini terjadi pada
masyarakat yang masih primitif maupun masyarakat modern. Mereka
akan merasa tenang dan tentram hatinya kalau mereka dapat
mendekatkan dan mengabdi kepada Dzat Yang Maha Kuasa.
Karena itu manusia akan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan, hanya saja cara mereka mengabdi kepada Tuhan itu berbeda-beda sesuai dengan agama yang dianutnya. Itulah sebabnya bagi orang muslim diperlukan adanya Pendidikan Agama Islam agar mengarahkan fitroh mereka tersebut kearah yang benar, sehingga mereka akan mengabdi dan beribadah sesuai dengan ajaran Islam. (Zuhairi dkk, 1983:26)
Salah satu faktor yang sangat penting didalam Pendidikan Agama Islam adalah faktor tujuan, disamping berfungsi sebagai arah dan motivasi, tujuan berfungsi sebagai ukuran untuk menilai berhasil atau tidaknya suatu proses pendidikan.
Tujuan Pendidikan Agama Islam dalam Permendiknas No.22 tahun 2006 dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
Pendidikan Agama Islam di bertujuan untuk:
a. Menumbuh kembangkan Akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah Swt.
b. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.
Fungsi Mata Pelajaran PAI
Mata pelajaran PAI berfungsi untuk :
a. Penanaman nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada
Allah Swt, sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.
b. Penanaman kebiasaan melaksanakan hukum islam dikalangan peserta didik dengan ikhlas dan perilaku dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di sekolah dan masyarakat.
c. Pembentukan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial di sekolah dan masyarakat.
d. Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, melanjutkan yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga.
e. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan dan pelaksanaan ibadah dalam kehidupan sehari- hari.
f. Pembekalan peserta didik untuk mendalami agama/hukum Islam pada jenjang pendidikan yang tinggi.
Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah: “Mendidik pemuda- pemuda anak – anak dan orang dewasa supaya menjadi orang muslim sejati beriman sejati beriman dan teguh, beramal sholeh dan berahklak mulia, sehingga ia menjadi salah seorang anggota masyarakat yang sanggup hidup diatas kaki sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya, bahkan sesama umat manusia.
Jadi tujuan Pendidikan Agama Islam tersebut secara keseluruhan adalah untuk membentuk seseorang menjadi seorang muslim sejati, yang taat beragama, beriman teguh, beramal sholeh dan berakhlak mulia sehingga ia menjadi yang berdikari, hidup berguna bagi masyarakat, agama, nusa bangsa serta dapat memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat kelak dikemudian hari.
4. Metode mengajar Make a Match
Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Metode yang digunakan dalam setiap kali pertemuan
kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi dengan perumusan
tujuan instruktusional khusus. Pemakaian metode yang satu digunakan
untuk mencapai tujuan metode yang lain (Slameto,1991:84)
faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan metode diantaranya ialah:
a. Faktor anak didik
Anak didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan.Di sekolah, gurulah yang berkewajiban untuk mendidiknya.
Di ruang kelas guru akan berhadapan dengan puluhan anak didik dengan latar belakang pendidikan yang berlainan. Status sosial mereka juga bermacam-macam.Demikian juga mengenai jenis kelamin mereka.Aspek fisik dan sebagianya.Jika dalam aspek biologis ada perbedaan maka dalam aspek intelektualpun demikian. Hal ini terlihat dalam cepat dan lambatnya anak didik dalam menerima saat proses kegiatan balajar mengajar.
b. Situasi
Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari kehari. Ada waktunya guru menginginkan situasi belajar di alam terbuka, jadi dalam hal ini guru harus menentukan metode yang tepat.situasi yang diciptakan guru akanmempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar yang digunakan.
c. Tujuan
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar.Secara herarki tujuan itu bergerak dari yang rendah hingga yang tinggi yaitu, tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran, tujuan kurikuler atau tujuan kurikulum, tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional.Tujuan pembelajaran merupakan tujuan yang paling langsung dalam kegiatan belajar mengajar dikelas. Perumusan tujuan akan mempengaruhi kemampuan yang terjadi dalam diri anak didikproses pengajaran pun dipengaruhinya
d. Fasilitas
Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di
sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas mengajar akan mempengaruhi
metode mengajar. Keampuhan metode mengajar akan terlihat jika faktor lain mendukungnya.
e. Guru
Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Seorang guru yang sarjana pendidikan dan keguruan akan berbeda dengan sarjana yang bukan pendidikan keguruan dibidang penguasaan ilmu pendidikan dan keguruan, guru yang sarjana pendidikan dan keguruan akan lebih banyak menguasai metode-metode mengajar, karena memang dia di tugaskan sebagai tenaga ahli dibidang pendidikan dan keguruan dan wajar saja dia menjiwai dunia guru. Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa kepribadian, latar belakang pendidikan, dan pengalaman mengajar adalah permasalahan intern guru yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar (Slameto,1991:85).
Selain faktor yang mempengaruhi metode diatas juga ada faktor yang mempengaruhi belajar siswa yang dibagi menhajdi tiga macam diantaranya:
1. Faktor internal (faktor dalam siswa) keadaan kondisi jasmani dan rohani siswa.
1) Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Tubuh yang lemah apalagi disertai dengan pusing-pusing dapat mempengaruhi ranah kognitif siswa. Indera penglihat juga dapat mempengaruhi siswa dalam menyerap informasi.
2) Aspek Psikologis
Banyak faktor yang mempengaruhi aspek psikologis yang
dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan dan pembelajaran
siswa Namun diantaranya faktor-faktor rohaniah siswa yang pada
umumnya dipandang masih lebih esensial itu adalah sebagai berikut:
a. Tingkat kecerdasan/intelegensi siswa, intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkunganya dengan cara yang tepat.
Jadi intelegensi sebenarnya bukan masalah kualitas otak saja melainkan organ tubuh lainya.
b. Sikap siswa, sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya baik secara positir maupun negatif.
c. Bakat siswa, adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.
d. Minat siswa, secara sederhana minat atau interest berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
e. Motivasi siswa, keadaan internal organisme (baik manusia maupun hewan) yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam hal ini motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Dalam perkembangannya selanjutnya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1) Motivasi Intrinsik 2) Motivasi Ekstrinsik 2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal terdiri atas dua macam, yakni faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.
1) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf
administrasi, dan teman–teman sekelas dapat mempengaruhi aktivitas
belajar siswa. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi
aktivitas belajar siswa adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.
Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa tersebut. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat- sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
2) Lingkungan non sosial
Faktor yang mempengaruhi lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu yang digunakan belajar siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan keberhasilan siswa.
3. Faktor pendekatan belajar
Faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar mengajar seorang siswa. Seorang siswa yang biasa menggunakan pendekaan Deep misalnya, mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang bermutu daripada siswa yang menggunakan pendekatan Surface atau Reproductiv (Muhibbin Syah, 1995: 133).
Adapun metode Make a Match adalah metode yang menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Dengan demikian materi barupun bisa diajarkan dengan strategi ini dengan cara, peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memilki bekal pengetahuan (Hisyam Zainy,2006:67)
Metode Make a Match ini merupakan cara yang menyenangkan
dan mengaktifkan siswa saat ingin meninjau ulang materi pembelajaran
yang telah diberikan sebelumya.( M. Fathurrohman,2016:196)
Metode ini memiliki prosedur sebagai berikut:
a. Buatlah potongan kertas sesuai dengan jumlah anak didik yang ada didalam kelas
b. Bagi jumlah kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.
c. Tulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya kedalam setengah bagian kertas yang telah disiapkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan.
d. Pada separo kertas yang lain tulis jawaban dari pertanyaan yang telah dibuat.
e. Kocoklah semua kertas sehingga akan bercampur antara soal dan jawaban.
f. Beri semua peserta didik satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah akivitas yang dilakukan berpasangan. Separo peserta didik akan mendapatkan soal dan separoh yang lain akan mendapatkan jawaban.
Misalnya, pemegang Qidam” akan berpasangan dengan “si terdahulu”
g. Minta pesera didik untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, minta mereka untuk duduk berdekatan. Terangkan juga agar mereka tidak member tahu materi yang mereka dapatkan ke teman yang lain
h. Setelah siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, minta setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dan selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangannya.
a. Pengertian Metode Make A Match
Metode Make a Match (mencari pasangan), merupakan metode
pembelajaran yang dikembangkan Loma Curran. Ciri utama metode Make
a Match adalah siswa diminta mencari pasangan kartu yang merupakan
jawaban atau pertanyaan materi tertentu dalam pembelajaran. Salah satu
keunggulan metode ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan,
metode ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua
tingkatan usia. Pelaksanaan metode ini dimulai dengan teknik , yaitu siswa
disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban / soal sebelum batas waktunya.
siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.( Rusman, 2011:223) b. Langkah-langkah Metode Meke a Match
Adapun langkah-langkah dalam teknik pembelajaran ini menurut Rusman adalah:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang mungkin cocok untuk revieu (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban)
2. Tiap siswa memikirkan jawaban / soal dari kartu yang masing – masing telah mereka pegang
3. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya, pemegang Qidam” akan berpasangan dengan “si terdahul
Contohnya artinya
Wujud Ada
Qidam
Dahulu
BAQO