PERSPEKTIF, 11 (3) (2022): 1033-1042 DOI: 10.31289/perspektif.v11i3.6272
PERSPEKTIF
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/perspektif
Analisis Reformasi Birokrasi untuk Mewujudkan Good Governance pada Pemerintah Kabupaten Pemalang Implementation of the Regulation of the Head of the Land Analysis of Bureaucratic Reform to Realize Good Governance
in Pemalang Regency Government
Mariana Ane Pratiwi1*, Teguh Yuwono2, Retno Sunu Astuti3 & Teuku Afrizal3
1Magister Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Semarang
2,Departemen Ilmu Pemerintahan, Fakultasi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro
3Administrasi Publik, Fakultasi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro Diterima: 08 Desember 2021; Direview: 03 Januari 2022; Disetujui: 22 Februari 2022
Abstrak
Terwujudnya pelayanan berkualitas demi kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu komitmen perubahan melalui reformasi birokrasi, dalam pelaksanaanya seringkali timbul pertentangan akbibat inkonsistensi. Demikian yang terjadi di Kabupaten Pemalang, pada satu sisi birokrasi gencar melaksanakan reformasi birokrasi sebagai bentuk perbaikan diri, tetapi disisi lainnya memperlambat kemajuan birokrasi akibat menurunnya budaya melayani dan lemahnya integritas pegawai. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui penyebab belum optimalnya hasil penilaian evaluasi reformasi birokrasi beserta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan reformasi birokrasi pada Pemerintah Kabupaten Pemalang. Kajian tulisan ini menggunakan metode kualitatif dengan studi kasus.
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumentasi dan wawancara. Adapun teknik analisis data melalui:
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, analisis dan triangulasi data serta penarikan kesimpulan untuk menguji keabsahan data dan menemukan kebenaran objektif. Hasil kajian dalam tulisan ini menunjukan bahwa reformasi birokrasi yang dijalankan pemerintah Kabupaten Pemalang belum menunjukan tanda-tanda peningkatan signifikan ke arah yang lebih optimal dalam upaya mewujudkan Good Governance, masih terdapat permasalahan normative terkait dengan kualitas dan kapasitas sumber daya aparatur. Diperlukan peningkatan komitmen dan perubahan mindset mulai dari pimpinan hingga seluruh jajaran pegawai untuk melakukan perubahan dan pembaharuan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan untuk mencapai good governance.
Kata Kunci: Reformasi Birokrasi; Evaluasi Reformasi Birokrasi; Good Governance Abstract
The realization of quality services for the welfare of the community is one of the commitments to change through bureaucratic reform, in its implementation conflicts often arise due to inconsistencies. This is what happened in Pemalang Regency, on the one hand the bureaucracy is aggressively carrying out bureaucratic reform as a form of self- improvement, but on the other hand it slows down the progress of the bureaucracy due to the declining culture of service and weak employee integrity. This paper aims to determine the causes of the non-optimal results of the evaluation of bureaucratic reform along with the supporting and inhibiting factors for implementing bureaucratic reform in the Pemalang Regency Government. This paper study uses a qualitative method with case studies. Data was collected through observation, documentation and interviews. The data analysis techniques are: data collection, data reduction, data presentation, data analysis and triangulation and drawing conclusions to test the validity of the data and find objective truth. The results of the study in this paper indicate that the bureaucratic reforms carried out by the Pemalang Regency government have not shown significant signs of increasing towards a more optimal direction in an effort to realize Good Governance, there are still normative problems related to the quality and capacity of the apparatus resources. An increase in commitment and a change in mindset is needed from the leadership to all levels of employees to make fundamental changes and reforms to the government administration system to achieve good governance.
Keyword: Bureaucratic Reform; Evaluation Of Bureaucratic Reform; Good Governance
How to Cite: Pratiwi, M.A. Yuwono, T., Astuti, R.S., & Afrizal, T. (2022). Analisis Reformasi Birokrasi Untuk Mewujudkan Good Governance Pada Pemerintah Kabupaten Pemalang. PERSPEKTIF, 11 (3): 1033-1042
*Corresponding author:
E-mail: [email protected] ISSN 2085-0328 (Print) ISSN 2541-5913 (online)
PENDAHULUAN
Dalam suatu negara, birokrasi merupakan suatu entitas penting. Fungsi- fungsi suatu negara dapat berjalan dengan baik dengan adanya birokrasi. Minardi (2012) dalam Jurnal Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Menuju Pemerintahan Kelas Dunia berpendapat bahwa selama ini birokrasi dipahami sebagai suatu prosedur atau pelayanan, namun birokrasi tidak hanya membawa administrasi negara dan pelayanan masyarakat saja, tetapi birokrasi membawa dampak pada arah dan kondisi negara yang akan terwujud, yang pada intinya birokrasi merupakan pelayanan kepada seluruh kepentingan. Sedarmayanti (2009) mengemukakan bahwa reformasi merupakan proses upaya sistematis, terpadu, komprehensif, ditujukan untuk merealisasikan tata pemerintahan yang baik (good governance). Max Weber menguatkan pendapat tersebut bahwa birokrasi merupakan sistem administrasi rutin yang dilakukan dengan keseragaman, diselenggarakan dengan cara- cara tertentu, didasarkan aturan tertulis, oleh orang-orang yang berkompeten di bidangnya.
birokrasi juga merupakan konsekuensi dari perluasan fungsi-fungsi pemerintahan, yaitu : fungsi kekuasaan yang sah, fungsi pengelolaan ekonomi, fungsi pemenuhan barang jaya rakyatnya sehingga dapat disimpulkan bahwa birokrasi berkaitan erat dengan sistem dalam suatu organisasi atau lembaga dan memiliki tujuan tertentu (Agustyanti, 2014; Dwiyanto, 2010; Ismiyarto et al., 2015. Kurniawan, 2017).
Reformasi birokrasi adalah langkah strategis untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) (Moenek, & Suwanda, 2019;
Nurdin, 2015; Radiansyah, 2020).
Sedarmayanti (2009) berpendapat perubahan kearah yang lebih baik dapat dilakukan melalui reformasi birokrasi, Reformasi Birokrasi merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan kinerja melalui berbagai cara dengan tujuan efektifitas, efisien, dan akuntabilitas. Melalui Grand Design Reformasi Birokrasi Nasional 2010-2025 reformasi birokrasi dipusatkan untuk memenuhi tiga sasaran pokok antara lain membangun kepercayaan publik, pelayanan publik yang
bermutu dan responsive Syamsuadi, 2017;
Haning, 2018; Sampar, 2021; Siregar, 2011;
Rizal, 2011; Yusriadi, 2018; Wigati et al., 2021).
Effendi (2010) menambahkan bahwa reformasi pada sistem aparatur negara yang diarahkan pada 8 area perubahan antara lain : manajemen perubahan, penataan peraturan perundang- undangan, penataan dan penguatan Organisasi, penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan akuntabilitas, penguatan pengawasan, dan peningkatan kualitas pelayanan publik. Menurut Harahap (2004) analisis adalah suatu upaya untuk memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil.
Pemerintah Kabupaten Pemalang merupakan salah satu Pemerintah Daerah yang menunjukan respon positif terhadap kebijakan reformasi birokrasi. Dalam melaksanakan kebijakan reformasi birokrasi, Pemerintah Kabupaten Pemalang melaporkan capaian pelaksanaan reformasi birokrasinya melalui aplikasi Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Online yang dikelola oleh Kementerian PAN dan RB. Hasil evaluasi PMPRB Kabupaten Pemalang menunjukan bahwa nilai evaluasi Kabupaten Pemalang sebesar 60,20 di tahun 2019 dan 61,09 pada tahun 2020. Walaupun terdapat peningkatan kualitas penerapan reformasi birokrasi pada tingkat Pemerintah Kabupaten Pemalang, peningkatanya belum diikuti dengan perbaikan yang setara pada tingkat Perangkat Daerah, dimana masih memerlukan perbaikan yang mendasar serta terdapat penurunan pada komponen hasil yang terdiri dari survey internal dan eksternal. Salah satu kendala adalah kualitas dan kapasitas pegawai, profesionalitas sumberdaya aparatur, serta lemahnya integritas aparatur menyisakan potensi untuk dilakukan penyimpangan dalam pemberian pelayanan public di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pemalang.
Pemerintah Kabupaten Pemalang telah berkomitmen penuh dalam melaksanakan Reformasi Birokrasi untuk memperbaiki sistem tata kelola pemerintahan untuk mencapai sasaran reformasi birokrasi, yaitu birokrasi yang bersih dan akuntabel, birokrasi yang efektif dan efisien dan birokrasi dengan pelayanan publik yang berkualitas menuju Clean and Good Governance. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik sesuai dengan visi misi Kabupaten Pemalang melalui
PERSPEKTIF, 11 (3) (2022): 1033-1042 Reformasi Birokrasi sebagai langkah
perubahan dan pembaharuan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan yang mendukung Isu Strategis Kabupaten Pemalang “Belum Optimalnya Refomasi Birokrasi, Pelayanan Publik dan Inovasi Daerah”, saat ini implementasinya pada Pemerintah Kabupaten Pemalang belum berjalan secara optimal. Hal ini ditandai dengan pencapaian dan pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pemalang masih sebatas formalitas. Pada tinjauan lapangan, terdapat ketimpangan antara penilaian administrasi dan pelaksanaan nyata percepatan reformasi birokrasi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pemalang.
Untuk mengetahui sejauh mana hasil evaluasi beserta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan reformasi birokrasi pada Pemerintah Kabupaten Pemalang sebagai permasalahan yang dibahas pada tulisan ini diperlukan pelaksanaan evaluasi. Menurut Ralph Tyler dalam Arikunto (2013) evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk mengetahui sejauhmana capaian, dalam hal apa, dan bagianmana tujuan yang sudah tercapai beserta penyebab apabila target belum tercapai. Chronbach dan Stufflebeam dalam Arikunto (2013) menambahkan bahwa proses evaluasi tidak hanya mengukur sejauh mana tujuan itu tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.
Sebagai ukuran keberhasilan atas reformasi birokrasi Thoha (2009) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang dapat mendorong reformasi dalam pemerintahan birokrasi, yaitu (1) kebutuhan untuk melakukan perubahan dan pembaruan, (2) memahami perubahan yang terjadi di lingkungan strategis nasional, (3) memahami perubahan yang terjadi di lingkungan strategis global, dan (4) memahami perubahan yang terjadi dalam paradigma pengelolaan pemerintahan. Kementerian PAN dan RB dalam Roadmap Reformasi Birokrasi 2020-2024 menyebutkan bahwa indikator keberhasilan reformasi birokrasi dapat dibagi menjadi tiga sasaran yaitu : 1. Birokrasi yang bersih dan akuntabel, terdiri dari area penguatan pengawasan, penguatan akuntabilitas, dan deregulasi kebijakan; 2.
Birokrasi yang kapabel, terdiri dari area manajemen perubahan, penataan Organisasi
dan penataan SDM aparatur; 3. Pelayanan publik yang prima, terdiri dari area Penataan tatalaksana dan peningkatan kualitas pelayanan publik.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam kajian tulisan ini menggunakan metode kualitatif dengan studi kasus, karena metode ini dianggap dapat menyelidiki dan memahami hasil evaluasi reformasi birokrasi pada Kabupaten Pemalang beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga mampu menemukan solusi. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumentasi dan wawancara langsung pada responden yang telah dipilih sebelumnya (data primer). Selain itu data juga didapat melalui referensi dan dokumentasi lainnya yang menunjang penelitian (data sekunder). Teknik penentuan informan dengan Purposive Sampling (Sugiyono, 2008) yaitu: Kepala Bagian Organisasi, Kepala Subbagian Kinerja dan Reformasi Birokrasi dan Perangkat Daerah sampel Reformasi Birokrasi. Alasan pemilihan narasumber tersebut karena dianggap paling dapat mewakili, mengetahui dan memahami masalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti sebagai Instrumen Penelitian dan pengumpul data penelitian. Teknik analisis data melalui: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, Analisis dan triangulasi data serta penarikan kesimpulan untuk menguji keabsahan data dan menemukan kebenaran objektif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Reformasi Birokrasi di Pemerintah Daerah Kabupaten Pemalang Sebagai Upaya Mewujudkan Good Governance
Akuntabilitas kinerja merupakan Instrument yang dapat digunakan untuk menilai sejauhmana hasil kinerja pelaksanaan reformasi birokrasi di Kabupaten Pemalang berjalan dengan hasil kinerja yang akuntabel, efektif dan efisien. Jika ditelaah lebih lanjut, berdasarkan data evaluasi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah Kabupaten Pemalang tahun 2019-2020 yang dilakukan Kementerian PAN dan RB, menunjukan hasil di bawah ini.
Tabel 2. Hasil Evaluasi SAKIP Kabupaten Pemalang Tahun 2019-2020
NO KOMPONEN YANG DINILAI BOBOT (%) NILAI
2019 2020
1. Perencanaan Kinerja 30 21,85 22,22
2. Pengukuran Kinerja 25 15,88 17,20
3. Pelaporan Kinerja 15 10,28 10,31
4. Evaluasi Internal 10 6,37 6,53
5. Capaian Kinerja 20 11,43 11,43
NILAI HASIL EVALUASI 100 65,81 67,70
TINGKAT AKUNTABILITAS KINERJA B B
Sumber: Hasil evaluasi SAKIP Kementerian PAN dan RB, Bagian Organisasi, Tahun 2021
Berdasarkan tabel diatas, hasil evaluasi SAKIP menunjukan capaian yang cukup baik dan telah memenuhi target yang direncanakan pada tahun 2020 yaitu “B”. Pencapaian ini tentunya tidak sempurna, masih terdapat banyak kekurangan yang menjadi rekomendasi dari Kementerian PAN dan RB untuk ditindaklanjuti. Kondisi tersebut dikarenakan perlunya perbaikan terhadap sistem manajemen akuntabilitas kinerja Kabupaten Pemalang agar lebih taat kebijakan serta dapat digunakan untuk memproduksi kinerja sebagai pertanggungjawaban yang valid.
Untuk memperkuat data yang menunjukan hasil kinerja yang akuntabel, efektif dan efisien Kabupaten Pemalang mulai menunjukan peningkatan dengan perolehan opini WDP (Wajar Dengan Pengecualian) pada tahun 2012, hasil tersebut tidak menunjukan peningkatan signifikan hingga tahun 2015 dan
berhasil mendapatan opini WTP pada tahun 2016 hingga saat ini tahun 2021. Berdasarkan data hasil evaluasi reformasi birokrasi Kabupaten Pemalang, hal itu diindikasikan oleh karena belum optimalnya peningkatan kapasitas dan integritas organisasi berikut aparaturnya. Berdasarkan analisis pengamatan dan interpretasi penulis sebagai peneliti yang didapat dari rendahnya mentalitas aparatur yang rentan dipengaruhi faktor lingkungan dan budaya birokrasi. Hal itu Sejalan dengan penelitian Deddi Fardian (2014) mengenai ketidakpastian lingkungan dan kompetensi sumberdaya manusia yang positif dapat mempengaruhi kinerja aparatur. Asumsi demikian juga dapat ditinjau lebih lanjut berdasarkan data hasil survei internal yang dilakukan Kementrian PAN dan RB pada Pemerintah Kabupaten Pemalang dengan rincian sebagai:
Diagram 1. Survei Internal Kementerian PAN dan RB terhadap Kapasitas Organisasi Tahun 2020 Melalui data yang telah disajikanpada
diagram 1, dapat diinterpretasikan bahwa kualitas dan kapasitas pegawai ikut berperan sebagai salah satu kendala dalam optimalisasi reformasi birokrasi pada Pemerintah Kabupaten Pemalang. Masih adanya sumberdaya aparatur yang kurang profesional.
diperkuat dengan hasil survey internal yang dilakukan Kementerian PAN dan RB terhadap 100 responden yang merupakan pegawai pada
atas Pemerintah Kabupaten Pemalang atas Kapasitas Organisasi menunjukan Indeks 2,76 (skala 4), Adapun rincian survey internal adalah sebagai berikut: Pegawai yang belum sepenuhnya memahami kinerjanya, ukuran kinerja dan belum berkontribusi terhadap kinerja Organisasi sebanyak 49%; Pegawai yang memahami kinerjanya, ukuran kinerja dan berkontribusi terhadap kinerja Organisasi sebanyak 51%.
Tabel 1. Survei Eksternal Kementerian PAN dan RB terhadap Kualitas Pelayanan dan Persepsi Korupsi Tahun 2019 dan 2020
NO JENIS SURVEI INDEKS
PERSPEKTIF, 11 (3) (2022): 1033-1042
2019 2020
1 Survei Eksternal Kualitas Pelayanan 3,40 3,39 2 Survei Eksternal Persepsi Korupsi 3,45 3,50
Sumber : Hasil Evaluasi Kementerian PAN dan RB Tahun 2020, Bagian Organisasi, Tahun 2021 Menurut standar minimal yang diatur
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 10 Tahun 2019 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Dari Korupsi Dan Wilayah Birokrasi Bersih Dan Melayani dengan standar minimal sebesar 3,60.
Hasil survey Pemerintah Kabupaten Pemalang masih kurang memuaskan karena masih dibawah standar.
Lemahnya integritas aparatur dapat diartikan melalui persepsi-persepsi mengenai pathology birokrasi dan budaya KKN lainnya, masih berpeluang untuk dilakukan/dipikirkan, meskipun kemungkinan itu hanya sebagian kecil. Namun, dampak signifikan akan muncul bergantung dengan siapa dan darimana perilaku atau persepsi tersebut itu muncul melalui pengaruh dan potensinyanya, dilihat dari budaya birokrasi, status dan posisinya di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pemalang.
Kondisi kompetensi sumber daya aparatur yang mengkhawatirkan diperjelas melalui hasil survei pada Kabupaten Pemalang sehingga memerlukan peningkatan kualitas aparatur sebagai perbaikan. Analisis kebutuhan diklat aparatur dapat digunakan untuk kebutuhan mendesak guna meminimalisir kesenjangan kompetensi aparatur (Ngindana & Hermawan, 2019) karena, hasil capaian kinerja individu berpengaruh pada capaian kinerja Organisasi (Satibi, 2012). Selain itu, untuk mendorong hasil kinerja yang lebih baik diperlukan budaya kerja birokrasi dan lingkungan yang dapat membentuk integritas dan mentalitas personal aparatur (Ismail, 2017).
Damanhuri dan Jawandi (2017) berpendapat bahwa harapan organisasi yang dapat memberikan nilai (feedback) yang lebih baik terhadap masyarakat dapat diwujudkan melalui perbaikan mendasar pada segi kualitas dan kapasitas (kompetensi) sumberdaya manusia aparatur sebagai pelaksana penyelenggaraan pemerintahan serta kemampuan manajerial yang berkualitas dan komitmen yang kuat dari pimpinan untuk mewujudkan integritas dan melakukan
perubahan kearah yang lebih positif terhadap budaya dan lingkungan internal organisasi.
Capaian Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Kabupaten Pemalang
Pemerintah Kabupaten Pemalang telah melakukan upaya perbaikan terhadap seluruh aspek tatakelola penyelenggaraan pemerintahan yang meliputi seluruh area perubahan reformasi birokrasi. Adapun, capaian reformasi birokrasi Kabupaten Pemalang berdasarkan hasil evaluasi Kementerian PAN dan RB pada tahun 2019 dan 2020 menunjukan bahwa indeks reformasi birokrasi Kabupaten Pemalang sebesar 60,20 dengan predikat “B” dan 61,09 dengan predikat
“B” pada tahun 2020. Walaupun terdapat peningkatan kualitas penerapan reformasi birokrasi pada tingkat Pemerintah Kabupaten Pemalang, namun belum diikuti dengan perbaikan yang setara pada tingkat Perangkat Daerah, dimana masih memerlukan perbaikan yang mendasar. Rincian hasil evaluasi pada tabel 3.
Hasil analisis capaian pada komponen pengungkit dengan hasil capaian kinerja rendah yang diantaranya pada area:
Penataan Peraturan Perundang- Undangan. Ukuran keberhasilan pada area ini dipengaruhi oleh indikator: harmonisasi dan sistem pengendalian dalam penyusunan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Beberapa hal yang masih perlu diperhatikan pada capaian area ini adalah (1) Rendahnya tingkat kepatuhan aparatur terhadap kebijakan yang berlaku, (2) belum dilaksanakan identifikasi, analisis, pemetaan kebijakan dan revisi kebijakan atas seluruh produk hukum yang menghambat (Peta keterkaitan antar kebijakan) (3) rendahnya kemampuan beradaptasi atas perubahan yang ada dilingkungan kerja.
Penataan dan Penguatan Organisasi.
Capaian kinerja pada area penataan dan penguatan organisasi meraih skor rendah salah satunya karena Penyetaraan Jabatan Administrasi ke dalam Jabatan Fungsional belum diterapkan menyeluruh. Ukuran keberhasilan pada area ini dipengaruhi oleh
indikator: organisasi yang tepat ukuran dan tepat fungsi, serta penataan Organisasi.
Beberapa hal yang masih perlu diperhatikan pada capaian area ini adalah (1) terdapat perbedaan kepentingan pada setiap perangkat daerah, (2) rendahnya kualitas dan kapasitas dari sumberdaya aparatur yang merujuk pada kompetensi aparatur pegawai. Tujuan utama pada area ini adalah mewujudkan Organisasi berbasis kineja melalui penyelarasan antara penyusunan kelembagaan perangkat daerah
dengan RPJMD yang difokuskan pada ukuran Organisasi sesuai dengan kinerja.
Penguatan Akuntabilitas. Ukuran keberhasilan pada area ini dipengaruhi oleh indikator: keterlibatan pemimpin dan pengelolaan akuntabilitas kinerja. Beberapa hal yang masih perlu diperhatikan pada capaian area ini adalah (1) kurangnya keterlibatan pimpinan atas penyusunan dokumen perencanaan, (2) minimnya kapasitas SDM yang mengelola perencanaan
Tabel 3. Hasil evaluasi PMPRB Kabupaten Pemalang Tahun 2020
NO KOMPONEN PENILAIAN BOBOT 2020 KETERANGAN
KOMPONEN PENGUNGKIT
Pemenuhan (20) 10,71
1. Manajemen Perubahan 2 1,06
2. Penataan Peraturan Perundang-Undangan 2 1,01 3. Penataan dan Penguatan Organisasi 3 1,13
4. Penataan Tatalaksana 2,5 1,45
5. Penataan Sistem Manajemen SDM 3 2,08
6. Penguatan Akuntabilitas 2,5 1,64
7. Penguatan Pengawasan 2,5 1,18
8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 2,5 1,17 Hasil Antara Area Perubahan (10) 5,55
1 Kualitas Pengelolaan Arsip 1 0,72 71,87 (BB)
2 Kualitas Pengelolaan Pengadaan Barang dan
Jasa 1 0,2 20 (Kurang)
3 ASN Profesional 1 0,65 65,1 (Rendah)
4 Maturitas SPIP 1 0,61 3,038
5 Kapabilitas APIP 1 0,6 3
Reform (30) 11,84
1 Manajemen Perubahan 3 1,46
2 Penataan Peraturan Perundang-undangan 3 1 3 Penataan dan Penguatan Organisasi 4,5 2,38
4 Penataan Tatalaksana 3,75 1,97
5 Penataan Sistem Manajemen SDM 4,5 1,71
6 Penguatan Akutabilitas 3,75 1
7 Penguatan Pengawasan 3,75 1,74
8 Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 3,75 0,59
TOTAL PENGUNGKIT 60 28,11
KOMPONEN HASIL
1. Nilai Akuntabilitas Kinerja dan Keuangan 10,00 7,61
2. Kualitas Pelayanan Publik 10,00 8,48
3. Pemerintah yang bersih dan bebas KKN 10,00 8,75
4. Kinerja Organisasi 10,00 8,16
TOTAL KOMPONEN HASIL (B) 40,00 32,99
INDEKS REFORMASI BIROKRASI (B+A) 100,00 61,09
Sumber : Hasil Evaluasi RB Kabupaten Pemalang, Bagian Organisasi, 2021 Penguatan Pengawasan. Ukuran
keberhasilan pada area ini dipengaruhi oleh indikator: gratifikasi, penerapan SPIP, penanganan benturan kepentingan, whistle- blowing system, pengaduan masyarakat, serta pembangunan zona integritas. Beberapa hal
yang masih perlu diperhatikan pada capaian area ini adalah minimnya capaian pada area penguatan pengawasan dikarenakan implementasi seluruh indikator yang mempengaruhi penilaian area ini belum optimal dan belum terdapat monitoring dan
PERSPEKTIF, 11 (3) (2022): 1033-1042 evaluasi untuk seluruh indikator sesuai
kriteria. Untuk Pembangunan Zona Integritas, Kabupaten Pemalang memperoleh predikat Wilayah Bebas dari Korupsi untuk Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu pada Tahun 2020 yang dapat dijadikan sebagai pengungkit nilai untuk evaluasi tahun mendatang.
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik. Ukuran keberhasilan pada area Penataan ini dipengaruhi oleh indikator:
standar pelayanan, budaya pelayanan prima, pengelolaan pengaduan, penilaian kepuasan terhadap pelayanan, pemanfaatan teknologi informasi. Beberapa hal yang masih perlu diperhatikan pada capaian area ini adalah peningkatan terhadap implementasi pelayanan publik terkait standar pelayanan, inovasi dalam pemberian layanan, pemberian reward and punishment terhadap pemberi layanan dan tidak lanjut atas hasil survey kepuasan masyarakat.
Sedangkan area perubahan dengan capaian kinerja baik, diantaranya:
Manajemen Perubahan. Ukuran keberhasilan pada area ini dipengaruhi oleh indikator: tim reformasi birokrasi, road map reformasi birokrasi, pemantauan dan evaluasi reformasi birokrasi, perubahan pola pikir dan budaya kinerja. Beberapa hal yang masih perlu diperhatikan pada capaian area ini (1) komitmen pimpinan yang belum terlihat (2) kinerja agen perubahan (role model) belum menunjukan kinerja signifikan (3) belum memperlihatkan perbaikan substantif yang berdampak pada perbaikan tata kelola pemerintahan. Rendahnya produktivitas, profesionalitas dan motivasi kinerja aparatur ditandai melalui pencapaian kinerja area ini.
Penataan Tatalaksana. Ukuran keberhasilan pada area Penataan Tatalaksana dipengaruhi oleh indikator: proses bisnis dan prosedur operasional tetap (SOP), e- government, dan keterbukaan informasi publik.
Beberapa hal yang masih perlu diperhatikan pada capaian area ini adalah (1) peta proses bisnis yang disusun dan ditetapkan belum melengkapi seluruh sub proses bisnis, (2) beberapa perangkat daerah belum memiliki SOP dan belum melaksanakan evaluasi SOP (3) kualitas implementasi e-government perlu ditingkatkan.
Penataan Sistem Manajemen SDM.
Ukuran keberhasilan pada area ini dipengaruhi
oleh indikator : perencanaan kebutuhan pegawai sesuai dengan kebutuhan, proses penerimaan pegawai transparan, objektif, akuntabel dan bebas KKN, pengembangan pegawai berbasis kompetensi, promosi jabatan dilakukan secara terbuka, penetapan kinerja individu, penegakan aturan disiplin/kode etik/kode perilaku pegawai, pelaksanaan evaluasi jabatan, dan sistem informasi kepegawaian. Beberapa hal yang masih perlu diperhatikan pada capaian area ini adalah (1) beberapa perangkat daerah belum menggambarkan cascading kinerja Organisasi sebagai ukuran kinerja individu, (2) ukuran kinerja individu belum berorientasi outcome, (3) identifikasi kebutuhan pengembangan kompetensi pegawai belum dilaksanakan.
Capaian komponen proses (Pengungkit) pelaksanaan reformasi birokrasi telah dijelaskan secara rinci pada uraian diatas.
Ukuran keberhasilan dan penyebab minimnya skor yang diperoleh telah dianalisis secara jelas untuk menggambarkan kondisi implementasi reformasi birokrasi pada Kabupaten Pemalang.
Implementasi reformasi birokrasi juga dipengaruhi oleh komponen hasil yang merupakan ukuran keberhasilan kinerja suatu pemerintah daerah. Untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, birokrasi yang akuntabel dan birokrasi yang berkualitas dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat dapat diukur melalui indikator pada komponen hasil yang menunjukan belum optimalnya kinerja Kabupaten Pemalang pada komponen ini.
Indikator komponen hasil dapat diuraikan sebagai berikut:
Nilai Akuntabilitas Kinerja dan Keuangan. Hasil evaluasi komponen ini meraih nilai 7,61 dari 10,00. Komponen penilaian ini terdiri atas Opini BPK pada Laporan Keuangan Daerah dan nilai hasil evaluasi implementasi SAKIP. Kabupaten Pemalang memperoleh WTP atau meraih nilai sempurna dan mendapat nilai 67,70. Kemampuan sumberdaya aparatur dalam mendiskripsikan kondisi dan aktivitas pemerintahan pada sisi akuntabilitas publik serta Budaya Organisasi, mental dan integritas aparatur mempengaruhi komponen ini.
Kualitas Pelayanan Publik. Hasil evaluasi komponen ini meraih nilai 8,48 dari 10,00. Walaupun prosentasenya kecil, namun masih ada gap antara harapan penerima layanan dengan relitas kondisi layanan yang
diterima. Pelayan public yang diberikan belum dapat memberikan kepuasan terhadap masyarakat seutuhnya.
Pemerintah yang Bersih dan Bebas KKN. Hasil evaluasi komponen ini meraih nilai 8,75 dari 10,00. Walaupun kecil, namun gejala- gejala KKN masih memiliki peluang untuk terjadi kedepannya.
Kinerja Organisasi. Hasil evaluasi komponen ini meraih nilai 8,16 dari 10,00.
Komponen penilaianya terdiri atas prestasi yang dimiliki terkait dengan reformasi birokrasi serta kualitas integritas Organisasi.
Budaya kerja serta Kualitas dan kapabilitas pegawai mempengaruhi dalam pencapaian sistem integritas yang berlaku secara internal.
Faktor Yang Mendukung dan Menghambat Implementasi Reformasi Birokrasi Pada Pemerintah Kabupaten Pemalang
Dalam implementasi reformasi birokrasi Pemerintah Kabupaten Pemalang secara keseluruhan terdapat beberapa factor pendukung dan penghambat. Salah satu factor pendukung implementasi reformasi birokrasi adalah memiliki tim reformasi birokrasi Kabupaten yang kompeten, solid dan memahami tupoksi serta memiliki keinginan yang kuat untuk melakukan perubahan dan perbaikan melalui reformasi birokrasi di Kabupaten Pemalang. Untuk meningkatkan pemahaman mengenai reformasi birokrasi, telah disusun pula kebijakan tentang pedoman evaluasi reformasi birokrasi sesuai dengan aturan Kementerian PAN dan RB yang dijelaskan sesuai dengan kondisi Kabupaten Pemalang.
Di sisi lain, dalam implementasi reformasi birokrasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Pemalang, terdapat beberapa factor penghambat diantaranya adalah (1) kualitas dan kapasitas pegawai serta budaya melayani (2) belum diatur mekanisme reward punishmet dalam pelaksanaan reformasi birokrasi (3) Keterlibatan pimpinan pada proses implementasi reformasi birokrasi. Selain itu, system penilaian reformasi birokrasi yang diwujudkan melalui instrument PMPRB yang sulit untuk dipahami turut berperan sebagai penghambat capaian reformasi birokrasi di Kabupaten Pemalang. Membutuhkan waktu untuk memahami instrument penilaian PMPRB yang rumit hingga adanya perubahan- perubahan komponen penilaian PMPRB yang
pada akhirnya akan mempengaruhi nilai akhir yang telah diperoleh secara drastic.
SIMPULAN
Reformasi birokrasi pada pemerintah Kabupaten Pemalang belum menunjukan tanda-tanda ke arah lebih optimal untuk mewujudkan Good Governance. Masih terdapat permasalahan normative terkait dengan kualitas dan kapasitas sumber daya aparatur serta Kondisi kompetensi sumber daya aparatur yang mengkhawatirkan yang diperjelas dengan hasil evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi dan survey yang dilaksanakan oleh Kementerian PAN dan RB.
Selain itu, lemahnya komitmen pegawai dalam menegakan integritas dan membangun budaya melayani yang merupakan dua komponen penting untuk melakukan perubahan dapat diasumsikan melalui persepsi-persepsi mengenai pathology birokrasi dan budaya KKN lainnya, masih berpeluang untuk dilakukan/dipikirkan, meskipun kemungkinan itu hanya sebagian kecil sehingga memerlukan peningkatan kualitas aparatur sebagai perbaikan.
Hasil evaluasi reformasi birokrasi Kabupaten Pemalang oleh Kementerian PAN dan RB belum menunjukan gejala perbaikan kearah yang lebih optimal. Telah terdapat peningkatan kualitas penerapan reformasi birokrasi namun belum diikuti dengan perbaikan setara dari Perangkat Daerahnya.
Hal ini diindikasikan melalui hasil survey yang menujukan penurunan dan capaian pada seluruh komponen tidak dapat memenuhi target. Capaian reformasi birokrasi Kabupaten Pemalang berdasarkan hasil evaluasi oleh Kementerian PAN dan RB menunjukan bahwa Sebagian besar area memperoleh capaian di bawah 50% yaitu area Penataan Peraturan Perundang-Undangan, Penataan dan Penguatan Organisasi, Penataan Tatalaksana, Penguatan Akuntabilitas, Penguatan Pengawasan, dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik. Sedangkan area perubahan yang capaian kinerjanya diatas 50% adalah area manajemen perubahan, penataan tatalaksana dan penguatan system manajemen SDM.
Terdapat beberapa factor pendorong implementasi reformasi birokrasi yang dilaksanakan pemerintah Kabupaten Pemalang antara lain adanya tim reformasi birokrasi
PERSPEKTIF, 11 (3) (2022): 1033-1042 kabupaten yang kompeten dan solid serta
memiliki keinginan yang kuat untuk melakukan perubahan dan perbaikan melalui reformasi birokrasi. Sedangkan factor penhambat implementasi reformasi birokrasi di Kabupaten Pemalang antara lain (1) kualitas dan kapasitas pegawai (2) belum diatur mekanisme reward punishmet dalam pelaksanaan reformasi birokrasi (3) Keterlibatan pimpinan pada proses implementasi reformasi birokrasi (4) adanya perubahan pada instrument PMPRB hingga instrument PMPRB yang sulit dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
Agustyanti, N.E. (2014). Implementasi Kebijakan Reformasi Birokrasi Bidang Tatalaksana pada Ombudsman Republik Indonesia.
Aji, M. Q. (2019). Bureaucratic Reform: A Case Study in Secretariat General of the Ministry of Education and Culture. Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Publik: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Administrasi Publik, 9(2), 203- 212.
Anonimous, (2015), Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 Damanhuri, D., & Jawandi, R. (2017, May).
Reaktualisasi reformasi birokrasi menuju good governance. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP (Vol. 1, No. 2).
Dwiyanto, A. (2010). Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Yogyakarta: Gajahmada University Press.
Ghony, M. D., & Almanshur, F. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. (R. T. Sari, Ed.) Jogjakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Haning, M. T. (2018). Reformasi Birokrasi di Indonesia: Tinjauan Dari Perspektif Administrasi Publik. JAKPP (Jurnal Analisis Kebijakan & Pelayanan Publik), 25-37.
Ismail. (2017). Etika Birokrasi "Perspektif Manajemen Sumberdaya Manusia". Malang:
Intrans.
Kurniawan, B. (2017). Implementasi Kebijakan Reformasi Birokrasi Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai Di Sekretariat Daerah Kota Tangerang.
Moenek, R., & Suwanda, D. (2019). Good Governance (Pengelolaan Keuangan Daerah). Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Ngindana, R., & Hermawan, R. (2019, April). Analisis Kebutuhan Diklat Pegawai Negeri Sipil Berbasis Kesenjangan Kerja Unit Kerja Di Lingkungan Pemerintah Kota Mojokerto.
JISOP "Jurnal Inovasi Ilmu Sosial dan Politik",
1(1), 1-11.
doi:http://dx.doi.org/10.33474/jisop.v1i1.2 Nurdin, N. (2015). Analisis Penerapan Reformasi 669
Birokrasi terhadap Peningkatan Kinerja Pegawai pada Kejaksaan Tinggi Gorontalo (Studi Kasus pada Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus).
Peraturan Bupati Pemalang Nomor 57 Tahun 2018 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2017- 2021.
Peraturan Bupati Pemalang Nomor 57 Tahun 2020 tentang Pedoman Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Pemalang;
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 25 Tahun 2020 tentang Road Map Reformasi Birokrasi Tahun 2020-2024;
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 26 Tahun 2020 tentang Pedoman Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi;
Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 – 2025;
Priadi, Budi Puspo. Teuku Afrizal. 2020. Reformasi birokrasi walikota Yogyakarta 2001-2011 : Telaah Semiotika.
Radiansyah, R.R., (2020). Reformasi Birokrasi Sebagai Upaya Mewujudkan Good Governance Melalui Kerangka Otonomi Daerah. Bandung.
Rizal, M.F., (2011), Analisis Kinerja Aparatur Birokrasi (Studi pada Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Timur), Jurnal Administrasi Publik : Public Administration Journal : Public Admnistration Journal, 1 (2): 112-129 Sampar, S. (2021). Patologi Birokrasi Dalam
Pengelolaan Tenaga Honorer Di Kabupaten Mamuju Tengah. Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS), 3(3), 1142-1151.
doi:https://doi.org/10.34007/jehss.v3i3.500 Satibi, I. (2012). Manajemen Publik. Bandung: Unpas
Press.
Sedarmayanti. (2012). Good Governance (Edisi Revisi ed.). Bandung: Cv.Mandar Maju.
Siregar, H., (2011), Analisis Kinerja Aparatur Birokrasi (Studi pada Bagian Sekretariat Daerah Kabupaten Labuhanbatu), Jurnal Administrasi Publik : Public Administration Journal : Public Admnistration Journal, 1 (1):
51-64
Syamsuadi, A. (2017). Kajian Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Pasca Otonomi Daerah (Studi pada Provinsi Riau).
Thoha, M. (2014). Birokrasi Pemerintah Indonesia di Era Reformasi (1 ed.). Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group. Dipetik Februari 11, 2020
Wigati, E., Wibawa, S., & Madya, F. (2021).
Bureaucracy Reform In Purworejo District Attorney. Jurnal Administrasi Publik : Public Administration Journal, 11(1), 77-87.
doi:https://doi.org/10.31289/jap.v11i1.468 Yusriadi, (2018). Reformasi Birokrasi Indonesia: 1
Peluang dan Hambatan. Jurnal Administrasi Publik: Public Administration Journal : Public Admnistration Journal (Public Administration Journal). 8 (2): 178-185.