• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Modal Sosial dalam Perspektif Orang Papua (Studi Terhadap Dimensi dan Tipologi Modal Sosial yang dimiliki HIMPPAR) T1 352006703 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Modal Sosial dalam Perspektif Orang Papua (Studi Terhadap Dimensi dan Tipologi Modal Sosial yang dimiliki HIMPPAR) T1 352006703 BAB I"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Pulau Papua merupakan Propinsi yang terletak di wilayah paling timur Negara Republik Indonesia yang terbagi menjadi 2 (dua) Propinsi besar yaitu Papua dan Papua Barat. Daerahnya belum banyak dirambah aktivitas manusia dan kaya akan sumber daya alam. Tanahnya yang luas dipenuhi oleh hutan dengan beraneka ragam tumbuhan yang mempesona serta laut luas untuk menopang kehidupan masyarakatnya. Sebagai pulau terluas di Indonesia, Papua memiliki luas daratan 21,9% dari total tanah seluruh Indonesia yaitu 421.981 km2, membujur dari Barat ke Timur (Sorong-Jayapura) sepanjang 1,200 km (744 mile) dan dari Utara ke Selatan (Jayapura- Merauke) sepanjang 736 km (456 mile). Papua memiliki topografi yang sangat bervariasi dan juga memiliki banyak pulau yang berjejer disepanjang pesisirnya (BPS Papua, 2010;3).

Walaupun Papua merupakan Propinsi yang terbesar di Indonesia, namun bila dibandingkan dengan pulau Jawa, Jumlah penduduk Papua hanya sekitar 0,0015% dari jumlah penduduk pulau Jawa yang mencapai 136.674.884 (BPS 2010). Jumlah penduduk Papua berdasarkan hasil survey penduduk tahun 2010, yaitu sebanyak 2.165.300 jiwa. Jumlah penduduk ini terdiri atas 1.505.883 laki-laki dan 1.327.498 perempuan. Apabila dikaitkan dengan luas wilayahnya maka kepadatan penduduk

Papua hanya 5 jiwa/km.

(2)

2 dari ragam bahasa yang mencapai 278 bahasa daerah. Hal lain yang membuat penduduk Papua sangat beragam, yaitu sistim kebudayaannya yang terbagi atas 193 sistem kebudayaan (Siregar, 2008;6). Keberagaman suku-suku asli yang ada di Papua, coba digambarkan oleh Drooglever, (2010;19) sebagai berikut:

1. Penduduk daerah pantai dan kepulauan dengan ciri-ciri umum, rumah diatas tiang (rumah panggung); mata pencaharian menokok sagu dan menangkap ikan.

2. Penduduk daerah pendalaman yang hidup pada daerah sungai, rawa, danau dan lembah serta kaki gunung. Pada umumnya bermata pencaharian menangkap ikan, berburu dan mengumpulkan hasil hutan.

3. Penduduk daerah dataran tinggi dengan mata pencaharian berkebun, beternak secara sederhana.

Keberagaman suku, budaya, dan bahasa di Papua tidak hanya datang dari masyarakat pribumi, tetapi keberagaman ini juga datang dari masyarakat migran. Hasil survei yang dilakukan Majelis Rakyat Papua (MRP) mengidentifikasi 138 suku migran yang ada di Papua dengan latar belakang suku, budaya, bahasa dan agama yang berbeda-beda (Siregar, 2008;4).

Adanya keberagaman suku, budaya dan bahasa di Papua tidak jarang menimbulkan konflik di masyarakat. Seperti dilansir oleh Cendrawasi Pos tentang konflik yang terjadi antar suku Wamena dan Yoka di Jayapura Oktober 2011 lalu, penyebab konflik dikarenakan kesalahpahaman bahasa Yoka dan Wamena. Dan masih banyak konflik lagi yang terjadi akibat keberagaman suku, budaya dan bahasa di Papua.

(3)

3 tercipta diantara 567 jiwa mahasiswa dan pelajar Papua yang ada di Kota Salatiga. Artinya bahwa walaupun mahasiswa dan pelajar Papua di Kota Salatiga datang dari daerah yang berbeda di Papua seperti Sorong, Fak-fak, Manokwari, Nabire, Timika, Serui, Biak, Jayapura, Wamena, Puncak Jaya, dan Merauke, tetapi mereka tetap hidup secara rukun dan bersahabat satu dengan yang lainnya.

Hal yang membuat Mahasiswa dan pelajar Papua yang ada di Kota Salatiga dapat hidup secara rukun dan bersahabat antar satu dengan yang lainnya, yaitu karena mereka terorganisir dalam organisasi Himpunan Mahasiswa dan Pelajar Papua Barat (HIMPPAR). Untuk itu dapat dikatakan bahwa terorganisirnya mahasiswa dan pelajar Papua di Kota Salatiga dalam organisasi HIMPPAR, merupakan hal yang menghindarkan mereka dari konflik. Dikatakan demikian karena dengan terorganisinya mahasiswa dan pelajar Papua di Kota Salatiga dalam organisasi HIMPPAR, mereka dapat saling berinteraksi satu dengan yang lainnya sehingga menimbulkan rasa saling percaya, adanya kesepahaman nilai-nilai (norma), dan saling menghormati.

Saling percaya, adanya kesepahaman nilai-nilai (norma), dan saling menghormati merupakan faktor-faktor yang membuat tidak terjadinya konflik pada mahasiswa dan pelajar Papua di Kota Salatiga. Faktor-faktor ini tidak hanya menghindarkan mereka dari konflik, tetapi lebih dari itu dengan adanya rasa saling percaya, kesepahaman nilai-nilai (norma), dan saling menghormati diantara mereka, membentuk jaringan sosial diantara mahasiswa dan pelajar Papua di Kota Salatiga.

Jaringan sosial yang tercipta ini kemudian dimanfaatkan untuk membangun modal sosial diantara mereka. Untuk itu yang menjadi latar belakang dari pada penelitian ini, yaitu modal sosial diantara mahasiswa dan pelajar Papua di Kota Salatiga, yang terorganisir dalam organisasi HIMPPAR.

1.2.

Rumusan Masalah

(4)

4 1. Bagaimana terbentuknya modal sosial di dalam HIMPPAR ?

2. Pola atau tipe modal sosial seperti apakah yang dikembangkan melalui HIMPPAR ?

1.3.

Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan dari pada penelitian ini, yaitu:

1. Menjelaskan proses terbentuknya modal sosial di dalam HIMPPAR 2. Menjelaskan tentang pola atau tipe modal sosial yang dikembangkan HIMPPAR

1.4.

Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis dan teoritis.

1. Manfaat Praktis

Bila penelitian ini dapat menjelaskan “tentang proses terbentuknya modal sosial mahasiswa dan pelajar Papua di Kota Salatiga”. Maka manfaat praktisnya secara umum, yaitu dapat menjadi acuan bagi anggota HIMPPAR untuk terus menjaga kebersamaan yang dimiliki.

2 Manfaat Teoritis

Referensi

Dokumen terkait

Pertama kali datang ke Salatiga, LL mengakui tidak biasa minum karena takut kepada senior- senior papua di Salatiga yang menurut cerita dari teman- temannya

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan kepada lima partisipan yang merupakan mahasiswa Papua yang berkuliah di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, didapati

(Studi Deskriptif Penggunaan Group Facebook Himpunan Mahasiswa Papua Barat di UKSW

Penelitian Peranan Group Facebook HIMPPAR (Studi Deskriptif Penggunaan Group Facebook Himpunan Mahasiswa Papua Barat di UKSW Salatiga) menjadi berbeda karena unit

Struktur Himpunan Mahasiswa dan Pelajar Papua Barat atau badan penurus tersusun atas ketua, sekretaris jendral (sekjen), bendahara, dan fungsionaris yaitu ketua Komisi,

Modal Sosial dibentuk dari norma-norma informal berupa aturan-aturan yang sengaja dibuat untuk mendukung terjadinya kerjasama diantara dua atau lebih individu.Norma

Integrasi Sosial Yang Dibangun GPIB Pniel Pasca Konflik Sosial di Pasuruan, Jawa TimurI.

Panti Asuhan yang ada di Kota Salatiga yang membina anak-. anak dengan berbagai latar belakang