• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN REINFORCEMENT TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PADA MURID KELAS IV SDN 9/25 BANTIMURUNG KECAMATAN TONDONG TALLASA KABUPATEN PANGKEP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN REINFORCEMENT TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PADA MURID KELAS IV SDN 9/25 BANTIMURUNG KECAMATAN TONDONG TALLASA KABUPATEN PANGKEP"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN REINFORCEMENT TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PADA MURID KELAS IV

SDN 9/25 BANTIMURUNG KECAMATAN TONDONG TALLASA KABUPATEN PANGKEP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Serjana Pendidikan pada jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiayah Makassar

HENNY HANDAYANIE SYAM 10540 9638 15

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Do’a orang tua adalah kunci utama dalam meraih kesuksesan”

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada Ibundaku, ayahandaku tercinta, saudara- saudaraku, keluargaku, sahabat-sahabatku dan teman-temanku tercinta serta seseorang yang selalu mengingatkanku atas semua dukungan dan do’anya yang diberikan kepadaku untuk menunjang kesuksesanku dalam menggapai cita- cita dan impianku.

(7)

ABSTRAK

Henny Handayanie Syam. 2019. “Pengaruh Pemberian Reinforcement terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada Murid Kelas IV SDN 9/25 Bantimurung Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep”. Pembimbing I Maryati. Z dan Pembimbing 2. Syarifah Aeni Rahman, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Makassar.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian eksperimen, dengan pendekatan deskriptif kuantitatif, yang bertujuan Untuk mengetahui gambaran hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 9/25 Bantimurung Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep sebelum dan sesudah pelaksanaan pemberian reinforcement. Serta untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan pemberian reinforcement berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 9/25 Bantimurung Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep.

Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes yang dibagikan ke 21 orang sampel dengan tujuan untuk mengumpulkan tentang gambaran hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 9/25 Bantimurung Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep sebelum dan sesudah pelaksanaan pemberian reinforcement.

Dari penelitian yang dilakukan terhadap 21 orang responden mengenai pengaruh pemberian reinforcement terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 9/25 Bantimurung Kec. Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep, menunjukan hasil bahwa sebelum pelaksanaan pemberian reinforcement nilai yang diperoleh siswa secara umum hanya berkisar antara interval 0-59 dengan kategori sangat rendah, sehingga dapat disimpulkan bahwa sebelum pemberian reinforcement hasil belajar siswa masih sangat rendah dan membutuhkan perlakuan khusus terkait pembelajaran IPS. Selanjutnya nilai sig. pada pretest dan posttest adalah 0,000. Jika dilihat dari hasil uji hipotesis pretest dan posttest diketahui bahwa 0,000 ˂ 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H₀ ditolak dan Hₐ diterima. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh pemberian Reinforcement terhadap hasil belajar IPS pada Murid Kelas IV SDN 9/25 Bantimurung Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep.

Kata Kunci : Reinforcement, Hasil Belajar, Ilmu Pengetahuan Sosial

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, untaian Zikir lewat kata yang indah terucap sebagai ungkapan rasa syukur penulis selaku hamba dalam balutan kerendahan hati dan jiwa yang tulus kepada Sang Khaliq, yang menciptakan manusia dari segumpal darah, Yang Maha Pemurah, mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya dengan perantaraan kalam. Tiada upaya, tiada kekuatan, dan tiada kuasa tanpa kehendak-Nya. Bingkisan salam dan salawat tercurah kepada Kekasih Allah, Nabiullah Muhammad SAW, Para sahabat dan keluarganya serta umat yang senantiasa istiqomah dijalan-Nya.

Tiada jalan tanpa rintangan, tiada puncak tanpa tanjakan, tiada kesuksesan tanpa perjuangan. Dengan kesungguhan dan keyakinan untuk terus melangkah, akhirnya sampai di titik akhir penyelesaian skripsi ini. Namun, semua itu tak lepas dari uluran tangan berbagai pihak lewat dukungan, arahan, bimbingan serta bantuan moril dan materil. Berkat bantuan dari begbagai pihak maka skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan tepat waktu. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis tak lupa ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus, ikhlas dan setinggi-tingginya kepada:

1. Ayah Syamsuddin dan Ibu Husaimah yang saya sangat sayangi serta semua keluarga yang telah mencurahkan kasih sayang dan cintanya dalam membesarkan, mendidik dan membiayai penulis serta doa restu yang tak henti-hentinya hanya untuk keberhasilan dari penulis.

(9)

2. Ibu Dra. Hj. Maryati Z, S.Pd.,M.Pd Pembimbing I dan Ibu Syarifah Aeni Rahman.,S.Pd.,M.Pd Pembimbing II.

3. Bapak Prof. Dr. H. Rahman Rahim, SE., MM. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. NHku yang tidak pernah bosan mengingatkan dan mendukung penulis dalam menyelesaikan studi.

6. Sahabat Areban dan Sahabat Bidadari Surga yang selalu mensuport dalam setiap proses penyelesaian studi.

7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2015 di Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar terkhusus kelas C yang telah bersama-sama berusaha keras dan penuh semangat dalam menjalani studi dalam suka dan duka.

Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan sebagai bahan acuan untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

Makassar, 29 September 2019

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS .. 8

A. Kajian Teori ... 8

1. Belajar ... 8

2. Hakikat IPS ... 13

(11)

3. Karakteristik Perkembangan Murid SD... 14

4. Penguatan (Reinforcement) ... 15

B. Penelitian yang Relevan ... 27

C. Kerangka Berpikir ... 29

D. Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

B. Populasi dan Sampel ... 32

C. Variabel dan Desain Penelitian ... 33

D. Definisi Operasional ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 35

F. Teknik Pengumpulan Data ... 35

G. Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Hasil Penelitian ... 41

B. Pembahasan ... 49

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 53

A. Simpulan ... 53

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(12)

DAFTAR TABEL

3.1 Jumlah Populasi dalam Penelitian ... 32

3.2 Jumlah Sampel dalam Penelitian ... 32

3.3 Pedoman Pengkategorian Hasil Belajar ... 38

4.1 Gambaran Hasil Belajar Sebelum diberikan Perlakuan ... 42

4.2 Persentase Gambaran Hasil Belajar Murid Pretest ... 43

4.3 Gambaran Hasil Belajar Murid Setelah diberikan Perlakuan ... 44

4.4 Persentase Gambaran Hasil Belajar Murid Posttest ... 45

4.5 Hasil Uji Normalitas ... 46

4.6 Hasil Uji Homogenitas Data ... 47

4.7 Hasil Uji Hipotesis ... 49

xii

(13)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Pola Kerangka Berfikir ... 30

xiii

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelejaran Lampiran 2 Uji-T

Lampiran 3 Hasil Belajar IPS Pretest dan Posttest Lampiran 4 Lembar Pretest

Lampiran 5 Lembar Posttest

Lampiran 6 Kartu Kontrol Penelitian Lampiran 7 Surat Izin Penelitian

Lampiran 8 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 9 Dokumentasi Kegiatan Penelitian

xiv

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan yang berlangsung di sekolah dan diluar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan Murid agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Menurut Mudyahardjo (2013: 3) bahwa pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal dan non-formal, di sekolah, dan luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup dan bertujuan optimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan individu agar di kemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.

Guna mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional, kegiatan pendidikan dilaksanakan melalui tiga jalur pendidikan yaitu jalur formal, non formal, dan informal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang dilaksanakan di lembaga formal, seperti sekolah. Pendidikan non formal seperti kursus, bimbingan belajar, dan sebagainya. Sedangkan, pendidikan informal yaitu pendidikan yang dilakukan dalam keluarga. Hal ini berarti, pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga.

Pendidikan diharapkan dapat menghasilkan perubahan yang dapat mengembangkan suatu bangsa. Pendidikan merangsang kreativitas seseorang agar sanggup untuk maju menghadapi perubahan dan perkembangan zaman. Selain itu, untuk dapat mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu dengan meningkatkan

1

(16)

mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan bertujuan agar murid memperoleh hasil belajar yang baik. Menurut Slameto (2010: 54) ada dua faktor yang mempengaruhi belajar murid, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang ada dalam diri individu, meliputi jasmani, rohani, dan kelelahan.

Faktor ekstern yaitu faktor dari luar individu yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Salah satu faktor ekstern yang menentukan keberhasilan kegiatan belajar murid di sekolah adalah faktor guru dan cara mengajarnya. Guru sangat berperan terhadap pembentukan perkembangan murid. Seorang guru harus menguasai keterampilan mengajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Uno (2010: 168) yang mengemukakan “keterampilan mengajar guru merupakan salah satu jenis keterampilan yang harus dikuasai guru. Dengan memiliki keterampilan mengajar, guru dapat megelola proses pembelajaran dengan baik yang berimplikasi pada peningkatan kualitas lulusan sekolah”.

Menurut Winkel dalam Uno (2010: 168), beberapa jenis keterampilan mengajar antara lain: keterampilan menjelaskan, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan bertanya, serta keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Sedangkan menurut Suwarna (2006: 66-92), macam-macam keterampilan dasar mengajar antara lain keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan menggunakan media pembelajaran, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan mengajar perorangan dan

(17)

kelompok kecil. Selanjutnya menurut Usman (2013: 74) keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai oleh guru meliputi keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, dan mengajar perseorangan.

Penguatan menjadi salah satu dari delapan keterampilan dasar mengajar guru yang sangat berperan dalam proses belajar mengajar. Hal ini dikarenakan penguatan dapat mengubah perilaku murid. Pemberian penguatan yang dilakukan oleh guru dapat mempengaruhi motivasi belajar murid. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan penguatan yang dikemukakan oleh Usman (2013: 81) yaitu

“...merangsang dan meningkatkan motivasi belajar...”. Diharapkan dengan adanya motivasi belajar yang timbul, maka murid akan bersemangat dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya. Hal ini juga senada dengan pendapat Gino dalam Nugraheni (2011) yang mengemukakan bahwa pemberian penguatan dalam kelas akan mendorong murid meningkatkan usahanya dalam kegiatan belajar mengajar dan mengembangkan hasil belajarnya.

Pemberian penguatan dapat dilakukan dengan cara verbal dan non verbal.

Teknik pemberian penguatan kepada murid hendaknya berdasarkan kebutuhan.

Tujuannya agar penguatan yang diberikan tepat pada sasaran sehingga dapat menimbulkan dampak yang positif bagi murid, terutama dalam hasil belajarnya.

Pada umumnya murid memperoleh hasil belajar yang rendah, salah satunya yaitu mata pelajaran IPS.

(18)

Pada kenyataannya, menurut pengamatan peneliti pada saat melakukan observasi di SDN 9/25 Bantimurung Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep pada hari Kamis 21 Februari 2019 masih banyak murid yang kurang tertarik dan cenderung menghindari IPS, bahkan skor yang diperoleh murid cenderung dibawa rata-rata sedangkan nilai KKM pada mata pelajaran IPS ini adalah 70. Hal ini dikarenakan, IPS dianggap mata pelajaran yang terlalau banyak mengajak murid untuk mempelajari apa yang telah dilalui. Dengan penerapan pemberian penguatan oleh guru, maka diharapkan dalam pembelajaran IPS akan berhasil dan lebih efektif. Penguatan merupakan salah satu cara untuk memotivasi murid dalam belajar IPS. Jadi, dengan bekal motivasi inilah murid akan belajar dengan semangat, dan kreatif, sehingga diharapkan nantinya dapat dicapai hasil belajar yang maksimal khususnya dalam mata pelajaran IPS. Tinggi rendahnya hasil belajar, akan memberikan sumbangan dalam mencapai kesuksesan di masa depan murid.

Sekolah Dasar (SD) 9/25 Bantimurung Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep, penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil sampel murid kelas IV. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan murid diperoleh hasil bahwa selama proses pembelajaran berlangsung, guru jarang memberikan penguatan. Hal tersebut membuat murid merasa tidak ada penghargaan atas partisipasinya dalam pembelajaran. Selanjutnya, wawancara peneliti dengan guru kelas IV SDN 9/25 Bantimurung Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep, diperoleh informasi bahwa hasil belajar murid masih

(19)

rendah, murid kurang termotivasi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, murid cenderung malas untuk memperhatikan pelajaran.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya pemberian penguatan (reinforcement) dari guru.

2. Murid kurang termotivasi dalam proses pembelajaran.

3. Murid cenderung malas untuk memperhatikan pelajaran.

4. Murid merasa tidak ada penghargaan atas partisipasinya dalam pembelajaran.

5. Hasil belajar murid masih rendah.

C. Rumusan Masalah

Adapun Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah :

Bagaimanakah gambaran hasil belajar IPS murid kelas IV SDN 9/25 Bantimurung Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep sebelum dan sesudah pelaksanaan pemberian reinforcement ?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui gambaran hasil belajar IPS murid kelas IV SDN 9/25 Bantimurung Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep sebelum dan sesudah pelaksanaan pemberian reinforcement.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Berikut uraian selengkapnya.

(20)

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi ilmiah dalam bidang psikologi.

b. Menambah wawasan dalam mengkaji pengaruh pemberian reinforcement terhadap hasil belajar murid.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini ialah sebagai berikut:

a. Bagi Murid

1) Hasil dan prestasi belajar meningkat karena adanya motivasi dari guru berupa reinforcement dalam kegiatan belajar murid.

2) Memberikan rasa percaya diri kepada murid untuk terus semangat dalam belajar.

3) Mempermudah murid untuk mengikuti pelajaran, baik di sekolah maupun di rumah.

b. Bagi Guru

1) Sebagai bahan informasi bagi guru mengenai pentingnya reinforcement kepada murid dalam pembelajaran.

2) Memberikan semangat kepada guru untuk memberikan reinforcement kepada muridnya dalam pembelajaran di sekolah.

c. Bagi Sekolah

1) Memberikan masukan kepada sekolah guna meningkatkan hasil belajar murid ditinjau dari pemberian reinforcement.

2) Meningkatkan mutu pendidikan sekolah.

(21)

d. Bagi Peneliti

Diharapkan dengan adanya penelitian ini, peneliti sebagai calon guru SD dapat mengetahui betapa pentingya pemberian penguatan dalam proses pembelajaran, karena penguatan dapat mempengaruhi hasil belajar murid. Selain itu, diharapkan peneliti dapat menerapkan pelaksanaan pemberian penguatan dalam proses pembelajaran ketika kelak menjadi guru.

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

Bagian ini berisi teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini. Teori yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu belajar, hakikat IPS, karakteristik murid sekolah dasar, dan penguatan (reinforcement).

1. Belajar

Di bawah ini akan dijelaskan tentang pengertian belajar dan faktor- faktor yang mempengaruhi belajar. Berikut penjelasannya.

a. Pengertian Belajar

Menurut pandangan Skinner dalam Baso (2016: 7), belajar merupakan suatu proses atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.

Pengertian belajar ialah suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respons. Skinner berpendapat bahwa ganjaran merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar, tetapi istilahnya perlu diganti dengan penguatan.

Rifa’i dan Anni (2009: 82) menjelaskan pengertian belajar menurut beberapa ahli, yaitu:

1) Gagne dan Berliner (1982), belajar merupakan proses di mana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.

2) Morgan et.al. (1986: 140), belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman.

8

(23)

3) Slavin (1994: 152), belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.

4) Gagne (1977: 3), belajar adalah perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan.

Menurut Djamarah dan Zain (2010: 10) “belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan”. Belajar menurut Hamalik (2009: 28) adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Selanjutnya, menurut Slameto (2010: 2) “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”

Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar menurut Slameto (2010: 3-5) yaitu:

1) Perubahan terjadi secara sadar

Ini berarti seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Maksudnya satu perubahan yang terjadi dalam belajar akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

(24)

3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Perubahan-perubahan dalam belajar itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang bersifat sementara terjadi hanya untuk beberapa menit saja, seperti berkeringat, keluar air mata, dan sebagainya. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan perilaku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai.

Perubahan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar benar disadari.

6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seorang belajar sesuatu sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

Perubahan perilaku dapat berwujud perilaku yang tampak dan perilaku yang tidak tampak (Rifa’i dan Anni, 209: 105). Perilaku yang tampak misalnya menulis, menendang, memukul, dan sebagainya. Sedangkan, perilaku yang tidak tampak misalnya berfikir, bernalar, berkhayal, dan lain-lain. Berdasarkan pendapat dari para ahli tentang pengertian belajar, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

(25)

perubahan perilaku baru yang relatif permanen sebagai hasil dari pengalaman dan latihan dalam interaksinya dengan lingkungan yang berlangsung selama periode waktu tertentu dan bukan berasal dari proses pertumbuhan.

b. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Belajar

Slameto (2010: 54-72) menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor-faktor intern yang mempengaruhi belajar meliputi:

1) Jasmaniah, terdiri dari kesehatan dan cacat tubuh. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. Agar seseorang dapat berjalan dengan baik, maka harus menjaga kesehatannya. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Murid yang cacat, belajarnya juga terganggu.

2) Psikologis, meliputi inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. Inteligensi atau kecakapan dapat mempengaruhi belajar. Perhatian dan minat juga penting. Jika murid tidak memiliki perhatian dan minat pada bahan pelajaran, maka ia akan merasa bosan dan tidak menyukai dengan apa yang dipelajarinya. Bakat yang dimiliki seseorang juga mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari murid sesuai dengan bakat, maka hasil belajar akan lebih baik.

Motif yang kuat sangat perlu di dalam belajar untuk mencapai tujuan dari belajar itu sendiri. Selanjutnya, belajar akan lebih berhasil jika anak sudah matang dan ada kesiapan.

(26)

3) Kelelahan, meliputi kelelahan jasmani maupun rohani dapat mempengaruhi belajar. Kondisi badan harus dijaga agar tidak terjadi kelelahan, sehingga murid dapat belajar dengan baik.

Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi belajar meliputi:

1) Keluarga, antara lain yaitu cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

2) Sekolah, mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan murid, relasi murid dengan murid, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

3) Masyarakat, meliputi kegiatan murid, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Suryabrata (2013: 233- 238) ada dua yaitu faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar dan faktor yang berasal dari luar diri pelajar. Faktor dari dalam terdiri dari (1) faktor fisiologis, meliputi kesehatan jasmani dan keadaan fungsi fisiologis; (2) faktor psikologis, meliputi motif, cita-cita, kebutuhan. Sedangkan, faktor yang berasal dari luar, terdiri dari (1) faktor nonsosial, misalnya keadaan udara, suhu, udara, cuaca, waktu (pagi, siang, malam), tempat (letak gedung), alat-alat pelajaran (alat tulis, buku, alat peraga dan lain-lain); (2) fakor sosial yaitu faktor manusia (sesama manusia) baik itu hadir atau tidak.

(27)

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar berasal dari dalam diri individu yang disebut faktor intern dan dari luar individu yang disebut faktor ekstern. Faktor intern mencakup faktor fisiologis dan psikologis. Sedangkan, faktor ekstern mencakup faktor sosial yaitu dan faktor non sosial.

2. Hakikat IPS

Setiap orang sejak lahir tidak terpisahkan dari manusia lain, khususnya dari orang tua, dan lebih khusus lagi dari ibu yang melahirkannya. Sejak saat itu si bayi telah melaukan hubungan dengan orang lain, terutama dengan ibunya dan dengan anggota keluarga yang lainnya. Meskipun masih sepihak, artinya dari orang-orang yang lebih tua terhadap dirinya, hubungan sosial itu telah terjadi.

Tanpa hubungan sosial dan bantuan dari anggota keluarga lain, terutama dari ibunya, si bayi tidak berdaya itu, tidak akan mampu tumbuh berkembang menjadi manusia dewasa.

Dalam pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohani sesuai dengan penambahan umur, pengenalan serta pengalaman seseorang terhadap kehidupan masyarakat di sekitarnya makin berkembang dan meluas. Pengenalan manusia lain di luar dirinya, tidak hanya terbatas pada orang-orang dalam keluarga, melainkan meliputi teman sepermainan, para tetangga, warga kampung, dan demikian seterusnya. Hubungan sosial yang dialami makin meluas. Dari pengalaman, pengenalan dan hubungan sosial tersebut, dalam diri seseorang akan tumbuh pengetahuan tentang seluk-beluk hidup bermasyarakat berkenaan dengan kebutuhan tertentu, sifat-sifat orang lain, tempat yang pernah dikunjungi, hal-hal

(28)

yang baik dan buruk, hal-hal yang salah serta yang benar dalam hidup bermasyarakat. Pengetahuan yang melekat pada diri seseorang tersebut, termasuk yang melekat pada diri kita masing-masing, dapat dirangkum sebagai

‘pengetahuan sosial’. Kelahiran kita manusia yang kemudian diikuti oleh hubungan, pergaulan, penjelajahan, pemenuhan kebutuhan dan lain-lain sebagainya yang dialami dalam kehidupan di masyarakat serta bermasyarakat, telah membentuk pengetahuan sosial dalam diri kita masing-masing. Dengan kata lain, dalam diri tiap orang tidak terkecuali, dengan kadar yang berbeda baik kuantitatif maupun kualitatif, telah terbina pengetahuan sosial.

3. Karakteristik Perkembangan Murid SD

Piaget dalam Dimyati dan Mudjiono (2009: 14) menyatakan bahwa perkembangkan intelektual anak melalui tahap-tahap sebagai berikut: (1) sensorimotor, usia 0-2 tahun; (2) pra operasional, usia 2-7 tahun; (3) operasional konkret, usia 7-11 tahun; (4) operasi formal, 11 tahun ke atas. Berikut dijelaskan mengenai tahapan perkembangan menurut Piaget.

a. Tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun)

Tahap ini merupakan masa di mana segala tindakan bergantung melalui pengalaman indrawi. Anak melihat dan meresapkan apa yang terjadi, tetapi belum mempunyai cara untuk mengategorikan pengalaman itu.

b. Tahap pra operasional (usia 2-7 tahun)

Dalam tahap ini, individu tidak ditentukan oleh pengamatan indrawi saja, tetapi juga intuisi. Anak-anak mampu menyimpan kata-kata serta menggunakannya, terutama yang berhubungan erat dengan kebutuhan mereka.

(29)

Pada masa ini anak siap untuk belajar bahasa, membaca, dan menyanyi.

Menggunakan bahasa yang baik akan membantu perkembangan bahasa mereka. Selain itu, pada tahap ini anak suka berkhayal. Intuisi membebaskan mereka dan semaunya berbicara, tanpa menghiraukan pengalaman konkret dan paksaan dari luar.

c. Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun)

Pada tahap ini, anak sudah memahami hubungan fungsional, karena mereka sudah menguji coba suatu permasalahn. Namun, cara berfikir anak masih konkret belum menangkap yang abstrak.

d. Tahap operasi formal (usia 11-15 tahun)

Pada tahap ini, individu mengembangkan pikiran formalnya. Mereka bisa mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi. Arti simbolik dan kiasan dapat mereka mengerti (Soeparwoto, 2007: 85).

Berdasarkan uraian tersebut, murid SD kelas IV berusia sekitar 10-12 tahun dan berada di tahap operasional konkret dan operasi formal. Jadi, ada murid yang masih berpikir konkret dan ada murid yang sudah mampu berpikir abstrak.

4. Penguatan (Reinforcement)

Pada bagian penguatan akan dijelaskan mengenai pengertian, tujuan, prinsip, langkah, syarat, komponen penguatan serta pemberian penguatan pada pembelajaran dan kelebihan serta kekurangan pemberian penguatan. Berikut penjelasan selengkapnya.

(30)

a. Pengertian Penguatan (Reinforcement)

Penguatan merupakan salah satu keterampilan mengajar yang harus dikuasi oleh seorang guru. Penguatan dapat memberikan motivasi kepada murid dalam mengikuti pelajaran di kelas. Penguatan harus diberikan secara tepat waktu dan tepat sasaran serta sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat menjadi pemicu bagi murid, baik yang menjadi sasaran maupun teman-temannya. Djamarah (2005: 118), mengatakan bahwa pengubahan tingkah laku murid dapat dilakukan dengan penguatan. Selain itu, J. Bruner dalam Slameto (2010: 12), menyatakan bahwa dalam belajar guru harus memberi reinforcement dan umpan balik (feedback) yang optimal pada saat murid menemukan jawabannya. Hal ini berarti, pemberian penguatan sangat penting dalam kegiatan belajar murid.

Hasibuan dan Moedjiono (2012: 58), mengatakan “memberikan penguatan diartikan tingkah laku guru dalam merespon secara positif suatu tingkah laku tertentu murid yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali”. Penguatan menurut Suwarna (2006: 77) adalah “respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meninggalkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut”. Usman (2013: 80), menjelaskan bahwa:

Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal maupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku murid, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi si penerima (murid) atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi.

(31)

Berdasarkan pendapat mengenai pengertian penguatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penguatan adalah segala bentuk respon, baik verbal maupu nonverbal terhadap suatu tingkah laku murid yang bertujuan untuk meningkatkan/mengurangi kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Ada dua respon dalam penguatan yaitu respon positif dan negatif.

Respon positif bertujuan agar tingkah laku yang sudah baik frekuensinya akan berulang dan bertambah. Sedangkan, respon negatif bertujuan agar tingkah laku yang kurang baik frekuensinya berkurang atau hilang.

b. Tujuan Pemberian Penguatan

Memberi penguatan menurut Suwarna (2006: 77) bertujuan untuk:

1) Meningkatkan perhatian murid pada pembelajaran.

2) Meningkatkan motivasi belajar murid.

3) Memudahkan murid untuk belajar.

4) Mengeliminir tingkah laku murid yang negatif dan membina tingkah laku positif murid.

Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2012: 58) keterampilan memberi penguatan bertujuan untuk:

1) Meningkatkan perhatian murid.

2) Melancarkan atau memudahkan proses belajar.

3) Membangkitkan dan mempertahankan motivasi.

4) Mengontrol atau mengubah sikap yang mengganggu ke arah tingkah laku belajar yang produktif.

5) Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar.

6) Mengarahkan pada cara berpikir yang baik/divergen dan inisiatif diri.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, tujuan memberi penguatan antara lain untuk: (1) meningkatkan perhatian dan motivasi belajar murid; (2) melancarkan dan memudahkan belajar; (3) mengontrol serta mengubah tingkah

(32)

laku negatif menjadi positif; (4) mengatur diri dalam belajar; dan (5) mengarahkan pada cara berpikir baik.

c. Prinsip Penggunaan Penguatan

Usman (2013: 82) mengemukakan beberapa prinsip pemberian penguatan. Berikut penjelasan prinsip tersebut.

1) Kehangatan dan keantusiasan

Sikap dan gaya guru, termasuk suara, mimik, dan gerak badan, akan menunjukkan adanya kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan penguatan. Dengan demikian, tidak terjadi kesan bahwa guru tidak ikhlas dalam memberikan penguatan.

2) Kebermaknaan

Penguatan hendaknya diberikan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan murid sehingga murid mengerti bahwa dia patut diberi penguatan. Dengan demikian, penguatan bermakna bagi murid.

3) Menghindari penggunaan respon yang negatif

Respon negatif yang diberikan guru berupa komentar, bercanda mnghina, ejekan yang kasar perlu dihindari, karena akan mematahkan semangat murid untuk mengembangkan dirinya.

Selanjutnya, prinsip pemberian penguatan menurut Mulyasa (2011: 78) antara lain:

1) Penguatan harus diberikan dengan sungguh-sungguh 2) Penguatan yang diberikan harus memiliki makna 3) Hindari respon negaif

4) Penguatan dilakukan segera setelah murid menunjukkan tingkah laku 5) Penguatan hendaknya bervariasi

(33)

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa prinsip pemberian penguatan adalah dilakukan secara sungguh-sungguh, bersifat hangat dan antusias, serta memiliki makna. Hendaknya hindari pemberian respon negatif kepada murid. Penguatan yang diberikan harus bervariasi dan sesegera mungkin agar lebih efektif.

d. Langkah-langkah Pemberian Penguatan

Guru perlu mengetahui cara menggunakan penguatan dengan tepat sesuai dengan kondisi murid sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Ada beberapa cara menggunakan penguatan menurut Usman (2013: 83) yaitu:

1) Penguatan kepada pribadi tertentu

Penguatan harus jelas kepada siapa ditujukan, sebab bila tidak, penguatan tersebut kurang efektif. Oleh karena itu, sebelum memberikan penguatan, guru terlebih dahulu menyebut nama murid sambil menatap kepadanya.

2) Pemberian penguatan dengan segera

Penguatan hendaknya diberikan segera setelah muncul tingkah laku atau respon murid yang diharapkan. Pemberian penguatan yang tertunda akan cenderung kurang efektif.

3) Variasi dalam penggunaan

Jenis atau macam penguatan yang digunakan hendaknya bervariasi, tidak terbatas pada satu jenis saja, karena jika penguatan yang diberikan monoton, akan menimbulkan kebosanan dan lama-kelamaan akan kurang efektif.

(34)

Djamarah (2005:122) mengemukakan cara pemberian penguatan yaitu sebagai berikut:

1) Penguatan seluruh kelompok

Pemberian penguatan kepada seluruh anggota kelompok dalam kelas dapat dilakukan secara terus menerus seperti halnya pada pemberian penguatan untuk individu.

2) Penguatan yang ditunda

Pemberian penguatan dengan menggunakan komponen yang manapun, sebaiknya sesegera mungkinn diberikan kepada murid setelah melakukan respon. Penundaan penguatan pada umumnya kurang efektif bila dibandingkan dengan pemberian secara langsung. Tetapi, penundaan tersebut dapat dilakukan dengan memberi penjelasan atau isyarat verbal, bahwa penghargaan ditunda dan akan diberikan kemudian.

3) Penguatan partial

Penguatan partial sama dengan penguatan sebagian-sebagian atau tidak berkesinambungan, diberi kepada murid untuk sebagian dari responya.

4) Penguatan perorangan

Penguatan perorangan merupakan pemberian penguatan secara khusus, misalnya menyebut kemampuan, penampilan, dan nama murid yang bersangkutan adalah lebih efektif daripada tidak menyebut apa-apa.

(35)

e. Syarat Pemberian Penguatan

Seorang guru harus memperhatikan syarat pemberian penguatan agar implementasi pemberian penguatan dapat terlaksana sebagaimana mestinya dan benar-benar mendukung proses pembelajaran serta menghindari sikap sewenang-wenangan guru. Purwanto (2014: 184) mengemukakan syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh pendidik dalam memberikan penguatan, antara lain:

1) Untuk memberi penghargaan yang pedagogis perlu sekali guru mengenal betul murid-muridnya dan tahu cara menghargai dengan tepat. Hadiah dan penghargaan yang salah dan tidak tepat dapat membawa akibat yang tidak diinginkan.

2) Hadiah yang diberikan kepada seorang anak janganlah hendaknya menimbulkan rasa cemburu atau iri hati bagi anak yang lain yang merasa pekerjaannya juga lebih baik, tetapi tidak mendapat hadiah.

3) Memberi hadiah hendaknya hemat, terlalu sering atau terus-menerus memberi hadiah dan penghargaan akan menjadi hilang arti hadiah itu sebagai alat pendidikan.

4) Jangan memberi hadiah dengan menjanjikan terlebih dahulu sebelum murid menunjukkan prestasi kerjanya apalagi bagi ganjaran yang diberi kepada seluruh kelas. Ganjaran yang telah dijanjikan terlebih dahulu, hanyalah akan membuat murid terburu-buru dalam bekerja dan akan membawa kesukaran-kesukaran bagi beberapa orang murid yang kurang pandai.

(36)

5) Guru harus berhati-hati dalam memberikan penghargaan jangan sampai penghargaan yang diberikan kepada murid diterimanya tidak dianggap sebagai upah dan jerih payah yang telah dilakukan.

f. Komponen Pemberian Penguatan

Penggunaan komponen keterampilan dalam kelas harus bersifat selektif dan hati-hati, disesuaikan dengan usia murid, tingkat kemampuan, kebutuhan, serta latar belakang, tujuan, dan sifat tugas. Pemberian penguatan harus bermakna bagi murid. Beberapa komponen keterampilan memberi penguatan menurut Djamarah (2005: 120) yaitu sebagai berikut:

1) Penguatan verbal

Pujian dan dorongan yang diucapkan oleh guru untuk respon atau tingkah laku murid adalah penguatan verbal. Ucapan tersebut dapat berupa kata-kata, contohnya bagus, baik, betul, benar, tepat dan lain-lain. Selain itu, juga dapat berupa kalimat, misalnya hasil pekerjaanmu baik sekali, pikiranmu sangat cerdas, dan sebagainya.

2) Penguatan gestural

Pemberian penguatan gestural sangat erat dengan pemberian penguatan verbal. Penguatan ini diberikan dalam bentuk mimik, gerakan wajah atau anggota badan yang dapat memberikan kesan kepada murid.

Misalnya mengangkat alis, senyuman, mengangguk, acungan jempol, tepuk tangan dan lain sebagainya.

3) Penguatan dengan cara mendekati

(37)

Penguatan ini dilakukan dengan cara guru mendekati murid untuk menyatakan perhatian guru terhadap pekerjaan, tingkah laku, atau penampilan murid. Penguatan mendekati murid secara fisik dipergunakan untuk memperkuat penguatan verbal, tanda, dan sentuhan. Contohnya berdiri di samping murid, berjalan dekat murid, duduk dekat kelompok diskusi, dan sebagainya.

4) Penguatan dengan sentuhan

Penguatan sentuhan merupakan penguatan yang terjadi bila guru secara fisik menyentuh murid, misalnya menepuk bahu, berjabat tangan, mengangkat tangan murid, dan lain-lain.

5) Penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan

Penguatan ini dapat berupa meminta murid membantu temannya bila dia selesai mengerjakan pekerjaan terlebih dahulu dengan tepat, murid diminta memimpin kegiatan, pulang lebih dulu, istirahat lebih lama, dan lain-lain.

6) Penguatan berupa tanda atau benda

Penguatan tanda merupakan berbagai macam simbol yang diberikan guru, apakah itu benda atau tulisan yang ditujukan kepada murid untuk penghargaan terhadap suatu penampilan, tingkah laku, atau kerja murid. Penguatan tanda yang berbentuk tulisan misalnya komentar tertulis terhadap pekerjaan murid, ijazah, sertifikat, dan tanda penghargaan lain yang berupa tulisan. Penguatan dengan memberikan suatu benda misalnya bintang, medali, buku, stiker, permen, dan lain-lain.

(38)

Selain itu, Usman (2013: 81) membagi komponen pemberian penguatan menjadi dua yaitu penguatan verbal dan non verbal. Penguatan verbal biasanya diungkapkan atau diutarakan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan, dan sebagainya, misalnya bagus, bagus sekali, betul, pintar, ya, seratus buat kamu dan lain-lain. Sedangkan penguatan non verbal meliputi:

1) Penguatan gerak isyarat, misalnya anggukan atau gelengan kepala, senyuman, acungan jempol, dan lain-lain.

2) Penguatan pendekatan, guru mendekati murid untuk menyatakan perhatian dan kesenangannya terhadap pelajaran, tingkah laku, atau penampilan murid.

Misalnya guru berdiri di samping murid, berjalan menuju murid, dan sebagainya.

3) Penguatan dengan sentuhan (contact), guru dapat menyatakan persetujuan dan penghargaan terhadap usaha dan penampilan murid dengan cara menepuk bahu, berjabat tangan, dan lain-lain. Penggunaan harus dipertimbangkan sesuai usia, jenis kelamin, dan latar belakang kebudayaan setempat.

4) Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, guru dapat menggunakan kegiatan atau tugas yang disenangi murid sebagai penguatan.

5) Penguatan berupa simbol atau benda, penguatan dilakukan dengan menggunakan berbagai simbol seperti kartu bergambar, bintang, plastik, lencana, ataupun komentar tertulis pada buku murid.

6) Penguatan tak penuh (partial), diberikan apabila murid memberi jawaban hanya sebagian yang benar. Dalam kondisi ini, guru tidak boleh langsung menyalahkan murid, tetapi sebaiknya memberikan penguatan tak penuh.

(39)

Misalnya “ya, jawabanmu sudah baik, tetapi masih dapat disempurnakan”, sehingga murid tersebut mengetahui jawabannya tidak seluruhnya salah, dan ia mendapat dorongan untuk menyempurnakannya.

Berdasarkan teori tersebut, komponen penguatan ada dua yaitu penguatan verbal dan nonverbal. Penguatan verbal yaitu ungkapan atau ucapan berupa kata- kata ataupun kalimat pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. Penguatan nonverbal berupa gerakan isyarat, mendekati, sentuhan, kegiatan yang menyenangkan, pemberian simbol/tanda/benda.

g. Pemberian Penguatan pada Pembelajaran

Pemberian penguatan dalam pembelajaran merupakan salah satu bentuk perhatian guru terhadap murid. Seorang guru harus mengetahui jenis-jenis penguatan yang akan diberikan kepada murid agar di dalam proses belajar mengajar murid memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar, sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar yang nantinya diperoleh murid.

Sardiman (2011: 92-95) mengemukakan beberapa bentuk dan cara guru untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah antara lain:

1) Memberi angka, sebagai simbol atau nilai dari hasil kegiatan belajar murid.

2) Hadiah, merupakan sesuatu yang diberikan kepada orang lain untuk suatu pekerjaan.

3) Pujian, merupakan bentuk penguatan positif dan sekaligus motivasi yang baik. Pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.

(40)

4) Hukuman, sebagai penguatan negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak dapat menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman. Hukuman dimaksudkan untuk memperlemah atau meniadakan perilaku tertentu dengan cara menggunakan kegiatan yang tidak diinginkan.

Menurut Skinner (Rifa’i dan Anni, 2009: 121) penguatan itu ada dua macam, yaitu penguatan positif dan negatif. Penguatan positif adalah sesuatu yang bila diberikan akan meningkatkan perilaku. Penguatan negatif adalah sesuatu yang apabila ditiadakan akan meningkatkan respon. Menurut Slavin (2008) dalam Naufalin (2010), mengemukakan bahwa tindakan penguatan negatif adalah pembebasan dari situasi yang tidak menyenangkan, yang diberikan untuk memperkuat perilaku.

Bentuk penguatan yang diberikan oleh guru menurut Nugraheni (2011) ada dua, yaitu:

1) Penguatan positif yaitu memberikan penghargaan (rewarding) atau pujian.

2) Penguatan negatif adalah membebaskan dari tugas atau situasi yang kurang disukai dan hukuman efektif.

Berdasarkan uraian di atas, maka indikator yang digunakan dalam membahas pemberian penguatan yaitu sebagai berikut:

1) Penguatan positif: angka, hadiah, verbal, gerak isyarat, mendekati murid, sentuhan, kegiatan yang menyenangkan, simbol atau benda.

2) Penguatan negatif: membebaskan dari tugas atau situasi yang kurang disukai dan hukuman efektif.

(41)

h. Kelebihan dan Kekurangan Pemberian Penguatan

Dalam pemberian penguatan terdapat juga kelebihan atau manfaat apabila dilakukan dengan tepat dan dilakukan secara optimal dalam penerapannya.

Berikut adalah kelebihan pemberian penguatan menurut Usman (2013):

1. Meningkatkan perhatian murid dan memotifasi murid terhadap pembelajaran 2. Mendorong murid memiliki prilaku atau bersikap baik dan produktif

3. Menumbuhkan rasa percaya diri murid

4. Meningkatkan cara belajar murid menjadi aktif

5. Mendorong murid untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri

Pemberian penguatan memang bersifat sederhana dan mudah diterapkan akan tetapi apabila pemberian penguatan dilakukan dengan cara tidak tepat, dapat menyebabkan murid enggan belajar karena penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan murid tersebut. Pada Kelemahan yang ditimbulkan dalam pemberian penguatan apabila dilakukan secara berlebihan juga akan bersifat negatif, misalnya saja pemberian penguatan berupa hadiah secara terus menerus dapat mengakibatkan murid menjadi ketergantungan.

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang mendukung penelitian ini di antaranya yaitu:

a. Penelitian yang dilakukan oleh Amanah, dkk dari FKIP PGSD Universitas Sebelas Maret Surakarta yang berjudul “Pengaruh Pemberian Penguatan Positif dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika Murid Kelas IV SD se-Kecamatan Klirong”. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pendekatan penelitian kuantitatif.hasil penelitian

(42)

menujukkan bahwa pemberian penguatan positif berpengaruh terhadap hasil belajar Matematika murid kelas IV SD se-Kecamatan Klirong tahun ajaran 2012/2013.

b. Penelitian yang dilakukan oleh Agni Azriyusa dan Kusrini (2014) dari Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Surabaya yang berjudul

“Pengaruh Pemberian Penguatan terhadap Hasil Belajar Matematika Murid Kelas VII SMP Negeri 1 Kamal pada Materi Bilangan Bulat”.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen semu. Hasil penelitian menjelaskan bahwa ada pengaruh pemberian penguatan oleh guru terhadap hasil belajar matematika murid kelas VII SMP Negeri 1 Kamal pada materi bilangan bulat.

c. Penelitian yang dilakukan oleh Henny Vandriyanti, dkk yang berjudul

“Pengaruh Pemberian Penguatan oleh Guru terhadap Hasil Belajar PKN Murid Kelas VIII SMP Negeri 1 Jati Agung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara pemberian penguatan oleh guru tehdap hasil belajar PKn murid kelas VIII SMP Negeri 1 Jati Agung.

Berdasarkan penelitian di atas, pemberian penguatan dalam proses pembelajaran merupakan hal yang sangat penting. Penguatan merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku. Penggunaan penguatan dalam pembelajaran dapat memberikan sumbangan motivasi belajar kepada murid, yang nantinya akan mempengaruhi

(43)

hasil belajar murid. Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti ingin mengetahui pengaruh antara pemberian penguatan yang dilakukan guru terhadap hasil belajar yang dicapai murid, khususnya dalam mata pelajaran IPS.

C. Kerangka Berpikir

Keberhasilan belajar yang dicapai murid sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Dalam penelitian ini, yang akan dibahas adalah faktor ekternal yang berupa penguatan. Penguatan merupakan salah satu keterampilan mengajar yang harus dikuasi oleh seorang guru, sehingga dapat memberikan motivasi kepada murid dalam mengikuti pelajaran di kelas. Penguatan dapat berupa penguatan verbal dan nonverbal. Bentuk penguatan yang diberikan oleh guru kepada murid berupa penguatan positif dan negatif. Penguatan positif adalah sesuatu yang bila diberikan akan meningkatkan perilaku. Penguatan positif antara lain pemberian angka, hadiah, verbal, gerak isyarat, pendekatan, sentuhan, kegiatan yang menyenangkan, pemberian simbol atau benda. Sedangkan, penguatan negatif adalah sesuatu yang apabila ditiadakan akan meningkatkan respon. Penguatan negatif dapat berupa membebasakan dari tugas atau situasi yang kurang disukai dan hukuman efektif.

Pemberian penguatan dapat memberikan motivasi belajar kepada murid yang nantinya akan mempengaruhi hasil belajarnya, khususnya dalam mata pelajaran IPS. Ilmu Pengetahuan Sosial atau IPS merupakan salah satu mata pelajaran inti yang harus dikuasai murid, karena IPS memegang peranan sangat penting dalam kehidupan manusia, sebab pengetahuan sosial merupakan pengetahuan yang melekat pada diri seseorang.

(44)

Adapun kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai berkut.

Gambar 2.1 Pola Kerangka Berfikir

3. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2013: 99) “hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan“. Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

“ada pengaruh yang signifikan antara pemberian penguatan (reinforcement) terhadap hasil belajar IPS pada murid kelas IV SDN 9/25 Bantimurung”.

Faktor yang mempengaruhi belajar

Hasil belajar IPS (Y) Pemberian penguatan

(X) Guru Sekolah Eksternal

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Metodologi penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahakan, dan mengantisipasi masalah (Sugiyono, 2015:6). Untuk memecahkan suatu masalah dan mendapatkan data yang tepat, maka diperlukan metode yang dapat menunjang penyelesaian suatu masalah. Pemahaman terhadap suatu masalah sangat diperlukan agar dapat menentukan metode penelitian sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Pemilihan metode yang tepat dapat memudahkan suatu penelitian. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian pre-ekperimen, pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif untuk mendeskripsikan nilai dan kualitas guru maupun murid selama proses pembelajaran berlangsung. Serta mendeskripsikan nilai dan kualitas hasil belajar IPS murid.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif. Disebut penelitian dengan pendekatan kuantitatif, karena data penelitiannya berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2013: 11). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan survei tentang pengaruh pemberian penguatan terhadap hasil belajar IPS pada murid kelas IV SDN 9/25 Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu satu variabel bebas dan satu variabel terikat.

31

(46)

B. Populasi dan Sampel

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai populasi dan sampel dalam penelitian. Berikut uraian selengkapnya.

1. Populasi

Sugiyono (2013: 119) mengemukakan “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Menurut Arikunto (2010: 173) “populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”. Selanjutnya menurut Riduwan (2013:

54) “populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian”.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa populasi adalah keseluruhan objek atau subjek penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid kelas IV SDN 9/25 Bantimurung Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep.

Tabel 3.1 Jumlah Populasi dalam Penelitian

Kelas

Jenis kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

IV 12 9 21

Sumber: data murid SDN 9/25 Bantimurung

(47)

2. Sampel

Menurut Arikunto (2010: 174) “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampling jenuh yaitu adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil (Sugiyono, 2013: 120). Dengan demikian sampel dalam penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 3.2 Jumlah Sampel dalam Penelitian

Kelas

Jenis kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

IV 12 9 21

Sumber: data murid SDN 9/25 Bantimurung C. Variabel dan Desain Penelitian

1. Variabel Penelitian

Berdasarkan objek yang diteliti dan data yang akan diamati maka penelitian ini termasuk penelitian eksperimen. Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu variabel hasil belajar murid sebagai variabel dependen (Y) dan pelaksanaan pemberian reinforcement sebagai variabel independen (X).

2. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah pra eksperiment. Desain penelitian yang digunakan adalah “One Group Pre test - Post test Design“, yang merupakan

(48)

bentuk dari pra Eksperimental Design, Dengan gambar desain penelitian sebagai berikut (Sugiyono,2007:112).

O1--- X---O2

Gambar 3.1 One group Pretest-postet Desain Keterangan :

O1 = Gambaran hasil belajar murid sebelum perlakuan, O2 = Gambaran hasil belajar murid murid sesudah perlakuan X = Perlakuan variabel (pemberian reinforcement)

Desain pada penelitian ini adalah One Group Pre test - Post test Design. Dalam desain ini, terdapat perlakuan berupa pemberian reinforcement. Pengaruh adanya perlakuan (treatment) adalah (O1: O2).

D. Definisi Operasional

Definisi operasional digunakan untuk menyamakan persepsi antara peneliti dengan pembaca terhadap variabel yang digunakan pada penelitian untuk menghindari kekeliruan maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Pada penelitian ini, variabel yang diteliti yaitu variabel pemberian penguatan (X) dan variabel hasil belajar IPS (Y). Variabel-variabel tersebut didefinisikan secara operasional sebagai berikut.

1. Pemberian Reinforcement

Penguatan merupakan salah satu faktor luar yang dapat mempengaruhi hasil belajar murid. Bentuk penguatan ada dua, yaitu penguatan positif dan negatif. Penguatan positif adalah sesuatu yang bila diberikan akan meningkatkan perilaku. Penguatan posistif antara lain: angka, hadiah, verbal, gerak isyarat, mendekati murid, sentuhan, kegiatan yang menyenangkan, simbol atau benda. Sedangkan, penguatan negatif adalah

(49)

sesuatu yang apabila ditiadakan akan meningkatkan respon. Penguatan negatif yaitu membebaskan dari tugas atau situasi yang kurang disukai dan hukuman efektif.

2. Hasil Belajar IPS

Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh murid menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar mengajar. Pada penelitian ini, hasil belajar yang digunakan adalah nilai Ulangan Akhir Semester (UAS) semester genap tahun pelajaran 2018/2019 pada mata pelajaran IPS pada murid kelas IV SDN 9/25 Bantimurung Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep.

E. Instrumen Penelitian

Tes hasil belajar dengan jenis pretest dan postest. Pretest dilaksanakan sebelum Reinforcement diterapkan, sedangkan posttest dilaksanakan setelah murid mengikuti pembelajaran dengan menerapkan Reinforcement. Bentuk tes yang digunakan ialah tes pilihan ganda.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah penting dalam penelitian untuk menguji hipotesis. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes dan observasi. Untuk lebih jelasnya akan dibahas pada uraian di bawah ini.

1. Tes

Untuk mengumpulkan data penelitian tentang hasil belajar atau prestasi belajar bisa dilakukan dengan memakai instrumen tes. Kata tes secara

(50)

harfiah berasal dari istilah Perancis kuno yaitu testum, yang mempunyai arti

“piring yang berfungsi menyisihkan logam - logam mulia yang nilainya sangat tinggi seperti emas”. Sedangkan, di dalam bahasa Inggris testum ini dikenal dengan test yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yang berarti tes, percobaan atau ujian, dan kata ini di dalam bahasa Arab sama artinya dengan imtihan.

Secara teoritis, test merupakan suatu alat atau prosedur yang dipakai dalam rangka kegiatan pengukuran dan penilaian. Tes merupakan bagian tersempit dari penilaian. Menurut Dejamri (2008:67), tes merupakan salah satu cara untuk menaksirkan besarnya kemampuan seseoarng secaratidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan.

Tes juga dapat diartikan sebagai jumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes. Tester merupakan orang yang melakukan tes, pembuat tes atau eksperimentor merupakan orang yang melakukan percobaan dengan menggunakan tes, sedangkan testee merupakan orang yang dikenai tes atau yang sedang dikenai percobaan (Dimyati dan Mudjiono,1999:209).

Dengan demikian dalam penelitian ini untuk menguji hasil belajar murid digunakan tes mata pelajara IPS dengan materi disesuaikan dengan materi yang sedang dipelajari oleh murid. Dalam tes ini berbentuk tes objektif atau pilihan ganda dengan jumlah pertanyaan sebanyak 40 dengan empat pilihan jawaban yakni jawaban a, b, c, dan d, dan untuk setiap jawaban yang

(51)

benar diberi skor atau point 2,5 dan jawaban salah diberi point 0, sehingga point maksimal adalah 100.

2. Observasi

Pengamatan atau observasi adalah aktivitas terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian. Dalam penelitian ini kegiatan observasi dilakukan pada saat pemberian perlakuan serta kegiatan pembelajaran murid 3. Dokumentasi

Arikunto (2010: 274), berpendapat bahwa dokumentasi digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data berupa nilai Ulangan Akhir Semester (UAS) murid mata pelajaran IPS pada semester genap tahun ajaran 2018/2019 dan daftar nama murid kelas IV SDN 9/25 Bantimurung Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua jenis analisis yaitu analisis deskriptif dan analisis inferensial.

(52)

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif ini digunakan untuk mengetahui gambaran hasil belajar murid sebelum dan sesudah pelaksanaan pemberian reinforcment.

Adapun teknik analisis deskriptif ini menggunakan rumus persentase sebagai berikut :

P = 𝑓

𝑛 x 100%

Keterangan :

P : Besar persentase

f : Frekuensi hasil penelitian n : Jumlah responden penelitian Tabel 3.3 Pedoman Pengkategorian Hasil Belajar

No. Skor Kategori

1. 90-100 Sangat Tinggi

2. 80-89 Tinggi

3. 70-79 Sedang

4. 60-69 Rendah

5. 0-59 Sangat Rendah

2. Analisis Statistik Inferensial

Teknik analisis inferensial digunakan untuk menjawab hipotesis penelitian. Sebelum uji hipotesis statistik maka terlebih dahulu dilakukan pengujian dasar-dasar analisis yaitu uji normalitas data.

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Untik pengujian tersebut digunakan uji normalitas dengan kolgomoro smirnov dengan bantuan program SPSS for Windows versi 16.

Kriteria pengujian :

1) Jika nilai kolgomor smirnov ≤ 0,5 maka distribusi data tidak normal

(53)

2) Jika Jika nilai kolgomor smirnov ≥ 0,5 maka data berdistribusi normal

b. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah varians terbesar dibanding varians terkecil dengan menggunakan tabel F dan uji homogenitas of variance dengan bantuan SPSS 16 for windows. Adapun kriteria dalam pengujian ini adalah :

1) Nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05. Data yang diperoleh berasal dari populasi yang memiliki varians yang tidak sama.

2) Nilai signifikansi atau nilai probabilitas >0,05. Data yang diperoleh berasal dari populasi yang memiliki varians yang sama.

c. Uji Hipotesis

Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dengan menggunakan uji-t. Setelah uji prasyarat dilakukan dan terbukti bahwa data-data diolah berdistribusi normal dan homogenitas, maka dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji paired sampel t-test yang merupakan uji beda dua sampel berpasangan yakni subjek yang sama namun mengalami perlakuan yang berbeda. Kriteria pengambilan keputusannya adalah Jika sig.

≥ 0,05 maka H₀ diterima dan Hₐ ditolak sedangkan jika sig. ˂ 0,05 maka H₀ ditolak dan Hₐ diterima.

(54)

Jika dilihat dari hasil uji hipotesis pretest dan posttest diketahui bahwa 0,000 ˂ 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H₀ ditolak dan Hₐ diterima.

Hal ini berarti bahwa ada pengaruh pemberian Reinforcement terhadap hasil belajar IPS pada Murid Kelas IV SDN 9/25 Bantimurung Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep.

(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian dengan menggunakan eksperimen yang dilakukan terhadap 21 murid mengenai pengaruh pemberian reinforcement terhadap peningkatan hasil belajar IPS murid kelas IV di SD Negeri 9/25 Bantimurung Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep, dimana datanya diperoleh melalui instrument tes dan hasilnya dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskripsi dan uji hipotesis penelitian.

1. Analisis statistik deskriptif

Analisis statistik deskriptif dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai hasil belajar IPS murid kelas IV di SD Negeri 9/25 Bantimurung Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep sebelum (Pre test) dan sesudah (Post-test) diberikan reinforcement tentang pentingya kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari.

a. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Sebelum diberikan Perlakuan (Treatment) atau pretest

Hasil pretest tersebut kemudian dikumpulkan, diperiksa, dan dianalisis oleh peneliti. Statistik Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial sebelum diberikan perlakuan (treatment) atau pretest dapat dilihat pada tabel berikut:

41

(56)

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Sebelum diberikan Perlakuan (Treatment) atau pretest

Statistik Deskriptif Nilai Statistik

Banyaknya Sampel 21

Nilai Tertinggi 50

Nilai Terendah 22

Nilai terbanyak 45

Skor Rata-rata 42,38

Standar Deviasi 7,223

Sumber : Hasil olah data berdasarkan lampiran

Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar ilmu pengetahuan sosial sebelum diberikan perlakuan (treatment) atau pretest adalah 42,38. Nilai tertinggi yang dicapai murid adalah 50 dan nilai terendahnya adalah 22 dengan standar deviasi 7,223. Hal tersebut berarti bahwa skor hasil belajar ilmu pengetahuan sosial murid kelas IV pada saat pretest di SDN 9/25 Bantimurung tersebar dari nilai terendah 22 sampai pada nilai tertinggi 50.

Jika skor hasil belajar keterampilan menulis deskriptif murid sebelum diberikan perlakuan (treatment) atau pretest dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka diperoleh distribusi skor frekuensi dan persentase yang ditunjukkan pada tabel 4.2 berikut :

Referensi

Dokumen terkait

”Penelitian ini bertujuan untuk 1)Meningkatkan motivasi belajar ilmu pengetahuan social bagi siswa kelas IV SD N 1 Bowan Delanggu Klaten,2)Meningkatkan hasil belajar ilmu

Penelitian ini bertujuan untuk 1) meningkatkan proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas IV A SDN Sinduadi 1 Sleman dengan menggunakan metode Mind Mapping, 2)

Usaha yang dilakukan siswa dalam proses belajar mengajar secara efektif. dan efisien bukanlah merupakan suatu hal

1) Penguatan gerak isyarat, misalnya anggukan atau gelengan kepala, senyuman, kerut kening, acungan jempol, wajah mendung, wajah cerah, sorot mata yang sejuk bersahabat atau

Jika hanya 75% atau lebih dari jumlah anak didik yang mengikuti proses belajar mengajar mencapai taraf keberhasilan kurang (di bawah KKM), maka proses belajar mengajar

kriteria baik dari 0 murid (0%) menjadi 10 murid (27%), kriteria sedang dari 23 murid (62,2%) menjadi 25 (67,6%). 3) Rata-rata pengetahuan murid kelompok yang diberi

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata pembelajaran adalah kata benda yang diartikan segabai proses, cara menjadikan orang atau mahluk hidup belajar. Kata

Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis mempunyai anggapan dasar bahwa kemampuan komunikasi sangat diperlukan dalam proses pembelajaran IPS sebab untuk melatih