• Tidak ada hasil yang ditemukan

Minat belajar dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif jigsaw tipe I pada topic trigonometri kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok tahun ajaran 20162017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Minat belajar dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif jigsaw tipe I pada topic trigonometri kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok tahun ajaran 20162017"

Copied!
281
0
0

Teks penuh

(1)

i

Minat Belajar dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran yang Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Tipe I pada Topik Trigonometri Kelas

X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok Tahun Ajaran 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Sri Wahyuni Kalumbang

NIM: 131414112

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur skripsi ini saya persembahkan untuk:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria

keluarga tersayang saya Nenek Ruth (Alm), Nenek Lewa (Alm), Papa, Mama, Romo Edy, dan K beby yang

selalu ada dan mendukung saya dalam segala keadaan.

Rakat PMAT 13 yang sudah menemani dari awal saya masuk kuliah

Prodi Pendidikan Matematika yang sudah membimbing dan membina saya menjadi seorang calon guru

Universitas Sanata Dharma

Dan

(5)
(6)
(7)

vii

ABSTRAK

Sri Wahyuni Kalumbang. 2017. Minat Belajar dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran yang Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Tipe I Pada Topic Trigonometri Kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika danIlmu Pengetahuan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan keterlaksanaan model kooperatif Jigsaw Tipe I pada pembelajaran topik trigonometri siswa kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok tahun ajaran 2016/2017, (2) mendeskripsikan hasil belajar siswa, dalam pembelajaran yang menerapkan model kooperatif Jigsaw Tipe I pada topik trigonometri kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok tahun ajaran 2016/2017, dan (3) mendeskripsikan minat belajar siswa, dalam pembelajaran yang menerapkan model kooperatif Jigsaw Tipe I pada topik trigonometri kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok tahun ajaran 2016/2017,

Hasil penenlitian ini menunjukkan bahwa: (1) keterlaksanaannya melebihi 80%, maka dapat dikatankan model kooperatif Jigsaw tipe I telah terlaksana dengan sangat baik, (2) hasil belajar dapat dikatakan belum berhasil, karena siswa yang mencapai KKM kurang dari 75% yaitu 19 siswa atau 61,29%,dan (3) minat belajar siswa terdiri dari dua kategori yaitu 32,25% siswa memiliki minat belajar sangat tinggi dan 48,38% siswa memiliki minat belajar tinggi.

(8)

viii

ABSTRACT

Sri Wahyuni Kalumbang. 2017. Student Learning Interest and Learning Achievement on Lesson Applying Cooperative Learning Model Jigsaw Type I on Trigonometry Topic Class X MIPA 3 Public Senior High School 1 Depok Academic Year 2016/2017. Thesis. Mathematics education study Program, Mathematics and Science Education Department, Faculty of teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The research aims to (1) describe the implementation of cooperative learning model jigsaw type I on trigonometry topic student of class X MIPA 3 in Public Senior high school academic year 2016/2017, (2) describe the students learning achievement on the lesson applying cooperative learning model jigsaw type I on trigonometry topic in class X MIPA 3 Public Senior High School 1 Depok academic year 2016/2017, and (3) describe the students learning interest on the lesson applying cooperative learning model jigsaw type I on trigonometry topic in class X MIPA 3 Public Senior High School 1 Depok year 2016/2017.

The results of this research show that: (1) the implementation reaches more than 80%, so it can be said that cooperative learning model jigsaw type I has been done very well, (2) the students learning achievement can be said has not succeeded yet, because the students who reach minimal mastery criteria less than 75% . They are 19 students or 61,29%,and (3) the learning interest of students consist by two category. They are 32,25% of students have very high interest in learning and 48, 38% of students have high interest in learning.

(9)

ix

Kata Pengantar

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmatNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Minat Belajar dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran yang Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Tipe I pada Topik Trigonometri Kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok Tahun Ajaran 2016/2017”. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat saran, dorongan, bimbingan serta

keterangan-keterangan dari berbagai pihak yang merupakan pengalaman yang tidak dapat

diukur secara materi, namun dapat membukakan mata penulis bahwa

sesungguhnya pengalaman dan pengetahuan tersebut adalah guru yang terbaik

bagi penulis. Oleh karena itu dengan segala hormat dan kerendahan hati

perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika Universitas Sanata Dharma

4. Beni Utomo, M.Sc., selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma.

5. Bapak Febi Sanjaya, M.Sc., selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu, bersabar, dan membantu untuk membimbing

penulis dalam menyusun skripsi.

6. Kepada orang tua penulis Bapak Martinus B. Kalumbang, S.Pd.

dan Ibu Paulina Lailo yang sudah memberi dukungan dan doa

dari awal menentukan judul sampai skripsi ini berhasil

(10)

x

7. Kepada satu-satunya saudari perempuan penulis Junari fridawati

Beby Tamo Ina, yang selalu memberi dukungan dan doa dari

awal menentukan judul sampai skripsi ini berhasil diselesaikan.

8. Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd. dan Maria Suci Apriani, S.Pd.,

M.Sc., selaku validator untuk instrument-intrumen penulis.

9. Bapak Jumadi selaku guru matematika SMA Negeri 1 depok

yang sudah menjadi validator, membimbing, dan memberi

semangat penulis selama melakukan penulisan.

10.Ibu Magda yang sudah memberikan satu jam pelajarannya untuk

memperlancar proses penulisan yang dilakukan penulis

11.Kepada para observer dan documenter yang sudah menyediakan

waktu dan tenaga untuk memperlancar proses penulisan ini.

12.Siswa X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok yang sudah menjadi

subjek penulis dan mau bekerjasama untuk membantu

memperlancar proses penulisan ini.

13.Prof. Dr. St. Suwarsono yang sudah mengajarkan metode

penulisan dan membimbing penulis sebelum menentukan dosen

pembimbing.

14.Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang

sudah mendukung melalui semangat dan ilmu pengetahuannya.

15.Staf Sekretariat JPMIPA yang sudah direpotkan dengan

pembuatan surat ijin untuk membantu memperlancar proses

penulisan ini.

16. Keluarga Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika

2013

17.Rakat 13 yang selalu menjadi tempat sharing informasi dan

selalu menyemangati penulis

18.Kepada anak kos Sari Ayu 1 yang sudah selalu menyemangati

(11)
(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman judul ... i

Halaman persetujuan ... ii

Halaman pengesahan ... iii

Halaman persembahana ... iv

Pernyataan keaslian karya ... v

Lembar pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah... vi

Abstrak ... vii

Abstract ... viii

Kata pengantar ... ix

Daftar Isi... xii

Daftar tabel ... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Pembatasan Masalah ... 5

E. Penjelasan Istilah ... 5

(13)

xiii BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Kooperatif ... 8

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 12

C. Trigonometri ... 17

D. Belajar ... 34

E. Hasil Belajar ... 35

F. Minat ... 36

G. Kerangka Berpikir ... 37

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 40

B. Subjek Penelitian ... 40

C. Objek Penelitian ... 40

D. Metode Pengumpulan Data ... 40

E. Instrumen dalam Penelitian ... 41

F. Teknik Analisis Data ... 43

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan ... 45

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 47

B. Data Penelitian ... 48

C. Analisis Data ... 52

D. Pembahasan ... 58

(14)

xiv

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 4. Kategori keterlaksanaan RPP ... 44

Tabel 3. 5. Skor kuesioner minat siswa... 44

Tabel 3. 6. kriteria penilaian kecakapan akademik ... 44

Tabel 3. 7. Kriteria penilaian kecakapan akademik ... 45

Tabel 4. 1. Keterlaksanaan RPP ... 48

Tabel 4. 2. Data minat belajar siswa ... 48

Tabel 4. 3. Tabel nilai kuis 1 ... 49

Tabel 4. 4. Tabel nilai kuis 2 ... 50

Tabel 4. 5. Nilai tes akhir belajar siswa ... 51

Tabel 4. 6. Data minat belajar siswa ... 52

Tabel 4. 7. Statistika minat belajar siswa ... 53

Tabel 4. 8. Interpretasi minat belajar siswa... 53

Tabel 4. 9. Kategori minat belajar dan hasil belajar ... 54

Tabel 4. 10. Nilai kuis 1 ... 54

Tabel 4. 11. Kriteria pemahaman siswa kuis 1 ... 55

Tabel 4. 12. Nilai kuis 2 ... 56

Tabel 4. 13. Kriteria pemahaman kuis 2 ... 57

Tabel 4. 14. Nilai tes akhir siswa ... 57

Tabel 4. 15. Persentase siswa berdasarkan tes akhir ... 58

Tabel 4. 16. Statistika kuis 1 ... 63

Tabel 4. 17. Statistika kuis 2 ... 64

Tabel 4. 18. Perbandingan kuis 1 dan kuis 2 ... 64

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Trigonometri adalah salah satu materi yang dipelajari dalam

pembelajaran matematika. Trigonometri banyak digunakan pada

bidang-bidang ilmu pengetahuan lainnya selain ilmu matematika maupun ilmu

pendidikan matematika, misalnya seperti ilmu astronomi, ilmu geografi,

musik, dan lain sebagainya. Oleh karena itu sangat diperlukan

pengetahuan dasar yang baik bagi para siswa sebelum memasuki jenjang

yang lebih tinggi.

Berdasarkan data empiris yang peneliti miliki, mahasiswa angkatan

2013 yang pernah duduk di kelas IPA SMA, berpendapat bahwa materi

trigonometri adalah materi yang paling sukar bagi mereka. Tetapi, setelah

duduk dibangku kuliah trigonometri menjadi salah satu materi yang cukup

mudah untuk dipahami. Berdasarkan data ini peneliti menyadari

keruntutan, rincian materi, dan model pengajaran guru ikut serta

menentukan tingkat pemahaman seseorang.

Pada saat inipun, ketika peneliti bertanya pada anak SMA mereka

akan memberikan jawaban yang sama bahwa trigonometri adalah materi

yang sukar dipahami. Salah satu faktor yang melatarbelakangi jawaban ini

adalah informasi dari kakak tingkat atau orang terdekat bahwa tigonometri

adalah salah satu materi pelajaran matematika yang sukar. Pernyataan

tersebut dapat mensugesti seseorang untuk berpikir bahwa pelajaran

trigonometri sukar bahkan sebelum orang tersebut mulai mempelajarinya.

ini tidak tersedia juga mempengaruhi kelancaran proses pembelajaran.

Pada bulan Juli-September 2016 peneliti melakukan PPL (Program

Pengalaman Lapangan). Saat PPL berlangsung, peneliti cukup banyak

mendengar pendapat siswa tentang bagaimana cara pengajaran yang

(17)

bahwa cara mengajar guru sangat menentukan tingkat pemahaman mereka.

Pengajaran yang melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran tersebut.

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan guru untuk membuat

siswa aktif dalam pembelajaran adalah dengan menerapkan model

kooperatif Jigsaw Tipe I. Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi

yang saling asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar. Dari

pengertiannya sudah dijelaskan, bahwa pembelajaran dengan

menggunakan model kooperatif mau melibatkan siswa untuk turut

berperan aktif dalam proses pembelajaran yang dilangsungkan. Model

kooperatif Jigsaw Tipe I dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson

dan teman-temannya di Universitas Texas. Model kooperatif Jigsaw Tipe I

adalah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja

kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, dimana awalnya siswa

hanya belajar konsep tertentu yang akan menjadi spesialisnya sementara

konsep-konsep yang lain ia dapatkan melalui diskusi dengan teman

segrupnya. Jadi, melalui model kooperatif Jigsaw Tipe I ini siswa tidak

hanya belajar dari guru saja tetapi juga dari teman-teman kelompoknya.

Adapun Langkah-langkah pembelajaran model kooperatif Jigsaw Tipe I

adalah pertama siswa dibagi kedalam satu kelompok yang yang

beranggotakan ± 4 orang. Tiap orang dalam kelompok diberi materi dan

tugas yang berbeda. Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan

yang sama membentuk kelompok baru. Kelompok baru ini disebut

kelompok ahli. Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke

kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab

yang mereka kuasai. Setiap kelompok akan diberikan kesempatan untuk

maju mempresentasikan ke depan kelas yang dilanjutkan dengan

pembahasan bersama.

Menurut Sukardi (Ahmad Susanto, 2013), minat belajar dapat

diartikan sebagai suatu kesukaan, keragaman atau kesenangan akan

(18)

yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal

tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.

Makna belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri

siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor

sebagai hasil dari kegaiatan belajar. Hasil belajar juga dapat diartikan

sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di

sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes

mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Peneliti melakukan wawancara dan observasi di SMA Negeri 1

Depok. Peneliti melakukan observasi di kelas X MIPA 3. Berdasarkan

hasil observasi diperoleh bahwa SMA Negeri 1 Depok merupakan salah

satu sekolah yang menerapkan kurikulum 2013, lingkungannya bersih dan

asri, dan fasilitas yang tersedia sudah cukup memadai untuk

melangsungkan proses belajar mengajar. Selain itu, berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru matapelajaran

matematika diperoleh bahwa siswa X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok

mudah menerima pembelajaran tetapi masih kurang aktif dalam

berpendapat, bertanya, maupun berbagi informasi. Siswa cenderung hanya

menerima setiap materi yang diberikan oleh guru. Melihat hal tersebut

peneliti berharap adanya kesadaran dari siswa untuk turut berperan aktif

dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, pembelajaran dengan model

kooperatif Jigsaw Tipe I ini membantu memberikan banyak kesempatan

kepada siswa untuk berpendapat, mengelola informasi yang didapat,

meningkatkan keterampilan berkomunikasi, meningkatkan tanggung

jawab yang dimiliki oleh setiap siswa pada kelompoknya, dan

meningkatkan kemampuan berbagi informasi dengan kelompok lain.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan keterlaksanaan

model kooperatif Jigsaw Tipe I pada pembelajaran topik trigonometri

siswa kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok tahun ajaran 2016/2017,

menggambarkan hasil belajar siswa, dalam pembelajaran yang

(19)

X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok 2016/2017, dan menggambarkan minat

belajar siswa, dalam pembelajaran yang menerapkan model kooperatif

Jigsaw Tipe I pada topik trigonometri kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1

Depok 2016/2017.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti meneliti

tentang “MINAT BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN YANG MENERAPKAN MODEL KOOPERATIF

JIGWAS TIPE I PADA TOPIK TRIGONOMETRI KELAS X MIPA 3

SMA NEGERI 1 DEPOK TAHUN AJARAN 2016/2017”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas peneliti merumuskan beberapa

rumusan masalah untuk membantu kelancaran penelitian, yaitu:

1. Bagaimana keterlaksanaan model kooperatif Jigsaw Tipe I pada

pembelajaran topik trigonometri siswa kelas X MIPA 3 SMA

Negeri 1 Depok tahun ajaran 2016/2017?

2. Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang

menerapkan model kooperatif Jigsaw Tipe I pada topik trigonometri

kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok 2016/2017?

3. Bagaimana minat belajar siswa dalam pembelajaran yang

menerapkan model kooperatif Jigsaw Tipe I pada topik trigonometri

kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok 2016/2017?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan masalah di atas peneliti merumuskan beberapa tujuan

untuk membantu kelancaran penelitian, yaitu:

1. Untuk mendeskripsikan keterlaksanaan model kooperatif Jigsaw Tipe I

pada pembelajaran topik trigonometri siswa kelas X MIPA 3 SMA

(20)

2. Untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang

menerapkan model kooperatif Jigsaw Tipe I pada topik trigonometri

kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok 2016/2017.

3. Untuk mendeskripsikan minat belajar siswa dalam pembelajaran yang

menerapkan model kooperatif Jigsaw Tipe I pada topik trigonometri

kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok 2016/2017.

D. Pembatasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah, keterbatasan waktu, dana, dan

tenaga maka penelitian ini dikhususkan pada penerapan model kooperatif

Jigsaw Tipe I pada pembelajaran dengan topik trigonometri siswa kelas X

SMA Negeri 1 Depok tahun ajaran 2016/2017. Pada penelitian ini topik

trigonometri yang dipelajari adalah menjelaskan rasio trigonometri (sinus,

cosinus, tangen, cosecan, secan, dan cotangen) pada segitiga siku-siku dan

menggeneralisasi rasio trigonometri untuk sudut – sudut di berbagai kuadran dan sudut – sudut berelasi.

E. Penjelasan Istilah

Untuk mencegah terjadinya perbedaan pandangan dan pemikiran,

maka peneliti akan menjelaskan beberapa istilah yang berhubungan

dengan penelitian ini.

1. Model pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran

yang membagi siswa ke dalam beberapa kelompok heterogen

untuk bekerjasama mencapai tujuan kelompok.

2. Pembelajaran model kooperatif Jigsaw Tipe I

Pembelajaran model kooperatif Jigsaw Tipe I adalah salah

satu jenis pembelajaran kooperatif dimana siswa membentuk

(21)

guru kemudian siswa mengajarkannya kepada anggota lain

dalam kelompoknya. Yang membedakan Jigsaw tipe I dengan

tipe lainnya adalah tidak ada penjelasan materi di awal

pertemuan.

3. Trigonometri

Trigonometri adalah ilmu ukur tentang sudut dan segitiga.

4. Belajar

Belajar adalah perubahan tingkah laku atau

penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan

membaca, mengamati, meniru, dan lain sebagainya.

5. Minat Belajar

Minat belajar adalah dorongan dalam diri seseorang

atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian

secara efektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau

kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan, dan lama

kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam diri sendiri.

6. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan kognitif yang

diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang dibuuat,

diharapkan memberikan manfaat:

1. Bagi Guru

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai penambahan

(22)

2. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk lebih

aktif dalam pembelajaran yang dilakukan. Siswa diharapkan

lebih aktif dan kritis dalam mencari informasi terkait

pembelajaran trigonometri.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bekal bagi peneliti

sebelum terjun ke lapangan kerja nantinya, dan dapat

mengetahui hasil yang diperoleh dengan menerapkan model

(23)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Trianto (2009), teori yang mempelajari kooperatif adalah

teori konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme

sendiri menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan

mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar. Proses belajar

mengajar lebih diwarnai student centered daripada teacher centered.

Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai

fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah

pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak

hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun

pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk

mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini

merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan

ide-ide mereka sendiri.

1. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif

Menurut Trianto (2009), pembelajaran kooperatif (cooperative

learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa

belajar dan bekerja dalam kelompok. Kelompok kecil secara

kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang

dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pembagian

kelompok akan dilakukan oleh guru,agar dapat mencapai

pembagian kelompok yang heterogen. Pembagian kelompok siswa

dapat ditentukan dengan berdasarkan pada: (1) minat dan bakat

siswa, (2) latar belakang kemampuan siswa, (3) perpaduan antara

minat dan bakat siswa dan latar kemampuan siswa.

Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih

luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru

(24)

way traffic communication). Pelaksanaan prinsip dasar poko sistem

pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar

dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama

siswa lainnya. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap

anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu

untuk memahami materi pelajaran. Pada pembelajaran kooperatif,

belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam

kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Johnson & Johnson (Trianto, 2009) menyatakan bahwa

tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar

siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik

secara individu maupun secara kelompok.

3. Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif

Johnson & Jonhson dan Sutton (Trianto, 2009),

mengatakan terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif,

yaitu:

1) Pertama, saling ketergantungan yang bersifat positif

antara siswa. Dalam belajar kooperatif siswa merasa

bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai

satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa

tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya

juga sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya

merupakan bagian dari kelompok yang juga

mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.

2) Kedua, interaksi antara siswa yang semakin

meningkat. Belajar kooperatif akan meningkatkan

interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam hal

seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses

sebagai anggota kelompok. Saling memberikan

(25)

kegagalan seseorang dalam kelompok memengaruhi

suksesnya kelompok. Untuk mengatasi masalah

ini,siswa yang membutuhkan bantuan akan

mendapatkan dari teman sekelompoknya. Interaksi

yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal

tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang

dipelajari bersama.

3) Ketiga, tanggung jawab individual. Tanggung jawab

individual dalam belajar kelompok dapat berupa

tanggung jawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa

yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak dapat

hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman

jawab siswa dan teman sekelompoknya.

4) Keempat, keterampilan interpersonal dan kelompok

kecil. Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk

mempelajari materi yang diberikan seorang siswa

dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan

siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa

bersikap sebagai anggota kelompok dan

emnyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut

keterampilan khusus.

5) Kelima, proses kelompok. Belajar kooperatif tidak

akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses

kelompok terjadi jika anggota kelompok

mendiskusikan bagaimana mereka akan emncapai

tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang

baik.

Roger dan David Johson (Anita Lie, 2008:31) mengatakan bahwa

tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning.

Untuk mempunyai hasil yang maksimal ada lima unsur model

(26)

a. Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan suatu

tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan

setiap anggota kelompoklompoknya. Tugas kelompok

tidak akan bisa diselesaikan saat ada satu anggita yang

tidak bisa menyelesaikan tugasnya. Diperlukan kerja

sama yang baik antar anggota kelompok, maka setiap

anggita kelompok akan merasa saling ketergantungan.

b. Tanggung jawab perseorangan

Setiap anggota kelompok memiliki tugas dan tanggung

jawab pribadi sehingga siswa merasa memiliki

tanggung jawab untuk dapat melakukan yang terbaik.

c. Interaksi tatap muka

Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan

kesempatan bagi setiap anggotanya untuk bertatap

muka saling memberi informasi dan saling belajar.

Pada setiap interaksi tatap muka akan memberikan

pengalaman berharga kepada setiap anggota kelompok

untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan,

memanfaatkan kelebihan maasing-masing anggota dan

mengisi kekurangan masing-masing.

d. Komunikasi antar anggota

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat

mampu berpartisipasi aktif dan komunikatif.

Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka

dalam kehidupan di masyarakat kelak. Komunikasi

yang baik antar anggota kelompok tentunya dapat

memudahkan siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Dalam komunikasi yang baik tersebut,

(27)

menerima, saling mengeluarkan pendapat dan

mendukung serta mampu menyelesaikan masalah.

e. Evaluasi proses kelompok

Evaluasi dalam kelompok sangat diperlukan agar para

siswa dapat mengetahui kinerja mereka selama berada

dalam kelompok dan hasil kerja sama mereka.

Sehingga guru perku menjadwalkan waktu khusus

bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja dan

hasilnya agar selanjutnya dapat bekerja sama lebih

efektif.

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Model ini dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan

teman-temanya di Universitas Texas. Arti Jigsaw dalam bahasa inggris

adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle

yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran

kooperatif model jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji

(zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja

sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

Dalam model ini guru memilah informasi yang besar menjadi

beberapa bagian kecil. Setelah itu, guru membagi siswa ke dalam

kelompok belajar (kelompok asal) yang terdiri dari empat sampai enam

orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap subtopik

(bagian kecil) yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari

masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik

yang sama (kelompok ahli) berkumpul dalam satu kelompok untuk

mendiskusikan subtopik tersebut yang nantinya akan dijelaskan kembali

pada kelompok asalnya.

Siswa-siswa ini bekerjasama untuk menyelesaikan tugas

kelompoknya dalam: (1) Belajar dan menjadi ahli dalam subtopik yang

menjadi tanggung jawabnya; (2) merancang rencana bagaimana

(28)

Setelah belajar, menjadi ahli, dan merancang siswa kembali ke kelompok

asalnya sebagai “ahli” dalam suptopiknya dan mengajarkan subtopik

tersebut kepada teman-temanya. Dengan demikian, seluruh siswa

bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasannya (sebagai ahli)

terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru dan setiap siswa harus

menguasai topik dari setiap “ahli”. Ada tiga model Jigsaw yaitu (1) model

Jigsaw Tipe I, (2) model Jigsaw Tipe II, dan (3) model Jigsaw Tipe III.

1. Jigsaw Tipe I

Pada jenis ini siswa sangat dituntut untuk bertanggung jawab

terhadap penguasaan materi siswa lain di luar kelompoknya. Pada

model kooperatif Jigsaw tipe I ini kelas dibagi menjadi beberapa

kelompok asal. Materi pembelajaran dibagi dalam beberapa bagian,

kemudian dibagikan kepada setiap siswa dalam kelompok asal dengan

sub bagian yang berbeda. Siswa dalam satu kelas yang mendapatkan

materi yang sama, berkumpul, dan berdiskusi, kelompok baru ini

disebut kelompok ahli. Setelah selesai berdiskusi dalam kelompok ahli,

siswa kembali ke kelompok asal untuk mengajarkan materi ke anggota

kelompok asalnya. Kemudian guru memberikan evaluasi berupa kuis

yang dikerjakan oleh siswa secara individual.

2. Jigsaw Tipe II

Menurut Trianto (2009), Jigsaw tipe II dikembangkan oleh Slavin

(Roy Killen, 1996) dengan sedikit perbedaan. Perbedaan mendasar

antara pembelajaran Jigsaw I dan Jigsaw II, kalau pada tipe I, awalnya

siswa hanya belajar konsep-konsep yang akan menjadi spesialisnya

sementara konsep-konsep yang lain ia dapatkan melalui diskusi dengan

teman segrupnya. Pada tipe II ini siswa memperoleh kesempatana

belajar secara keseluruhan konsep (scan read seblum ia belajar

spesialisnya untuk menjadi expert. Berikut Langkah-langkah

(29)

a) Orientasi

Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan

diberikan. Memberikan penekanan tentang manfaat

penggunaan metode Jigsaw

dalam proses belajar mengajar. Mengingatkan senantiasa

percaya diri, kritis, kooperatif dalam model pembelajaran ini.

Peserta didik diminta belajar konsep secara keseluruhan secara

untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep. (bisa

juga pemahaman konsep ini menjadi tugas yang sebelumnya

harus sudah dibaca di rumah).

b) Pengelompokan

Misalkan dalam kelas ada 20 siswa, yang kita tahu kemampuan

matematikanya dan sudah di-ranking (siswa tidak perlu tahu),

kita bagi dalam 25% (ranking 1-5) kelompok sangat baik, 25%

(rangking 6-10) kelompok baik, 25% selanjutnya (ranking

11-15) kelompok sedang, 25% (ranking 15-20) rendah.

Selanjutnya kita akan membaginya menjadi 5 grup (A-E) yang

isi tiap-tiap grupnya heterogen dalam kemampuan matematika,

berilah indeks 1 untuk siswa dalam kelompok sangat baik,

indeks 2 untuk kelompok baik, indeks 3 untuk kelompok

sedang, dan indeks 4 untuk kelompok rendah. Misalkan (A1

berarti grup A dari kelompok sangat baik, … , A4 grup A dari

kelompok rendah).

Tiap grup akan berisi

Grup A {A1, A2, A3, A4}

Grup B {B1, B2, B3, B4}

Grup C {C1, C2, C3, C4}

Grup D {D1, D2, D3, D4}

(30)

c) Pembentukan dan pembinaan kelompok expert

Selanjutnya grup itu dipecah menjadi kelompok yang akan

mempelajarai materi yang kita berikan dan dibina supaya jadi

expert, berdasarkan indeksnya.

Kelompok 1 {A1, B1, C1, D1, E1}

Kelompok 2 {A2, B2, C2, D2, E2}

Kelompok 3 {A3, B3, C3, D3, E3}

Kelompok 4 {A4, B4, C4, D4, E4}

Tiap kelompok ini diberi konsep matematika (transformasi)

sesuai dengan kemampuannya. Kelompok 1 yang terdiri dari

siswa yang sangat baik kemampuannya diberi materi yang

lebih kompleks worksheet 1. Kelompok 2 diberi materi

worksheet 2. Kelompok 3 diberi worksheet 3. Dan kelompok 4

diberi worksheet 4.

Setiap kelompok diharapkan bisa belajar topik yang diberikan

dengan sebaik-baiknya sebelum ia kembali kedalam grup

sebagai tim ahli “expert”, tentunya peran pendidik cukup penting dalam fase ini.

d) Diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam grup

Expertist (peserta didik ahli) dalam konsep tertentu ini,

masing-masing kembali dalam grup semula. Pada fase ini kelima grup

(1-5) memiliki ahli dalam konsep-konsep tertentu (Worksheet

1-4). Selanjutnya pendidik mempersilahkan anggota grup untuk

mempresentasikan keahliannya kepada grupnya

masing-masing, satu persatu. Proses ini diharapkan akan terjadi

shearing pengetahuan antara mereka.

Aturan dalam fase ini adalah:

- Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa

(31)

- Memperoleh pengetahuan baru adaalh tanggung jawab

bersama, jadi tidak ada yang selesai belajar sampai setiap

anggota menguasai konsep.

- Tanyakan pada anggota grup sebelum Tanya paad pendidik.

- Pembicaraan dilakukan secara pelan agar tidak

mengganggu grup lain

- Akhiri diskusi dengan “merayakannya” agar memperoleh kepuasan

e) Tes (penilaian)

Pada fase ini guru memberikan tes tulis untuk dikerjakan oleh

siswa yang memuat seluruh konsep yang didiskusikan. Pada tes

ini siswa tidak diperkenankan untuk bekerja sama. Jika

mungkin tempat duduknya agak dijauhkan.

f) Pengakuan kelompok

Penilaian pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor

peningkatan individu, tidak didasarkan pada skor akhir yang

diperoleh siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu

melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat

memberikan kontribusi poin maksimum pada kelompoknya

dalam sistem skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk

kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melampui

skor dasar mereka.

3. Jigsaw Tipe III

Model Jigsaw yang ketiga ini dikembangkan oleh Kagan

(M. Huda, 2012). Tidak ada perbedaan yang menonjol pada Jigsaw

I, Jigsaw II, dan Jigsaw III dalam tata laksana dan prosedurnya

masing-masing. Hanya saja dalam Jigsaw III, Kagan lebih fokus

pada penerapannya di kelas-kelas bilingual. Jadi dengan dua model

Jigsaw sebelumnya yang dapat diterapkan untuk semua materi

pelajaran, model Jigsaw ini khusus diterapkan untuk kelas

(32)

pada umumnya menggunakan bahasa Inggris untuk materi, bahan,

lembar kerja, dan kuis.

C. Trigonometri

1. Pengukuran sudut

a. Pengukuran Sudut dalam Derajat

Menurut Rusgianto (2007), sudut adalah gabungan dua

buah sinar garis yang titik pangkalnya bersekutu. Persekutuan

pangkal tersebut dinamakan titik sudut dan sisi-sisinya disebut

kaki sudut. Sudut pada gambar di bawah ini dapat disebut dengan:

1) (sudut BAC)

2) (sudut A)

3) (theta)

Ukuran sudut yang sering digunakan adalah “derajat” yang

dinotasikan dengan o. 1 o (satu derajat) didefinisikan sebagai besar

sudut dalam sebuah lingkaran yang disapu oleh jari-jari lingkaran

sejauh

putaran. Definisi ini jika ditulis ke dalam persamaan

menjadi:

putaran

Setiap ukuran sudut dapat diubah ke dalam bentuk desimal

atau ke dalam bentuk menit (yang dinotasikan dengan’) dan detik

(yang dinotasikan dengan “) 1 menit didefinisikan sebagai

derajat, sedangkan 1 detik didefinisikan sebagai

(33)

(b) 1 menit = 60 detik atau 1’ = 60” 1 detik =

menit atau 1” =

Contoh Soal

Nyatakan ukuran sudut di bawah ini ke dalam bentuk derajat saja!

a) 36o4’

b. Pengukuran Sudut dalam Radian

Salah satu ukuran sudut yang lazim digunakan adalah

radian (disingkat: rad). Satu radian didefinisikan sebagai ukuran

sudut di dalam sebuah lingkaran yang diapit oleh dua jari-jari dan

panjang busur lingkaran yang sama dengan panjang jari-jari

(34)

Pada gambar lingkaran sebelumnya, busur

Hubungan radian dengan derajat dapat kita tentukan dengan

memperhatikan perbandingan busur lingkaran pada gambar diatas.

Jika nilai π diubah ke dalam bilangan pendekatan 3,142 maka

hubungan di aats dapat ditulis:

(35)

d) Pada saat pukul 11.00, berarti jarum panjang pada

jam menunjuk ke angka 12 dan jarum pendek pada

jam menunjuk ke angka 11. Artinya besar sudut

yang berbentuk oleh setiap dua angka yang

berdekatan adalah 300.

2. Sudut

Sudut adalah gabungan dua buah sinar garis yang titik pangkalnya

bersekutu. Persekutuan titik pangkal tersebut dinamakan titik sudut

dan sisi-sisinya disebut kaki sudut.

Suatu sudut bertanda “positif” jika arah putarannya berlawanan

dengan arah putaran jarum jam, dan bertanda “negatif” jika arah putarannya searah dengan arah putaran jarum jam. Arah putaran sudut juga dapat diperhatikan pada pisisi sisi akhir terhadap sisi awal.

3. Perbandingan Trigonometri pada Segitiga Siku-siku

Contoh soal:

Pak Yahya adalah seorang penjaga sekolah. Tinggi pak Yahya adalah

1,6 m. Dia mempunyai seorang anak, namanya Dani. Dani masih kelas

II Sekolah Dasar. Tinggi badannya 1,2 m. Dani adalah anak yang baik

dan suka bertanya. Dani pernah bertanya kepada ayahnya tentang

tinggi tiang bendera di lapangan itu. Dengan senyum, Ayahnya

menjawab 8m. Suatu sore, disaat dani menemani ayahnya

membersihkan rumput liar di lapngan, Dani melihat bayangan setiap

benda di tanah. Dani mengambil tali meteran dan mengukur panjang

bayangan ayahnya dan panjang bayangan tiang bendera, yaitu 3 m dan

B

(36)

15 m. Tetapi dia tidak dapat mengukur panjang bayangannya sendiri

karena bayangnnya mengikuti pergerakannya.

Dimana:

AB = tinggi tiang bendera (8 m)

BC = panjang bayangan tiang (15 m)

DE = tinggi pak Yahya (1,6 m)

EC = panjang bayangan pak Yahya (3 m)

FG = panjang bayangan Dani (1,2 m)

Berdasarakan gambar segitiga di atas terdapat tiga segitiga yaitu

sebagai berikut.

Karena ABC, DEC, FGC adalah sebangun, maka berlaku

Dengan menggunakan teorema phytagoras diperoleh nilai

(37)

2)

Berdasarkan penyelesaiannya di atas, hubungan perbandingan sudut

(lancip) dengan panjang sisi-sisi suatu segitiga siku-siku dinyatakan

dalam definisi berikut.

Definisi C.1

1) Sinus C didefinisikan sebagai perbandingan panjang sisi di

depan sudut dengan sisi miring segitiga, ditulis

sin C =

2) Cosinus C didefinisikan sebagai perbandingan panjang sisi

di samping sudut dengan sisi miring sgeitiga, ditulis

cos C =

3) Tangen C didefinisikan sebagai perbandingan panjang sisi

di depan sudut dengan panjang sisi di samping sudut, ditulis

tan C=

4) Cosecan C didefinisikan sebagai perbandingan panjang sisi

miring segitiga dengan sisi di depan sudut, ditulis

csc C =

atau csc C =

5) Secan C didefinisikan sebagai perbandingan panjang sisi

(38)

sec C =

atau sec C =

6) Cotangen C didefinisikan sebagai perbandingan sisi di

samping sudut dengan sisi di depan sudut, ditulis

cotan C =

- Mencari panjang sisi AB

AB √

- Dengan menggunakan Definisi C.1 kita peroleh:

(39)

Contoh 1

Pada suatu segitiga siku-siku PQR, dengan siku-siku di Q,

tan P = . Hitung nilai perbandingan trigonometri yang

lain untuk sudut P.

Penyelesaian:

Kita ketahui tan P = , artinya tan P =

Akibatnya, jika QR = 4k dan PQ = 3k, dengan k adalah

bilangan positif.

Dengan menggunakan Definisi C.1 untuk menentukan

nilai perbandingan trigonometri yang lain, yaitu:

(40)

c)

sekolahnya. Guru pertama berdiri tepat 10 m di depan guru

kedua. Jika sudut elevasi guru pertama 60o dan guru kedua

30o dapatkah kamu menghitung tinggi tiang bendera

titik, maka dapat diperoleh gambar sebagai berikut:

Dimana:

AC = tinggi tiang bendera

DG = tinggi guru pertama

EF = tinggi guru kedua

DE = jarak kedua guru

(41)

Berdasarkan Definisi C.1 di atas, diperoleh perbandingan

Jadi, tinggi tiang bendera adalah

(42)

Penyelesaian:

Dengan menggunakan Teorema Phytagoras, diperoleh bahwa

(43)

Untuk memudahkan kita menyelesaikan masalah ini, coba cermati gambar berikut ini. Diketahui tan M = 1, artinya;

tan M = 1 atau

atau KL=LM=k, dengan k bilangan

positif.

Dengan menggunakan Teorema Phytagoras, diperoleh

KM = √ √ √ √

4. Nilai Perbandingan Trigonometri untuk 30o, 45o, dan 60o

Pada saat mempelajari teori trigonometri, secara tidak langsung

juga menggunakan beberapa teori geometri. Dalam geometri,

khususnya dalam kajian konstruksi sudah tidak asing lagi dengan

penggunaan besar sudut 30o, 45o, dan 60o. Pada Subbab ini kita akan

menyelidiki dan menghitung nilai perbandingan trigonometri untuk

ukuran sudut 0o, 30o, 45o, 60o, dan 90o.

Masalah 1

Diberikan sebuah masalah sebagai berikut.

Diketahui suatu persegi ABCD dengan ukuran a (a adalah bilangan

positif). Dibentuk garis diagonal AC sedemikian sehingga membentuk

(44)

Penyelesaian:

Untuk menentukan nilai sin 45o, cos 45o, dan tan 45o, perlu diingat

kembali Definisi C.1 untuk menentukan panjang AC, gunakan

Teorema Phytagoras, yaitu

adalah bilangan positif). D adalah titik tengah sisi AB, seperti gambar

(45)

Hitunglah nilai sin 30o, cos

30o. tan 30o, sin 60o, cos 60o,

dan tan 60o!

Penyelesaian:

Lihat segitiga sama sisi ABC.

Karena D merupakan titik tengah sisi AB, maka

AD = .

Dengan demikian, kita peroleh

Dengan demikian, adalah segitiga siku-siku.

Sekarang lihat .

Diketahui bahwa AC = 2a, AD = a, dengan menggunakan Teorema

Phytagoras, dapat ditentukan panjang sisi CD, yaitu

√ √

Dan

1) Untuk , maka nilai perbandingan trigonometri

(menggunakan Definisi C.1)

(46)

5. Menentukan nilai-nilai sudut istimewa di kuadran I dan Kuadran II

Tabel nila-nilai sudut istimewa di kuadran I

sin Cos tan csc sec Cot

Catatan: simbol ~ diartikan tidak terdefinisi

(47)

sin cos tan csc Sec Cot

Catatan: simbol ~ diartikan tidak terdefinisi

6. Fungsi-fungsi Trigonometri Sudut Berelasi

(48)

tan (90 + a) o = -cot ao

1) Nyatakan sebagai perbandingan trigonometri:

cos 395o

2) Nyatakan sebagai perbandingan trigonometri:

Sin 30o

Cos 15o

(49)

Penyelesaian:

Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat diuraikan

sebagai berikut (Sardiman A.M., 1986):

1. Cronbach memberikan definisi: “Learning is shown by a

change in behavior as a result of experience”.

2. Harold Spears memberikan batasan : “Learning is to observe, to read, to imitate, to try something them selves, to listen, to

follow direction”.

3. Geoch, mengatakan : “Learning is a change in performance as

a result of practice”.

Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu

senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan

serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,

mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih

baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak

(50)

Di samping definisi-definisi tersebut, ada beberapa pengertian lain

dan cukup banyak, baik yang dilihatt secara mikro maupun secara makro,

dilihat dalam arti luas ataupun terbatas/khusus. Dalam pengertian luas,

belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke

perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar

dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahua yang

merupakan sebagian menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.

E. Hasil Belajar

Menurut Ahmad Susanto (2013), makna belajar yaitu

perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek

kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.

Pengertian tentang hasil belajar sebagiamana diuraikan di atas dipertegas

lagi oleh Nawawi dalam K. Brahim (Ahmad Susanto, 2013) yang

menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat

keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang

dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah

materi pelajaran tertentu.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, yang dimaksud dengan hasil

belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui

kegiatan belajar, karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari

seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan

perilaku yang relative menetap. Dalam kegiaatn pembelajaran atau

kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak

yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan

pembelajaran atau tujuan instruksional.

Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicaapi tlah sesuai

dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi.

Sebagaimana dikemukakan oleh Sunal (Ahmad Susanto, 2013), bahwa

evaluasi merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat

(51)

siswa. Selain itu, dengan dilakukannya evaluasi atau penilaian ini dapat

dijadikan feedback atau tindak lanjut, atau bahkan cara untuk mengukur

tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja

diukur dari tingfkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan

keterampilan. Dengan demikian, penilaian hasil belajar siswa mencakup

kemampuan kognitif yang dipelajari di sekolah.

F. Minat

Menurut Sukardi (Susanto, 2013), minat dapat diartikan sebagai

suatu kesukan, keragaman atau kesenangan akan sesuatu. Adapun menurut

Sardiman (Susanto, 2013), minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila

seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan

dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan sendiri. Oleh

karena itu, apa saja yang dilihat seseorang barang tentu akan

membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai

hubungan dengan kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa

minat merupakan kecendrungan jiwa seseorang terhadap sesuatu objek,

biasanya disertai dengan perasaan senang, karena itu merasa ada

kepentingan dengan sesuatu itu.

Menurut Bernard (Susanto, 2013), menyatakan bahwa minat

timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat dari

partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja. Jadi,

jelas bahwa, minat akan selalu terkait dengan persoalan kebutuhan dan

keinginan. Dalam kaitannya dengan belajar, Menurut Hansen (Susanto,

2013) menyebutkan bahwa minat belajar siswa erat hubungannya dengan

kepribadian, motivasi, ekspresi dan konsep diri atau identifikasi, faktor

keturunan dan pengaruh eksternal atau lingkungan. Dalam praktiknya,

minat atau dorongan dalam diri siswa terkait dengan apa dan bagaimana

siswa dapat mengaktualisasikan dirinyta melalui belajar.

Menurut Makmum Khairani (2014: 137), minat merupakan suatu

(52)

1) Adanya pemusatan perhatian, perasaan dan pikiran dari subyek

karena tertarik

2) Adanya perasaan senang serta menganggap bernilai terhadap

obyek yang menjadi sasaran

3) Adanya kemauan atau kecenderungan pada diri subyek untuk

melakukan kegiatan guna mencapai tujuan

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

minat adalah ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tertentu dalam

perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap, dan

keterampilan. Dengan demikian, peneliti mengukur minat belajar pada

aspek adaanya ketertarikan,keberartian, dan keterlibatan dalam

pembelajaran.

G. Kerangka Berpikir

Berdasarkan data empiris yang dimiliki trigonometri merupakan

salah materi yang sukar untuk di pahami. Akan tetapi, ketika duduk di

bangku perkuliahan materi ini menjadi salah satu yang cukup mudah untuk

dipahami. Namun, siswa saat inipun akan memberikan jawaban

trigonometri sebagai materi yang sukar untuk dipahami. Banyak hal yang

melatarbelakangi jawaban tersebut seperti fasilitas yang kurang memadai,

lingkungan yang tidak mendukung, dan lain sebagainya.

Peneliti melakukan observasi dan wawancara di X MIPA 3 SMA

Negeri 1 Depok. Berdasarkan hasil observasi siswa cenderung menerima

setiap materi yang diberikan oleh guru tanpa mencari tahu melalui

referensi lainnya. Pada saat peneliti melakukan PPL, siswa di tempat

tersebut memberitahu bahwa mereka menginginkan pembelajaran yang

membuat siswa aktif.

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan guru untuk membuat

siswa aktif dalam pembelajaran adalah dengan menerapkan model

(53)

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif,

karena data utama pada penelitian ini tes hasil belajar dan kuesioner adalah

jenis data kuantitatif.

Proses penelitian ini diawali dengan melakukan observasi.

Kegiatan observasi ini bertujuan untuk melihat kemampuan siswa di kelas

peneliti melakukan penelitian. Hal ini bertujuan agar peneliti dapat

mengelompokkan siswa dalam kelompok heterogen. Setelah itu, peneliti

akan membagi siswa dalam beberapa kelompok besar (kelompok asal) dan

kelompok ahli. Pembagian kelompok akan dilakukan satu minggu sebelum

pengajaran berlangsung. Setelah dibagi dalam kelompok siswa akan

berdiskusi, mencari materi, dan meringkasnya untuk dipresentasikan di

depan kelas. Proses presentasi ini dilakukan secara terurut berdasarkan

materi yang akan dipelajari. Dalam satu kelompok hanya akan ada dua

siswa yang melakukan presentasi. Penentuan kelompok dan perwakilan

siswa yang melakukan presentasi akan dilakukan pada hari H saat

presentasi hendak dilakukan. Hal ini bertujuan agar setiap siswa

benar-benar akan selalu mempersiapkan diri untuk melakukan presentasi, dengan

begitu secara tidak langsung setiap siswa akan menguasai setiap materi.

Pada akhir presentasi akan selalu ada penguatan dan masukan dari peneliti.

Saat proses pembelajaran ini berlangsung, peneliti juga ditemani

oleh beberapa teman-teman yang bertugas melakukan observasi terhadap

pembelajaran yang berlangsung.

Dalam proses pembelajaran yang akan berlangsung, setiap diselesaikan

dua presentasi akan dilakukan kuis. Kuis akan dilakukan sebanyak dua

kali. Pada hari terakhir presentasi dilakukan peneliti akan menyebarkan

angket kuesioner tentang minat siswa, untuk mengetahui minat siswa

karena salah satu tinjauan keberhasilan penelitian ini dilihat dari minat

siswa. Setelah semua topik selesai dipresentasikan peneliti akan

memberikan tes hasil bealajar untuk melihat hasil belajar siswa, karena

tinjauan keberhasilan lain dari penelitian ini adalah hasil belajar siswa.

(54)

kepada beberapa siswa untuk memperkuat hasil yang diperoleh terkait

(55)

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif kuantitatif. Sukmadinata

(2008) mengatakan, Penelitian kuantitatif didasarkan atas konsep positivis

yang bertolak dari asumsi bahwa realita bersifat tunggal, fixed, stabil, lepas

dari kepercayaan dan perasaan-perasaan individual. Pada penelitian ini data

yang diperoleh adalah data dalam bentuk angka pada hasil belajar siswa dan

data kuesioner yang di ubah dalam bentuk angka atau scoring.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1

Depok berjumlah 31 siswa terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 23 siswa

perempuan.

C. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah keterlaksanaan pembelajaran, minat belajar,

dan hasil belajar siswa kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok terkait dengan

penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe I pada pembelajaran

Trigonometri.

D. Metode pengumpulan data

1. Teknik Pengamatan Langsung atau Observasi Langsung

Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan

pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan

mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.

Teknik pengamatan dilakukan dengan cara mencentang lembar

observasi pada kolom keterlaksanaan yang didasarkan pada pengamatan

para observer saat mengamati kegiatan pembelajaran matematika dengan

(56)

2. Menyebar Kuesioner Minat Belajar

Pengumpulan data minat melalui kuesioner ini dilakukan dengan

menyebarkan lembar kuesioner pada akhir pembelajaran trigonometri

(sebelum melakukan ulangan harian). Peneliti memberikan arahan kepada

siswa dalam mengisi lembar kuesioner. Setelah mengisi lembar kuesioner

siswa diminta untuk mengumpulkan kembali lembar kuesioner yang

sudah diisi. Kuesioner minat belajar ini bertujuan untuk mengetahui

seberapa besar minat belajar siswa terhadap pembelajaran matematika

terkhususnya pada topik trigonometri dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe I.

3. Tes Hasil Belajar

Metode tes ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar

siswa kelas X SMA Negeri 1 Depok setelah diterapkan model

pembelajaran kooperatif Jigsaw Tipe I. Tes hasil belajar terdiri dari kuis

dan tes akhir belajar.

4. Teknik Wawancara

Penjadwalan wawancara dilakukan dengan menyesuaikan jadwal

dari 18 siswa yang dipilih secara random. Tujuh belas murid tersebut

dipilih dengan menggunakan teknik quota sampling. Peneliti melakukan

rekaman dalam proses wawancara untuk membantu kelancaran proses

wawancara. Wawancara ini bertujuan untuk mendapat data minat siswa

dan menunjang jawaban kuesioner yang sudah dilakukan.

E. Instrumen dalam Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian. Instrument yang digunakan ada dua, yaitu instrumen pembelajaran

(57)

1. Instrumen pembelajaran

Instrumen pembelajaran dalam penelitian ini berupa Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun oleh peneliti

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw

Tipe I.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian terdiri dari instrumen hasil belajar dan

instrumen minat. Instrumen hasil belajar digunakan dalam

pengambilan data hasil belajar siswa, yang dilakukan setelah siswa

mengikuti pembelajaran trigonometri dengan model pembelajaran

kooperatif Jigsaw Tipe I. Instrumen tes hasil belajar meliputi Kuis dan

tes hasil belajar. Sedangkan Instrumen minat digunakan dalam

pengambilan data minat siswa, yang dilakukan setelah siswa mengikuti

pembelajaran trigonometri dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif Jigsaw Tipe I. Instrumen minat meliputi lembar angket

kuesioner dan lembar pertanyaan wawancara.

a. Lembar Kuis

Lembar kuis adalah lembar yang memuat soal-soal kuis

yang akan dibagikan setelah dua kelompok selesai melakukan

presentasi.

b. Lembar Tes Akhir

Lembar tes akhir adalah lembar tes yang memuat soal-soal tes

akhir trigonometri setelah model pembelajaran kooperatif jigsaw

tipe I diterapkan. Lembar tes akan dibagikan setelah siswa

mengikuti suatu pembelajaran dengan tujuan mengetahui hasil

(58)

trigonometri yang sudah dipelajari dalam kegiatan pembelajaran

dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw Tipe I.

Penilaian hasil akhir dilakukan dengan mengadakan tes tertulis.

Soal-soal tes berupa 5 soal trigonometri dengan skor penilaian

adalah interval dari 0-100.

c. Lembar Kuesioner Minat Belajar

Lembar kuesioner minat belajar dibagiakan pada

pertemuan terakhir. Tujuan pengisian lembar kuesioner ini adalah

untuk melihat minat belajar siswa setelah diterapkan model

pembelajaran kooperatif jigsaw tipe I pada topik trigonometri.

d. Lembar Wawancara

Lembar wawancara digunakan sebagai pedoman untuk

mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya-jawab

sepihak. Pada lembar wawancara terdapat 10 pertanyaan yang telah

disediakan.

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Analisis keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran

penerapan model pembelajaran kooperatif jigsaw tipe I adalah sebagai

berikut

Untuk mengukur jumlah keterlaksanaan rencana pelaksanaan

pembelajaran penerapan model pembelajaran kooperatif jigsaw tipe I

adalah menggunakan skala Guttman. Dimana nilai 1 diberikan apabila

tanda cek diberikan pada kolom YA dan nilai 0 diberikan apabila tanda

cek diberikan pada kolom TIDAK.

(59)

Tabel 3.4. Kategori Keterlaksanaan RPP

No Persentase Kategori

1 81%-100% Sangat Baik

2 61%-80% Baik

3 41%-60% Cukup

4 21%-40% Kurang

5 0%-20% Sangat Kurang

2. Analisis Data Minat Belajar

Setelah kuesioner diisi oleh siswa dan dikumpulkan, selanjutnya

akan dilakukan perhitungan persentase skor setiap aitemnya. Rumus

untuk menghitung persentase skornya adalah sebagai berikut:

A = Jumlah skor terbesar

B = Jumlah skor terkecil

Dalam penelitian ini, peneliti memberikan skor

menggunakan skala Likert untuk setiap aitem pada jawaban siswa.

Tabel 3. 5. Skor Kuesioner Minat Siswa

Jawaban Pernyataan

3. Analisis Data Tes Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar siswa diperoleh dari hasil tes yang dikerjakan

secara individu, yang meliputi kuis dan tes hasil belajar.

a. Data kuis

Tabel 3.6. kriteria penilaian kecakapan akademik

Persentase ketuntasan Klasifikasi

x ˃ 80 Sangat Baik

80 ≤ x ˃ 60 Baik

(60)

Persentase ketuntasan Klasifikasi

40 ≤ x ˃ 20 Kurang

x ≤ 20 Sangat Kurang

(Widoyoko, 2009: 242)

x adalah persentase ketuntasan yang diperoleh dalam

penelitian.

b. Data Tes hasil akhir siswa

Tabel 3. 7. kriteria penilaian kecakapan akademik

Persentase ketuntasan Klasifikasi

x ˃ 80 Sangat Baik

x adalah persentase ketuntasan yang diperoleh dalam

penelitian.

Data hasil belajar dianalisis dengan menggunakan KKM yang ditetapkan oleh sekolah. KKM untuk mata pelajaran matematika adalah 75.

G. Prosedur pelaksanaan penelitian secara keseluruhan

1. Tahap Persiapan

Peneliti memasukkan persyaratan ke kantor Kesatuan Bangsa

Kabupaten Sleman untuk mendapat surat rekomendasi penelitian. Setelah

itu peneliti membawa surat rekomendasi penelitian ke BAPEDA untuk

mendapatkan surat izin penelitian. Lalu mengantar surat izin penelitian ke

sekolah.

2. Tahap Pengamatan

Peneliti melakukan pengamatan agar peneliti mengetahui keadaan

siswa. Pengamatan juga dilakukan agar peneliti mengetahui kemampuan

siswa dan dapat mengelompokkan mereka dalam kelompok heterogen

(61)

3. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dan pengamatan ini, peneliti melakukan

kegiatan sebagai berikut:

a. Peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai rancangan

peneliti

b. Peneliti memberikan kuis setelah 2 kelompok melakukan

presentasi sesuai dengan indicator yang dicapai

c. Peneliti mengadakan tes hasil belajar guna mengetahui hasil

belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika

dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw Tipe I.

d. Peneliti akan membagi lembar kuesioner pada pertemuan

terakhir (presentasi terakhir) sebelum ulangan harian

dilakukan.

e. Peneliti akan memilih beberapa siswa untuk melakukan

wawancara setelah ulangan harian. Wawancara akan dilakukan

diluar jam kegiatan belajar mengajar.

4. Pengolahan Data

Dari data-data yang telah diperoleh, kemudian peneliti melakukan

(62)

47

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Pada bulan Januari peneliti memasukkan surat ijin penelitian ke

dinas. Dari dinas langsung memberikan ijin penelitian dan tembusan ke

beberapa kantor lainnya. Semua tembusan peneliti masukkan pada bulan

januari.

Pada bulan Februari peneliti melakukan penelitian. Penelitian ini

dilakukan dalam 5 pertemuan. Penelitian dilakukan pada hari senin dan

sabtu. Pertemuan pertama dimulai pada tanggal 25 Februari 2017 dan

diakhiri pada tanggal 6 Maret 2017.

Pada bulan april sampai dengan juni peneliti gunakan untuk

melakukan penulisan skripsi. Terdapat jeda kurang dari satu bulan

sebelum melakukan penulisan skripsi. Jeda tersebut peneliti gunakan

untuk memeriksa jawaban tes hasil belajar siswa, jawaban kuesioner minat

belajar siswa, dan konsultasi latar belakang.

Instrumen-instrumen yang akan digunakan dalam penelitian

sebelum diterapkan pada subyek penelitian harus memenuhi syarat valid.

Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.

Menurut Sudjana (2016:13) validitas isi berkenaan dengan kesanggupan

alat penlaian dalam mengukur isi yang seharusnya. Tes tersebut harus

mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak

diukur. Peneliti meminta pertimbangan ahli ( dosen dan guru mata

pelajaran) untuk menguji kesesuaian isi dari tes hasil belajar siswa,

kuesioner minat belajar siswa, kuesioner kelompok, lembar observasi,

wawancara dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Instrumen penelitian tes hasil belajar siswa, instrumen kuesioner

minat belajar siswa, instrumen kuesioner kelomopok, lembar observasi,

wawancara, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) divalidasi oleh

(63)

Berdasarkan hasil validasi pakar, semua instrumen penelitian digunakan

dengan revisi. Adapun hasil validasi instrument penelitian ini adalah dapat

digunakan dengan sedikit revisi.

B. Data Penelitian

1. Data Keterlaksanaan Rencana Pembelajaran (RPP)

Pengamatan keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

diamati oleh tiga observer selama pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran Kooperatif Jigsaw tipe I.

Tabel 4. 1.Keterlaksanaan RPP

No Pertemuan

TOTAL KESELURUHAN 443

2. Data Minat Belajar Siswa

- Data minat belajar ditinjau dari kuesioner

Pengisian kuesioner dilakukan setelah diterapkan model

pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe I. Berikut tabel data minat

belajar siswa ditinjau dari kuesioner.

Tabel 4. 2. Data Minat Belajar siswa

(64)

No Nama Skor No Nama Skor

3. Data Hasil belajar Siswa

Hasil belajar siswa terdiri dari tiga bagian yaitu kuis 1, kuis 2, dan tes

Gambar

gambar berikut ini.
Tabel nila-nilai sudut istimewa di kuadran I
Tabel 3. 5. Skor Kuesioner Minat Siswa Jawaban
Tabel 3. 7. kriteria penilaian kecakapan akademik Persentase ketuntasan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar ekonomi siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Nawangan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas X SMA N 2 Tebing Tinggi yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Skripsi berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X SMA Pada Pokok Bahasan Perhitungan ”

Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X Di SMA Negeri 11

Keefektifan Model Pembelajaran Problem based learning (PBL) dan Kooperatif Tipe Jigsaw Berbantuan Prezi Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Negeri Surakarta Ditinjau

(2014: 125) di SMA Negeri 7 Binjai diperoleh bahwa siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw secara signifikan lebih baik dalam

Model pembelajaran yang nantinya akan digunakan peniliti adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Adapun model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah

Berdasarkan hasil observasi tersebut ditemukanlah SMA Negeri yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, mencari pasangan (Make a Match), dan Jigsaw