i
Minat Belajar dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran yang Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Tipe I pada Topik Trigonometri Kelas
X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok Tahun Ajaran 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Sri Wahyuni Kalumbang
NIM: 131414112
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur skripsi ini saya persembahkan untuk:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria
keluarga tersayang saya Nenek Ruth (Alm), Nenek Lewa (Alm), Papa, Mama, Romo Edy, dan K beby yang
selalu ada dan mendukung saya dalam segala keadaan.
Rakat PMAT 13 yang sudah menemani dari awal saya masuk kuliah
Prodi Pendidikan Matematika yang sudah membimbing dan membina saya menjadi seorang calon guru
Universitas Sanata Dharma
Dan
vii
ABSTRAK
Sri Wahyuni Kalumbang. 2017. Minat Belajar dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran yang Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Tipe I Pada Topic Trigonometri Kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika danIlmu Pengetahuan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan keterlaksanaan model kooperatif Jigsaw Tipe I pada pembelajaran topik trigonometri siswa kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok tahun ajaran 2016/2017, (2) mendeskripsikan hasil belajar siswa, dalam pembelajaran yang menerapkan model kooperatif Jigsaw Tipe I pada topik trigonometri kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok tahun ajaran 2016/2017, dan (3) mendeskripsikan minat belajar siswa, dalam pembelajaran yang menerapkan model kooperatif Jigsaw Tipe I pada topik trigonometri kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok tahun ajaran 2016/2017,
Hasil penenlitian ini menunjukkan bahwa: (1) keterlaksanaannya melebihi 80%, maka dapat dikatankan model kooperatif Jigsaw tipe I telah terlaksana dengan sangat baik, (2) hasil belajar dapat dikatakan belum berhasil, karena siswa yang mencapai KKM kurang dari 75% yaitu 19 siswa atau 61,29%,dan (3) minat belajar siswa terdiri dari dua kategori yaitu 32,25% siswa memiliki minat belajar sangat tinggi dan 48,38% siswa memiliki minat belajar tinggi.
viii
ABSTRACT
Sri Wahyuni Kalumbang. 2017. Student Learning Interest and Learning Achievement on Lesson Applying Cooperative Learning Model Jigsaw Type I on Trigonometry Topic Class X MIPA 3 Public Senior High School 1 Depok Academic Year 2016/2017. Thesis. Mathematics education study Program, Mathematics and Science Education Department, Faculty of teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
The research aims to (1) describe the implementation of cooperative learning model jigsaw type I on trigonometry topic student of class X MIPA 3 in Public Senior high school academic year 2016/2017, (2) describe the students learning achievement on the lesson applying cooperative learning model jigsaw type I on trigonometry topic in class X MIPA 3 Public Senior High School 1 Depok academic year 2016/2017, and (3) describe the students learning interest on the lesson applying cooperative learning model jigsaw type I on trigonometry topic in class X MIPA 3 Public Senior High School 1 Depok year 2016/2017.
The results of this research show that: (1) the implementation reaches more than 80%, so it can be said that cooperative learning model jigsaw type I has been done very well, (2) the students learning achievement can be said has not succeeded yet, because the students who reach minimal mastery criteria less than 75% . They are 19 students or 61,29%,and (3) the learning interest of students consist by two category. They are 32,25% of students have very high interest in learning and 48, 38% of students have high interest in learning.
ix
Kata Pengantar
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmatNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Minat Belajar dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran yang Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Tipe I pada Topik Trigonometri Kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok Tahun Ajaran 2016/2017”. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat saran, dorongan, bimbingan serta
keterangan-keterangan dari berbagai pihak yang merupakan pengalaman yang tidak dapat
diukur secara materi, namun dapat membukakan mata penulis bahwa
sesungguhnya pengalaman dan pengetahuan tersebut adalah guru yang terbaik
bagi penulis. Oleh karena itu dengan segala hormat dan kerendahan hati
perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan.
2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Universitas Sanata Dharma
4. Beni Utomo, M.Sc., selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma.
5. Bapak Febi Sanjaya, M.Sc., selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, bersabar, dan membantu untuk membimbing
penulis dalam menyusun skripsi.
6. Kepada orang tua penulis Bapak Martinus B. Kalumbang, S.Pd.
dan Ibu Paulina Lailo yang sudah memberi dukungan dan doa
dari awal menentukan judul sampai skripsi ini berhasil
x
7. Kepada satu-satunya saudari perempuan penulis Junari fridawati
Beby Tamo Ina, yang selalu memberi dukungan dan doa dari
awal menentukan judul sampai skripsi ini berhasil diselesaikan.
8. Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd. dan Maria Suci Apriani, S.Pd.,
M.Sc., selaku validator untuk instrument-intrumen penulis.
9. Bapak Jumadi selaku guru matematika SMA Negeri 1 depok
yang sudah menjadi validator, membimbing, dan memberi
semangat penulis selama melakukan penulisan.
10.Ibu Magda yang sudah memberikan satu jam pelajarannya untuk
memperlancar proses penulisan yang dilakukan penulis
11.Kepada para observer dan documenter yang sudah menyediakan
waktu dan tenaga untuk memperlancar proses penulisan ini.
12.Siswa X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok yang sudah menjadi
subjek penulis dan mau bekerjasama untuk membantu
memperlancar proses penulisan ini.
13.Prof. Dr. St. Suwarsono yang sudah mengajarkan metode
penulisan dan membimbing penulis sebelum menentukan dosen
pembimbing.
14.Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang
sudah mendukung melalui semangat dan ilmu pengetahuannya.
15.Staf Sekretariat JPMIPA yang sudah direpotkan dengan
pembuatan surat ijin untuk membantu memperlancar proses
penulisan ini.
16. Keluarga Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika
2013
17.Rakat 13 yang selalu menjadi tempat sharing informasi dan
selalu menyemangati penulis
18.Kepada anak kos Sari Ayu 1 yang sudah selalu menyemangati
xii
DAFTAR ISI
Halaman judul ... i
Halaman persetujuan ... ii
Halaman pengesahan ... iii
Halaman persembahana ... iv
Pernyataan keaslian karya ... v
Lembar pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah... vi
Abstrak ... vii
Abstract ... viii
Kata pengantar ... ix
Daftar Isi... xii
Daftar tabel ... xv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Pembatasan Masalah ... 5
E. Penjelasan Istilah ... 5
xiii BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Kooperatif ... 8
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 12
C. Trigonometri ... 17
D. Belajar ... 34
E. Hasil Belajar ... 35
F. Minat ... 36
G. Kerangka Berpikir ... 37
BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 40
B. Subjek Penelitian ... 40
C. Objek Penelitian ... 40
D. Metode Pengumpulan Data ... 40
E. Instrumen dalam Penelitian ... 41
F. Teknik Analisis Data ... 43
G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan ... 45
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 47
B. Data Penelitian ... 48
C. Analisis Data ... 52
D. Pembahasan ... 58
xiv
B. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 69
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 4. Kategori keterlaksanaan RPP ... 44
Tabel 3. 5. Skor kuesioner minat siswa... 44
Tabel 3. 6. kriteria penilaian kecakapan akademik ... 44
Tabel 3. 7. Kriteria penilaian kecakapan akademik ... 45
Tabel 4. 1. Keterlaksanaan RPP ... 48
Tabel 4. 2. Data minat belajar siswa ... 48
Tabel 4. 3. Tabel nilai kuis 1 ... 49
Tabel 4. 4. Tabel nilai kuis 2 ... 50
Tabel 4. 5. Nilai tes akhir belajar siswa ... 51
Tabel 4. 6. Data minat belajar siswa ... 52
Tabel 4. 7. Statistika minat belajar siswa ... 53
Tabel 4. 8. Interpretasi minat belajar siswa... 53
Tabel 4. 9. Kategori minat belajar dan hasil belajar ... 54
Tabel 4. 10. Nilai kuis 1 ... 54
Tabel 4. 11. Kriteria pemahaman siswa kuis 1 ... 55
Tabel 4. 12. Nilai kuis 2 ... 56
Tabel 4. 13. Kriteria pemahaman kuis 2 ... 57
Tabel 4. 14. Nilai tes akhir siswa ... 57
Tabel 4. 15. Persentase siswa berdasarkan tes akhir ... 58
Tabel 4. 16. Statistika kuis 1 ... 63
Tabel 4. 17. Statistika kuis 2 ... 64
Tabel 4. 18. Perbandingan kuis 1 dan kuis 2 ... 64
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Trigonometri adalah salah satu materi yang dipelajari dalam
pembelajaran matematika. Trigonometri banyak digunakan pada
bidang-bidang ilmu pengetahuan lainnya selain ilmu matematika maupun ilmu
pendidikan matematika, misalnya seperti ilmu astronomi, ilmu geografi,
musik, dan lain sebagainya. Oleh karena itu sangat diperlukan
pengetahuan dasar yang baik bagi para siswa sebelum memasuki jenjang
yang lebih tinggi.
Berdasarkan data empiris yang peneliti miliki, mahasiswa angkatan
2013 yang pernah duduk di kelas IPA SMA, berpendapat bahwa materi
trigonometri adalah materi yang paling sukar bagi mereka. Tetapi, setelah
duduk dibangku kuliah trigonometri menjadi salah satu materi yang cukup
mudah untuk dipahami. Berdasarkan data ini peneliti menyadari
keruntutan, rincian materi, dan model pengajaran guru ikut serta
menentukan tingkat pemahaman seseorang.
Pada saat inipun, ketika peneliti bertanya pada anak SMA mereka
akan memberikan jawaban yang sama bahwa trigonometri adalah materi
yang sukar dipahami. Salah satu faktor yang melatarbelakangi jawaban ini
adalah informasi dari kakak tingkat atau orang terdekat bahwa tigonometri
adalah salah satu materi pelajaran matematika yang sukar. Pernyataan
tersebut dapat mensugesti seseorang untuk berpikir bahwa pelajaran
trigonometri sukar bahkan sebelum orang tersebut mulai mempelajarinya.
ini tidak tersedia juga mempengaruhi kelancaran proses pembelajaran.
Pada bulan Juli-September 2016 peneliti melakukan PPL (Program
Pengalaman Lapangan). Saat PPL berlangsung, peneliti cukup banyak
mendengar pendapat siswa tentang bagaimana cara pengajaran yang
bahwa cara mengajar guru sangat menentukan tingkat pemahaman mereka.
Pengajaran yang melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran tersebut.
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan guru untuk membuat
siswa aktif dalam pembelajaran adalah dengan menerapkan model
kooperatif Jigsaw Tipe I. Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi
yang saling asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar. Dari
pengertiannya sudah dijelaskan, bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif mau melibatkan siswa untuk turut
berperan aktif dalam proses pembelajaran yang dilangsungkan. Model
kooperatif Jigsaw Tipe I dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson
dan teman-temannya di Universitas Texas. Model kooperatif Jigsaw Tipe I
adalah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja
kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, dimana awalnya siswa
hanya belajar konsep tertentu yang akan menjadi spesialisnya sementara
konsep-konsep yang lain ia dapatkan melalui diskusi dengan teman
segrupnya. Jadi, melalui model kooperatif Jigsaw Tipe I ini siswa tidak
hanya belajar dari guru saja tetapi juga dari teman-teman kelompoknya.
Adapun Langkah-langkah pembelajaran model kooperatif Jigsaw Tipe I
adalah pertama siswa dibagi kedalam satu kelompok yang yang
beranggotakan ± 4 orang. Tiap orang dalam kelompok diberi materi dan
tugas yang berbeda. Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan
yang sama membentuk kelompok baru. Kelompok baru ini disebut
kelompok ahli. Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke
kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab
yang mereka kuasai. Setiap kelompok akan diberikan kesempatan untuk
maju mempresentasikan ke depan kelas yang dilanjutkan dengan
pembahasan bersama.
Menurut Sukardi (Ahmad Susanto, 2013), minat belajar dapat
diartikan sebagai suatu kesukaan, keragaman atau kesenangan akan
yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal
tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.
Makna belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri
siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
sebagai hasil dari kegaiatan belajar. Hasil belajar juga dapat diartikan
sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di
sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes
mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.
Peneliti melakukan wawancara dan observasi di SMA Negeri 1
Depok. Peneliti melakukan observasi di kelas X MIPA 3. Berdasarkan
hasil observasi diperoleh bahwa SMA Negeri 1 Depok merupakan salah
satu sekolah yang menerapkan kurikulum 2013, lingkungannya bersih dan
asri, dan fasilitas yang tersedia sudah cukup memadai untuk
melangsungkan proses belajar mengajar. Selain itu, berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru matapelajaran
matematika diperoleh bahwa siswa X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok
mudah menerima pembelajaran tetapi masih kurang aktif dalam
berpendapat, bertanya, maupun berbagi informasi. Siswa cenderung hanya
menerima setiap materi yang diberikan oleh guru. Melihat hal tersebut
peneliti berharap adanya kesadaran dari siswa untuk turut berperan aktif
dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, pembelajaran dengan model
kooperatif Jigsaw Tipe I ini membantu memberikan banyak kesempatan
kepada siswa untuk berpendapat, mengelola informasi yang didapat,
meningkatkan keterampilan berkomunikasi, meningkatkan tanggung
jawab yang dimiliki oleh setiap siswa pada kelompoknya, dan
meningkatkan kemampuan berbagi informasi dengan kelompok lain.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan keterlaksanaan
model kooperatif Jigsaw Tipe I pada pembelajaran topik trigonometri
siswa kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok tahun ajaran 2016/2017,
menggambarkan hasil belajar siswa, dalam pembelajaran yang
X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok 2016/2017, dan menggambarkan minat
belajar siswa, dalam pembelajaran yang menerapkan model kooperatif
Jigsaw Tipe I pada topik trigonometri kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1
Depok 2016/2017.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti meneliti
tentang “MINAT BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN YANG MENERAPKAN MODEL KOOPERATIF
JIGWAS TIPE I PADA TOPIK TRIGONOMETRI KELAS X MIPA 3
SMA NEGERI 1 DEPOK TAHUN AJARAN 2016/2017”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah di atas peneliti merumuskan beberapa
rumusan masalah untuk membantu kelancaran penelitian, yaitu:
1. Bagaimana keterlaksanaan model kooperatif Jigsaw Tipe I pada
pembelajaran topik trigonometri siswa kelas X MIPA 3 SMA
Negeri 1 Depok tahun ajaran 2016/2017?
2. Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang
menerapkan model kooperatif Jigsaw Tipe I pada topik trigonometri
kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok 2016/2017?
3. Bagaimana minat belajar siswa dalam pembelajaran yang
menerapkan model kooperatif Jigsaw Tipe I pada topik trigonometri
kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok 2016/2017?
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan masalah di atas peneliti merumuskan beberapa tujuan
untuk membantu kelancaran penelitian, yaitu:
1. Untuk mendeskripsikan keterlaksanaan model kooperatif Jigsaw Tipe I
pada pembelajaran topik trigonometri siswa kelas X MIPA 3 SMA
2. Untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang
menerapkan model kooperatif Jigsaw Tipe I pada topik trigonometri
kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok 2016/2017.
3. Untuk mendeskripsikan minat belajar siswa dalam pembelajaran yang
menerapkan model kooperatif Jigsaw Tipe I pada topik trigonometri
kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok 2016/2017.
D. Pembatasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah, keterbatasan waktu, dana, dan
tenaga maka penelitian ini dikhususkan pada penerapan model kooperatif
Jigsaw Tipe I pada pembelajaran dengan topik trigonometri siswa kelas X
SMA Negeri 1 Depok tahun ajaran 2016/2017. Pada penelitian ini topik
trigonometri yang dipelajari adalah menjelaskan rasio trigonometri (sinus,
cosinus, tangen, cosecan, secan, dan cotangen) pada segitiga siku-siku dan
menggeneralisasi rasio trigonometri untuk sudut – sudut di berbagai kuadran dan sudut – sudut berelasi.
E. Penjelasan Istilah
Untuk mencegah terjadinya perbedaan pandangan dan pemikiran,
maka peneliti akan menjelaskan beberapa istilah yang berhubungan
dengan penelitian ini.
1. Model pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran
yang membagi siswa ke dalam beberapa kelompok heterogen
untuk bekerjasama mencapai tujuan kelompok.
2. Pembelajaran model kooperatif Jigsaw Tipe I
Pembelajaran model kooperatif Jigsaw Tipe I adalah salah
satu jenis pembelajaran kooperatif dimana siswa membentuk
guru kemudian siswa mengajarkannya kepada anggota lain
dalam kelompoknya. Yang membedakan Jigsaw tipe I dengan
tipe lainnya adalah tidak ada penjelasan materi di awal
pertemuan.
3. Trigonometri
Trigonometri adalah ilmu ukur tentang sudut dan segitiga.
4. Belajar
Belajar adalah perubahan tingkah laku atau
penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan
membaca, mengamati, meniru, dan lain sebagainya.
5. Minat Belajar
Minat belajar adalah dorongan dalam diri seseorang
atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian
secara efektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau
kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan, dan lama
kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam diri sendiri.
6. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan kognitif yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang dibuuat,
diharapkan memberikan manfaat:
1. Bagi Guru
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai penambahan
2. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk lebih
aktif dalam pembelajaran yang dilakukan. Siswa diharapkan
lebih aktif dan kritis dalam mencari informasi terkait
pembelajaran trigonometri.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bekal bagi peneliti
sebelum terjun ke lapangan kerja nantinya, dan dapat
mengetahui hasil yang diperoleh dengan menerapkan model
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Trianto (2009), teori yang mempelajari kooperatif adalah
teori konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme
sendiri menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan
mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar. Proses belajar
mengajar lebih diwarnai student centered daripada teacher centered.
Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai
fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah
pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak
hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun
pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk
mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini
merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan
ide-ide mereka sendiri.
1. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif
Menurut Trianto (2009), pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok. Kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pembagian
kelompok akan dilakukan oleh guru,agar dapat mencapai
pembagian kelompok yang heterogen. Pembagian kelompok siswa
dapat ditentukan dengan berdasarkan pada: (1) minat dan bakat
siswa, (2) latar belakang kemampuan siswa, (3) perpaduan antara
minat dan bakat siswa dan latar kemampuan siswa.
Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih
luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru
way traffic communication). Pelaksanaan prinsip dasar poko sistem
pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar
dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama
siswa lainnya. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap
anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu
untuk memahami materi pelajaran. Pada pembelajaran kooperatif,
belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam
kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Johnson & Johnson (Trianto, 2009) menyatakan bahwa
tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar
siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik
secara individu maupun secara kelompok.
3. Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif
Johnson & Jonhson dan Sutton (Trianto, 2009),
mengatakan terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif,
yaitu:
1) Pertama, saling ketergantungan yang bersifat positif
antara siswa. Dalam belajar kooperatif siswa merasa
bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai
satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa
tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya
juga sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya
merupakan bagian dari kelompok yang juga
mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.
2) Kedua, interaksi antara siswa yang semakin
meningkat. Belajar kooperatif akan meningkatkan
interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam hal
seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses
sebagai anggota kelompok. Saling memberikan
kegagalan seseorang dalam kelompok memengaruhi
suksesnya kelompok. Untuk mengatasi masalah
ini,siswa yang membutuhkan bantuan akan
mendapatkan dari teman sekelompoknya. Interaksi
yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal
tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang
dipelajari bersama.
3) Ketiga, tanggung jawab individual. Tanggung jawab
individual dalam belajar kelompok dapat berupa
tanggung jawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa
yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak dapat
hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman
jawab siswa dan teman sekelompoknya.
4) Keempat, keterampilan interpersonal dan kelompok
kecil. Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk
mempelajari materi yang diberikan seorang siswa
dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan
siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa
bersikap sebagai anggota kelompok dan
emnyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut
keterampilan khusus.
5) Kelima, proses kelompok. Belajar kooperatif tidak
akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses
kelompok terjadi jika anggota kelompok
mendiskusikan bagaimana mereka akan emncapai
tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang
baik.
Roger dan David Johson (Anita Lie, 2008:31) mengatakan bahwa
tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning.
Untuk mempunyai hasil yang maksimal ada lima unsur model
a. Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan suatu
tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan
setiap anggota kelompoklompoknya. Tugas kelompok
tidak akan bisa diselesaikan saat ada satu anggita yang
tidak bisa menyelesaikan tugasnya. Diperlukan kerja
sama yang baik antar anggota kelompok, maka setiap
anggita kelompok akan merasa saling ketergantungan.
b. Tanggung jawab perseorangan
Setiap anggota kelompok memiliki tugas dan tanggung
jawab pribadi sehingga siswa merasa memiliki
tanggung jawab untuk dapat melakukan yang terbaik.
c. Interaksi tatap muka
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan
kesempatan bagi setiap anggotanya untuk bertatap
muka saling memberi informasi dan saling belajar.
Pada setiap interaksi tatap muka akan memberikan
pengalaman berharga kepada setiap anggota kelompok
untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan,
memanfaatkan kelebihan maasing-masing anggota dan
mengisi kekurangan masing-masing.
d. Komunikasi antar anggota
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat
mampu berpartisipasi aktif dan komunikatif.
Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka
dalam kehidupan di masyarakat kelak. Komunikasi
yang baik antar anggota kelompok tentunya dapat
memudahkan siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam komunikasi yang baik tersebut,
menerima, saling mengeluarkan pendapat dan
mendukung serta mampu menyelesaikan masalah.
e. Evaluasi proses kelompok
Evaluasi dalam kelompok sangat diperlukan agar para
siswa dapat mengetahui kinerja mereka selama berada
dalam kelompok dan hasil kerja sama mereka.
Sehingga guru perku menjadwalkan waktu khusus
bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja dan
hasilnya agar selanjutnya dapat bekerja sama lebih
efektif.
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Model ini dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan
teman-temanya di Universitas Texas. Arti Jigsaw dalam bahasa inggris
adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle
yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran
kooperatif model jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji
(zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja
sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam model ini guru memilah informasi yang besar menjadi
beberapa bagian kecil. Setelah itu, guru membagi siswa ke dalam
kelompok belajar (kelompok asal) yang terdiri dari empat sampai enam
orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap subtopik
(bagian kecil) yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari
masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik
yang sama (kelompok ahli) berkumpul dalam satu kelompok untuk
mendiskusikan subtopik tersebut yang nantinya akan dijelaskan kembali
pada kelompok asalnya.
Siswa-siswa ini bekerjasama untuk menyelesaikan tugas
kelompoknya dalam: (1) Belajar dan menjadi ahli dalam subtopik yang
menjadi tanggung jawabnya; (2) merancang rencana bagaimana
Setelah belajar, menjadi ahli, dan merancang siswa kembali ke kelompok
asalnya sebagai “ahli” dalam suptopiknya dan mengajarkan subtopik
tersebut kepada teman-temanya. Dengan demikian, seluruh siswa
bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasannya (sebagai ahli)
terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru dan setiap siswa harus
menguasai topik dari setiap “ahli”. Ada tiga model Jigsaw yaitu (1) model
Jigsaw Tipe I, (2) model Jigsaw Tipe II, dan (3) model Jigsaw Tipe III.
1. Jigsaw Tipe I
Pada jenis ini siswa sangat dituntut untuk bertanggung jawab
terhadap penguasaan materi siswa lain di luar kelompoknya. Pada
model kooperatif Jigsaw tipe I ini kelas dibagi menjadi beberapa
kelompok asal. Materi pembelajaran dibagi dalam beberapa bagian,
kemudian dibagikan kepada setiap siswa dalam kelompok asal dengan
sub bagian yang berbeda. Siswa dalam satu kelas yang mendapatkan
materi yang sama, berkumpul, dan berdiskusi, kelompok baru ini
disebut kelompok ahli. Setelah selesai berdiskusi dalam kelompok ahli,
siswa kembali ke kelompok asal untuk mengajarkan materi ke anggota
kelompok asalnya. Kemudian guru memberikan evaluasi berupa kuis
yang dikerjakan oleh siswa secara individual.
2. Jigsaw Tipe II
Menurut Trianto (2009), Jigsaw tipe II dikembangkan oleh Slavin
(Roy Killen, 1996) dengan sedikit perbedaan. Perbedaan mendasar
antara pembelajaran Jigsaw I dan Jigsaw II, kalau pada tipe I, awalnya
siswa hanya belajar konsep-konsep yang akan menjadi spesialisnya
sementara konsep-konsep yang lain ia dapatkan melalui diskusi dengan
teman segrupnya. Pada tipe II ini siswa memperoleh kesempatana
belajar secara keseluruhan konsep (scan read seblum ia belajar
spesialisnya untuk menjadi expert. Berikut Langkah-langkah
a) Orientasi
Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
diberikan. Memberikan penekanan tentang manfaat
penggunaan metode Jigsaw
dalam proses belajar mengajar. Mengingatkan senantiasa
percaya diri, kritis, kooperatif dalam model pembelajaran ini.
Peserta didik diminta belajar konsep secara keseluruhan secara
untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep. (bisa
juga pemahaman konsep ini menjadi tugas yang sebelumnya
harus sudah dibaca di rumah).
b) Pengelompokan
Misalkan dalam kelas ada 20 siswa, yang kita tahu kemampuan
matematikanya dan sudah di-ranking (siswa tidak perlu tahu),
kita bagi dalam 25% (ranking 1-5) kelompok sangat baik, 25%
(rangking 6-10) kelompok baik, 25% selanjutnya (ranking
11-15) kelompok sedang, 25% (ranking 15-20) rendah.
Selanjutnya kita akan membaginya menjadi 5 grup (A-E) yang
isi tiap-tiap grupnya heterogen dalam kemampuan matematika,
berilah indeks 1 untuk siswa dalam kelompok sangat baik,
indeks 2 untuk kelompok baik, indeks 3 untuk kelompok
sedang, dan indeks 4 untuk kelompok rendah. Misalkan (A1
berarti grup A dari kelompok sangat baik, … , A4 grup A dari
kelompok rendah).
Tiap grup akan berisi
Grup A {A1, A2, A3, A4}
Grup B {B1, B2, B3, B4}
Grup C {C1, C2, C3, C4}
Grup D {D1, D2, D3, D4}
c) Pembentukan dan pembinaan kelompok expert
Selanjutnya grup itu dipecah menjadi kelompok yang akan
mempelajarai materi yang kita berikan dan dibina supaya jadi
expert, berdasarkan indeksnya.
Kelompok 1 {A1, B1, C1, D1, E1}
Kelompok 2 {A2, B2, C2, D2, E2}
Kelompok 3 {A3, B3, C3, D3, E3}
Kelompok 4 {A4, B4, C4, D4, E4}
Tiap kelompok ini diberi konsep matematika (transformasi)
sesuai dengan kemampuannya. Kelompok 1 yang terdiri dari
siswa yang sangat baik kemampuannya diberi materi yang
lebih kompleks worksheet 1. Kelompok 2 diberi materi
worksheet 2. Kelompok 3 diberi worksheet 3. Dan kelompok 4
diberi worksheet 4.
Setiap kelompok diharapkan bisa belajar topik yang diberikan
dengan sebaik-baiknya sebelum ia kembali kedalam grup
sebagai tim ahli “expert”, tentunya peran pendidik cukup penting dalam fase ini.
d) Diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam grup
Expertist (peserta didik ahli) dalam konsep tertentu ini,
masing-masing kembali dalam grup semula. Pada fase ini kelima grup
(1-5) memiliki ahli dalam konsep-konsep tertentu (Worksheet
1-4). Selanjutnya pendidik mempersilahkan anggota grup untuk
mempresentasikan keahliannya kepada grupnya
masing-masing, satu persatu. Proses ini diharapkan akan terjadi
shearing pengetahuan antara mereka.
Aturan dalam fase ini adalah:
- Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa
- Memperoleh pengetahuan baru adaalh tanggung jawab
bersama, jadi tidak ada yang selesai belajar sampai setiap
anggota menguasai konsep.
- Tanyakan pada anggota grup sebelum Tanya paad pendidik.
- Pembicaraan dilakukan secara pelan agar tidak
mengganggu grup lain
- Akhiri diskusi dengan “merayakannya” agar memperoleh kepuasan
e) Tes (penilaian)
Pada fase ini guru memberikan tes tulis untuk dikerjakan oleh
siswa yang memuat seluruh konsep yang didiskusikan. Pada tes
ini siswa tidak diperkenankan untuk bekerja sama. Jika
mungkin tempat duduknya agak dijauhkan.
f) Pengakuan kelompok
Penilaian pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor
peningkatan individu, tidak didasarkan pada skor akhir yang
diperoleh siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu
melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat
memberikan kontribusi poin maksimum pada kelompoknya
dalam sistem skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk
kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melampui
skor dasar mereka.
3. Jigsaw Tipe III
Model Jigsaw yang ketiga ini dikembangkan oleh Kagan
(M. Huda, 2012). Tidak ada perbedaan yang menonjol pada Jigsaw
I, Jigsaw II, dan Jigsaw III dalam tata laksana dan prosedurnya
masing-masing. Hanya saja dalam Jigsaw III, Kagan lebih fokus
pada penerapannya di kelas-kelas bilingual. Jadi dengan dua model
Jigsaw sebelumnya yang dapat diterapkan untuk semua materi
pelajaran, model Jigsaw ini khusus diterapkan untuk kelas
pada umumnya menggunakan bahasa Inggris untuk materi, bahan,
lembar kerja, dan kuis.
C. Trigonometri
1. Pengukuran sudut
a. Pengukuran Sudut dalam Derajat
Menurut Rusgianto (2007), sudut adalah gabungan dua
buah sinar garis yang titik pangkalnya bersekutu. Persekutuan
pangkal tersebut dinamakan titik sudut dan sisi-sisinya disebut
kaki sudut. Sudut pada gambar di bawah ini dapat disebut dengan:
1) (sudut BAC)
2) (sudut A)
3) (theta)
Ukuran sudut yang sering digunakan adalah “derajat” yang
dinotasikan dengan o. 1 o (satu derajat) didefinisikan sebagai besar
sudut dalam sebuah lingkaran yang disapu oleh jari-jari lingkaran
sejauh
putaran. Definisi ini jika ditulis ke dalam persamaan
menjadi:
putaran
Setiap ukuran sudut dapat diubah ke dalam bentuk desimal
atau ke dalam bentuk menit (yang dinotasikan dengan’) dan detik
(yang dinotasikan dengan “) 1 menit didefinisikan sebagai
derajat, sedangkan 1 detik didefinisikan sebagai
(b) 1 menit = 60 detik atau 1’ = 60” 1 detik =
menit atau 1” =
Contoh Soal
Nyatakan ukuran sudut di bawah ini ke dalam bentuk derajat saja!
a) 36o4’
b. Pengukuran Sudut dalam Radian
Salah satu ukuran sudut yang lazim digunakan adalah
radian (disingkat: rad). Satu radian didefinisikan sebagai ukuran
sudut di dalam sebuah lingkaran yang diapit oleh dua jari-jari dan
panjang busur lingkaran yang sama dengan panjang jari-jari
Pada gambar lingkaran sebelumnya, busur
Hubungan radian dengan derajat dapat kita tentukan dengan
memperhatikan perbandingan busur lingkaran pada gambar diatas.
Jika nilai π diubah ke dalam bilangan pendekatan 3,142 maka
hubungan di aats dapat ditulis:
d) Pada saat pukul 11.00, berarti jarum panjang pada
jam menunjuk ke angka 12 dan jarum pendek pada
jam menunjuk ke angka 11. Artinya besar sudut
yang berbentuk oleh setiap dua angka yang
berdekatan adalah 300.
2. Sudut
Sudut adalah gabungan dua buah sinar garis yang titik pangkalnya
bersekutu. Persekutuan titik pangkal tersebut dinamakan titik sudut
dan sisi-sisinya disebut kaki sudut.
Suatu sudut bertanda “positif” jika arah putarannya berlawanan
dengan arah putaran jarum jam, dan bertanda “negatif” jika arah putarannya searah dengan arah putaran jarum jam. Arah putaran sudut juga dapat diperhatikan pada pisisi sisi akhir terhadap sisi awal.
3. Perbandingan Trigonometri pada Segitiga Siku-siku
Contoh soal:
Pak Yahya adalah seorang penjaga sekolah. Tinggi pak Yahya adalah
1,6 m. Dia mempunyai seorang anak, namanya Dani. Dani masih kelas
II Sekolah Dasar. Tinggi badannya 1,2 m. Dani adalah anak yang baik
dan suka bertanya. Dani pernah bertanya kepada ayahnya tentang
tinggi tiang bendera di lapangan itu. Dengan senyum, Ayahnya
menjawab 8m. Suatu sore, disaat dani menemani ayahnya
membersihkan rumput liar di lapngan, Dani melihat bayangan setiap
benda di tanah. Dani mengambil tali meteran dan mengukur panjang
bayangan ayahnya dan panjang bayangan tiang bendera, yaitu 3 m dan
∝
B
15 m. Tetapi dia tidak dapat mengukur panjang bayangannya sendiri
karena bayangnnya mengikuti pergerakannya.
Dimana:
AB = tinggi tiang bendera (8 m)
BC = panjang bayangan tiang (15 m)
DE = tinggi pak Yahya (1,6 m)
EC = panjang bayangan pak Yahya (3 m)
FG = panjang bayangan Dani (1,2 m)
Berdasarakan gambar segitiga di atas terdapat tiga segitiga yaitu
sebagai berikut.
Karena ABC, DEC, FGC adalah sebangun, maka berlaku
Dengan menggunakan teorema phytagoras diperoleh nilai
2)
Berdasarkan penyelesaiannya di atas, hubungan perbandingan sudut
(lancip) dengan panjang sisi-sisi suatu segitiga siku-siku dinyatakan
dalam definisi berikut.
Definisi C.1
1) Sinus C didefinisikan sebagai perbandingan panjang sisi di
depan sudut dengan sisi miring segitiga, ditulis
sin C =
2) Cosinus C didefinisikan sebagai perbandingan panjang sisi
di samping sudut dengan sisi miring sgeitiga, ditulis
cos C =
3) Tangen C didefinisikan sebagai perbandingan panjang sisi
di depan sudut dengan panjang sisi di samping sudut, ditulis
tan C=
4) Cosecan C didefinisikan sebagai perbandingan panjang sisi
miring segitiga dengan sisi di depan sudut, ditulis
csc C =
atau csc C =
5) Secan C didefinisikan sebagai perbandingan panjang sisi
sec C =
atau sec C =
6) Cotangen C didefinisikan sebagai perbandingan sisi di
samping sudut dengan sisi di depan sudut, ditulis
cotan C =
- Mencari panjang sisi AB
AB √
√
√
√
√
- Dengan menggunakan Definisi C.1 kita peroleh:
√ √
√ √
√ √
Contoh 1
Pada suatu segitiga siku-siku PQR, dengan siku-siku di Q,
tan P = . Hitung nilai perbandingan trigonometri yang
lain untuk sudut P.
Penyelesaian:
Kita ketahui tan P = , artinya tan P =
Akibatnya, jika QR = 4k dan PQ = 3k, dengan k adalah
bilangan positif.
Dengan menggunakan Definisi C.1 untuk menentukan
nilai perbandingan trigonometri yang lain, yaitu:
c)
sekolahnya. Guru pertama berdiri tepat 10 m di depan guru
kedua. Jika sudut elevasi guru pertama 60o dan guru kedua
30o dapatkah kamu menghitung tinggi tiang bendera
titik, maka dapat diperoleh gambar sebagai berikut:
Dimana:
AC = tinggi tiang bendera
DG = tinggi guru pertama
EF = tinggi guru kedua
DE = jarak kedua guru
Berdasarkan Definisi C.1 di atas, diperoleh perbandingan
Jadi, tinggi tiang bendera adalah
Penyelesaian:
Dengan menggunakan Teorema Phytagoras, diperoleh bahwa
Untuk memudahkan kita menyelesaikan masalah ini, coba cermati gambar berikut ini. Diketahui tan M = 1, artinya;
tan M = 1 atau
atau KL=LM=k, dengan k bilangan
positif.
Dengan menggunakan Teorema Phytagoras, diperoleh
KM = √ √ √ √
4. Nilai Perbandingan Trigonometri untuk 30o, 45o, dan 60o
Pada saat mempelajari teori trigonometri, secara tidak langsung
juga menggunakan beberapa teori geometri. Dalam geometri,
khususnya dalam kajian konstruksi sudah tidak asing lagi dengan
penggunaan besar sudut 30o, 45o, dan 60o. Pada Subbab ini kita akan
menyelidiki dan menghitung nilai perbandingan trigonometri untuk
ukuran sudut 0o, 30o, 45o, 60o, dan 90o.
Masalah 1
Diberikan sebuah masalah sebagai berikut.
Diketahui suatu persegi ABCD dengan ukuran a (a adalah bilangan
positif). Dibentuk garis diagonal AC sedemikian sehingga membentuk
Penyelesaian:
Untuk menentukan nilai sin 45o, cos 45o, dan tan 45o, perlu diingat
kembali Definisi C.1 untuk menentukan panjang AC, gunakan
Teorema Phytagoras, yaitu
adalah bilangan positif). D adalah titik tengah sisi AB, seperti gambar
Hitunglah nilai sin 30o, cos
30o. tan 30o, sin 60o, cos 60o,
dan tan 60o!
Penyelesaian:
Lihat segitiga sama sisi ABC.
Karena D merupakan titik tengah sisi AB, maka
AD = .
Dengan demikian, kita peroleh
Dengan demikian, adalah segitiga siku-siku.
Sekarang lihat .
Diketahui bahwa AC = 2a, AD = a, dengan menggunakan Teorema
Phytagoras, dapat ditentukan panjang sisi CD, yaitu
√ √
Dan
1) Untuk , maka nilai perbandingan trigonometri
(menggunakan Definisi C.1)
√ √
√ √
5. Menentukan nilai-nilai sudut istimewa di kuadran I dan Kuadran II
Tabel nila-nilai sudut istimewa di kuadran I
sin Cos tan csc sec Cot
Catatan: simbol ~ diartikan tidak terdefinisi
sin cos tan csc Sec Cot
Catatan: simbol ~ diartikan tidak terdefinisi
6. Fungsi-fungsi Trigonometri Sudut Berelasi
tan (90 + a) o = -cot ao
1) Nyatakan sebagai perbandingan trigonometri:
cos 395o
2) Nyatakan sebagai perbandingan trigonometri:
Sin 30o
Cos 15o
Penyelesaian:
Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat diuraikan
sebagai berikut (Sardiman A.M., 1986):
1. Cronbach memberikan definisi: “Learning is shown by a
change in behavior as a result of experience”.
2. Harold Spears memberikan batasan : “Learning is to observe, to read, to imitate, to try something them selves, to listen, to
follow direction”.
3. Geoch, mengatakan : “Learning is a change in performance as
a result of practice”.
Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu
senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih
baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak
Di samping definisi-definisi tersebut, ada beberapa pengertian lain
dan cukup banyak, baik yang dilihatt secara mikro maupun secara makro,
dilihat dalam arti luas ataupun terbatas/khusus. Dalam pengertian luas,
belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke
perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar
dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahua yang
merupakan sebagian menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.
E. Hasil Belajar
Menurut Ahmad Susanto (2013), makna belajar yaitu
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.
Pengertian tentang hasil belajar sebagiamana diuraikan di atas dipertegas
lagi oleh Nawawi dalam K. Brahim (Ahmad Susanto, 2013) yang
menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat
keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah
materi pelajaran tertentu.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, yang dimaksud dengan hasil
belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar, karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari
seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan
perilaku yang relative menetap. Dalam kegiaatn pembelajaran atau
kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak
yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran atau tujuan instruksional.
Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicaapi tlah sesuai
dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi.
Sebagaimana dikemukakan oleh Sunal (Ahmad Susanto, 2013), bahwa
evaluasi merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat
siswa. Selain itu, dengan dilakukannya evaluasi atau penilaian ini dapat
dijadikan feedback atau tindak lanjut, atau bahkan cara untuk mengukur
tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja
diukur dari tingfkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan
keterampilan. Dengan demikian, penilaian hasil belajar siswa mencakup
kemampuan kognitif yang dipelajari di sekolah.
F. Minat
Menurut Sukardi (Susanto, 2013), minat dapat diartikan sebagai
suatu kesukan, keragaman atau kesenangan akan sesuatu. Adapun menurut
Sardiman (Susanto, 2013), minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila
seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan
dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan sendiri. Oleh
karena itu, apa saja yang dilihat seseorang barang tentu akan
membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai
hubungan dengan kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa
minat merupakan kecendrungan jiwa seseorang terhadap sesuatu objek,
biasanya disertai dengan perasaan senang, karena itu merasa ada
kepentingan dengan sesuatu itu.
Menurut Bernard (Susanto, 2013), menyatakan bahwa minat
timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat dari
partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja. Jadi,
jelas bahwa, minat akan selalu terkait dengan persoalan kebutuhan dan
keinginan. Dalam kaitannya dengan belajar, Menurut Hansen (Susanto,
2013) menyebutkan bahwa minat belajar siswa erat hubungannya dengan
kepribadian, motivasi, ekspresi dan konsep diri atau identifikasi, faktor
keturunan dan pengaruh eksternal atau lingkungan. Dalam praktiknya,
minat atau dorongan dalam diri siswa terkait dengan apa dan bagaimana
siswa dapat mengaktualisasikan dirinyta melalui belajar.
Menurut Makmum Khairani (2014: 137), minat merupakan suatu
1) Adanya pemusatan perhatian, perasaan dan pikiran dari subyek
karena tertarik
2) Adanya perasaan senang serta menganggap bernilai terhadap
obyek yang menjadi sasaran
3) Adanya kemauan atau kecenderungan pada diri subyek untuk
melakukan kegiatan guna mencapai tujuan
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
minat adalah ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tertentu dalam
perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Dengan demikian, peneliti mengukur minat belajar pada
aspek adaanya ketertarikan,keberartian, dan keterlibatan dalam
pembelajaran.
G. Kerangka Berpikir
Berdasarkan data empiris yang dimiliki trigonometri merupakan
salah materi yang sukar untuk di pahami. Akan tetapi, ketika duduk di
bangku perkuliahan materi ini menjadi salah satu yang cukup mudah untuk
dipahami. Namun, siswa saat inipun akan memberikan jawaban
trigonometri sebagai materi yang sukar untuk dipahami. Banyak hal yang
melatarbelakangi jawaban tersebut seperti fasilitas yang kurang memadai,
lingkungan yang tidak mendukung, dan lain sebagainya.
Peneliti melakukan observasi dan wawancara di X MIPA 3 SMA
Negeri 1 Depok. Berdasarkan hasil observasi siswa cenderung menerima
setiap materi yang diberikan oleh guru tanpa mencari tahu melalui
referensi lainnya. Pada saat peneliti melakukan PPL, siswa di tempat
tersebut memberitahu bahwa mereka menginginkan pembelajaran yang
membuat siswa aktif.
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan guru untuk membuat
siswa aktif dalam pembelajaran adalah dengan menerapkan model
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif,
karena data utama pada penelitian ini tes hasil belajar dan kuesioner adalah
jenis data kuantitatif.
Proses penelitian ini diawali dengan melakukan observasi.
Kegiatan observasi ini bertujuan untuk melihat kemampuan siswa di kelas
peneliti melakukan penelitian. Hal ini bertujuan agar peneliti dapat
mengelompokkan siswa dalam kelompok heterogen. Setelah itu, peneliti
akan membagi siswa dalam beberapa kelompok besar (kelompok asal) dan
kelompok ahli. Pembagian kelompok akan dilakukan satu minggu sebelum
pengajaran berlangsung. Setelah dibagi dalam kelompok siswa akan
berdiskusi, mencari materi, dan meringkasnya untuk dipresentasikan di
depan kelas. Proses presentasi ini dilakukan secara terurut berdasarkan
materi yang akan dipelajari. Dalam satu kelompok hanya akan ada dua
siswa yang melakukan presentasi. Penentuan kelompok dan perwakilan
siswa yang melakukan presentasi akan dilakukan pada hari H saat
presentasi hendak dilakukan. Hal ini bertujuan agar setiap siswa
benar-benar akan selalu mempersiapkan diri untuk melakukan presentasi, dengan
begitu secara tidak langsung setiap siswa akan menguasai setiap materi.
Pada akhir presentasi akan selalu ada penguatan dan masukan dari peneliti.
Saat proses pembelajaran ini berlangsung, peneliti juga ditemani
oleh beberapa teman-teman yang bertugas melakukan observasi terhadap
pembelajaran yang berlangsung.
Dalam proses pembelajaran yang akan berlangsung, setiap diselesaikan
dua presentasi akan dilakukan kuis. Kuis akan dilakukan sebanyak dua
kali. Pada hari terakhir presentasi dilakukan peneliti akan menyebarkan
angket kuesioner tentang minat siswa, untuk mengetahui minat siswa
karena salah satu tinjauan keberhasilan penelitian ini dilihat dari minat
siswa. Setelah semua topik selesai dipresentasikan peneliti akan
memberikan tes hasil bealajar untuk melihat hasil belajar siswa, karena
tinjauan keberhasilan lain dari penelitian ini adalah hasil belajar siswa.
kepada beberapa siswa untuk memperkuat hasil yang diperoleh terkait
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif kuantitatif. Sukmadinata
(2008) mengatakan, Penelitian kuantitatif didasarkan atas konsep positivis
yang bertolak dari asumsi bahwa realita bersifat tunggal, fixed, stabil, lepas
dari kepercayaan dan perasaan-perasaan individual. Pada penelitian ini data
yang diperoleh adalah data dalam bentuk angka pada hasil belajar siswa dan
data kuesioner yang di ubah dalam bentuk angka atau scoring.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1
Depok berjumlah 31 siswa terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 23 siswa
perempuan.
C. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah keterlaksanaan pembelajaran, minat belajar,
dan hasil belajar siswa kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Depok terkait dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe I pada pembelajaran
Trigonometri.
D. Metode pengumpulan data
1. Teknik Pengamatan Langsung atau Observasi Langsung
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan
pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan
mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.
Teknik pengamatan dilakukan dengan cara mencentang lembar
observasi pada kolom keterlaksanaan yang didasarkan pada pengamatan
para observer saat mengamati kegiatan pembelajaran matematika dengan
2. Menyebar Kuesioner Minat Belajar
Pengumpulan data minat melalui kuesioner ini dilakukan dengan
menyebarkan lembar kuesioner pada akhir pembelajaran trigonometri
(sebelum melakukan ulangan harian). Peneliti memberikan arahan kepada
siswa dalam mengisi lembar kuesioner. Setelah mengisi lembar kuesioner
siswa diminta untuk mengumpulkan kembali lembar kuesioner yang
sudah diisi. Kuesioner minat belajar ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar minat belajar siswa terhadap pembelajaran matematika
terkhususnya pada topik trigonometri dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe I.
3. Tes Hasil Belajar
Metode tes ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar
siswa kelas X SMA Negeri 1 Depok setelah diterapkan model
pembelajaran kooperatif Jigsaw Tipe I. Tes hasil belajar terdiri dari kuis
dan tes akhir belajar.
4. Teknik Wawancara
Penjadwalan wawancara dilakukan dengan menyesuaikan jadwal
dari 18 siswa yang dipilih secara random. Tujuh belas murid tersebut
dipilih dengan menggunakan teknik quota sampling. Peneliti melakukan
rekaman dalam proses wawancara untuk membantu kelancaran proses
wawancara. Wawancara ini bertujuan untuk mendapat data minat siswa
dan menunjang jawaban kuesioner yang sudah dilakukan.
E. Instrumen dalam Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian. Instrument yang digunakan ada dua, yaitu instrumen pembelajaran
1. Instrumen pembelajaran
Instrumen pembelajaran dalam penelitian ini berupa Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun oleh peneliti
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw
Tipe I.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian terdiri dari instrumen hasil belajar dan
instrumen minat. Instrumen hasil belajar digunakan dalam
pengambilan data hasil belajar siswa, yang dilakukan setelah siswa
mengikuti pembelajaran trigonometri dengan model pembelajaran
kooperatif Jigsaw Tipe I. Instrumen tes hasil belajar meliputi Kuis dan
tes hasil belajar. Sedangkan Instrumen minat digunakan dalam
pengambilan data minat siswa, yang dilakukan setelah siswa mengikuti
pembelajaran trigonometri dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif Jigsaw Tipe I. Instrumen minat meliputi lembar angket
kuesioner dan lembar pertanyaan wawancara.
a. Lembar Kuis
Lembar kuis adalah lembar yang memuat soal-soal kuis
yang akan dibagikan setelah dua kelompok selesai melakukan
presentasi.
b. Lembar Tes Akhir
Lembar tes akhir adalah lembar tes yang memuat soal-soal tes
akhir trigonometri setelah model pembelajaran kooperatif jigsaw
tipe I diterapkan. Lembar tes akan dibagikan setelah siswa
mengikuti suatu pembelajaran dengan tujuan mengetahui hasil
trigonometri yang sudah dipelajari dalam kegiatan pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw Tipe I.
Penilaian hasil akhir dilakukan dengan mengadakan tes tertulis.
Soal-soal tes berupa 5 soal trigonometri dengan skor penilaian
adalah interval dari 0-100.
c. Lembar Kuesioner Minat Belajar
Lembar kuesioner minat belajar dibagiakan pada
pertemuan terakhir. Tujuan pengisian lembar kuesioner ini adalah
untuk melihat minat belajar siswa setelah diterapkan model
pembelajaran kooperatif jigsaw tipe I pada topik trigonometri.
d. Lembar Wawancara
Lembar wawancara digunakan sebagai pedoman untuk
mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya-jawab
sepihak. Pada lembar wawancara terdapat 10 pertanyaan yang telah
disediakan.
F. Teknik Analisis Data
1. Analisis Keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Analisis keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran
penerapan model pembelajaran kooperatif jigsaw tipe I adalah sebagai
berikut
Untuk mengukur jumlah keterlaksanaan rencana pelaksanaan
pembelajaran penerapan model pembelajaran kooperatif jigsaw tipe I
adalah menggunakan skala Guttman. Dimana nilai 1 diberikan apabila
tanda cek diberikan pada kolom YA dan nilai 0 diberikan apabila tanda
cek diberikan pada kolom TIDAK.
Tabel 3.4. Kategori Keterlaksanaan RPP
No Persentase Kategori
1 81%-100% Sangat Baik
2 61%-80% Baik
3 41%-60% Cukup
4 21%-40% Kurang
5 0%-20% Sangat Kurang
2. Analisis Data Minat Belajar
Setelah kuesioner diisi oleh siswa dan dikumpulkan, selanjutnya
akan dilakukan perhitungan persentase skor setiap aitemnya. Rumus
untuk menghitung persentase skornya adalah sebagai berikut:
A = Jumlah skor terbesar
B = Jumlah skor terkecil
Dalam penelitian ini, peneliti memberikan skor
menggunakan skala Likert untuk setiap aitem pada jawaban siswa.
Tabel 3. 5. Skor Kuesioner Minat Siswa
Jawaban Pernyataan
3. Analisis Data Tes Hasil Belajar Siswa
Data hasil belajar siswa diperoleh dari hasil tes yang dikerjakan
secara individu, yang meliputi kuis dan tes hasil belajar.
a. Data kuis
Tabel 3.6. kriteria penilaian kecakapan akademik
Persentase ketuntasan Klasifikasi
x ˃ 80 Sangat Baik
80 ≤ x ˃ 60 Baik
Persentase ketuntasan Klasifikasi
40 ≤ x ˃ 20 Kurang
x ≤ 20 Sangat Kurang
(Widoyoko, 2009: 242)
x adalah persentase ketuntasan yang diperoleh dalam
penelitian.
b. Data Tes hasil akhir siswa
Tabel 3. 7. kriteria penilaian kecakapan akademik
Persentase ketuntasan Klasifikasi
x ˃ 80 Sangat Baik
x adalah persentase ketuntasan yang diperoleh dalam
penelitian.
Data hasil belajar dianalisis dengan menggunakan KKM yang ditetapkan oleh sekolah. KKM untuk mata pelajaran matematika adalah 75.
G. Prosedur pelaksanaan penelitian secara keseluruhan
1. Tahap Persiapan
Peneliti memasukkan persyaratan ke kantor Kesatuan Bangsa
Kabupaten Sleman untuk mendapat surat rekomendasi penelitian. Setelah
itu peneliti membawa surat rekomendasi penelitian ke BAPEDA untuk
mendapatkan surat izin penelitian. Lalu mengantar surat izin penelitian ke
sekolah.
2. Tahap Pengamatan
Peneliti melakukan pengamatan agar peneliti mengetahui keadaan
siswa. Pengamatan juga dilakukan agar peneliti mengetahui kemampuan
siswa dan dapat mengelompokkan mereka dalam kelompok heterogen
3. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dan pengamatan ini, peneliti melakukan
kegiatan sebagai berikut:
a. Peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai rancangan
peneliti
b. Peneliti memberikan kuis setelah 2 kelompok melakukan
presentasi sesuai dengan indicator yang dicapai
c. Peneliti mengadakan tes hasil belajar guna mengetahui hasil
belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika
dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw Tipe I.
d. Peneliti akan membagi lembar kuesioner pada pertemuan
terakhir (presentasi terakhir) sebelum ulangan harian
dilakukan.
e. Peneliti akan memilih beberapa siswa untuk melakukan
wawancara setelah ulangan harian. Wawancara akan dilakukan
diluar jam kegiatan belajar mengajar.
4. Pengolahan Data
Dari data-data yang telah diperoleh, kemudian peneliti melakukan
47
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Pada bulan Januari peneliti memasukkan surat ijin penelitian ke
dinas. Dari dinas langsung memberikan ijin penelitian dan tembusan ke
beberapa kantor lainnya. Semua tembusan peneliti masukkan pada bulan
januari.
Pada bulan Februari peneliti melakukan penelitian. Penelitian ini
dilakukan dalam 5 pertemuan. Penelitian dilakukan pada hari senin dan
sabtu. Pertemuan pertama dimulai pada tanggal 25 Februari 2017 dan
diakhiri pada tanggal 6 Maret 2017.
Pada bulan april sampai dengan juni peneliti gunakan untuk
melakukan penulisan skripsi. Terdapat jeda kurang dari satu bulan
sebelum melakukan penulisan skripsi. Jeda tersebut peneliti gunakan
untuk memeriksa jawaban tes hasil belajar siswa, jawaban kuesioner minat
belajar siswa, dan konsultasi latar belakang.
Instrumen-instrumen yang akan digunakan dalam penelitian
sebelum diterapkan pada subyek penelitian harus memenuhi syarat valid.
Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.
Menurut Sudjana (2016:13) validitas isi berkenaan dengan kesanggupan
alat penlaian dalam mengukur isi yang seharusnya. Tes tersebut harus
mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak
diukur. Peneliti meminta pertimbangan ahli ( dosen dan guru mata
pelajaran) untuk menguji kesesuaian isi dari tes hasil belajar siswa,
kuesioner minat belajar siswa, kuesioner kelompok, lembar observasi,
wawancara dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Instrumen penelitian tes hasil belajar siswa, instrumen kuesioner
minat belajar siswa, instrumen kuesioner kelomopok, lembar observasi,
wawancara, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) divalidasi oleh
Berdasarkan hasil validasi pakar, semua instrumen penelitian digunakan
dengan revisi. Adapun hasil validasi instrument penelitian ini adalah dapat
digunakan dengan sedikit revisi.
B. Data Penelitian
1. Data Keterlaksanaan Rencana Pembelajaran (RPP)
Pengamatan keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
diamati oleh tiga observer selama pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran Kooperatif Jigsaw tipe I.
Tabel 4. 1.Keterlaksanaan RPP
No Pertemuan
TOTAL KESELURUHAN 443
2. Data Minat Belajar Siswa
- Data minat belajar ditinjau dari kuesioner
Pengisian kuesioner dilakukan setelah diterapkan model
pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe I. Berikut tabel data minat
belajar siswa ditinjau dari kuesioner.
Tabel 4. 2. Data Minat Belajar siswa
No Nama Skor No Nama Skor
3. Data Hasil belajar Siswa
Hasil belajar siswa terdiri dari tiga bagian yaitu kuis 1, kuis 2, dan tes