• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dwi Yuningsih S541008023

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dwi Yuningsih S541008023"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERAGAAN LANGSUNG, LEAFLET DAN VIDEO TERHADAP PENGUASAAN KETERAMPILAN LATIHAN

PASIEN OSTEOARTRITIS LUTUT

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan (PdPK)

OLEH :

Dwi Yuningsih NIM S541008023

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

1. Tesis yang berjudul: “PENGARUH PERAGAAN LANGSUNG,

LEAFLET DAN VIDEO TERHADAP PENGUASAAN

KETERAMPILAN LATIHAN PASIEN OSTEOARTRITIS LUTUT” ini

adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagian acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No 17, tahun 2010)

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah

lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Magister Kedokteran Keluarga PPs-UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Magister Kedokteran Keluarga PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, Januari 2012

Mahasiswa,

Dwi Yuningsih S541008023

(5)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmad dan

karunia-Nya. sehingga kami bisa menyelesaikan tesis dengan judul ”Pengaruh Peragaan

Langsung, Leaflet dan Video terhadap Penguasaan Keterampilan Latihan Pasien

Osteoarthritis Lutut ”. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya

tesis ini, berkat bimbingan, bantuan dan kerjasama serta dorongan berbagai pihak

sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini dengan segala

hormat peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, S.Pd.,M.S selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta

2. Prof. Dr. Ahmad Yunus, Ir.,M.S selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Dr. Hari Wujoso, dr.,Sp.F.,MM selaku Ketua Program Studi Magister

Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Prof. Dr. Didik Tamtomo., dr.,M.Kes.,M.M.,PAK selaku pembimbing I yang

selalu membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penyelesaian tesis ini.

5. Putu Suriyasa, dr.,M.S.,PKK.,Sp.OK selaku pembimbing II yang selalu

membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penyelesaian tesis ini.

6. Seluruh staf dosen dan karyawan program studi Magister Kedokteran

Keluarga Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah membantu dalam penyusunan tesis ini

7. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu-persatu yang telah

membantu terselesaikannya tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan tesis selanjutnya.

Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta, Januari 2012

Peneliti

(6)

commit to user

4. Penguasaan Keterampilan ... 16

5. Osteoartritis Lutut ... 19

6. Hubungan Media Promosi Kesehatan terhadap Penguasaan Keterampilan Latihan Pasien Osteoartritis Lutut... 38

B.Penelitian yang Relevan ... 41

C.Kerangka Konsep Penelitian ... 42

D.Hipotesis ... 43

(7)

commit to user

BAB III METODE PENELITIAN

A.Jenis dan Rancangan Penelitian ... 44

B.Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

C.Populasi dan Sampel... 45

D.Variable Penelitian ... 46

E.Definisi Operasional Variabel ... 47

F. Alur Penelitian... ... 49

G.Instrumen Penelitian ... 50

H.Teknik Pengumpulan Data... 50

I. Analisis Data ... 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Karakteristik Data Sampel ... 53

B.Hasil analisis pengaruh media promosi kesehatan terhadap penguasaan keterampilan latihan osteoartritis lutut ... 57

C.Pembahasan... 59

D.Keterbatasan Penelitian ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 70

B.Implikasi ... 70

C.Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73

LAMPIRAN

(8)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Perkembangan Osteoartritis ... 22

Gambar 2.2. Gambaran Radiographi Osteoartritis menurut Kriteria Kellgren- Lawrence ... 23

Gambar 2.3. Faktor Resiko Peningkatan Osteoartritis Lutut ... 30

Gambar 2.4. Kerangka Konsep Penelitian ... 42

Gambar 3.1. Alur Penelitian ... 49

(9)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Lansia di Kota Surakarta ... 2

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen ... 50

Tabel 4.1 Distribusi jenis kelamin sampel penelitian antara kelompok

peragaan langsung, leaflet, video ... 54

Tabel 4.2 Distribusi berdasarkan umur sampel penelitian antara

kelompok peragaan langsung, leaflet, video ... 55

Tabel 4.3 Distribusi berdasarkan tingkat pendidikan sampel penelitian

antara kelompok peragaan langsung, leaflet, video ... 57

Tabel 4.4 Karakteristik sampel (data) ... 57

Tabel 4.5 Perbedaan pengaruh penguasaan keterampilan latihan

osteoartritis lutut menurut media promosi kesehatan ... 58

Tabel 4.6 Perbedaan penguasaan keterampilan latihan osteoartritis lutut

diantara media promosi kesehatan ... 58

(10)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 78

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ... 79

Lampiran 3 Surat Keterangan Penelitian RSUD.Dr. Moewardi. ... 80

Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian Panti Wredha ... 82

Lampiran 5 Pernyataan Kesediaan Menjadi Relawan ... 84

Lampiran 6 Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden ... 85

Lampiran 7 Permohonan Reviewer. ... 86

Lampiran 8 Pernyataan Reviewer ... 87

Lampiran 9 Blangko Penilaian ... 90

Lampiran 10 Uji Statistik ... 93

Lampiran 11 Data Nilai Pre-test dan Post-test Sampel Penelitian

Lampiran 12 Leaflet

(11)

commit to user

Dwi Yuningsih. S 541008023. 2012. Pengaruh Peragaan Langsung, Leaflet

dan Video terhadap Penguasaan Keterampilan Latihan Pasien Osteoartritis Lutut. TESIS. Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Program Pasca

Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ABSTRAK

Latar belakang: Promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media karena melalui

media, pesan-pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami. Penguasaan keterampilan latihan dapat dipengaruhi oleh jenis media yang digunakan, pada penelitian ini menggunakan peragaan langsung, leaflet dan video. Apabila pasien osteoartritis lutut menguasai keterampilan latihan dan melakukan dengan benar dan teratur dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan aktifitas fungsional.

Tujuan penelitian: Untuk mengetahui perbedaan pengaruh penggunaan media

peragaan langsung, leaflet dan video terhadap penguasaan keterampilan latihan pada pasien osteoartritis lutut.

Metode: Jenis Penelitian ini adalah kuantitatif-analitik-eksperimental dengan

pendekatan RCT (Randomized Control Trial). Sampel penelitian berjumlah 90 orang yang diambil dengan teknik simple random sampling dari 120 orang pasien RSUD.Dr.Moewardi dan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta yang masih aktif dan di bagi menjadi tiga kelompok perlakuan secara randome yang mana 30 orang mendapat media peragaan langsung, 30 orang mendapat media leaflet dan 30 orang mendapat media video. Pengusaan keterampilan latihan diukur dengan lembar penilaian yang telah di uji validitas konstruksi, hasil dianalisis dengan

Anova dan Post Hoc Test.

Hasil penelitian: Adanya perbedaan pengaruh antara peragaan langsung, leaflet

dan video terhadap penguasaan keterampilan latihan pasien osteoartritis lutut yang secara statistik bermakna (p = 0,013). Peragaan langsung memiliki perbedaan bermakna dengan leaflet tetapi video tidak memiliki perbedaan bermakna dengan peragaan langsung maupun leaflet.

Kesimpulan: Media yang paling baik untuk meningkatkan penguasaan

keterampilan latihan osteoartritis lutut adalah peragaan langsung, sedangkan media yang kurang baik untuk meningkatkan penguasaan keterampilan latihan osteoartritis lutut adalah leaflet.

Kata kunci : peragaan langsung, leaflet, video, penguasaan keterampilan

(12)

commit to user

Dwi Yuningsih. S 541008023. 2012. The Effect of Direct Modeling, Leaflets

and Video Approaches to Enhance the Mastery of Skills Exercise in Patient with Knee Osteoarthritis. THESIS. Master of Family Medicine, Post-graduate

Program of Sebelas Maret University, Surakarta.

ABSTRACT

Background: Health promotion can not be separated from the media because the

messages can be delivered and make it more interesting and easy to be understood. Mastery of skills exercise could be affected by the type of media used. Direct modeling, leaflets and video are applied on this research, if patient with knee osteoarthritis understand the skill of exercise completely and as well as

it’s used in regularly, it can reduce the pain and enhance the functional ability.

Objective: To determine difference in the effects of media using direct modeling,

leaflets and videos on the mastery of skills exercise in patients with osteoarthritis of the knee

Methods: This research based on quantitative-analytic-experimental by RCTs

(Randomized Control Trial) approach. it has 90 volunteers, who are taken by simple random sampling technique from 120 patients of Dr.Moewardi’s Hospitals and Dharma Bhakti Surakarta’s Nursing Homes who are still active. They were separated on three groups, 30 volunteers for each groups, in which group 1 has direct modeling, group 2 has leaflet and group 3 has video approach, Mastery of the skills exercise measured by the assessment form that has tested the validity of the constructs, the results were analyzed by ANOVA and Post Hoc Test.

Result: There were any differences between the effect of direct modeling, leaflets

and video approaches on the mastery of skills exercise in patient with knee osteoarthritis that was statistically significant (p = 0.013). Direct modeling have significant difference with leaflets but video does not have significant differences with direct modeling and leaflets.

Conclusions: The best media to improve the mastery of skills exercise for patient

with knee osteoarthritis is a direct modeling, while the media is not good practice to enhance the mastery of skills exercise for patient with knee osteoarthritis is a

leaflets.

Key words: direct modeling, leaflets, video, mastery of skills

(13)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan yang dilakukan di Indonesia, termasuk pembangunan di

bidang kesehatan membawa perubahan pada kondisi masyarakat di Indonesia.

Perubahan yang terjadi antara lain adanya transisi demografi dan transisi

epidemiologi. Transisi demografi merupakan perubahan pola / struktur penduduk

yang ditandai dengan semakin banyaknya warga lanjut usia (lansia) karena

meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Transisi epidemiologi terjadi karena

pemerintah berhasil menekan angka penyakit infeksi, namun di sisi lain penyakit

yang berkaitan dengan faktor penuaan pun meningkat (Pratiwi, 2007)

Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan

Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah

mencapai usia 60 tahun ke atas. Pada tahun 2025 jumlah penduduk Indonesia

diproyeksikan mencapai 273 juta jiwa. Hampir seperempat dari jumlah penduduk

atau sekitar 62,4 juta jiwa tergolong kelompok manusia lanjut usia (lansia).

Bahkan, jika menggunakan model proyeksi penduduk PBB, jumlah lansia pada

2050 menjadi dua kali lipat atau sekitar 120 juta jiwa lebih (Wahyu, 2007).

Di Kota Surakarta sendiri jumlah penduduk diatas 60 tahun didapatkan

data sebagai berikut:

(14)

Tabel 1.1 Jumlah Lansia di Kota Surakarta (Menurut Kelompok Umur dan Jenis

dimana jumlah lansia 44.771 jiwa dengan prosentase jumlah lansia wanita (57%)

lebih tinggi dari pada laki-laki (43%). Semakin banyaknya jumlah lansia ini

membawa konsekwensi semakin banyaknya penyakit yang berkaitan dengan

faktor penuaan atau sering disebut penyakit degeneratif, di antaranya Osteoartritis.

Osteoartritis adalah penyakit degeneratif sendi yang bersifat kronik, berjalan

progresif lambat, seringkali tidak meradang atau hanya menyebabkan inflamasi

ringan, dan ditandai dengan adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi serta

pembentukan tulang baru pada permukaan sendi (Carter, 2006).

Orang dengan Osteoartritis lutut biasanya memiliki keluhan nyeri , kaku

persendian, berkurangnya propriosetif dan penurunan kekuatan otot kuadriseps

yang berhubungan dengan nyeri lutut dan kemampuan fungsional (Bennell, 2007).

Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di

dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas

pada penderita sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Di Amerika,

osteoartritis diperkirakan mengenai lebih dari 27 juta penduduk, Dampak

(15)

penderita, tetapi juga keluarga, lingkungan dan negara yang diakibatkan

nyeri dan disabilitas dari osteoartritis ini. Pada tahun 2004 didapatkan data:

632.000 orang melakukan operasi penggantian sendi dimana menghabiskan biaya

$22,6 milyar ; 11,1 juta orang menjalani rawat jalan di rumah sakit karena

osteoartritis. dan pemborosan dana karena meninggalkan pekerjaan disebabkan

osteoartritis ini diperkirakan $3.4-$13,2 milyar setiap tahunnya (Giles, 2010).

Diperkirakan jumlah penderita osteoartritis membengkak menjadi dua kali

seiring dengan bertambahnya populasi lansia dan prevalensi obesitas (Badley

dalam Hunter, 2009).

Osteoartritis menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler 25%

orang dengan osteoartritis merasakan nyeri saat ambulasi dan mengalami

kesulitan/ketidak mampuan melakukan aktifitas kesehariannya (seperti berjalan,

menaiki tangga dan berlutut), 15% menggunakan alat bantu seperti tongkat untuk

berjalan. Menurut survey terbaru 52% penduduk Amerika lebih memilih mati

daripada mengalami ketidak-mampuan/disabilitas yang berat (Giles, 2010).

Osteoartritis banyak terjadi pada wanita dibanding pria, prevalensi

meningkat tajam 45% pada wanita berusia lebih dari 65 tahun dengan keluhan

osteoartritis dan dari data radiologi menunjukkan 70% mengalami osteoartritis.

diperkirakan osteoartritis menjadi 10 besar penyebab utama disabilitas diseluruh

dunia di tahun 1990 dengan prosentase sebanding dengan skizophrenia dan

anomaly genetic sedangkan versi yang lain dari the Global Burden of Disease

2000 study memperkirakan osteoartritis menjadi 4 besar penyebab disabilitas

(16)

Dapat dibayangkan begitu besarnya dampak negatif yang ditimbulkan oleh

penyakit tulang dan sendi termasuk osteoartritis, sehingga seluruh dunia harus

mewaspadainya. Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010 dicanangkan sebagai

dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia. Di Indonesia, osteoartritis

merupakan penyakit reumatik yang paling banyak ditemui dibandingkan kasus

penyakit reumatik lainnya. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO),

penduduk yang mengalami gangguan osteoartritis di Indonesia tercatat 8,1% dari

total penduduk. Sebanyak 29% di antaranya melakukan pemeriksaan dokter, dan

sisanya atau 71% mengonsumsi obat bebas pereda nyeri. Di Kabupaten Malang

dan Kota Malang ditemukan prevalensi osteoartritis sebesar 10% dan 13,5%. Di

Jawa Tengah, kejadian penyakit OA sebesar 5,1% dari semua penduduk (Ikatan

Reumatologi Indonesia dalam Pratiwi, 2007).

Menurut survey, pada tahun 2002, dari 1055 pasien secara keseluruhan

(untuk semua jenis kunjungan kasus) yang dikonsultasikan di poliklinik

rehabilitasi medik RS. Dr. kariadi semarang sebanyak 99 orang adalah

osteoartritis lutut (9,38%) (Kusumawati, 2003).

Untuk meningkatkan pelayanan fisioterapi pada pasien Osteoartritis ini

perlu dirumuskan jenis latihan yang seperti apa yang berguna bagi pasien dan

metoda seperti apa yang paling tepat diterapkan pada pasien yang mayoritas lansia

ini supaya pasien mampu melakukan latihan dengan benar sesuai dengan yang

diajarkan fisioterapi dan mau melakukannya di rumah sehingga tujuan dari

latihan, yaitu mengurangi nyeri dan meningkatkan aktifitas fungsional dapat

(17)

penanganan gejala yaitu mengurangi nyeri, meningkatkan fungsi sendi dan

stabilitas sendi sehingga meningkatkan aktifitas fungsional pasien (Valderrabano,

2011).

Latihan yang diberikan harus menyelesaikan masalah kelemahan otot dan

disfungsi dari afferent sensory, latihan yang harus dilakukan adalah penguatan

otot dan neuromuscular training. (Roos, 2010). Penguatan otot kuadriseps penting

untuk peningkatan aktifitas fungsional dan ADL (activities of daily living) dan

berhubungan dengan gejala osteoartritis sehingga latihan penguatan quadriceps ini

dapat diberikan kepada pasien dari sejak awal proses osteoartritis terjadi (Smith,

2010).

Intervensi sebagai upaya pencegahan masalah kesehatan masyarakat dapat

dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya adalah menggunakan media untuk

mempromosikan kesehatan. Promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media

karena melalui media, pesan-pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan

dipahami, sehingga sasaran dapat mempelajari pesan tesebut sehingga sampai

memutuskan untuk mengadopsi perilaku yang positif. Beberapa tujuan atau alasan

lain mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaan promosi kesehatan

antara lain adalah: media dapat mempermudah penyampaian informasi,

menghindari kesalahan persepsi, memperjelas informasi, mempermudah

pengertian, mengurangi komunikasi yang verbalistik, dapat menampilkan obyek

yang tidak bisa ditangkap dengan mata, memperlancar komunikasi dan lain-lain

(18)

Banyak media yang sering digunakan untuk menyampaikan informasi

kepada pasien antara lain peragaan langsung, leaflet, video yang diharapkan dapat

membantu pasien dalam penguasaan keterampilan latihan. Penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemberian metode peragaan langsung,

leaflet dan video dalam meningkatkan penguasaan keterampilan latihan pada

pasien osteoartritis lutut.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan pengaruh antara peragaan langsung, leaflet dan

video terhadap penguasaan keterampilan latihan pasien osteoartritis lutut ?

C. Tujuan Penelitian

Menganalisis perbedaan pengaruh antara peragaan langsung, leaflet dan

video terhadap penguasaan keterampilan latihan pasien osteoartritis lutut.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sumber dalam pengembangan desain promosi kesehatan untuk

mengetahui perbedaan pengaruh peragaan langsung, leaflet dan video untuk

meningkatkan penguasaan keterampilan latihan pada pasien osteoartritis lutut.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pasien Osteoartritis Lutut

Diharapkan hasil penelitian dapat menjadi tambahan pengetahuan

(19)

keterampilan latihan dan dapat mengaplikasikan untuk perbaikan kondisi

penyakitnya (mengurangi nyeri dan peningkatan kualitas fungsional).

b. Bagi Rumah Sakit dan Sarana Kesehatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk oleh rumah

sakit dan sarana kesehatan dalam memberikan peningkatan pelayanan

(20)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Peragaan Langsung

a. Pengertian Peragaan Langsung

Media berbasis manusia, dalam hal ini adalah instruktur yang

memberikan peragaan langsung dengan metode demonstrasi. Demonstrasi

adalah pertunjukkan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda

sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat

diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya.

Metode ini lebih sesuai untuk mengajarkan bahan peserta didik yang

merupakan suatu gerakan, suatu proses maupun hal yang bersifat rutin

(Sagala, 2010).

Demonstrasi merupakan penjelasan visual dari suatu fakta, ide, atau

proses yang penting. Seorang demonstrator menunjukkan bagaimana

sesuatu dikerjakan. Demonstrasi memerlukan pengamatan yang teliti,

pebelajar mungkin menanyakan tentang apa yang baru saja ditunjukkan dan

bagaimana sesuatu dikerjakan. Dalam demonstrasi ada dua kemungkinan,

pertama, pembelajar hanya mengamati dan kedua, pembelajar terlibat dalam

mengerjakan sesuatu (Anitah, 2008).

b. Kelebihan Peragaan Langsung

Kelebihan peragaan langsung dengan metode demonstrasi adalah:

(21)

1)Perhatian dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh

pendidik sehingga dapat diamati secara teliti

2)Dapat membimbing peserta didik kearah berpikir yang sama dalam satu

saluran pikiran yang sama

3)Ekonomis dalam jam peserta didikan dan ekonomis dalam waktu yang

panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang

pendek

4)Dapat mengurangi kesalahan bila dibanding dengan hanya membaca atau

mendengarkan, karena peserta didik mendapatkan gambaran yang jelas

dari hasil pengamatannya

5)Gerakan dan proses dipertunjukkan, sehingga tidak memerlukan

keterangan yang banyak

6)Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan atau keraguan dapat

diperjelas waktu proses demonstrasi (Sagala, 2010)

7)Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan konkrit, sehingga

menghindari verbalisme, dengan demikian akan lebih meyakini

kebenaran materi pembelajaran (Sanjaya, 2009)

c. Kelemahan Peragaan Langsung

Kelemahan peragaan langsung dengan metode demonstrasi adalah:

1)Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat/

mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan,

(22)

2)Diperlukan latihan yang khusus, kadang sukar didapat. Demonstrasi

merupakan metode yang tak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak

dapat diamati secara seksama

3)Dalam pengamatan demonstrasi, diperlukan pemusatan perhatian. Dalam

hal ini banyak diabaikan oleh peserta didik

4)Tidak semua hal dapat didemonstrasikan

5)Memerlukan banyak waktu, sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat

minimum

6)Kadang proses yang didemonstrasikan di kelas berbeda jika proses itu

didemonstrasikan dalam situasi nyata/sebenarnya (Sagala, 2010)

7)Perlu ketelitian dan kesabaran agar demostrasi mendapat hasil baik, Hal

ini kadang diabaikan sehingga apa yang diharapkan tidak tercapai

sebagaimana menstinya

8)memerlukan banyak persiapan dan perencanaan yang lebih matang,

disamping memerlukan waktu yang panjang, memerlukan kemampuan

dan keterampilan guru secara khusus, memerlukan kemauan dan motivasi

guru yang bagus, memerlukan peralatan, bahan-bahan dan tempat yang

memadai, berarti memerlukan pembiayaan yang lebih mahal (Sanjaya,

2009).

2. Leaflet

a. Pengertian Leaflet

Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan

(23)

kalimat maupun gambar atau kombinasi (Notoatmodjo, 2007).

Leaflet termasuk dalam media cetak yang memiliki ciri-ciri :

1)Teks dibaca secara linear, sedangkan visual diamati berdasarkan ruang

2)Baik teks maupun visual menampilkan komunikasi satu arah dan reseptif

3)Teks dan visual ditampilkan statis (diam)

4)Pengembangan sangat bergantung kepada prinsip-prinsip kebahasaan dan

persepsi visual

5)Baik teks maupun visual berorientasi pada pembelajar

6)Informasi dapat diatur kembali oleh pemakai (Arsyad, 2011)

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu proses

pemberian laeflet kesehatan masyarakat baik itu dari leaflet, sasaran atau

dalam proses pemberian leaflet:

1) Faktor leaflet

Kurang menarik perhatian, gambar yang menyertai tema, warna tulisan

yang kurang mencolok, bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti

oleh sasaran karena terlalu banyak mengunakan istilah asing, tulisan

terlalu kecil untuk di baca, penyampaian meteri yang terlalu monoton dan

singkat.

2) Faktor sasaran

Tingkat pendidikan yang terlalu rendah sehingga sulit menerima pesan

yang di sampaikan, tingkat ekonomi yang terlalu rendah sehingga tidak

terlalu memperhatikan pesan yang disampaikan karena lebih memikirkan

(24)

yang telah tertanam sehingga sulit untuk mengubah, kondisi lingkungan

tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin terjadi perubahan perilaku.

3) Faktor proses pemberian leaflet

Waktu pemberian leaflet tidak sesuai dengan waktu yang digunakan

sasaran, gambar dan bahasa yang dapat mempermudah sasaran, materi

yang digunakan kurang tepat sasaran (Notoatmodjo, 2007)

b. Kelebihan Leaflet

Berdasarkan cara produksinya, leaflet termasuk media cetak. Secara

umum media cetak memiliki kelebihan :

1)Tahan lama

2)Mencakup banyak orang

3)Biaya tidak tinggi

4)Tidak perlu listrik

5)Dapat dibawa ke mana-mana

6)Dapat mengungkit rasa keindahan

7)Mempermudah pemahaman

8)Meningkatkan gairah belajar (Notoatmodjo, 2010)

c. Kelemahan Leaflet

Media cetak secara umum memiliki kelemahan :

1)Tidak dapat menstimulir efek suara dan efek gerak

2)Jika tidak dirawat dengan baik, mudah terlipat, cepat rusak atau hilang

(25)

3)Biaya pencetakan akan mahal apabila ingin menampilkan ilustrasi,

gambar atau foto yang berwarna-warni

4)Proses pencetakan media seringkali memakan waktu beberapa hari

sampai berbulan-bulan, tergantung kepada peralatan percetakan dan

kerumitan informasi pada halaman cetakan

5)Perbagian unit-unit pelajaran harus dirancang sedemikian rupa sehingga

tidak terlalu panjang dan dapat membosankan

6)Umumnya media cetak dapat membawa hasil yang baik jika tujuan

pelajaran bersifat kognitif, misalnya belajar tentang fakta dan

keterampilan. Jarang media cetakan terutama teks terprogram yang

mencoba menekankan perasaan, emosi atau sikap (Arsyad, 2011)

3. Video

a. Pengertian Video

Video merupakan kombinasi dari dua atau lebih media, dimana

pengoperasiannya perlu alat untuk menayangkan seperti TV, CD, komputer

dan proyektor (Majid, 2004).

Sama halnya dengan film, video dapat menggambarkan suatu objek

yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai.

Kemampuan film dan video melukiskan gambar hidup dan suara

memberinya daya tarik tersendiri. Kedua media ini pada umumnya

digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi dan pendidikan.

Tujuan media ini, dapat menyajikan informasi, memaparkan proses,

(26)

menyingkat atau memperpanjang waktu dan mempengaruhi sikap (Arsyad,

2011)

b. Kelebihan Video

Secara umum video memiliki kelebihan :

1)Dapat melengkapi pengalaman dasar pembelajar ketika mereka

membaca, berdiskusi, berpraktik dan lain-lain

2)Dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan

secara berulang-ulang jika dipandang perlu

3)Mendorong dan meningkatkan motivasi, menanamkan sikap dan segi

afektif lainnya

4)Bila mengandung nilai positif, dapat mengundang pemikiran dan

pembahasan dalam kelompok pembelajar, bahkan slogan yang sering

didengar dapat membawa dunia ke dalam kelas

5)Dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kecil yang heterogen

maupun perorangan

6)Dengan kemampuan dan teknik pengambilan gambar frame demi frame,

film yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu minggu dapat

ditampilkan dalam satu atau dua menit (Arsyad, 2011)

7)Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat dari

rangsangan luar lainnya

8)Dengan alat perekam, sejumlah besar pembelajar dapat memperoleh

(27)

9)Demonstrasi yang sulit, bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya,

sehingga pada waktu mengajar pengajar bisa memusatkan perhatian pada

penyajiannya

10) Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang

11) Keras lemah suara yang ada bisa diatur dan disesuaikan bila akan

disisipi komentar yang kan didengar

12) Gambar dapat dibekukan untuk diamati secara seksama

13) Ruangan tidak perlu digelapkan waktu penyajian (Sadiman, 2010)

c. Kelemahan Video

Kelemahan video adalah:

1)Pengadaan umumnya memerlukan biaya mahal dan waktu yang banyak

2)Pada saat video dipertunjukkan, gambar-gambar berjalan terus sehingga

tidak semua pembelajar mampu mengikuti informasi yang ingin

disampaikan

3)Video yang tersedia tidak selalu sesuai denga kebutuhan dan tujuan

belajar yang diinginkan, kecuali bila di rancang dan diproduksi khusus

untuk kebutuhan sendiri (Arsyad, 2011)

4)Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang dipraktekkan

5)Sikap komunikasinya bersifat satu arah dan harus diimbangi dengan

pencarian bentuk umpan-balik yang lain

6)Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara

(28)

4. Penguasaan Keterampilan

a. Belajar Keterampilan

Keterampilan melakukan suatu jenis kegiatan tertentu merupakan

suatu bentuk pengalaman belajar yang sepatutnya dicapai melalui proses

belajar. Dicapainya keterampilan yang diperoleh seorang ditandai oleh

adanya kemampuan menampilkan bentuk-bentuk gerakan tertentu dalam

melakukan suatu kegiatan, sebagai respon dari rangsangan yang datang

kepada dirinya. Jadi bentuk belajar keterampilan mirip dengan bentuk

belajar verbal. Ciri yang membedakan keduanya adalah, dalam bentuk

belajar keterampilan respon atau reaksi itu ditampilkan dalam bentuk

gerakan-gerakan motorik jasmaniah, sedangkan dalam bentuk belajar

verbal, respon atau reaksi yang ditampilkan berkaitan dengan penggunaan

kata atau rangkaian kata-kata (Sumiati, 2008).

Bentuk keterampilan seseorang itu ada tiga macam, yaitu:

1)Rangkaian respons atau reaksi

2)Koordinasi gerakan

3)Pola-pola respons atau reaksi

Rangkaian reaksi ini merupakan rangkaian gerakan-gerakan yang

mengikuti urutan tertentu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu.

Kegiatan belajar sesuai dengan bentuk belajar keterampilan menekankan

pada proses latihan. Tahapan latihan ini dimulai dengan pencapaian hasil

belajar kognitif, baik berupa konsep dan prinsip. Selanjutnya, dilakukan

(29)

latihan lanjut, diberi kebebasan untuk mengembangkan kemampuan sampai

mencapai kemampuan atau keterampilan yang berbentuk pola-pola respons

(Sumiati, 2008).

Penampilan dari keterampilan motorik dipengaruhi oleh:

keterampilan motorik, keadaan lingkungan dan karakteristik fisik dan

kognitif. Istilah motor learning diartikan pencapaian keterampilan motorik

untuk meningkatkan penampilan belajar ataupun pengalaman keterampilan

motorik yang lebih tinggi. Penguasaan kembali keterampilan, sulit atau

tidak dapat dilakukan karena cidera, penyakit dan sebagainya. Istilah motor

kontrol menunjukkan bagaimana fungsi sistem neuromuskular

mengaktifkan dan koordinasi dari otot dan tungkai yang terlibat dalam

penampilan keterampilan motorik ini (Magill, 2011)

b. Penilaian Penguasaan Keterampilan

Tes perbuatan atau tes untuk kerja adalah tes yang dilaksanakan

dengan jawaban menggunakan perbuatan, tindakan atau unjuk kerja. Hal ini

berfungsi sebagai penilaian terhadap kemampuan melakukan sesuatu

perbuatan (berhubungan dengan domain psikomotor). Alat yang digunakan

dalam tes perbuatan adalah: Daftar tugas yang harus diselesaikan; Bahan

serta alat yang diperlukan; Lembaran pengamatan untuk mengamati

kegiatan pasien menyelesaikan tugas

Tes ini terutama bertujuan untuk menilai kemampuan: Manipulatif

(kemampuan menggunakan alat); Manual (kemampuan melakukan

(30)

diungkapkan secara verbal); Meningkatkan kesadaran diri tentang

kemampuannya sehingga menimbulkan motivasi belajar (Sumiati, 2008).

c. Praktek Atau Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk

terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah

fasilitas dan faktor dukungan dari fihak lain. Tingkatan praktek meliputi:

1)Persepsi

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil adalah praktek tingkat pertama

2)Respon terpimpin

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan

contoh

3)Mekanisme

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan

4)Adaptasi

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik, tindakan ini sudah dimodifikasi tanpa mempengaruhi

kebenaran tindakan tersebut. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara

tidak langsung yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang

telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall).

(31)

mengobservasi tindakan atau kegiatan responden dengan menggunakan

lembar penilaian (ceklist) (Notoatmodjo, 2007).

5. Osteoartritis Lutut

a. Pengertian Osteoartritis

Osteoartritis adalah penyakit sendi degeneratif dengan etiologi dan

patogenesis yang belum jelas serta mengenai populasi luas. Pada umumnya

penderita Osteoartritis berusia di atas 40 tahun dan populasi bertambah

berdasarkan peningkatan usia. Osteoartritis merupakan gangguan yang

disebabkan oleh multifaktorial antara lain usia, mekanik, genetik, humoral

dan faktor kebudayaan (Poole, 2001).

Osteoartritis merupakan suatu penyakit dengan perkembangan slow

progressive, ditandai adanya perubahan metabolik, biokimia, struktur rawan

sendi serta jaringan sekitarnya, sehingga menyebabkan gangguan fungsi

sendi. Kelainan utama pada osteoartritis adalah kerusakan rawan sendi yang

dapat diikuti dengan penebalan tulang subkondral, pertumbuhan osteofit,

kerusakan ligamen dan peradangan ringan pada sinovium, sehingga sendi

yang bersangkutan membentuk efusi. Umumnya yang paling sering terkena

adalah sendi peyangga berat badan (hip dan lutut) (Kisner,2007).

Osteoartritis diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu :

1) Osteoartritis Primer

Disebut idiopatik, disebabkan faktor genetik (akibat proses penuaan

alami), yaitu adanya abnormalitas kolagen sehingga mudah rusak. Faktor

(32)

riwayat cidera pada sendi ( trauma, stress berulang, inflamasi, dsb) dan

obesitas

2)Osteoartritis Sekunder

Disebabkan oleh beberapa masalah fisik, metabolisme, kimiawi yang

menciderai persendian. Pada kondisi ini kondrosit kehilangan

kemampuan untuk menjaga matrik normal, mengganggu persendian

ataupun kemampuan biomekanik dari kartilago dan tulang subkondral

pada tahap lebih lanjut (Muzaffar, 2005)

Contohnya seperti penyakit malformasi pertumbuhan tulang bawaan

(legg-calve-perthes disease), penyakit metabolik (alcaptonuria,

hemochromatosis, Wilson's disease), endokrin (acromegaly,

hyperparathyroidism, DM, hypothyroidism), Deposit kalsium yang tidak

normal (calcium pyrophosphate dihydrate deposition, apatitie

arthropathy), penyakit sendi/tulang yang lain (AVN, RA, gout,

infection,osteoporosis), neuropatik (Charcot joints), and bahkan seperti

frostbite, Caisson's disease, dan hemoglobinopathies (Sincov, 2003).

Osteoartritis primer lebih banyak ditemukan daripada sekunder.

Hal ini berhubungan dengan prevalensi osteoartritis primer dengan

bertambahnya usia sebaliknya pada osteoartritis sekunder kejadiannya

tergantung penyebab tersebut di atas jadi ini dapat terjadi pada tiap

(33)

b. Patogenesis osteoartritis

Perubahan degeneratif adalah faktor predominan yang

mengakibatkan disabilitas. Pada sendi dengan osteoartritis peradangan dapat

terlihat tetapi biasanya ringan dan hanya mengenai lapisan periartikuler.

Patofisiologi penyakit ini melibatkan kombinasi faktor meknik, seluler dan

biokimiawi. Interaksi dari berbagai faktor ini mengarah pada perubahan

komposisi kartilago. Kartilago tersusun dari air, kolagen dan proteoglikan.

Pada kartilago yang sehat, remodelling internal menghasilkan pergantian

kondrosit yang berkesinambungan. Proses ini menjadi terganggu dan

mengarah pada perubahan degeneratif serta respon perbaikan yang abnormal

(Hinton, 2002)

Osteoartritis juga ditandai oleh penurunan kadar proteoglikan yang

nyata di matriks rawan sendi, perubahan ukuran dan agregasi proteoglikan,

kerusakan struktur jaringan kolagen dalam matriks dan peningkataan

sintesis dan degradasi molekul-molekul matriks. Sifat-sifat mekanis rawan

sendi berubah dan terbentuk kista. Enzim-enzim penghancur yang berperan

pada kerusakan rawan sendi diduga berasal dari kondrosit. Proteoglikan

rawan sendi bebas, yang terlepas dari rawan sendi yang rusak dapat

merangsang timbulnya peradangan sinovial (Kalim, 1999)

Eratnya hubungan antara usia dan osteoartritis dapat dijelaskan

berdasarkan hubungan antara umur dan perubahan komposisi matriks tulang

dan penurunan fungsi kondrosit respon terhadap stimuli. Perubahan ini

(34)

jaringan dan kehilangan kartilago. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan

resiko degradasi kartilago juga termasuk defek pada permukaan kartilago

artikuler. Perbaikan yang abnormal mengakibatkan terbentuknya osteofit

dan kista subkondral sebagai kelanjutan dari penyakit (Hinton, 2002).

Gambar 2.1. Perkembangan Osteoartritis

Pada awal perjalanan penyakit, radiografi sendi seringkali masih

normal. Untuk menentukan derajat keparahan osteoartritis bisa

menggunakan foto rontgen. Salah satu klasifikasi menggunakan kriteria The

Kellgren-Lawrence index :

0 : Normal (tidak ada gambaran OA)

1 : Doubtfull (celah sendi menyempit dengan atau tanpa osteofit)

2 : Mild (ada osteofit, celah sendi menyempit normal atau tidak)

3 : Moderate (multipel osteofit sedang, tampak penyempitan celah sendi,

kista/ sklerosis pada subkondral, mungkin terjadi deformitas)

4 : Severe (Osteofit besar, celah sendi sangat sempit, sklerosis berat,

(35)

Gambar 2.2. Gambaran Radiographi Osteoartritis menurut Kriteria

Kellgren-Lawrence

Komplikasi secara umum meliputi terbatasnya lingkup gerak sendi,

deformitas ekstremitas karena hilangnya celah sendi yang tidak simetris,

subluksasi, ankylosing dan hilangnya intraartikuler berhubungan dengan

fraktur sub-kondral

c. Penatalaksanaan Osteoartritis

Tujuan dari penatalaksanaan pasien yang mengalami osteoartritis

adalah untuk edukasi pasien, pengendalian rasa sakit, memperbaiki fungsi

sendi yang terserang dan menghambat penyakit supaya tidak menjadi lebih

parah. Penatalaksanaan osteoartritis terdiri dari terapi non obat (edukasi,

penurunan berat badan, terapi fisik dan terapi kerja), terapi obat, terapi lokal

(36)

1) Terapi Non Obat

Terapi non obat terdiri dari edukasi, penurunan berat badan, terapi fisik

dan terapi kerja. Pada edukasi, yang penting adalah meyakinkan pasien

untuk dapat mandiri, tidak selalu tergantung pada orang lain. Walaupun

osteoartritis tidak dapat disembuhkan, tetapi kualitas hidup pasien dapat

ditingkatkan (Bambang dalam Pratiwi, 2007).

Terapi fisik dan terapi kerja bertujuan agar penderita dapat melakukan

aktivitas optimal dan tidak tergantung pada orang lain. Terapi ini terdiri

dari pendinginan, pemanasan dan latihan penggunaan alat bantu. Dalam

terapi fisik dan terapi kerja dianjurkan latihan yang bersifat penguatan

otot, memperluas lingkup gerak sendi dan latihan aerobik. Latihan tidak

hanya dilakukan pada pasien yang tidak menjalani tindakan bedah, tetapi

juga dilakukan pada pasien yang akan dan sudah menjalani tindakan

bedah, sehingga pasien dapat segera mandiri setelah pembedahan dan

mengurangi komplikasi akibat pembedahan (Haq, 2003).

2)Diet makanan

Penelitian laboratorium mendukung pendapat bahwa beberapa faktor

nutrisi yang meliputi vitamin A, C, E, D dan boron mempengaruhi

osteoartritis. Mereka dapat mencegah penyakit melalui empat cara :

melindungi dari kerusakan oksidasi, modulasi dari respon inflamasi,

diferensiasi seluler dan aksi biologi berhubungan dengan sintesis tulang

(37)

3)Terapi Obat

Analgesics: Parasetamol merupakan analgesik pertama yang diberikan

pada penderita OA dengan dosis 1 gram 4 kali sehari, karena cenderung

aman dan dapat ditoleransi dengan baik, terutama pada pasien usia tua.

Kombinasi parasetamol / opiat seperti coproxamol bisa digunakan jika

parasetamol saja tidak membantu. Tetapi jika dimungkinkan, penggunaan

opiat yang lebih kuat hendaknya dihindari (Haq, 2003).

Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDS):Kelompok obat yang

banyak digunakan untuk menghilangkan nyeri penderita OA adalah obat

anti inflamasi non steroid (OAINS). OAINS bekerja dengan cara

menghambat jalur siklooksigenase (COX) pada kaskade inflamasi.

Terdapat 2 macam enzim COX, yaitu COX-1 (bersifat fisiologik,

terdapat pada lambung, ginjal dan trombosit) dan COX-2 (berperan pada

proses inflamasi). OAINS tradisional bekerja dengan cara menghambat

COX-1 dan COX-2, sehingga dapat mengakibatkan perdarahan lambung,

gangguan fungsi ginjal, retensi cairan dan hiperkalemia. OAINS yang

bersifat inhibitor COX-2 selektif akan memberikan efek gastrointestinal

yang lebih kecil dibandingkan penggunaan OAINS yang tradisional

(Haq, 2003).

4)Terapi Lokal

injeksi Intra-articular corticosteroids: Injeksi kortikosteroid seperti

triamcinolone hexacetonide atau methylprednisone memberikan manfaat

(38)

peradangan. The American College of Rheumatology menyarankan

suntikan ini tidak lebih dari 3-4 kali per tahun. Walaupun injeksi

kortikosteroid efektif menurunkan gejala, ini dapat menimbulkan efek

samping atropi kulit, pigmentasi dermal. Infeksi dapat terjadi tetapi

komplikasi ini jarang terjadi. Efek yang serius seperti peptic ulcer dan

sedikit dilaporkan terjadi gangguan hati dan gagal ginjal, selain itu

pengobatan ini tidak dapat mencegah progresifitas penyakit. The

American College of Rheumatology menyarankan menanganan

menggunakan Nutritional Supplements: Glucosamine Sulphate,

Chondroitin Sulphate (Muzaffar, 2005).

int ervensi yang r elat if baru yang sekarang banyak digunakan adalah injeksi

Asam Hyalur onic (adalah cairan viskoelast ik glikosaminoglikan dalam jumlah

besar yang mana secara alami t erdapat dalam cairan sendi yang sehat ), cairan

sendi m emiliki sif at pelindung, termasuk penyerapan shock, energi disipasi

t raumat is, lapisan pelindung dari permukaan tulang rawan artikuler dan

pelumasan. Alasan biologisunt uk penggunaan t erapi asam hyaluronicsint et is

di ost eoar t rit is lut ut adalah pot ensinya unt uk meningkat kan viskosit ascairan

sinovial. Pada penelit ian, penggunaan injeksi asam hyaluronic set elah

penggunaan diat as 8 (delapan) minggu m enunjukkan hasil lebih ef ekt if

daripada kort ikost eroid (Bannuru, 2009)

5)Operasi

Bagi penderita dengan OA yang sudah parah, maka operasi merupakan

(39)

nyeri tidak dapat diatasi dengan obat-obatan atau tindakan loka, sebdi

tidak stabil oleh karena subluksasi atau deformitas pada sendi, adanya

kerusakan sendi tingkat lanjut, untuk mengoreksi sendi supaya distribusi

beban terbagi rata. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain

arthroscopic debridement, joint debridement, artrodesis, osteotomi dan

Total Joint Replacement (Muzaffar, 2005).

d. Latihan pada Osteoartritis Lutut

Orang dengan Osteoartritis lutut biasanya memiliki keluhan nyeri,

kaku persendian, berkurangnya propriosetif dan penurunan kekuatan otot

kuadriseps yang berhubungan dengan nyeri lutut dan kemampuan

fungsional (Bennell, 2007).

Osteoartritis lutut menyebabkan nyeri, kaku sendi, penurunan

kegunaan otot, dan penurunan kapasitas aerobik menyebabkan penurunan

kualitas hidup dan peningkatan resiko disabilitas.

Profesi fisioterapi yang mana memiliki cakupan pelayanan pada

kapasitas fisik dan kemampuan fungsional. Pada penaganan kasus

osteoartritis ini dapat dirumuskan diagnosa sebagai berikut : Impairment:

Gerakan lutut fleksi lebih terbatas daripada ekstensi, gejala meliputi

kekakuan sendi, nyeri,lebih terbatas gerakan aktif untuk ekstensi lutut

daripada gerakan pasif (ini disebabkan oleh reflek inhibisi kuadriseps),

terganggunya respon keseimbangan. Functional limitation/disabilities:

Nyeri selama bergerak, menumpu berat badan dan berjalan yang mana

(40)

Keterbatasan mengontrol aktifitas menumpu berat badan yang melibatkan

fleksi lutut seperti duduk dan berdiri dari kursi atau kamar kecil; Pada

stadium akhir osteoartritis terlihat keterbatasan nyata pada aktifitas leisure

(seperti berjalan, berkebun, renang dan olah raga) dan aktifitas mengurus

rumah (seperti menyapu, membersihkan lantai, belanja) (Kisner, 2007).

Secara umum latihan untuk osteoarthritis yang rutin dilakukan

pasien setiap hari dirumah, meliputi: latihan di dalam air, penguatan otot,

dan reedukasi pola jalan. Paling penting adalah mencegah kontraktur fleksi

lutut, sehingga harus segera dilakukan penguluran pada otot hamstring dan

gastroknemius dan tidak kalah penting juga penguatan dari otot kuadriseps

terutama vastus medialis. Latihan untuk penguatan otot kuadrisep ini harus

rutin dilakukan setiap harinya dimulai dari latihan ringan kemudian

ditingkatkan dengan pembebanan sesuai toleransi. Latihan ini mencakup

berbagai tipe latihan meliputi latihan isotonik (dengan eksentrik) dan

isometrik maupun isokinetik. Latihan penguluran ini meliputi, latihan otot

hamstring pada sendi tertutup, latihan untuk otot gastroknemius dan soleus

(Hertling, 2006).

Latihan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kekuatan

ekstermitas bawah, lingkup gerak sendi, ketahanan kardiovaskular termasuk

juga meningkatkan keseimbangan dan koordinasi dan menyiapkan pasien

untuk melakukan berbagai keterampilan dalam aktifitas kesehariannya

(41)

Aktifitas keseharian pasien harus dievaluasi dan bila perlu dirubah.

Pada pagi hari, aktif menekuk dan meluruskan lutut harus dilakukan

sebelum aktifitas menumpu berat badan, tetap berjalan tetapi tidak boleh

dipaksa. Harus dicegah aktifitas yang terlalu menekuk lutut, duduk di kursi

sangat pendek, diam dalam satu posisi dalam waktu yang lama, tak lupa

koreksi pula postur tubuh yang salah saat melangkah dan evaluasi aspek

biomekanik lumbal, sendi sakro-iliak dan tungkai termasuk persudutan kaki

yang mana dapat diberikan ortose dan ganjal kaki (Hertling, 2006).

Sebuah penelitian Sistematik review, modalitas fisioterapi pada

osteoartritis lutut menunjukkan latihan dapat mengurangi nyeri dan

meningkatkan aktifitas fungsional pasien (Jamtvedt,2008). Bahkan latihan

yang sederhana untuk melatih otot kuadriseps di rumah terbukti mengurangi

nyeri dan meningkatkan fungsi pada lutut (O’Reilly, 1999).

Faktor resiko peningkatan osteoartritis lutut adalah cedera sendi,

kegemukan, usia dan jenis kelamin yang mana berhubungan dengan

kelemahan otot dan disfungsi afferent sensory (Gambar 2.3.), sehingga

latihan yang diberikan harus menyelesaikan masalah kelemahan otot dan

disfungsi dari afferent sensory, latihan yang harus dilakukan adalah

penguatan otot dan neuromuscular training. (Roos, 2010).

Menurut gambar di bawah, dalam memberikan latihan kepada pasien

dengan osteoartritis lutut, Jenis latihan yang diberikan adalah penguatan otot

(42)

Gambar 2.3. Faktor Resiko Peningkatan Osteoartritis Lutut

1)Penguatan Otot

Kelemahan otot kuadriseps mendahului kejadian osteoartritis,

dengan demikian meningkatkan resiko berkembangnya penyakit.

Mungkin ini merupakan alasan kenapa wanita lebih besar beresiko

terkena osteoartritis dari pada laki-laki (Roos, 2010).

Kelemahan otot quadriceps ini dicurigai disebabkan oleh

fenomena inhibisi otot arthrogenik (arthrogenous muscle inhibition)

yaitu suatu keadaan dimana terjadi gangguan input aferen dari

proprioseptor dan penurunan stimulasi aferen dari motor neuron otot

quadriceps yang berdampak pada penurunan kualitas kontraksi otot

quadriceps. Salah satu peran utama otot quadriceps dalam aktifitas

berjalan adalah berperan sebagai ”rem” pada tahap akhir dari fase swing,

(43)

beban yang diterima sendi, khususnya pada kartilago

artikularis(Slemenda et al, 2004)

Kelemahan otot kuadriseps merupakan tanda utama berhubungan

dengan osteoartritis lutut hal ini tidak hanya menyebabkan nyeri dan

peningkatan disabilitas tetapi berhubungan dengan gejala osteoartritis

(Smith, 2010).

Studi kohort yang meneliti lebih dari 2000 orang, menunjukkan

kekuatan otot kuadriseps yang lebih besar, mencegah peningkatan

insiden gejala osteoartritis pada kedua jenis kelamin. Kesimpulan dari

penelitian tersebut, penguatan tungkai bawah, terutama otot kuadriseps

merupakan strategi efektif untuk mencegah osteoartritis lutut. Program

latihan biasanya meliputi latihan tidak menumpu berat badan yang mana

melatih otot tertentu yang diharapkan. Latihan dengan menumpu berat

badan yang mana melibatkan banyak persendian juga kadang digunakan

(Segal dalam Roos, 2010).

Penguatan otot kuadriseps penting untuk peningkatan aktifitas

fungsional dan ADL (activities of daily living) dan berhubungan dengan

gejala osteoartritis, sehingga latihan strengthening kuadriseps ini dapat

diberikan kepada pasien dari sejak awal proses osteoartritis terjadi

(Smith, 2010).

Penelitian lain juga menunjukkan efek dari penguatan abduksi hip

terhadap pembebanan di lutut, pengurangan nyeri dan peningkatan

(44)

mempengaruhi peningkatan terjadinya osteoartritis, orang yang berjalan

dengan dominan adduksi panggul (yang mana menunjukkan kelemahan

otot abduktor panggul) menunjukkan lebih sering terkena osteoartritis.

Bebeberapa penelitian menyimpulkan bahwa penguatan otot abduktor ini

tidak merubah posisi panggul dan lutut adduksi saat berjalan, sehingga

tidak berguna untuk memperlambat perjalanan penyakit, tetapi

menunjukkan pengurangan nyeri dan peningkatan fungsional pasien

dengan osteoartritis (Bennel, 2007).

2)Neuromuscular Training

Pemeliharaan respon tekanan selama aktifitas normal

membutuhkan gabungan dari aferen somatosensori dan efektor

fungsional muskuloskeletal. Sistem aferen meliputi nyeri, temperatur,

rabaan lembut, propriosepsi dan getaran. Propriosepsi adalah sensasi

komplek berasal dari berbagai masukan yang menyediakan persepsi dari

posisi dan gerakan yang disadari dan di bawah sadar, termasuk juga

persepsi posisi sendi dan gerakan, kekuatan otot, penguluran dan posisi

tubuh, sebagaimana regulasi respon postural yang tidak disadari pada

gangguan posisi. Disamping dari masukan (input) pandangan,

keseimbangan dan pendengaran, propriosepsi tergantung pada reseptor

aferen pada otot, ligamen, kapsul sinovia dan kulit (Refshaug dalam

Roos, 2010).

Pada pasien dengan osteoartritis lutut terlihat jelas kehilangan

(45)

dalam meningkatkan keterbatasan fungsional seperti kelambatan ritme

jalan, semakin pendeknya jarak tempuh jalan dan penurunan kecepatan

berjalan dan total waktu berjalan (Sharma L dalam Diracoghu, 2005)

Penelitian selama empat bulan latihan neuromuscular dalam

pengawasan fisioterapi menunjukkan peningkatan isi glycosaminoglycan

pada cartilago penumpu berat badan pada pasien dengan kompartmen

medial meniskektomi. Hal ini menunjukkan neuromuskular training

dapat mencegah perusakan struktural kartilago. Pasien pada peneitian ini

menunjukkan peningkatan penampilan fungsional yang mana

membutuhkan kontrol sensorimotor, tetapi tidak meningkatkan kekuatan

kuadriseps dan kapasitas aerobik (Roos, 2010).

Neuromuscular training bertujuan untuk meningkatkan kontrol

sensorimotor dan mendapatkan kembali stabilitas fungsional. Latihan

fungsional dengan menumpu berat badan di desain meneyerupai kondisi

hidup sehari-hari, dengan beberapa aktifitas lebih berat. Tujuan utama

untuk ketepatan posisi kaki terhadap lutut dan kualitas penampilan pasien

pada tiap latihan, dengan level dan peningkatan intensitas latihan

berdasarkan fungsi neuromuskular pasien. Jadi otot yang kuat dan fungsi

neuromuskular sangat berguna karena peningkatan kekuatan otot dan

kontrol neuromuskular dibutuhkan untuk meredam tekanan pada

persendian (Roos, 2010).

Latihan menumpu berat badan melibatkan semua persendian

(46)

aktifitas menyebabkan gerak berlawanan dari otot pada dua persendian

yang terlibat yang mana sebagian otot menjadi memanjang pada satu

sendi dan dan memendek pada sendi yang lain, sehingga sangat penting

memelihara ketegangan normal dari otot tersebut. Kerja utama otot

dalam menumpu berat badan adalah mengontrol melawan gravitasi serta

daya keseimbangan dan stabilitas. Sehingga latihan yang bisa diberikan

pada osteoartritis lutut ini meliputi keseimbangan, stabilisasi maupun

penguatan dan latihan fungsional. Menurut Cochrane Databese of

Systematic-Review dan Philadelphia Panel Evidence-Based Clinical

Practice Guideline menunjukkan bukti bahwa latihan strengthening/

penguatan, stretching/penguluran dan latihan fungsional sebagai

interfensi penatalaksanaan pada penurunan nyeri dan peningkatan fungsi

pada osteoartritis lutut (Kisner, 2007)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:

1)Permasalahan pada osteoartritis lutut: nyeri, kaku persendian,

berkurangnya propriosetif dan penurunan kekuatan otot kuadriseps yang

berhubungan dengan nyeri lutut dan kemampuan fungsional dan

penurunan kapasitas aerobik menyebabkan penurunan kualitas hidup dan

peningkatan resiko disabilitas

2)Tujuan Penaganan Fisioterapi : mengurangi nyeri dan meningkatkan

aktifitas fungsional pasien

3)Desain latihan yang bisa di berikan mengandung prinsip penguatan,

(47)

penguluran yang mana secara progresif ditingkatkan pembebanan dan

pengulangannya disesuaikan dengan kemampuan setiap pasien. Pada

penelitian ini, kami menggunakan desain latihan dasar yang bisa

dilakukan oleh semua pasien osteoartritis lutut. Jenis latihan yang

digunakan antara lain :

a) Straight Leg Raising (SLR)

Tidur telentang ( tungkai sakit di luruskan dan pada tungkai sehat,

lutut di tekuk). Mengkontraksikan otot kuadriseps dengan menjaga

lutut lurus, ankle dorsifleksi 90°, kemudian mengangkat tungkai

setinggi kira-kira 20 cm, ditahan 5 detik, dilakukan 10 kali

pengulangan.

Isometrik kuadriseps ini dipilih karena dapat dilakukan pasien lansia

dirumah tanpa kesulitan (Miyaguchi, 2003).

Penelitian tentang perubahan biokimia cairan sendi setelah pemberian

latihan isometrik pada penderita osteoarthritis lutut. Hasil penelitian

ini menunjukkan adanya peningkatan berat molekuler hyaloronat dari

2.11 menjadi 2.40, peningkatan viskositas cairan sendi dari 45.8

menjadi 59,8 serta penurunan konsentrasi chondroitin 4-6 sulfat dari

81.9 menjadi 75,5 (Miyaguchi, 2003).

b) Isometrik Kuadriseps

Tidur terlentang/duduk di lantai dengan punggung tersangga dan

tungkai lurus, gulungan handuk ditempatkan di bawah lutut pada

(48)

mendorong handuk ke lantai. Ditahan 5 detik, dilakukan 10 kali

pengulangan (O’Reilly, 1999).

Latihan isometrik melawan tahanan mempu meningkatkan sensitifitas

struktur sensorimotorik otot yang meliputi muscle spindle dan golgi

tendon. Latihan ini juga akan meningkatkan α-motor discharge atau

tonus otot. Aktifitas α-motorneuron ini secara resiprokal juga akan

dipengaruhi oleh muscle spindle dan golgi tendon. Dengan demikian

latihan isometrik tidak hanya berdampak pada peningkatan kekuatan

otot namun juga mampu memperbaiki sensitifitas dan koordinasi

proprioseptif di dalam otot quadriceps (Topp et al, 2002)

c) Isotonik Kuadriseps

Duduk di bed/kursi, kaki sedikit menggantung. Mengangkat tungkai

bawah sedikit lurus/setengah fleksi. Ditahan 5 detik, dilakukan 10 kali

pengulangan. Untuk penguatan otot kuadriseps terutama vastus

medialis (O’Reilly, 1999).

d) Isotonik Abduktor Hip

Tidur miring ke sisi tungkai sehat, dengan menekuk lutut pada tungkai

yang terletak di bawah (sehat) dan lurus pada tungkai yang terletak di

atas (sakit), kemudian mengangkat tungkai ke atas, Ditahan 5 detik,

dilakukan 10 kali pengulangan. Untuk penguatan abduktor hip (Sled,

2010).

Latihan di rumah untuk latihan penguatan otot abduktor hip, dilakukan

(49)

dan meningkatkan kekuatan otot abduksi hip dan meningkatkan

fungsional pasien dengan osteoartritis (Sled, 2010).

e) Isometrik Adduktor Hip

Duduk tegak di kursi, menempatkan handuk diantara kedua paha.

Menjepit handuk yang diletakkan diantara kedua tungkai pada posisi

duduk. Ditahan 5 detik, dilakukan 10 kali pengulangan. (Bennel,

2007).

f) Duduk-Berdiri

Duduk tegak di kursi, kedua tangan bersilang di depan dada Berdiri

tegak kemudian duduk kembali dengan perlahan. Dilakukan 10 kali

pengulangan. Untuk latihan neuromuskular (Diracoglu, 2005)

g) Naik-turun tangga

Berdiri tegak, menempatkan stool/step di depan. Angkat satu tungkai

seakan melangkah di stool/step, kaki satunya menahan, bergantian

kanan-kiri. Dilakukan 10 kali pengulangan. Untuk latihan

neuromuskular sekaligus penguatan abduktor hip (Kisner, 2007)

(Tangga ukuran standar untuk pasien osteoartritis dengan lebar: 30 cm

dan tinggi: 20 cm),

h) Sikap kuda-kuda

Berdiri tegak menghadap depan kemudian salah satu tungkai maju

dengan menempatkan ujung kaki di depan, menekuk lutut dan hip

(50)

bergantian tungkai kanan-kiri. Untuk meningkatkan keseimbangan

dan kontrol ekstremitas bawah (Kisner, 2007)

i) Penguluran Otot

Duduk di bed/matras, salah satu tungkai diposisikan lurus dan tungkai

yang lain diposisikan menekuk. Berusaha meraih ujung kaki yang

lurus dengan ujung jari tangan. Ditahan 15 detik, dilakukan 3 kali

pengulangan, bergantian tungkai kanan-kiri. Untuk penguluran otot

hamstring, soleus-gastroknemius (Hertling, 2006)

6. Hubungan Media Promosi Kesehatan terhadap Penguasaan Keterampilan

Latihan Pasien Osteoartritis Lutut

Promosi/pendidikan kesehatan juga sebagai suatu proses di mana proses

tersebut mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Di dalam suatu

proses pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan promosi, yakni

perubahan perilaku, dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang

mempengaruhi suatu proses pendidikan disamping faktor masukannya sendiri

juga faktor metode, faktor materi atau pesannya, pendidikan atau petugas yang

melakukannya, alat-alat bantu atau media yang digunakan untuk

menyampaikan pesan. Agar dicapai hasil yang optimal, maka faktor-faktor

tersebut harus bekerjasama secara harmonis. Promosi kesehatan tidak dapat

lepas dari media, karena melalui media, pesan-pesan yang disampaikan dapat

lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapat mempelajari pesan

tersebut, sehingga sampai memutuskan untuk mengadopsi perilaku yang positif

(51)

Faktor yang mempengaruhi proses belajar dikelompokkan menjadi :

a. Faktor materi atau hal yang dipelajari, misalnya belajar pengetahuan dan

belajar sikap atau keterampilan akan menentukan perbedaan proses belajar

b. Faktor lingkungan yang terdiri dari lingkungan fisik (suhu, kelembapan

udara, kondisi tempat belajar) dan lingkungan sosial (manusia dengan

segala interaksi dan representasinya, seperti keramaian dan kegaduhan)

c. Faktor instrumental yang terdiri dari perangkat keras dan lunak

d. Faktor kondisi individu, subyek belajar yang terdiri dari kondisi fisiologis

(misanya, keadaan gizi, pasca cidera dan penyakit) dan kondisi psikologis

(misalnya, kecerdasan, daya tangkap, ingatan dan motivasi) (Notoatmodjo,

2007). Pendapat lain menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi

individu di bedakan menjadi faktor intern (jasmani, psikologi, kelelahan)

dan faktor ekstern (keluarga, sekolah dan masyarakat) (Slameto, 2003).

Media merupakan bagian integral dalam sistem pembelajaran. Banyak

macam media yang dapat digunakan, penggunaannya harus didasarkan pada

penelitian yang tepat, sehingga dapat memperbesar arti dan fungsi dalam

menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran. Media digunakan

untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan

kemauan. Bentuk media digunakan untuk lebih meningkatkan pengalaman

belajar agar menjadi lebih konkrit dan lebih berarti. Sehingga begitu

pentingnya media pembelajaran sebagai alat untuk merangsang proses belajar

(52)

Menurut kerucut pengalaman (cone of experience) dari Edgar Dale.

Pada kerucut pengalaman ini, dimulai dengan belajar sebagai peserta pada

pengalaman langsung kemudian sebagai observator pada kejadian nyata,

kemudian sebagai observator pada kejadian yang melalui beberapa media dan

terakhir mempelajari simbul-simbul kejadian. Secara umum, semakin abstrak

media, semakin banyak informasi yang dapat disingkat dalam waktu yang lebih

pendek. Butuh waktu lebih panjang untuk menggunakan pengalaman langsung,

pengalaman melalui benda tiruan ataupun pengalaman melalui drama daripada

penyajian informasi dari videotape, rekaman, dan beberapa model lambang

visual ataupun verbal. Jerome Brunner menyatakan bahwa perintah dimulai

dari pengalaman enactive (langsung) ke pengalaman yang diwakili iconic

(seperti penggunaan gambar dan video) kemudian gambaran symbolic (seperti

penggunaan kata). (Smaldino,2005).

Media yang cocok untuk mengajarkan keterampilan baru dalam hal ini

adalah keterampilan latihan untuk osteoartritis lutut diantaranya adalah :

Peragaan langsung dengan metode demonstrasi, salah satu kelebihannya adalah

pembelajaran lebih konkrit, jelas dan dapat membimbing dalam satu saluran

pikiran yang sama. Media leaflet mempunyai kelebihan antara lain, tahan lama,

mencakup banyak orang, dapat dibawa ke mana-mana, mempermudah

pemahaman. Media video mempunyai kelebihan antara lain, dapat melengkapi

pengalaman dasar pembelajar, menggambarkan suatu proses secara tepat dan

dapat disaksikan berulang-ulang, mendorong meningkatkan motovasi. Ketiga

Gambar

Gambar 2.3. Faktor Resiko Peningkatan Osteoartritis Lutut ..........................     30
Tabel 1.1 Jumlah Lansia di Kota Surakarta ................................................
Tabel 1.1 Jumlah Lansia di Kota Surakarta (Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin)
gambar atau foto yang berwarna-warni
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini disebabkan karena metode pembelajaran kurang bervariasi dan media yang digunakan guru kurang kreatif dalam meningkatkan penguasaan kosa kata bahasa

Selain meningkatkan penguasaan kosakata dalam keterampilan membaca, penggunaan media kamus dapat meningkatkan kegiatan aktivitas siswa pada kerja kelompok, terlihat

Hipotesis yang akan diuji pada bagian ini adalah: ada perbedaan pengaruh antara metode latihan demonstrasi dengan media audiovisual terhadap tingkat penguasaan keterampilan

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO GAME PENCEMARAN AIR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA.. Universitas Pendidikan Indonesia |

2 Penguasaan siswa jurusan IPA akan keterampilan proses sains untuk klasifikasi menyajikan data dan merumuskan hipotesis merupakan keterampilan yang dikuasai siswa dengan baik

a) Proses pembelajaran keterampilan menulis puisi melalui alam sekitar sebagai media pembelajaran pada siswa kelas V SDN Bulang II Probolinggo berjalan dengan baik

Objek tindakan dalam penelitian ini adalah penggunaan Media Audio Visual untuk meningkatkan penguasaan teknik vokal siswa kelas VII.H Kenyataan yang terjadi pada

Dokumen ini membahas tentang pentingnya penggunaan media latihan dalam proses melatih untuk meningkatkan keterampilan atau