PENGARUH PERAGAAN LANGSUNG, LEAFLET DAN VIDEO TERHADAP PENGUASAAN KETERAMPILAN LATIHAN
PASIEN OSTEOARTRITIS LUTUT
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan (PdPK)
OLEH :
Dwi Yuningsih NIM S541008023
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
commit to user
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :
1. Tesis yang berjudul: “PENGARUH PERAGAAN LANGSUNG,
LEAFLET DAN VIDEO TERHADAP PENGUASAAN
KETERAMPILAN LATIHAN PASIEN OSTEOARTRITIS LUTUT” ini
adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagian acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No 17, tahun 2010)
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah
lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Magister Kedokteran Keluarga PPs-UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Magister Kedokteran Keluarga PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, Januari 2012
Mahasiswa,
Dwi Yuningsih S541008023
commit to user
KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmad dan
karunia-Nya. sehingga kami bisa menyelesaikan tesis dengan judul ”Pengaruh Peragaan
Langsung, Leaflet dan Video terhadap Penguasaan Keterampilan Latihan Pasien
Osteoarthritis Lutut ”. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya
tesis ini, berkat bimbingan, bantuan dan kerjasama serta dorongan berbagai pihak
sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini dengan segala
hormat peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, S.Pd.,M.S selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2. Prof. Dr. Ahmad Yunus, Ir.,M.S selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Dr. Hari Wujoso, dr.,Sp.F.,MM selaku Ketua Program Studi Magister
Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Prof. Dr. Didik Tamtomo., dr.,M.Kes.,M.M.,PAK selaku pembimbing I yang
selalu membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penyelesaian tesis ini.
5. Putu Suriyasa, dr.,M.S.,PKK.,Sp.OK selaku pembimbing II yang selalu
membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penyelesaian tesis ini.
6. Seluruh staf dosen dan karyawan program studi Magister Kedokteran
Keluarga Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah membantu dalam penyusunan tesis ini
7. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu-persatu yang telah
membantu terselesaikannya tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan tesis selanjutnya.
Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Surakarta, Januari 2012
Peneliti
commit to user
4. Penguasaan Keterampilan ... 16
5. Osteoartritis Lutut ... 19
6. Hubungan Media Promosi Kesehatan terhadap Penguasaan Keterampilan Latihan Pasien Osteoartritis Lutut... 38
B.Penelitian yang Relevan ... 41
C.Kerangka Konsep Penelitian ... 42
D.Hipotesis ... 43
commit to user
BAB III METODE PENELITIAN
A.Jenis dan Rancangan Penelitian ... 44
B.Tempat dan Waktu Penelitian ... 45
C.Populasi dan Sampel... 45
D.Variable Penelitian ... 46
E.Definisi Operasional Variabel ... 47
F. Alur Penelitian... ... 49
G.Instrumen Penelitian ... 50
H.Teknik Pengumpulan Data... 50
I. Analisis Data ... 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Karakteristik Data Sampel ... 53
B.Hasil analisis pengaruh media promosi kesehatan terhadap penguasaan keterampilan latihan osteoartritis lutut ... 57
C.Pembahasan... 59
D.Keterbatasan Penelitian ... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 70
B.Implikasi ... 70
C.Saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 73
LAMPIRAN
commit to user
DAFTAR GAMBARGambar 2.1. Perkembangan Osteoartritis ... 22
Gambar 2.2. Gambaran Radiographi Osteoartritis menurut Kriteria Kellgren- Lawrence ... 23
Gambar 2.3. Faktor Resiko Peningkatan Osteoartritis Lutut ... 30
Gambar 2.4. Kerangka Konsep Penelitian ... 42
Gambar 3.1. Alur Penelitian ... 49
commit to user
DAFTAR TABELTabel 1.1 Jumlah Lansia di Kota Surakarta ... 2
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen ... 50
Tabel 4.1 Distribusi jenis kelamin sampel penelitian antara kelompok
peragaan langsung, leaflet, video ... 54
Tabel 4.2 Distribusi berdasarkan umur sampel penelitian antara
kelompok peragaan langsung, leaflet, video ... 55
Tabel 4.3 Distribusi berdasarkan tingkat pendidikan sampel penelitian
antara kelompok peragaan langsung, leaflet, video ... 57
Tabel 4.4 Karakteristik sampel (data) ... 57
Tabel 4.5 Perbedaan pengaruh penguasaan keterampilan latihan
osteoartritis lutut menurut media promosi kesehatan ... 58
Tabel 4.6 Perbedaan penguasaan keterampilan latihan osteoartritis lutut
diantara media promosi kesehatan ... 58
commit to user
DAFTAR LAMPIRANLampiran 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 78
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ... 79
Lampiran 3 Surat Keterangan Penelitian RSUD.Dr. Moewardi. ... 80
Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian Panti Wredha ... 82
Lampiran 5 Pernyataan Kesediaan Menjadi Relawan ... 84
Lampiran 6 Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden ... 85
Lampiran 7 Permohonan Reviewer. ... 86
Lampiran 8 Pernyataan Reviewer ... 87
Lampiran 9 Blangko Penilaian ... 90
Lampiran 10 Uji Statistik ... 93
Lampiran 11 Data Nilai Pre-test dan Post-test Sampel Penelitian
Lampiran 12 Leaflet
commit to user
Dwi Yuningsih. S 541008023. 2012. Pengaruh Peragaan Langsung, Leaflet
dan Video terhadap Penguasaan Keterampilan Latihan Pasien Osteoartritis Lutut. TESIS. Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Program Pasca
Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRAK
Latar belakang: Promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media karena melalui
media, pesan-pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami. Penguasaan keterampilan latihan dapat dipengaruhi oleh jenis media yang digunakan, pada penelitian ini menggunakan peragaan langsung, leaflet dan video. Apabila pasien osteoartritis lutut menguasai keterampilan latihan dan melakukan dengan benar dan teratur dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan aktifitas fungsional.
Tujuan penelitian: Untuk mengetahui perbedaan pengaruh penggunaan media
peragaan langsung, leaflet dan video terhadap penguasaan keterampilan latihan pada pasien osteoartritis lutut.
Metode: Jenis Penelitian ini adalah kuantitatif-analitik-eksperimental dengan
pendekatan RCT (Randomized Control Trial). Sampel penelitian berjumlah 90 orang yang diambil dengan teknik simple random sampling dari 120 orang pasien RSUD.Dr.Moewardi dan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta yang masih aktif dan di bagi menjadi tiga kelompok perlakuan secara randome yang mana 30 orang mendapat media peragaan langsung, 30 orang mendapat media leaflet dan 30 orang mendapat media video. Pengusaan keterampilan latihan diukur dengan lembar penilaian yang telah di uji validitas konstruksi, hasil dianalisis dengan
Anova dan Post Hoc Test.
Hasil penelitian: Adanya perbedaan pengaruh antara peragaan langsung, leaflet
dan video terhadap penguasaan keterampilan latihan pasien osteoartritis lutut yang secara statistik bermakna (p = 0,013). Peragaan langsung memiliki perbedaan bermakna dengan leaflet tetapi video tidak memiliki perbedaan bermakna dengan peragaan langsung maupun leaflet.
Kesimpulan: Media yang paling baik untuk meningkatkan penguasaan
keterampilan latihan osteoartritis lutut adalah peragaan langsung, sedangkan media yang kurang baik untuk meningkatkan penguasaan keterampilan latihan osteoartritis lutut adalah leaflet.
Kata kunci : peragaan langsung, leaflet, video, penguasaan keterampilan
commit to user
Dwi Yuningsih. S 541008023. 2012. The Effect of Direct Modeling, Leaflets
and Video Approaches to Enhance the Mastery of Skills Exercise in Patient with Knee Osteoarthritis. THESIS. Master of Family Medicine, Post-graduate
Program of Sebelas Maret University, Surakarta.
ABSTRACT
Background: Health promotion can not be separated from the media because the
messages can be delivered and make it more interesting and easy to be understood. Mastery of skills exercise could be affected by the type of media used. Direct modeling, leaflets and video are applied on this research, if patient with knee osteoarthritis understand the skill of exercise completely and as well as
it’s used in regularly, it can reduce the pain and enhance the functional ability.
Objective: To determine difference in the effects of media using direct modeling,
leaflets and videos on the mastery of skills exercise in patients with osteoarthritis of the knee
Methods: This research based on quantitative-analytic-experimental by RCTs
(Randomized Control Trial) approach. it has 90 volunteers, who are taken by simple random sampling technique from 120 patients of Dr.Moewardi’s Hospitals and Dharma Bhakti Surakarta’s Nursing Homes who are still active. They were separated on three groups, 30 volunteers for each groups, in which group 1 has direct modeling, group 2 has leaflet and group 3 has video approach, Mastery of the skills exercise measured by the assessment form that has tested the validity of the constructs, the results were analyzed by ANOVA and Post Hoc Test.
Result: There were any differences between the effect of direct modeling, leaflets
and video approaches on the mastery of skills exercise in patient with knee osteoarthritis that was statistically significant (p = 0.013). Direct modeling have significant difference with leaflets but video does not have significant differences with direct modeling and leaflets.
Conclusions: The best media to improve the mastery of skills exercise for patient
with knee osteoarthritis is a direct modeling, while the media is not good practice to enhance the mastery of skills exercise for patient with knee osteoarthritis is a
leaflets.
Key words: direct modeling, leaflets, video, mastery of skills
commit to user
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan yang dilakukan di Indonesia, termasuk pembangunan di
bidang kesehatan membawa perubahan pada kondisi masyarakat di Indonesia.
Perubahan yang terjadi antara lain adanya transisi demografi dan transisi
epidemiologi. Transisi demografi merupakan perubahan pola / struktur penduduk
yang ditandai dengan semakin banyaknya warga lanjut usia (lansia) karena
meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Transisi epidemiologi terjadi karena
pemerintah berhasil menekan angka penyakit infeksi, namun di sisi lain penyakit
yang berkaitan dengan faktor penuaan pun meningkat (Pratiwi, 2007)
Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas. Pada tahun 2025 jumlah penduduk Indonesia
diproyeksikan mencapai 273 juta jiwa. Hampir seperempat dari jumlah penduduk
atau sekitar 62,4 juta jiwa tergolong kelompok manusia lanjut usia (lansia).
Bahkan, jika menggunakan model proyeksi penduduk PBB, jumlah lansia pada
2050 menjadi dua kali lipat atau sekitar 120 juta jiwa lebih (Wahyu, 2007).
Di Kota Surakarta sendiri jumlah penduduk diatas 60 tahun didapatkan
data sebagai berikut:
Tabel 1.1 Jumlah Lansia di Kota Surakarta (Menurut Kelompok Umur dan Jenis
dimana jumlah lansia 44.771 jiwa dengan prosentase jumlah lansia wanita (57%)
lebih tinggi dari pada laki-laki (43%). Semakin banyaknya jumlah lansia ini
membawa konsekwensi semakin banyaknya penyakit yang berkaitan dengan
faktor penuaan atau sering disebut penyakit degeneratif, di antaranya Osteoartritis.
Osteoartritis adalah penyakit degeneratif sendi yang bersifat kronik, berjalan
progresif lambat, seringkali tidak meradang atau hanya menyebabkan inflamasi
ringan, dan ditandai dengan adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi serta
pembentukan tulang baru pada permukaan sendi (Carter, 2006).
Orang dengan Osteoartritis lutut biasanya memiliki keluhan nyeri , kaku
persendian, berkurangnya propriosetif dan penurunan kekuatan otot kuadriseps
yang berhubungan dengan nyeri lutut dan kemampuan fungsional (Bennell, 2007).
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di
dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas
pada penderita sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Di Amerika,
osteoartritis diperkirakan mengenai lebih dari 27 juta penduduk, Dampak
penderita, tetapi juga keluarga, lingkungan dan negara yang diakibatkan
nyeri dan disabilitas dari osteoartritis ini. Pada tahun 2004 didapatkan data:
632.000 orang melakukan operasi penggantian sendi dimana menghabiskan biaya
$22,6 milyar ; 11,1 juta orang menjalani rawat jalan di rumah sakit karena
osteoartritis. dan pemborosan dana karena meninggalkan pekerjaan disebabkan
osteoartritis ini diperkirakan $3.4-$13,2 milyar setiap tahunnya (Giles, 2010).
Diperkirakan jumlah penderita osteoartritis membengkak menjadi dua kali
seiring dengan bertambahnya populasi lansia dan prevalensi obesitas (Badley
dalam Hunter, 2009).
Osteoartritis menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler 25%
orang dengan osteoartritis merasakan nyeri saat ambulasi dan mengalami
kesulitan/ketidak mampuan melakukan aktifitas kesehariannya (seperti berjalan,
menaiki tangga dan berlutut), 15% menggunakan alat bantu seperti tongkat untuk
berjalan. Menurut survey terbaru 52% penduduk Amerika lebih memilih mati
daripada mengalami ketidak-mampuan/disabilitas yang berat (Giles, 2010).
Osteoartritis banyak terjadi pada wanita dibanding pria, prevalensi
meningkat tajam 45% pada wanita berusia lebih dari 65 tahun dengan keluhan
osteoartritis dan dari data radiologi menunjukkan 70% mengalami osteoartritis.
diperkirakan osteoartritis menjadi 10 besar penyebab utama disabilitas diseluruh
dunia di tahun 1990 dengan prosentase sebanding dengan skizophrenia dan
anomaly genetic sedangkan versi yang lain dari the Global Burden of Disease
2000 study memperkirakan osteoartritis menjadi 4 besar penyebab disabilitas
Dapat dibayangkan begitu besarnya dampak negatif yang ditimbulkan oleh
penyakit tulang dan sendi termasuk osteoartritis, sehingga seluruh dunia harus
mewaspadainya. Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010 dicanangkan sebagai
dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia. Di Indonesia, osteoartritis
merupakan penyakit reumatik yang paling banyak ditemui dibandingkan kasus
penyakit reumatik lainnya. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO),
penduduk yang mengalami gangguan osteoartritis di Indonesia tercatat 8,1% dari
total penduduk. Sebanyak 29% di antaranya melakukan pemeriksaan dokter, dan
sisanya atau 71% mengonsumsi obat bebas pereda nyeri. Di Kabupaten Malang
dan Kota Malang ditemukan prevalensi osteoartritis sebesar 10% dan 13,5%. Di
Jawa Tengah, kejadian penyakit OA sebesar 5,1% dari semua penduduk (Ikatan
Reumatologi Indonesia dalam Pratiwi, 2007).
Menurut survey, pada tahun 2002, dari 1055 pasien secara keseluruhan
(untuk semua jenis kunjungan kasus) yang dikonsultasikan di poliklinik
rehabilitasi medik RS. Dr. kariadi semarang sebanyak 99 orang adalah
osteoartritis lutut (9,38%) (Kusumawati, 2003).
Untuk meningkatkan pelayanan fisioterapi pada pasien Osteoartritis ini
perlu dirumuskan jenis latihan yang seperti apa yang berguna bagi pasien dan
metoda seperti apa yang paling tepat diterapkan pada pasien yang mayoritas lansia
ini supaya pasien mampu melakukan latihan dengan benar sesuai dengan yang
diajarkan fisioterapi dan mau melakukannya di rumah sehingga tujuan dari
latihan, yaitu mengurangi nyeri dan meningkatkan aktifitas fungsional dapat
penanganan gejala yaitu mengurangi nyeri, meningkatkan fungsi sendi dan
stabilitas sendi sehingga meningkatkan aktifitas fungsional pasien (Valderrabano,
2011).
Latihan yang diberikan harus menyelesaikan masalah kelemahan otot dan
disfungsi dari afferent sensory, latihan yang harus dilakukan adalah penguatan
otot dan neuromuscular training. (Roos, 2010). Penguatan otot kuadriseps penting
untuk peningkatan aktifitas fungsional dan ADL (activities of daily living) dan
berhubungan dengan gejala osteoartritis sehingga latihan penguatan quadriceps ini
dapat diberikan kepada pasien dari sejak awal proses osteoartritis terjadi (Smith,
2010).
Intervensi sebagai upaya pencegahan masalah kesehatan masyarakat dapat
dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya adalah menggunakan media untuk
mempromosikan kesehatan. Promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media
karena melalui media, pesan-pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan
dipahami, sehingga sasaran dapat mempelajari pesan tesebut sehingga sampai
memutuskan untuk mengadopsi perilaku yang positif. Beberapa tujuan atau alasan
lain mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaan promosi kesehatan
antara lain adalah: media dapat mempermudah penyampaian informasi,
menghindari kesalahan persepsi, memperjelas informasi, mempermudah
pengertian, mengurangi komunikasi yang verbalistik, dapat menampilkan obyek
yang tidak bisa ditangkap dengan mata, memperlancar komunikasi dan lain-lain
Banyak media yang sering digunakan untuk menyampaikan informasi
kepada pasien antara lain peragaan langsung, leaflet, video yang diharapkan dapat
membantu pasien dalam penguasaan keterampilan latihan. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemberian metode peragaan langsung,
leaflet dan video dalam meningkatkan penguasaan keterampilan latihan pada
pasien osteoartritis lutut.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan pengaruh antara peragaan langsung, leaflet dan
video terhadap penguasaan keterampilan latihan pasien osteoartritis lutut ?
C. Tujuan Penelitian
Menganalisis perbedaan pengaruh antara peragaan langsung, leaflet dan
video terhadap penguasaan keterampilan latihan pasien osteoartritis lutut.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sumber dalam pengembangan desain promosi kesehatan untuk
mengetahui perbedaan pengaruh peragaan langsung, leaflet dan video untuk
meningkatkan penguasaan keterampilan latihan pada pasien osteoartritis lutut.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pasien Osteoartritis Lutut
Diharapkan hasil penelitian dapat menjadi tambahan pengetahuan
keterampilan latihan dan dapat mengaplikasikan untuk perbaikan kondisi
penyakitnya (mengurangi nyeri dan peningkatan kualitas fungsional).
b. Bagi Rumah Sakit dan Sarana Kesehatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk oleh rumah
sakit dan sarana kesehatan dalam memberikan peningkatan pelayanan
commit to user
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Peragaan Langsung
a. Pengertian Peragaan Langsung
Media berbasis manusia, dalam hal ini adalah instruktur yang
memberikan peragaan langsung dengan metode demonstrasi. Demonstrasi
adalah pertunjukkan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda
sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat
diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya.
Metode ini lebih sesuai untuk mengajarkan bahan peserta didik yang
merupakan suatu gerakan, suatu proses maupun hal yang bersifat rutin
(Sagala, 2010).
Demonstrasi merupakan penjelasan visual dari suatu fakta, ide, atau
proses yang penting. Seorang demonstrator menunjukkan bagaimana
sesuatu dikerjakan. Demonstrasi memerlukan pengamatan yang teliti,
pebelajar mungkin menanyakan tentang apa yang baru saja ditunjukkan dan
bagaimana sesuatu dikerjakan. Dalam demonstrasi ada dua kemungkinan,
pertama, pembelajar hanya mengamati dan kedua, pembelajar terlibat dalam
mengerjakan sesuatu (Anitah, 2008).
b. Kelebihan Peragaan Langsung
Kelebihan peragaan langsung dengan metode demonstrasi adalah:
1)Perhatian dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh
pendidik sehingga dapat diamati secara teliti
2)Dapat membimbing peserta didik kearah berpikir yang sama dalam satu
saluran pikiran yang sama
3)Ekonomis dalam jam peserta didikan dan ekonomis dalam waktu yang
panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang
pendek
4)Dapat mengurangi kesalahan bila dibanding dengan hanya membaca atau
mendengarkan, karena peserta didik mendapatkan gambaran yang jelas
dari hasil pengamatannya
5)Gerakan dan proses dipertunjukkan, sehingga tidak memerlukan
keterangan yang banyak
6)Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan atau keraguan dapat
diperjelas waktu proses demonstrasi (Sagala, 2010)
7)Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan konkrit, sehingga
menghindari verbalisme, dengan demikian akan lebih meyakini
kebenaran materi pembelajaran (Sanjaya, 2009)
c. Kelemahan Peragaan Langsung
Kelemahan peragaan langsung dengan metode demonstrasi adalah:
1)Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat/
mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan,
2)Diperlukan latihan yang khusus, kadang sukar didapat. Demonstrasi
merupakan metode yang tak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak
dapat diamati secara seksama
3)Dalam pengamatan demonstrasi, diperlukan pemusatan perhatian. Dalam
hal ini banyak diabaikan oleh peserta didik
4)Tidak semua hal dapat didemonstrasikan
5)Memerlukan banyak waktu, sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat
minimum
6)Kadang proses yang didemonstrasikan di kelas berbeda jika proses itu
didemonstrasikan dalam situasi nyata/sebenarnya (Sagala, 2010)
7)Perlu ketelitian dan kesabaran agar demostrasi mendapat hasil baik, Hal
ini kadang diabaikan sehingga apa yang diharapkan tidak tercapai
sebagaimana menstinya
8)memerlukan banyak persiapan dan perencanaan yang lebih matang,
disamping memerlukan waktu yang panjang, memerlukan kemampuan
dan keterampilan guru secara khusus, memerlukan kemauan dan motivasi
guru yang bagus, memerlukan peralatan, bahan-bahan dan tempat yang
memadai, berarti memerlukan pembiayaan yang lebih mahal (Sanjaya,
2009).
2. Leaflet
a. Pengertian Leaflet
Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan
kalimat maupun gambar atau kombinasi (Notoatmodjo, 2007).
Leaflet termasuk dalam media cetak yang memiliki ciri-ciri :
1)Teks dibaca secara linear, sedangkan visual diamati berdasarkan ruang
2)Baik teks maupun visual menampilkan komunikasi satu arah dan reseptif
3)Teks dan visual ditampilkan statis (diam)
4)Pengembangan sangat bergantung kepada prinsip-prinsip kebahasaan dan
persepsi visual
5)Baik teks maupun visual berorientasi pada pembelajar
6)Informasi dapat diatur kembali oleh pemakai (Arsyad, 2011)
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu proses
pemberian laeflet kesehatan masyarakat baik itu dari leaflet, sasaran atau
dalam proses pemberian leaflet:
1) Faktor leaflet
Kurang menarik perhatian, gambar yang menyertai tema, warna tulisan
yang kurang mencolok, bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti
oleh sasaran karena terlalu banyak mengunakan istilah asing, tulisan
terlalu kecil untuk di baca, penyampaian meteri yang terlalu monoton dan
singkat.
2) Faktor sasaran
Tingkat pendidikan yang terlalu rendah sehingga sulit menerima pesan
yang di sampaikan, tingkat ekonomi yang terlalu rendah sehingga tidak
terlalu memperhatikan pesan yang disampaikan karena lebih memikirkan
yang telah tertanam sehingga sulit untuk mengubah, kondisi lingkungan
tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin terjadi perubahan perilaku.
3) Faktor proses pemberian leaflet
Waktu pemberian leaflet tidak sesuai dengan waktu yang digunakan
sasaran, gambar dan bahasa yang dapat mempermudah sasaran, materi
yang digunakan kurang tepat sasaran (Notoatmodjo, 2007)
b. Kelebihan Leaflet
Berdasarkan cara produksinya, leaflet termasuk media cetak. Secara
umum media cetak memiliki kelebihan :
1)Tahan lama
2)Mencakup banyak orang
3)Biaya tidak tinggi
4)Tidak perlu listrik
5)Dapat dibawa ke mana-mana
6)Dapat mengungkit rasa keindahan
7)Mempermudah pemahaman
8)Meningkatkan gairah belajar (Notoatmodjo, 2010)
c. Kelemahan Leaflet
Media cetak secara umum memiliki kelemahan :
1)Tidak dapat menstimulir efek suara dan efek gerak
2)Jika tidak dirawat dengan baik, mudah terlipat, cepat rusak atau hilang
3)Biaya pencetakan akan mahal apabila ingin menampilkan ilustrasi,
gambar atau foto yang berwarna-warni
4)Proses pencetakan media seringkali memakan waktu beberapa hari
sampai berbulan-bulan, tergantung kepada peralatan percetakan dan
kerumitan informasi pada halaman cetakan
5)Perbagian unit-unit pelajaran harus dirancang sedemikian rupa sehingga
tidak terlalu panjang dan dapat membosankan
6)Umumnya media cetak dapat membawa hasil yang baik jika tujuan
pelajaran bersifat kognitif, misalnya belajar tentang fakta dan
keterampilan. Jarang media cetakan terutama teks terprogram yang
mencoba menekankan perasaan, emosi atau sikap (Arsyad, 2011)
3. Video
a. Pengertian Video
Video merupakan kombinasi dari dua atau lebih media, dimana
pengoperasiannya perlu alat untuk menayangkan seperti TV, CD, komputer
dan proyektor (Majid, 2004).
Sama halnya dengan film, video dapat menggambarkan suatu objek
yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai.
Kemampuan film dan video melukiskan gambar hidup dan suara
memberinya daya tarik tersendiri. Kedua media ini pada umumnya
digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi dan pendidikan.
Tujuan media ini, dapat menyajikan informasi, memaparkan proses,
menyingkat atau memperpanjang waktu dan mempengaruhi sikap (Arsyad,
2011)
b. Kelebihan Video
Secara umum video memiliki kelebihan :
1)Dapat melengkapi pengalaman dasar pembelajar ketika mereka
membaca, berdiskusi, berpraktik dan lain-lain
2)Dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan
secara berulang-ulang jika dipandang perlu
3)Mendorong dan meningkatkan motivasi, menanamkan sikap dan segi
afektif lainnya
4)Bila mengandung nilai positif, dapat mengundang pemikiran dan
pembahasan dalam kelompok pembelajar, bahkan slogan yang sering
didengar dapat membawa dunia ke dalam kelas
5)Dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kecil yang heterogen
maupun perorangan
6)Dengan kemampuan dan teknik pengambilan gambar frame demi frame,
film yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu minggu dapat
ditampilkan dalam satu atau dua menit (Arsyad, 2011)
7)Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat dari
rangsangan luar lainnya
8)Dengan alat perekam, sejumlah besar pembelajar dapat memperoleh
9)Demonstrasi yang sulit, bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya,
sehingga pada waktu mengajar pengajar bisa memusatkan perhatian pada
penyajiannya
10) Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang
11) Keras lemah suara yang ada bisa diatur dan disesuaikan bila akan
disisipi komentar yang kan didengar
12) Gambar dapat dibekukan untuk diamati secara seksama
13) Ruangan tidak perlu digelapkan waktu penyajian (Sadiman, 2010)
c. Kelemahan Video
Kelemahan video adalah:
1)Pengadaan umumnya memerlukan biaya mahal dan waktu yang banyak
2)Pada saat video dipertunjukkan, gambar-gambar berjalan terus sehingga
tidak semua pembelajar mampu mengikuti informasi yang ingin
disampaikan
3)Video yang tersedia tidak selalu sesuai denga kebutuhan dan tujuan
belajar yang diinginkan, kecuali bila di rancang dan diproduksi khusus
untuk kebutuhan sendiri (Arsyad, 2011)
4)Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang dipraktekkan
5)Sikap komunikasinya bersifat satu arah dan harus diimbangi dengan
pencarian bentuk umpan-balik yang lain
6)Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara
4. Penguasaan Keterampilan
a. Belajar Keterampilan
Keterampilan melakukan suatu jenis kegiatan tertentu merupakan
suatu bentuk pengalaman belajar yang sepatutnya dicapai melalui proses
belajar. Dicapainya keterampilan yang diperoleh seorang ditandai oleh
adanya kemampuan menampilkan bentuk-bentuk gerakan tertentu dalam
melakukan suatu kegiatan, sebagai respon dari rangsangan yang datang
kepada dirinya. Jadi bentuk belajar keterampilan mirip dengan bentuk
belajar verbal. Ciri yang membedakan keduanya adalah, dalam bentuk
belajar keterampilan respon atau reaksi itu ditampilkan dalam bentuk
gerakan-gerakan motorik jasmaniah, sedangkan dalam bentuk belajar
verbal, respon atau reaksi yang ditampilkan berkaitan dengan penggunaan
kata atau rangkaian kata-kata (Sumiati, 2008).
Bentuk keterampilan seseorang itu ada tiga macam, yaitu:
1)Rangkaian respons atau reaksi
2)Koordinasi gerakan
3)Pola-pola respons atau reaksi
Rangkaian reaksi ini merupakan rangkaian gerakan-gerakan yang
mengikuti urutan tertentu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu.
Kegiatan belajar sesuai dengan bentuk belajar keterampilan menekankan
pada proses latihan. Tahapan latihan ini dimulai dengan pencapaian hasil
belajar kognitif, baik berupa konsep dan prinsip. Selanjutnya, dilakukan
latihan lanjut, diberi kebebasan untuk mengembangkan kemampuan sampai
mencapai kemampuan atau keterampilan yang berbentuk pola-pola respons
(Sumiati, 2008).
Penampilan dari keterampilan motorik dipengaruhi oleh:
keterampilan motorik, keadaan lingkungan dan karakteristik fisik dan
kognitif. Istilah motor learning diartikan pencapaian keterampilan motorik
untuk meningkatkan penampilan belajar ataupun pengalaman keterampilan
motorik yang lebih tinggi. Penguasaan kembali keterampilan, sulit atau
tidak dapat dilakukan karena cidera, penyakit dan sebagainya. Istilah motor
kontrol menunjukkan bagaimana fungsi sistem neuromuskular
mengaktifkan dan koordinasi dari otot dan tungkai yang terlibat dalam
penampilan keterampilan motorik ini (Magill, 2011)
b. Penilaian Penguasaan Keterampilan
Tes perbuatan atau tes untuk kerja adalah tes yang dilaksanakan
dengan jawaban menggunakan perbuatan, tindakan atau unjuk kerja. Hal ini
berfungsi sebagai penilaian terhadap kemampuan melakukan sesuatu
perbuatan (berhubungan dengan domain psikomotor). Alat yang digunakan
dalam tes perbuatan adalah: Daftar tugas yang harus diselesaikan; Bahan
serta alat yang diperlukan; Lembaran pengamatan untuk mengamati
kegiatan pasien menyelesaikan tugas
Tes ini terutama bertujuan untuk menilai kemampuan: Manipulatif
(kemampuan menggunakan alat); Manual (kemampuan melakukan
diungkapkan secara verbal); Meningkatkan kesadaran diri tentang
kemampuannya sehingga menimbulkan motivasi belajar (Sumiati, 2008).
c. Praktek Atau Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk
terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah
fasilitas dan faktor dukungan dari fihak lain. Tingkatan praktek meliputi:
1)Persepsi
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah praktek tingkat pertama
2)Respon terpimpin
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan
contoh
3)Mekanisme
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan
4)Adaptasi
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik, tindakan ini sudah dimodifikasi tanpa mempengaruhi
kebenaran tindakan tersebut. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara
tidak langsung yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang
telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall).
mengobservasi tindakan atau kegiatan responden dengan menggunakan
lembar penilaian (ceklist) (Notoatmodjo, 2007).
5. Osteoartritis Lutut
a. Pengertian Osteoartritis
Osteoartritis adalah penyakit sendi degeneratif dengan etiologi dan
patogenesis yang belum jelas serta mengenai populasi luas. Pada umumnya
penderita Osteoartritis berusia di atas 40 tahun dan populasi bertambah
berdasarkan peningkatan usia. Osteoartritis merupakan gangguan yang
disebabkan oleh multifaktorial antara lain usia, mekanik, genetik, humoral
dan faktor kebudayaan (Poole, 2001).
Osteoartritis merupakan suatu penyakit dengan perkembangan slow
progressive, ditandai adanya perubahan metabolik, biokimia, struktur rawan
sendi serta jaringan sekitarnya, sehingga menyebabkan gangguan fungsi
sendi. Kelainan utama pada osteoartritis adalah kerusakan rawan sendi yang
dapat diikuti dengan penebalan tulang subkondral, pertumbuhan osteofit,
kerusakan ligamen dan peradangan ringan pada sinovium, sehingga sendi
yang bersangkutan membentuk efusi. Umumnya yang paling sering terkena
adalah sendi peyangga berat badan (hip dan lutut) (Kisner,2007).
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu :
1) Osteoartritis Primer
Disebut idiopatik, disebabkan faktor genetik (akibat proses penuaan
alami), yaitu adanya abnormalitas kolagen sehingga mudah rusak. Faktor
riwayat cidera pada sendi ( trauma, stress berulang, inflamasi, dsb) dan
obesitas
2)Osteoartritis Sekunder
Disebabkan oleh beberapa masalah fisik, metabolisme, kimiawi yang
menciderai persendian. Pada kondisi ini kondrosit kehilangan
kemampuan untuk menjaga matrik normal, mengganggu persendian
ataupun kemampuan biomekanik dari kartilago dan tulang subkondral
pada tahap lebih lanjut (Muzaffar, 2005)
Contohnya seperti penyakit malformasi pertumbuhan tulang bawaan
(legg-calve-perthes disease), penyakit metabolik (alcaptonuria,
hemochromatosis, Wilson's disease), endokrin (acromegaly,
hyperparathyroidism, DM, hypothyroidism), Deposit kalsium yang tidak
normal (calcium pyrophosphate dihydrate deposition, apatitie
arthropathy), penyakit sendi/tulang yang lain (AVN, RA, gout,
infection,osteoporosis), neuropatik (Charcot joints), and bahkan seperti
frostbite, Caisson's disease, dan hemoglobinopathies (Sincov, 2003).
Osteoartritis primer lebih banyak ditemukan daripada sekunder.
Hal ini berhubungan dengan prevalensi osteoartritis primer dengan
bertambahnya usia sebaliknya pada osteoartritis sekunder kejadiannya
tergantung penyebab tersebut di atas jadi ini dapat terjadi pada tiap
b. Patogenesis osteoartritis
Perubahan degeneratif adalah faktor predominan yang
mengakibatkan disabilitas. Pada sendi dengan osteoartritis peradangan dapat
terlihat tetapi biasanya ringan dan hanya mengenai lapisan periartikuler.
Patofisiologi penyakit ini melibatkan kombinasi faktor meknik, seluler dan
biokimiawi. Interaksi dari berbagai faktor ini mengarah pada perubahan
komposisi kartilago. Kartilago tersusun dari air, kolagen dan proteoglikan.
Pada kartilago yang sehat, remodelling internal menghasilkan pergantian
kondrosit yang berkesinambungan. Proses ini menjadi terganggu dan
mengarah pada perubahan degeneratif serta respon perbaikan yang abnormal
(Hinton, 2002)
Osteoartritis juga ditandai oleh penurunan kadar proteoglikan yang
nyata di matriks rawan sendi, perubahan ukuran dan agregasi proteoglikan,
kerusakan struktur jaringan kolagen dalam matriks dan peningkataan
sintesis dan degradasi molekul-molekul matriks. Sifat-sifat mekanis rawan
sendi berubah dan terbentuk kista. Enzim-enzim penghancur yang berperan
pada kerusakan rawan sendi diduga berasal dari kondrosit. Proteoglikan
rawan sendi bebas, yang terlepas dari rawan sendi yang rusak dapat
merangsang timbulnya peradangan sinovial (Kalim, 1999)
Eratnya hubungan antara usia dan osteoartritis dapat dijelaskan
berdasarkan hubungan antara umur dan perubahan komposisi matriks tulang
dan penurunan fungsi kondrosit respon terhadap stimuli. Perubahan ini
jaringan dan kehilangan kartilago. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan
resiko degradasi kartilago juga termasuk defek pada permukaan kartilago
artikuler. Perbaikan yang abnormal mengakibatkan terbentuknya osteofit
dan kista subkondral sebagai kelanjutan dari penyakit (Hinton, 2002).
Gambar 2.1. Perkembangan Osteoartritis
Pada awal perjalanan penyakit, radiografi sendi seringkali masih
normal. Untuk menentukan derajat keparahan osteoartritis bisa
menggunakan foto rontgen. Salah satu klasifikasi menggunakan kriteria The
Kellgren-Lawrence index :
0 : Normal (tidak ada gambaran OA)
1 : Doubtfull (celah sendi menyempit dengan atau tanpa osteofit)
2 : Mild (ada osteofit, celah sendi menyempit normal atau tidak)
3 : Moderate (multipel osteofit sedang, tampak penyempitan celah sendi,
kista/ sklerosis pada subkondral, mungkin terjadi deformitas)
4 : Severe (Osteofit besar, celah sendi sangat sempit, sklerosis berat,
Gambar 2.2. Gambaran Radiographi Osteoartritis menurut Kriteria
Kellgren-Lawrence
Komplikasi secara umum meliputi terbatasnya lingkup gerak sendi,
deformitas ekstremitas karena hilangnya celah sendi yang tidak simetris,
subluksasi, ankylosing dan hilangnya intraartikuler berhubungan dengan
fraktur sub-kondral
c. Penatalaksanaan Osteoartritis
Tujuan dari penatalaksanaan pasien yang mengalami osteoartritis
adalah untuk edukasi pasien, pengendalian rasa sakit, memperbaiki fungsi
sendi yang terserang dan menghambat penyakit supaya tidak menjadi lebih
parah. Penatalaksanaan osteoartritis terdiri dari terapi non obat (edukasi,
penurunan berat badan, terapi fisik dan terapi kerja), terapi obat, terapi lokal
1) Terapi Non Obat
Terapi non obat terdiri dari edukasi, penurunan berat badan, terapi fisik
dan terapi kerja. Pada edukasi, yang penting adalah meyakinkan pasien
untuk dapat mandiri, tidak selalu tergantung pada orang lain. Walaupun
osteoartritis tidak dapat disembuhkan, tetapi kualitas hidup pasien dapat
ditingkatkan (Bambang dalam Pratiwi, 2007).
Terapi fisik dan terapi kerja bertujuan agar penderita dapat melakukan
aktivitas optimal dan tidak tergantung pada orang lain. Terapi ini terdiri
dari pendinginan, pemanasan dan latihan penggunaan alat bantu. Dalam
terapi fisik dan terapi kerja dianjurkan latihan yang bersifat penguatan
otot, memperluas lingkup gerak sendi dan latihan aerobik. Latihan tidak
hanya dilakukan pada pasien yang tidak menjalani tindakan bedah, tetapi
juga dilakukan pada pasien yang akan dan sudah menjalani tindakan
bedah, sehingga pasien dapat segera mandiri setelah pembedahan dan
mengurangi komplikasi akibat pembedahan (Haq, 2003).
2)Diet makanan
Penelitian laboratorium mendukung pendapat bahwa beberapa faktor
nutrisi yang meliputi vitamin A, C, E, D dan boron mempengaruhi
osteoartritis. Mereka dapat mencegah penyakit melalui empat cara :
melindungi dari kerusakan oksidasi, modulasi dari respon inflamasi,
diferensiasi seluler dan aksi biologi berhubungan dengan sintesis tulang
3)Terapi Obat
Analgesics: Parasetamol merupakan analgesik pertama yang diberikan
pada penderita OA dengan dosis 1 gram 4 kali sehari, karena cenderung
aman dan dapat ditoleransi dengan baik, terutama pada pasien usia tua.
Kombinasi parasetamol / opiat seperti coproxamol bisa digunakan jika
parasetamol saja tidak membantu. Tetapi jika dimungkinkan, penggunaan
opiat yang lebih kuat hendaknya dihindari (Haq, 2003).
Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDS):Kelompok obat yang
banyak digunakan untuk menghilangkan nyeri penderita OA adalah obat
anti inflamasi non steroid (OAINS). OAINS bekerja dengan cara
menghambat jalur siklooksigenase (COX) pada kaskade inflamasi.
Terdapat 2 macam enzim COX, yaitu COX-1 (bersifat fisiologik,
terdapat pada lambung, ginjal dan trombosit) dan COX-2 (berperan pada
proses inflamasi). OAINS tradisional bekerja dengan cara menghambat
COX-1 dan COX-2, sehingga dapat mengakibatkan perdarahan lambung,
gangguan fungsi ginjal, retensi cairan dan hiperkalemia. OAINS yang
bersifat inhibitor COX-2 selektif akan memberikan efek gastrointestinal
yang lebih kecil dibandingkan penggunaan OAINS yang tradisional
(Haq, 2003).
4)Terapi Lokal
injeksi Intra-articular corticosteroids: Injeksi kortikosteroid seperti
triamcinolone hexacetonide atau methylprednisone memberikan manfaat
peradangan. The American College of Rheumatology menyarankan
suntikan ini tidak lebih dari 3-4 kali per tahun. Walaupun injeksi
kortikosteroid efektif menurunkan gejala, ini dapat menimbulkan efek
samping atropi kulit, pigmentasi dermal. Infeksi dapat terjadi tetapi
komplikasi ini jarang terjadi. Efek yang serius seperti peptic ulcer dan
sedikit dilaporkan terjadi gangguan hati dan gagal ginjal, selain itu
pengobatan ini tidak dapat mencegah progresifitas penyakit. The
American College of Rheumatology menyarankan menanganan
menggunakan Nutritional Supplements: Glucosamine Sulphate,
Chondroitin Sulphate (Muzaffar, 2005).
int ervensi yang r elat if baru yang sekarang banyak digunakan adalah injeksi
Asam Hyalur onic (adalah cairan viskoelast ik glikosaminoglikan dalam jumlah
besar yang mana secara alami t erdapat dalam cairan sendi yang sehat ), cairan
sendi m emiliki sif at pelindung, termasuk penyerapan shock, energi disipasi
t raumat is, lapisan pelindung dari permukaan tulang rawan artikuler dan
pelumasan. Alasan biologisunt uk penggunaan t erapi asam hyaluronicsint et is
di ost eoar t rit is lut ut adalah pot ensinya unt uk meningkat kan viskosit ascairan
sinovial. Pada penelit ian, penggunaan injeksi asam hyaluronic set elah
penggunaan diat as 8 (delapan) minggu m enunjukkan hasil lebih ef ekt if
daripada kort ikost eroid (Bannuru, 2009)
5)Operasi
Bagi penderita dengan OA yang sudah parah, maka operasi merupakan
nyeri tidak dapat diatasi dengan obat-obatan atau tindakan loka, sebdi
tidak stabil oleh karena subluksasi atau deformitas pada sendi, adanya
kerusakan sendi tingkat lanjut, untuk mengoreksi sendi supaya distribusi
beban terbagi rata. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain
arthroscopic debridement, joint debridement, artrodesis, osteotomi dan
Total Joint Replacement (Muzaffar, 2005).
d. Latihan pada Osteoartritis Lutut
Orang dengan Osteoartritis lutut biasanya memiliki keluhan nyeri,
kaku persendian, berkurangnya propriosetif dan penurunan kekuatan otot
kuadriseps yang berhubungan dengan nyeri lutut dan kemampuan
fungsional (Bennell, 2007).
Osteoartritis lutut menyebabkan nyeri, kaku sendi, penurunan
kegunaan otot, dan penurunan kapasitas aerobik menyebabkan penurunan
kualitas hidup dan peningkatan resiko disabilitas.
Profesi fisioterapi yang mana memiliki cakupan pelayanan pada
kapasitas fisik dan kemampuan fungsional. Pada penaganan kasus
osteoartritis ini dapat dirumuskan diagnosa sebagai berikut : Impairment:
Gerakan lutut fleksi lebih terbatas daripada ekstensi, gejala meliputi
kekakuan sendi, nyeri,lebih terbatas gerakan aktif untuk ekstensi lutut
daripada gerakan pasif (ini disebabkan oleh reflek inhibisi kuadriseps),
terganggunya respon keseimbangan. Functional limitation/disabilities:
Nyeri selama bergerak, menumpu berat badan dan berjalan yang mana
Keterbatasan mengontrol aktifitas menumpu berat badan yang melibatkan
fleksi lutut seperti duduk dan berdiri dari kursi atau kamar kecil; Pada
stadium akhir osteoartritis terlihat keterbatasan nyata pada aktifitas leisure
(seperti berjalan, berkebun, renang dan olah raga) dan aktifitas mengurus
rumah (seperti menyapu, membersihkan lantai, belanja) (Kisner, 2007).
Secara umum latihan untuk osteoarthritis yang rutin dilakukan
pasien setiap hari dirumah, meliputi: latihan di dalam air, penguatan otot,
dan reedukasi pola jalan. Paling penting adalah mencegah kontraktur fleksi
lutut, sehingga harus segera dilakukan penguluran pada otot hamstring dan
gastroknemius dan tidak kalah penting juga penguatan dari otot kuadriseps
terutama vastus medialis. Latihan untuk penguatan otot kuadrisep ini harus
rutin dilakukan setiap harinya dimulai dari latihan ringan kemudian
ditingkatkan dengan pembebanan sesuai toleransi. Latihan ini mencakup
berbagai tipe latihan meliputi latihan isotonik (dengan eksentrik) dan
isometrik maupun isokinetik. Latihan penguluran ini meliputi, latihan otot
hamstring pada sendi tertutup, latihan untuk otot gastroknemius dan soleus
(Hertling, 2006).
Latihan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kekuatan
ekstermitas bawah, lingkup gerak sendi, ketahanan kardiovaskular termasuk
juga meningkatkan keseimbangan dan koordinasi dan menyiapkan pasien
untuk melakukan berbagai keterampilan dalam aktifitas kesehariannya
Aktifitas keseharian pasien harus dievaluasi dan bila perlu dirubah.
Pada pagi hari, aktif menekuk dan meluruskan lutut harus dilakukan
sebelum aktifitas menumpu berat badan, tetap berjalan tetapi tidak boleh
dipaksa. Harus dicegah aktifitas yang terlalu menekuk lutut, duduk di kursi
sangat pendek, diam dalam satu posisi dalam waktu yang lama, tak lupa
koreksi pula postur tubuh yang salah saat melangkah dan evaluasi aspek
biomekanik lumbal, sendi sakro-iliak dan tungkai termasuk persudutan kaki
yang mana dapat diberikan ortose dan ganjal kaki (Hertling, 2006).
Sebuah penelitian Sistematik review, modalitas fisioterapi pada
osteoartritis lutut menunjukkan latihan dapat mengurangi nyeri dan
meningkatkan aktifitas fungsional pasien (Jamtvedt,2008). Bahkan latihan
yang sederhana untuk melatih otot kuadriseps di rumah terbukti mengurangi
nyeri dan meningkatkan fungsi pada lutut (O’Reilly, 1999).
Faktor resiko peningkatan osteoartritis lutut adalah cedera sendi,
kegemukan, usia dan jenis kelamin yang mana berhubungan dengan
kelemahan otot dan disfungsi afferent sensory (Gambar 2.3.), sehingga
latihan yang diberikan harus menyelesaikan masalah kelemahan otot dan
disfungsi dari afferent sensory, latihan yang harus dilakukan adalah
penguatan otot dan neuromuscular training. (Roos, 2010).
Menurut gambar di bawah, dalam memberikan latihan kepada pasien
dengan osteoartritis lutut, Jenis latihan yang diberikan adalah penguatan otot
Gambar 2.3. Faktor Resiko Peningkatan Osteoartritis Lutut
1)Penguatan Otot
Kelemahan otot kuadriseps mendahului kejadian osteoartritis,
dengan demikian meningkatkan resiko berkembangnya penyakit.
Mungkin ini merupakan alasan kenapa wanita lebih besar beresiko
terkena osteoartritis dari pada laki-laki (Roos, 2010).
Kelemahan otot quadriceps ini dicurigai disebabkan oleh
fenomena inhibisi otot arthrogenik (arthrogenous muscle inhibition)
yaitu suatu keadaan dimana terjadi gangguan input aferen dari
proprioseptor dan penurunan stimulasi aferen dari motor neuron otot
quadriceps yang berdampak pada penurunan kualitas kontraksi otot
quadriceps. Salah satu peran utama otot quadriceps dalam aktifitas
berjalan adalah berperan sebagai ”rem” pada tahap akhir dari fase swing,
beban yang diterima sendi, khususnya pada kartilago
artikularis(Slemenda et al, 2004)
Kelemahan otot kuadriseps merupakan tanda utama berhubungan
dengan osteoartritis lutut hal ini tidak hanya menyebabkan nyeri dan
peningkatan disabilitas tetapi berhubungan dengan gejala osteoartritis
(Smith, 2010).
Studi kohort yang meneliti lebih dari 2000 orang, menunjukkan
kekuatan otot kuadriseps yang lebih besar, mencegah peningkatan
insiden gejala osteoartritis pada kedua jenis kelamin. Kesimpulan dari
penelitian tersebut, penguatan tungkai bawah, terutama otot kuadriseps
merupakan strategi efektif untuk mencegah osteoartritis lutut. Program
latihan biasanya meliputi latihan tidak menumpu berat badan yang mana
melatih otot tertentu yang diharapkan. Latihan dengan menumpu berat
badan yang mana melibatkan banyak persendian juga kadang digunakan
(Segal dalam Roos, 2010).
Penguatan otot kuadriseps penting untuk peningkatan aktifitas
fungsional dan ADL (activities of daily living) dan berhubungan dengan
gejala osteoartritis, sehingga latihan strengthening kuadriseps ini dapat
diberikan kepada pasien dari sejak awal proses osteoartritis terjadi
(Smith, 2010).
Penelitian lain juga menunjukkan efek dari penguatan abduksi hip
terhadap pembebanan di lutut, pengurangan nyeri dan peningkatan
mempengaruhi peningkatan terjadinya osteoartritis, orang yang berjalan
dengan dominan adduksi panggul (yang mana menunjukkan kelemahan
otot abduktor panggul) menunjukkan lebih sering terkena osteoartritis.
Bebeberapa penelitian menyimpulkan bahwa penguatan otot abduktor ini
tidak merubah posisi panggul dan lutut adduksi saat berjalan, sehingga
tidak berguna untuk memperlambat perjalanan penyakit, tetapi
menunjukkan pengurangan nyeri dan peningkatan fungsional pasien
dengan osteoartritis (Bennel, 2007).
2)Neuromuscular Training
Pemeliharaan respon tekanan selama aktifitas normal
membutuhkan gabungan dari aferen somatosensori dan efektor
fungsional muskuloskeletal. Sistem aferen meliputi nyeri, temperatur,
rabaan lembut, propriosepsi dan getaran. Propriosepsi adalah sensasi
komplek berasal dari berbagai masukan yang menyediakan persepsi dari
posisi dan gerakan yang disadari dan di bawah sadar, termasuk juga
persepsi posisi sendi dan gerakan, kekuatan otot, penguluran dan posisi
tubuh, sebagaimana regulasi respon postural yang tidak disadari pada
gangguan posisi. Disamping dari masukan (input) pandangan,
keseimbangan dan pendengaran, propriosepsi tergantung pada reseptor
aferen pada otot, ligamen, kapsul sinovia dan kulit (Refshaug dalam
Roos, 2010).
Pada pasien dengan osteoartritis lutut terlihat jelas kehilangan
dalam meningkatkan keterbatasan fungsional seperti kelambatan ritme
jalan, semakin pendeknya jarak tempuh jalan dan penurunan kecepatan
berjalan dan total waktu berjalan (Sharma L dalam Diracoghu, 2005)
Penelitian selama empat bulan latihan neuromuscular dalam
pengawasan fisioterapi menunjukkan peningkatan isi glycosaminoglycan
pada cartilago penumpu berat badan pada pasien dengan kompartmen
medial meniskektomi. Hal ini menunjukkan neuromuskular training
dapat mencegah perusakan struktural kartilago. Pasien pada peneitian ini
menunjukkan peningkatan penampilan fungsional yang mana
membutuhkan kontrol sensorimotor, tetapi tidak meningkatkan kekuatan
kuadriseps dan kapasitas aerobik (Roos, 2010).
Neuromuscular training bertujuan untuk meningkatkan kontrol
sensorimotor dan mendapatkan kembali stabilitas fungsional. Latihan
fungsional dengan menumpu berat badan di desain meneyerupai kondisi
hidup sehari-hari, dengan beberapa aktifitas lebih berat. Tujuan utama
untuk ketepatan posisi kaki terhadap lutut dan kualitas penampilan pasien
pada tiap latihan, dengan level dan peningkatan intensitas latihan
berdasarkan fungsi neuromuskular pasien. Jadi otot yang kuat dan fungsi
neuromuskular sangat berguna karena peningkatan kekuatan otot dan
kontrol neuromuskular dibutuhkan untuk meredam tekanan pada
persendian (Roos, 2010).
Latihan menumpu berat badan melibatkan semua persendian
aktifitas menyebabkan gerak berlawanan dari otot pada dua persendian
yang terlibat yang mana sebagian otot menjadi memanjang pada satu
sendi dan dan memendek pada sendi yang lain, sehingga sangat penting
memelihara ketegangan normal dari otot tersebut. Kerja utama otot
dalam menumpu berat badan adalah mengontrol melawan gravitasi serta
daya keseimbangan dan stabilitas. Sehingga latihan yang bisa diberikan
pada osteoartritis lutut ini meliputi keseimbangan, stabilisasi maupun
penguatan dan latihan fungsional. Menurut Cochrane Databese of
Systematic-Review dan Philadelphia Panel Evidence-Based Clinical
Practice Guideline menunjukkan bukti bahwa latihan strengthening/
penguatan, stretching/penguluran dan latihan fungsional sebagai
interfensi penatalaksanaan pada penurunan nyeri dan peningkatan fungsi
pada osteoartritis lutut (Kisner, 2007)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1)Permasalahan pada osteoartritis lutut: nyeri, kaku persendian,
berkurangnya propriosetif dan penurunan kekuatan otot kuadriseps yang
berhubungan dengan nyeri lutut dan kemampuan fungsional dan
penurunan kapasitas aerobik menyebabkan penurunan kualitas hidup dan
peningkatan resiko disabilitas
2)Tujuan Penaganan Fisioterapi : mengurangi nyeri dan meningkatkan
aktifitas fungsional pasien
3)Desain latihan yang bisa di berikan mengandung prinsip penguatan,
penguluran yang mana secara progresif ditingkatkan pembebanan dan
pengulangannya disesuaikan dengan kemampuan setiap pasien. Pada
penelitian ini, kami menggunakan desain latihan dasar yang bisa
dilakukan oleh semua pasien osteoartritis lutut. Jenis latihan yang
digunakan antara lain :
a) Straight Leg Raising (SLR)
Tidur telentang ( tungkai sakit di luruskan dan pada tungkai sehat,
lutut di tekuk). Mengkontraksikan otot kuadriseps dengan menjaga
lutut lurus, ankle dorsifleksi 90°, kemudian mengangkat tungkai
setinggi kira-kira 20 cm, ditahan 5 detik, dilakukan 10 kali
pengulangan.
Isometrik kuadriseps ini dipilih karena dapat dilakukan pasien lansia
dirumah tanpa kesulitan (Miyaguchi, 2003).
Penelitian tentang perubahan biokimia cairan sendi setelah pemberian
latihan isometrik pada penderita osteoarthritis lutut. Hasil penelitian
ini menunjukkan adanya peningkatan berat molekuler hyaloronat dari
2.11 menjadi 2.40, peningkatan viskositas cairan sendi dari 45.8
menjadi 59,8 serta penurunan konsentrasi chondroitin 4-6 sulfat dari
81.9 menjadi 75,5 (Miyaguchi, 2003).
b) Isometrik Kuadriseps
Tidur terlentang/duduk di lantai dengan punggung tersangga dan
tungkai lurus, gulungan handuk ditempatkan di bawah lutut pada
mendorong handuk ke lantai. Ditahan 5 detik, dilakukan 10 kali
pengulangan (O’Reilly, 1999).
Latihan isometrik melawan tahanan mempu meningkatkan sensitifitas
struktur sensorimotorik otot yang meliputi muscle spindle dan golgi
tendon. Latihan ini juga akan meningkatkan α-motor discharge atau
tonus otot. Aktifitas α-motorneuron ini secara resiprokal juga akan
dipengaruhi oleh muscle spindle dan golgi tendon. Dengan demikian
latihan isometrik tidak hanya berdampak pada peningkatan kekuatan
otot namun juga mampu memperbaiki sensitifitas dan koordinasi
proprioseptif di dalam otot quadriceps (Topp et al, 2002)
c) Isotonik Kuadriseps
Duduk di bed/kursi, kaki sedikit menggantung. Mengangkat tungkai
bawah sedikit lurus/setengah fleksi. Ditahan 5 detik, dilakukan 10 kali
pengulangan. Untuk penguatan otot kuadriseps terutama vastus
medialis (O’Reilly, 1999).
d) Isotonik Abduktor Hip
Tidur miring ke sisi tungkai sehat, dengan menekuk lutut pada tungkai
yang terletak di bawah (sehat) dan lurus pada tungkai yang terletak di
atas (sakit), kemudian mengangkat tungkai ke atas, Ditahan 5 detik,
dilakukan 10 kali pengulangan. Untuk penguatan abduktor hip (Sled,
2010).
Latihan di rumah untuk latihan penguatan otot abduktor hip, dilakukan
dan meningkatkan kekuatan otot abduksi hip dan meningkatkan
fungsional pasien dengan osteoartritis (Sled, 2010).
e) Isometrik Adduktor Hip
Duduk tegak di kursi, menempatkan handuk diantara kedua paha.
Menjepit handuk yang diletakkan diantara kedua tungkai pada posisi
duduk. Ditahan 5 detik, dilakukan 10 kali pengulangan. (Bennel,
2007).
f) Duduk-Berdiri
Duduk tegak di kursi, kedua tangan bersilang di depan dada Berdiri
tegak kemudian duduk kembali dengan perlahan. Dilakukan 10 kali
pengulangan. Untuk latihan neuromuskular (Diracoglu, 2005)
g) Naik-turun tangga
Berdiri tegak, menempatkan stool/step di depan. Angkat satu tungkai
seakan melangkah di stool/step, kaki satunya menahan, bergantian
kanan-kiri. Dilakukan 10 kali pengulangan. Untuk latihan
neuromuskular sekaligus penguatan abduktor hip (Kisner, 2007)
(Tangga ukuran standar untuk pasien osteoartritis dengan lebar: 30 cm
dan tinggi: 20 cm),
h) Sikap kuda-kuda
Berdiri tegak menghadap depan kemudian salah satu tungkai maju
dengan menempatkan ujung kaki di depan, menekuk lutut dan hip
bergantian tungkai kanan-kiri. Untuk meningkatkan keseimbangan
dan kontrol ekstremitas bawah (Kisner, 2007)
i) Penguluran Otot
Duduk di bed/matras, salah satu tungkai diposisikan lurus dan tungkai
yang lain diposisikan menekuk. Berusaha meraih ujung kaki yang
lurus dengan ujung jari tangan. Ditahan 15 detik, dilakukan 3 kali
pengulangan, bergantian tungkai kanan-kiri. Untuk penguluran otot
hamstring, soleus-gastroknemius (Hertling, 2006)
6. Hubungan Media Promosi Kesehatan terhadap Penguasaan Keterampilan
Latihan Pasien Osteoartritis Lutut
Promosi/pendidikan kesehatan juga sebagai suatu proses di mana proses
tersebut mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Di dalam suatu
proses pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan promosi, yakni
perubahan perilaku, dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang
mempengaruhi suatu proses pendidikan disamping faktor masukannya sendiri
juga faktor metode, faktor materi atau pesannya, pendidikan atau petugas yang
melakukannya, alat-alat bantu atau media yang digunakan untuk
menyampaikan pesan. Agar dicapai hasil yang optimal, maka faktor-faktor
tersebut harus bekerjasama secara harmonis. Promosi kesehatan tidak dapat
lepas dari media, karena melalui media, pesan-pesan yang disampaikan dapat
lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapat mempelajari pesan
tersebut, sehingga sampai memutuskan untuk mengadopsi perilaku yang positif
Faktor yang mempengaruhi proses belajar dikelompokkan menjadi :
a. Faktor materi atau hal yang dipelajari, misalnya belajar pengetahuan dan
belajar sikap atau keterampilan akan menentukan perbedaan proses belajar
b. Faktor lingkungan yang terdiri dari lingkungan fisik (suhu, kelembapan
udara, kondisi tempat belajar) dan lingkungan sosial (manusia dengan
segala interaksi dan representasinya, seperti keramaian dan kegaduhan)
c. Faktor instrumental yang terdiri dari perangkat keras dan lunak
d. Faktor kondisi individu, subyek belajar yang terdiri dari kondisi fisiologis
(misanya, keadaan gizi, pasca cidera dan penyakit) dan kondisi psikologis
(misalnya, kecerdasan, daya tangkap, ingatan dan motivasi) (Notoatmodjo,
2007). Pendapat lain menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
individu di bedakan menjadi faktor intern (jasmani, psikologi, kelelahan)
dan faktor ekstern (keluarga, sekolah dan masyarakat) (Slameto, 2003).
Media merupakan bagian integral dalam sistem pembelajaran. Banyak
macam media yang dapat digunakan, penggunaannya harus didasarkan pada
penelitian yang tepat, sehingga dapat memperbesar arti dan fungsi dalam
menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran. Media digunakan
untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemauan. Bentuk media digunakan untuk lebih meningkatkan pengalaman
belajar agar menjadi lebih konkrit dan lebih berarti. Sehingga begitu
pentingnya media pembelajaran sebagai alat untuk merangsang proses belajar
Menurut kerucut pengalaman (cone of experience) dari Edgar Dale.
Pada kerucut pengalaman ini, dimulai dengan belajar sebagai peserta pada
pengalaman langsung kemudian sebagai observator pada kejadian nyata,
kemudian sebagai observator pada kejadian yang melalui beberapa media dan
terakhir mempelajari simbul-simbul kejadian. Secara umum, semakin abstrak
media, semakin banyak informasi yang dapat disingkat dalam waktu yang lebih
pendek. Butuh waktu lebih panjang untuk menggunakan pengalaman langsung,
pengalaman melalui benda tiruan ataupun pengalaman melalui drama daripada
penyajian informasi dari videotape, rekaman, dan beberapa model lambang
visual ataupun verbal. Jerome Brunner menyatakan bahwa perintah dimulai
dari pengalaman enactive (langsung) ke pengalaman yang diwakili iconic
(seperti penggunaan gambar dan video) kemudian gambaran symbolic (seperti
penggunaan kata). (Smaldino,2005).
Media yang cocok untuk mengajarkan keterampilan baru dalam hal ini
adalah keterampilan latihan untuk osteoartritis lutut diantaranya adalah :
Peragaan langsung dengan metode demonstrasi, salah satu kelebihannya adalah
pembelajaran lebih konkrit, jelas dan dapat membimbing dalam satu saluran
pikiran yang sama. Media leaflet mempunyai kelebihan antara lain, tahan lama,
mencakup banyak orang, dapat dibawa ke mana-mana, mempermudah
pemahaman. Media video mempunyai kelebihan antara lain, dapat melengkapi
pengalaman dasar pembelajar, menggambarkan suatu proses secara tepat dan
dapat disaksikan berulang-ulang, mendorong meningkatkan motovasi. Ketiga