• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PADA KERJA LAPANGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PADA KERJA LAPANGAN."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS

KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PADA

KERJA LAPANGAN

DISERTASI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat

Memperoleh Gelar Doktor Kependidikan

Dalam Bidang Pendidikan IPA

Oleh :

Rudy Hidana

0808310

(2)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK

ANALIS KESEHATAN PADA KERJA LAPANGAN

Oleh

Rudy Hidana

Sebuah disertasi yang

diajukanuntukmemenuhisalahsatusyaratmemperolehgelarDoktorpadaProgram StudiPendidikanIPA

© Rudy Hidana 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

November 2014

HakCiptadilindungiundang-undang.

Skripsiinitidakbolehdiperbanyakseluruhnyaatausebagaian, dengandicetakulang, difoto kopi, ataucaralainnyatanpaijindaripenulis

(3)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH PANITIA

DISERTASI

PromotorMerangkapKetua

Prof. Dr.Nuryani Y. Rustaman, M.Pd.

NIP. 195012311979032029

KopromotorMerangkapSekretaris

Dr. INyoman P. Aryantha

NIP. 196505221990011002

Anggota

Dr. Any Fitriani, M.Si.

NIP. 196502021991032001

DiketahuiOleh

Ketua Program StudiPendidikan IPA

Prof. Dr. Anna Permanasari, M.Si

(4)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengembangan Asesmen Berbasis Kompetensi Untuk Membekali Analis Kesehatan Pada Dunia Kerja

Abstrak

Tujuan dan target dalam penelitian ini adalah menghasilkan perangkat penilaian berbasis kompetensi untuk meningkatkan kemampuan sesuai dengan kompetensi dasar di sekolah analis kesehatan pada mata kuliah bakteriologi klinis. Berdasarkan hal tersebut maka masalah yang akan diteliti “Bagaimanakah karakteristik dan efektivitas perangkat penilaian Bakteriologi Klinis berbasis kompetensi dapat membekali kemampuan mahasiswa analis kesehatan dalam bidang pekerjaannya?“. Penelitian ini menggunakan metode riset dan pengembangan serta pendekatan desain eksperimen. Pada studi pendahuluan dilakukan studi dokumen berkaitan dengan perolehan nilai ujian dalam praktikum bakteriologi klinis. Berdasarkan hasil studi pendahuluan tersebut selanjutnya dirancang perangkat penilaian beserta instrumen yang diperlukan. Rancangan perangkat penilaian terdiri atas tiga aspek kompetensi, yakni pengetahuan, keterampilan dan sikap. Penelitian ini melibatkan 114 mahasiswa Analis Kesehatan Bakti Tunas Husada semester genap tahun akademik 2012/2013, dibagi menjadi 3 kelompok yaitu 1 kelas kontrol dengan asesmen secara tradisional, dan 2 kelas eksperimen dengan asesmen berbasis kompetensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Asesmen Kompetensi menggunakan standar kompetensi model RMCS sangat signifikan efektif dan dapat meningkatkan penguasaan materi bakteriologi klinis dasar. Oleh karena itu diajukan saran sebagai berikut; Pertama, untuk keberlanjutan asesmen kompetensi menggunakan standar kompetensi model RMCS ini bagi dosen STIKes Bakti Tunas Husada, Program Studi Analis Kesehatan, hendaknya menggunakan asesmen kompetensi dengan standar model RMCS yang telah dikembangkan. Kedua, Untuk mengembangkan kemampuan melakukan tugas pertugas, kemampuan mengelola beberapa tugas yang berbeda dalam pekerjaan, kemampuan yang tanggap terhadap adanya kelainan dan kerusakan pada rutinitas kerja, serta kemampuan menghadapi tanggung jawab dan harapan lingkungan kerja dosen perlu membiasakan mahasiswa untuk melakukan kegiatan penilaian mandiri dengan mempelajari dan menilai kemampuan yang dimiliki secara objektif serta menentukan apakah sudah kompeten atau belum kompeten.

(5)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Development of Competency-Based Assessment To Provide Health Analyst Job In the World

Abstract

Objectives and targets in this research is to produce a competency-based assessment tools to improve the ability in accordance with the basic competencies in school health analyst in the course of clinical bacteriology. Under these conditions, the problem to be investigated, "How are the characteristics and effectiveness of the competency-based assessment of Clinical Bacteriology can equip health analysts student's ability in the field of work?". This study uses research and development and experimental design approach. In preliminary studies conducted study documents relating to the acquisition value of the test in clinical bacteriology lab. Based on the results of preliminary studies were then designed assessment tools along with the necessary instruments. The design of the device consists of three aspects of the assessment of competence, ie, knowledge, skills and attitudes. The study involved 114 students Bakti Tunas Husada Health Analyst second semester of the academic year 2012/2013, divided into 3 groups: 1 class control with traditional assessment, and 2 class experiment with competency-based assessment. The results showed that using the Competency Assessment standards RMCS models are very effective and can significantly improve the mastery of basic clinical bacteriology. Therefore submitted suggestions as follows; First, for the sustainability assessment of competence using competency standard model of this RMCS STIKes Bakti Tunas Husada lecturer, Department of Health Analyst, should use competency assessment standards RMCS models that have been developed. Second, to develop the ability to perform tasks to tasks, the ability to manage several different tasks in the job, ability-responsive abnormalities and damage to the routine of work, and the ability to face the responsibilities and expectations of the work environment needs to familiarize the student faculty to conduct an independent assessment by studying and assess capabilities objectively and determine whether competent or not yet competent.

(6)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... iv

UCAPAN TERIMA KASIH... v

ABSTRAKS... vii

ABSTRACT... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 12

C. Pembatasan Masalah... 13

D. Tujuan... 14

E. Manfaat Penelitian... 14

F. Implikasi... 15

G. Penjelasan Istilah... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 21

A. Asesmen... 21

B. Asesmen Alternatif... 26

1. Asesmen Otentik... 27

2. Asesmen Informal... 29

3. Asesmen Unjuk Kerja... 30

4. Asesmen Portofolio... 34

C. Hubungan antara Asesmen Alternatif Dengan Asesmen Tradisional... 38

D. Asesmen Tradisional... 38

E. Kompetensi... 39

F. Asesmen Berbasis Kompetensi... 42

(7)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

H. Kurikulum... 47

I. Sekolah dan Praktek Kerja Lapangan... 50

J. Program Pendidikan Bakteriologi Klinis bagi Analis Kesehatan... 51

K. Pembelajaran Bakteriologi Klinis Berbasis Kompetensi... 52

(8)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Karakteristik asesmen Bakteriologi Klinik

Dasar berbasis kompetensi dapat membekali mahasiswa analis kesehatan untuk

kemampuan dalam dunia kerjanya... 127

2. Asesmen Bakteriologi Klinis Dasar berbasis Kompetensi efektif dalam membekali Kompetensi dasar... 129

3. Asesmen menggunakan standar kompetensi Model RMCS dapat meningkatkan Penguasaan konsep mahasiswa... 136

4. Keunggulan dan kelemahan dari asesmen Yang dikembangkan... 142

5. Faktor pendukung dan penghambat Keberhasilan implementasi asesmen Bakteriologi Klinis berbasis kompetensi... 145

6. Keterbatasan Penelitian... 145

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 148

A. Kesimpulan... 148

B. Implikasi Penelitian... 150

C. Saran... 150

DAFTAR PUSTAKA... 152

(9)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Untuk mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam pembukaan

UUD 1945, bangsa Indonesia dewasa ini giat melaksanakan pembangunan di

segala bidang. Keberhasilan pembangunan akan meningkatkan taraf kehidupan

sosial ekonomi masyarakat untuk hidup sehat dan mendapat pelayanan kesehatan

yang makin baik.

Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-garis besar Haluan

Negara 1999-2004 menetapkan bahwa kebijakan pembangunan kesehatan antara

lain adalah meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling

mendukung dengan pendekatan paradigma sehat dan meningkatkan serta

memelihara mutu lembaga pelayanan non kesehatan melalui pemberdayaan

sumberdaya manusia secara berkelanjutan.

Pelayanan laboratorium kesehatan merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Laboratorium kesehatan

sebagai salah satu unit pelayanan kesehatan, diharapkan dapat memberikan

informasi yang teliti dan akurat tentang aspek laboratorium terhadap spesimen

yang diuji. Masyarakat menghendaki mutu hasil pengujian laboratorium untuk

terus ditingkatkan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

perkembangan penyakit. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan yang semakin meningkat, baik jumlah maupun mutunya,

maka peranan laboratorium kesehatan baik dalam bentuk rujukan kesehatan

maupun bentuk lainnya perlu dikembangkan dan ditingkatkan.

Dalam era pasar bebas, tuntutan standarisasi mutu pelayanan laboratorium

tidak dapat dielakkan lagi. Peraturan perundang undangan sudah mulai diarahkan

(10)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kesehatan Indonesia harus bersaing dengan ahli-ahli teknologi laboratorium dari

Negara lain yang lebih maju.

Sementara itu, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

semakin meningkat dengan peralatan yang canggih khususnya di bidang

laboratorium kesehatan memerlukan pengelolaan atau manajemen dan

penanganan operasional yang memadai. Untuk itu seyogianya perlu disediakan

tenaga yang memiliki dasar ilmu pengetahuan dan keterampilan yang sesuai

dengan masalah yang dihadapi. Dalam usaha meningkatkan dan mengembangkan

kemampuan dan kompetensi tenaga analis, maka kurikulum pendidikan Diploma

III Analis kesehatan yang disusun tahun 2003 perlu disesuaikan dengan

perkembangan ilmu dan teknologi, sehingga dapat dihasilkan lulusan yang

professional dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat.

Diberlakukannya AFTA tahun 2002, membawa dampak terhadap dunia

kerja Indonesia. Tenaga kerja merupakan aset nasional serta elemen utama bagi

pertumbuhan ekonomi, tapi sampai saat ini masih banyak tenaga kerja Indonesia

yang belum menempati posisi kerja yang tepat. Salah satu faktor penyebab

rendahnya bargaining position atau posisi tawar bagi tenaga kerja Indonesia adalah rendahnya kualitas kinerja. Perbaikan terhadap hal tersebut perlu

diupayakan melalui pendidikan yang diprogram dengan baik dan benar.

Perbaikan terhadap kualitas tenaga kerja merupakan salah satu upaya strategis

untuk menjamin keberhasilan program pembangunan secara nasional. Salah satu

upaya memperbaiki kualitas tenaga kerja adalah dengan disusunnya standar

kompetensi kerja, dan menjadikan standar kompetensi tersebut sebagai acuan bagi

pengembangan kurikulum di dunia pendidikan. Walaupun belum semua profesi

memiliki standar kompetensi tetapi pengembangan standar kompetensi di

Indonesia belakangan sudah mulai menunjukkan trend yang positif.

Hasil survey di lapangan mengenai kinerja lulusan analis kesehatan

STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya dalam melakukan pekerjaan adalah

rata-rata lama bekerja di instansi negeri maupun swasta 3-4 tahun, integritas moral

dan etika lulusan baik, profesionalisme lulusan analis cukup baik, kemampuan

(11)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

di lingkungan kerja masih kurang, penggunaan dan pemanfaatan teknologi

informasi cukup, kemampuan bekerja sama secara tim cukup baik, kemampuan

lulusan dalam upaya pengembangan diri cukup baik.

Banyak sekali orang tidak mengerti mengenai analis kesehatan. Definisi

analis kesehatan atau pranata laboratorium ialah petugas yang bekerja di

laboratorium untuk melakukan pemeriksaan laboratorium sebagai penunjang

diagnosa dokter demi membantu seseorang mencapai keadaan jasmani, dan jiwa

yang sejahtera. Diagnosa seorang dokter sangat dipengaruhi oleh sampel yang

diteliti oleh pranata laboratorium atau analis kesehatan. Jika terjadi kesalahan

dalam meneliti sampel maka yang patut disalahkan adalah analis kesehatan yang

tidak terampil dan bertanggungjawab atas sampel tersebut.

Diagnosa mencakup identifikasi mengenai sesuatu. Diagnosis digunakan

dalam medis, ilmu pengetahuan, teknik, dan bisnis. Sampel adalah bagian dari

populasi yang ingin diteliti; dipandang sebagai suatu pendugaan terhadap

populasi, namun bukan populasi itu sendiri. Dalam hal ini sudah sepatutnya

seorang analis bekerja sama dengan dokter dalam membantu mendiagnosa suatu

penyakit. Dengan demikian sudah sangat jelas bahwa analis kesehatan adalah

contoh dari salah satu profesi yang sangat menunjang dalam dunia kedokteran.

Berdasarkan hal tersebut seperti yang diketahui jurusan analis kesehatan masih

sangat langka di Indonesia. Peluang kerja yang menjanjikan bagi lulusannya

membuat jurusan ini banyak dicari, karena lulusan program studi analis kesehatan

makin dibutuhkan.

Pendidikan Diploma III Analis Kesehatan merupakan satu dari sekitar 20

jenis pendidikan bertipe vokasional yang dikembangkan Departemen Kesehatan.

Mengacu pada Kurikulum Diploma III Analis Kesehatan tahun 2002, Pendidikan

Program Diploma III Analis Kesehatan berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan

masyarakat dalam bidang pelayanan kesehatan masyarakat secara umum yang di

dalamnya terkait dengan pelayanan medis. Pendidikan Diploma III Analis

Kesehatan ini harus dapat menjawab tuntutan pelayanan kesehatan dan dapat

mengikuti perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya

(12)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembangunan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna termasuk teknologi

yang menunjang usaha peningkatan pelayanan kesehatan. Lulusan Pendidikan

Diploma III Analis Kesehatan yang terampil, dikembangkan berdasarkan falsafah

dalam kerangka konsep yang kokoh dengan dasar pendidikan lulusan Sekolah

Menengah Umum (Departemen Pendidikan Nasional, 2003)

Profesi ini berperan menegakkan diagnosa klinis melalui pemeriksaan

laboratorium. Bahkan bisa menggeser peran seorang dokter. Untuk memastikan

jenis penyakit, sampel darah pasien diperiksa di labaratorium. Hal laboratorium,

selalu tertuju pada sebuah profesi analis kesehatan. Sebagai operator laboratarium,

analis kesehatan menjadi ujung tombak untuk mendiagnosa beragam penyakit.

Dahulu dokter dianggap sebagai satu-satunya tenaga medis yang berwenang

menentukan derajat kesehatan pasien. Seiring dengan perkembangan ilmu

kesehatan, makin terbuka rahasia hubungan derajat kesehatan dan komposisi

kimia dalam tubuh manusia. Uji klinis seperti sampel darah, urine dan kandungan

lain dalam tubuh sangat penting, untuk memastikan jenis serta stadium penyakit

yang diderita pasien. Oleh karenanya muncul klaim bahwa peluang kerja analis

kesehatan di masa sekarang dan mendatang makin cerah. Mereka bisa bekerja di

instansi pemerintah, rumah sakit swasta, laboratorium swasta, maupun ‘marketing diagnostic’.

Keberadaan tenaga analis kesehatan yang profesional makin dibutuhkan

masyarakat. Analis kesehatan makin laku, hal tersebut merujuk pada dua faktor.

Pertama, munculnya paradigma kesetaraan di antara tenaga medis. Kesan masa

lalu perawat, analis, serta tenaga medis lainnya hanya sekadar pembantu dokter.

Saat ini muncul paradigma baru bahwa setiap tenaga medis merupakan sejawat

yang saling membutuhkan. Alasan kedua, masyarakat makin menyadari

pentingnya tenaga analis dan laboratorium kesehatan. Oleh karena itu, pemerintah

menetapkan setiap Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas) harus memiliki

sekurangnya satu tenaga analis kesehatan.

Meski pangsa pasar besar, sampai sejauh ini populasi Program Studi

(prodi) Analis Kesehatan relatif kecil. Fenonema ini juga terjadi dalam skala yang

(13)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

seluruh Indonesia. Populasi Prodi lain pada bidang ilmu yang sama, seperti Analis

Farmasi dan Analis Kimia, juga relatif kecil. Bahkan Prodi Refraksi Optisi baru

dimiliki lima Perguruan Tinggi di Indonesia. Pada saat yang sama, kesadaran

masyarakat untuk meningkatkan taraf kesehatan dan kualitas hidup juga

meningkat. Salah satu bukti ditandai dengan peningkatan jumlah klinik atau

laboratorium kesehatan, disebabkan adanya kesadaran masyarakat untuk

melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap kondisi kesehatannya.

Program Studi Analis Kesehatan sebagai salah satu unit pelaksana teknis

dibidang pendidikan kesehatan, diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang

kompeten dan dapat membantu memecahkan masalah kesehatan di masyarakat

dengan pendekatan ilmiah. Pemikiran dasar jenjang pendidikan ini adalah

pelayanan kesehatan di bidang laboratorium. Peningkatan jumlah tenaga yang

berpendidikan profesi diharapkan dapat memberikan informasi yang teliti dan

akurat tentang aspek laboratorium terhadap spesimen/sampel yang di uji. Maka

Program Studi Diploma III Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada

Tasikmalaya melakukan pengembangan kurikulum Nasional Program Studi

Diploma III Analis Kesehatan Tahun 2003 kearah Kurikulum berbasis

Kompetensi yang mempunyai tujuan untuk mencapai lulusan yang memenuhi

standar kualifikasi profesi.

Pendidikan Diploma III Analis Kesehatan dalam menyelenggarakan

pendidikan berpedoman pada Kurikulum Berbasis Kompetensi, yang berorientasi

pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan profesi

dan penyusunannya mengacu pada kompetensi inti Analis Kesehatan Indonesia.

Kompetensi inti Analis Kesehatan Indonesia tersebut terbagi menjadi 5 kelompok

kompetensi yang disesuaikan dengan kelompok mata kuliah yang diatur dalam

Surat Keputusan Mendiknas 232/U/2000. Berdasarkan kompetensi tersebut maka

diharapkan lulusan Pendidikan Diploma III Analis Kesehatan menguasai ilmu

pengetahuan, teknologi, keterampilan dan sikap serta perilaku sebagai analis

kesehatan professional. Proses ujian di Program Studi Diploma III Analis

Kesehatan Stikes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya dilakukan secara teori maupun

(14)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(laboratorium) adalah strategi evaluasi atau bentuk evaluasi yang digunakan untuk

menguji secara bersama-sama kemampuan psikomotorik (keterampilan), kognitif

(pengetahuan), dan afektif (sikap) yang menggunakan sarana laboratorium. Untuk

pelaksanaan ujian praktikum (laboratorium) analis kesehatan ini selain dosen,

membutuhkan keterlibatan petugas laboran dan pengelola Prodi Diploma III

Analis Kesehatan Stikes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya seperti yang diatur

dalam Kurikulum Nasional Pendidikan Diploma III.

Dari studi pendahuluan di Prodi Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas

Husada tidak didapatkan panduan ujian praktikum untuk mata kuliah Bakteriologi

Klinis Dasar, hasil ini menunjukkan dosen belum menyusun panduan untuk ujian

praktikum, sehingga ketika pelaksanaan ujian praktikum berdasarkan kesepakatan

antara dosen dengan mahasiswa. Perencanaan yang dibuat pada ujian praktikum

(laboratorium) tidak sistematis. Perencanaan ujian belum mengambarkan tujuan,

sistem pelaksanaan, metode dan jadwal yang jelas. Perencanaan ujian hanya

berfokus pada persiapan yang harus dikuasi oleh mahasiswa. Hal ini berakibat

dengan tidak adanya perencanaan yang jelas maka pelaksanaan ujian tidak jelas

arahnya. Perencanaan ujian seharusnya sudah dibuat dengan baik, karena

perencanaan merupakan pijakan awal melakukan suatu kegiatan. Dalam

perencanaan ujian harus sudah dibuat tujuan, alur pelaksanaan yang harus diikuti

oleh mahasiswa, bagi mahasiswa yang mengikuti ujian dan bagi mahasiswa yang

harus mengulang. Jadwal ujian juga harus dipersiapkan agar jelas kapan dan

berapa lama mahasiswa akan melakukan ujian praktikum (laboratorium) untuk

mata kuliah Bakteriologi Klinis Dasar. Berdasarkan hasil studi tersebut

menunjukkan pelaksanaan ujian praktikum (laboratorium) belum dapat

dilaksanakan secara optimal oleh dosen penguji, sedangkan ujian praktikum

(laboratorium) merupakan metode ujian yang aktif dan aplikatif dan dinilai efektif

untuk menghasilkan lulusan dengan keahlian spesifik di antaranya adalah untuk

mahasiswa Analis Kesehatan. Salah satu kelebihan ujian praktikum (laboratorium)

adalah mahasiswa dapat mengulang-ulang kegiatan atau tindakan yang sama

sampai benar-benar lulus, sebelum mahasiswa menghadapi pekerjaan yang

(15)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Evaluasi yang dilakukan dalam ujian praktikum berpedoman dengan

checklist, patokan untuk menentukan lulus/kompeten apabila tiap langkah dalam prosedur mencapai skor 3, akan tetapi dalam pelaksanaan terhadap mahasiswa

yang belum kompeten tidak dilakukan remidial oleh dosen penguji. Dosen hanya

memberi kesempatan pada mahasiswa untuk mengulang secara mandiri tanpa

didampingi oleh dosen. Penilaian dilakukan secara individu dengan menggunakan

checklist. Ditambah jam ujian praktikum untuk mahasiswa dengan melakukan

ujian secara mandiri.

Hasil studi dokumentasi tidak ada nilai paktikum untuk mata kuliah

Bakteriologi Klinis Dasar, sehingga evaluasi yang sudah dituliskan pada silabus

yaitu proses pembelajaran praktikum 60% tidak dapat dijabarkan secara rinci

untuk masing-masing kompetensi yang akan dicapai pada mata kuliah

Bakteriologi Klinis. Cara penilaian untuk menentukan apakah mahasiswa sudah

kompeten atau belum hanya dengan menggunakan checklist, dan tidak dilakukan

umpan balik setelah melakukan praktikum. Asesmen sebagai proses sirkuler tidak

hanya berfungsi untuk mengetahui tingkat penguasaan mahasiswa tetapi juga

berfungsi untuk senantiasa meningkatkan mutu asesmen. Khususnya untuk ujian

praktikum (laboratorium) evaluasi dilakukan secara periodik dan berkelanjutan

dan untuk selanjutnya melakukan tindak lanjut yang berupa program perbaikan

atau remidial bagi mahasiswa yang belum kompeten. Persiapan alat-alat untuk

ujian praktikum dilakukan oleh tenaga laboran bersama-sama dengan mahasiswa,

dosen tidak ikut serta menyediakan alat karena dosen akan datang jika alat-alat

yang diperlukan sudah dipersiapkan terlebih dahulu.

Berdasarkan hasil wawancara didapatkan hal-hal berikut; Pertama,

pelayanan petugas laboratorium sudah cukup tanggap dalam mempersiapkan

tempat dan alat untuk kegiatan ujian praktikum, akan tetapi jika mahasiswa

mengalami kesulitan tidak cepat tanggap. Kedua, pengelola prodi sudah merespon

dengan segera keluhan-keluhan yang disampaikan oleh mahasiswa. Ketiga, dosen

tidak segera menjelaskan bila ada mahasiswa yang bertanya. Untuk petugas

laboratorium 1) menyiapkan tempat dan alat dengan segera pada waktu ada ujian

(16)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengelola prodi cepat memberi tanggapan bila ada kesulitan/keluhan mahasiswa,

3) ada dosen yang tidak menjelaskan dengan segera bila ada pertanyaan dari

mahasiswa, akan tetapi ada dosen yang langsung menjelaskan.

Hasil observasi tentang daya tanggap yang dilakukan oleh peneliti

diperoleh petugas laboratorium membantu mahasiswa dalam mempersiapkan

alat-alat untuk ujian praktikum, bila ada kesulitan petugas membantu mahasiswa, akan

tetapi bila di luar jam kerja tidak ada petugas laboratorium yang berlatar belakang

pendidikan analis. Apabila ada kekurangan bahan, alat yang diperlukan akan

diusulkan kepada pengelola, akan tetapi kadang-kadang tidak dapat langsung

tersedia. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan temuan sebagai berikut;

Pertama, petugas sudah datang tepat waktu, akan tetapi tidak selalu bertugas

setiap ada jadwal ujian praktikum terutama bila ujian praktikum dilaksanakan

diluar jam kerja. Kedua, pelaksanaan ujian praktikum belum dijadwal dan belum

ditata, sehingga mahasiswa tidak dapat mempersiapkan diri ketika ujian

praktikum, karena jadwal terlalu mendadak. Ketiga, dosen melakukan ujian

praktikum tidak sesuai dengan jadwal, sehingga kadang-kadang mahasiswa tidak

siap.

Hasil observasi terhadap wujud ruang laboratorium di prodi diploma III

Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya didapatkan: Peralatan

yang digunakan pada proses ujian adalah satu set alat ujian praktikum bakteriologi

klinis diatas meja alat, mikroskop untuk pengamatan. Ruang laboratorium cukup

luas dengan terbagi beberapa ruangan, sirkulasi udara cukup, penerangan bila

siang hari cukup, akan tetapi jika ujian praktikum dilaksanakan pada sore hari

kurang terang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan didapatkan hasil penelitian

tentang faktor yang mendukung dalam proses ujian praktikum (laboratorium)

sebagai berikut: Faktor-faktor yang dapat mendukung proses ujian praktikum

(laboratorium) adalah : a) sudah adanya cheklist , b) metode yang digunakan uji

tulis dan keterampilan, sehingga mahasiswa akan lebih mudah dengan prosedur

yang digunakan, c) dalam evaluasi menggunakan PAP berdasarkan panduan

(17)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tata letak laboratorium yang sudah memadai, e) sarana prasarana yang menunjang

ujian.

Berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator laboratorium, faktor

pendukung dalam ujian di laboratorium dari segi sarana dan prasarana adalah

penataan ruangan sudah sesuai dengan jenis keterampilan, yang mana pengaturan

ruangan laboratorium sudah sesuai dengan keadaan dilahan praktek/laboratorium

dan untuk pemenuhan kebutuhan alat disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan

kompetensi. Alat yang tersedia di laboratorium masih layak untuk digunakan dan

dalam keadaan baik. Sudah hampir memadai, untuk penataan ruangan, lingkungan

dan suasana laboratorium sudah nyaman, karena ruang laboratorium sudah ditata

seperti di tempat kerja sesungguhnya.

Dari studi dokumentasi ditemukan bahwa di Program Studi Diploma III

Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya telah memiliki

Kurikulum Berbasis Kompetensi, dimana untuk mengetahui pencapaian

kompetensi dilakukan uji kompetensi setelah proses pembelajaran selesai.

Berdasarkan paparan data yang berkaitan dengan faktor pendukung dalam ujian

praktikum (Laboratorium) di Progam Studi DIII Analis Kesehatan dapat diambil

kesimpulan sementara sebagai berikut: a) Lokasi strategis di Kota Tasikmalaya. b)

Ruang ujian Praktikum (laboratorium) yang disediakan cukup memadai dimana

ditata menjadi laboratorium klinik. c) Media untuk ujian di ruang laboratorium

yang cukup lengkap. d) Adanya tenaga khusus yang mengelola laboratorium,

sehingga mahasiswa dapat menggunakan ruang laboratorium setiap saat. e)

Lingkungan laboratorium yang asri dan nyaman. f) Memiliki dosen pembimbing

praktikum dengan latar belakang pendidikan S2 Mikrobiologi sebanyak 2 dosen.

Faktor penghambat dalam pelaksanaan ujian praktikum (Laboratorium) di

Program Studi DIII Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

dapat dipaparkan sebagai berikut: menurut keterangan Dosen Pembimbing

Praktikum, belum tersedia LCD di ruang ujian praktikum untuk menjelaskan

proses ujian yang akan dilakukan sebab jarak antara ujian teori dengan ujian

praktikum (laboratorium) berjauhan, serta jumlah peralatan untuk keterampilan

(18)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

oleh dosen pembimbing lainnya adalah belum adanya pedoman ujian praktikum,

belum adanya pretest serta jumlah peralatan yang belum mencukupi.

Berdasarkan temuan-temuan yang berkaitan dengan faktor penghambat

dalam pelaksanaan ujian praktikum di Progam Studi DIII Analis Kesehatan

STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya dapat diambil kesimpulan sementara

sebagai berikut: a) Tidak adanya panduan ujian Praktikum. b) Tidak adanya alat

ukur unjuk kerja dalam pencapaian kompetensi. c) Alat-alat ujian praktikum tidak

sesuai antara jumlah alat dengan jumlah mahasiswa. d) Tidak sesuai rasio dosen

pembimbing dengan jumlah mahasiswa. e) Sarana/media ujian praktikum yang

kurang memadai. f) Tidak dilaksanakannya pretes maupun post pada jenis

kompetensi yang akan dilakukan ujian. g) Belum dilakukannya persamaan

persepsi bagi dosen penguji. h) Dokumen nilai ujian praktikum mahasiswa yang

belum dapat didokumentasikan secara optimal untuk setiap dosen penguji.

Untuk menyiapkan sumberdaya manusia (SDM) yang bermutu sesuai

dengan tuntutan kebutuhan pasar kerja atau dunia usaha dan industri di era

globalisasi ini, diperlukan hubungan timbal balik antara dunia usaha/industri

dengan lembaga pendidikan dan pelatihan baik pendidikan formal, informal

maupun yang dikelola oleh industri itu sendiri. Salah satu bentuk hubungan timbal

balik tersebut adalah pihak dunia usaha/industri perlu merumuskan standar

kebutuhan kualifikasi SDM yang diinginkan, untuk menjamin kesinambungan

usaha atau industri tersebut. Sedangkan lembaga pendidikan dan pelatihan akan

menggunakan standar tersebut sebagai acuan dalam mengembangkan program

dan kurikulum, dan pihak stake holder akan menggunakannya sebagai acuan dalam merumuskan kebijakan dalam pengembangan SDM secara makro

(Depdiknas, 2003).

Penyiapan Standar kebutuhan kualifikasi SDM tersebut diwujudkan ke

dalam Standar Kompetensi Bidang Keahlian yang merupakan refleksi atas

kompetensi yang diharapkan dimiliki orang-orang atau seseorang yang akan

bekerja di bidang tersebut. Di samping itu standar tersebut harus memiliki

ekivalensi dan kesetaraan dengan standar-standar relevan yang berlaku pada

(19)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

acuan (bench marking). Sejalan dengan pemikiran di atas Departemen Pendidikan

Nasional merumuskan Standar Kompetensi Bidang Keahlian yang telah dimulai

sejak tahun 1995. Pada tahun 2003 Depdiknas menyusun 30 Standar Kompetensi

Bidang Keahlian, yang salah satu di antaranya adalah Standar Kompetensi Bidang

Keahlian Analis Kesehatan.

Dalam proses belajar mengajar, penilaian tidak hanya melihat pada aspek

hasil belajar, karena ini belumlah cukup untuk menilai keberhasilan proses

pembelajaran, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah penilaian proses

pembelajaran. Penilaian hasil belajar mahasiswa diperoleh di sepanjang proses

pembelajaran. Oleh karena itu penilaian tidak hanya dilakukan pada akhir periode

melainkan dilakukan secara terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran. Dengan

demikian kegiatan penilaian meliputi aktivitas proses (Wenzel, 2007).

Dalam pembelajaran bakteriologi klinis, seorang dosen diharapkan dapat

melakukan penilaian proses dan hasil pembelajaran secara komprehensip dan

benar. Komprehensip artinya penilaian yang dilakukan mencakup berbagai aspek

kompetensi belajar sesuai dengan konteksnya baik dalam penilaian proses maupun

hasil. Benar artinya penilaian yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan

prinsip-prinsip penilaian yang objektif, valid, reliabel, demokratis dan berkeadilan.

Penilaian pembelajaran Bakteriologi Klinis Dasar dewasa ini lebih

ditekankan pada pemahaman dan penalaran ilmiah. Tes tradisional (paper and pencil test) yang hanya menilai pengetahuan ilmiah tidak sesuai lagi dengan tuntutan kurikulum (Mokhtari at al. 1996). Suatu penilaian alternatif diperlukan untuk menilai kemampuan (ability) dalam real life situations.

Penilaian hasil belajar Bakteriologi Klinis dasar harus mencakup berbagai

aspek kemampuan peserta didik. Oleh karena itu, setiap indikator yang merupakan

kompetensi dasar spesifik yang dapat dijabarkan lebih lanjut ke dalam instrumen

penilaian, harus dikembangkan menjadi tiga instrumen penilaian yang meliputi

aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Informasi aspek kognitif dan psikomotor

diperoleh dari sistem penilaian yang digunakan untuk mata kuliah yang sesuai

dengan tuntutan kompetensi dasar. Informasi aspek afektif diperoleh melalui

(20)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengukuran hasil belajar Bakteriologi Klinis dasar dapat dilakukan dengan

prosedur tertulis, prosedur lisan, dan prosedur observasi.

Dalam konteks penilaian, kendala utama yang dialami dosen adalah

ketidakpahaman mengenai apa dan bagaimana melakukan penilaian berbasis

kompetensi. Karena ketidak pahaman ini mereka kembali kepada pola asesmen

lama dengan tes-tes dan ujian-ujian yang cognitive-based. Bentuk-bentuk penilaian yang harus digunakan oleh dosen seperti portofolio, performance test, observasi, dan laporan tertulis belum dapat diterapkan dosen secara baik.

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan terhadap pelaksanaan

kurikulum Analis Kesehatan saat ini, kendala yang dihadapi bagi sebagian besar

dosen dalam implementasi kurikulum 2003 adalah terletak pada aspek penilaian.

Aspek penilaian menjadi masalah disamping karena kurangnya berbagai literatur

mengenai pengembangan asesmen yang berbasis kompetensi. Hal inilah yang

menjadi penyebab minimnya pemahaman dosen mengenai sistem penilaian

berbasis kompetensi yang akhirnya berakibat pada kembali digunakannya pola

penilaian tradisional yang memang sudah menjadi budaya.

Meskipun minat akan penilaian berbasis kompetensi berkembang pesat,

sedikit uraian sistem penilaian yang dilaporkan dirancang untuk suatu kurikulum

berbasis kompetensi. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan secara detil

disain suatu penilaian holistik, berbasis kompetensi yang secara penuh terintegrasi

dengan kurikulum untuk membantu perkembangan lingkungan pendidikan yang

berfokus pada pembelajaran. Sasaran disain penelitian untuk menciptakan satu

asesmen berbasis kompetensi bidang Bakteriologi Klinis pada sekolah analis

kesehatan yang terintegrasi dan metode-metode instruksional, proses-proses

penilaian kompetensi, dan lingkungan belajar untuk mempersiapkan mahasiswa

sukses dalam karier sebagai analis kesehatan. Untuk dapat berhasil, seorang

mahasiswa harus menunjukkan penguasaan dari empat dimensi kompetensi: task skills, task management skills, contingency management skills, role/job

(21)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

refleksi ketrampilan-ketrampilan praktis. Penelitian ini menguraikan bagaimana

asesmen itu dikembangkan untuk menyediakan penilaian hasil belajar siswa

dalam hubungan dengan ke empat aspek dimensi kompetensi tersebut.

Evaluasi pada pendidikan Analis Kesehatan pada saat ini umumnya masih

menggunakan asesmen secara tradisional, yaitu penilaian berbasis pembelajaran

yang hanya menilai kemampuan atau prestasi pembelajaran, sehingga mahasiswa

menjadi pasif dan penilaian hanya merupakan bagian integral program

pembelajaran. Di lapangan ditemukan sejumlah kesulitan mahasiswa ketika

mengikuti ujian praktikum bakteriologi klinis. Hal itu diperoleh melalui angket

yang diisi oleh sejumlah mahasiswa. Dari 40 orang mahasiswa yang mengikuti

ujian tersebut, hanya lima orang yang menyukai ujian praktikum Bakteriologi

Klinis sebagai ujian yang menyenangkan (Hidana, 2012). Dengan demikian perlu

sangat segera dilakukan inovasi dalam pelaksanaan ujian tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka untuk mengatasi masalah kesulitan yang

dialami pendidik dalam pelaksanaan asesmen, dikemukakan rencana penelitian

dengan judul: “Pengembangan Asesmen Berbasis Kompetensi Untuk

Membekali Analis Kesehatan pada dunia Kerja”.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah efektivitas asesmen bakteriologi klinis dasar berbasis kompetensi dapat membekali kemampuan mahasiswa analis kesehatan dalam bidang pekerjaannya?“. Untuk memudahkan proses analisis dan sekaligus pemecahan permasalahan, masalah di atas dirinci ke dalam beberapa pertanyaan sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah karakteristik asesmen Bakteriologi Klinis dasar

berbasis kompetensi yang dapat membekali mahasiswa analis

kesehatan untuk kemampuan dalam dunia kerjanya ?

2. Bagaimanakah efektifitas asesmen Bakteriologi Klinis dasar berbasis

(22)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Apakah asesmen menggunakan standar kompetensi model Regional

Model Competency Standards (RMCS) dapat meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa ?

4. Apakah keunggulan dan kelemahan dari asesmen yang dikembangkan

sesuai kompetensi bakteriologi klinis dasar ?

5. Apakah faktor pendukung dan penghambat keberhasilan implementasi

asesmen bakteriologi klinis dasar berbasis kompetensi ?

C. PEMBATASAN MASALAH

Agar penelitian ini tidak terlalu luas maka permasalahannya perlu dibatasi.

Adapun masalah ini dapat dibatasi dalam tiga aspek kompetensi, yakni

pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam setiap dimensi kompetensi yang

dibahas terdapat ketiga aspek tersebut. Dari masing-masing dimensi kompetensi

yang bersifat umum difokuskan lagi pada kompetensi yang lebih menjurus pada

aspek yang dikaji, dalam hal ini kompetensi Bakteriologi Klinis.

Terdapat empat dimensi kompetensi, yaitu: task skills, task management

skills, contingency management skills, role/job environment skills. Dengan task skills dimaksudkan kemampuan melakukan tugas pertugas, task management

skills lebih menunjukkan kemampuan yang lebih kompleks yaitu mengelola beberapa tugas yang berbeda dalam pekerjaan, sedangkan contingency

management skills diartikan sebagai kemampuan yang tanggap terhadap adanya kelainan dan kerusakan pada rutinitas kerja, kemampuan menghadapi

tanggungjawab dan harapan lingkungan kerja termasuk pada role/job environment skills.

Kompetensi Bakteriologi Klinis Dasar yang akan diujikan adalah (1)

Menangani dan mengangkut sampel, (2) melakukan tes dasar (pewarnaan Gram

dan pewarnaan bakteri tahan asam), (3) mengoperasikan mikroskop, (4) dan

bekerja aman sesuai dengan prosedur dan kebijakan.

(23)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu model

pengembangan asesmen untuk meningkatkan kemampuan sesuai dengan

kompetensi dasar di sekolah analis kesehatan pada bidang Bakteriologi Klinis

dasar. Tujuan yang lebih spesifik adalah:

1. Menghasilkan karakteristik asesmen berbasis kompetensi yang dapat

membekali kemampuan mahasiswa dalam dunia kerja.

2. Mengetahui efektifitas asesmen berbasis kompetensi dalam membekali

kompetensi dasar.

3. Meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa menggunakan standar

kompetensi model Regional Model Competency System (RMCS)

4. Mengetahui keunggulan dan kelemahan dari asesmen yang dikembangkan.

5. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat keberhasilan implementasi

asesmen berbasis kompetensi.

E. MANFAAT HASIL PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap

pengembangan asesmen dalam meningkatkan kualitas asesmen berbasis

kompetensi bidang Bakteriologi Klinis pada mahasiswa Analis Kesehatan yang

akan terjun di laboratorium-laboratorium kesehatan. Kontribusi yang dimaksud

disini adalah kontribusi yang diperoleh dari hasil penelitian yang mengandung

makna baru dalam strategi asesmen di perguruan tinggi.

2. Manfaat Praktis

Peningkatan keterampilan melaksanakan tugas pertugas, mampu

mengelola beberapa tugas yang berbeda dalam pekerjaan, tanggap terhadap

adanya kelainan dan kerusakan pada rutinitas kerja, mampu menghadapi

tanggungjawab dan harapan lingkungan kerja, dapat membekali mahasiswa analis

kesehatan memiliki keterampilan menangani dan mengangkut sampel, melakukan

tes dasar (pewarnaan Gram dan pewarnaan bakteri tahan asam), mengoperasikan

(24)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

baik, sehingga dapat memahami dan menjelaskan dengan baik tentang

bakteriologi klinis.

Memberikan informasi kepada dosen-dosen tentang asesmen berbasis

kompetensi menggunakan standar kompetensi model RMCS yang dapat

meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa dalam memahami materi

bakteriologi klinis secara utuh dan meningkatkan kreativitas sehingga dapat

membantu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah yang muncul dalam

kehidupan sehari-hari.

F. IMPLIKASI

Pemahaman Bakteriologi Klinis Dasar melalui asesmen berbasis

kompetensi dengan standar kompetensi model RMCS akan meningkatkan

penguasaan konsep dan kreativitas mahasiswa dalam dunia kerjanya.

G. PENJELASAN ISTILAH

Untuk menghindari kesalah pahaman, dipandang perlu untuk memberikan

batasan-batasan terhadap beberapa konsep dan istilah sebagai berikut

1. Pengembangan

Batasan pengembangan adalah proses untuk menghasilkan alat/ prosedur

operasional dalam melakukan pemecahan masalah berdasarkan prinsip-prinsip

pada ranah masalah yang dipecahkan (mukhadis, 1996). Hasil pengembangan

ditekankan pada arah tindakan pemecahan masalah (need to do). Klasifikasi

pengembangan dibagi nenjadi tiga pokok:

a. pengembangan teori sebagi tanggungjawab ilmuwan

b. pengembangan prinsip-prinsip, berupa penjabaran prinsip-prinsip ke dalam

prosedur-prosedur tertentu merupakan tanggungjawab teknolog.

c. pengembangan prosedur, berupa pengkonritan prosedur-prosedur ke dalam

pemecahan masalah praktis sebagai tanggung jawab teknisi.

Terdapat dua jenis kegiatan pokok pada pengembangan yang saling

menunjang, yaitu: (a) melakukan kajian, identifikasi, batasan, pemilihan dan

(25)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berdasarkan kondisi nyata di lapangan dengan pendekatan problem oriented

(gauf anan dan Thomas, 1980 dalam mukhadis 1996). Kegiatan ini memiliki

pengertian dalam nenentukan prioritas masalah berdasarkan pada hal-hal yang

penting dan dianggap mendesak untuk dipecahkan, sehingga meningkatkan nilai

tambah sistem. (b) Konfirmasi terhadap literatur yang relevan, baru, dan

memadai. Kegiatan konfirmasi terhadap literatur dilakukan agar secara

operasional prosedur untuk pemecahan masalah betul-betul mengenai pada hal-hal

yang dianggap penting dan mendesak di lapangan. Pertimbangan kegiatan ini

adalah berbagai sumber daya pendukungnya.

2. Asessmen

Batasan asesmen adalah suatu pernyataan aktifitas/kemajuan yang dibuat

berdasarkan serangkaian informasi berupa fakta untuk menggambarkan beberapa

karakteristik dari suatu sistem/program (Mukhadis, 1996). Hasil akhir dari

asesmen adalah estimasi kemajuan dari sesuatu sistem yang berupa gambaran

keadaan suatu pelaksanaan program pada kurun waktu tertentu. Penekanan dari

asesmen adalah upaya menyatakan suatu karakteristik dan kemajuan program dan

berkaitan dengan usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan pada kurun

waktu tertentu. Asesmen bila dikaitkan dengan tujuan yang telah ditetapkan, tidak

dirancang untuk menentukan keefektifan suatu program atau proses tertentu.

Asesmen bila dikaitkan dengan proses generalisasi, tidak dimaksudkan untuk

mengembangkan generalisasi dari hasil analisis hubungan antar variabel (faktor) .

Namun generalisasi yang dilakukan lebih luas berupa pernyataan karakteristik

sistem/program. Penekanannya adalah, proses generalisasi tidak melalui analisis

hubungan antar variabel. Oleh karena itu, asesmen tidak menggunakan hipotesis

untuk diuji. Generalisasi yang dimaksud adalah upaya pernyataan dan

mengklasifikasikan tingkat kemajuan suatu program/sistem berdasarkan kriteria

tertentu. Misalnya klasifikasi berdasarkan usia program, jumlah sumberdaya

pendukung pelaksanaan program (perangkat lunak dan keras), letak geografis

(26)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Kompetensi

UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan: pasal 1 (10) menyatakan bahwa: “Kompetensi adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan”. Sedangkan kompetensi menurut Surat Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002. tentang Kurikulum Inti Perguruan Tinggi mengemukakan “Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam

melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu”. Pengertian Kompetensi

menurut Permenkes No. 971 Tahun 2009, pasal 1 ayat 3: Kompetensi adalah

kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang pegawai, berupa

pengetahuan, ketrampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan pada tugas

jabatannya, sehingga pegawai tersebut dapat melaksanakan tugasnya secara

professional, efektif dan efisien. Dari definisi di atas kompetensi dapat

digambarkan sebagai kemampuan untuk melaksanakan satu tugas, peran,

kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan ketrampilan, sikap-sikap

dan nilai-nilai pribadi, dan kemampuan untuk membangun pengetahuan dan

keterampilan yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang

dilakukan.

4. Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar adalah pengetahuan, ketrampilan dan sikap minimal

yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam penguasaan materi pelajaran yang

diberikan dalam kelas pada jenjang pendidikan tertentu. Juga merupakan

perincian atau penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi. Adapun

penempatan komponen Kompetensi Dasar dalam silabus sangat penting, hal ini

berguna untuk mengingatkan para dosen seberapa jauh tuntutan target kompetensi

yang harus dicapainya. Kompetensi dasar adalah kecakapan, kebiasaan atau

ketrampilan-ketrampilan awal dan esensial yang harus dikuasai mahasiswa untuk

menguasai kompetensi-kompetensi yang lebih tinggi. Langkah-langkah untuk

(27)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dasar yang dimaksud. (2) Menuliskan rumusan kompetensi dasarnya. (3)

Mengkaji kompetensi dasar tersebut untuk mengidentifikasi indikatornya dan

rumuskan indikatornya yang dianggap relevan tanpa memikirkan urutannya lebih

dahulu juga tentukan indikator-indikator yang relevan dan menuliskan sesuai

urutannya. (4) Mengkaji apakah semua indikator tersebut telah mempresentasikan

kompetensi dasarnya, apabila belum lakukan analisis lanjut untuk menemukan

indikator-indikator lain yang kemungkinan belum teridentifikasi. (5)

Menambahkan indikator lain sebelum dan sesudah indikator yang teridentifikasi

sebelumnya dan merubah rumusan yang kurang tepat dengan lebih akurat dan

mempertimbangkan urutannya.

5. Praktek Kerja Lapangan ( PKL )

Praktek Kerja Lapangan adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh

mahasiswa Analis Kesehatan dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuannya di

dunia kerja yang sesungguhnnya pada semester enam. Untuk memasuki dunia

kerja yang sangat kompetitif, mahasiswa tidak hanya dituntut mempunyai

kecerdasan intelektual namun harus mempunyai kemampuan dasar. Tiga

kemampuan dasar yang harus dimiliki adalah Knowledge (pengetahuan), Skill

(keterampilan) dan Attitude (sikap). Ketiga hal tersebut, tidak semua dapat di penuhi di bangku perkuliahan. Oleh karena itu, mahasiswa perlu mengaplikasikan

ilmu pengetahuannya di dunia kerja yang sesungguhnya. Hal inilah yang menjadi

latar belakang diadakannya Praktek Kerja Lapangan yang kemudian disebut PKL.

Selain sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan, tujuan

pelaksanaan PKL juga agar kemampuan dasar mahasiswa meningkat, mahasiswa

mampu menghadapi tantangan dunia kerja dan mampu menganalisis gejala yang

timbul dalam organisasi.

6. Kemampuan Kerja

Kemampuan (ketrampilan) kerja yaitu kemampuan, pengetahuan dan

penguasaan pegawai atas teknis pelaksanaan tugas yang diberikan. Setiap

(28)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

didukung beberapa faktor. Salah satunya adalah kinerja dari karyawan perusahaan

tersebut dalam mencapai produktivitas yang telah ditetapkan perusahaan. Kinerja

seorang karyawan dipengaruhi oleh beberapa variabel dimana salah satunya

adalah motivasi dan kemampuan. Istilah kemampuan kerja atau kinerja

merupakan pengalihbahasaan dari kata performance. Menurut Bernardin dan Russel (dalam Ruky : 2002) definisi performance adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu

selama kurun waktu tertentu. Kemampuan menekankan pengertian sebagai hasil

dari sebuah pekerjaan dan kontribusi mereka pada organisasi.

7. Kemampuan Dasar

Dalam hal ini yang di maksud kemampuan dasar adalah kemampuan

dalam menangani dan mengangkut sampel, melakukan tes dasar (pewarnaan

Gram dan pewarnaan Bakteri Tahan Asam), mengoperasikan mikroskop, dan

(29)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian

Standar asesmen pembelajaran sains dewasa ini telah mengalami

pergeseran penekanan dari “yang mudah dinilai” menjadi “yang penting untuk dinilai” (National Research Council/NRC, 1996). Penilaian pembelajaran sains dewasa ini lebih ditekankan pada pemahaman dan penalaran ilmiah. Tes

tradisional (paper and pencil test) yang hanya menilai pengetahuan ilmiah tidak sesuai lagi dengan tuntutan kurikulum (Mokhtari et al., 1996). Suatu penilaian berbasis kompetensi diperlukan untuk menilai pengetahuan, keterampilan dan

sikap. Pernyataan kompetensi menjelaskan hasil yang diharapkan dari kinerja dari

fungsi yang terkait secara professional, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

sangat penting untuk kinerja fungsi tersebut (Fletcher, 2005).

Mahasiswa di Sekolah Analis Kesehatan merupakan calon tenaga analis

kesehatan yang nantinya akan menjadi pelaksana tugas di laboratorium kesehatan

mulai dari menerima permintaan pemeriksaan sampai dengan pelaporan hasil

pemeriksaan. Untuk tahapan pekerjaan yang terkait langsung dengan teknik

laboratorium, diperlukan tenaga yang benar-benar mampu untuk

bertanggungjawab secara teknik di bidang laboratorium, yang mampu juga dalam

mengelola suatu laboratorium. Peningkatan profesionalisme tenaga analis

kesehatan dalam memberikan pelayanan pemeriksaan yang prima dituntut oleh

masyarakat juga dalam rangka menyelaraskan keterampilan yang dimiliki dengan

tuntutan keseluruhan stakeholder yang bergerak dinamis dan tuntutan ilmu dan

teknologi laboratorium yang terus berkembang, maka kebutuhan untuk

meningkatkan kualitas asesmen menjadi suatu kebutuhan yang paling mendesak.

Selama ini dosen di Sekolah Analis Kesehatan dalam memberikan

penilaian terhadap mahasiswa kebanyakan masih menggunakan asesmen

(30)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

atau prestasi pembelajaran. Mahasiswa menjadi pasif dan penilaian hanya

merupakan bagian integral program pembelajaran. Bukti penilaian diambil dari

hasil penugasan/ujian, jenis bukti ditentukan dalam silabus, serta penilaian

merujuk pada norma. Dengan demikian maka penilaian di Sekolah Analis

Kesehatan perlu dilakukan Asesmen Berbasis Kompetensi, yaitu penilaian kinerja

aktual di tempat kerja. Penilaian bersifat independen dari program pembelajaran.

Bukti penilaian dikumpulkan dari kinerja aktual di tempat kerja di dukung dengan

metode lain, serta penilaian merujuk pada kriteria dan bersifat individual.

Dalam asesmen bakteriologi klinis sebenarnya telah dilakukan proses yang

sesuai seperti yang dikehendaki oleh pengembang kurikulum, yaitu ada

pengetahuan dan keterampilan (teori dan praktek). Akan tetapi dalam

pelaksanaannya kurang optimal, karena penilaiannya lebih ditujukan untuk

memahami konsep bakteriologi klinis saja, dan kurang mengembangkan aspek

keterampilan lainnya, seperti keterampilan melakukan tugas per tugas, dan

keterampilan mengelola sejumlah tugas yang berbeda dalam melaksanakan

pekerjaan. Selama ini dalam asesmen bakteriologi klinis juga kurang ditekankan

pada kemampuan menanggapi kelainan dan kerusakan dalam pekerjaan

sehari-hari, padahal untuk asesmen bakteriologi klinis diperlukan tanggung jawab dan

harapan dari lingkungan kerja termasuk bekerja sama dengan orang lain. Untuk

meningkatkan kualitas asesmen bakteriologi klinis dasar yang terdiri atas

penanganan sampel, melakukan tes dasar, pengoperasian alat, dan bekerja aman,

maka dibuatlah model standar kompetensi yang dikembangkan berdasar pada

tugas atau pekerjaan yang dibutuhkan dari suatu bidang pekerjaan sesuai dengan

jenis dan sektornya dan dirumuskan ke dalam unit kompetensi, yaitu standar

kompetensi model Regional Model Competency Standards (RMCS).

Standar Kompetensi Model RMCS adalah Standar yang dikembangkan

berdasarkan pada tugas atau pekerjaan yang dibutuhkan dari suatu bidang

pekerjaan sesuai dengan jenis dan sektornya, dan dirumuskan kedalam unit

kompetensi– misalnya di sektor kesehatan, konstruksi, manufaktur, dsb. Konsep

dasar standar kompetensi model RMCS berfokus pada apa yang diharapkan dari

(31)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam pendidikan. Dengan kata lain menggambarkan dengan tepat apa yang

seseorang harus mampu lakukan dan tidak ada pelatihan tertentu yang harus

mereka lakukan. Ini juga mencakup kemampuan untuk mentransfer dan

menerapkan secara luas keterampilan dan pengetahuan dalam situasi dan

lingkungan baru. Deskripsi kompetensi harus menangkap cara kerja efektif

beroperasi tidak hanya pada daftar tugas mereka. Kompetensi didefinisikan

sebagai kemampuan individual untuk mengerjakan suatu tugas/pekerjaan sesuai

standar yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja. Seseorang

yang kompeten harus memenuhi empat dimensi standar kompetensi yang

meliputi: mampu melakukan tugas per tugas (Task Skills), mampu mengelola sejumlah tugas yang berbeda dalam melaksanakan pekerjaan (Task Management

Skills), mampu menanggapi kelainan dan kerusakan dalam pekerjaan sehari-hari (Contingency Management Skills), dan mampu menghadapi tanggung jawab dan

(32)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1 Paradigma Penelitian

(33)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam asesmen bakteriologi klinis dengan standar kompetensi model

RMCS ini diperlukan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga tujuan

asesmen untuk meningkatkan berbagai aspek seperti pemahaman bakteriologi

klinis, meningkatkan keterampilan melakukan tugas per tugas, keterampilan

mengelola sejumlah tugas yang berbeda, keterampilan menanggapi kelainan dan

kerusakan dalam pekerjaan, dan keterampilan menghadapi tanggung jawab dan

harapan dari lingkungan kerja dapat tercapai. Dengan demikian maka akan

diperoleh analis kesehatan yang berkualitas, yaitu tenaga analis kesehatan yang

menguasai konsep, keterampilan, berkarakter, cerdas dan memiliki kemampuan

yang prima dalam memberikan pelayanan pemeriksaan laboratorium.

B. Disain & Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Research and Development yang

diadaptasi dari model Dick & Carey, 2001 (dalam Gall, 2003). Disain penelitian

ini terdiri atas empat tahap yaitu: 1) Tahap persiapan, 2) Tahap rancangan dan

pengembangan, 3) Tahap uji coba dan perbaikan, 4) Tahap implementasi asesmen.

Karakteristik penelitian ini bersifat spesifik dan kontekstual, masalah yang

diselesaikan melalui pengembangan model dan perangkat asesmen merupakan

masalah yang spesifik dan nyata yang dihadapi oleh dosen pengampu mata kuliah.

Penyebab terjadinya masalah adalah kurangnya sarana pembelajaran terutama

praktikum dan kejenuhan dengan rutinitas kegiatan asesmen dari waktu ke waktu.

Waktu pelaksanaan penelitian berlangsung selama 12 bulan, mulai dari persiapan,

pelaksanaan program penelitian, evaluasi dan pengembangan asesmen, hingga

pelaporan.

1. Persiapan (Studi Pendahuluan)

Studi pendahuluan dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan.

Studi pustaka dimulai dengan kajian literatur berupa kajian terhadap materi

Bakteriologi Klinis dan pedagogi, khususnya penelitian terdahulu terkait Asesmen

(34)

Rudy Hidana, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK ANALIS KESEHATAN PAD A KERJA LAPANGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Studi lapangan dilakukan dengan mengamati pelaksanaan asesmen

bakteriologi klinis, tentang bagaimana kondisi mahasiswa, dosen, studi dokumen

kurikulum dan sarana yang mendukung proses asesmen di STIKes. Pengambilan

data lapangan dilakukan dengan menggunakan wawancara dan tes terhadap

mahasiswa analis kesehatan tentang penguasaan konsep bakteriologi klinis dan

keterampilan dalam praktikum. Setelah itu dilakukan identifikasi

kesulitan-kesulitan yang dialami mahasiswa di lapangan. Studi literatur menunjukkan

bahwa asesmen berbasis kompetensi menggunakan standar kompetensi model

RMCS memudahkan mahasiswa untuk memahami bakteriologi klinis, misalnya

menangani dan mengangkut sampel, melakukan tes dasar seperti pewarnaan Gram

dan pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA), mengoperasikan mikroskop, dan

bekerja aman sesuai prosedur dan kebijakan.

2. Tahap Perancangan dan Pengembangan

a. Merancang Strategi Asesmen

Strategi asesmen untuk bakteriologi klinis, terbagi atas enam kegiatan

asesmen, yaitu kegiatan penilaian mandiri, merencanakan dan mengorganisasi

asesmen, menyiapkan perangkat asesmen, melaksanakan asesmen dan

rekomendasi, umpan balik asesmen, dan kaji ulang pelaksanaan asesmen.

1) Kegiatan Penilaian Mandiri

Pada kegiatan ini mahasiswa diminta untuk menilai dirinya sendiri

terhadap unit-unit kompetensi yang diujikan. Mahasiswa mempelajari seluruh

standar kriteria unjuk kerja (KUK), batasan variabel, panduan penilaian dan aspek

kritis serta yakin sudah benar-benar memahami seluruh isinya. Mahasiswa

melaksanakan penilaian mandiri dengan mempelajari dan menilai kemampuan

yang dimiliki secara objektif terhadap seluruh daftar pertanyaan yang ada serta

menentukan apakah sudah kompeten atau belum kompeten. Mahasiswa

menyiapkan bukti-bukti yang dianggap relevan terhadap unit kompetensi, serta

Gambar

Gambar 3.1  Paradigma Penelitian
Tabel 3.1. Uji Hasil Pertimbangan Validitas Isi dan Validitas Muka
Tabel 3.2 Uji Hasil Pertimbangan Validitas Isi dan Validitas Muka
Tabel 3.4 Uji Hasil Pertimbangan Validitas Isi dan Validitas Muka
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian hasil belajar terdiri dari penilaian proses atau penilaian berbasis kelas dan penilaian berkala (uji kompetensi). Adapun tujuan penilaian adalah untuk: 1) memantau

Pengembangan LKS dimulai dari tahap analisis, yaitu 1) analisis tujuan yakni menentukan tujuan pembelajaran dan tujuan percobaan sesuai kompetensi dasar,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana mengembangkan instrumen penilaian berbasis HOTS pada kompetensi dasar Menerapkan Buku Jurnal Kelas X Akuntansi

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengembangkan instrumen penilaian berbasis HOTS pada Kompetensi Dasar Menganalisis jurnal penyesuaian kelas X SMK, (2) mengetahui

Tahap pengembangan (develop), bertujuan untuk menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) berbasis Project Based Learning (PjBL) pada Kompetensi Dasar Laporan

Sesuai dengan tujuan penelitian ini adalah menghasilkan prototype puzzle cardyang valid untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa sekolah dasar, maka prototype

Pengembangan LKS dimulai dari tahap analisis, yaitu 1) analisis tujuan yakni menentukan tujuan pembelajaran dan tujuan percobaan sesuai kompetensi dasar,

Tujuan penelitian adalah untuk: (1) Mengetahui kelayakan modul pembelajaran berbasis circuit wizard pada Kompetensi Dasar Menganalisis Rangkaian Listrik Arus Searah