• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pandangan tokoh-tokoh protagonis dan antagonis terhadap aborsi dalam novel aborsi karya Idayu Kristanti tinjauan sosiologi sastra - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pandangan tokoh-tokoh protagonis dan antagonis terhadap aborsi dalam novel aborsi karya Idayu Kristanti tinjauan sosiologi sastra - USD Repository"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

PANDANGAN TOKOH-TOKOH PROTAGONIS DAN ANTAGONIS TERHADAP ABORSI DALAM NOVEL ABORSI

KARYA IDAYU KRISTANTI TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Disusun Oleh EKA SUMARYATI

NIM : 044114008

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2009

(2)
(3)
(4)

SKRIPSI INI DIPERSEMBAHKAN KEPADA:

• Tuhanku Yesus Kristus

• Keluargaku yang tercinta, Bapak Usram Santosa, Ibu Sutarmi, dan Adik Wawan

• Elifas yang kusayangi dan semua orang yang kukasihi dan mengasihiku

• Kampusku yang keren

• Semua penghuni bumi Indonesia yang menolak adanya praktek aborsi karena anak yang

(5)

MOT T O

SABAR, BERUSAHA, DAN SELALU BERDOA

YAKIN BAHWA TUHAN SELALU IKUT BERKARYA DALAM HIDUP KITA

SEGALA SESUATUNYA AKAN INDAH PADA WAKTUNYA

GOD BLESS U ALL

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 4 Maret 2009

Penulis,

(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Eka Sumaryati

Nomor Mahasiswa : 044114008

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

”PANDANGAN TOKOH-TOKOH PROTAGONIS DAN ANTAGONIS TERHADAP ABORSI DALAM NOVEL ABORSI KARYA IDAYU KRISTANTI” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : Maret 2009 Yang menyatakan,

(8)

ABSTRAK

Sumaryati, Eka. 2009. ”Pandangan Tokoh-Tokoh Protagonis dan Antagonis Terhadap Aborsi dalam Novel Aborsi karya Idayu Kristanti: Tinjauan Sosiologi Sastra”. Skripsi Strata I. Yogyakarta: Prodi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana pandangan tokoh-tokoh protagonis dan antagonis terhadap aborsi dalam novel Aborsi karya Idayu Kristanti. Peneliti menganalisis latar, tokoh dan penokohan dalam cerita dan kemudian mengkaji bagaimana pandangan tokoh-tokoh protagonis dan antagonis dalam menyikapi permasalahan aborsi.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitan ini adalah pendekatan secara struktural dan pendekatan Sosiologi Sastra. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis, yaitu menganalisis fakta-fakta dan menjelaskan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, diakhiri dengan penyajian hasil analisis data.

Hasil dalam penelitian ini, yaitu (1) analisis sruktural meliputi tokoh, penokohan, dan latar, (2) analisis sosiologi sastra meliputi pandangan tokoh-tokoh protagonis dan antagonis terhadap aborsi.

Dalam cerita novel Aborsi karya Idayu Kristanti terdapat tokoh-tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis meliputi tokoh Melodi, Ibu Melodi, Kania Ephipania, Firdaus Malik, Denis Deo, dan Lenvin. Mereka adalah tokoh yang menolak adanya praktik aborsi. Tokoh antagonis meliputi Firdaus, Ayah Melodi, dan Dokter Sanusi. Mereka adalah tokoh yang menyetujui adanya praktik aborsi. Tokoh-tokoh tersebut terikat pada cerita yang sama yaitu yang mempermasalahkan aborsi dengan penggambaran latar tempat, latar waktu, dan latar sosial yang detil, sedangkan secara sosiologi mereka adalah tokoh-tokoh yang memiliki pandangan sendiri-sendiri yang pada akhirnya menyebabkan mereka untuk menyetujui atau menolak adanya praktik aborsi.

Analisis sosiologi sastra menghasilkan rumusan pandangan tokoh-tokoh protagonis dan antagonis terhadap aborsi. Pandangan tokoh-tokoh protagonis terhadap aborsi yaitu sebagai berikut; (i) aborsi itu bukanlah jalan satu-satunya untuk memecahkan masalah; (ii) aborsi itu merupakan pembunuhan; (iii) aborsi itu hanya membuat sedih; (iv) aborsi itu membahayakan nyawa; (v) aborsi itu tindakan yang berdosa; (vi) aborsi itu merampas hak hidup ciptaan Tuhan.

Pandangan tokoh-tokoh antagonis terhadap aborsi yaitu sebagai berikut: (i) aborsi itu dilakukan untuk menjaga nama baik keluarga; (ii) aborsi itu merupakan satu-satunya jalan keluar yang terbaik; (iii) aborsi dilakukan untuk menjaga keutuhan keluarga; (iv) aborsi dilakukan untuk menjaga persahabatan.

(9)

ABSTRACT

Sumaryati, Eka. 2009. ” Point of view of Protagonist and Antagonist

Character about Abortion in Novel ”Aborsi” by Idayu Kristanti: Literature Sociology Observed”. Bachelor degree Thesis.

Jogjakarta: Indonesian Literature Program Study, Literature Faculty, Sanata Dharma University.

This research examines about what is the opinion of the protagonist and antagonist characters concerning abortion in novel ”Aborsi” by Idayu Kristanti. The researcher analyzes the setting, character, and characterization in that story then examines what is the opinion of the protagonist and antagonist characters in abortion problem.

The approach that is used in this research is structural approach and literature sociology approach. The method that is descriptive analysis. It is a method that is done by analyzing and explaining the facts. The data collecting method is done by literature study and the final step is present the result of the data analyze.

The result of this research are (1) structural, that are plot, character, and setting analyses, (2) literature sociology that discusses the opinion of the protagonist and antagonist characters about abortion.

In novel ”Aborsi” by Idayu Kristanti, there are protagonist and antagonist characters. The protagonis characters are Melodi, Melodi’s Mother, Kania Ephipania, Firdaus Malik, Denis Deo, and Lenvin. These characters disagree with the abortion practice.The antagonist character are Firdaus, Melody’s Father, and Doctor Sanusi. They agree with the abortion practice. All characters are bound in the sane story that make a problem out of abortion by a detail description f place, time, and social setting. However, sociologically they have their own opinions that make them agree or disagree with abortion practice.

The analyze literature sociology result point of view of the protagonist and antagonist characters’ concerning abortion. Point of view of protagonist characters about abortion are: (i) abortion is not the only way to solve a problem; (ii) abortion is a killing; (iii) abortion can make sadness; (iv) abortion is dangerous for someone’s soul; (v) abortion is asinful act; (vi) abortion seizes the living right of God’s creatures.

The analyze of the antagonist characters’ opinion are: (i) abortion is done to keep the family’s name good; (ii) abortion is the best way to solve the problems; (iii) abortion is done to keep the family’s wholeness; (iv) abortion is done to keep a friendship.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasihNya yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sastra di Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Indonesia, Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma. Skripsi yang disusun penulis berjudul ”Pandangan Tokoh-Tokoh Protagonis dan Antagonis Terhadap aborsi dalam novel Aborsi karya Idayu Kristanti Tinjauan Sosiologi Sastra”.

Penulis menyadari bahwa dalam proses persiapan hingga penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Berdasarkan hal tersebut, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum. selaku dekan Fakultas Satra

2. Drs. B. Rahmanto, M.Hum dan S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas perhatian dan kesabarannya sehingga skripsi ini akhirnya terselesaikan.

3. Bapak Usram dan Ibu Tarmi, kedua orang tuaku yang selalu memberi dukungan doa, semangat, dan segala bentuk dukungan lainnya sehingga proses penyususan skripsi ini berjalan dengan lancar. Terima kasih atas pesan-pesannya semoga ini bisa membahagiakan bapak dan ibu.

(11)

5. Mas Elifas, atas komputer yang aku pakai untuk menulis skripsi juga bantuan doa dan kasih sayangnya yang memberiku kekuatan.

6. Dosen-dosen Sastra Indonesia atas bimbingan dan pengajaran yang diberikan. Pak Ari, Pak San, Pak Heri, Pak Yapi, dan Bu Tjandra.

7. Seluruh keluarga besar Universitas Sanata Dharma yang tidak pernah membuat kampusku sepi.

8. Keluarga besar Mbah Apuk yang selalu menemaniku dan mendukungku. 9. Teman-teman seperjuanganku di angkatan ’04 dan semua angkatan di

Sastra Indonesia. I love U all, my friends”.

10. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu kelancaran proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi yang disusun ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis bersedia dengan terbuka menererima masukan, kritik, dan saran terhadap skripsi ini.

Semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak yang membutuhkan dan dapat menjadi bahan kajian lebih lanjut. Terimakasih

Penulis,

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Tinjauan Pustaka ... 7

1.6 Landasan Teori ... 8

1.6.1 Teori Struktural ... 8

(13)

1.6.3 Pandangan ... 14

1.6.4 Aborsi ... 14

1.7Metode Penelitian ... 16

1.8Sumber Data ... 17

1.9Sistematika Penyajian ... 17

BAB II ANALISIS TOKOH, PENOKOHAN, DAN LATAR TERHADAP ABORSI DALAM NOVEL ABORSI KARYA IDAYU KRISTANTI... ... 18

2.1 Tokoh dan Penokohan ... 18

2.1.1 Tokoh Protagonis ... 20

2.1.2 Tokoh Antagonis ... 36

2.2 Latar ... 43

2.2.1 Latar Tempat ... 43

2.2.2 Latar Waktu ... 47

2.2.3 Latar Sosial ... 50

BAB III ANALISIS PANDANGAN TOKOH-TOKOH PROTAGONIS DAN ANTAGONIS TERHADAP ABORSI DALAM NOVEL ABORSI KARYA IDAYU KRISTANTI ... 55

(14)

3.1.2 Pandangan Tokoh Ibu Melodi terhadap Aborsi

dalam Novel Aborsi Karya Idayu Kristanti ... 66

3.1.3 Pandangan Tokoh Kania Ephipania terhadap Aborsi dalam Novel Aborsi Karya Idayu Kristanti ... 69

3.1.4 Pandangan Tokoh Firdaus Malik terhadap Aborsi dalam Novel Aborsi Karya Idayu Kristanti ... 71

3.1.5 Pandangan Tokoh Lenvin terhadap Aborsi dalam Novel Aborsi Karya Idayu Kristanti ... 75

3.2 Tokoh Antagonis ... 82

3.2.1 Pandangan Tokoh Farid terhadap Aborsi dalam Novel Aborsi Karya Idayu Kristanti ... 82

3.2.2 Pandangan Tokoh Ayah terhadap Aborsi dalam Novel Aborsi Karya Idayu Kristanti ... 87

3.3.3 Pandangan Tokoh Dokter Sanusi terhadap Aborsi dalam Novel Aborsi Karya Idayu Kristanti ... 91

BAB IV PENUTUP ... 97

4.1 Kesimpulan ... 97

4.2 Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sastra pada dasarnya adalah hasil dari cipta karya manusia yang memaparkan tentang hidup dan kehidupan. Dengan bahasa sebagai mediumnya, sastra menampilkan gambaran kehidupan manusia yang mencakup hubungan antara masyarakat dengan orang seorang, antara manusia, dan juga antara peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang sering menjadi kajian sastra. Sastra adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau dengan masyarakat (Damono, 1978 : 1).

Karya sastra sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Karya sastra tidak lepas dari dunia yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan semua itu mempengaruhi terciptanya hubungan antara pencipta karya sastra dengan pesan yang akan disampaikan oleh pengarang, agar dapat diterima oleh masyarakat.

(16)

Bahasa yang digunakan mempunyai fungsi ekspresif. Karyanya disebut karya yang imajinatif (Wellek dan Warren. Trj. Melani Budianta, 1990 : 3-11).

Karya sastra menurut ragamnya dibedakan atas prosa, puisi, dan drama. Cerita rekaan merupakan jenis karya sastra yang beragam prosa atau cerita fiksi. Karya sastra memang bersifat dulce et utile; menyenangkan dan bermanfaat. Demikian cerita rekaan sebagai suatu karya sastra seharusnya menarik dan menimbulkan rasa ingin tahu. Semua cerita rekaan ada kemiripan dengan sesuatu dalam hidup ini karena bahannya diambil dari pengalaman hidup. Pengalaman ini dapat berupa pengalaman langsung, yaitu pengalaman yang dialami secara langsung oleh pengarang, dapat juga berupa pengalaman tak langsung, yaitu pengalaman orang lain yang secara tak langsung sampai kepada pengarang (Sudjiman, 1988 : 11-13).

Mengacu dari situlah maka novel Aborsi karya Idayu Kristanti bisa dikatakan suatu bentuk prosa atau cerita fiksi. Cerita yang dipaparkan di dalamnya mencerminkan realitas kehidupan masyarakat. Dalam hal ini, karya Idayu Kristanti menyuguhkan kisah tentang fenomena aborsi sekarang yang sering terjadi di Indonesia.

(17)

Perdebatan aborsi di Indonesia akhir-akhir ini semakin ramai, karena dipicu oleh berbagai peristiwa yang mengguncang sendi-sendi kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Banyak orang bertanya mengapa tidak boleh melakukan aborsi? Apa salahnya melakukan aborsi?. Sudah bukan rahasia lagi bahwa masyarakat mengetahui adanya dokter-dokter tertentu atau klinik-klinik tertentu yang sering melakukan aborsi. Oleh karena sering melakukan aborsi mereka dianggap sebagai para pelaksana aborsi yang sah. Padahal menurut Kode Etik Kedokteran Indonesia (kodeki), KUHP, dan Undang-undang Kesehatan, aborsi dilarang karena alasan apa pun kecuali ada terdapat indikasi medis, sehingga praktik aborsi seperti yang selama ini berlangsung, sebenarnya adalah praktik ilegal (CB. Kusmaryanto, 2002 : xiv-xv).

Masalah aborsi di Indonesia masih menjadi kontroversi. Walaupun sudah ada undang-undang yang melarang tindak aborsi, namun hal itu masih terjadi dan kerap dijumpai di kalangan masyarakat, bisa dilakukan oleh siapa saja apa pun status sosial dan ekonominya. Aborsi merupakan proses pengeluaran janin secara paksa sebelum janin tersebut dapat hidup di luar kandungan.

(18)
(19)

Melodi juga memberikan nasehat pada Firdaus agar sadar dan membatalkan aborsi. Melodi tetap optimis menyelamatkan bayi Kania, agar ia dapat menebus semua kesalahannya pada masa lalu, dan ternyata Melodi pun berhasil. Melodi berhasil menyelamatkan bayi Kania dengan bantuan Lenvin, teman dalam dunia mayanya. Menurut tokoh Farid, ia menganggap aborsi itu sah-sah saja, selama masih berupa janin ia boleh di aborsi. Berbeda lagi dengan tokoh Ayah Melodi, apapun akan dilakukan untuk menutupi aib keluarga. Ia melakukan aborsi terhadap Melodi karena malu terhadap masyarakat, mempunyai cucu yang tidak punya ayah bahkan ayahnya tidak mau bertanggung jawab. Dalam novel ini terdapat banyak pandangan tokoh terhadap aborsi.

Dalam penelitian ini, penulis menganalisis pandangan tokoh terhadap aborsi dalam novel Aborsi. Dalam novel ini terdapat tokoh-tokoh yang pro dan kontra terhadap aborsi. Penulis akan menganalisis tokoh-tokoh yang berkaitan dengan aborsi dan menganalisis bagaimana pandangan tokoh-tokoh protagonis dan antagonis terhadap aborsi dalam novel Aborsi karya Idayu Kristanti.

(20)

merupakan sasaran dari tindakan aborsi, bagaimana tokoh bersikap dalam menanggapi masalah aborsi.

Penulis memiliki pandangan yang sama dengan penulis novel Aborsi ini dalam menyikapi masalah aborsi, menolak dengan tegas praktek aborsi dengan alasan apa pun. Penulis ingin agar di Indonesia ini menindak dengan tegas praktek aborsi. Dalam bentuknya yang paling sederhana. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk menjadikan novel Aborsi karya Idayu sebagai bahan kajian penelitian. Apalagi di Indonesia saat ini praktek aborsi masih terus terjadi.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian hanya dibatasi dan ditekankan pada permasalahan dibawah ini:

1.2.1 Bagaimanakah tokoh, penokohan dan latar dalam novel Aborsi karya Idayu Kristanti?

1.2.2 Bagaimana pandangan tokoh-tokoh protagonis dan antagonis terhadap aborsi dalam novel Aborsi karya Idayu Kristanti?

1.3Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian masalah ini adalah untuk

(21)

1.3.2 Mendeskripsikan dan menganalisis pandangan tokoh-tokoh protagonis dan antagonis terhadap aborsi dalam novel Aborsi karya Idayu Kristanti.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini tidak hanya untuk kepentingan penulis semata, tetapi penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan kajian karya sastra Indonesia terutama karya-karya yang mengangkat tema mengenai aborsi. Hasil pendekatan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pendekatan analisis karya sastra berdasar pada sosiologi sastra. Penelitian ini juga bermanfaat untuk menambah wawasan tentang permasalahan aborsi yang dalam hal ini fenomena tersebut bisa diangkat kedalam sebuah karya sastra.

1.5Tinjaun Pustaka

Novel Aborsi adalah novel pertama dari Idayu Kristanti. Ia saat ini menjaga rutinitasnya di sebuah bank swasta. Pada akhirnya menulis menjadi salah satu ekspresi kejenakaannya. Menulis membantunya berkembang menjadi pribadi yang lebih ekstrovert (Kristanti, 2002 : 160).

(22)

Ajaran mengenai aborsi dalam abad pertengahan tidak mengalami perubahan yang berarti karena memang sejak awal mula Gereja, aborsi selalu dipandang salah dan mendapatkan hukuman sebagai pembunuhan. Dari sejarah ini kita bisa belajar sesuatu yang sangat menarik. Meskipun dunia di sekitar Gereja Purba tumbuh dan berkembang, membiarkan dan melegalkan aborsi, tetapi Gereja sejak semula menentang keras aborsi itu. Penentangan ini terjadi secara konsisten dan terus-menerus. Tidak pernah terjadi dalam sejarah gereja di mana aborsi itu dipandang sebagai sesuatu yang legal dan diperbolehkan( CB. Kusmaryanto, 2005 : 41-43).

Aborsi dalam ajaran gereja ditolak dengan alasan apapun. Seperti Idayu Kristanti, menolak dengan tegas tindak aborsi, hal ini dapat dilihat dari novel Aborsi yang ia tulis. Dalam novel tersebut ia juga menuliskan saat bergabung

dalam Komunitas Anti Aborsi.

1.6Landasan Teori

Teori ini menggunakan teori struktural dan sosiologi sastra. Teori sturktural untuk membahas tokoh, penokohan dan latar, sedangkan teori sosiologi sastra untuk mengkaji pandangan tokoh-tokoh terhadap aborsi.

1.6.1 Teori Stuktural

(23)

karya sastra menyarankan pada pengertian hubungan antara unsur (instrinsik) yang bersifat timbal balik, saling menguntungkan, saling mempengaruhi yang secara bersamaan membentuk kesatuan yang utuh. Unsur instrinsik itu sendiri terdiri dari tokoh, penokohan, latar, tema, alur, dan gaya. Dalam penelitian ini, lebih ditekankan unsur instrinsik tokoh, penokohan, dan latar mengingat ketiga unsur tersebut sangat dominan dalam novel yang akan diteliti. Di samping itu dengan meneliti tokoh, penokohan, dan latar akan membantu penulis dalam mencari pandangan tokoh-tokoh protagonis dan antagonis yang terdapat dalam novel Aborsi karya Idayu Kristanti.

1.6.1.1 Tokoh

Tokoh ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan (Sudjiman,1988 : 16). Semua unsur cerita rekaan termasuk tokohnya, bersifat rekaan semata-mata. Tokoh itu di dalam dunia nyata tidak ada. Boleh jadi ada kemiripannya dengan individu tertentu di dalam hidup ini; artinya, ia memilih sifat yang sama dengan seseorang yang kita kenal di dalam hidup kita. Memang supaya tokoh dapat diterima pembaca, ia hendaklah memilih sifat-sifat yang dikenal pembaca, yang tidak asing baginya, bahkan yang mungkin ada pada diri pembaca itu (Sudjiman, 1998 : 17).

(24)

1. Tokoh utama dan tokoh tambahan.

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Sedangkan tokoh tambahan pemunculan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak terlalu penting, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tidak langsung (Nurgiyantoro, 1995:176).

2. Tokoh protagonis dan tokoh antagonis

Tokoh protagonis berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, sedangkan tokoh-tokoh itu sendiri tidak semua berhubungan satu dengan yang lain (Sudjiman, 1988:16). Tokoh protagonis juga menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan dan hararapan-harapan kita (Nurgiyantoro, 1995:178). Tokoh antagonis merupakan penyebab terjadinya konflik (Nurgiyantoro, 1995:176). Tokoh yang merupakan penentang utama dari protagonis disebut antagonis (Sudjiman, 1988:19).

Dalam penelitian ini digunakan sudut pandang tokoh protagonis dan tokoh antagonis.

1.6.1.2 Penokohan

(25)

Dalam penelitian ini akan dianalisis unsur penokohan karena dengan menganalisis unsur penokohan tersebut dapat ditemukan keterkaitan antara tokoh-tokoh dengan pandangannya terhadap aborsi.

1.6.1.3 Latar

Latar atau setting menurut Hudson via Sudjiman (1988 : 44) membedakan latar sosial dan latar fisik/latar material. Latar sosial mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, adat kebiasaan, cara hidup, kebiasaan dan lain-lain yang melatari peristiwa. Adapun yang dimaksud dengan latar fisik adalah tempat dalam wujud fisiknya, yaitu bangunan, daerah, dan sebagainya.

Menurut Kenney via Sudjiman (1988 : 44) latar secara terperinci meliputi penggambaran lokasi geografis, termasuk topografi, pemandangan sampai kepada perincian perlengkapan sebuah ruangan; pekerjaan atau kesibukan sehari-hari, para tokoh; waktu berlakunya kejadian, masa sejarahnya, musim terjadinya; lingkungan agama, moral, intelektual, sosial, dan emosional para tokoh.

Latar memberikan informasi situasi (ruang dan tempat) sebagaimana adanya. Latar juga berfungsi sebagai proyeksi keadaan batin para tokoh; latar menjadi metafor dari keadaan emosional dan spiritual tokoh (Sudjiman, 1988 : 44).

(26)

yang mencakup latar keluarga, budaya, ekonomi, pendidikan, agama, dan sebagainya.

1.6.2 Sosiologi Sastra

Sosiologi berasal dari bahasa Latin, yaitu socius dan social, yang berarti ’teman’, ’berteman, berserikat’. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antar manusia yang menguasai kehidupan itu. Oleh karena itu, sosiologi dengan sendirinya meliputi atau sedikitnya rapat bertalian dengan ilmu-ilmu masyarakat lainnya seperti ilmu hukum, ekonomi, ilmu jiwa, antropologi, dan ilmu lainnya. Hal ini menyebabkan sosiologi dikenal sebagai ilmu kemasyarakatan yang mempelajari manusia sebagai anggota golongan atau masyarakatnya dengan ikatan-ikatan adat, kebiasaan, kepercayaan atau agama, tingkah laku serta kebudayaan yang meliputi segala kehidupannya. Sosiologi mendasarkan pelajarannya kepada hubungan manusia dalam golongan dan antara golongan dengan golongan antar masyarakat yang terdiri dari masyarakat di kota besar dan di pedesaan beserta peralihannya, yaitu anggota masyarakat desa yang tinggal di kota (Shadily, 1984 : 1-13).

(27)

Meskipun sosiologi dan sastra adalah dua hal yang berbeda, namun dapat saling melengkapi. Hal ini dipahami karena objek sosiologi adalah manusia dan sastra pun demikian. Sastra adalah ekspresi kehidupan manusia yang tak lepas dari akar masyarakatnya. Pada intinya sastra merupakan cermin dari masyarakat (Endraswara, 2003: 78).

Hubungan antara sastra dan masyarakat dalam ilmu sastra disebut Sosiologi Sastra. Sosiologi Sastra adalah suatu telaah sosiologis terhadap suatu karya sastra. Sosiologi Sastra merupakan satu telaah sastra yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat dan tentang sosial serta tentang proses sosialnya (Semi, 1989: 52). Menurut Damono, Sosiologi Sastra merupakan sebuah pendekatan yang menganggap sastra sebagai lembaga sosial yang diciptakan oleh sastrawan yang juga bagian dari anggota masyarakat (2002 : 2).

(28)

1.6.3 Pandangan

Pandangan berarti pengetahuan atau pendapat. Pandangan hidup berarti konsep yang dimiliki seorang atau golongan dalam masyarakat yang bermaksud menanggapi dan menerangkan segala masalah di dunia ini.(KBBI, 1988: 643).

Pandangan hidup sepadan dengan sikap hidup. Sikap merupakan perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian; pendapat atau keyakinan (KBBI, 1988: 838).

Dari hasil teori di atas dapat kita simpulkan bahwa pandangan hidup merupakan pendapat seseorang berdasarkan pada pendirian dalam menanggapi segala sesuatu.

1.6.4 Aborsi

Aborsi (abortion) = berasal dari kata bahasa Latin abortio ialah pengeluaran hasil konsepsi dari uterus secara prematur pada umur janin itu belum bisa hidup di luar kandungan. Secara medis janin dapat hidup di luar kandungan pada umur 24 minggu. Secara medis aborsi berarti pengeluaran kandungan sebelum berumur 24 minggu dan mengakibatkan kematian; sedangkan pengeluaran janin sesudah berumur 24 minggu dan mati tidak disebut aborsi tetapi pembunuhan bayi (infanticide). Sedangkan dalam terminologi moral dan hukum, aborsi berarti pengeluaran janin sejak adanya konsepsi sampai dengan kelahirannya yang mengakibatkan kematian (C.B Kusmaryanto, 2005 : 15-16).

(29)

sel telur dan sperma) sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh. Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:

1. aborsi spontan/alamiah.

Aborsi spontan berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan kurang baiknya kualitas sel telur dan sperma.

2. aborsi buatan/sengaja.

Aborsi buatan adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana abosi (dalam hal ini dokter, bidan atau dokter beranak).

3. aborsi terapeutik/medis.

Aborsi terapeutik/medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau mempunyai penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang di kandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa http://www.aborsi.org/definisi.htm

Dari hasil pemaparan pengertian aborsi di atas, aborsi dapat disimpulkan sebagai tindakan kekerasan karena dengan paksa mengeluarkan janin yang belum dapat hidup di luar kandungan. Dengan kata lain aborsi dapat dikatakan sebagai tindak pembunuhan terhadap janin (anak) yang masih terdapat di dalam kandungan.

(30)

menggugurkan kandungannya. Dalam penelitian penulis juga tidak menemukan adanya aborsi lain, hanya ada aborsi yang dilakukan dengan disengaja.

1.7 Metode Penelitian 1.7.1 Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural dan Sosiologi Sastra. Pendekatan struktural adalah pendekatan yang membatasi diri pada penelaahan karya itu sendiri. Telaah berdasarkan segi intrinsik meliputi tokoh, penokohan, latar, tema, alur, dan gaya (Nurgiyantoro, 1995 : 36). Dalam penelitian ini, lebih ditekankan unsur instrinsik tokoh, penokohan, dan latar. Pendekatan sosiologis adalah pendekatan yang bertolak bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan masyarakat ( Semi, 1989 : 46).

1.7.2 Metode

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Secara etimologis, deskripsi dan analisis mempunyai arti menguraikan. Namun demikian, metode analisis tidak hanya menguraikan tetapi memberi pemahaman dan penjelasan (Ratna, 2004 : 53). Penelitian ini dilakukan dengan cara memaparkan fakta-fakta yang disusul dengan penjelasan.

1.7.3 Tehnik Pengumpulan Data

(31)

permasalahan penelitian. Data-data tersebut kemudian diklasifikasikan dan dikaji berdasarkan kriteria rumusan masalah hingga menemukan jawaban permasalahan. Tahap akhir adalah penyajian hasil analisis data.

1.8 Sumber Data

Judul Buku : Aborsi

Penulis Novel : Idayu Kristanti Tebal : 160 halaman Penerbit : Pinus Yogyakarta Tahun Terbit : 2006

1.9 Sistematika Penyajian

(32)

BAB II

ANALISIS TOKOH, PENOKOHAN, DAN LATAR TERHADAP ABORSI DALAM NOVEL ABORSI KARYA IDAYU KRISTANTI

Pada bab ini penulis akan mengemukakan analisis unsur-unsur tokoh, penokohan, dan latar pada novel Aborsi karya Idayu Kristanti. Analisis dilakukan dengan memperhatikan dan mengkaji unsur-unsur pembangun struktur novel. Tokoh, penokohan dan latar merupakan unsur pembangun karya sastra. Di sini ditekankan unsur tokoh, penokohan, dan latar dengan tujuan untuk mempermudah memahami karya sastra novel Aborsi.

2.1 Tokoh dan Penokohan

Menurut Sudjiman (1988 : 16), tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan. Menurut Nurgiyantoro (1995: 176), tokoh-tokoh cerita dapat dibedakan kedalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut pandang dan tinjauannya. Penokohan menurut Sudjiman (1988 : 23), penokohan adalah penyajian watak dan penciptaan tokoh.

(33)

dan menganalisis tokoh-tokoh yang berkaitan dengan aborsi. Tokoh yang ada dalam novel Aborsi meliputi tokoh protagonis, antagonis, dan tokoh tambahan.

(34)

2.1.1 Tokoh Protagonis

Tokoh protagonis adalah tokoh yang menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan dan harapan-harapan kita. Tokoh protagonis yang akan dianalisis yaitu, tokoh Melodi, Ibu Melodi, Kania Ephipania, Lenvin, Denis Deo, dan Firdaus Malik.

2.1.1.1. Melodi

Tokoh Melodi termasuk tokoh wanita protagonis. Hal ini dikarenakan tokoh inilah yang paling banyak diceritakan. Tokoh Melodi adalah korban tindak aborsi, karena kandungannya diaborsi secara paksa oleh ayahnya sendiri.

Tokoh Melodi digambarkan sebagai tokoh yang cantik, menarik dan berpola pikir modern. Dia penyayang dan lembut, peduli terhadap sahabatnya dibuktikan saat ia menjaga Kania yang sedang mengalami kebimbangan. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

(1) Wanita dengan nama GENTA , damn... sangat mempesona! Mengapa Tuhan begitu sempurna menciptakannya? Tidak adil...Ia begitu cantik, menarik, berpola pikir modern namun tak lepas dari sisi sensitif manusiawi. Dia begitu penyayang dan lembut (hlm.156).

(2) Sepeninggal Kania, aku tak mampu kembali melanjutkan mimpiku. Aku

memikirkan Kania. Menyadari aku mulai menyayanginya. Aku sangat peduli perubahan Kania yang menjadi sangat pemurung akhir-akhir ini (hlm.92).

(3) Kania yang tangisannya sudah mereda kembali tersedu. Ia mengatupkan mukanya di atas meja. Aku memeluknya erat memberi kekuatan (hlm.94).

(4) HARI ini Kania tidak masuk kerja. Sebelum berangkat kerja, aku

meninggalkan banyak pesan untuknya. Aku wanti-wanti Kania jangan

melakukan tindakan apapun. Aku menyarankan agar ia beristirahat (hlm.96).

(35)

bertanggungjawab. Melodi kecewa dengan Farid yang tanpa pikir panjang menyuruhnya untuk aborsi. Walaupun Melodi kecewa, ia tetap mencintai Farid. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

(5) Aku lebih terluka dibandingkan Farid karena aku yang mengalami. Karena proses itu tengah terjadi di dalam tubuh ini (hlm.11).

(6) Aku menanti keputusan dari bibirnya dengan membisu. Kuharap keputusan yang senada dengan harapku. Keputusan yang...

” Kamu harus menggugurkannya, Mel.” (hlm.12).

(7) Dan aku masih sangat mencintainya hingga detik ini...walau ia tidak menginginkan darah dagingnya sendiri (hlm.22).

Selain dikecewakan oleh kekasihnya, ia juga dikecewakan oleh Ayah. Ayah tidak mau menerima kehamilan Melodi. Ayah telah mengaborsi kandungan Melodi secara paksa dengan membohongi Melodi. Melodi sangat sedih telah kehilangan bayinya hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

(8) ABORSI. ABORSI!

Tidak adakah jalan lain?

Keputusan ayah membuatku lunglai untuk kedua kalinya. Sama seperti ketika aku mendengar kalimat yang sama dari Farid. Aku kira ayah akan lebih bijaksana mengambil solusi. Memberikan kedamaian untuk ibu serta solusi dan dukungan untukku (hlm. 22).

(9) Ayah melakukan persetujuan dengan Dokter Sanusi...ayah telah membuat persetujuan tanpa ibu dan aku tahu (hlm.47)

(10) Aku menyesal. Jadi ini adalah jawaban ketidak nyamananku berada di klinik Dokter Sanusi. Aku menyesal telah membiarkan semua ini terjadi. Aku menangis meraung-raung (hlm. 40).

(36)

(11) Tiba-tiba saja aku tidak mengenal pria yang sangat kucintai, yang kini berdiri mematung dihadapanku ini (hlm.11).

(12) Aku memang sudah gila, Farid...

Jangan salahkan cinta yang kutanam dan tumbuh di ladang yang tak dapat kita tuai bersama. Salahkan aku yang mencintaimu. Dan tak perlu salahkan dirimu yang mencintai perawan seperti aku (hlm.15).

Tokoh Melodi digambarkan sebagai tokoh yang mandiri, pekerja keras, tegas dalam berpendirian, percaya diri dan sedikit arogan. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

(13) Kehidupan dengan ritme yang padat. Perkerjaan yang menumpuk.

Lembur. Pulang malam. Kau tidak punya saudara disana. Tidak ada yang menjagamu. Kamu terlalu memaksakan diri untuk jadi mandiri, Anakku. Ayah tahu kau terlalu keras hati untuk tidak bergantung pada orang lain (hlm.21).

(14) “Kalau Ayah malu dengan kehamilan ini, lebih baik aku pergi,” kataku lirih tapi tegas (hlm.25).

(15) “Pergi menjalani pilihan hidupku, Ayah. Aku sedikit punya tabungan. Aku punya ketrampilan dan pengalaman bekerja (hlm.25).

(16) “Kikis sedikit jiwa aroganismu, Mel. Kamu terlalu terbiasa bisa. Tapi ada saat-saat kau membutuhkan orang lain,” kata Denis Deo lagi (hlm.55).

Tokoh Melodi pintar dan selalu menjadi anak kebanggaan orang tuanya, jeli selalu ingin tahu kejanggalan yang terjadi pada dirinya saat ia mengalami keguguran. Hal tersebut dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(17) Satu-satunya putri yang membanggakan dan berprestasi karena mampu menyelesaikan kuliah tepat waktu dan dengan hasil yang terbaik. Bekerja mapan di perusahaan besar di ibu kota. Lalu pulang membawa kehancuran (hlm.23).

(37)

Tokoh Melodi masih trauma untuk jatuh cinta lagi. Melodi memiliki pekerjaan yang mapan dan penghasilan yang tetap. Ia juga memiliki suami yang tampan dan mencintainya luar dalam. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut ini:

(19) Tuhan jangan buat aku jatuh cinta padanya!

Benarkah ada cinta pada pandangan pertama? (hlm.59).

(20) Aku menyetujui tapi sisi hatiku yang lain mengutuk. Betapa bodohnya aku membiarkan diriku terseret pada pesonanya. Ayolah Melodi, bangunlah dari pingsan panjangmu. Sudah terlalu lena kau biarkan Firdaus memikatmu...tapi rasa itu tetap tak mau pergi. (hlm.72).

(21) Dia memiliki pekerjaan yang mapan dan penghasilan tetap yang mampu mencukupi kebutuhannya. Ia memiliki suami yang tampan dan mencintainya luar dalam (hlm.156).

(38)
(39)

2.1.1.2 Ibu Melodi

Tokoh Ibu dalam novel ini digolongkan penulis dalam tokoh protagonis. Hal ini dikarenakan tokoh Ibu memiliki penampilan sesuai dengan pandangan-pandangan kita.

Secara fisik, tokoh ibu digambarkan sebagai sosok wanita yang sudah tua. Memiliki tangan yang mulai mengeriput, rambut legam dan matanya mulai sayu. Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini.

(22) Aku merasakan tangannya yang mengeriput mengusap pipiku. Menyibak anak-anak rambutku. Mengiris-iris pilu rasa dalam hatiku. Wajahnya terlihat lebih renta dari sebelum masalah ini terkuak. Rambutnya masih saja legam di usianya yang lebih dari setengah abad. Matanya yang sayu memancarkan kasih (hlm.24).

Tokoh Ibu digambarkan sebagai tokoh yang lembut dan penuh kasih sayang. Terlihat saat ibu memeluk Melodi. Ibu sangat menyayangi Melodi. Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(23) Ibu, wanita paling lembut yang pernah kukenal selama hidupku hanya menangis mengharap mampu menahanku untuk tak jauh darinya (hlm.43-44).

(24) Melihatku, ia datang menghampiri dan memelukku dengan penuh kasih. Ibu membimbing dan mendudukan aku di tepi ranjang (hlm.24).

Tokoh Ibu selalu menjadi penengah atau jembatan ketidak cocokan Melodi dengan ayah. Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(25) “Yah,” kita bisa minta tolong Dik Sanusi untuk merawat Melodi kan? Iya kan, Yah?” ibu menjadi jembatan antara bekunya hatiku dan hati ayah (hlm.29).

(40)

tidak ingin Melodi mengalami bahaya pasca-aborsi. Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(26) Kita tetap akan mempertahankan kehamilanmu dan membiarkan

seseorang mengadopsi anak itu setelah lahir nanti,” bujuk ibu lembut (hlm.26).

(27) Ibu mendekat dan memelukku.

“Ibu tunggu di luar ya, Sayang. Ibu harap semuanya baik-baik saja. Ibu percaya Dokter Sanusi akan melakukan yang terbaik,” ibu mencium kedua pipi dan keningku (hlm.32).

(28) Ibu marah karena bukannya ayah mencemaskan kesehatanku, tetapi

malah sibuk mencari laki-laki yang menodai putri tunggalnya (hlm.42).

(41)

2.1.1.3 Denis Deo

Tokoh Denis Deo termasuk dalam tokoh protagonis. Tokoh Denis Deo ini juga mempengaruhi penceritaan dalam novel. Tokoh Denis memiliki pandangan-pandangan yang sama dengan kita.

Tokoh Denis Deo adalah sahabat dekat Melodi sejak kecil. Denis baik, banyak akal, kekanak-kanakan, suka menggoda, kreatif dan usil. Denis sangat peduli terhadap Melodi. Dikatakan baik terbukti saat dia mau menolong Melodi untuk menyediki yang sebenarnya terjadi terhadap kandungannya. Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(29) DENIS Deo, sahabat jiwa, sahabat erat...(hlm.45).

(30) Usil, banyak akal, kekanak-kanakan, suka menggoda, kreatif tapi juga sangat melindungi. Beberapa teman pernah menjodohkan kami (hlm.54).

(31) Ditemani seorang sahabat, aku mengikuti kepergian Ayah. Aku bisa saja pergi sendiri tapi tentu ayah akan segera mengetahui bahwa aku mengikutinya dari belakang. Tapi menggunakan mobil Denis Deo, sahabatku itu, perhatian ayah dapat di belokkan (hlm.45).

Secara fisik, tokoh Denis Deo digambarkan sebagai seorang pria yang tampan. Denis Deo memiliki rambut lebat berwarna hitam dan legam. Selain itu, Denis juga bertubuh atletis. Tubuh besar, tinggi dan kekar. Hal ini dapat di tunjukan dalam kutipan berikut ini:

(32) Kini, setelah dewasa, Denis Deo menjelma menjadi pria yang sangat tampan, menurut banyak orang. Rambutnya yang hitam legam dan lebat cocok untuk model iklan sampo. Ditunjang dengan tubuhnya yang atletis. Sekilas Denis Deo mirip dengan Samuel Rizal dengan rambut sedikit panjang (hlm.54).

(42)

Denis Deo penuh pengertian dan selalu menghibur Melodi saat Melodi sedih karena mengetahui bahwa ayahnya bersekongkol dengan Dokter Sanusi. Denis sedih karena melihat sahabatnya sedih kandungannya telah diaborsi. Denis sahabat yang suportif. Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(34) Sahabatku itu membiarkanku melepaskan semua bebanku lewat air mata. Sesekali tangannya yang kekar merapatkan pelukannya. Dengan jemarinya, ia mengusap punggungku lembut (hlm.48).

(35) Inilah yang aku suka dari Denis Deo. Dia seorang sahabat yang selalu supportif. Denis Deo selalu memiliki kalimat-kalimat sugestif yang sangat positif. Itu juga yang membuatnya selalu terlihat bahagia (hlm.130).

Denis Deo juga mau mencintai Melodi walaupun Denis tahu kalau Melodi pernah mengalami masa lalu yang sangat pahit. Ia benar-benar tulus mencintai Melodi. Denis pun menikahi Melodi dan mereka hidup bahagia. Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(36) Dan kalau kamu mau, aku ingin mengubah hubungan pertemanan kita.

Kalau kamu punya perasaan yang sama denganku, aku ingin menikah denganmu (hlm.136).

(37) Matanya bening indah melekat dan menusuk jauh di dasar hatiku.

Ketulusan kasih sayangnya tak pernah kuragukan (hlm.137).

(38) “Genta Melodi, aku mencintaimu.” Aku juga, hmmm...

Aku rasa, aku juga mencintaimu... “Maukah kamu menikah denganku?” Sesederhana inikah menyatakan jawaban : “”Yes. I do.”(hlm.140-141).

(43)

sebagai saudaranya sendiri. Denis peduli terhadap Melodi terbukti saat ia mau membantu mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi terhadap kandungan Melodi sampai diharuskan diaborsi (31). Secara fisik, tokoh Denis Deo adalah seorang pria yang tampan, berambut hitam legam. Selain itu, Denis Deo juga bertubuh atletis, tinggi besar dan kekar (32) dan (33). Mengetahui Melodi sedih karena kandungannya diaborsi oleh ayahnya, Denis selalu menghibur dan memberikan suport kepada Melodi (34) dan (35). Denis mencintai Melodi, ia ingin mengubah pertemanan dan menikahi Melodi. Denis mau mencintai Melodi secara tulus dan akhirnya ia menikahi Melodi dan mereka hidup bahagia (36)-(38).

2.1.1.4 Kania Ephipania

Tokoh Kania Ephipania termasuk dalam tokoh protagonis. Tokoh Kania Ephipania menyebabkan Melodi dan Firdaus Malik berkonflik. Tokoh Kania juga mengalami konflik dengan dirinya sendiri.

Tokoh Kania adalah seorang pegawai di perusahaan Bonafit, ia adalah rekan kerja Melodi. Secara fisik, tokoh Kania Ephipania adalah seorang tokoh wanita yang mungil dengan energi besar, memiliki wajah yang manis, bola mata yang besar, bibir bulat penuh, dan memiliki kebiasaan menguncir rambut dikuncir ekor kuda. Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(39) Kania sudah bekerja di Pinastika Production selama tiga tahun (64).

(40) KANIA EPHIPANIA

(44)

Tokoh Kania memiliki hobi makan, mendengarkan musik dan olah raga. Kania cinta hidup sehat. Selain itu, Kania juga jago masak. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut ini:

(41) Kami doyan makan. Kami doyan musik...Pertemanan kami betul-betul

bersih. Kami doyan olah raga. Kami berdua cinta hidup sehat. Setiap Selasa dan Jumat berenang. Rabu senam aerobic (hlm.64-65).

(42) Sebagai balasannya, Kania yang jago masak sering jadi koki pribadi (hlm.65).

Tokoh Kania adalah korban paksa aborsi. Ia disuruh mengaborsi kandungannya. Kania merasa sedih karena kekasihnya tidak mau bertanggungjawab atas kehamilannya. Kania selalu murung dan tidak mau berangkat kerja. Kania mengalami depresi sampai-sampai ia ingin bunuh diri karena bingung menghadapi masalahnya dengan Firdaus. Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(43) Kania menangis semakin keras. “Farid...menginginkan... aborsi...”

(hlm.109).

(44) HARI ini kania tidak masuk kerja (hlm.96).

(45) Aku membayangkan hal-hal buruk terjadi pada Kania. Aku

menemukannya tertidur di meja dapur. Di tangannya terdapat sebotol obat-obatan (hlm.105).

Tokoh Kania sedikit tertutup dan mengalami depresi saat mengetahui hamil dan disuruh aborsi oleh Frdaus kekasihnya. Kania mencoba bunuh diri tetapi niatnya diurungkan karena ia takut berdosa. Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(46) Pacar, yang tak pernah diceritakannya padaku. Memang agak aneh,

(45)

(47) “Aku...takut... bunuh diri. Tadi aku sempat berpikir untuk menelan semua obat itu, Mel. Tapi aku takut dosa. Kenyataanya, aku memang orang yang berdosa. Aku perempuan kotor. Aku tidak bisa menjaga diri. Semuanya sudah berakhir.” (hlm.108).

Akhrirnya Kania menyadari bahwa perbuatannya salah. Ia akhirnya dapat hidup bahagia dengan kekasihnya karena Firdaus mau bertanggungjawab atas kehamilannya. Hal ini dapat ditunjukan pada kutipan berikut ini:

(48) Firdaus menyampaikan pada Kania tentang solusi yang aku tawarkan

tentang pengadopsian itu. Tapi Kania memutuskan untuk tetap merawat sendiri bayinya. Ia menginginkannya. Kania rela keluar dari Pinasthika demi keluarga kecil mereka (hlm.120).

Dari kutipan (39) sampai (48) di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh

(46)

itu dapat dicegah setelah Melodi menasehati dan memberitahu bahaya-bahaya pasca-aborsi. Melodi juga menasehati Firdaus agar mau bertanggung jawab. Setelah Melodi memberikan solusi, akhirnya Kania mau untuk melanjutkan kehamilannya dan Firdaus pun mau bertanggung jawab (48).

2.1.1.5 Firdaus Malik

Tokoh Firdaus Malik termasuk dalam tokoh protagonis. Tokoh Firdaus Malik menyebabkan konflik antara Kania dan Melodi. Tokoh Firdaus Malik juga berkonflik dengan dirinya sendiri.

Secara fisik, tokoh Firdaus Malik adalah seorang pria yang tampan, seksi, penuh wibawa, dan mempesona. Selain itu, Firdaus Malik juga memiliki dada yang kekar berkulit putih. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut ini:

(49) Aku belum pernah bertemu orang setampan pria di hadapanku ini. Aku mengakui ketampanan Tom Cruise. Aku mengagumi keseksian Brad Pitt. Aku menikmati kewibawaan Pierce Brosnan. Tapi pria ini kolaborasi dari ketiganya (hlm. 58).

(50) Ketika kubuka mata aku mendapati pemandangan yang sangat indah.

Sebuah dada kekar dengan kulit putih bersih terpapar di pupil mataku. Senyum mengembang di sudut bibirnya (hlm.77).

(51) “Dia kepala pimpinan cabang, Mel. Biasanya setiap enam bulan sekali confirm laporan ke kantor pusat untuk koordinasi (hlm.60).

Tokoh Firdaus Malik senang bercanda, dia juga pandai merayu wanita. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut ini:

(52) “Pinastika Production, selamat siang. Dengan Melodi, ada yang bisa saya bantu?” sapaku di telepon.

(47)

(53) “Justru sebaliknya, aku tertarik padamu.” “Come on!stop this fucking joke!”

“I am serious! Aku tertarik padamu sejak pertama kali melihatmu (hlm.74).

(54) “Katakan padaku Melodi, apakah kau merasakan getaran ketika ku

pegang tanganmu, seperti ini. “ia mempererat genggaman tangannya. “Atau ketika ku sentuh pipimu. Seperti ini. Dan lehermu...(hlm.74).

Firdaus Malik membuat Kania mengalami konflik dengan dirinya sendiri, saat Firdaus menyuruh mengaborsi kandungan Kania. Firdaus juga mengalami konflik dengan Melodi, saat Melodi melarang Firdaus untuk mengaborsi kandungan Kania. Melodi menasihati Firdaus, dan Firdaus pun mengalami kebimbangan antara takut dan ingin mengaborsi kandungan Kania. Akhirnya, Firdaus sadar dan mau bertanggung jawab menikahi Kania. Hal ini dapat di buktikan dalam kutipan berikut ini:

(55) Kania menangis semakin keras. “Farid... menginginkan... aborsi...” (hlm.109).

(56) “Kamu jangan menakutiku, Mel!” Firdaus menatapku dengan tatapan

nanar. Aku tak menyangka mendapati reaksi spontannya mendengar kalimatku terakhir. Aku sengaja memaparkan segala sesuatu yang telah kudapatkan hasil browsing di internet tentang aborsi...

Firdaus termenung. Tatapanya kosong menembus gelas yang digenggamnya (hlm.117).

(57) Kukabarkan padanya lewat email, Firdaus akan segera menikahi Kania Firdaus menyampaikan pada Kania tentang solusi yang aku tawarkan tentang pengadopsian itu. Tapi Kania memutuskan untuk tetap merawat sendiri (hlm.120).

(48)

Firdaus Malik senang bercanda dan pandai merayu wanita, terlihat saat ia merayu Melodi. Firdaus juga menyukai Melodi, ia tetap merayu dan berharap Melodi mau menjadi kekasihnya (52)-(54). Firdaus Malik membuat Kania panik dan mengalami depresi karena di suruh mengaborsi kandungannya (55). Firdaus pun mengalami konflik dengan Melodi mengenai rencana aborsi Kania karena Melodi menghalangi rencana Firdaus. Melodi menasehati Firdaus agar mau bertanggungjawab dan membatalkan niatnya untuk mengaborsi kandungan Kania. Melodi juga mencoba memaparkan segala resiko mengenai bahaya pasca-aborsi kepada Firdaus (56). Akhirnya, Firdaus Malik sadar setelah Melodi menjelaskan bahaya pasca-aborsi dan Firdaus mau bertanggung jawab menikahi Kania (57).

2.1.1.6 Lenvin

Tokoh Lenvin termasuk dalam tokoh pria protagonis. Di samping karena dia adalah korban aborsi dia juga bekerja sebagai konsultan anti-aborsi. Tokoh Lenvin memiliki pandangan-pandangan yang sama dengan kita.

Tokoh Lenvin adalah sahabat Melodi dalam dunia maya. Ia adalah seorang konsultan anti aborsi. Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(58) Salam persahabatan, Genta!

Aku telah menerima emailmu. Maaf agak lama merespon email darimu (hlm.102).

(59) Aku menggunakan nama depanku, Genta, dalam dunia mayaku....Solusi yang Lenvin berikan untuk surat-surat yang masuk ke kotak suratnya menggugah simpatiku. Kalimatnya berbeda dengan beberapa konsultan lainnya (hlm.103).

(49)

yang kekar. Lenvin adalah korban aborsi. Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(60) Walau dengan kedua kaki kecil tak bertulang. Mungkin akibat obat-obat yang dikonsumsi ibu waktu itu. Tetapi aku mempunyai dua lengan kekar yang mampu menopang tubuhku. Tuhan melengkapi tubuh rapuhku dengan jiwa yang sempurna (hlm.158).

(61) Walau ibu yang mengandung aku berusaha membunuhku dengan

memakan sebanyak-banyaknya nanas muda yang bukannyamembuatku mati, tapi hanya membuatnya sakit perut. Lalu ibuku berusaha memukul-mukul perutnya, yang berisi aku, supaya aku mati (hlm.157).

Walaupun ia cacat, namun ia sabar dan tabah. Ia bersyukur masih di beri kesempatan untuk hidup oleh Tuhan. Lenvin tidak mau mengeluh. Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(62) Tuhan Maha Pengasih, walau aku tidak diberinya tubuh yang sempurna, tetapi jiwaku cukup sempurna untuk merasakna kasih dan hadiratnya (hlm.158).

(63) Aku adalah di antara semua manusia yang paling diberkati secara

melimpah (hlm.158).

(64) Aku selalu bersyukur atas nikmat berkat dan indah karunia Tuhan atas hidupku yang sangat berharga. Aku seorang yang diberkati (hlm.157).

Lenvin tinggal di Yayasan. Lenvin orang yang mandiri, ia berusaha untuk tidak bergantung kepada orang lain. Hal tersebut dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(65) Aku dikirim ke yayasan. Disinilah aku menemukan banyak ibu baru.

Beberapa ayah baru. Tapi seiring perjalanan hidup yang menempaku, siapapun ayah dan ibu bagiku, hidup ini membentuk diriku menjadi ayah dan ibu bagi hatiku sendiri. Aku selalu berusaha mandiri. Dan aku mampu mandiri (hlm.158).

(50)

(67) Aku jatuh hati pada setiap tulisan dan keluhannya. Tentang sahabat yang hendak aborsi. Keluhan-keluhan yang sama kuhadapi tiap hari. Kadang kurasakan jenuh seiring dengan panggilan hati untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang harus mati bukan pada saatnya. Tapi sekali membaca email dari Genta ada sesuatu yang menyeruduk meminta perhatian lebih (hlm.151)

Dari kutipan (58) sampai (67) di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh Lenvin adalah sahabat Melodi dalam dunia maya. Mereka berkomunikasi dengan mengirim email. Lenvin selalu memberikan informasi tentang aborsi kepada Melodi (58) dan (59). Lenvin adalah tokoh korban aborsi. Ia dilahirkan secara paksa oleh ibunya. Oleh karena itu ia cacat, ia hanya memiliki tubuh dengan sepasang kaki kecil tak bertulang, dan dua lengan yang kekar. Walau demikian ia sabar dan tabah. Ia bersyukur masih di beri kesempatan untuk hidup oleh Tuhan. Lenvin sangat mensyukuri hidupnya yang sekarang walau ia tidak memiliki tubuh yang sempurna namun ia memiliki jiwa yang sempurna (60)-(64). Lenvin tidak mau dikasihani terus, ia ingin mandiri dan ingin pula membantu orang lain. Walau hanya lewat dunia maya ia bergabung menjadi konsultan anti aborsi membantu orang-orang yang ingin melawan aborsi. Ia yakin kalau hidupnya berguna dan bisa membantu orang lain, menyelamatkan jiwa-jiwa yang harus mati bukan pada saatnya, terutama membantu Melodi untuk menggagalkan niat aborsi Kania (65)- (67).

2.1.2 Tokoh Antagonis

(51)

2.1.2.1 Farid

Tokoh Farid termasuk dalam tokoh pria antagonis. Tokoh Farid inilah yang menyebabkan tokoh Melodi berkonflik. Melodi berkonflik dengan Farid dan orang tuanya. Selain itu, tokoh Farid juga berkonflik dengan dirinya sendiri.

Secara fisik, tokoh Farid digambarkan sebagai seorang tokoh pria yang tampan dan lembut. Hal itu ditunjukan lewat kutipan berikut ini:

(68) Pria tampan di hadapanku berdiri kaku menatapku dengan tatapan

tegang. Ia menahan nafasnya dengan berat (hlm.11).

(69) Farid, kekasihku yang lembut. Yang membuatku jatuh cinta sejak

pertamakali aku mengenalnya (13).

Farid adalah seorang pria matang penuh kharisma, memiliki gaya bicara yang hangat dan senyum yang damai, Farid bekerja sebagai pimpinan perusahaan Bonafid. Hal ini dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut ini:

(70) Farid, pria matang penuh kharisma, sebagai pimpinan perusahaan. Saat itu aku tahu, aku telah jatuh cinta padanya. Senyumnya yang damai, suaranya yang berat dan menyenangkan, dan cara bicaranya yang hangat (hlm.13).

Tokoh Farid digambarkan juga sebagai tokoh pria yang tidak setia karena ia selingkuh, menjalin cinta secara diam-diam dengan Melodi sampai Melodi hamil. Padahal Farid sudah memiliki istri dan dua orang anak. Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini.

(71) Itu pula mengapa hubungan cinta kami yang rahasia terasa sempurna. Selama menjalin hubungan dengannya, tak ada satupun karyawan yang mengetahui kisah asmara yang terjalin ini. Kami tahu, kami bermain api. Tapi kami bermain dengan rapi (hlm.14).

(72) ”AKU PUNYA KELUARGA, MEL! APA KATA ISTRI DAN DUA

(52)

(73) ”Aku akan bertanggungjawab, ”katanya kemudian membuat senyumku merekah. Hatiku bersorak. Aku tahu tahu Farid memiliki hati yang lembut dan tidakakan tega melukaiku maupun janin yang sedang bertumbuh di dalam tubuhku (hlm.14).

Farid juga memiliki konflik terhadap dirinya sendiri, ia ingin bertanggung jawab atas kehamilan Melodi tetapi Farid tidak bisa menikahinya karena ia sudah berkeluarga. Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(74) “Maafkan aku, Sayang, maafkan aku membentakmu. Bukan maksudku

melukai hatimu. Aku yang sudah gila. Aku tergila-gila padamu. Aku mencintaimu. Aku hanya tak bisa menikahimu. Gugurkan kandunganmu, dan kita masih tetap bisa mencintai seperti yang lalu,” bisiknya kemudian berulang-ulang (hlm.16).

(75) Farid terpekur dihadapanku. Aku tahu, masih ada perang batin yang

bergejolak dalam hatinya. Dan kuharap perang antara nurani dan ego dalam dirinya dimenangkan oleh nurani, sehingga keputusan yang diambil sesuai dengan harapanku (hlm.14).

Walaupun Farid egois dan tidak mau bertanggung jawab atas kehamilan Melodi, tetapi ia perhatian. Farid mengirim uang secara diam-diam ke rekening Melodi untuk biaya hidup Melodi dan anaknya. Hal ini dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut ini:

(76) Aku mendapatkan uang pesangon untuk bekal hidupku kemudian nanti. Dan di belakang hari, ternyata Farid juga mentransfer sejumlah uang yang sangat besar ke rekening tabunganku (hlm.17).

(53)

mempunyai dua orang anak tapi selingkuh dengan Melodi sampai Melodi hamil (71)-(73). Farid bingung, ia ingin bertanggung jawab dengan menikahi Melodi tetapi tidak mungkin karena ia sudah beristri. Karena takut perselingkuhannya diketahui maka ia menyuruh Melodi untuk mengaborsi kandungannya. Farid pun mengalami konflik dengan dirinya sendiri (74) dan (75). Walaupun Farid tidak mau bertanggung jawab untuk menikahi Melodi, tapi secara diam-diam ia mengirim uang dengan jumlah yang cukup besar ke rekening Melodi untuk biaya hidup Melodi dan anaknya sendiri yang sedang dikandung Melodi (76).

2.1.2.2 Ayah Melodi

Tokoh Ayah termasuk dalam tokoh antagonis. Tokoh Ayah merupakan pelaku aborsi. Tokoh Ayah mempengaruhi alur dan banyak diceritakan. Tokoh Ayah juga menyebabkan konflik antara Ibu, Ayah dan Melodi. Konflik juga terjadi pada diri Ayah sendiri.

Secara fisik, tokoh Ayah digambarkan sebagai seorang pria yang gagah dengan postur tubuh yang tinggi besar dan sehat. Ayah adalah orang yang rajin olah raga. Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(77) Ayah adalah lelaki gagah dengan tubuh tinggi besar dan selalu sehat. Olah raganya sederhana saja, jalan kaki mengelilingi kampung setiap pagi hari selama kurang lebih satu jam (hlm.25).

(54)

(78) Ayah memiliki raut wajah yang tegas dan berwibawa. Ayah adalah tipikal orang tua pada jamannya. Keras, tegas, berwibawa dan disiplin (hlm.25).

Menurut Ayah, apa yang ia anggap baik merupakan hal yang baik pula bagi orang lain. Ayah tidak peduli pendapat orang lain. Ayah merupakan pria yang memiliki sifat egois. Terbukti saat ia memutuskan aborsi terhadap Melodi. Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(79) Ayah selalu mempertahankan apa yang ia anggap baik. Yang terbaik

baginya adalah yang terbaik bagi semuanya, sayangnya aku juga mewarisi sifat keras itu (hlm.25).

(80) “DAN SOLUSI IBU? AYAH SUNGGUH TIDAK YAKIN DENGAN

YANG KAMU PIKIR, BU! MAU DITARUH DIMANA MUKA KITA, HAH? AYAH MASIH BERPIKIR SEHAT, MELODI! (hlm.28).

(81) AYAH INGIN YANG TERBAIK UNTUKMU. LAKUKAN SEKALI

INI, NURUT SAMA AYAH. LAKUKAN APA YANG TERPIKIR AYAH SEBAGAI SOLUSI,” Ayah masih berkata-kata penuh api (hlm.28).

Tokoh Ayah selalu berusaha melakukan hal yang ia anggap baik, menurutnya aborsi adalah hal yang baik oleh karena itu ia mencari cara agar dapat mengaborsi kandungan Melodi. Sampai ia berbohong dan bersekongkol dengan sahabatnya yaitu Dokter Sanusi. Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(82) Ayah menjelaskan semuanya....

Seandainya aku meneruskan kehamilanku akan dapat membahayakan kesehatanku. Dokter Sanusi meminta persetujuan ayah untuk mengambil jalan yang terbaik untuk kesehatanku (38).

(55)

Dari kutipan (77) sampai (83) di atas, dapat disimpulkan bahwa secara fisik tokoh Ayah gagah memiliki postur tubuh yang tinggi besar dan sehat (77). Selain itu, Ayah memiliki raut wajah tegas dan berwibawa (78). Mengenai sifat, Ayah memiliki sifat yang keras dan disiplin. Ayah selalu berpikir bahwa apa yang ia anggap baik merupakan hal yang terbaik pula bagi orang lain. Ia egois karena tidak pernah peduli terhadap pendapat orang lain (79)-(81). Menurut Ayah, mengaborsi kandungan Melodi adalah jalan yang baik maka ia berusaha mencari cara agar dapat melakukannya. Akhirnya Ayah berhasil mengaborsi kandungan Melodi dengan membohonginya. Ayah berbohong bahwa kandungan Melodi berbahaya, maka langkah yang terbaik mengaborsi kandungannya. Ayah telah bersekongkol dengan Dokter Sanusi dimana dokter adalah sahabat Ayah sendiri (82) dan (83).

2.1.2.3 Dokter Sanusi

Tokoh Dokter Sanusi adalah termasuk tokoh antagonis. Dokter Sanusi adalah pelaku aborsi. Dokter Sanusi menggugurkan kandungan Melodi. Ia membohongi Melodi bahwa akan memeriksa kandungannya.

Secara fisik, Dokter Sanusi digambarkan sebagai seorang dokter dengan tubuh besar. Memiliki rambut keriting dan kulit legam tapi bersih. Selain itu, Dokter Sanusi juga memiliki senyum yang menawan, hidung yang bangir dan mata yang tajam. Hal tersebut dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(56)

Dokter Sanusi ramah, dan akrab terhadap Ayah Melodi karena mereka sudah bersahabat sejak lama. Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(85) Dokter Sanusi menyambut kami dengan ramah. Rupanya ayah telah

mengabarkan kedatangan kami semalam (hlm.32).

(86) Terakhir, ia menjabat serta memeluk penuh keakraban pada ayah.

Mereka sudah bersahabat sejak lama (hlm.23).

Dokter Sanusi tidak profesional dalam bekerja. Terbukti saat ia membohongi Melodi untuk mengaborsi kandungannya. Ia memberikan anestesi terhadap kandungan Melodi. Padahal ibu hamil tidak boleh diberi anestesi. Dokter Sanusi melakukan praktek ilegal. Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan-kutipan berikut ini:

(87) “Ayo kita mulai saja, ” katanya kemudian. Sebentar nanti kami akan melakukan anestesi ringan untuk memeriksa kandunganmu. Kamu tidak keberatan, kan?” tanya Dokter Sanusi simpatik (hlm.32).

(57)

2.2 Latar

Latar dalam sebuah cerita biasanya meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Dalam novel ini yang paling dominan adalah latar waktu.

2.2.1 Latar Tempat

Latar tempat dalam novel ini berada di Jakarta, khususnya di perusahaan Bonafid, hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

(88) Jakarta, Akhir September 2004...(hlm.11).

(89) Aku masih ingat, setahun yang lalu aku bertemu muka dengan Farid di sini, di perusahaan idaman ku ini. Sejak kuliah aku sudah mengincar untuk bekerja di sini. Perusaaah Bonafid yang bergengsi (hlm.13).

Selain di Jakarta latar tempat novel ini terjadi di Mojotengah yaitu di rumah Melodi. Latar tempat di rumah Melodi meliputi kamar tidur Melodi, kamar orang tua Melodi, di ranjang. Hal tersebut dapat di lihat dalam kutipan berikut ini:

(90) Mojotengah, Oktober 2004

Kepulanganku disambut dengan penuh kebahagiaan oleh ayah dan ibu. Pelukan ayah dan air mata kerinduan ibu. Aku sungguh-sungguh menikmati kedamaian yang hilang selama kurang lebih tujuh tahun dalam hidupku yang penuh keriuhan dan hingar bingar metropolitan (hlm.19).

(91) Malam itu aku tak bisa tidur. Mataku terlalu lelah untuk menangis. Tapi tak juga kelelahan ini mampu mengantarku ke gerbang mimpi. Dalam kesunyian malam, telingaku menangkap isak tangis dari kamar sebelah (hlm.23).

(58)

Latar tempat novel ini juga terjadi di klinik Dokter Sanusi. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini:

(93) Klinik Dokter Sanusi semacam rumah sakit bersalin yang ditanganio oleh beberapa perawat. Dokter Sanusi sendiri hanya berada di klinik itu tiap hari Sabtu dan Minggu (hlm.31).

Latar tempat juga terjadi di halaman rumah kosong, di atas pohon mangga. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini:

(94) Di halamannya yang super luas itu ditanami bermacam pohon buah. Ada rambutan, kelengkeng, manggis, kweni (sejenis mangga dengan daging buahnya yang berserat), jambu, dan masih banyak lagi. Favorit kami adalah pohon mangga dengan buah yang sangat lebat. Pohon kekar dengan cabang yang nyaman diduduki, kami betah berlama-lama diatasnya. Sering kami membawa pisau dan memetik serta mengupas dan memakannya langsung dari atas pohon (hlm.50).

Latar tempat terjadi di dalam mobil Denis Deo, saat Denis menemani Melodi untuk menyelidi Ayahnya.. Hal tersebut dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(95) Dalam mobil Denis Deo aku melepas semua emosiku. Kemarahanku.

Kekecewaanku. Kesedihanku. Kehilanganku...(hlm.48).

Latar tempat terjadi di terminal dan di dalam bis. Di terminal, saat Melodi ingin pergi mencari pekerjaan dan diantar oleh Denis. Hal tersebut dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(96) Diiringi pelukan dan ciuman penuh cinta dari ibu dan tatapan yang tak dapat terdefinisikan dari ayah, aku diantar Denis Deo sampai terminal. Ada sebongkah harapan yang menyenangkan untuk menyambut hari baru (hlm.55).

(59)

Latar tempat novel ini terjadi di Surabaya. Meliputi perusahaan Pinastika Production, Sunday cafe, di dalam mobil Melodi, tempat clubbing, dan warnet. Hal tersebut dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(98) Surabaya, Juni 2005

Aku belum pernah bertemu orang setampan pria di hadapanku ini. Aku mengakui...(hlm.58).

(99) “Pinastika Production, selamat siang. Dengan Melodi, ada yang bisa saya bantu?” sapaku di telepon.

“Disini Pinastika Production juga. Selamat siang juga. Disitu Melodi, disini Memori,”...(hlm.63).

(100) AC mobil kupasang maksimal. Lagu jazz lembut mengiringi perjalanan kami menuju Sunday Cafe yang hanya buka setiap Minggu pagi sampai sore hari dengan menu-menu makanan ringan (hlm.69).

(101) Kania sedang tidak berada dirumah. Kania menginap disalah satu

teman setelah sebelumnya clubbing. Aku terlalu lelah. Lagi pula hari hujan(hlm.76).

Latar tempat juga terjadi di paviliun Melodi, tempat tinggal Melodi saat bekerja di Surabaya. Meliputi dapur, kamar mandi, di luar pintu kamar mandi, kamar tidur, dan di sofa bed. Hal tersebut dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(102) Pernah seharian penuh dihari Minggu Firdaus menjadi teman kencanku karena Kania sedang pulang ke Sukabumi. Tempat kost ini berupa Paviliun yang memungkinkan Firdaus mengeksplorasi setiap sudut rumahku, kecuali kamar pribadiku. Dengan sigap ia membantuku di dapur (hlm.73).

(103) Firdaus masuk ke kamar mandi cukup lama. Aku berinisiatif

meminjamkannya kaos oblong yang cukup besar untuk ukuran tubuhnya (hlm.77).

(104) “ FIRDAUS, LEPAS SAJA KAOSMU LALU CUCI DAN

(60)

Latar tempat novel ini juga terjadi di paviliun Kania. Meliputi kamar tidur, sudut dapur, dan meja dapur. Hal tersebut dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(106) Beberapa malam terakhir ini aku memaksa menemani tidurnya. Kini, aku yang lebih sering tidur di paviliunnya. Aku kuatir sesuatu terjadi padanya (hlm.91).

(107) Sampai suatu malam ketika aku terlelap disandingnya, HP Kania

berdering. Kania yang ternyata belum terlelap, segera meraihnya. Awalnya ia berbicara dengan berbisik. Lalu ia keluar dari kamar. Aku meneruskan tidurku (hlm.91-92).

(108) Ternyata Kania berada disana. ‘Berdua’ ia mojok di udut dapur dengan seseorang di seberang. Aku tak berkomentar,...(hlm.92).

(109) Aku membayangkan hal-hal buruk terjadi pada Kania. Aku

menemukannya tertidur di meja dapur. Di tangannya terdapat sebotol obat-obatan (hlm.105).

Latar tempat novel ini juga terjadi di warnet, saat Melodi mencari informasi tentang aborsi. Hal tersebut dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(110) Malam itu aku pulang dari warnet sangat larut. Aku merasa tubuhku sangat lelah. Aku ingin segera menenggelamkan tubuhku dalam selimut dan bantal yang empuk (hlm.104-105).

Latar tempat terjadi di Yayasan. Saat Lenvin di kirim ke Yayasan untuk dirawat.. Latar tempat juga terjadi di kuburan, saat ibu Lenvin dikuburkan. Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(61)

2.2.2 Latar Waktu

Latar waktu dalam novel ini adalah akhir September tahun 2004. Hal tersebut dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(112) Jakarta, akhir September 2004

Pria tampan di hadapanku berdiri kaku menatapku dengan tatapan tegang. Ia menahan napasnya...(hlm.11).

Latar waktu terjadi pada bulan Oktober tahun 2004 dan Juni tahun 2005. Hal tersebut dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(113) Mojotengah, Oktober 2004

Kepulanganku disambut dengan penuh kebahagiaan oleh ayah dan ibu (hlm.19).

(114) Surabaya, Juni 2005

Aku belum pernah bertemu orang setampan pria di hadapanku ini. Aku mengakui...(hlm. 58).

Latar waktu juga terjadi pada bulan Mei tahun 2006, tanggal 13, 14 dan 16. Saat Melodi berkenalan pertama kali dengan Lenvin. Melodi membaca email dari Lenvin dan bertanya lebih banyak mengenai aborsi serta solusinya. Hal tersebut dapat ditunjukan dala kutipan berikut ini:

(115) 13 Mei

Salam persahabatan , Genta!

Aku telah menerima emailmu (hlm.102).

(116) 13 Mei

Lenvin, pada usia berapa sesungguhnya janin memiliki nyawa? (hlm.103).

(117) 14 Mei

Tolong, Lenvin!

(62)

(118) 16 Mei

Tuhan tidak pernah memberikan cobaan diluar kemampuan kita untuk

mengatasinya. Ingat: aborsi bukanlah JALAN KELUAR! Aborsi

hanya akan membuat masalahnya semakin besar (hlm.104).

Latar waktu terjadi pada bulan Mei tahun 2006, tanggal 20 dan 22. Saat Lenvin mengirim email kepada Melodi. Lenvin membujuk Melodi untuk bergabung ke dalam komunitas anti aborsi tetapi Melodi menolaknya. Hal tersebut dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(119) 20 Mei

Mereka ingin mengenalmu lebih dekat. Atau lebih tepatnya, mengajakmu bergabung dengan kami.

Semangatmu kami butuhkan disini untuk mengajak sahabat-sahabat yang lain untuk menentang praktek aborsi ilegal. Bagaimana, tertarik? (hlm.121).

(120) 22 Mei

Lenvin, Sahabatku

Terus terang aku tertarik dengan tawaran teman-teman disana. Tapi aku tak cukup percaya diri untuk menjadi salah satu pemberi solusi atau sekedar pemberi semangat dalam komunitas resmi kalian (hlm.121).

Latar waktu terjadi pada bulan Agustus tahun 2006, tanggal 25 dan 31. Kemudian latar waktu terjadi pada bulan Sepember tanggal 8 dan 9. Saat Melodi mengirim email kepada Lenvin untuk bertemu dan memberitahukan hari ulang tahun serta dirinya dimasa lalu. Hal tersebut dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:

(121) 25 Agustus Dear Lenvin

Kau belum membalas emailku. Kau juga belum menjawab pertanyaanku. Aku ingin bertemu denganmu. Ada yang harus aku bicarakan denganmu (hlm.137).

(122) 31 Agustus

Lenvin, Sahabatku.

Kau marah padaku karena aku mengharap pertemuan?

Referensi

Dokumen terkait

(3) Analisis aspek sosial dalam novel Garis Perempuan karya Sanie B. Kuncoro adalah sebagai berikut: a) kemiskinan: kemiskinan struktural dan kultural, b) lingkungan

Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana latar belakang sosial budaya novel Surga Retak karya Syahmedi Dean, bagaimana struktur yang membangun novel

Pandangan dunia tokoh marginal dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer dan implikasinya pada pembelajaran Satra di Sekolah Menengah Atas (SMA)

peneliti telah menetapkan masalah tentang bagaimana struktur pembentuk novel, bagaimana aspek kepribadian tokoh utama dan tujuan penelitian sejak awal penelitian. Sedang

Adat yang berlaku pada suku Dani melarang perempuan mendekati rumah adat yang berisi peralatan perang karena darah yang keluar setiap bulan dianggap dapat menghilangkan tuah pada

Kesimpulan yang didapat adalah jika hasil yang mendominasi tersebut mengarah ke sikap positif maka dapat dikatakan sikap Endar Prasasti sebagai seorang bisu tuli dapat

vi Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi berjudul “Gagasan Semaoen tentang Partai Komunis Indonesia dalam Novel Hikayat Kadiroen Karya Semaoen Kajian

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, maka kesimpulan penelitian ini diuraikan sebagai berikut. a) Hegemoni pada aspek