• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV - 2013

1

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Asesmen Ekonomi

Badan Pusat Statistik (BPS) Kepulauan Riau menetapkan angka final PDRB untuk tahun 2012 bersamaan dengan publikasi PDRB tahun 2013. Penetapan angka final PDRB tersebut menyebabkan perubahan angka pertumbuhan PDRB 2012 yang cukup besar yaitu dari angka sementara sebesar 8,21% (yoy) menjadi 6,82% (yoy). Perubahan angka pertumbuhan terjadi pada seluruh sektor ekonomi. Demikian juga terdapat perubahan angka sementara PDRB triwulan I-2013 sampai dengan triwulan III-2013 menyebabkan perubahan pertumbuhan ekonomi triwulan I-2013 dari 7,96% (yoy) menjadi 7,91% (yoy), perubahan pertumbuhan ekonomi triwulan II-2013 dari 5,17% (yoy) menjadi 5,99% (yoy), dan perubahan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2013 dari 3,48% (yoy) menjadi 5,72% (yoy).

Perekonomian Kepulauan Riau pada triwulan IV-2013 maupun secara kumulatif tahun 2013 mengalami perlambatan. Pada triwulan IV-2013, ekonomi Kepulauan Riau tercatat tumbuh sebesar 5,02% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,72% (yoy), juga lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan IV-2012 sebesar 8,06% (yoy). Adapun pertumbuhan ekonomi kumulatif tahun 2013 tercatat sebesar 6,13%, melambat dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2012 yang tercatat sebesar 6,82% (yoy).

Tabel

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Sisi Permintaan (yoy)

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV*

Konsumsi Rumah Tangga 4.30% 5.38% 7.85% 10.90% 7.14% 9.59% 7.37% 5.97% 4.85% 6.88%

Konsumsi Lembaga Swasta 5.27% 5.66% 5.38% 6.53% 5.72% 5.72% 5.74% 3.01% 3.29% 4.16%

Konsumsi Pemerintah 6.54% 6.70% 7.19% 7.23% 6.92% 8.65% 5.96% 4.98% 4.60% 5.99%

Pembentukan Modal Tetap Bruto 13.05% 11.74% 10.73% 11.21% 11.65% 12.38% 11.43% 11.64% 9.99% 11.33%

Ekspor Barang dan Jasa 6.80% 6.06% 3.37% 0.98% 4.26% 4.24% -0.32% -0.41% 3.58% 1.76%

Dikurangi Impor Barang dan Jasa Perusahaan 11.06% 11.44% 5.96% 2.47% 7.63% 2.02% -2.43% -1.99% 1.21% -0.32%

Net Ekspor -1.87% -4.89% -2.24% -2.35% -2.85% 9.36% 4.69% 3.29% 9.12% 6.61%

PDRB 6.28% 5.73% 7.16% 8.06% 6.82% 7.91% 5.99% 5.72% 5.02% 6.13%

Sumber: BPS Kepulauan Riau * angka sementara

(2)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV - 2013

2

Tabel

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Sisi Penawaran (yoy)

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV*

Pertanian 2.45% 1.36% 1.75% 1.88% 1.86% 2.55% 1.63% 1.30% 1.92% 1.85%

Pertambangan & Penggalian 3.58% 5.35% 6.14% 6.48% 5.40% 6.52% 4.11% 2.16% 1.39% 3.50%

Industri Pengolahan 5.93% 3.50% 6.06% 7.23% 5.68% 7.13% 5.62% 5.48% 4.54% 5.67%

Listrik, Gas & Air Bersih 9.60% 5.76% 4.21% 3.42% 5.68% 4.35% 4.53% 4.64% 4.32% 4.46%

Bangunan 9.15% 10.67% 9.14% 11.46% 10.12% 10.91% 8.57% 12.60% 13.57% 11.45%

Perdagangan, Hotel & Restoran 7.52% 9.58% 10.63% 11.14% 9.75% 10.56% 7.90% 6.98% 6.28% 7.87% Pengangkutan & Komunikasi 8.08% 7.30% 6.48% 6.28% 7.02% 6.59% 5.42% 4.43% 3.54% 4.97% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 5.19% 8.32% 7.36% 8.10% 7.26% 8.65% 4.98% 4.57% 3.53% 5.38%

Jasa-Jasa 6.43% 7.47% 6.10% 6.85% 6.71% 6.57% 4.16% 3.70% 2.52% 4.21%

PDRB 6.28% 5.73% 7.16% 8.06% 6.82% 7.91% 5.99% 5.72% 5.02% 6.13%

Sumber: BPS Kepulauan Riau * angka sementara

2012 2012

SEKTOR EKONOMI 2013 2013*

Dari sisi permintaan, perlambatan perekonomian pada triwulan IV-2013 terutama disebabkan oleh penurunan konsumsi rumah tangga, yang tumbuh melambat menjadi sebesar 4,85% (yoy) dari sebesar 5,97% (yoy) pada triwulan III-2013, juga melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012, yang tercatat sebesar 10,90% (yoy). Secara kumulatif tahun 2013, perlambatan ekonomi dari sisi permintaan terutama disebabkan oleh inflasi yang meningkat signifikan, berdampak pada penurunan daya beli masyarakat.

Sementara itu, dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan oleh perlambatan pada dua sektor utama perekonomian Kepulauan Riau yaitu sektor industri pengolahan yang tumbuh melambat menjadi sebesar 4,54% (yoy) serta sektor perdagangan, hotel dan restoran yang juga tumbuh melambat menjadi sebesar 6,28% (yoy), atau lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan III-2013, masing-masing sebesar 5,48% (yoy) dan 6,98% (yoy). Kedua sektor utama tersebut juga tumbuh melambat bila dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV-2012, yang masing-masing tercatat 7,23% (yoy) dan 11,14% (yoy). Perlambatan investasi diprakirakan menjadi penyebab perlambatan pertumbuhan sektor industri pengolahan, sementara penurunan konsumsi masyarakat berdampak pada perlambatan sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Asesmen Inflasi

Pada tahun 2013, tekanan inflasi di Provinsi Kepri melonjak tiga kali lipat dibanding inflasi tahun 2012 dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Sampai dengan akhir Desember 2013, inflasi di Provinsi Kepri tercatat sebesar 8,24% (yoy) jauh lebih tinggi dibanding inflasi tahun 2012 yang tercatat sebesar 2,38% (yoy). Lonjakan inflasi akibat kenaikan BBM mulai terjadi pada bulan Juni 2013 dengan tingkat inflasi 0,72% (mtm) dan mencapai puncaknya pada bulan Juli 2013 dengan tingkat inflasi sebesar 2,45% (mtm).

(3)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV - 2013

3 Selain mendorong lonjakan inflasi pada kelompok administered price, kenaikan harga BBM juga memicu kenaikan harga kelompok bahan makanan (volatile food). Tingkat inflasi kelompok volatile food merupakan yang tertinggi dibanding kelompok lainnya. Laju inflasi kelompok volatile food tercatat sebesar 15,04% (yoy), kelompok administered price 13,88% (yoy), dan kelompok inti sebesar 3,95% (yoy). Selain kenaikan harga BBM, laju inflasi kelompok bahan makanan yang tinggi juga didorong oleh pembatasan impor produk hortikultura dan penurunan pasokan karena penurunan produksi di Jawa dan Sumatera Utara.

Kenaikan inflasi Provinsi Kepri lebih dipengaruhi oleh pergerakan inflasi Kota Batam yang mencapai 7,81% (yoy). Sementara itu, inflasi yang lebih tinggi di Kota Tanjungpinang sebesar 10,09% (yoy) memberikan tekanan ke atas sehingga realisasi inflasi Kepri mencapai 8,24% (yoy). Bobot Kota Batam dan Kota Tanjungpinang sebagai daerah sampel inflasi Provinsi Kepri masing-masing adalah 82% dan 18%.

0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 2010 2011 2012 2013

Nasional Kepulauan Riau Batam Tanjung Pinang

Inflasi, % yoy Sumber: BPS, diolah (2,0) 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 2010 2011 2012 2013

Inflasi Bulanan (mtm) Inflasi Tahunan (yoy) Inflasi Triwulanan (qtq)

%

Sumber: BPS, diolah

Grafik

Perkembangan Inflasi Kepri dan Nasional

Grafik

Perkembangan Inflasi Kepri

Meskipun sampai dengan akhir tahun tingkat inflasi tahunan Provinsi Kepri berada pada tingkat tertinggi, namun secara triwulanan inflasi Kepri telah berangsur-angsur turun. Inflasi triwulanan Kepri tercatat sebesar 1,34% (qtq), mereda dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 4,20% (qtq).

Asesmen Perbankan dan Sistem Pembayaran

Di tengah perlambatan perekonomian Kepulauan Riau yang masih berlanjut pada triwulan IV-2013, kinerja perbankan Kepulauan Riau masih pada trend tumbuh menguat dibanding triwulan sebelumnya, tercermin dari aset, DPK dan kredit. Peningkatan kinerja perbankan antara lain ditopang oleh peningkatan kinerja ekspor, peningkatan realisasi

(4)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV - 2013

4 anggaran belanja pemerintah daerah serta peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat menyambut Natal dan Tahun Baru.

Pada triwulan IV-2013, bank umum di Provinsi Kepulauan Riau mencatatkan kinerja yang baik tercermin dari pertumbuhan tahunan aset, dana pihak ketiga (DPK) dan kredit yang lebih baik dibandingkan pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya. Total aset tercatat sebesar Rp44,06 triliun atau meningkat 28,03% (yoy), demikian juga DPK sebesar Rp38,39 triliun meningkat 33,29% (yoy) serta kredit yang tercatat sebesar Rp28,24 triliun meningkat 22,18% (yoy).

Tabel

Indikator Utama Bank Umum di Provinsi Kepulauan Riau

2011 Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Total Aset 28.685 30.251 31.794 33.799 34.415 35.661 37.857 41.632 44.062 Total Dana 24.069 25.551 26.721 28.003 28.804 30.406 32.289 35.589 38.392 Total Kredit 18.216 19.211 20.977 22.304 23.109 23.233 24.662 26.504 28.235 NPL 2,36% 2,04% 2,74% 2,42% 1,77% 2,04% 1,56% 1,61% 1,39% LDR 75,68% 75,19% 78,50% 79,65% 80,23% 76,41% 76,38% 74,47% 73,54%

Sumber: Bank Indonesia

2013

dalam Rp miliar 2012

Berbeda dengan bank umum yang mengalami peningkatan kinerja pada triwulan IV-2013, kinerja BPR menurun pada triwulan laporan. Kondisi tersebut tercermin dari aset, DPK maupun kredit yang tumbuh melambat. Total aset sebesar Rp3,97 triliun atau tumbuh melambat 12,95% (yoy) lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 14,30% (yoy) maupun triwulan IV-2012 sebesar 21,05% (yoy). Demikian juga DPK sebesar Rp3,05 triliun, tumbuh 9,98% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 12,20% (yoy) maupun triwulan IV-2012 sebesar 18,49% (yoy). Kredit sebesar Rp2,97 triliun juga tumbuh melambat sebesar 13,21% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya maupun triwulan IV-2012 yang masing-masing sebesar 14,19% (yoy) dan 33,76% (yoy).

(5)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV - 2013

5 Tabel

Indikator Utama BPR di Provinsi Kepulauan Riau

2011 Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Total Aset 2.903 3.054 3.267 3.419 3.514 3.480 3.557 3.908 3.969 Total Dana 2.339 2.488 2.629 2.737 2.775 2.785 2.809 3.071 3.052 Total Kredit 1.959 2.106 2.326 2.499 2.620 2.655 2.786 2.854 2.966 NPL 5,21% 2,26% 2,71% 2,56% 2,72% 3,52% 3,24% 3,07% 2,46% LDR 83,8% 84,6% 88,5% 91,3% 94,4% 95,3% 99,2% 92,94% 97,17%

Sumber: Bank Indonesia

dalam Rp miliar

2012 2013

Sementara kinerja perbankan Syariah juga tumbuh melambat bila dibanding triwulan sebelumnya, tercermin dari perlambatan pertumbuhan aset, DPK dan pembiayaan. Aset tercatat sebesar Rp2,72 triliun atau tumbuh 18,01% (yoy), melambat cukup dalam bila dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 24,34% (yoy), namun masih lebih tinggi bila dibanding pertumbuhan triwulan IV-2012 sebesar 17,01% (yoy). Adapun DPK sebesar Rp1,99 triliun, tumbuh 29,41% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 30,25% (yoy), namun masih lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan IV-2012 sebesar 20,28% (yoy). Sementara itu, total nilai pembiayaan syariah sebesar Rp2,32 triliun, tumbuh melambat 20,20% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya dan juga lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan IV-2012, masing-masing sebesar 27,52% (yoy) dan 34,44% (yoy).

Tabel

Indikator Perbankan Syariah di Provinsi Kepulauan Riau

2011 Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Total Aset 1.968 1.987 2.276 2.25 2.303 2.410 2.586 2.798 2.718 Total Dana 1.276 1.298 1.587 1.559 1.535 1.753 1.884 2.031 2.321 Total Kredit 1.436 1.538 1.667 1.766 1.931 2.001 2.133 2.252 1.986 NPF 5,82% 1,55% 2,35% 2,43% 3,07% 3,12% 2,37% 2,95% 2,08% FDR 112,56% 118,49% 105,10% 113,25% 125,81% 114,15% 113,21% 110,87% 132,07%

Sumber: Bank Indonesia

2013

dalam Rp miliar 2012

Seiring dengan penguatan kinerja perbankan, transaksi tunai maupun non tunai juga meningkat di triwulan laporan tercermin dari peningkatan inflow dan outflow, serta peningkatan transaksi kliring maupun RTGS (Real Time Gross Settlement System)

Perkembangan peredaran uang kartal di Provinsi Kepulauan Riau dapat terlihat dari pergerakan arus uang masuk (inflow) dan arus uang keluar (outflow). Pada triwulan laporan,

inflow mengalami penurunan, yaitu sebesar Rp381 miliar atau menurun 5,22% (yoy). Sebaliknya, outflow mencapai Rp3,56 triliun atau meningkat signifikan sebesar 52,22% (yoy).

(6)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV - 2013

6 Kondisi tersebut menyebabkan Kepulauan Riau kembali mengalami net outflow pada triwulan IV-2013 sebesar Rp3.181 miliar.

Adapun secara total tahun 2013, total inflow sebesar Rp2,3 triliun, atau tumbuh 61,46% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun 2012 sebesar 90,67% (yoy), sementara outflow sebesar Rp9,36 triliun, menguat signifikan sebesar 60,78% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan tahun 2012 sebesar 23,24% (yoy). Total net outflow tahun 2013 sebesar Rp7,05 triliun, juga menguat signifikan sebesar 60,56% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan tahun 2012 sebesar 10,55% (yoy).

500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012 2013

Inflow (Rp milyar) Outflow (Rp milyar) Net

Sumber: Bank Indonesia

(50.00) 50.00 100.00 150.00 200.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan inflow Pertumbuhan outflow %, yoy

Grafik

Perkembangan Inflow dan Outflow Kepulauan Riau

Grafik

Perkembangan Inflow dan Outflow Kepulauan Riau

Jumlah warkat transaksi non tunai secara kliring menurun dibanding triwulan III-2013, namun sebaliknya nominal kliring meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Jumlah warkat kliring sebanyak 138.144 lembar, menurun 0,93% dibanding triwulan sebelumnya dengan jumlah warkat kliring sebanyak 139.436 lembar. Sementara itu nominal kliring pada triwulan laporan sebesar Rp4,83 triliun meningkat 0,32% dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar Rp4,81 triliun. Secara tahunan, jumlah warkat maupun nominal transaksi meningkat masing-masing sebesar 6,01% (yoy) dan 17,58% (yoy) dibanding triwulan yang sama tahun lalu.

Selama triwulan berjalan, nilai transaksi dan jumlah warkat non tunai melalui bank Indonesia (Real Time Gross Settlement System) RTGS di Provinsi Kepulauan Riau pada Triwulan IV-2013 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, total nilai transaksi tercatat sebesar Rp26,86 triliun atau meningkat 22,09% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahunan pada triwulan III-2013 yang sebesar 26,36% (yoy). Seiring dengan peningkatan nilai transaksi, volume transaksi juga meningkat dari 29.142 lembar pada triwulan III-2013 menjadi 30.902 lembar pada triwulan laporan.

(7)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV - 2013

7

Asesmen Perkembangan Keuangan Daerah

Realisasi belanja pemerintah daerah di wilayah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) sampai dengan akhir triwulan IV-2013 mencapai 89,88% dari anggaran belanja yang telah ditetapkan. Sementara realisasi pendapatan telah mencapai 97,36% ditopang oleh realisasi transfer dana dari pemerintah pusat yang tepat waktu kepada pemerintah kota / kabupaten.

Dengan penyerapan belanja yang lebih rendah dibanding realisasi pendapatan menyebabkan posisi dana Pemda yang tersimpan di perbankan masih cukup besar yaitu sebesar Rp1,24 triliun. Namun dibanding posisi akhir triwulan III-2013, jumlah simpanan Pemda di perbankan pada akhir triwulan IV-2013 turun sebesar 56,26%.

Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten / Kota di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau*)

Sumber: Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah Provinsi dan Kab/Kota (diolah) Keterangan : *) Mencakup Pemprov. Kepri, Kota Batam, Kota Tanjungpinang, dan Kab. Karimun

(8)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV - 2013

8 Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi dan Kabupaten / Kota

di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau*)

Sumber : Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah Provinsi dan Kab / Kota di Kepulauan Riau (diolah) Keterangan : *) Pemprov. Kepri, Kota Batam, Kota Tanjungpinang, dan Kab. Karimun

Asesmen Ketenagakerjaan Dan Kesejahteraan Masyarakat

Perkembangan penduduk yang bekerja berdasarkan lapangan usaha relatif tidak berubah, masih didominasi oleh sektor perdagangan dan industri. Penduduk yang bekerja dengan usia 15 tahun ke atas di wilayah Kepri untuk bulan Agustus 2013 mayoritas bekerja pada lapangan usaha sektor perdagangan sebanyak 239.587 orang dengan porsi mencapai 28% terhadap total penduduk bekerja, diikuti sektor industri sebesar 27% dengan jumlah penduduk bekerja 229.114 orang dan porsi terkecil bekerja di sektor keuangan sebesar 2% dengan jumlah 20.415 orang.

(9)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV - 2013

9 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan,

Februari 2012 - Agustus 2013

Februari Agustus Februari Agustus 1 Pertanian 126.345 98.336 117.122 86.155 15% 12% 13% 10% 2 Industri 122.267 194.223 131.348 229.114 15% 24% 15% 27% 3 Konstruksi 43.039 61.981 63.425 68.499 5% 8% 7% 8% 4 Perdagangan 248.001 226.134 196.135 239.587 30% 27% 22% 28% 5 Angkutan 57.789 59.428 68.103 57.979 7% 7% 8% 7% 6 Keuangan 23.571 28.421 36.740 20.415 3% 3% 4% 2% 7 Jasa 182.003 135.358 226.972 124.604 22% 16% 26% 15% 8 Lainnya 35.919 20.686 48.576 22.307 4% 3% 5% 3% Penduduk Bekerja 838.934 824.567 888.421 848.660 2012 2013 No Lapangan Usaha

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau

Kemampuan daya beli petani dapat dilihat melalui indikator Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan daya tukar produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Peningkatan NTP menunjukkan membaiknya kemampuan daya beli petani. Pada triwulan IV-2013 rata-rata NTP tercatat sebesar 102,37 mengalami peningkatan 0,02 atau naik 0,02% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 102,35 yang menunjukkan kenaikan daya beli petani.

Grafik NTP Menurut Subsektor

Grafik Nilai Tukar Petani (NTP)

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau

Asesmen Prospek Perekonomian Dan Inflasi Regional

Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau diprakirakan tumbuh sedikit menguat pada triwulan I-2014, terutama ditopang oleh penguatan konsumsi rumah tangga serta konsumsi

(10)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV - 2013

10 pemerintah antara lain didukung oleh inflasi yang semakin mereda, perayaan hari raya Imlek serta peningkatan konsumsi dalam rangka pelaksanaan Pemilu 2014. Berdasarkan data historis dan perkembangan beberapa indikator terkini, pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau triwulan I-2014 diprakirakan berada pada kisaran 5,2% - 5,4% (yoy).

0.0% 1.0% 2.0% 3.0% 4.0% 5.0% 6.0% 7.0% 8.0% 9.0% 10.0% 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*

2010* 2011 2012 2013 2014

PDRB Harga Konstan Pertumbuhan PDRB

(Rp triliun) (%, yoy)

*) Proyeksi Bank Indonesia Grafik

Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau

Sementara itu, meskipun inflasi masih tinggi pada Januari 2014, namun diprakirakan akan semakin mereda pada Februari dan Maret 2014. Seperti telah disebutkan sebelumnya, kondisi cuaca yang semakin kondusif pada bulan Februari dan Maret, akan berdampak pada kelancaran distribusi barang dan jasa dari Jawa maupun Sumatera ke Kepulauan Riau. Panen raya sejumlah komoditas bahan makanan, diantaranya yaitu cabe merah dan bawang merah pada awal tahun juga diharapkan dapat mengurangi tekanan inflasi di triwulan I-2014. Di sisi lain, dampak kenaikan harga bahan bakar bersubsidi maupun gas elpiji, juga akan semakin menurun di Februari dan Maret 2013.

Dengan memperhatikan asumsi-asumsi tersebut, laju inflasi Kepulauan Riau pada triwulan I-2014 diprakirakan berada pada kisaran 7,10% 7,30% (yoy), mengalami peningkatan yang signifikan bila dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 3,41% (yoy).

Tabel

Proyeksi Inflasi Tahunan Provinsi Kepulauan Riau

2012 2014

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I (Proyeksi)

IHK,% 2,38% 3,41% 4,07% 7,29% 8,24% 7,1% - 7,3%

(11)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV - 2013

11

BAB 1

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

1.1.

KONDISI UMUM

Badan Pusat Statistik (BPS) Kepulauan Riau menetapkan angka final PDRB untuk tahun 2012 bersamaan dengan publikasi PDRB tahun 2013. Penetapan angka final PDRB tersebut menyebabkan perubahan angka pertumbuhan PDRB 2012 yang cukup besar yaitu dari angka sementara sebesar 8,21% (yoy) menjadi 6,82% (yoy). Perubahan angka pertumbuhan terjadi pada seluruh sektor ekonomi. Demikian juga terdapat perubahan angka sementara PDRB triwulan I-2013 sampai dengan triwulan III-2013 menyebabkan perubahan pertumbuhan ekonomi triwulan I-2013 dari 7,96% (yoy) menjadi 7,91% (yoy), perubahan pertumbuhan ekonomi triwulan II-2013 dari 5,17% (yoy) menjadi 5,99% (yoy), dan perubahan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2013 dari 3,48% (yoy) menjadi 5,72% (yoy).

Perekonomian Kepulauan Riau pada triwulan IV-2013 maupun secara kumulatif tahun 2013 mengalami perlambatan. Pada triwulan IV-2013, ekonomi Kepulauan Riau tercatat tumbuh sebesar 5,02% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,72% (yoy), juga lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan IV-2012 sebesar 8,06% (yoy). Adapun pertumbuhan ekonomi kumulatif tahun 2013 tercatat sebesar 6,13%, melambat dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2012 yang tercatat sebesar 6,82% (yoy).

Dari sisi permintaan, perlambatan perekonomian pada triwulan IV-2013 terutama disebabkan oleh penurunan konsumsi rumah tangga, yang tumbuh melambat menjadi sebesar 4,85% (yoy) dari sebesar 5,97% (yoy) pada triwulan III-2013, juga melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012, yang tercatat sebesar 10,90% (yoy). Secara kumulatif tahun 2013, perlambatan ekonomi dari sisi permintaan terutama disebabkan oleh inflasi yang meningkat signifikan, berdampak pada penurunan daya beli masyarakat.

Sementara itu, dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan oleh perlambatan pada dua sektor utama perekonomian Kepulauan Riau yaitu sektor industri pengolahan yang tumbuh melambat menjadi sebesar 4,54% (yoy) serta sektor perdagangan, hotel dan restoran yang juga tumbuh melambat menjadi sebesar 6,28% (yoy), atau lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan III-2013, masing-masing sebesar 5,48% (yoy) dan 6,98% (yoy). Kedua sektor utama tersebut juga tumbuh melambat bila dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV-2012, yang masing-masing tercatat 7,23%

(12)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV - 2013

12 (yoy) dan 11,14% (yoy). Perlambatan investasi diprakirakan menjadi penyebab perlambatan pertumbuhan sektor industri pengolahan, sementara penurunan konsumsi masyarakat berdampak pada perlambatan sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Secara keseluruhan tahun 2013, dari sisi penawaran, sektor yang signifikan melambat dibanding tahun 2012 yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa.

1.2. SISI PERMINTAAN

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Permintaan (yoy)

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV*

Konsumsi Rumah Tangga 4.30% 5.38% 7.85% 10.90% 7.14% 9.59% 7.37% 5.97% 4.85% 6.88% Konsumsi Lembaga Swasta 5.27% 5.66% 5.38% 6.53% 5.72% 5.72% 5.74% 3.01% 3.29% 4.16% Konsumsi Pemerintah 6.54% 6.70% 7.19% 7.23% 6.92% 8.65% 5.96% 4.98% 4.60% 5.99% Pembentukan Modal Tetap Bruto 13.05% 11.74% 10.73% 11.21% 11.65% 12.38% 11.43% 11.64% 9.99% 11.33% Ekspor Barang dan Jasa 6.80% 6.06% 3.37% 0.98% 4.26% 4.24% -0.32% -0.41% 3.58% 1.76% Dikurangi Impor Barang dan Jasa Perusahaan 11.06% 11.44% 5.96% 2.47% 7.63% 2.02% -2.43% -1.99% 1.21% -0.32% Net Ekspor -1.87% -4.89% -2.24% -2.35% -2.85% 9.36% 4.69% 3.29% 9.12% 6.61%

PDRB 6.28% 5.73% 7.16% 8.06% 6.82% 7.91% 5.99% 5.72% 5.02% 6.13%

Sumber: BPS Kepulauan Riau

* angka sementara 2012R KOMPONEN PENGGUNAAN year on year 2012 2013R 2013* Konsumsi RT, 50.5% Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba, 0.9% Konsumsi Pemerintah, 4.4% Investasi, 16.9% Net Ekspor, 27.4% Sumber: BPS, diolah Grafik 1.1

Kontribusi terhadap PDRB dari Sisi Penawaran

1.2.1. Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi rumah tangga masih pada trend perlambatan pertumbuhan di triwulan IV-2013, demikian juga pertumbuhan kumulatif tahun 2013, lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun 2012. Konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan tercatat tumbuh 4,85% (yoy), jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan III-2013

(13)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV - 2013

13 sebesar 5,97% (yoy). Secara kumulatif tahun 2013, konsumsi rumah tangga juga melambat dari 7,14% (yoy) tahun 2012 menjadi 6,88% (yoy) pada tahun 2013.

Sementara itu, inflasi yang masih tetap tinggi pada triwulan IV-2013 diprakirakan masih menjadi penyebab utama perlambatan konsumsi rumah tangga. Adapun penyumbang utama inflasi yaitu komoditas bahan makanan dengan angka inflasi pada posisi Desember 2013 sebesar 14,09% (yoy) meningkat dibanding inflasi pada triwulan sebelumnya (posisi September 2013) sebesar 11,09% (yoy). Lonjakan harga pada komoditas makanan menyebabkan masyarakat terpaksa mengurangi konsumsi non makanan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi makanan. Bahkan, perayaan Natal dan Tahun Baru di akhir tahun juga belum dapat mendongkrak konsumsi rumah tangga Kepulauan Riau.

Kondisi tersebut juga terkonfirmasi dari hasil survei indeks tendensi konsumen (ITK) oleh BPS Kepulauan Riau, yang menunjukkan adanya penurunan indeks pendapatan rumah tangga serta penurunan tingkat konsumsi makanan dan non makanan. Indeks pendapatan rumah tangga menurun dari 112,36 pada triwulan sebelumnya menjadi 109,45 pada triwulan laporan yang diikuti juga oleh penurunan indeks konsumsi makanan dan non makanan sebesar115,72 pada triwulan sebelumnya menjadi 110,87 pada triwulan laporan.

Perlambatan konsumsi juga tercermin dari perlambatan beberapa jenis kredit konsumsi, diantaranya kredit pemilikan rumah (KPR) serta kredit kendaraan bermotor (KKB). KPR dan KKB masing-masing tumbuh sebesar 14,08% (yoy) dan 4,69% (yoy), atau lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar (15,67% (yoy) dan 7,57% (yoy) maupun triwulan IV-2012 yang sebesar 19,64% (yoy) dan 47,29% (yoy). Pengaturan loan to value oleh Bank Indonesia diyakini menjadi pendorong utama perlambatan KPR maupun KKB. 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00

I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013

KPR KKB

Sumber: Bank Indonesia

%, yoy 90.00 95.00 100.00 105.00 110.00 115.00 120.00 125.00 130.00

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw.II Tw.III Tw.IV

2011 2012 2013

ITK Pendapatan Rumah Tangga

Pengaruh inflasi thd tingkat konsumsi Tingkat Konsumsi makanan dan non makanan

Sumber : BPS (diolah)

Grafik 1.2.

Pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB)

Grafik 1.3.

(14)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV - 2013

14 1.2.2. Konsumsi Pemerintah

Porsi belanja Pemerintah juga tumbuh melambat pada triwulan laporan, dengan angka pertumbuhan 4,60% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 4,98% (yoy). Secara kumulatif pada 2013, belanja pemerintah tumbuh sebesar 5,99% (yoy), juga lebih rendah dibanding angka pertumbuhan tahun 2012 sebesar 6,92% (yoy). Adapun kontribusi konsumsi pemerintah terhadap total PDRB sebesar 4,4%.

Realisasi belanja Pemda Kepulauan Riau tahun 2013 sebesar 90,64% dari total anggaran belanja atau senilai Rp2,71 triliun, dengan realisasi belanja terendah terutama untuk belanja tanah. Dalam rangka memberikan rangsangan terhadap pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, Pemda perlu mengalokasikan belanja modal khususnya untuk keperluan infrastruktur dengan porsi yang lebih besar sehingga dapat memberikan manfaat jangka panjang dan mempercepat realisasi belanja anggaran.

1.2.3. Investasi

Investasi tumbuh melambat, dengan angka pertumbuhan 9,99% (yoy) lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 11,64% (yoy). Secara kumulatif tahun 2013, pertumbuhan investasi tercatat sebesar 11,33% (yoy), juga lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun 2012 sebesar 11,65% (yoy).

Perlambatan investasi Kepulauan Riau terutama disebabkan penurunan yang signifikan pada penanaman modal asing (PMA). Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pada triwulan IV-2013 nilai PMA Kepulauan Riau sebesar 4,5 juta USD, atau tumbuh negatif 81,03% (yoy) atau semakin menurun setelah pada triwulan sebelumnya PMA juga tercatat menurun 40,65% (yoy). Secara kumulatif tahunan, PMA tahun 2013 senilai 316 juta USD atau tumbuh negatif 41,22% (yoy), jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun 2012 sebesar 144,43% (yoy). Beberapa faktor penghambat investasi di Kepulauan Riau diantaranya yaitu kenaikan upah minimum kota (UMK) yang berubah-ubah setiap tahun dinilai investor memberikan ketidakpastian berusaha, serta industri elektronik yang sebagian besar menghasilkan produk yang sudah kurang sesuai lagi dengan permintaan pasar.

Di sisi lain, penanaman modal dalam negeri (PMDN) menguat signifikan, namun nilai PMDN yang jauh lebih kecil dibanding PMA menyebabkan total nilai investasi Kepulauan Riau tetap menurun. Nilai PMDN pada triwulan laporan sebesar Rp52,6 miliar atau tumbuh 2.411,74%. Secara kumulatif tahun 2013, pertumbuhan PMDN sebesar 860,76% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan tahun 2012 sebesar negatif 96,83% (yoy). Penguatan

(15)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV - 2013

15 investasi dalam negeri, antara lain dipengaruhi oleh berbagai pembangunan sarana fisik oleh Pemerintah Kota Batam maupun Pemerintah Provinsi Kepri sebagai persiapan MTQ Nasional di Kota Batam pada bulan Juni 2014.

-100 -50 0 50 100 150 200 -100 100 200 300 400 500 600 2010 2011 2012 2013 Q1 2013 Q2 2013 Q3 2013 Q4 2013 Jumlah Proyek Nilai Investasi

Pertumbuhan jumlah proyek Pertumbuhan nilai investasi

Sumber: BKPM (%, yoy) (Juta USD) -500 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 2010 2011 2012 2013 Q1 2013 Q2 2013 Q3 2013 Q4 2013 Jumlah Proyek Nilai Investasi

Pertumbuhan jumlah proyek Pertumbuhan nilai investasi

Sumber: Bank Indonesia

(Rp miliar) (%, yoy)

Grafik 1.4.

Perkembangan Investasi PMA di Provinsi Kepri

Grafik 1.5.

Perkembangan investasi PMDN di Provinsi Kepri

1.2.4. Ekspor

Pada triwulan IV-2013, ekspor meningkat signifikan, dengan angka pertumbuhan 3,58% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar negatif 0,41% (yoy). Meskipun demikian, secara kumulatif tahunan, pertumbuhan ekspor tahun 2013 sebesar 1,76% (yoy), masih lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun 2012 sebesar 4,26% (yoy).

Penguatan pertumbuhan ekspor terutama ditopang oleh ekspor luar negeri, dengan porsi 97,33% dari total ekspor, tumbuh menguat pada triwulan laporan sebesar 3,58% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh negatif 0,54% (yoy).

Pertumbuhan ekspor terutama terjadi pada sektor industri pengolahan subsektor industri logam dasar besi dan baja. Sejumlah aktivitas pengeboran minyak dan gas di Australia maupun di Timur Tengah turut berdampak terhadap peningkatan ekspor Kepri. Ekspor komoditas produk dari besi dan baja serta kapal dan konstruksi terapung lainnya pada periode triwulan IV-2013 tumbuh masing-masing 50,44% (yoy) dan 174,36% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya masing-masing sebesar 13,90% (yoy) dan 150,42% (yoy). Pipa besi dan baja terutama diekspor ke Australia, sementara kapal/konstruksi terapung diekspor ke Irak. Berdasarkan hasil liaison ke sejumlah perusahaan besi dan baja maupun perusahaan pembuat kapal, diketahui bahwa pipa besi dan baja maupun kapal/konstruksi terapung tersebut dibuat berdasarkan pesanan sejumlah perusahaan untuk keperluan pengeboran minyak dan gas di Australia dan Timur Tengah.

(16)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV - 2013

16 Di sisi lain, pelemahan nilai tukar rupiah juga mendorong sejumlah perusahaan untuk memaksimalkan ekspor, terutama untuk produk yang menggunakan bahan baku lokal, diantaranya yang berkontribusi cukup signifikan terhadap total ekspor Kepulauan Riau yaitu produk turunan CPO. Kondisi tersebut tercermin dari peningkatan ekspor komoditas lemak/minyak nabati Kepulauan Riau sebesar pada 41,66% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan periode sebelumnya sebesar negatif 39,33% (yoy).

-25% -20% -15% -10% -5% 0% 5% 10% 15% 20%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011 2012 2013

Net Ekspor Ekspor Impor (yoy) Sumber: BPS -10% -5% 0% 5% 10% 15% 20%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011 2012 2013

Ekspor Luar Negeri Ekspor Antar Daerah

Sumber: BPS (yoy)

Sumber: BPS

Grafik 1.6. Pertumbuhan Ekspor Impor

Grafik 1.7.

Pertumbuhan Ekspor Luar Negeri dan Antar Daerah

25.52% 19.05% 11.38% 9.04% 5.45% 5.00% 3.99%

Mesin Elektronik, Perekan Suara, TV, dll

Produk dari Besi dan Baja

Reaktor Nuklir, Pemanas, Mesin, dll

Lemak dan Minyak Nabati dan Hewani

Berbagai Produk Kimia Perahu, Kapal, dan Struktur Terapung

Lainnya

Ores, slag and ash

Sumber: Bank Indonesia

-100.00 -50.00 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 2012 2013

Lemak dan Minyak Nabati dan Hewani Produk dari Besi dan Baja Reaktor Nuklir, Pemanas, Mesin, dll Mesin Elektronik, Perekam Suara, TV, dll Perahu, Kapal, dan Struktur Terapung Lainnya

(%, yoy)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.8.

Porsi Ekspor Berdasarkan Komoditas

Grafik 1.9.

Perkembangan Ekspor pada Komoditas Utama

1.2.5. Impor

Seiring dengan penguatan ekspor, nilai impor juga turut menguat pada triwulan laporan karena ketergantungan industri pengolahan terhadap bahan baku impor yang masih tinggi. Meskipun demikian, pertumbuhan ekspor yang lebih besar dibanding impor menyebabkan Kepulauan Riau masih mencatatkan pertumbuhan positif net ekspor pada triwulan laporan. Impor tumbuh 1,21% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan impor pada triwulan sebelumnya sebesar negatif 1,99% (yoy). Meskipun

(17)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV - 2013

17 demikian, secara kumulatif tahun 2013, impor tumbuh negatif 0,32% (yoy), atau menurun sangat dalam bila dibanding pertumbuhan tahun 2012 sebesar 7,63% (yoy).

Seperti halnya ekspor, impor juga didominasi oleh impor luar negeri sebesar 98,83% dari total impor, sementara porsi impor antar daerah hanya sebesar 1,17%. Adapun Impor luar negeri tumbuh 1,25% (yoy) lebih tinggi dibanding pertumbuhan impor triwulan sebelumnya sebesar negatif 1,96% (yoy). Penguatan impor tersebut terjadi karena kebutuhan bahan baku yang meningkat sejalan dengan penguatan ekspor, tercermin dari komoditas utama impor yang tidak jauh berbeda dengan komoditas ekspor, antara lain mesin elektronik, mesin-mesin, produk dari besi dan baja serta besi dan baja.

Di sisi lain, nilai impor antar daerah, yang antara lain terdiri atas bahan makanan, sandang, bahan baku konstruksi, dan lain-lain, menurun 2,21% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut menandakan gangguan pasokan ke Kepulauan Riau karena faktor cuaca (curah hujan tinggi dan gelombang tinggi) serta faktor keterbatasan armada pengangkutan, sehingga berdampak pada inflasi yang tetap tinggi pada triwulan laporan.

-10% -5% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011 2012 2013

Impor Luar Negeri Impor Antar Daerah (yoy) Sumber: BPS 28.43% 20.86% 13.83% 6.92% 5.62% 2.66% Mesin Elektronik, Perekam Suara, TV,

dll

Reaktor Nuklir, Pemanas, Mesin, dll

Produk dari Besi dan Baja

Besi dan Baja

Plastik dan Produk dari Plastik

Peralatan Optik, Fotografi dan Instrumen Medis

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.10.

Pertumbuhan Impor Luar Negeri dan Antar Daerah

Grafik 1.11.

Porsi Impor pada Komoditas Utama

-100.00 -50.00 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 2012 2013

Besi dan Baja Produk dari Besi dan Baja Reaktor Nuklir, Pemanas, Mesin, dll Mesin Elektronik, Perekam Suara, TV, dll Plastik dan Produk dari Plastik

Sumber: Bank Indonesia

(%, yoy)

Grafik 1.12.

(18)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV - 2013

18

1.3.

SISI PENAWARAN

Pada sisi sektoral, seluruh sektor ekonomi masih cenderung melambat.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama disumbang oleh perlambatan pada sektor-sektor kontributor utama PDRB yaitu sektor-sektor industri pengolahan, sektor-sektor perdagangan besar dan eceran serta sektor konstruksi.

Tabel 1.2.

Pertumbuhan Ekonomi Sektoral

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV*

Pertanian 2.45% 1.36% 1.75% 1.88% 1.86% 2.55% 1.63% 1.30% 1.92% 1.85%

Pertambangan & Penggalian 3.58% 5.35% 6.14% 6.48% 5.40% 6.52% 4.11% 2.16% 1.39% 3.50%

Industri Pengolahan 5.93% 3.50% 6.06% 7.23% 5.68% 7.13% 5.62% 5.48% 4.54% 5.67%

Listrik, Gas & Air Bersih 9.60% 5.76% 4.21% 3.42% 5.68% 4.35% 4.53% 4.64% 4.32% 4.46%

Bangunan 9.15% 10.67% 9.14% 11.46% 10.12% 10.91% 8.57% 12.60% 13.57% 11.45%

Perdagangan, Hotel & Restoran 7.52% 9.58% 10.63% 11.14% 9.75% 10.56% 7.90% 6.98% 6.28% 7.87% Pengangkutan & Komunikasi 8.08% 7.30% 6.48% 6.28% 7.02% 6.59% 5.42% 4.43% 3.54% 4.97% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 5.19% 8.32% 7.36% 8.10% 7.26% 8.65% 4.98% 4.57% 3.53% 5.38%

Jasa-Jasa 6.43% 7.47% 6.10% 6.85% 6.71% 6.57% 4.16% 3.70% 2.52% 4.21%

PDRB 6.28% 5.73% 7.16% 8.06% 6.82% 7.91% 5.99% 5.72% 5.02% 6.13%

Sumber: BPS Kepulauan Riau * angka sementara 2013 2013* year on year SEKTOR EKONOMI 2012 2012 Pertanian, 4.2% Pertambangan & Penggalian, 7.2% Industri Pengolahan, 47.5%

Listrik, Gas dan Air Bersih, 0.6% Bangunan, 8.7% Perdagangan, Hotel dan Restoran, 20.3% Pengangkutan dan Komunikasi, 4.4% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan, 4.9% Jasa-jasa, 2.6% Sumber: BPS, diolah Grafik 1.13.

Kontribusi Sektor Ekonomi terhadap PDRB

1.3.1. Sektor Industri Pengolahan

Di tengah penguatan pertumbuhan ekspor, sektor industri pengolahan tercatat masih pada trend melambat. Pada triwulan laporan, sektor industri pengolahan tumbuh 4,54% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,48% (yoy). Meskipun demikian, secara kumulatif tahun 2013 pertumbuhan sektor industri pengolahan sebesar 5,67% (yoy), relatif stabil dibanding pertumbuhan tahun 2012 sebesar 5,68% (yoy).

(19)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV - 2013

19 Perlambatan sektor industri pengolahan pada triwulan laporan sangat dipengaruhi oleh perlambatan investasi, terlihat dari penurunan jumlah penanaman modal asing (PMA), pada triwulan IV-2013 tumbuh negatif 81,03% (yoy) lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar negatif 40,65% (yoy). Beberapa faktor pendorong penurunan investasi antara lain trend produk elektronik yang mulai berubah mengikuti perkembangan teknologi sementara sebagian besar industri elektronik di Kepulauan Riau masih memproduksi produk lama, menyebabkan perusahaan cenderung menahan investasi baru untuk produk lama tersebut sebagai antisipasi terhadap kemungkinan penurunan permintaan. Di sisi lain, ketidakpastian kenaikan upah minimum kota (UMK) setiap tahunnya dinilai cukup berisiko oleh investor, sehingga beberapa investor memilih untuk melakukan ekspansi usaha di kawasan industri negara tetangga seperti di Vietnam atau Malaysia.

Berdasarkan sub sektor, perlambatan pertumbuhan terjadi pada seluruh sub sektor industri pengolahan termasuk sub sektor utama yaitu sub sektor alat angkut, mesin dan peralatan dengan kontribusi terhadap PDRB mencapai 26,23% dari total PDRB, tumbuh melambat dari 6,94% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 5,76% (yoy) pada triwulan laporan. Demikian juga sub sektor logam dasar, besi dan baja dengan kontribusi terhadap PDRB mencapai 8,15% juga tumbuh melambat dari 6,79% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 5,89% (yoy). 26.23% 8.15% 3.47% 3.44% 3.08% 1.66% 0.68% 0.60% 0.15%

Alat Angk., Mesin & Peralatannya Logam Dasar Besi & Baja Semen & Brg. Galian bukan logam Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet Barang lainnya Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki Kertas dan Barang Cetakan Makanan, Minuman dan Tembakau

Sumber: Bank Indonesia

-10.00% -5.00% 0.00% 5.00% 10.00% 15.00%

I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013

Barang Kayu dan hasil Hutan lainnya Semen & Barang Galian Bukan Logam Logam Dasar Besi dan Baja Alat Angk., Mesin & Peralatannya

yoy

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.14.

Struktur Industri Pengolahan Kepulauan Riau

Grafik 1.15.

Pertumbuhan Sub Sektor Industri Pengolahan

1.3.2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Penurunan konsumsi masyarakat karena faktor inflasi yang masih tinggi pada triwulan laporan, berdampak pada perlambatan sektor perdagangan, hotel dan restoran.Sektor PHR tumbuh sedikit melambat dari 6,98% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,28% (yoy) pada triwulan laporan. Secara kumulatif tahun 2013, sektor PHR tumbuh 7,87% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun 2012 sebesar 7,95% (yoy).

(20)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV - 2013

20 Meskipun tumbuh melambat, sektor PHR masih menjadi salah satu kontributor utama PDRB dengan kontribusi mencapai 20,3%, atau terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan.

Perlambatan pertumbuhan pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terutama disebabkan oleh perlambatan pada sub sektor perdagangan besar dan eceran dengan angka pertumbuhan sebesar 6,08% (yoy) jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 6,88% (yoy). Penurunan daya beli masyarakat karena laju inflasi yang tetap tinggi pada triwulan IV 2013, masih menjadi faktor utama penghambat pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran. Hambatan dari sisi pasokan yang menyebabkan inflasi antara lain tercermin dari data bongkar muat pelabuhan Batam yang menunjukkan trend penurunan volume bongkar muat barang sepanjang bulan Oktober hingga November 2013. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh keterbatasan sarana transportasi laut (keterbatasan jumlah armada kapal Pelni) serta faktor cuaca (curah hujan dan gelombang tinggi) menyebabkan terjadi hambatan pasokan ke Kota Batam dan semakin memberikan tekanan terhadap harga.

Sementara itu, peningkatan jumlah wisatawan pada triwulan laporan sebesar 7,3% (yoy) lebih tinggi dibanding peningkatan pada triwulan III-2013 sebesar 5,3% (yoy), belum mampu mendorong laju pertumbuhan sub sektor hotel maupun sub sektor restoran. Sub sektor hotel melambat dari 7,45% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 7,04% (yoy) pada triwulan laporan. Perlambatan juga terjadi pada sub sektor restoran, yang tumbuh melambat dari 7,39% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 7,04% (yoy) pada triwulan laporan. Laju pertumbuhan sektor hotel tertahan antara lain karena penurunan lama menginap tamu hotel, pada triwulan sebelumnya sebesar 1,93 hari (rata-rata bulanan) menjadi 1,83 hari (rata-rata bulanan) pada triwulan laporan.

0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% 10.00% 12.00% I II III IV I II III IV 2012 2013

Inflasi (yoy) Pertumbuhan PHR (yoy)

Sumber: BPS, diolah. 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000

JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OKT NOV DES 2013

Dalam Negeri Bongkar Dalam Negeri Muat Luar Negeri Impor Luar Negeri Ekspor

Ton

Sumber: Dinas Perhubungan Kota Batam

Grafik 1.16.

Pengaruh Inflasi terhadap Pertumbuhan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran

Grafik 1.17.

(21)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV - 2013 21 -4 -2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 0 100000 200000 300000 400000 500000 600000

I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013

Jumlah Wisman (orang - LHS) Pertumbuhan (%, yoy - RHS)

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, diolah.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 0 10 20 30 40 50 60 70 Ja n

Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oc

t

N

ov Dec Jan Feb Mar Apr May June Jul

y Augu st Sep te m b er Oc to b er N ov em b er Des e m b er 2012 2013

TPK (% - LHS) Rata-Rata Lama Menginap (hari - RHS)

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau Grafik 1.18.

Jumlah Wisman yang Berkunjung ke Provinsi kepulauan Riau

Grafik 1.19.

Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dan Rata-Rata Lama Menginap Hotel Berbintang di Kepulauan Riau

1.3.3. Sektor Bangunan

Berbeda dengan sektor lainnya, sektor bangunan justru tumbuh menguat pada triwulan laporan. Sektor bangunan tumbuh 13,57% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 12,60% (yoy). Sementara itu, secara kumulatif tahun 2013, pertumbuhan sektor bangunan tercatat sebesar 11,45% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan tahun 2012 sebesar 10,12% (yoy).

Di tengah berbagai faktor penghambat pertumbuhan sektor konstruksi antara lain kebijakan pengetatan loan to value (LTV) oleh Bank Indonesia, peningkatan suku bunga kredit serta inflasi yang sangat tinggi pada sejumlah komoditas bahan bangunan, namun sektor konstruksi tetap mampu tumbuh menguat diprakirakan karena masih ditopang oleh industri perumahan yang tetap marak di Kepulauan Riau didukung pula oleh realisasi sejumlah proyek pemerintah yang meningkat pada triwulan IV-2013.

Berdasarkan hasil liaison diketahui bahwa di tengah berbagai tekanan pada industri properti, sejumlah pengembang properti tetap melakukan investasi besar proyek perumahan pada tahun 2013 untuk dipasarkan di tahun 2014. Selain itu, hadirnya 2 (dua) developer besar berskala nasional di Kota Batam, dengan target pasar kalangan menengah ke atas dan pengerjaan proyek perumahan dimulai pada triwulan IV-2013, turut menopang pertumbuhan sektor konstruksi di Kepulauan Riau.

1.3.4. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian juga tumbuh melambat pada triwulan laporan, dengan angka pertumbuhan 1,39% (yoy) lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 2,16% (yoy). Demikian juga secara kumulatif tahunan, pertumbuhan

(22)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV - 2013

22 sektor pertambangan dan penggalian tahun 2013 sebesar 3,50% (yoy) lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun 2012 sebesar 5,40% (yoy).

Perlambatan pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian di Kepulauan Riau terutama disebabkan oleh penurunan lifting gas. Volume lifting gas pada triwulan IV-2013 sebesar 41,8 juta barel, atau menurun 9,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Secara total tahun 2013, volume lifting gas tercatat sebesar 183,27 juta barel atau hanya 82,04% dari target yang ditetapkan. Kondisi tersebut terutama disebabkan sumur-sumur gas yang sudah mulai menua sehingga produksinya terus turun.

Sementara itu, meskipun volume lifting minyak meningkat cukup tinggi pada triwulan laporan, namun pertumbuhan tahunan pada triwulan IV-2013 tercatat masih negatif yaitu sebesar negatif 19,3% (yoy). Adapun total realisasi lifting minyak Kepulauan Riau tahun 2013 sebesar 19,5 juta barel atau mencapai 92,93% dari target yang ditetapkan.

Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV

2011 2012 2013 Lifting Minyak (LHS) 4.4 4.8 4.4 3.6 5.6 4.4 5.1 6.2 3.7 3.9 3.4 5 growth (RHS) (19.6) (26.9) (20.1) (41.1) 27.1 (9.3) 15.4 69.8 (35.2) (11.7) (32.8) (19.3) (60.0) (40.0) (20.0) 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 % Juta Barel

Sumber: Kementerian ESDM , diolah.

Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV

2011 2012 2013 Lifting Gas (LHS) 59.3 52.1 46.1 45.4 50.0 119.3 69.8 46.1 65.3 60.5 57.5 41.8 growth (RHS) -0.1 -16.8 -11.4 -7.8 -15.7 128.9 51.5 1.6 30.6 -49.3 -17.6 -9.3 -60.0 -40.0 -20.0 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 140.0 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 140.0 jutaMMBTU %

Sumber: Kementerian ESDM, diolah.

Grafik 1.20.

Perkembangan Lifting Minyak Kepulauan Riau

Grafik 1.21.

(23)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV - 2013

23

SEKTOR PERIKANAN:

POTENSI TERPENDAM, DILUPAKAN JANGAN

Sebagai upaya untuk mendorong keterlibatan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dalam memberikan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, KPwBI Provinsi Kepri, bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPBI), mengadakan proyek penelitian mengenai Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM pada tahun 2013. Penelitian ini secara garis besar berupaya untuk menemukan komoditas, produk mau pun jenis usaha yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan daya saing produk, termasuk memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah dan perbankan daerah sehubungan dengan hal tersebut.

Penelitian dilakukan terhadap 59 kecamatan yang tersebar di Kabupaten Karimun (9), Kabupaten Bintan (10), Kabupaten Natuna (12), Kabupaten Lingga (5), Kabupaten Kep. Anambas (7), Kota Batam (12) dan Kota Tanjungpinang (4). Kriteria untuk tingkat kecamatan adalah jumlah unit usaha/rumah tangga usaha atau volume produksi, jangkauan pemasaran dan ketersediaan bahan baku/sarana produksi dan kontribusi KPJU terhadap perekonomian wilayah kecamatan dan kabupaten/kota. Sementara itu kriteria tingkat kota/kabupaten adalah tenaga kerja terampil, bahan baku, modal, sarana produksi, teknologi, sosial budaya, manajemen usaha, ketersediaan pasar, harga, penyerapan tenaga kerja dan sumbangan perekonomian.

Secara umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan usaha masyarakat di wilayah Kepri masih didominasi oleh 3 (tiga) sektor utama, yaitu perikanan, perdagangan, dan jasa. Namun, jika dilihat secara wilayah, maka potensi yang tinggi untuk perikanan terdapat di Kabupaten Natuna-Anambas-Lingga. Sementara itu, Kota Batam dan Tanjungpinang serta Kabupaten Bintan dan Karimun diorientasikan kepada pengembangan sektor perdagangan, jasa dan perindustrian. Bila merujuk kepada skor terbobot dari masing-masing sektor, maka sektor perikanan masih menempati posisi tertinggi diantara 3 (tiga) sektor utama seperti tersebut di atas, dengan penangkapan ikan/biota laut sebagai subsektor tertinggi, disusul berturut-turut kemudian oleh subsektor budidaya ikan laut, budidaya ikan air tawar, budidaya keramba dan budidaya rumput laut.

Fakta hasil penelitian tersebut kiranya cukup sesuai dengan kondisi wilayah alam Provinsi Kepri yang 95,79% wilayahnya terdiri dari lautan dengan luas sebesar 241.215,30 km2. Namun, bila melihat kontribusi terhadap PDRB pada tahun 2012 dan 2013, maka kontribusi terbesar PDRB tahunan Kepri masih disumbang oleh sektor industri pengolahan (sekitar 40%) dan belum terdapat kontribusi yang signifikan dari sektor perikanan dalam perhitungan PDRB tahunan tersebut. Beberapa faktor yang menjadi kendala terkait dengan hal ini antara lain cara penangkapan ikan yang masih tradisional/konvensional dengan menggunakan kapal kecil (one day fishing), serta belum adanya mekanisme pencatatan yang memadai dari instansi pemerintah terkait terhadap besarnya transaksi yang dilakukan oleh para nelayan di Kepri di tengah lautan. Sementara itu, penangkapan ikan oleh nelayan asing di wilayah Kepri menjadi satu tantangan tersendiri bagi pemerintah daerah untuk mengamankan potensi hasil kelautan di wilayahnya.

(24)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV - 2013

24 LPPM IPB, melalui hasil penelitian yang didiseminasikan pada akhir 2013 di hadapan dinas terkait dan pelaku usaha perbankan di Kepri, mengungkapkan perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah daerah terhadap pengembangan sektor perikanan di Kepri, antara lain yakni dengan melakukan pelatihan untuk nelayan pembudidaya ikan, memberikan bantuan/subsidi kredit untuk pengadaan sarana alat tangkap maupun alat budidaya, pengembangan klaster/industri penanganan rantai dingin/industri pengolahan lanjut melalui program minapolitan yang dapat menjangkau seluruh area Kepri dengan lebih luas dan penguatan armada pengawasan terhadap nelayan asing agar potensi perikanan lokal milik Kepri dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat daerah.

Lebih lanjut, pada awal 2014, KPwBI Provinsi Kepri mengadakan Seminar Blue Economy yang menghadirkan Dr. Rokhimin Dauri dan Dr. Faisal Basri sebagai narasumber. Dalam seminar tersebut para narasumber memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah dan pelaku perbankan di Kepri untuk menjadikan sektor kelautan (khususnya perikanan) sebagai jati diri Provinsi Kepri, melakukan sinergi secara lintas sektoral antar instansi guna mendukung pelaksanaan program ekonomi biru, meningkatkan akses pembiayaan melalui pengembangan UMKM terutama yang terkait dengan program ekonomi biru, serta menerapkan prinsip zero waste dan kelestarian lingkungan dalam mengoptimalkan potensi kelautan demi pertumbuhan ekonomi daerah maupun ekonomi nasional.

(25)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV - 2013

25

BAB 2

PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL

2.1. PERKEMBANGAN INFLASI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Pada tahun 2013, tekanan inflasi di Provinsi Kepri melonjak tiga kali lipat dibanding inflasi tahun 2012 dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Sampai dengan akhir Desember 2013, inflasi di Provinsi Kepri tercatat sebesar 8,24% (yoy) jauh lebih tinggi dibanding inflasi tahun 2012 yang tercatat sebesar 2,38% (yoy). Lonjakan inflasi akibat kenaikan BBM mulai terjadi pada bulan Juni 2013 dengan tingkat inflasi 0,72% (mtm) dan mencapai puncaknya pada bulan Juli 2013 dengan tingkat inflasi sebesar 2,45% (mtm).

Selain mendorong lonjakan inflasi pada kelompok administered price, kenaikan harga BBM juga memicu kenaikan harga kelompok bahan makanan

(volatile food). Tingkat inflasi kelompok volatile food merupakan yang tertinggi dibanding kelompok lainnya. Laju inflasi kelompok volatile food tercatat sebesar 15,04% (yoy), kelompok administered price 13,88% (yoy), dan kelompok inti sebesar 3,95% (yoy). Selain kenaikan harga BBM, laju inflasi kelompok bahan makanan yang tinggi juga didorong oleh pembatasan impor produk hortikultura dan penurunan pasokan karena penurunan produksi di Jawa dan Sumatera Utara.

Kenaikan inflasi Provinsi Kepri lebih dipengaruhi oleh pergerakan inflasi Kota Batam yang mencapai 7,81% (yoy). Sementara itu, inflasi yang lebih tinggi di Kota Tanjungpinang sebesar 10,09% (yoy) memberikan tekanan ke atas sehingga realisasi inflasi Kepri mencapai 8,24% (yoy). Bobot Kota Batam dan Kota Tanjungpinang sebagai daerah sampel inflasi Provinsi Kepri masing-masing adalah 82% dan 18%.

0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 2010 2011 2012 2013

Nasional Kepulauan Riau Batam Tanjung Pinang

Inflasi, % yoy Sumber: BPS, diolah (2,0) 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 2010 2011 2012 2013

Inflasi Bulanan (mtm) Inflasi Tahunan (yoy) Inflasi Triwulanan (qtq)

%

Sumber: BPS, diolah

Grafik 2.1.

Perkembangan Inflasi Kepri dan Nasional

Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kepri

(26)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV - 2013

26 Meskipun sampai dengan akhir tahun tingkat inflasi tahunan Provinsi Kepri berada pada tingkat tertinggi, namun secara triwulanan inflasi Kepri telah berangsur-angsur turun. Inflasi triwulanan Kepri tercatat sebesar 1,34% (qtq), mereda dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 4,20% (qtq).

2.2.

INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA

2.2.1. Inflasi Tahunan

Sampai dengan akhir triwulan IV-2013, sebagian besar kelompok barang dan jasa di Provinsi Kepulauan Riau mengalami kenaikan harga yang tinggi. Tekanan paling kuat dialami oleh kelompok bahan makanan dengan inflasi sebesar 14,09% (yoy) yang memberikan andil terhadap inflasi sebesar 3,69% atau 45% dari total angka inflasi tahunan sebesar 8,24%. Laju inflasi yang tinggi pada kelompok bahan makanan dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), pembatasan impor produk hortikultura, serta penurunan produksi bumbu-bumbuan di Jawa akibat faktor cuaca dan di Sumatera akibat bencana Gunung Sinabung.

Selama tahun 2013 harga cabe merah telah naik hingga 121,36% sementara harga bawang merah naik hingga 86,43%. Faktor cuaca berupa curah hujan yang tinggi menyebabkan produksi cabe merah dan bawang merah turun. Hal ini diperparah dengan adanya pembatasan impor hortikultura yang semakin mendorong kenaikan harga kedua komoditas tersebut karena alternatif pasokan dari impor menjadi lebih ketat.

Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan Kepulauan Riau Menurut Kel. Barang dan Jasa (yoy,%)

Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil UMUM 2,38 2,38 3,41 3,41 4,07 4,07 7,29 7,29 8,24 8,24

Bahan Makanan 2,75 0,68 6,04 1,55 6,37 1,63 11,09 2,89 14,09 3,69

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 3,25 0,60 4,53 0,83 5,04 0,93 6,47 1,17 6,52 1,18

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 1,13 0,26 2,11 0,49 2,52 0,59 3,57 0,81 4,78 1,08

Sandang 3,62 0,27 1,26 0,09 (0,16) (0,01) 1,19 0,08 (0,09) (0,01)

Kesehatan 1,91 0,07 2,55 0,10 2,77 0,11 3,24 0,12 3,56 0,13

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 3,12 0,18 3,09 0,17 2,76 0,15 2,59 0,14 3,41 0,18

Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 1,64 0,27 1,09 0,18 4,07 0,66 12,61 2,18 12,35 2,13

Sumber: BPS, diolah 2013 Tw IV KELOMPOK PENGELUARAN Tw IV Tw I Tw II 2012 Tw III

Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan menyumbang inflasi terbesar kedua dengan kenaikan harga tahunan sebesar 12,35% dan andil sebesar 2,13% atau 26% dari total angka inflasi tahunan. Laju inflasi kelompok ini juga didorong oleh kenaikan harga BBM yang diikuti kenaikan tarif transportasi dan tarif listrik.

(27)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV - 2013

27 Kenaikan harga bensin sebesar 44% dan solar sebesar 22% pada akhir Juni 2013 mendorong kenaikan tarif angkutan dalam kota sebesar 12,62% dan tarif taksi sebesar 38,88%. Selain pengaruh kenaikan harga BBM, laju inflasi subkelompok transportasi, komunikasi, dan keuangan juga dipengaruhi oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika sepanjang paruh kedua tahun 2013. Beberapa komoditas yang terkena imbasnya antara lain adalah mobil dan pelumas.

Tabel 2.2. Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan Provinsi Kepulauan Riau

Tabel 2.3. Inflasi Tahunan Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Keuangan Provinsi Kepulauan Riau

NO KOMODITAS INFLASI (% YoY) ANDIL (% YoY) 1 Cabe Merah 121,36 1,72 2 Bawang Merah 86,43 0,56 3 Beras 6,39 0,27 4 Udang Basah 24,72 0,19 5 Daging Sapi 16,52 0,18 6 Tongkol 26,29 0,16

7 Daging Ayam Ras 9,63 0,16

8 Selar 16,67 0,16 9 Kentang 40,59 0,14 10 Kelapa 22,86 0,13 NO KOMODITAS INFLASI (% YoY) ANDIL (% YoY) 1 Bensin 43,18 1,89

2 Angkutan Dalam Kota 12,62 0,27

3 Mobil 6,38 0,11

4 Tarip Taksi 38,88 0,09

5 Bahan Pelumas/Oli 14,55 0,06

6 Solar 22,22 0,06

2.2.2. Inflasi Triwulanan

Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, inflasi pada triwulan IV-2013 tercatat telah mereda. Sejak awal tahun 2012 sampai dengan triwulan II-2013, inflasi triwulanan bergerak di bawah angka 2%, sementara pada triwulan III-2013, inflasi melonjak dan mencapai angka 4,2% (qtq) didorong oleh kenaikan BBM dan kenaikan permintaan menjelang hari raya Idhul Fitri.

Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kepulauan Riau Menurut Kel. Barang dan Jasa (qtq,%)

Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil

UMUM 1,33 1,33 1,15 1,15 4,20 4,20 1,34 1,34

Bahan Makanan 2,47 0,64 1,51 0,38 6,71 1,75 2,79 0,73

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 1,95 0,36 1,24 0,23 2,05 0,37 1,14 0,21

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 1,73 0,40 0,60 0,14 1,15 0,26 1,22 0,28

Sandang (1,14) (0,08) (2,22) (0,16) 3,77 0,26 (0,40) (0,03)

Kesehatan 1,32 0,05 1,02 0,04 0,65 0,02 0,52 0,02

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0,09 0,00 0,28 0,02 2,21 0,12 0,82 0,04

Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan (0,11) (0,02) 3,21 0,52 8,28 1,43 0,64 0,11

Sumber: BPS, diolah KELOMPOK PENGELUARAN Tw IV 2013 Tw III Tw II Tw I

Penyumbang terbesar inflasi triwulan IV-2013 adalah kelompok bahan makanan dengan angka inflasi sebesar 2,79% (qtq) dan andil sebesar 0,73% atau 55% dari total

(28)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV - 2013

28 angka inflasi triwulanan. Jika ditelisik lebih dalam, subkelompok bumbu-bumbuan merupakan pendorong utama kenaikan inflasi triwulanan dengan laju sebesar 18,58%. Komoditas utama penyumbang inflasi pada subkelompok bumbu-bumbuan adalah cabe merah dan bawang merah.

Tabel 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan (qtq,%)

Tabel 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan, Listrik, Air, dan Gas (qtq,%)

Tw I Tw II Tw III Tw IV

Bahan Makanan 2,47 1,51 6,71 2,79

Padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya 2,13 0,86 2,99 0,75

Daging dan hasil-hasilnya 0,93 1,36 8,80 0,55

Ikan segar 6,90 (3,01) 15,06 0,05

Ikan diawetkan 3,05 2,55 1,90 1,00

Telur, susu dan hasil-hasilnya 2,66 (0,31) 1,82 1,21

Sayur-sayuran (9,97) (2,28) 12,72 3,91

Kacang-kacangan 0,58 0,28 5,12 0,97

Buah-buahan 3,86 4,11 3,47 1,17

Bumbu-bumbuan 12,71 17,80 2,93 18,58

Lemak dan minyak (0,93) (0,87) 6,76 0,09

Bahan makanan lainnya 1,41 0,46 0,63 0,65

Sumber: BPS, diolah

KELOMPOK PENGELUARAN 2013

Tw I Tw II Tw III Tw IV

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 1,74 0,59 1,15 1,22

Biaya tempat tinggal 1,73 0,58 0,47 1,49

Bahan bakar, penerangan dan air 1,16 0,53 2,85 0,96 Perlengkapan rumah tangga 0,30 0,36 1,13 1,92 Penyelenggaraan rumah tangga 3,55 0,92 0,27 0,34 Sumber: BPS, diolah

KELOMPOK PENGELUARAN 2013

Kelompok dengan laju inflasi triwulanan terbesar kedua pada triwulan IV-2013 adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar dengan laju inflasi sebesar 1,22% (qtq) dan andil inflasi sebesar 0,28% atau 21% dari total angka inflasi. Pembentuk utama inflasi kelompok ini adalah subkelompok perlengkapan rumah tangga karena kenaikan harga peralatan memasak dan elektronik. Pelemahan nilai tukar rupiah telah mendorong kenaikan harga perlengkapan rumah tangga yang mengandung komponen impor tinggi atau yang diimpor secara langsung.

Penyumbang andil inflasi triwulanan terbesar ketiga adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau dengan laju inflasi 1,14% (qtq) dan andil inflasi sebesar 0,21 atau 16% dari total angka inflasi. Tekanan inflasi bersumber dari subkelompok tembakau karena kenaikan harga rokok kretek filter dan subkelompok makanan jadi terutama karena kenaikan beberapa makanan jadi berbahan baku impor seperti roti tawar dan donat yang berbahan terigu serta sate yang berbahan daging sapi.

Tabel 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau (qtq,%)

Tabel 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan (qtq,%)

Tw I Tw II Tw III Tw IV

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 1,95 1,23 2,05 1,14

Makanan jadi 0,80 1,04 2,78 1,12

Minuman tidak beralkohol 0,84 1,60 0,61 0,13

Tembakau dan mikol 5,18 1,37 1,48 1,82

Sumber: BPS, diolah

KELOMPOK PENGELUARAN 2013

Tw I Tw II Tw III Tw IV

Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keu. (0,10) 3,21 8,28 0,64

Transpor (0,18) 4,31 11,75 0,87

Komunikasi 0,00 1,29 0,08 0,00

Sarana dan penunjang transpor 0,00 0,10 1,93 0,25

Jasa keuangan 1,00 0,00 0,00 0,00

Sumber : BPS (diolah)

KELOMPOK PENGELUARAN 2013

Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan merupakan penyumbang inflasi terbesar keempat dengan inflasi triwulanan sebesar 1,14% (qtq) dan andil sebesar 0,11% atau 8% dari total angka inflasi triwulan IV-2013. Subkelompok transpor merupakan

Gambar

Grafik   Nilai Tukar Petani (NTP)
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Permintaan (yoy)
Grafik 1.6.  Pertumbuhan Ekspor Impor
Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan Kepulauan Riau Menurut Kel. Barang dan Jasa (yoy,%)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan inflasi di Bali yang dihitung berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Denpasar pada Triwulan IV-2013 tercatat sebesar 7,35% (yoy), sedikit

Nilai ekspor produk industri Indonesia pada triwulan IV tahun 2014 mencapai USD 29,48 miliar atau mengalami penurunan sebesar -0,8 persen dibandingkan triwulan IV tahun 2013

Tabel 2.1 Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Maluku Utara Periode Triwulan II Tahun 2017 dan Tahun 2018 (dalam miliar rupiah).. Belanja Barang yang teralisasi sebesar

Walaupun realisasi total pendapatan pemerintah Provinsi Sulawesi Utara pada Semester I-2013 telah mencapai 50,87% dari target pendapatan tahun 2013, namun realisasi

Realisasi investasi pemerintah daerah yang masih rendah terindikasi dari rendahnya belanja modal di triwulan pertama 2015 yang hanya mencapai 6,7%, lebih

Dari seluruh jenis belanja dalam struktur belanja APBD di Provinsi Aceh, sampai dengan triwulan I 2019 persentase realisasi tertinggi berada pada Belanja Pegawai yaitu

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau, Kajian Pengaruh Belanja Pemerintah Terhadap Perekonomian Regional Provinsi Kepulauan Riau.. Gambar VI-5

Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo pada triwulan III-2012 lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, sementara