• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Berpikir Kreatif - BAB II SITI NUR AENI MTK'13

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Berpikir Kreatif - BAB II SITI NUR AENI MTK'13"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kemampuan Berpikir Kreatif

Kemampuan berpikir merupakan kegiatan penalaran yang reflektif, kritis dan kreatif, yang berorientasi pada suatu proses intelektual yang melibatkan pembentukan konsep, aplikasi, analisis, menilai informasi yang terkumpul atau dihasilkan melalui pengamatan, pengalaman, refleksi, pentaakulan, atau komunikasi sebagai landasan kepada satu keyakinan (kepercayaan) dan tindakan. Kemampuan berpikir berhubungan dengan terdapatnya seseorang individu menggunakan kedua-dua domain kognitif dan afektif dalam usaha mendapatkan atau memberikan informasi, menyelesikan masalah atau membuat keputusan (Iskandar, 2012).

(2)

Definisi kreativitas dijelaskan pula oleh Munandar (2009). Kreativitas dalam perkembangannya sangat terkait dengan empat aspek, yaitu aspek pribadi, pendorong, proses, dan produk. Ditinjau dari apsek pribadi, kreativitas muncul dari interaksi pribadi yang unik dengan lingkungannya. Ditinjau sebagai proses, kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya. Proses kreatif meliputi beberapa tahap, yaitu persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Definisi mengenai produk kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreativitas, ialah sesuatu yang baru, orisinal, dan bermakna. Ditinjau dari aspek pendorong kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan internal maupun dorongan eksternal dari lingkungan.

(3)

kemungkinan yang baru, sesuatu yang baru berdasarkan kepada keaslian dalam penghasilannya.

Karkteristik pemikiran kreatif menurut Guilford (Satiadarma, 2003) berkaitan erat dengan lima ciri yang menjadi sifat kemampuan berpikir: (a) kelancaran (fluency) dalam berpikir adalah kemampuan memproduksi banyak gagasan, (b) keluwesan (flexibility) merupakan kemampuan untuk mengajukan berbagai pendekatan atau jalan pemecahan masalah, (c) keaslian (originality) adalah kemampuan untuk melahirkan gagasan-gagasan asli sebagai hasil pemikiran sendiri, (d) penguraian (elaboration) adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terperinci, (e) perumusan kembali (redefiniton) merupakan kemampuan untuk mengkaji suatu persoalan melalui cara dan perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah lazim.

(4)

dari unsur-unsur yang biasa; (d) ketrampilan mengelaborasi, yang meliputi kemampuan memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk; (e) ketrampilan menilai (mengevaluasi), yakni kemampuan menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat atau suatu tindakan bijaksana sehingga dia mampu mengambil suatu keputusan sesuai situasi yang dihadapinya.

Adapun ciri-ciri afektif orang kreatif (Satiadarma, 2003) terdiri atas: a. Rasa ingin tahu yang mendorong individu lebih banyak

mengajukan pertanyaan, selalu memperhatikan orang, objek, dan situasi serta membuatnya lebih peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui atau meneliti.

b. Memiliki imajinasi yang hidup, yakni kemampuan memperagakan atau membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi.

c. Merasa tertantang oleh kemajuan yang mendorongnya untuk mengatasi masalah-masalah yang sulit.

d. Sifat berani mengambil resiko, yang membuat orang kratif tidak takut gagal atau mendapat kritik.

(5)

pengembangan sikap dan ciri-ciri kreatif didasarkan pada ciri-ciri afektif orang kreatif.

B. Pembelajaran Treffinger

Model Treffinger untuk mendorong belajar kreatif menggambarkan susunan tiga tingkat yang mulai dengan unsur-unsur dasar dan menanjak ke fungsi-fungsi berpikir kreatif yang lebih majemuk. Model Treffinger (Munandar, 2009) terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:

a. Basic tools atau teknik-teknik kreativitas tingkat I, meliputi ketrampilan berpikir divergen dan teknik-teknik kreatif. Teknik-teknik yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Memberikan pemanasan (warming up)

Pemanasan dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan terbuka yang menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa atau mendorong siswa mengajukan pertanyaan terhadap suatu masalah.

2) Sumbang saran (brainstorming)

Osborn (Munandar, 2009) menentukan empat aturan dasar untuk sumbang saran, yaitu:

a) Kritik tidak dibenarkan atau ditangguhkan. b) Kebebasan dalam memberikan gagasan. c) Gagasan sebanyak mungkin.

(6)

Sumbang saran dilakukan dalam kelompok kecil, meskipun juga dapat dilakukan sendiri. Salah seorang siswa mencatat dan menghitung jumlah jawaban yang diberikan. Penting bahwa setiap anggota kelompok mematuhi aturan sumbang saran di atas. Guru dapat memudahkan proses dengan memberikan kerangka pemikiran yang berkaitan dengan masalah untuk meningkatkan kelenturan pemikiran yang merupakan salah satu aspek dari berpikir kreatif.

3) Pertanyaan yang memacu gagasan (idea spurring question) Penggunaan teknik ini menyarankan macam-macam kemungkinan dan meningkatkan kelenturan pemikiran siswa. b. Practice with process, atau teknik-teknik kreativitas tingkat II

memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan ketrampilan yang dipelajari pada tingkat I dalam situasi praktis. Salah satu teknik yang dapat digunakan yaitu synectics. Pada teknik synectics, siswa dilatih untuk berpikir berdasarkan analogi dalam pemecahan masalah. Langkah pertama adalah merumuskan masalah yang ditulis di papan tulis agar semua dapat melihatnya. Kegiatan selanjutnya berlangsung dengan seluruh kelas dipimpin oleh guru atau dalam kelompok kecil dipimpin oleh siswa.

(7)

menemukan masalah, menemukan gagasan, menemukan solusi, dan menemukan penerimaan. Pada tahap ini, siswa tidak hanya belajar ketrampilan berpikir kreatif, tetapi juga bagaimana menggunakan informasi ini dalam kehidupan mereka.

Model Treffinger dengan melibatkan baik ketrampilan kognitif maupun afektif pada setiap tingkat dari model ini menunjukkan saling hubungan dan ketergantungan antara keduanya untuk mendorong belajar kreatif. Teknik kreativitas tingkat I ditandai oleh originalitas, fleksibilitas, dan keterbukaan terhadap masalah yang disertai keberanian mengambil resiko. Teknik kreativitas tingkat II merupakan pemberian kesempatan siswa untuk mengidentifikasi masalah dengan mencari alternatif pemecahan secara teratur. Kesempatan siswa dalam merumuskan masalah lebih ditekankan pada tingkat kreativitas III, di mana siswa dilatih untuk mencari berbagai informasi tentang hal tertentu, analisis desain yang sistematik dan meramalkan sesuatu (hipotesis), membuktikan kebenaran suatu hipotesis, dan membuat proyek mandiri tenatng topik itu (Semiawan, 1997).

C. Pembelajaran Langsung

(8)

dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Pengetahuan deklaratif merupakan pengetahuan mengenai bagaimana orang melakukan sesuatu dan pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan tentang sesuatu.

Pengajaran langsung (Trianto, 2011) digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati di pihak guru. Agar efektif, menurut Kardi dan Nur (Trianto, 2011), pembelajaran langsung mensyaratkan tiap detail ketrampilan atau isi didefinisikan secara saksama dan demonstrasi serta jadwal pelatihan dirancang dan dilaksanakan secara saksama.

D. Ruang Dimensi Tiga

1. Kedudukan Titik, Garis, dan Bidang dalam Ruang Dimensi Tiga Kedudukan titik, garis, dan bidang dalam ruang meliputi:

a. Kedudukan titik terhadap garis dan titik terhadap bidang. b. Kedudukan garis terhadap garis dan garis terhadap bidang. c. Kedudukan bidang terhadap bidang lain.

2. Jarak Dalam Ruang Dimensi Tiga Pembahasan jarak dalam ruang meliputi:

a. Jarak titik ke titik, titik ke garis, dan titik ke bidang.

(9)

E. Kerangka Berpikir

Salah satu faktor untuk menciptakan lingkungan yang mendukung siswa untuk berpikir kreatif mereka adalah pemilihan pembelajaran yang tepat untuk berpikir kreatif. Berpikir kreatif sangat diperlukan siswa dalam pembelajaran matematika, salah satunya untuk memudahkan siswa untuk memecahkan berbagai macam permasalahan matematika.

Penelitian ini akan meneliti tentang pengaruh pembelajaran Treffinger terhadap kemampuan berpikir kreatif pada siswa kelas X SMA

(10)

meliputi lima langkah, yaitu menemukan fakta, menemukan masalah, menemukan gagasan, menemukan solusi, dan menemukan penerimaan, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan mereka dalam pemecahan masalah.

Dengan menerapkan pembelajaran Treffinger diharapkan akan mendorong siswa untuk lebih berpikir kreatif dalam pembelajaran matematika. Dengan demikian dikatakan bahwa pembelajaran Treffinger ini akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif.

F. Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah perusahaan mempunyai 5 jenis pekerjaan untuk diselesaikan oleh 5 karyawan, dimana menugaskan setiap karyawan akan mendatangkan keuntungan yang berbeda- beda bagi

Paleogeografi Miosen awal Formasi Baturaja (Ginger.. dan

Koefisien variabel persepsi konsumen pada iklan TV sebesar 0.261 (lampiran) atau b > 0, artinya semakin tinggi persepsi (yang terdiri dari isi pesan, struktur pesan, format

Proses searching data dengan syarat, hanya surat yang masuk dan keluar. untuk keperluan intern dan hanya dikeluarkan oleh Wakil

SESUAI DENGAN PLATFORM YANG KELIMA DARI SISTEM EKONOMI PANCASILA: KEADILAN SOSIAL, MAKA MORAL PEMBANGUNAN BERDASARKAN PLATFORM KELIMA INI HARUSLAH MENYANGKUT HAL BERIKUT

Uji sitotoksisitas dilakukan dengan menghitung jumlah kultur sel mieloma pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diberi ekstrak etanolik daun sirih merah.. Metode

Mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan pembelajaran kaidah-kaidah bahasa Arab dengan metode Amtsilati pada santri Madin Tingkat Awaliyah Pon-Pes

Dalam proses ini admin harus menekan tombol detail kemudian akan muncul form detail pembelian yang digunakan untuk mengisi data obat yang dibeli.. Form detail pembelian ini