• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI LINGKUNGAN DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI PADA SISWA KELAS III B MI MAꞌARIF KUMPULREJO 2 TAHUN PELAJARAN 20162017 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI LINGKUNGAN DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI PADA SISWA KELAS III B MI MAꞌARIF KUMPULREJO 2 TAHUN PELAJARAN 20162017 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI

LINGKUNGAN DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN

EKSPOSITORI PADA SISWA KELAS III B MI MAꞌARIF

KUMPULREJO 2 TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

PENI NUR HIDAYATI

NIM 11513083

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

ii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI

LINGKUNGAN DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN

EKSPOSITORI PADA SISWA KELAS III B MI MAꞌARIF

KUMPULREJO 2 TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

PENI NUR HIDAYATI

NIM 11513083

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vi

MOTTO

ْيِكُسُوَو يِتَلاَص َّنِإ

هْيِمَلاَعلا ِّبَر ِ َّ ِلِلَ يِتاَمَمَو َياَيْحَمَو

Sesungguhnya solatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah kerana

Allah, Tuhan seluruh alam

(Q.S Al- An

am: 162)

"Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru

yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik."

(Evelyn Underhill)

“Tugas Kita bukan untuk berhasil, tugas kita hanyalah mencoba, karena

dengan mencoba kita akan menemukan dan belajar membangun

(8)

vii

PERSEMBAHAN

Kupersembahakan skripsi ini untuk orang-orang yang kukasihi dan kusayangi:

1. Bapak Abdul hadi dan Ibu Muntamah tercinta.

Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga

kupersembahkan karya kecil ini kepada bapak dan ibu yang telah memberikan

kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tidak

mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas bertuliskan kata cinta dan

persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat bapak dan ibu

bahagia.

2. Saudara laki-lakiku Aan Hidayat yang selalu mendukung dan menyemangati.

3. Sahabat terbaikku Hafih Ana N, Tyas Milati, Agustin Eka D yang tak pernah

henti mendukungku serta memberi semangat padaku.

4. Teman-taman PGMI angkatan 2013.

5. Teman-teman KKN 2017 IAIN Salatiga posko 5.

6. Teman-teman PPL di MI Ma’arif Pulutan Salatiga.

7. Semua dosen dan guru yang telah mengajariku selama ini.

8. Kepala Sekolah MI Kumpulrejo 2 Dusun Ngronggo, Kelurahan Kumpulrejo,

Kecamatan argomulyo, Salatiga.

9. Wali Kelas III B MI Kumpulrejo 2 Dusun Ngronggo, Kelurahan Kumpulrejo,

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang senantiasa

melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini yang digunakan untuk memperoleh gelar kesarjanaan (S1)

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah IAIN Salatiga tepat pada waktunya.

Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad

SAW, yang telah membawa umat manusia dari jaman jahiliyah menuju jaman

islamiyah yang terang benderang. Beliau juga yang membawa risalah islam yang

penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat

menjadi bekal hidup kita di dunia dan akhirat kelak.

Bagi penulis, penyusunan skripsi ini bukanlah tugas yang ringan. Penulis

sadar banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyusunan skripsi ini,

dikarenakan karena keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun skripsi ini

telah selesai tepat waktu, tentunya banyak pihak yang membantu penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang

telah memberikan bantuannya, khususnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

(10)

ix

3. Ibu Peni Susapti, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah (PGMI) danselakudosenpembimbingskripsipenulis yang

senantiasasabardanteliti .

4. Bapak Dr. Budiyono Saputro, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

5. Bapak serta Ibu yang tak henti-hentinya memberikan motivasi baik berupa

material maupun spiritual.

6. Ibu Istiqah Rahayu Ningsih, S.Pd, selaku kepala Sekolah MI Kumpulrejo 2 yang

telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

7. Guru kelas III B MI Kumpulrejo 2 Ibu Khalifatul, S.Pd,I, yang mendukung

berjalannya proses penelitian.

8. Seluruh siswa-siswi kelas III B MI Kumpulrejo 2yang telah mendukung dan

membantu peneliti dalam melakukan penelitian.

9. Kakakku yang selalu mendukung, memberikan semangat, dan nasehat-nasehat

yang bermanfaat.

10.Sahabat-sahabatku yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat.

11.Seluruh teman-teman PGMI angkatan Tahun 2013 yang selalu mendukung

penulis.

12.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik

secara langsung maupun tidak langsung.

(11)

x

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik, saran dan

masukan yang dapat penulis gunakan untuk menyempurnakan kegiatan penulisan

hasil penelitian mendatang.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu mencurahkan rahmat, bimbingan dan

petunjuk-Nya kepada kita semua. Amiin

Salatiga, 20 Maret 2017

(12)

xi

ABSTRAK

Hidayati, Peni Nur. 2017. Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Lingkungan Dengan Strategi Pembelajaran Ekspositori Pada Siswa Klas III B MI Maarif Kumpulrejo 2 Tahun Pelajaran 2016/2017. Skipsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Peni Susapti, M.Si.

Kata Kunci: Hasil belajar, Strategi Ekspositori.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) materi lingkungan dengan menggunakan strategi pembelajaran ekspositori pada siswa kelas III B MI Kumpulrejo 2 Dusun Ngronggo, Kelurahan Kumpulrejo, Kecamatan Argomulyo Tahun pelajaran 2016/2017. Subyek penelitian ini guru mata pelajaran IPA dan siswa kelas III B MI Kumpulrejo 2 Dusun Ngronggo, Kelurahan Kumpulrejo, Kecamatan Argomulyo terdiri dari 28 siswa yaitu 15 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam 2 siklus. Tiap siklusnya merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai dari 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi, tes tertulis, dan dokumentasi. Analisis data yang dilakukan yaitu dengan membandingkan pencapaian nilai setiap siklus dengan ditandai peningkatan kriteria ketuntasan klasikal.

(13)

xii

DAFTAR ISI

LOGO ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

MOTTO ... vii

C. Tujuan Penelitian ... 6

(14)

xiii

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Definisi operasional ... 7

G. Metode Penelitian ... 11

1. Rancangan Penelitian ... 11

2. Lokasi, Waktu, dan Subjek Penelitian ... 12

3. Langkah-Langkah Penelitian ... 13

4. Instrumen Penelitian ... 15

5. Teknik Pengumpulan Data ... 16

6. Analisis Data ... 18

H. Sistematika Penulisan ... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) 1. Pengertian Belajar ... 20

2. Pengertian HasilBelajar ... 22

3. Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar ... 23

4. Pengertian IPA ... 26

5. Hakikat Pembelajaran IPA ... 27

6. Materi Lingkungan ... 29

B. Strategi Pembelajaran Ekspositori 1. Pengertian Strategi Pembelajaran ... 31

2. Klasifikasi Strategi Pembelajaran ... 32

3. Strategi Pembelajaran Ekspositori ... 35

C. Hubungan Antara Strategi Ekspositori dengan Hasil Belajar ... 45

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Deskripsi Pelaksanaan Pra Siklus ... 48

B. Deskripsi Pelaksanaann Siklus I ... 51

(15)

xiv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Per Siklus ... 71

B. Pembahasan ... 76

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 92

B. Saram ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93

(16)

xv

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1.1 Jadwal waktu penelitian... 13

2. Tabel 3.1 Nilai ulangan harian (pra siklus)... 48

3. Tabel 3.2 Data keadaan siswa ... 50

4. Tabel 3.3 Lembar hasil pengamatan kinerja guru siklus I... 57

5. Tabel 3.4 Lembar observasi keaktifan siswa siklus I... 58

6. Tabel 3.6 Lembar hasil pengamatan kinerja guru siklus II... 66

7. Tabel 3.7 Lembar observasi keaktifan siswa siklus II... 68

8. Tabel 4.1 Nilai ulangan harian pra siklus... 72

9. Tabel 4.2 Perolehan nilai evaluasi siklus I... 73

10.Tabel 4.3 Perolehan nilai evaluasi siklus II... 75

11.Tabel 4.4 Hasil rekapitulasi nilai siswa per siklus... 76

12.Tabel 4.5 Lembar hasil pengamatan kinerja guru siklus I... 78

13.Tabel 4.6 Lembar observasi keaktifan siswa siklus I... 81

14.Tabel 4.8 Lembar hasil pengamatan kinerja guru siklus II... 85

15.Tabel 4.9 Lembar observasi keaktifan siswa siklus II... 88

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I... 96

Lampiran 2 Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II... 105

Lampiran 3 Lembar pengamatan guru dan siswa siklus I... 116

Lampiran 4 Lembar pengamatanguru dan siswa siklus II... 120

Lampiran 5 Lembar soal evaluasi siklus I... 124

Lampiran 6 Lembar soal evaluasi siklus II... 125

Lampiran 7 Dokumentasi penelitian... 126

Lampiran 8 Surat permohonan ijin penelitian... 127

Lampiran 9 Surat keterangan penelitian... 128

Lampiran 10 Lembar Konsultasi skripsi... 129

Lampiran 11 Daftar nilai SKK... 130

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan

manusia, dalam berbangsa dan bernegara mempunyai peran yang penting, yaitu

untuk menjamin keberlangsungan dan perkembangan bangsa itu sendiri. Hal ini

karena pendidikan merupakan upaya yang terorganisasi, terencana, dan

berlangsung secara terus menerus sepanjang hayat untuk membina anak didik

menjadi manusia mandiri, dewasa, berbudaya dan memiliki moral yang baik.

Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) sangat penting bagi kehidupan

manusia, sebab IPA merupakan mata pelajaran yang berhubungan dengan

kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, siswa di sekolah dasar dituntut memiliki

pengetahuan agar bisa digunakan dalam kehidupan mereka selanjutnya.

Mata pelajaran IPA berfungsi untuk memberikan pengetahuan lingkungan

alam, mengembangkan keterampilan wawasan dan kesadaran teknologi dalam

kaitannya dengan pemanfaatan bagi kehidupan sehari-hari. Dengan mempelajari

IPA anak dapat mengenal berbagai lingkungan alam, sehingga diharapkan anak

bisa menjaga dan merawat lingkungan yang ada. Dalam Q.S Al- Araf: 56 Allah

berfirman:

(20)

2

memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS: Al-A'raf Ayat: 56)

Di dalam pembelajaran IPA mengandung pendidikan yang membangun

nilai-nilai moral dikalangan peserta didik. Pendidikan di tingkat sekolah dasar

merupakan wadah yang sangat penting untuk mempersiapkan sejak dini para

generasi penerus bangsa. Menurut Zuchdi, dkk. (2013: 14) dikatakan bahwa

pendidikan merupakan agen of change yang harus mampu melakukan perbaikan

karakter bangsa kita. Pendidikan kita perlu direkonstruksi ulang agar dapat

menghasilkan lulusan yang lebih berkualitas dan memiliki kemampuan

menghadapi dunia masa depan yang penuh dengan problema dan tantangan.

Pembentukan kemampuan siswa di sekolah dipengaruhi oleh proses

belajar yang ditempuhnya. Proses belajar akan terbentuk berdasarkan pandangan

dan pemahaman guru tentang karakteristik siswa dan hakikat pembelajaran.

Untuk menciptakan proses belajar yang efektif, hal yang harus dipahami guru

adalah fungsi dan peranannya dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu sebagai

pembimbing, fasilitator, narasumber dan pemberi informasi. Dengan demikian

proses belajar perlu disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Untuk

(21)

3

karakteristik siswa dan proses pembelajarannya khususnya SD/MI (Wiyani,

2013: 145).

Pendidikan IPA terdapat pendidikanyang bisa digunakan dan

diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya saja guru dapat

menanamkan keagungan dan kekuasaan Allah yang menciptakan alam semesta

dan segala isinya yang akhirnya dapat menumbuhkan cinta kepada Allah SWT.

Pelajaran IPA mengandung banyak sekali nilai kehidupan serta nilai karakter

yang dapat digunakan manusia untuk bersosialisasi antara manusia dengan Allah,

manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan. Hal ini sesuai dengan

hadis Rasulullah tentang tuntunan akhlak yitu:

ٍن َسَح ٍقُلُ ِبِ َساَّنلا ِقِلاَخَو

Artinya:

“Pergaulilah manusia dengan akhlak mulia”(HR. at-Tirmidzi).

Salah satu upaya untuk memperbaiki akhlak peserta didik, guru SD/MI

memegang peranan yang sangat penting, terutama dalam membentuk karakter

serta mengembangkan potensi yang dimiliki siswa SD/MI. Kehadiran seorang

guru tidak dapat tergantikan oleh unsur yang lain, lebih-lebih dalam masyarakat

yang multikultural dan multidimensional saat ini tidak dapat digantikan dengan

teknologi apapun.

Guru selain memegang peran dalam pembentukan karakter, juga memiliki

(22)

4

SD/MI yang profesional diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas, baik

dari segi karakter maupun dari segi intelektual. Untuk mewujudkan peranan

tersebut, penggunaan strategi pembelajaran perlu diperhatikan dan disesuaikan

dengan kondisi sekolah maupun kondisi dari peserta didik.

MI Ma’arif Kumpulrejo 2 yang beralamat di dusun Ngronggo, Kelurahan

Kumpulrejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga adalah salah satu MI swasta

yang berada di Salatiga. Berdasarkan survei awal yang penulis lakukan di MI

Ma’arif Kumpulrejo 2 menunjukkan ada beberapa faktor yang menjadi kendala

dalam proses pembelajaran bagi siswa dan masih rendahnya hasil pembelajaran

IPA di kelas III B.

Penyabab permasalahan ini antara lain: 1) masih rendahnya nilai

pelajaran IPA materi lingkungan, 2) kurangnya rasa ingin tahu siswa dalam

mengikuti pembelajaran IPA, 3) kurangnya aplikasi langsung dalam penerapan

pembelajaran IPA, 4) kurangnya pemahaman siswa, 5)kurang aktif dalam

mengikuti pembelajaran IPA, serta 6) masih ada siswa yang bermain sendiri

ketika guru menjelaskan.

Berdasarkan faktor-faktor diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan menggunakan strategi pembelajaran ekspositori. Menurut

Suyadi (2013:146) strategi pembelajaran ekspositori merupakan aplikasi dari

(23)

5

dapat menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan

materi pelajaran yang disampaikan dapat dikuasai peserta didik dengan baik.

Fokus utama strategi ekspositori adalah kemampuan akademik siswa.

Meskipun strategi ekspositori hanya dapat digunakan pada saat-saat tertentu saja

(pada awal pelajaran, menerangkan materi, memberikan contoh soal, dan

sebagainya) namun kegiatan peserta didik tidak hanya mendengarkan, namun

juga membuat catatan, mengerjakan soal-soal latihan, kerja kelompok, dan maju

di depan kelas. Diharapkan penggunaan strategi ekspositori berguna untuk

memperlancar pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA

bagi siswa. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan

penelitian dengan judul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI

LINGKUNGAN DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN

EKSPOSITORI PADA SISWA KELAS III B MI MA’ARIF

KUMPULREJO 2 TAHUN AJARAN 2016/2017”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut: “Apakah penggunaan strategi pembelajaran ekspositori dapat

meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas III B MI Ma’arif Kumpulrejo 2 tahun

(24)

6

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA

dengan penggunaan strategi pembelajaran ekspositori pada siswa kelas III B MI

Ma’arif Kumpulrejo 2 tahun ajaran 2016/2017.

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis tindakan

Menurut Sugiyono (2013:96) hipotesis adalah jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian

telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dengan demikian

hipotesis penelitian ini adalah: penggunaan strategi pembelajaran ekspositori

dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas III B MI Ma’arif

Kumpulrejo 2 tahun ajaran 2016/2017.

2. Indikator keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar

IPA pada materi lingkungan yang ditandai dengan:

a. Nilai yang diperoleh siswa dapat melebihi KKM yang sudah ditentukan di

sekolah tersebut, yakni 60 untuk mata pelajaran IPA.

(25)

7

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan setelah penelitian ini selesai adalah sebagai

berikut:

1. Bagi guru, dapat mengetahui keefektifan penggunaan strategi ekspositori

dalam meningkatkan prestasi belajar IPA.

2. Bagi siswa, dapat lebih memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh

guru.

3. Bagi sekolah, dapat meningkatkan prestasi dalam persaingan dengan sekolah

lain.

4. Bagi peneliti lain, dapat mengembangkan penelitian yang lebih bervariasi lagi

dalam pengembangan dunia pendidikan Indonesia.

5. Bagi pengambil kebijakan, dapat memperhatikan proses pendekatan strategi

pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran di sekolah.

F. Definisi Operasional 1. Hasil belajar

Menurut Susanto (2013: 5) menjelaskan bahwa hasil belajar

merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa. Perubahan

(26)

8

(afektif), dan keterampilan (psikomotor) sebagai hasil dari proses kegiatan

belajar.

Sedangkan menurut Sudjana (2013:22) mengemukakan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

merupakan proses yang dilakukan siswa dalam setiap kegiatan belajar

mengajar sehingga menimbulkan pengalaman dengan melibatkan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada diri siswa.

2. IPA

Menurut Maria dan Praginda (2009:14-15), IPA atau sains (Inggris:

sciences) terbagi menjadi beberapa bidang sesuai dengan perbedaan bentuk

dan cara memandang gejala alam. Ilmu yang mempelajari kehidupan disebut

biologi. Ilmu yang mempelajari gejala fisik dari alam disebut fisika. Dan

khusus untuk bumi dan antariksa disebut ilmu pengetahuan bumi dan

antariksa. Sedangkan ilmu yang mempelajari sifat materi benda disebut ilmu

kimia. Kadang-kadang pada tingkat pembahasan tertentu perbedaan itu sudah

tidak nampak lagi.

Istilah sains (IPA) secara umum mengacu pada masalah alam (nature)

yang dapat diinterpresentasikan dan diuji. Dengan demikian keadaan alam

adalah keadaan materi atau atom, molekul dan senyawa, segala sesuatu yang

(27)

9

memperlihatkan behaviour materi, merupakan pengertian dari sains, yaitu:

fisika, kimia, dnan biologi.

3. Materi lingkungan

a. Lingkungan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: lingkungan sehat dan

lingkungan tidak sehat.

b. Ciri-ciri lingkungan sehat antara lain: udara bersih dan segar, saluran air

lancar, ada tempat pembuangan sampah, banyak pohon dan lain-lain.

c. Ciri-ciri lingkungan tidak sehat antara lain: udara kotor, tidak ada saluran

air, tidak ada tumbuhan hijau, tidak ada tempat sampah, dan lain-lain.

d. Pengaruh terhadap kehidupan antara lain: asap menyebabkan sesak napas,

air kotor menyebabkan gatal-gatal, tanah tercemar menyebabkan tanah

tidak subur, dan lain-lain.

e. Cara memelihara kesehatan lingkungan antara lain: menanam tanaman,

membuang sampah ketempat sampah, mengolah limbah, membersihkan

lingkungan, dan lain-lain.

4. Strategi pembelajaran ekspositori

Istilah strategi pertama kali hanya dikenal dikalangan militer,

khususnya strategi perang. Dalam sebuah peperangan terdapat seorang

komandan yang bertugas mengatur strategi untuk memenangkan peperangan.

(28)

10

dunia pendidikan. Dalam konteks pendidikan strategi digunakan untuk

mengatur siasat agar dapat mencapai tujuan dengan baik. Strategi dalam

konteks pendidikan dapat dimaknai sebagai perencanaan yang berisi

serangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan

(Suyadi, 2013: 13).

Menurut Majid (2014:4) mengatakan bahwa istilah pembelajaran dapat

diartikan sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang

melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan

kearah pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Pembelajaran dapat pula

dipandang sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam membuat siswa

belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Menurut Aqib (2013:71) mengatakan bahwa strategi pembelajaran

adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan

belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut

dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar,

kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka

mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah: cara yang

dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi pada siswa untuk mencapai

tujuan tertentu. Strategi pembelajaran juga tidak pernah lepas dari

(29)

11

strategi pembelajaran juga harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi,

sumber belajar, kebutuhan, serta karkteristik peserta didik.

G. Metode Penelitian

1. Rancangan penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian

tindakan kelas (PTK) yang akan dilaksanakan dalam 2 siklus. Menurut

Suyadi (2013:38) PTK secara harfiah berasal dari bahasa inggris yaitu

classroom action research, yang artinya penelitian tindakan yang dilakukan

di kelas. PTK adalah perencanaan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan

belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara

bersamaan.

Menurut Basrowi & Suwandi (2008:25) penelitian tindakan kelas

adalah salah satu upaya yang dilakukan guru dalam berbagai bentuk kegiatan

yang dilakukan untuk memperbaiki (meningkatkan) mutu pembelajaran

dikelas. Jadi secara singkat PTK merupakan penelitian yang dilakukan di

kelas yang bertujuan untuk memperbaiki proses belajar-mengajar yang telah

ada.

Adapun karakteristik dari PTK yaitu:

a. Mahasiswa seolah-olah menjadi guru yang peka terhadap permasalahan

(30)

12

b. Adanya refleksi (pengumpulan datanya dilakukan dengan berefleksi

diri). Dalam refleksi ini guruharus jujur terhadap diri sendiri untuk

mengakui kelemahan dan kekurangan kemampuannya dalam

melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar.

c. PTK biasannya dilakukan di dalam kelas, sehingga fokus perhatiannya

adalah proses pembelajaran antara guru dan siswa melalui interaksi.

Yang dimaksud kelas disini tidak terbatas pada ruang tertutup saja,

melainkan juga bisa dilakukan di tempat terbuka.

d. PTK bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran dengan tiada henti

(Suyadi, 2013: 41-44).

2. Lokasi, waktu, dan subjek penelitian

a. Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di MI Ma’arif Kumpulrejo 2,

yang beralamat di Dusun Ngronggo, Kelurahan Kumpulrejo, Kecamatan

Argomulyo, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah. Dengan mata

pelajaran IPA dengan materi pokok lingkungan kelas III B semester 1.

MI Ma’arif Kumpulrejo 2 memiliki gedung sekolah yang

terbilang baik dan sudah memenuhi standar dalam proses belajar

mengajar sekaligus sebagai tempat pelaksanaan penelitian, selain itu

letak yang sangat strategis dan mudah untuk dijangkau seluruh

(31)

13

b. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama kurang lebih 4 bulan,

mulai bulan November 2016 hingga Maret 2017. Jadwal sementara

adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Jadwal waktu penelitian

No Tanggal Pelaksanaan Kegiatan

1. 08 November 2016 Permintaan izin penelitian dan observasi

di MI Ma’arif Kumpulrejo 2

2. 14 November 2016 Pelaksanaan observasi lanjutan di MI

Ma’arif Kumpulrejo (pra siklus)

3. 19 November 2016 Pelaksanaan siklus 1

4. 26 November 2016 Pelaksanaan siklus II

5. 27 November – Selesai Penyusunan laporan penelitian skripsi

c. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III B MI Ma’arif

Kumpulrejo 2. dengan jumlah siswa 28 anak dengan 13 siswa

perempuan dan 15 siswa laki-laki. Pada dasarnya mereka berasal dari

keluarga yang berekonomi menengah kebawah. Pada umumnya mereka

termasuk siswa-siswa yang ceria dan bersemangat dalam belajar, namun

dalam proses pembelajaran masih kurang memiliki rasa ingin tahu serta

berada dilingkungan yang kurang mendukung untuk menggunakan

startegi yang berpusat pada siswa, karena tidak adanya sarana prasarana

(32)

14

3. Langkah-langkah penelitian

Menurut Arikunto (2008:16) ada beberapa ahli yang

mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda,

namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu:

(1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi.

Gambar 1.1 Model tahapan dalam PTK (Arikunto, 2006: 16)

Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Langkah pertama dalam PTK yaitu melakukan perencanaan

dengan matang. Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang

penggunaan strategi ekspositori untuk meningkatkan hasil belajar materi

lingkungan. Peneliti mengarahkan siswa untuk menyimak pemaparan

guru, melakukan, mengamati dan berusaha menemukan sendiri

pengetahuan yang ada dengan bimbingan dari guru. SIKLUS I

SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

(33)

15 b. Pelaksanaan tindakan (Acting)

Dalam pelaksanaan tindakan ini merupakan implementasi

(penerapan isi rancangan) yaitu mengenakan tindakan di kelas. Jadi

perlu diingat bahwa guru harus berusaha mentaati apa yang telah

dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus tetap berlaku wajar dan tidak

dibuat-buat ( Arikunto, 2006: 17).

c. Pengamatan (Observing)

Observasi (pengamatan) yaitu: alat untuk memotret tinggi atau

besarnya efek tindakan dalam mencapai sasaran. Pada tahap ini, peneliti

harus menguraikan jenis data yang dikumpulkan, cara

mengumpulkannya, dan alat atau instrument pengumpulan data

misalnya: angket, wawancara, tes, dan sebagainnya.

d. Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali sesuatu

yang telah dilakukan. Refleksi sering disebut juga dengan istilah

memantul, maksudnya memantulkan pengalamannya kembali ke layar

kaca sehingga tampak jelas baik kelemahan maupun kelebihannya.

e. Siklus-siklus dalam PTK

Siklus adalah putaran dari suatu rangkaian kegiatan, mulai

(34)

16

adalah kegiatan penelitian yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan, dan refleksi (Suyadi, 2013: 56).

4. Instrumen penelitian

Bentuk instrumen yang dipakai untuk mendapatkan data adalah:

a. Lembar pengamatan/blangko pengamatan, digunakan untuk

mengamati secara langsung kegiatan guru dan siswa dalam proses

pembelajaran IPA dengan menggunakan strategi pembelajaran

ekspositori.

b. Tes/evaluasi teks/soal, digunakan untuk mengukur hasil belajar IPA,

terkait materi lingkungan.

c. Pedoman dokumentasi, digunakan untuk mendapatkan gambaran

kegiatan dalam proses pembelajaran melalui strategi pembelajaran

ekspositori. Dokumentasi juga digunakan sebagai bukti hasil penelitian

yang berupa gambar atau foto yang menggunakan alat bantu berupa

kamera.

5. Teknik pengumpulan data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui:

a. Observasi

Observasi merupakan salah satu bagian yang sangat penting

dalam penelitian tindakan, karena observasi digunakanm untuk

(35)

17

yang telah disusun, seberapa proses yang terjadi dapat diharapkan

menuju sasaran yang diharapkan (Basrowi & Suwandi, 2008: 27).

Observasi juga digunakan untuk mendapatkan data tentang

perubahan yang terjadi selama proses pembelajaran yang dimana

peneliti melakukan pengamatan perhatian siswa, tanggapan siswa,

dan keaktifan siswa ketika mengikuti kegiatan belajar

mengajar.Observasi atau pengamatan ini dilakukan oleh peneliti

dalam kelas baik secara langsung maupun tidak langsung.

b. Tes

Menurut Arifin (1990:22) menjelaskan tes adalah suatu teknik

atau cara dalam rangka melaksanakan kegiatan evaluasi, yang di

dalamnya terdapat berbagai item atau serangkaian tugas yang harus

dikerjakan (dijawab) oleh siswa.

Bentuk tes yang digunakan adalah bentuk tes formatif yang

berupa tes tertulis yang berkaitan dengan materi ajar. Tes ini akan

diberikan pada akhir pembelajaran. Teknik ini digunakan untuk

mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran,

dan siswa dikatakan telah mencapai tingkat penguasaan apabila telah

memperoleh minimal 85% dari target pembelajaran.

(36)

18

Dokumentasi adalah gambaran untuk mengumpulkan data dari hasil

pembelajaran sebelum maupaun sesudah dilaksanakan penelitian tindakan

kelas, keadaan guru, keadaan siswa yang berupa catatan, transkip nilai,

dokumen hasil kerja siswa, foto maupun dokumen lain yang mendukung.

Dokumentasi digunakan untuk mengetahui dan menggali informasi tentang

pemahaman siswa dan implementasinya pada perolehan nilai sebagai hasil

belajar yang dilakukan di MI Ma’arif Kumpulrejo 2.

6. Analisis data

Setelah data terkumpul dengan lengkap, maka selanjutnya adalah

menganalisis data tersebut. Penentuan model analisis yang dipilih harus

benar-benar sesuai dengan jenis data yang diperoleh. Data kuantitatif dapat

dianalisis secara diskriptif (persentase, mean, median, mode, simpangan

baku, frekuensi, tabel, grafik, chat, dan lain-lain). Untuk menentukan

kesimpulan akhir dari ฀฀฀฀analisis data kuantitatif, maka dapat

menggunakan penghitungan statistik atau presentase dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

NP = R X 100% SM Keterangan:

NP : Nilai persen yang dicari atau diharapkan

R : Skor mentah yang diperoleh siswa

(37)

19

100 : Bilangan tetap (Purwanto, 1994: 102)

H. Sistematika Penulisan

Adapun isi dan sistematika hasil penelitian tindakan kelas ini terdiri dalam 5

(lima) bab yang saling berkaitan dan dapat dijelaskan sebagai berikut:

Bab I = Pendahuluan

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan,

manfaat penelitian, devinisi operasional, metode penelitian, dan sistematika

penilisan.

Bab II = Kajian Pustaka

Dalam bab ini berisi uraian tentang definisi hasil belajar, Ilmu

PengetahuanAlam (IPA), strategi pembelajaran ekspositori, dan materi

lingkungan.

Bab III = Pelaksanaan dan Penelitian

Dalam bab ini berisi tentang profil sekolah, deskripsi pelaksanaan

penelitian pra siklus, siklus I, siklus II.

Bab IV = Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini berisi tentang uraian hasil dan pembahasan pra siklus,

siklus I dan siklus II serta pembahasan.

Bab V = Penutup

(38)

20

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) 1. Pengertian belajar

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam

kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia

dilahirkan sampai dengan akhir hayat. Contohnya saja pada saat manusia

masih bayi, ia menguasai keterampilan-keterampilan yang sederhana, seperti

memegang botol dan mulai mengenal orang-orang disekelilingnya. Ketika

sudah menginjak anak-anak dan remaja, sejumlah sikap, nilai, serta

keterampilan dalam berinteraksi dicapai sebagai kompetensi. Saat manusia

sudah dewasa, ia diharapkan telah mahir dengan tugas-tugas dan pekerjaan

tertentu (Baharudin & Wahyuni, 2008: 11).

Menurut Susanto (2013:4) belajar merupakan suatu aktivitas yang

dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh

konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan

seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berfikir,

(39)

21

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya (Slamento, 1991: 2). Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa

belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang secara sadar untuk

mencapai kompetensi, keterampilan, sikap, pemahaman untuk menjadi lebih

baik lagi.

Menurut Slamento (1991: 3) ciri-ciri dari perubahan tingkah laku

dalam pengertian belajar adalah:

a. Perubahan yang terjadi secara sadar

Yaitu individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau

sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu

perubahan dalam dirinya.

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Sebagai hasil dari belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu

berlangsung secara terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang

terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna dalam

kehidupan maupun proses belajar selanjutnya.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Perubahan-perubahan dalam belajar senantiasa bertambah dan tertuju

(40)

22

demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan, maka makin banyak

dan makin baik perubahan yang diperoleh.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang terjadi dalam proses belajar bersifat menetap atau

permanen. Hal ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar

akan bersifat menetap bukan bersifat sementara atau temporer.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan tingkah laku dalam belajar terjadi karena ada tujuan yang akan

dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang

benar-benar disadari.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar

meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar

sesuatu, maka sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku

secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan

sebagainnya.

2. Pengertian hasil belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang setelah

melalui kegiatan belajar. Karena belajar sendiri merupakan suatu proses dari

seseorang yang berusaha memperoleh sesuatu bentuk perubahan perilaku

(41)

23

menetapkan tujuan belajar, dimana anak akan dikatakan berhasil dalam

belajar apabila telah berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan

instruksional (Susanto, 2013: 5).

Menurut Susanto (2013:5-6) untuk mengetahui apakah hasil belajar

yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui

melalui evaluasi. Dengan dilakukannya evaluasi atau penilaian ini dapat

dijadikan feedback (tindak lanjut), atau dapat digunakan untuk mengukur

tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur

dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa adalah

kemampuan siswa setelah melalui kegiatan belajar yang meliputi kemampuan

dari segala aspek yang telah dipelajarai oleh individu baik menyangkut

pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berkaitan dengan mata pelajaran

yang diberikan kepada siswa.

3. Faktor yang mempengaruhi proses belajar

Menurut Baharudin & Wahyuni (2008: 19) secara umum faktor-faktor

yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu: faktor

internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi

(42)

24 a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu

dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini

meliputi faktor fisiologis dan psikologis.

1) Faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan

kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua

macam. Pertama, keadaan jasmani. Keadaan ini pada umumnya sangat

mempengaruhi aktifitas belajar seseorang. Kedua, keadaan fungsi

jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi

fisiologi pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar,

terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan

mempermudah aktifitas belajar dengan baik pula. Dalam proses

belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi

yang ditangkap dan diterima oleh manusia (Baharudin & wahyuni,

2008: 20).

2) Faktor psikologis

Faktor-faktor psikologis merupakan keadaan psikologis seseorang

(43)

25

yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa,

motivasi, minat, sikap, dan bakat (Baharudin & wahyuni, 2008:20).

b. Faktor eksternal

Selain faktor-faktor internal diatas, proses belajar juga dipengaruhi

oleh faktor eksternal, yaitu:

1) Lingkungan sosial

a) Lingkungan sosial sekolah. Seperti guru, administrasi, dan

teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar siswa.

Hubungan yang harmonis dari ketiganya dapat menjadi motivasi

bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah.

b) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat

tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Contohnya

saja lingkungan tempat tinggal siswa yang kumuh, banyak

pengangguran dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi

aktifitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika

memerlukan teman belajar.

c) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat mempengaruhi

kegiatan belajar, ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, letak

rumah, semua dapat berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa.

Sebaliknya hubungan antara anggota keluarga yang harmonis akan

(44)

26

2) Lingkungan nonsosial

Lingkungan nonsosial dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:

a) Lingkungan alamiah. Lingkungan alamiah ini contohnya seperti

kondisi udara yanag segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang

tidak terlalu silau/kilat, suasana yang sejuk dan tenang.

b) Faktor instrumental. Yaitu: perangkat belajar yang dapat

digolongkan dua macam. Pertama hardware, seperti gedung

sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga, dan

lain-lain. Kedua software, seperti kurikulum sekolah,

peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, dan lain-lain.

c) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini

hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu

juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi

perkembangan siswa.

4. Pengertian IPA

IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu:

mempelajari fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan atau

kejadian dan hubungan sebab-akibatnya. Ada dua hal yang berkaitan yang

tidak bisa dipisahkan dengan IPA, yaitu IPA sebagai produk, pengetahuan

IPA yang berupa faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif, dan IPA

(45)

27

Menurut Maria dan Praginda (2009: 14-15), IPA atau sains (Inggris:

sciences) terbagi menjadi beberapa bidang sesuai dengan perbedaan bentuk

dan cara memandang gejala alam. Ilmu yang mempelajari kehidupan disebut

biologi. Ilmu yang mempelajari gejala fisik dari alam disebut fisika. Dan

khusus untuk bumi dan antariksa disebut ilmu pengetahuan bumi dan

antariksa. Sedangkan ilmu yang mempelajari sifat materi benda disebut ilmu

kimia. Kadang-kadang pada tingkat pembahasan tertentu perbedaan itu sudah

tidak nampak lagi.

Menurut Ahmadi & Supatmo (2000: 2) IPA merupakan suatu ilmu

teoritis, tetapi teori tersebut didasarkan atas pengamatan percobaan-percobaan

terhadap gejala-gejala alam. Betapapun indahnya suatu teori dirumuskan,

tidaklah dapat dipertahankan kalau tidak sesuai dengan hasil-hasil

pengamatan (observasi). Fakta-fakta tentang gejala kebendaan (alam)

diselidiki, dan diuji berulang-ulang melalui percobaan-percobaan (experimen),

kemudian berdasarkan hasil experimen itulah dirumuskan keterangan

ilmiahnya (teorinya). Teoripun tidak dapat berdiri sendiri. Teori selalu

didasari oleh suatu hasil pengamatan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu pengetahuan yang

menyangkut fakta-fakta. Diperoleh dan dikembangkan dengan cara yang

(46)

28

penyusunan teori, experimen, observasi, dan begitu seterusnya saling kait

mengait antara cara satu dengan cara yang lainnya.

5. Hakikat pembelajaran IPA

Menurut Wisduwati & Sulistyowati (2014: 26) pembelajaran IPA

dapat digambarkan sebagai suatu sistem, yaitu sistem pembelajaran IPA.

Sebagaimana sistem-sistem lainya, sistem pembelajaran IPA terdiri atas

komponen masukan pembelajaran, proses pembelajaran, dan keluaran

pembelajaran.

Pembelajaran IPA adalah interaksi antara komponen-komponen

pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang

berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan. Tugas utama guru IPA adalah

melaksanakan proses pembelajaran IPA. Proses pembelajaran IPA terdiri atas

tiga tahap, yaitu: perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses

pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran (Wisduwati & Sulistyowati,

2014: 26).

Proses pembelajaran IPA harus memperhatikan karakteristik IPA

sebagai proses dan IPA sebagai produk. IPA terpadu telah diberikan di SD/MI

dan SMP/MTS sebagai mata pembelajaran IPA terpadu dan secara terpisah di

SMA/MA sebagai mata pembelajaran ilmu Biologi, Fisika, IPA, serta Bumi

dan Antariksa. Dalam proses belajarnya objek IPA meliputi kerja ilmiah

(47)

29

konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif IPA

(Wisduwati & Sulistyowati, 2014: 26-27).

Jadi pembelajaran IPA adalah suatu sistem yang saling berinteraksi

antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran

untuk mencapai tujuan yang berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan.

Selain itu dalam proses pembelajaran harus memperhatikan karakteristik IPA

sebagai proses dan IPA sebagai produk.

6. Materi Lingkungan

Adapun materi pembelajaran lingkungan sehat dan lingkungan tidak

sehat adalah sebagai berikut:

a. Lingkungan sehat

Lingkungan sehat adalah lingkungan yang bersih. Lingkungan

sehat memiliki ciri sebagai berikut:

1) Udara bersih dan segar

2) Tanah yang subur

3) Sumber air yang bersih

4) Air sungai yang mengalir terlihat bersih dan jernih

5) Sampah tidak berserakan

(48)

30

Setiap orang memiliki kewajiban untuk mewujudkan lingkungan

sehat. Lingkungan sehat akan membuat kesehatan kita terjaga dan betah

menghuninya.

b. Lingkungan tidak sehat

Lingkungan tidak sehat adalah lingkungan yang tidak memenuhi

syarat kesehatan. Ciri-ciri lingkungan tidak sehat adalah sebagai berikut:

1) Udara kotor karena banyak debu dan asap

2) Sampah banyak berserakan

3) Sumber air tidak bersih

4) Saluran air tidak lancar sehingga air menggenang

5) Tumbuhan tidak bisa tumbuh dengan subur sehingga lingkungan

menjadi gersang

Lingkungan yang tidak sehat menimbulkan berbagai penyakit, bau

yang tidak sedap, dan pemandangan yang buruk.

c. Perbedaan lingkungan sehat dan tidak sehat

Lingkungan sehat adalah lingkungn yang belum tercemar,

sedangkan lingkungan tidak sehat adalah lingkungan yang sudah tercemar.

d. Kondisi lingkungan yang tidak sehat

1) Pencemaran udara

2) Pencemaran air

(49)

31

4) Pencemaran suara

e. Pengaruh kondisi lingkungan sehat terhadap kesehatan

1) Lingkungan yang mengandung banyak pepohonan akan menjadikan

udara terasa segar dan bersih

2) Sampah yang dibuang pada tempat sampah akan menjadikan

lingkungan bersih dan indah

3) Air yang bersih tidak akan menimbulkan sarang penyakit

f. Pengaruh kondisi lingkungan yang tidak sehat terhadap kesehatan

1) Asap yang bertebaran di mana-mana akan menjadikan pernafasan

menjadi sesak, mata menjadi gatal dan perih, bahkan dapat

mengakibatkan asma

2) Air yang kotor akan menimbulkan berbagai penyakit, contohnya diare,

gatal-gatal, muntaber, dan lain-lain

3) Tanah yang sudah tercemar akan menjadikan tanah menjadi tidak

subur

g. Cara menjaga kesehatan lingkungan

1) Membuang sampah ke tempat sampah

2) Mengolah limbah sebelum dibuang ke lingkungan

3) Membersihkan lingkungan secara teratur

4) Menanam tanaman di sekitar rumah dan lahan kosong dengan tanaman

(50)

32

5) Mengalirkan air yang tergenang melalui saluran air

6) Menciptakan rumah yang sehat, yakni rumah yang memiliki lubang

angina atau ventilasi udara

7) Tidak membakar sampah di sembarang tempat

8) Tidak menebang pohon secara sembarangan

B. Strategi Pembelajaran Ekspositori 1. Pengertian strategi pembelajaran

Istilah strategi pertama kali hanya dikenal dikalangan militer,

khususnya strategi perang. Dalam sebuah peperangan terdapat seorang

komandan yang bertugas mengatur strategi untuk memenangkan peperangan.

Seiring berjalannya waktu, istilah strategi di dunia militer diadopsi kedalam

dunia pendidikan. Dalam konteks pendidikan strategi digunakan untuk

mengatur siasat agar dapat mencapai tujuan dengan baik. Dengan kata lain,

strategi dalam konteks pendidikan dapat dimaknai sebagai perencanaan yang

berisi serangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan

(Suyadi, 2013: 13).

Menurut Wina (2007) dalam Hamruni (2012: 2) didalam konteks

belajar mengajar, strategi berarti pola umum aktivitas guru-peserta didik

dalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar. Sifat umum pola tersebut

(51)

33

dipergunakan guru-peserta didik di dalam bermacam-macam peristiwa

belajar.

Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh

pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses

pembelajaran (Aqib, 2015: 71). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan

bahwa strategi pembelajaran adalah perencanaan atau pola umum yang berisi

serangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan.

2. Klasifikasi strategi pembelajaran

Menurut Hamruni (2012: 8) strategi pembelajaran dapat

diklasifikasikan menjadi lima yaitu: strategi pembelajaran langsung (direct

instruction), tak langsung (inndirect instruction), interaktif, mandiri, melalui

empirik (experiential).

a. Strategi pembelajaran langsung

Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak

diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau

membangun keterampilan tahap demi tahap. Pembelajaran langsung

biasanya bersifat deduktif.

Kelebihan strategi ini adalah mudah untuk direncanakan dan

digunakan, namun ia memiliki kelemahan utama dalam mengembangkan

(52)

34

hubungan interpersonal serta belajar kelompok. Agar peserta didik dapat

mengembangkan sikap dan pemikiran kritis, strategi pembelajaran

langsung perlu dikombinasikan dengan strategi pembelajaran yang lain.

b. Strategi pembelajaran tak langsung

Strategi pembelajaran tak langsung sering disebut dengan inkuiri,

induktif, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan penemuan.

Berlawanan dengan strategi pembelajaran langsung, strategi ini umumnya

berpusat pada peserta didik. Peranan guru bergeser dari seorang

penceramah menjadi seorang fasilitator. Guru mengelola lingkungan

belajar dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat.

Kelebihan strategi ini antara lain: (1) mendorong ketertarikan dan

keingintahuan peserta didik, (2) menciptakan alternatif dan menyelesaikan

masalah, (3) mendorong kreatifitas dan pengembangan keterampilan

interpersonal dan kemampuan yang lain, (4) pemahaman yang lebih baik,

(5) mengekspresikan pemahaman. Namun kekurangannya strategi ini

memerlukan waktu yang panjang, outcome sulit diprediksi. Strategi

pembelajaran ini juga tidak cocok apabila peserta didik perlu mengingat

materi dengan cepat.

c. Strategi pembelajaran interaktif

Strategi pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan sharing

(53)

35

didik untuk bereaksi terhadap gagasan, pengalaman, pendekatan, dan

pengetahuan guru atau temannya serta untuk membangun cara alternatif

untuk berfikir dan merasakan.

Kelebihan strategi ini antara lain: (1) peserta didik dapat belajar dari

temannya dan guru untuk membangun keterampilan sosial dan

kemampuan-kemampuan, (2) mengorganisasikan pemikiran dan

membangun argumen yang rasional. Strategi ini memungkinkan untuk

menjangkau kelompok-kelompok dan metode-metode interaktif. Hanya

saja strategi ini sangat bergantung pada kecakapan guru dalam menyusun

dan menggembangkan dinamika kelompok.

d. Strategi pembelajaran mandiri

Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi pembelajaran yang

bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan

peningkatan diri. Fokusnya adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh

peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga bisa dilakukan

dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok kecil. Kelebihan strategi

pembelajaran ini adalah membentuk peserta didik yang mandiri dan

bertanggungjawab. Kekurangan dari strategi ini adalah bila diterapkan

kepada peserta didik yang belum dewasa, karena belum bisa belajar secara

mandiri.

(54)

36

Pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif, berpusat

pada peserta didik, dan berbasis aktivitas. Refleksi pribadi tentang

pengalaman dan formulasi perencanaan menuju penerapan pada konteks

yang lain merupakan faktor kritis dalam pembelajaran empirik yang

efektif.

Kelebihan dari strategi ini antara lain: (1) meningkatkan partisipasi

peserta didik, (2) meningkatkan sifat kritis peserta didik, (3)

meningkatkan analisis peserta didik, dapat menerapkan pembelajaran pada

situasi yang lain. Namun kekurangan dari strategi ini adalah penekanan

hanya pada proses bukan pada hasil, keamanan siswa, biaya yang mahal,

dan memerlukan waktu yang panjang.

3. Strategi pembelajaran ekspositori

a. Pengertian strategi pembelajaran ekspositori

Menurut Hamruri (2012: 73) strategi ekspositori adalah strategi

pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara

verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar

siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Killen (1998)

menamakan strategi ekspositori dengan istilah strategi pembelajaran

langsung (direct instruction). Hal ini dikarenakan materi pelajaran

disampaikan langsung oleh guru, siswa tidak dituntut untuk menemukan

(55)

37

proses bertutur, jadi lebih sering disebut dengan istilah strategi “Chalk and

talk”.

Strategi pembelajaran ekspositori merupakan aplikasi dari

pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru. Melalui strategi ini,

guru menyampaikan materi pelajaran secara terstruktur dengan harapan

materi pembelajaran yang disampaikan dapat dikuasai peserta didik

dengan baik. Strategi pembelajaran ekspositori bukan semata-mata

ceramah, melainkan mengkombinasikan dengan gerak tubuh atau bahasa

verbal, semangat belajar yang membara, dan gaya komunikatif yang

menantang (Suyadi, 2013: 146-147).

Strategi pembelajaran ekspositori dalam penyampaiannya lebih

menekankan pada proses bertutur, dalam hal ini sama dengan metode

ceramah. Namun dalam proses pembelajarannya berbeda dengan metode

ceramah. Metode ceramah berbentuk penjelasan konsep, prinsip, dan fakta

yang ditutup dengan tanya jawab antara guru dan siswa (Hamdani: 2011,

156). Sedangkan kegiatan pembelajaran dengan strategi ekspositori bukan

sekedar memberi penjelasan yang bermakna saja, tetapi juga dituntut

hal-hal yang lebih dalam, seperti mengaplikasikan informasi yang telah

dipelajari dalam situasi yang berbeda yang mungkin berlainan dengan

(56)

38

Selain hal tersebut, strategi ekspositori memiliki perbedaan dengan

metode ceramah. Dapat dilihat dari perbedaan istilah strategi dan metode.

Metode adalah cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan

fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran (Aqib,

2015: 70). Sedangkan strategi adalah cara-cara yang akan digunakan oleh

pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang digunakan guru, yang

dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan

pembelajaran (Aqib, 2015: 71).

Metode ceramah memiliki keterbatasan dalam peran serta siswa

yaitu rendahnya peran siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini

berbeda dengan strategi pembelajaran ekspositori yang lebih bisa

mengajak siswa untuk aktif sehingga peran serta siswa dalam

pembelajaran lebih terlihat, yaitu melalui tanya jawab serta keikutsertaan

siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran.

Jadi pada dasarnya strategi pembelajaran ekspositori guru tidak

hanya ceramah saja, namun juga mengajak peserta didik untuk aktif dalam

proses pembelajaran. Sedangkan metode ceramah guru hanya

menyampaikan penjelasan (ceramah) mulai dari awal sampai akhir

pembelajaran.

(57)

39

Sebelum menerapkan strategi pembelajaran ekspositori, perlu

memperhatikan syarat-syarat yang harus dipenuhi. Syarat ini cukup

penting mengingat keberhasilan penerapan strategi ekspositori sangat

tergantung pada kemampuan dan keterampilan guru.

Berikut ini adalah syarat bagi pendidik (guru) yang ingin

menggunakan strategi ekspositori:

1) Merumuskan tujuan yang hendak dicapai. Rumusan tujuan ini

biasannya telah ada dalam setiap sub materi pelajaran, sehingga

pendidik tidak terlalu sulit mencanangkan tujuan yang ingin dicapai

dalam pembelajaran tersebut. Disamping itu, tujuan yang hendak

dicapai sebaiknya dirumuskan dalam bentuk perubahan tingkah laku

yang spesifik dan berorientasi pada hasil belajar. Dengan adanya

tujuan yang jelas dapat membimbing peserta didik dalam menyiapkan

materi pelajaran.

2) Menguasai materi pelajaran. Penguasaan materi pelajaran secara

memadai merupakan syarat mutlak penggunaan strategi ini.

Penguasaan materi yang sempurna akan membuat kepercayaan diri

guru meningkat, sehingga guru akan mudah mengelola kelas, bebas

bergerak, berani menatap peserta didik, tidak takut dengan

perilaku-perilaku peserta didik yang dapat mengganggu jalannya proses

(58)

40

3) Mengenali medan kelas dan hal-hal yang mempengaruhi proses

pembelajaran. Mengenali lapangan atau medan merupakan hal penting

dalam langkah persiapan. Beberapa hal yang berhubungan dengan

medan kelas yang harus dikenali pendidik antara lain:

a) Latar belakang peserta didik yang akan menerima materi

b) Kondisi ruangan, baik yang menyangkut luas dan besarnya

ruangan, pencahayaan, posisi tempat duduk, maupun kelengkapan

ruangan itu sendiri.

c. Prinsip-prinsip penggunaan startegi ekspositori

Dalam penggunaan strategi pembelajaran ekspositori terdapat

beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru. Prinsip-prinsip

tersebut adalah sebagai berikut:

1) Berorientasi pada Tujuan

Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam

strategi pembelajaran ekspositori melalui metode ceramah, namun

tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran.

Justru tujuan itulah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam

penggunaan strategi ini. Karena itu sebelum strategi ini diterapkan

terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan pembelajaran secara

jelas dan terukur. Seperti kriteria pada umumnya, tujuan

(59)

41

diukur atau berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh

siswa. Hal ini sangat penting untuk dipahami, karena tujuan yang

spesifik memungkinkan kita bisa mengontrol efektivitas

penggunaan strategi pembelajaran. Memang benar, strategi

pembelajaran ekspositori tidak mungkin dapat mengejar tujuan

kemampuan berpikir tingkat tinggi, misalnya kemampuan untuk

menganalisis, mensintesis sesuatu, atau mungkin mengevaluasi

sesuatu, namun tidak berarti tujuan kemampuan berpikir taraf rendah

tidak perlu dirumuskan. Justru tujuan itulah yang harus dijadikan

ukuran dalam menggunakan strategi ekspositori.

2) Prinsip Komunikasi

Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi, yang

menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber

pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan).

Pesan yang ingin disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran

yang diorganisir dan disusun sesuai dengan tujuan tertentu yaang ingin

dicapai. Dalam proses komunikasi guru berfungsi sebagai sumber

pesan dan siswa berfungsi sebagai penerima pesan.Sistem komunikasi

dikatakan efektif manakala pesan itu dapat mudah ditangkap oleh

penerima pesan secara utuh. Sebagai suatu strategi pembelajaran

(60)

42

komunikasi merupakan prinsip yang sangatpenting untuk

diperhatikan. Artinya, bagaimana upaya yang bisa dilakukan agar

setiap guru dapat menghilangkan setiap gangguan (noise) yang bisa

mengganggu proses komunikasi.

3) Prinsip Kesiapan

Siswa dapat menerima informasi sebagai stimulus yang kita

berikan, terlebih dahulu kita harus memosisikan mereka dalam

keadaan siap baik secara fisik maupun psikis untuk menerima

pelajaran. Jangan mulai kita sajikan mata pelajaran, manakala siswa

belum siap untuk menerimanya.

4) Prinsip Berkelanjutan

Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk

maumempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan

hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu

selanjutnya. Ekspositori yangberhasil adalah manakala melalui proses

penyampaian dapat membawa siswa pada situasi ketidak seimbangan,

sehingga mendorong mereka untuk mencari dan menemukan atau

menambah wawasan melalui proses belajar mandiri.Keberhasilan

penggunaan strategi ekspositori sangat tergantung pada

kemampuan guru untuk bertutur atau menyampaikan mated pelajaran.

(61)

43

Menurut Hamruni, (2012: 80-85) ada beberapa langkah dalam

penerapan strategi ekspositori, yaitu:

1) Persiapan (Preparation)

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk

menerima pelajaran. Dalam strategi ekspositori, langkah persiapan

merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan strategi ekspositori sangat

tergantung pada langkah persiapan. Beberapa hal yang harus dilakukan

dalam langkah persiapan di antaranya adalah: (a) berikan sugesti yang

positif dan hindari sugesti yang negative, (b) mulailah dengan

mengemukakan tujuan yang harus dicapai, (c) bukalah filedalam otak

siswa.

2) Penyajian (Presentation)

Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran

sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Guru harus dipikirkan

guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat

dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Karenaitu, ada

beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah in,

yaitu: (a) penggunaan bahasa, (b) intonasi suara, (c) menjaga kontak

mata dengan siswa, dan (d) mengguna-kan joke-joke yang

(62)

44 3) Korelasi (Correlation)

Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran

dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yanmemungkinkan

siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan

yang telah dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan untuk memberikan

makna terhadapmateri pelajaran, baik makna untuk memperbaiki

strukturpengetahuan yang telah dimilikinya maupun makna untuk

meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik

siswa.

4) Menyimpulkan (Generalization)

Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti (core) dari

materi pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan

merupakan langkah yang sangat penting dalam strategi ekspositori,

sebab melalui langkah menyimpulkan siswa akan dapa mengambil inti

sari dari proses penyajian.

5) Mengaplikasikan (Application)

Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah

mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah

yang sangat penting dalam proses pembelajaran ekspositori, sebab

melalui langkah ini guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang

Gambar

Tabel 1.1 Jadwal waktu penelitian
Gambar 1.1 Model tahapan dalam PTK (Arikunto, 2006: 16)
Tabel 3.1 Nilai ulangan harian (pra siklus)
Tabel 3.2 Data keadaan siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Semua karyawan baik yang memiliki tipe kepribadian introvert ataupun ekstrovert diharapkan memiliki kreativitas yang tinggi sehingga dapat menyelesaikan berbagai permasalahan

Dengan teknik ini kendala yang dihadapi dari sistem konvensional dapat dipecahkan, seperti hambatan seksual, karena dengan teknik ini dapat diperkenalkan gen

Perbedaan antar varietas dalam kaitannya dengan kapasitas dan aktivitas source dan sink serta translokasi asimilat yang mempengaruhi produksi tanaman dan pengisian biji.. Aktivitas

Pengaruh Pendekatan Problem Based Learning (Pbl) Terhadap Kinerja Guru D an Siswa Serta Penguasaan Konsep Siswa Pada Konteks Penyakit Kencing Batu. Universitas Pendidikan Indonesia

Profil kemampuan hipotesis siswa dalam menuliskan variabel bebas dan terikat yang berhubungan dan dan dapat diuji coba pada sub konsep pemanasan global melalui

problema keselamatan kerja penting bagi kehidupan manusia tidak akan terhapus dan akan terus berkembang mengikuti jejak kemajuan teknik dan teknologi. Dari yang semula

[r]

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Perilaku Ibu dalam Pemenuhan Gizi Seimbang pada Balita di Posyandu Mayang Kelurahan Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kota Blitar”