PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI
LINGKUNGAN DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN
EKSPOSITORI PADA SISWA KELAS III B MI MAꞌARIF
KUMPULREJO 2 TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
PENI NUR HIDAYATI
NIM 11513083
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
ii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI
LINGKUNGAN DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN
EKSPOSITORI PADA SISWA KELAS III B MI MAꞌARIF
KUMPULREJO 2 TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
PENI NUR HIDAYATI
NIM 11513083
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
vi
MOTTO
ْيِكُسُوَو يِتَلاَص َّنِإ
هْيِمَلاَعلا ِّبَر ِ َّ ِلِلَ يِتاَمَمَو َياَيْحَمَو
“
Sesungguhnya solatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah kerana
Allah, Tuhan seluruh alam
”
(Q.S Al- An
ꞌ
am: 162)
"Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru
yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik."
(Evelyn Underhill)
“Tugas Kita bukan untuk berhasil, tugas kita hanyalah mencoba, karena
dengan mencoba kita akan menemukan dan belajar membangun
vii
PERSEMBAHAN
Kupersembahakan skripsi ini untuk orang-orang yang kukasihi dan kusayangi:
1. Bapak Abdul hadi dan Ibu Muntamah tercinta.
Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga
kupersembahkan karya kecil ini kepada bapak dan ibu yang telah memberikan
kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tidak
mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas bertuliskan kata cinta dan
persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat bapak dan ibu
bahagia.
2. Saudara laki-lakiku Aan Hidayat yang selalu mendukung dan menyemangati.
3. Sahabat terbaikku Hafih Ana N, Tyas Milati, Agustin Eka D yang tak pernah
henti mendukungku serta memberi semangat padaku.
4. Teman-taman PGMI angkatan 2013.
5. Teman-teman KKN 2017 IAIN Salatiga posko 5.
6. Teman-teman PPL di MI Ma’arif Pulutan Salatiga.
7. Semua dosen dan guru yang telah mengajariku selama ini.
8. Kepala Sekolah MI Kumpulrejo 2 Dusun Ngronggo, Kelurahan Kumpulrejo,
Kecamatan argomulyo, Salatiga.
9. Wali Kelas III B MI Kumpulrejo 2 Dusun Ngronggo, Kelurahan Kumpulrejo,
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang senantiasa
melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang digunakan untuk memperoleh gelar kesarjanaan (S1)
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah IAIN Salatiga tepat pada waktunya.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa umat manusia dari jaman jahiliyah menuju jaman
islamiyah yang terang benderang. Beliau juga yang membawa risalah islam yang
penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat
menjadi bekal hidup kita di dunia dan akhirat kelak.
Bagi penulis, penyusunan skripsi ini bukanlah tugas yang ringan. Penulis
sadar banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyusunan skripsi ini,
dikarenakan karena keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun skripsi ini
telah selesai tepat waktu, tentunya banyak pihak yang membantu penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuannya, khususnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
ix
3. Ibu Peni Susapti, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI) danselakudosenpembimbingskripsipenulis yang
senantiasasabardanteliti .
4. Bapak Dr. Budiyono Saputro, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik.
5. Bapak serta Ibu yang tak henti-hentinya memberikan motivasi baik berupa
material maupun spiritual.
6. Ibu Istiqah Rahayu Ningsih, S.Pd, selaku kepala Sekolah MI Kumpulrejo 2 yang
telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
7. Guru kelas III B MI Kumpulrejo 2 Ibu Khalifatul, S.Pd,I, yang mendukung
berjalannya proses penelitian.
8. Seluruh siswa-siswi kelas III B MI Kumpulrejo 2yang telah mendukung dan
membantu peneliti dalam melakukan penelitian.
9. Kakakku yang selalu mendukung, memberikan semangat, dan nasehat-nasehat
yang bermanfaat.
10.Sahabat-sahabatku yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat.
11.Seluruh teman-teman PGMI angkatan Tahun 2013 yang selalu mendukung
penulis.
12.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
x
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik, saran dan
masukan yang dapat penulis gunakan untuk menyempurnakan kegiatan penulisan
hasil penelitian mendatang.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu mencurahkan rahmat, bimbingan dan
petunjuk-Nya kepada kita semua. Amiin
Salatiga, 20 Maret 2017
xi
ABSTRAK
Hidayati, Peni Nur. 2017. Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Lingkungan Dengan Strategi Pembelajaran Ekspositori Pada Siswa Klas III B MI Maꞌarif Kumpulrejo 2 Tahun Pelajaran 2016/2017. Skipsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Peni Susapti, M.Si.
Kata Kunci: Hasil belajar, Strategi Ekspositori.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) materi lingkungan dengan menggunakan strategi pembelajaran ekspositori pada siswa kelas III B MI Kumpulrejo 2 Dusun Ngronggo, Kelurahan Kumpulrejo, Kecamatan Argomulyo Tahun pelajaran 2016/2017. Subyek penelitian ini guru mata pelajaran IPA dan siswa kelas III B MI Kumpulrejo 2 Dusun Ngronggo, Kelurahan Kumpulrejo, Kecamatan Argomulyo terdiri dari 28 siswa yaitu 15 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam 2 siklus. Tiap siklusnya merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai dari 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi, tes tertulis, dan dokumentasi. Analisis data yang dilakukan yaitu dengan membandingkan pencapaian nilai setiap siklus dengan ditandai peningkatan kriteria ketuntasan klasikal.
xii
DAFTAR ISI
LOGO ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
MOTTO ... vii
C. Tujuan Penelitian ... 6
xiii
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Definisi operasional ... 7
G. Metode Penelitian ... 11
1. Rancangan Penelitian ... 11
2. Lokasi, Waktu, dan Subjek Penelitian ... 12
3. Langkah-Langkah Penelitian ... 13
4. Instrumen Penelitian ... 15
5. Teknik Pengumpulan Data ... 16
6. Analisis Data ... 18
H. Sistematika Penulisan ... 18
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) 1. Pengertian Belajar ... 20
2. Pengertian HasilBelajar ... 22
3. Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar ... 23
4. Pengertian IPA ... 26
5. Hakikat Pembelajaran IPA ... 27
6. Materi Lingkungan ... 29
B. Strategi Pembelajaran Ekspositori 1. Pengertian Strategi Pembelajaran ... 31
2. Klasifikasi Strategi Pembelajaran ... 32
3. Strategi Pembelajaran Ekspositori ... 35
C. Hubungan Antara Strategi Ekspositori dengan Hasil Belajar ... 45
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Deskripsi Pelaksanaan Pra Siklus ... 48
B. Deskripsi Pelaksanaann Siklus I ... 51
xiv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Per Siklus ... 71
B. Pembahasan ... 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 92
B. Saram ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 93
xv
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1.1 Jadwal waktu penelitian... 13
2. Tabel 3.1 Nilai ulangan harian (pra siklus)... 48
3. Tabel 3.2 Data keadaan siswa ... 50
4. Tabel 3.3 Lembar hasil pengamatan kinerja guru siklus I... 57
5. Tabel 3.4 Lembar observasi keaktifan siswa siklus I... 58
6. Tabel 3.6 Lembar hasil pengamatan kinerja guru siklus II... 66
7. Tabel 3.7 Lembar observasi keaktifan siswa siklus II... 68
8. Tabel 4.1 Nilai ulangan harian pra siklus... 72
9. Tabel 4.2 Perolehan nilai evaluasi siklus I... 73
10.Tabel 4.3 Perolehan nilai evaluasi siklus II... 75
11.Tabel 4.4 Hasil rekapitulasi nilai siswa per siklus... 76
12.Tabel 4.5 Lembar hasil pengamatan kinerja guru siklus I... 78
13.Tabel 4.6 Lembar observasi keaktifan siswa siklus I... 81
14.Tabel 4.8 Lembar hasil pengamatan kinerja guru siklus II... 85
15.Tabel 4.9 Lembar observasi keaktifan siswa siklus II... 88
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I... 96
Lampiran 2 Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II... 105
Lampiran 3 Lembar pengamatan guru dan siswa siklus I... 116
Lampiran 4 Lembar pengamatanguru dan siswa siklus II... 120
Lampiran 5 Lembar soal evaluasi siklus I... 124
Lampiran 6 Lembar soal evaluasi siklus II... 125
Lampiran 7 Dokumentasi penelitian... 126
Lampiran 8 Surat permohonan ijin penelitian... 127
Lampiran 9 Surat keterangan penelitian... 128
Lampiran 10 Lembar Konsultasi skripsi... 129
Lampiran 11 Daftar nilai SKK... 130
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan
manusia, dalam berbangsa dan bernegara mempunyai peran yang penting, yaitu
untuk menjamin keberlangsungan dan perkembangan bangsa itu sendiri. Hal ini
karena pendidikan merupakan upaya yang terorganisasi, terencana, dan
berlangsung secara terus menerus sepanjang hayat untuk membina anak didik
menjadi manusia mandiri, dewasa, berbudaya dan memiliki moral yang baik.
Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) sangat penting bagi kehidupan
manusia, sebab IPA merupakan mata pelajaran yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, siswa di sekolah dasar dituntut memiliki
pengetahuan agar bisa digunakan dalam kehidupan mereka selanjutnya.
Mata pelajaran IPA berfungsi untuk memberikan pengetahuan lingkungan
alam, mengembangkan keterampilan wawasan dan kesadaran teknologi dalam
kaitannya dengan pemanfaatan bagi kehidupan sehari-hari. Dengan mempelajari
IPA anak dapat mengenal berbagai lingkungan alam, sehingga diharapkan anak
bisa menjaga dan merawat lingkungan yang ada. Dalam Q.S Al- Aꞌraf: 56 Allah
berfirman:
2
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS: Al-A'raf Ayat: 56)
Di dalam pembelajaran IPA mengandung pendidikan yang membangun
nilai-nilai moral dikalangan peserta didik. Pendidikan di tingkat sekolah dasar
merupakan wadah yang sangat penting untuk mempersiapkan sejak dini para
generasi penerus bangsa. Menurut Zuchdi, dkk. (2013: 14) dikatakan bahwa
pendidikan merupakan agen of change yang harus mampu melakukan perbaikan
karakter bangsa kita. Pendidikan kita perlu direkonstruksi ulang agar dapat
menghasilkan lulusan yang lebih berkualitas dan memiliki kemampuan
menghadapi dunia masa depan yang penuh dengan problema dan tantangan.
Pembentukan kemampuan siswa di sekolah dipengaruhi oleh proses
belajar yang ditempuhnya. Proses belajar akan terbentuk berdasarkan pandangan
dan pemahaman guru tentang karakteristik siswa dan hakikat pembelajaran.
Untuk menciptakan proses belajar yang efektif, hal yang harus dipahami guru
adalah fungsi dan peranannya dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu sebagai
pembimbing, fasilitator, narasumber dan pemberi informasi. Dengan demikian
proses belajar perlu disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Untuk
3
karakteristik siswa dan proses pembelajarannya khususnya SD/MI (Wiyani,
2013: 145).
Pendidikan IPA terdapat pendidikanyang bisa digunakan dan
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya saja guru dapat
menanamkan keagungan dan kekuasaan Allah yang menciptakan alam semesta
dan segala isinya yang akhirnya dapat menumbuhkan cinta kepada Allah SWT.
Pelajaran IPA mengandung banyak sekali nilai kehidupan serta nilai karakter
yang dapat digunakan manusia untuk bersosialisasi antara manusia dengan Allah,
manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan. Hal ini sesuai dengan
hadis Rasulullah tentang tuntunan akhlak yitu:
ٍن َسَح ٍقُلُ ِبِ َساَّنلا ِقِلاَخَو
Artinya:“Pergaulilah manusia dengan akhlak mulia”(HR. at-Tirmidzi).
Salah satu upaya untuk memperbaiki akhlak peserta didik, guru SD/MI
memegang peranan yang sangat penting, terutama dalam membentuk karakter
serta mengembangkan potensi yang dimiliki siswa SD/MI. Kehadiran seorang
guru tidak dapat tergantikan oleh unsur yang lain, lebih-lebih dalam masyarakat
yang multikultural dan multidimensional saat ini tidak dapat digantikan dengan
teknologi apapun.
Guru selain memegang peran dalam pembentukan karakter, juga memiliki
4
SD/MI yang profesional diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas, baik
dari segi karakter maupun dari segi intelektual. Untuk mewujudkan peranan
tersebut, penggunaan strategi pembelajaran perlu diperhatikan dan disesuaikan
dengan kondisi sekolah maupun kondisi dari peserta didik.
MI Ma’arif Kumpulrejo 2 yang beralamat di dusun Ngronggo, Kelurahan
Kumpulrejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga adalah salah satu MI swasta
yang berada di Salatiga. Berdasarkan survei awal yang penulis lakukan di MI
Ma’arif Kumpulrejo 2 menunjukkan ada beberapa faktor yang menjadi kendala
dalam proses pembelajaran bagi siswa dan masih rendahnya hasil pembelajaran
IPA di kelas III B.
Penyabab permasalahan ini antara lain: 1) masih rendahnya nilai
pelajaran IPA materi lingkungan, 2) kurangnya rasa ingin tahu siswa dalam
mengikuti pembelajaran IPA, 3) kurangnya aplikasi langsung dalam penerapan
pembelajaran IPA, 4) kurangnya pemahaman siswa, 5)kurang aktif dalam
mengikuti pembelajaran IPA, serta 6) masih ada siswa yang bermain sendiri
ketika guru menjelaskan.
Berdasarkan faktor-faktor diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan menggunakan strategi pembelajaran ekspositori. Menurut
Suyadi (2013:146) strategi pembelajaran ekspositori merupakan aplikasi dari
5
dapat menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan
materi pelajaran yang disampaikan dapat dikuasai peserta didik dengan baik.
Fokus utama strategi ekspositori adalah kemampuan akademik siswa.
Meskipun strategi ekspositori hanya dapat digunakan pada saat-saat tertentu saja
(pada awal pelajaran, menerangkan materi, memberikan contoh soal, dan
sebagainya) namun kegiatan peserta didik tidak hanya mendengarkan, namun
juga membuat catatan, mengerjakan soal-soal latihan, kerja kelompok, dan maju
di depan kelas. Diharapkan penggunaan strategi ekspositori berguna untuk
memperlancar pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA
bagi siswa. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan
penelitian dengan judul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI
LINGKUNGAN DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN
EKSPOSITORI PADA SISWA KELAS III B MI MA’ARIF
KUMPULREJO 2 TAHUN AJARAN 2016/2017”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut: “Apakah penggunaan strategi pembelajaran ekspositori dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas III B MI Ma’arif Kumpulrejo 2 tahun
6
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA
dengan penggunaan strategi pembelajaran ekspositori pada siswa kelas III B MI
Ma’arif Kumpulrejo 2 tahun ajaran 2016/2017.
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis tindakan
Menurut Sugiyono (2013:96) hipotesis adalah jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian
telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dengan demikian
hipotesis penelitian ini adalah: penggunaan strategi pembelajaran ekspositori
dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas III B MI Ma’arif
Kumpulrejo 2 tahun ajaran 2016/2017.
2. Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar
IPA pada materi lingkungan yang ditandai dengan:
a. Nilai yang diperoleh siswa dapat melebihi KKM yang sudah ditentukan di
sekolah tersebut, yakni 60 untuk mata pelajaran IPA.
7
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan setelah penelitian ini selesai adalah sebagai
berikut:
1. Bagi guru, dapat mengetahui keefektifan penggunaan strategi ekspositori
dalam meningkatkan prestasi belajar IPA.
2. Bagi siswa, dapat lebih memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh
guru.
3. Bagi sekolah, dapat meningkatkan prestasi dalam persaingan dengan sekolah
lain.
4. Bagi peneliti lain, dapat mengembangkan penelitian yang lebih bervariasi lagi
dalam pengembangan dunia pendidikan Indonesia.
5. Bagi pengambil kebijakan, dapat memperhatikan proses pendekatan strategi
pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran di sekolah.
F. Definisi Operasional 1. Hasil belajar
Menurut Susanto (2013: 5) menjelaskan bahwa hasil belajar
merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa. Perubahan
8
(afektif), dan keterampilan (psikomotor) sebagai hasil dari proses kegiatan
belajar.
Sedangkan menurut Sudjana (2013:22) mengemukakan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan proses yang dilakukan siswa dalam setiap kegiatan belajar
mengajar sehingga menimbulkan pengalaman dengan melibatkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada diri siswa.
2. IPA
Menurut Maria dan Praginda (2009:14-15), IPA atau sains (Inggris:
sciences) terbagi menjadi beberapa bidang sesuai dengan perbedaan bentuk
dan cara memandang gejala alam. Ilmu yang mempelajari kehidupan disebut
biologi. Ilmu yang mempelajari gejala fisik dari alam disebut fisika. Dan
khusus untuk bumi dan antariksa disebut ilmu pengetahuan bumi dan
antariksa. Sedangkan ilmu yang mempelajari sifat materi benda disebut ilmu
kimia. Kadang-kadang pada tingkat pembahasan tertentu perbedaan itu sudah
tidak nampak lagi.
Istilah sains (IPA) secara umum mengacu pada masalah alam (nature)
yang dapat diinterpresentasikan dan diuji. Dengan demikian keadaan alam
adalah keadaan materi atau atom, molekul dan senyawa, segala sesuatu yang
9
memperlihatkan behaviour materi, merupakan pengertian dari sains, yaitu:
fisika, kimia, dnan biologi.
3. Materi lingkungan
a. Lingkungan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: lingkungan sehat dan
lingkungan tidak sehat.
b. Ciri-ciri lingkungan sehat antara lain: udara bersih dan segar, saluran air
lancar, ada tempat pembuangan sampah, banyak pohon dan lain-lain.
c. Ciri-ciri lingkungan tidak sehat antara lain: udara kotor, tidak ada saluran
air, tidak ada tumbuhan hijau, tidak ada tempat sampah, dan lain-lain.
d. Pengaruh terhadap kehidupan antara lain: asap menyebabkan sesak napas,
air kotor menyebabkan gatal-gatal, tanah tercemar menyebabkan tanah
tidak subur, dan lain-lain.
e. Cara memelihara kesehatan lingkungan antara lain: menanam tanaman,
membuang sampah ketempat sampah, mengolah limbah, membersihkan
lingkungan, dan lain-lain.
4. Strategi pembelajaran ekspositori
Istilah strategi pertama kali hanya dikenal dikalangan militer,
khususnya strategi perang. Dalam sebuah peperangan terdapat seorang
komandan yang bertugas mengatur strategi untuk memenangkan peperangan.
10
dunia pendidikan. Dalam konteks pendidikan strategi digunakan untuk
mengatur siasat agar dapat mencapai tujuan dengan baik. Strategi dalam
konteks pendidikan dapat dimaknai sebagai perencanaan yang berisi
serangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan
(Suyadi, 2013: 13).
Menurut Majid (2014:4) mengatakan bahwa istilah pembelajaran dapat
diartikan sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang
melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan
kearah pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Pembelajaran dapat pula
dipandang sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam membuat siswa
belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Menurut Aqib (2013:71) mengatakan bahwa strategi pembelajaran
adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan
belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut
dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar,
kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah: cara yang
dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi pada siswa untuk mencapai
tujuan tertentu. Strategi pembelajaran juga tidak pernah lepas dari
11
strategi pembelajaran juga harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi,
sumber belajar, kebutuhan, serta karkteristik peserta didik.
G. Metode Penelitian
1. Rancangan penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian
tindakan kelas (PTK) yang akan dilaksanakan dalam 2 siklus. Menurut
Suyadi (2013:38) PTK secara harfiah berasal dari bahasa inggris yaitu
classroom action research, yang artinya penelitian tindakan yang dilakukan
di kelas. PTK adalah perencanaan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan
belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersamaan.
Menurut Basrowi & Suwandi (2008:25) penelitian tindakan kelas
adalah salah satu upaya yang dilakukan guru dalam berbagai bentuk kegiatan
yang dilakukan untuk memperbaiki (meningkatkan) mutu pembelajaran
dikelas. Jadi secara singkat PTK merupakan penelitian yang dilakukan di
kelas yang bertujuan untuk memperbaiki proses belajar-mengajar yang telah
ada.
Adapun karakteristik dari PTK yaitu:
a. Mahasiswa seolah-olah menjadi guru yang peka terhadap permasalahan
12
b. Adanya refleksi (pengumpulan datanya dilakukan dengan berefleksi
diri). Dalam refleksi ini guruharus jujur terhadap diri sendiri untuk
mengakui kelemahan dan kekurangan kemampuannya dalam
melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar.
c. PTK biasannya dilakukan di dalam kelas, sehingga fokus perhatiannya
adalah proses pembelajaran antara guru dan siswa melalui interaksi.
Yang dimaksud kelas disini tidak terbatas pada ruang tertutup saja,
melainkan juga bisa dilakukan di tempat terbuka.
d. PTK bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran dengan tiada henti
(Suyadi, 2013: 41-44).
2. Lokasi, waktu, dan subjek penelitian
a. Lokasi penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di MI Ma’arif Kumpulrejo 2,
yang beralamat di Dusun Ngronggo, Kelurahan Kumpulrejo, Kecamatan
Argomulyo, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah. Dengan mata
pelajaran IPA dengan materi pokok lingkungan kelas III B semester 1.
MI Ma’arif Kumpulrejo 2 memiliki gedung sekolah yang
terbilang baik dan sudah memenuhi standar dalam proses belajar
mengajar sekaligus sebagai tempat pelaksanaan penelitian, selain itu
letak yang sangat strategis dan mudah untuk dijangkau seluruh
13
b. Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama kurang lebih 4 bulan,
mulai bulan November 2016 hingga Maret 2017. Jadwal sementara
adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Jadwal waktu penelitian
No Tanggal Pelaksanaan Kegiatan
1. 08 November 2016 Permintaan izin penelitian dan observasi
di MI Ma’arif Kumpulrejo 2
2. 14 November 2016 Pelaksanaan observasi lanjutan di MI
Ma’arif Kumpulrejo (pra siklus)
3. 19 November 2016 Pelaksanaan siklus 1
4. 26 November 2016 Pelaksanaan siklus II
5. 27 November – Selesai Penyusunan laporan penelitian skripsi
c. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III B MI Ma’arif
Kumpulrejo 2. dengan jumlah siswa 28 anak dengan 13 siswa
perempuan dan 15 siswa laki-laki. Pada dasarnya mereka berasal dari
keluarga yang berekonomi menengah kebawah. Pada umumnya mereka
termasuk siswa-siswa yang ceria dan bersemangat dalam belajar, namun
dalam proses pembelajaran masih kurang memiliki rasa ingin tahu serta
berada dilingkungan yang kurang mendukung untuk menggunakan
startegi yang berpusat pada siswa, karena tidak adanya sarana prasarana
14
3. Langkah-langkah penelitian
Menurut Arikunto (2008:16) ada beberapa ahli yang
mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda,
namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu:
(1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi.
Gambar 1.1 Model tahapan dalam PTK (Arikunto, 2006: 16)
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Langkah pertama dalam PTK yaitu melakukan perencanaan
dengan matang. Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang
penggunaan strategi ekspositori untuk meningkatkan hasil belajar materi
lingkungan. Peneliti mengarahkan siswa untuk menyimak pemaparan
guru, melakukan, mengamati dan berusaha menemukan sendiri
pengetahuan yang ada dengan bimbingan dari guru. SIKLUS I
SIKLUS II Pelaksanaan
Pengamatan
15 b. Pelaksanaan tindakan (Acting)
Dalam pelaksanaan tindakan ini merupakan implementasi
(penerapan isi rancangan) yaitu mengenakan tindakan di kelas. Jadi
perlu diingat bahwa guru harus berusaha mentaati apa yang telah
dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus tetap berlaku wajar dan tidak
dibuat-buat ( Arikunto, 2006: 17).
c. Pengamatan (Observing)
Observasi (pengamatan) yaitu: alat untuk memotret tinggi atau
besarnya efek tindakan dalam mencapai sasaran. Pada tahap ini, peneliti
harus menguraikan jenis data yang dikumpulkan, cara
mengumpulkannya, dan alat atau instrument pengumpulan data
misalnya: angket, wawancara, tes, dan sebagainnya.
d. Refleksi (Reflecting)
Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali sesuatu
yang telah dilakukan. Refleksi sering disebut juga dengan istilah
memantul, maksudnya memantulkan pengalamannya kembali ke layar
kaca sehingga tampak jelas baik kelemahan maupun kelebihannya.
e. Siklus-siklus dalam PTK
Siklus adalah putaran dari suatu rangkaian kegiatan, mulai
16
adalah kegiatan penelitian yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi (Suyadi, 2013: 56).
4. Instrumen penelitian
Bentuk instrumen yang dipakai untuk mendapatkan data adalah:
a. Lembar pengamatan/blangko pengamatan, digunakan untuk
mengamati secara langsung kegiatan guru dan siswa dalam proses
pembelajaran IPA dengan menggunakan strategi pembelajaran
ekspositori.
b. Tes/evaluasi teks/soal, digunakan untuk mengukur hasil belajar IPA,
terkait materi lingkungan.
c. Pedoman dokumentasi, digunakan untuk mendapatkan gambaran
kegiatan dalam proses pembelajaran melalui strategi pembelajaran
ekspositori. Dokumentasi juga digunakan sebagai bukti hasil penelitian
yang berupa gambar atau foto yang menggunakan alat bantu berupa
kamera.
5. Teknik pengumpulan data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui:
a. Observasi
Observasi merupakan salah satu bagian yang sangat penting
dalam penelitian tindakan, karena observasi digunakanm untuk
17
yang telah disusun, seberapa proses yang terjadi dapat diharapkan
menuju sasaran yang diharapkan (Basrowi & Suwandi, 2008: 27).
Observasi juga digunakan untuk mendapatkan data tentang
perubahan yang terjadi selama proses pembelajaran yang dimana
peneliti melakukan pengamatan perhatian siswa, tanggapan siswa,
dan keaktifan siswa ketika mengikuti kegiatan belajar
mengajar.Observasi atau pengamatan ini dilakukan oleh peneliti
dalam kelas baik secara langsung maupun tidak langsung.
b. Tes
Menurut Arifin (1990:22) menjelaskan tes adalah suatu teknik
atau cara dalam rangka melaksanakan kegiatan evaluasi, yang di
dalamnya terdapat berbagai item atau serangkaian tugas yang harus
dikerjakan (dijawab) oleh siswa.
Bentuk tes yang digunakan adalah bentuk tes formatif yang
berupa tes tertulis yang berkaitan dengan materi ajar. Tes ini akan
diberikan pada akhir pembelajaran. Teknik ini digunakan untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran,
dan siswa dikatakan telah mencapai tingkat penguasaan apabila telah
memperoleh minimal 85% dari target pembelajaran.
18
Dokumentasi adalah gambaran untuk mengumpulkan data dari hasil
pembelajaran sebelum maupaun sesudah dilaksanakan penelitian tindakan
kelas, keadaan guru, keadaan siswa yang berupa catatan, transkip nilai,
dokumen hasil kerja siswa, foto maupun dokumen lain yang mendukung.
Dokumentasi digunakan untuk mengetahui dan menggali informasi tentang
pemahaman siswa dan implementasinya pada perolehan nilai sebagai hasil
belajar yang dilakukan di MI Ma’arif Kumpulrejo 2.
6. Analisis data
Setelah data terkumpul dengan lengkap, maka selanjutnya adalah
menganalisis data tersebut. Penentuan model analisis yang dipilih harus
benar-benar sesuai dengan jenis data yang diperoleh. Data kuantitatif dapat
dianalisis secara diskriptif (persentase, mean, median, mode, simpangan
baku, frekuensi, tabel, grafik, chat, dan lain-lain). Untuk menentukan
kesimpulan akhir dari analisis data kuantitatif, maka dapat
menggunakan penghitungan statistik atau presentase dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
NP = R X 100% SM Keterangan:
NP : Nilai persen yang dicari atau diharapkan
R : Skor mentah yang diperoleh siswa
19
100 : Bilangan tetap (Purwanto, 1994: 102)
H. Sistematika Penulisan
Adapun isi dan sistematika hasil penelitian tindakan kelas ini terdiri dalam 5
(lima) bab yang saling berkaitan dan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Bab I = Pendahuluan
Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan,
manfaat penelitian, devinisi operasional, metode penelitian, dan sistematika
penilisan.
Bab II = Kajian Pustaka
Dalam bab ini berisi uraian tentang definisi hasil belajar, Ilmu
PengetahuanAlam (IPA), strategi pembelajaran ekspositori, dan materi
lingkungan.
Bab III = Pelaksanaan dan Penelitian
Dalam bab ini berisi tentang profil sekolah, deskripsi pelaksanaan
penelitian pra siklus, siklus I, siklus II.
Bab IV = Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bab ini berisi tentang uraian hasil dan pembahasan pra siklus,
siklus I dan siklus II serta pembahasan.
Bab V = Penutup
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) 1. Pengertian belajar
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam
kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia
dilahirkan sampai dengan akhir hayat. Contohnya saja pada saat manusia
masih bayi, ia menguasai keterampilan-keterampilan yang sederhana, seperti
memegang botol dan mulai mengenal orang-orang disekelilingnya. Ketika
sudah menginjak anak-anak dan remaja, sejumlah sikap, nilai, serta
keterampilan dalam berinteraksi dicapai sebagai kompetensi. Saat manusia
sudah dewasa, ia diharapkan telah mahir dengan tugas-tugas dan pekerjaan
tertentu (Baharudin & Wahyuni, 2008: 11).
Menurut Susanto (2013:4) belajar merupakan suatu aktivitas yang
dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh
konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan
seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berfikir,
21
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Slamento, 1991: 2). Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa
belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang secara sadar untuk
mencapai kompetensi, keterampilan, sikap, pemahaman untuk menjadi lebih
baik lagi.
Menurut Slamento (1991: 3) ciri-ciri dari perubahan tingkah laku
dalam pengertian belajar adalah:
a. Perubahan yang terjadi secara sadar
Yaitu individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau
sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu
perubahan dalam dirinya.
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
Sebagai hasil dari belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu
berlangsung secara terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang
terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna dalam
kehidupan maupun proses belajar selanjutnya.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Perubahan-perubahan dalam belajar senantiasa bertambah dan tertuju
22
demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan, maka makin banyak
dan makin baik perubahan yang diperoleh.
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar bersifat menetap atau
permanen. Hal ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar
akan bersifat menetap bukan bersifat sementara atau temporer.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Perubahan tingkah laku dalam belajar terjadi karena ada tujuan yang akan
dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang
benar-benar disadari.
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar
meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar
sesuatu, maka sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku
secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan
sebagainnya.
2. Pengertian hasil belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang setelah
melalui kegiatan belajar. Karena belajar sendiri merupakan suatu proses dari
seseorang yang berusaha memperoleh sesuatu bentuk perubahan perilaku
23
menetapkan tujuan belajar, dimana anak akan dikatakan berhasil dalam
belajar apabila telah berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan
instruksional (Susanto, 2013: 5).
Menurut Susanto (2013:5-6) untuk mengetahui apakah hasil belajar
yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui
melalui evaluasi. Dengan dilakukannya evaluasi atau penilaian ini dapat
dijadikan feedback (tindak lanjut), atau dapat digunakan untuk mengukur
tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur
dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa adalah
kemampuan siswa setelah melalui kegiatan belajar yang meliputi kemampuan
dari segala aspek yang telah dipelajarai oleh individu baik menyangkut
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berkaitan dengan mata pelajaran
yang diberikan kepada siswa.
3. Faktor yang mempengaruhi proses belajar
Menurut Baharudin & Wahyuni (2008: 19) secara umum faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu: faktor
internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi
24 a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu
dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini
meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
1) Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua
macam. Pertama, keadaan jasmani. Keadaan ini pada umumnya sangat
mempengaruhi aktifitas belajar seseorang. Kedua, keadaan fungsi
jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi
fisiologi pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar,
terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan
mempermudah aktifitas belajar dengan baik pula. Dalam proses
belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi
yang ditangkap dan diterima oleh manusia (Baharudin & wahyuni,
2008: 20).
2) Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis merupakan keadaan psikologis seseorang
25
yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa,
motivasi, minat, sikap, dan bakat (Baharudin & wahyuni, 2008:20).
b. Faktor eksternal
Selain faktor-faktor internal diatas, proses belajar juga dipengaruhi
oleh faktor eksternal, yaitu:
1) Lingkungan sosial
a) Lingkungan sosial sekolah. Seperti guru, administrasi, dan
teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar siswa.
Hubungan yang harmonis dari ketiganya dapat menjadi motivasi
bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah.
b) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat
tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Contohnya
saja lingkungan tempat tinggal siswa yang kumuh, banyak
pengangguran dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi
aktifitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika
memerlukan teman belajar.
c) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat mempengaruhi
kegiatan belajar, ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, letak
rumah, semua dapat berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa.
Sebaliknya hubungan antara anggota keluarga yang harmonis akan
26
2) Lingkungan nonsosial
Lingkungan nonsosial dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
a) Lingkungan alamiah. Lingkungan alamiah ini contohnya seperti
kondisi udara yanag segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang
tidak terlalu silau/kilat, suasana yang sejuk dan tenang.
b) Faktor instrumental. Yaitu: perangkat belajar yang dapat
digolongkan dua macam. Pertama hardware, seperti gedung
sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga, dan
lain-lain. Kedua software, seperti kurikulum sekolah,
peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, dan lain-lain.
c) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini
hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu
juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi
perkembangan siswa.
4. Pengertian IPA
IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu:
mempelajari fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan atau
kejadian dan hubungan sebab-akibatnya. Ada dua hal yang berkaitan yang
tidak bisa dipisahkan dengan IPA, yaitu IPA sebagai produk, pengetahuan
IPA yang berupa faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif, dan IPA
27
Menurut Maria dan Praginda (2009: 14-15), IPA atau sains (Inggris:
sciences) terbagi menjadi beberapa bidang sesuai dengan perbedaan bentuk
dan cara memandang gejala alam. Ilmu yang mempelajari kehidupan disebut
biologi. Ilmu yang mempelajari gejala fisik dari alam disebut fisika. Dan
khusus untuk bumi dan antariksa disebut ilmu pengetahuan bumi dan
antariksa. Sedangkan ilmu yang mempelajari sifat materi benda disebut ilmu
kimia. Kadang-kadang pada tingkat pembahasan tertentu perbedaan itu sudah
tidak nampak lagi.
Menurut Ahmadi & Supatmo (2000: 2) IPA merupakan suatu ilmu
teoritis, tetapi teori tersebut didasarkan atas pengamatan percobaan-percobaan
terhadap gejala-gejala alam. Betapapun indahnya suatu teori dirumuskan,
tidaklah dapat dipertahankan kalau tidak sesuai dengan hasil-hasil
pengamatan (observasi). Fakta-fakta tentang gejala kebendaan (alam)
diselidiki, dan diuji berulang-ulang melalui percobaan-percobaan (experimen),
kemudian berdasarkan hasil experimen itulah dirumuskan keterangan
ilmiahnya (teorinya). Teoripun tidak dapat berdiri sendiri. Teori selalu
didasari oleh suatu hasil pengamatan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu pengetahuan yang
menyangkut fakta-fakta. Diperoleh dan dikembangkan dengan cara yang
28
penyusunan teori, experimen, observasi, dan begitu seterusnya saling kait
mengait antara cara satu dengan cara yang lainnya.
5. Hakikat pembelajaran IPA
Menurut Wisduwati & Sulistyowati (2014: 26) pembelajaran IPA
dapat digambarkan sebagai suatu sistem, yaitu sistem pembelajaran IPA.
Sebagaimana sistem-sistem lainya, sistem pembelajaran IPA terdiri atas
komponen masukan pembelajaran, proses pembelajaran, dan keluaran
pembelajaran.
Pembelajaran IPA adalah interaksi antara komponen-komponen
pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang
berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan. Tugas utama guru IPA adalah
melaksanakan proses pembelajaran IPA. Proses pembelajaran IPA terdiri atas
tiga tahap, yaitu: perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran (Wisduwati & Sulistyowati,
2014: 26).
Proses pembelajaran IPA harus memperhatikan karakteristik IPA
sebagai proses dan IPA sebagai produk. IPA terpadu telah diberikan di SD/MI
dan SMP/MTS sebagai mata pembelajaran IPA terpadu dan secara terpisah di
SMA/MA sebagai mata pembelajaran ilmu Biologi, Fisika, IPA, serta Bumi
dan Antariksa. Dalam proses belajarnya objek IPA meliputi kerja ilmiah
29
konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif IPA
(Wisduwati & Sulistyowati, 2014: 26-27).
Jadi pembelajaran IPA adalah suatu sistem yang saling berinteraksi
antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran
untuk mencapai tujuan yang berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan.
Selain itu dalam proses pembelajaran harus memperhatikan karakteristik IPA
sebagai proses dan IPA sebagai produk.
6. Materi Lingkungan
Adapun materi pembelajaran lingkungan sehat dan lingkungan tidak
sehat adalah sebagai berikut:
a. Lingkungan sehat
Lingkungan sehat adalah lingkungan yang bersih. Lingkungan
sehat memiliki ciri sebagai berikut:
1) Udara bersih dan segar
2) Tanah yang subur
3) Sumber air yang bersih
4) Air sungai yang mengalir terlihat bersih dan jernih
5) Sampah tidak berserakan
30
Setiap orang memiliki kewajiban untuk mewujudkan lingkungan
sehat. Lingkungan sehat akan membuat kesehatan kita terjaga dan betah
menghuninya.
b. Lingkungan tidak sehat
Lingkungan tidak sehat adalah lingkungan yang tidak memenuhi
syarat kesehatan. Ciri-ciri lingkungan tidak sehat adalah sebagai berikut:
1) Udara kotor karena banyak debu dan asap
2) Sampah banyak berserakan
3) Sumber air tidak bersih
4) Saluran air tidak lancar sehingga air menggenang
5) Tumbuhan tidak bisa tumbuh dengan subur sehingga lingkungan
menjadi gersang
Lingkungan yang tidak sehat menimbulkan berbagai penyakit, bau
yang tidak sedap, dan pemandangan yang buruk.
c. Perbedaan lingkungan sehat dan tidak sehat
Lingkungan sehat adalah lingkungn yang belum tercemar,
sedangkan lingkungan tidak sehat adalah lingkungan yang sudah tercemar.
d. Kondisi lingkungan yang tidak sehat
1) Pencemaran udara
2) Pencemaran air
31
4) Pencemaran suara
e. Pengaruh kondisi lingkungan sehat terhadap kesehatan
1) Lingkungan yang mengandung banyak pepohonan akan menjadikan
udara terasa segar dan bersih
2) Sampah yang dibuang pada tempat sampah akan menjadikan
lingkungan bersih dan indah
3) Air yang bersih tidak akan menimbulkan sarang penyakit
f. Pengaruh kondisi lingkungan yang tidak sehat terhadap kesehatan
1) Asap yang bertebaran di mana-mana akan menjadikan pernafasan
menjadi sesak, mata menjadi gatal dan perih, bahkan dapat
mengakibatkan asma
2) Air yang kotor akan menimbulkan berbagai penyakit, contohnya diare,
gatal-gatal, muntaber, dan lain-lain
3) Tanah yang sudah tercemar akan menjadikan tanah menjadi tidak
subur
g. Cara menjaga kesehatan lingkungan
1) Membuang sampah ke tempat sampah
2) Mengolah limbah sebelum dibuang ke lingkungan
3) Membersihkan lingkungan secara teratur
4) Menanam tanaman di sekitar rumah dan lahan kosong dengan tanaman
32
5) Mengalirkan air yang tergenang melalui saluran air
6) Menciptakan rumah yang sehat, yakni rumah yang memiliki lubang
angina atau ventilasi udara
7) Tidak membakar sampah di sembarang tempat
8) Tidak menebang pohon secara sembarangan
B. Strategi Pembelajaran Ekspositori 1. Pengertian strategi pembelajaran
Istilah strategi pertama kali hanya dikenal dikalangan militer,
khususnya strategi perang. Dalam sebuah peperangan terdapat seorang
komandan yang bertugas mengatur strategi untuk memenangkan peperangan.
Seiring berjalannya waktu, istilah strategi di dunia militer diadopsi kedalam
dunia pendidikan. Dalam konteks pendidikan strategi digunakan untuk
mengatur siasat agar dapat mencapai tujuan dengan baik. Dengan kata lain,
strategi dalam konteks pendidikan dapat dimaknai sebagai perencanaan yang
berisi serangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan
(Suyadi, 2013: 13).
Menurut Wina (2007) dalam Hamruni (2012: 2) didalam konteks
belajar mengajar, strategi berarti pola umum aktivitas guru-peserta didik
dalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar. Sifat umum pola tersebut
33
dipergunakan guru-peserta didik di dalam bermacam-macam peristiwa
belajar.
Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh
pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses
pembelajaran (Aqib, 2015: 71). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa strategi pembelajaran adalah perencanaan atau pola umum yang berisi
serangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan.
2. Klasifikasi strategi pembelajaran
Menurut Hamruni (2012: 8) strategi pembelajaran dapat
diklasifikasikan menjadi lima yaitu: strategi pembelajaran langsung (direct
instruction), tak langsung (inndirect instruction), interaktif, mandiri, melalui
empirik (experiential).
a. Strategi pembelajaran langsung
Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak
diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau
membangun keterampilan tahap demi tahap. Pembelajaran langsung
biasanya bersifat deduktif.
Kelebihan strategi ini adalah mudah untuk direncanakan dan
digunakan, namun ia memiliki kelemahan utama dalam mengembangkan
34
hubungan interpersonal serta belajar kelompok. Agar peserta didik dapat
mengembangkan sikap dan pemikiran kritis, strategi pembelajaran
langsung perlu dikombinasikan dengan strategi pembelajaran yang lain.
b. Strategi pembelajaran tak langsung
Strategi pembelajaran tak langsung sering disebut dengan inkuiri,
induktif, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan penemuan.
Berlawanan dengan strategi pembelajaran langsung, strategi ini umumnya
berpusat pada peserta didik. Peranan guru bergeser dari seorang
penceramah menjadi seorang fasilitator. Guru mengelola lingkungan
belajar dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat.
Kelebihan strategi ini antara lain: (1) mendorong ketertarikan dan
keingintahuan peserta didik, (2) menciptakan alternatif dan menyelesaikan
masalah, (3) mendorong kreatifitas dan pengembangan keterampilan
interpersonal dan kemampuan yang lain, (4) pemahaman yang lebih baik,
(5) mengekspresikan pemahaman. Namun kekurangannya strategi ini
memerlukan waktu yang panjang, outcome sulit diprediksi. Strategi
pembelajaran ini juga tidak cocok apabila peserta didik perlu mengingat
materi dengan cepat.
c. Strategi pembelajaran interaktif
Strategi pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan sharing
35
didik untuk bereaksi terhadap gagasan, pengalaman, pendekatan, dan
pengetahuan guru atau temannya serta untuk membangun cara alternatif
untuk berfikir dan merasakan.
Kelebihan strategi ini antara lain: (1) peserta didik dapat belajar dari
temannya dan guru untuk membangun keterampilan sosial dan
kemampuan-kemampuan, (2) mengorganisasikan pemikiran dan
membangun argumen yang rasional. Strategi ini memungkinkan untuk
menjangkau kelompok-kelompok dan metode-metode interaktif. Hanya
saja strategi ini sangat bergantung pada kecakapan guru dalam menyusun
dan menggembangkan dinamika kelompok.
d. Strategi pembelajaran mandiri
Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi pembelajaran yang
bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan
peningkatan diri. Fokusnya adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh
peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga bisa dilakukan
dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok kecil. Kelebihan strategi
pembelajaran ini adalah membentuk peserta didik yang mandiri dan
bertanggungjawab. Kekurangan dari strategi ini adalah bila diterapkan
kepada peserta didik yang belum dewasa, karena belum bisa belajar secara
mandiri.
36
Pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif, berpusat
pada peserta didik, dan berbasis aktivitas. Refleksi pribadi tentang
pengalaman dan formulasi perencanaan menuju penerapan pada konteks
yang lain merupakan faktor kritis dalam pembelajaran empirik yang
efektif.
Kelebihan dari strategi ini antara lain: (1) meningkatkan partisipasi
peserta didik, (2) meningkatkan sifat kritis peserta didik, (3)
meningkatkan analisis peserta didik, dapat menerapkan pembelajaran pada
situasi yang lain. Namun kekurangan dari strategi ini adalah penekanan
hanya pada proses bukan pada hasil, keamanan siswa, biaya yang mahal,
dan memerlukan waktu yang panjang.
3. Strategi pembelajaran ekspositori
a. Pengertian strategi pembelajaran ekspositori
Menurut Hamruri (2012: 73) strategi ekspositori adalah strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara
verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar
siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Killen (1998)
menamakan strategi ekspositori dengan istilah strategi pembelajaran
langsung (direct instruction). Hal ini dikarenakan materi pelajaran
disampaikan langsung oleh guru, siswa tidak dituntut untuk menemukan
37
proses bertutur, jadi lebih sering disebut dengan istilah strategi “Chalk and
talk”.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan aplikasi dari
pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru. Melalui strategi ini,
guru menyampaikan materi pelajaran secara terstruktur dengan harapan
materi pembelajaran yang disampaikan dapat dikuasai peserta didik
dengan baik. Strategi pembelajaran ekspositori bukan semata-mata
ceramah, melainkan mengkombinasikan dengan gerak tubuh atau bahasa
verbal, semangat belajar yang membara, dan gaya komunikatif yang
menantang (Suyadi, 2013: 146-147).
Strategi pembelajaran ekspositori dalam penyampaiannya lebih
menekankan pada proses bertutur, dalam hal ini sama dengan metode
ceramah. Namun dalam proses pembelajarannya berbeda dengan metode
ceramah. Metode ceramah berbentuk penjelasan konsep, prinsip, dan fakta
yang ditutup dengan tanya jawab antara guru dan siswa (Hamdani: 2011,
156). Sedangkan kegiatan pembelajaran dengan strategi ekspositori bukan
sekedar memberi penjelasan yang bermakna saja, tetapi juga dituntut
hal-hal yang lebih dalam, seperti mengaplikasikan informasi yang telah
dipelajari dalam situasi yang berbeda yang mungkin berlainan dengan
38
Selain hal tersebut, strategi ekspositori memiliki perbedaan dengan
metode ceramah. Dapat dilihat dari perbedaan istilah strategi dan metode.
Metode adalah cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan
fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran (Aqib,
2015: 70). Sedangkan strategi adalah cara-cara yang akan digunakan oleh
pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang digunakan guru, yang
dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran (Aqib, 2015: 71).
Metode ceramah memiliki keterbatasan dalam peran serta siswa
yaitu rendahnya peran siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini
berbeda dengan strategi pembelajaran ekspositori yang lebih bisa
mengajak siswa untuk aktif sehingga peran serta siswa dalam
pembelajaran lebih terlihat, yaitu melalui tanya jawab serta keikutsertaan
siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Jadi pada dasarnya strategi pembelajaran ekspositori guru tidak
hanya ceramah saja, namun juga mengajak peserta didik untuk aktif dalam
proses pembelajaran. Sedangkan metode ceramah guru hanya
menyampaikan penjelasan (ceramah) mulai dari awal sampai akhir
pembelajaran.
39
Sebelum menerapkan strategi pembelajaran ekspositori, perlu
memperhatikan syarat-syarat yang harus dipenuhi. Syarat ini cukup
penting mengingat keberhasilan penerapan strategi ekspositori sangat
tergantung pada kemampuan dan keterampilan guru.
Berikut ini adalah syarat bagi pendidik (guru) yang ingin
menggunakan strategi ekspositori:
1) Merumuskan tujuan yang hendak dicapai. Rumusan tujuan ini
biasannya telah ada dalam setiap sub materi pelajaran, sehingga
pendidik tidak terlalu sulit mencanangkan tujuan yang ingin dicapai
dalam pembelajaran tersebut. Disamping itu, tujuan yang hendak
dicapai sebaiknya dirumuskan dalam bentuk perubahan tingkah laku
yang spesifik dan berorientasi pada hasil belajar. Dengan adanya
tujuan yang jelas dapat membimbing peserta didik dalam menyiapkan
materi pelajaran.
2) Menguasai materi pelajaran. Penguasaan materi pelajaran secara
memadai merupakan syarat mutlak penggunaan strategi ini.
Penguasaan materi yang sempurna akan membuat kepercayaan diri
guru meningkat, sehingga guru akan mudah mengelola kelas, bebas
bergerak, berani menatap peserta didik, tidak takut dengan
perilaku-perilaku peserta didik yang dapat mengganggu jalannya proses
40
3) Mengenali medan kelas dan hal-hal yang mempengaruhi proses
pembelajaran. Mengenali lapangan atau medan merupakan hal penting
dalam langkah persiapan. Beberapa hal yang berhubungan dengan
medan kelas yang harus dikenali pendidik antara lain:
a) Latar belakang peserta didik yang akan menerima materi
b) Kondisi ruangan, baik yang menyangkut luas dan besarnya
ruangan, pencahayaan, posisi tempat duduk, maupun kelengkapan
ruangan itu sendiri.
c. Prinsip-prinsip penggunaan startegi ekspositori
Dalam penggunaan strategi pembelajaran ekspositori terdapat
beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru. Prinsip-prinsip
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Berorientasi pada Tujuan
Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam
strategi pembelajaran ekspositori melalui metode ceramah, namun
tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran.
Justru tujuan itulah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam
penggunaan strategi ini. Karena itu sebelum strategi ini diterapkan
terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan pembelajaran secara
jelas dan terukur. Seperti kriteria pada umumnya, tujuan
41
diukur atau berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh
siswa. Hal ini sangat penting untuk dipahami, karena tujuan yang
spesifik memungkinkan kita bisa mengontrol efektivitas
penggunaan strategi pembelajaran. Memang benar, strategi
pembelajaran ekspositori tidak mungkin dapat mengejar tujuan
kemampuan berpikir tingkat tinggi, misalnya kemampuan untuk
menganalisis, mensintesis sesuatu, atau mungkin mengevaluasi
sesuatu, namun tidak berarti tujuan kemampuan berpikir taraf rendah
tidak perlu dirumuskan. Justru tujuan itulah yang harus dijadikan
ukuran dalam menggunakan strategi ekspositori.
2) Prinsip Komunikasi
Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi, yang
menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber
pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan).
Pesan yang ingin disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran
yang diorganisir dan disusun sesuai dengan tujuan tertentu yaang ingin
dicapai. Dalam proses komunikasi guru berfungsi sebagai sumber
pesan dan siswa berfungsi sebagai penerima pesan.Sistem komunikasi
dikatakan efektif manakala pesan itu dapat mudah ditangkap oleh
penerima pesan secara utuh. Sebagai suatu strategi pembelajaran
42
komunikasi merupakan prinsip yang sangatpenting untuk
diperhatikan. Artinya, bagaimana upaya yang bisa dilakukan agar
setiap guru dapat menghilangkan setiap gangguan (noise) yang bisa
mengganggu proses komunikasi.
3) Prinsip Kesiapan
Siswa dapat menerima informasi sebagai stimulus yang kita
berikan, terlebih dahulu kita harus memosisikan mereka dalam
keadaan siap baik secara fisik maupun psikis untuk menerima
pelajaran. Jangan mulai kita sajikan mata pelajaran, manakala siswa
belum siap untuk menerimanya.
4) Prinsip Berkelanjutan
Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk
maumempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan
hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu
selanjutnya. Ekspositori yangberhasil adalah manakala melalui proses
penyampaian dapat membawa siswa pada situasi ketidak seimbangan,
sehingga mendorong mereka untuk mencari dan menemukan atau
menambah wawasan melalui proses belajar mandiri.Keberhasilan
penggunaan strategi ekspositori sangat tergantung pada
kemampuan guru untuk bertutur atau menyampaikan mated pelajaran.
43
Menurut Hamruni, (2012: 80-85) ada beberapa langkah dalam
penerapan strategi ekspositori, yaitu:
1) Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk
menerima pelajaran. Dalam strategi ekspositori, langkah persiapan
merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan strategi ekspositori sangat
tergantung pada langkah persiapan. Beberapa hal yang harus dilakukan
dalam langkah persiapan di antaranya adalah: (a) berikan sugesti yang
positif dan hindari sugesti yang negative, (b) mulailah dengan
mengemukakan tujuan yang harus dicapai, (c) bukalah filedalam otak
siswa.
2) Penyajian (Presentation)
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran
sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Guru harus dipikirkan
guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat
dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Karenaitu, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah in,
yaitu: (a) penggunaan bahasa, (b) intonasi suara, (c) menjaga kontak
mata dengan siswa, dan (d) mengguna-kan joke-joke yang
44 3) Korelasi (Correlation)
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran
dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yanmemungkinkan
siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan
yang telah dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan untuk memberikan
makna terhadapmateri pelajaran, baik makna untuk memperbaiki
strukturpengetahuan yang telah dimilikinya maupun makna untuk
meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik
siswa.
4) Menyimpulkan (Generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti (core) dari
materi pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan
merupakan langkah yang sangat penting dalam strategi ekspositori,
sebab melalui langkah menyimpulkan siswa akan dapa mengambil inti
sari dari proses penyajian.
5) Mengaplikasikan (Application)
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah
mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah
yang sangat penting dalam proses pembelajaran ekspositori, sebab
melalui langkah ini guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang