• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV-1 - DOCRPIJM 15081320094.BAB IV DOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV-1 - DOCRPIJM 15081320094.BAB IV DOK"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

4.1. Gambaran Geografis dan Administrasi Wilayah 4.1.1. Letak Geografis

Letak Geografis Kabupaten Aceh Barat terletak antara 040 06’ - 040 07’ Lintang Utara dan 95°52’ - 96040’ Bujur Timur. Secara administratif Kabupaten Aceh Barat memiliki batas wilayah sebagai berikut :

- Utara : Kabupaten Pidie Jaya dan Kabupaten Aceh Jaya

- Selatan : Kabupaten Nagan Raya dan Samudera Hindia

- Timur : Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Nagan Raya

- Barat : Samudera Hindia

4.1.2. Administrasi Wilayah

(2)

Tabel 4.1. Pembagian Administrasi Kabupaten Aceh Barat

1 Johan Pahlawan Meulaboh 44,91 2,00 0 21

2 Samatiga Suak Timah 140,69 5,00 6 32

3 B u b o n Layueng 129,58 4,00 3 17

4 Arongan Lambalek Drien Rampak 130,06 4,00 2 27

5 Woyla Kuala Bhee 249,04 9,00 3 43

6 Woyla Barat Pasie Mali 123,00 4,00 2 24

7 Woyla Timur Tangkeh 132,06 5,00 2 26

8 Kaway XVI Peureumeue 510,18 17,00 4 44

9 Meureubo Meureubo 112,87 4,00 2 27

10 Pante Ceureumen Pante Ceureumen 490,25 17,00 4 25

11 Panton Reu Meutulang 83,04 3,00 2 19

12 Sungai Mas Kajeung 781,73 26,00 2 18

Total Luas 2.927,95 100,00 32 322

Sumber : RPJMD Kab. Aceh Barat

Kecamatan terluas adalah Sungai Mas, yang menempati 26 % wilayah Kabupaten Aceh Barat. Daerah ini sebagian besar masih berupa hutan. Sedangkan Kecamatan terkecil adalah Johan Pahlawan yang merupakan Ibukota Kabupaten Aceh Barat. Luas kecamatan ini hanya 44,61 km2 atau hanya 2 % dari luas Kabupaten Aceh Barat.

(3)
(4)

4.2. Gambaran Demografi

4.2.1. Jumlah Penduduk

Penduduk di Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2012 berjumlah 182.364 jiwa dengan kepadatan penduduk 2.078 jiwa/km2 sehingga kepadatan penduduk di kabupaten ini termasuk padat. Dengan jumlah penduduk tersebut Kecamatan Johan Pahlawan menjadi wilayah terpadat dengan rata-rata 1.316 jiwa penghuni tiap 1 km2. Tingkat kepadatan ini terus bertambah tiap tahunnya yang disebabkan jumlah kelahiran dan migrasi masuk. Sedangkan kepadatan terendah berada di Kecamatan Sungai Mas yang tiap kilo meter perseginya hanya dihuni oleh 5 jiwa. Tingkat kepadatan ini pun tidak berubah tiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada pertambahan penduduk yang berarti disini. Tingginya angka kelahiran juga diimbangi dengan besarnya tingkat kematian. Angka imigrasi masuk disini pun hampir tidak ada.

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Barat 2012

Kecamatan Luas Jumlah

Penduduk (Km2)

1. Johan Pahlawan 44.91 59,103

2. Samatiga 140.69 14,020

3.Bubon 129.58 6,845

4. Arongan Lambalek 130.06 11,099

5. Woyla 249.04 12,627

6. Woyla Barat 123 7,173

7. Woyla Timur 132.6 4,324

8.KawayXVI 510.18 20,007

9.Meureubo 112.87 27,879

10. Pante Ceureumen 490.25 9,804

11. Panton Reu 83.04 5,932

12.SungaiMas 781.73 3,551

Jumlah 2927.95 182,364

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat, 2013

4.2.2. Penduduk Menurut Jenis Kelamin

(5)

adalah 103. Artinya, dari setiap 100 perempuan terdapat 103 laki-laki. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3.

4.2.3. Jumlah Penduduk Miskin

Jumlah keluarga Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2012 berjumlah 48.992 keluarga dan sebagain termasuk kategori keluarga.miskin. Keluarga miskin terbagi dalam beberapa kategori antara lain : Keluarga Pra Sejahtera, Keluarga Sejahtera I, Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III, Keluarga Sejahtera Plus. Distribusi penduduk miskin dapat dilihat pada Tabel 4.4. berikut :

Laki-laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Johan Pahlawan 14.243 29.976 29.127 59.103 102,91

2. Samatiga 3.812 7.092 6.928 14.020 102,37

3. Bubon 1.629 3.442 3.403 6.845 101,15

4. Arongan Lambalek 2.904 5.713 5.386 11.099 106,07

5. Woyla 3.287 6.308 6.319 12.627 99,83

6. Woyla Barat 1.881 3.625 3.548 7.173 102,17

7. Woyla Timur 1.138 2.176 2.148 4.324 101,30

8. Kaway XVI 4.731 10.233 9.774 20.007 104,70

9. Meureubo 6.633 14.344 13.535 27.879 105,98

10. Pante Ceureumen 2.556 4.880 4.924 9.804 99,11

11. Panton Reu 1.502 2.991 2.941 5.932 101,70

12. Sungai Mas 953 1.793 1.758 3.551 101,99

Jumlah/Total 2012 45.269 92573 89791 182364 103,10

2011 44 068 90107 87425 177532 103,07

2010 43 594 88 090 85 468 173 558 100,12

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat

Jumlah Rumah Tangga, Penduduk Dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan Di kabupaten Aceh Barat, 2012

Kecamatan/ Rumah

Tangga

Penduduk Rasio Jenis

(6)

Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Aceh Barat 2012

Kecamatan Keluarga

Keluarga Pra

Sejahtera Keluarga Sejahtera I Keluarga Sejahtera II Keluarga Sejahtera III

Keluarga Sejahtera Plus Keluarga Persen

(%)

Keluarga Persen (%)

Keluarga Persen (%)

Keluarga Persen (%)

Keluarga Persen (%)

1. Johan Pahlawan 14,837 3,498 23.58 2915 19.65 5584 37.64 2,338 15.76 502 3.38

2. Samatiga 4,167 679 16.29 915 21.96 1747 41.92 413 9.91 413 9.91

3.Bubon 1,646 235 14.28 193 11.73 737 44.78 481 29.22 0 0.00

4. Arongan Lambalek 3,103 1,127 36.32 1327 42.77 516 16.63 133 4.29 0 0.00

5. Woyla 3,256 1,494 45.88 887 27.24 543 16.68 223 6.85 109 3.35

6. Woyla Barat 2,294 593 25.85 588 25.63 1032 44.99 81 3.53 0 0.00

7. Woyla Timur 1,289 681 52.83 583 45.23 25 1.94 0 0.00 0 0.00

8.Kaway XVI 5,429 1,049 19.32 2073 38.18 1209 22.27 760 14.00 338 6.23

9.Meureubo 6,803 737 10.83 2608 38.34 2815 41.38 501 7.36 142 2.09

10. Pante Ceureumen 3,251 60 1.85 395 12.15 1452 44.66 1,334 41.03 10 0.31

11. Panton Reu 1,767 808 45.73 505 28.58 315 17.83 73 4.13 66 3.74

12.Sungai Mas 1,150 172 14.96 452 39.30 312 27.13 155 13.48 59 5.13

Jumlah 2012 48,992 11,133 13,441 16,287 6,492 1,639

(7)

Tabel 4.5. Jumlah Penyandang Masalah Sosial Kabupaten Aceh Barat 2012

1. Johan Pahlawan 2137 1000 379 3516

2. Samatiga 1707 375 436 7 2525

3.Bubon 570 178 122 3 873

4. Arongan Lambalek 1881 410 116 2407

5. Woyla 1868 323 425 2 2618

6. Woyla Barat 927 156 55 1138

7. Woyla Timur 521 246 150 917

8.Kaway XVI 1523 375 871 15 2784

9.Meureubo 2080 459 51 6 2596

10. Pante Ceureumen 1486 329 164 1979

11. Panton Reu 695 183 213 1091

12.Sungai Mas 171 171 79 421

Jumlah 2012 15566 4205 3061 33 22865

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat, 2013

4.2.4. Laju Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk pada tahun 2007 adalah 155.301 jiwa dan pada tahun 2008 berkembang menjadi 165.913 jiwa, angka pertumbuhan penduduk 6,83 %, merupakan laju pertumbuhan yang cukup pesat. Selanjutnya tahun 2009 menjadi 171.130 jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 3.14%. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk tahun 2007-2012 di Kabupaten Aceh Barat sebesar 3,28%. Pesatnya penduduk tersebut disebabkan oleh arus migrasi masuk ke Aceh Barat, terutama dari luar pada daerah perkotaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

(8)

Tabel 4.6. Jumlah Penduduk

Gambar 4-2:Grafik P 0

nduduk Menurut Kecamatan Kab. Aceh B

2007 2008 2009 2010

45,654 53,080 54,623 56,050 57 13,019 12,161 12,981 13,322 13 5,712 6,198 6,377 6,545 6,6 k 10,481 10,047 10,337 10,609 10

12,102 11,433 11,764 12,073 12 7,158 6,495 6,682 6,858 7,0 4,178 3,919 4,032 4,138 4,2 18,429 17,759 18,273 18,753 19 19,194 25,105 25,831 26,510 27 9,509 9,124 9,388 9,635 9,8 3,552 5,370 5,526 5,671 5,8 4,306 3,214 3,307 3,394 3,4 h 155,301 165,913 171,130 175,568 17

ik Penduduk Kabupaten Aceh Barat Tahun 153,301

164.913 171.130 175.568179.541

182364

2007 2008 2009 2010 2011 2012

(9)

4.2.5. Persebaran Penduduk

Dengan luas wilayah yang tidak berubah, penambahan jumlah penduduk tersebut menyebabkan angka kepadatan penduduk terus bertambah setiap jiwanya. Pada tahun 2012 tercatat setiap 1 km2 luas wilayah dihuni oleh 62 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terjadi di Kecamatan Johan Pahlawan dengan kepadatan 1.316 jiwa/km2, sedangkan yang terendah di Kecamatan Sungai Mas yang tiap 1 km2dihuni hanya 5 jiwa.

Persebaran penduduk Kabupaten Aceh Barat terpadat pada wilayah kecamatan yang memiliki karakter wilayah perkotaan yaitu di Kecamatan Johan Pahlawan, Kecamatan Meureubo dan Kecamatan Samatiga yang terletak pada koridor Jalan Nasional. Berbeda halnya dengan daerah terpencil seperti halnya Sungai Mas.

Tabel 4.7. Sebaran dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Aceh Barat 2012

Kecamatan Luas Jumlah

Penduduk

Kepadatan Penduduk (Km2)

1. Johan Pahlawan 44.91 59103 1.316.03

2. Samatiga 140.69 14.020 99.65

3.Bubon 129.58 6.845 52.82

4. Arongan Lambalek 130.06 11.099 85.34

5. Woyla 249.04 12.627 50.70

6. Woyla Barat 123 7.173 58.32

7. Woyla Timur 132.6 4.324 32.61

8.KawayXVI 510.18 20.007 39.22

9.Meureubo 112.87 27.879 247.00

10. Pante Ceureumen 490.25 9.804 20.00 11. Panton Reu 83.04 5.932 71.44

12.SungaiMas 781.73 3.551 4.54

Jumlah 2.927.95 182.364 62

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat, 2013

4.3. Gambaran Topografi

(10)

wilayah karena memiliki sudut lereng berkisar antara 0 sampai 3 persen. Jika ditinjau dari kontur wilayah, sebagian wilayah di Kecamatan Sungai Mas dan Pante Ceureumen memiliki ketinggian diatas 1500 m dpl, sedangkan sekitar 20 persen dari keseluruhan wilayah yang merupakan dataran pesisir berada pada ketinggian sekitar 25 m dpl yang mencakup Kecamatan Johan Pahlawan dan Meureubo.

Kabupaten Aceh Barat terdiri atas 12 Kecamatan, 32 mukim dan 322 Gampong. Sebanyak 192 desa diantaranya berada di dataran dan 83 desa tertetak di lembah. Hanya 47 desa yang terletak di Iereng.

Tabel 4.8. Letak Geografis Gampong per Kecamatan

KECAMATAN Letak Topografi Jumlah

Lembah Lereng Dataran

1. Johan Pahlawan - - 21 21

2. Samatiga - - 32 32

3.Bubon 2 - 15 17

4. Arongan Lambalek 8 3 16 27

5. Woyla 2 5 36 43

6. Woyla Barat 11 7 6 24

7. Woyla Timur 5 9 12 26

8.KawayXVI 22 4 17 43

9.Meureubo 3 6 17 26

10. Pante Ceureumen 14 0 11 25

11. Panton Reu 10 2 7 19

12.SungaiMas 6 11 1 18

JUMLAH 83 47 191 321

Sumber : BPS Kab. Aceh Barat 2013

(11)
(12)
(13)

4.4. Gambaran Geohidrologi

Pada wilayah Kabupaten Aceh Barat terbagi dalam 5 wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu :

1. DAS Krueng Tenom 2. DAS Krueng Meureubo 3. DAS Krueng Bubon 4. DAS Krueng Woyla 5. DAS Krueng Suenagan

(14)

Krueng Meurebo tersebut, di bagian lebih hulu dari wilayah Kecamatan Pante Ceuremen.

Beberapa sungai di Kabupaten Aceh Barat saat ini dimanfaatkan sebagai sumber air baku untuk Sistem Prasarana Air Minum antara lain:

1. Krueng Meureubo dengan potensi debit aliran 250 liter/detik; 2. Krueng Woyla dengan potensi debit aliran 250 liter/detik; 3. Krueng Bubon dengan potensi debit aliran 80 liter/detik.

Sumber air baku dari Aset Sumber Daya Air berupa air permukaan :

(15)
(16)

4.5. Gambaran Geologi

Jenis batuan di Kabupaten Aceh Barat dapat dikelompokkan menjadi batuan beku dan batuan metamorfik atau malihan, batuan sedimen, lempung, batuan pasir, serta endapan aluvium. Secara rinci dijelaskan sebagai berikut :

• Kelompok batuan beku dan batuan metamorfik terdiri dari granit, diorit, gabro, sekis, dan batu sabak; terdapat sebagian besar di Kecamatan Pante Cereumin dan Kecamatan Sungai Mas. Batuan bersifat padu, kelulusan airnya rendah, daya dukung fondasi bangunan umumnya baik, mampu mendukung bangunan bertingkat tinggi, dan jarang menjadi akuifer. Tanah hasil pelapukannya bertekstur lempung hingga pasir. Kesuburan potensialnya tergolong sedang karena kandungan silika yang tinggi.

• Kelompok batuan sedimen terdapat di seluruh Kecamatan Kabupaten Aceh Barat. Sifat batuan umumnya padu, kelulusan airnya rendah, mampu mendukung bangunan bertingkat, dan dapat menjadi akuifer dengan produktifitas kecil hingga sedang. Tanah hasil pelapukannya bertekstur lanau hingga pasir. Kesuburan potensialnya berkisar rendah hingga sedang.

• Kelompok endapan aluvium terdiri dari lempung dan pasir; terdapat di sebagian pantai dan di sepanjang DAS Krueng Woyla dan Krueng Meurebo, termasuk Kota Banda Aceh. Endapan masih bersifat lepas hingga agak padu, kelulusan airnya rendah hingga sedang, daya dukung pondasinya rendah hingga sedang. Kesuburan potensial tanahnya rendah hingga tinggi.

• Batu pasir hanya terdapat di Kecamatan Sungai Mas.

(17)
(18)
(19)

4.6. Gambaran Klimatologi

Kondisi iklim di Kabupaten Aceh Barat termasuk dalam kategori daerah sub-tropis yang terdiri dari 2 (dua) musim iklim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan yang disertai gejolak gelombang laut biasanya terjadi pada bulan September sampai dengan bulan Februari setiap tahunnya. Tingkat curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Nopember mencapai 649,4 mm. Curah hujan terendah pada umumnya terjadi pada Oktober mencapai 97,9 mm, rata – rata curah hujan di kabupaten Aceh Barat 255,1 mm. Sedangkan Musim kemarau berlangsung antara bulan Maret sampai dengan bulan Agustus dengan suhu udara rata-rata berkisar antara 26° C – 31,2° C pada siang hari dan 23° C – 25° C pada malam hari. Sedangkan rata - rata lamanya penyinaran matahari minimum terjadi bulan Agustus yaitu 20 persen, dan penyinaran maksimum 58 persen pada Bulan Februari. Sedangkan tekanan serta kelembaban udara rata-rata setiap bulannya mencapai 1.010,1 atm dan 86 persen.

Suhu udara rata-rata sepanjang tahun 2012 adatah 26°C dengan suhu terendah 18°C pada bulan Januari dan suhu tertinggi 30°C di bulan Mei. Kelembaban udara berkisar pada 89%. Curah hujan pada tahun 2012 menurun drastis dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun 2012 curah hujan Kabupaten Aceh Barat sebanyak 3.245,2 mm per tahun. Sedangkan curah hujan pada tahun sebelumnya mencapai 3.937,7mm per tahun.

(20)
(21)

Tabel 4.9. Suhu, Tekanan dan Kelembaban Udara, 2011-2012

2011 2012 2011 2012 2011 2012

Januari 26,3 26,3 1 008,5 1 009,4 88,5 89

Pebruari 26,2 26,1 1 009,0 1 008,6 88,6 91

Maret 26,3 26,3 1 008,5 1 009,6 88,5 88

April 26,6 26,4 1 009,5 1 010,2 90,3 90

Mei 26,1 27,0 1 009,6 1009,3 89,5 87

Juni 26,9 26,3 1 009,0 1 010,1 84,0 86

JuIi 26,2 26,3 1 009,0 1 009,8 86,7 86

Agustus 26,1 26,5 1 009,0 1010,4 87,2 86

September 25,9 26,3 1 010,0 1 010,0 86,6 87

Oktober 25,8 26,3 1 009,2 1 014,4 88,9 91

Nopember 26,1 26,3 1 008,6 1 010,2 85,2 91

Desember 26,2 26,5 1 008,8 1 009,4 90,7 91

Sumber : BPS Kab. Aceh Barat 2013

Tabel 4.10. Suhu Udara Minimum dan Maksimum, 2012

Bulan

Suhu Minimum (0C) Suhu Maksimum (0C)

Rata-Rata Terendah Rata-Rata Terendah

Januari 20.8 18 31.1 29.2

Pebruari 21.6 19 30 28

Maret 22 19.2 31.4 29.7

April 22.1 18.3 30.9 29.3

Mei 22.4 18.8 31.5 30.4

Juni 21.2 19.6 31.5 29.2

JuIi 21.7 20.5 31 28.8

Agustus 22.4 21.1 31 27.4

September 21.7 20.4 30.8 26.8

Oktober 22.1 21.2 30.7 26.8

Nopember 22.8 19 30.5 25.4

Desember 23.1 20.3 30.8 30

(22)

Tabel 4.11. Jumlah Hari Hujan, 2012

Bulan Per Hari (%) Per Bulan (%)

2011 2012 2011 2012

Januari 5.3 5.3 60 60

Pebruari 6.2 6.2 92 92

Maret 5.3 5.3 49 49

April 5.8 5.8 59 59

Mei 6.4 6.4 44 44

Juni 5.6 5.6 59 59

JuIi 9.2 9.2 45 45

Agustus 3.3 3.3 59 59

September 2.8 2.8 40 40

Oktober 3.9 3.9 54 54

Nopember 5.2 5.2 22 22

Desember 3.8 3.8 52 52

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat, 2013

Tabel 4.12. Kecepatan Angin, Arah dan Rata-Rata, 2012

Bulan Rata-Rata Maksimum

Arah Kecepatan Arah Kecepatan

Januari S 6.2 180 7.7

Pebruari NE 6.1 45 7.4

Maret S 6.0 180 7.8

April SW 3.1 225 6.9

Mei W 3.0 270 8.3

Juni W 3.2 270 9.6

JuIi W 3.5 270 10.6

Agustus W 2.9 270 6.7

September SW 3.0 225 6.0

Oktober SW 3.0 225 7.0

Nopember SW 3.0 225 7.0

Desember S 3.0 180 6.0

(23)

Tabel 4.13. Data Curah Hujan dan Hari Hujan. 2012

Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan (HH)

2011 2012 2011 2012

Januari 457.9 132.1 18 10

Pebruari 171 356.3 11 14

Maret 457.9 88.2 11 11

April 417.9 321.8 19 17

Mei 136.1 208 16 12

Juni 169.2 145.1 9 8

JuIi 182.8 297.6 8 13

Agustus 774.3 198.8 18 10

September 210.7 185.3 16 10

Oktober 324.3 348.4 21 20

Nopember 311.3 537.1 19 26

Desember 324.3 426.5 22 22

Jumlah 3937.7 3245.2 188 173

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat, 2013

4.7. Kondisi Sosial dan Ekonomi

4.7.1. Pendidikan

a. Angka Melek Huruf

Angka Melek Huruf usia 15 tahun ke atas di Kabupaten Aceh Barat tahun 2007 adalah 94,07. Angka ini mengalami peningkatan di tahun 2011 menjadi 95,67 persen sebagaimana yang tertera dalam Tabel 4.14.

Tabel 4.14.

Perkembangan Angka Melek Huruf Kabupaten Aceh Barat Tahun 2007-2011

No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011

1

Jumlah Penduduk usia diatas 15 tahun yang bisa membaca dan menulis

106.979 109.575 112.849 116.466 119.845

2 Jumlah penduduk usia 15

(24)

Dengan semakin meningkatnya angka melek huruf di Kabupaten Aceh Barat yang mencapai 95,67 persen di tahun 2011, maka angka buta aksara usia 15 tahun ke atas di Kabupaten Aceh Barat tahun 2011 semakin berkurang dibandingkan dengan tahun 2010. Dengan angka melek huruf sebesar 95,67 persen berarti penduduk Kabupaten Aceh Barat yang masih buta huruf pada tahun 2011 adalah sebesar 4,33 persen. Jika dibandingkan dengan angka melek huruf Provinsi Aceh tahun 2011 sebesar 96,95 persen, maka Angka melek huruf Kabupaten Aceh Barat ini masih tergolong rendah.

b. Angka Rata-Rata Lama Sekolah

Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Aceh Barat tahun 2009 adalah 8,23 tahun. Angka rata-rata lama sekolah ini mengalami peningkatan di tahun 2010 menjadi sebesar 8,48 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa pendidikaan dasar 9 tahun di Kabupaten Aceh Barat belum tuntas.

Jika dibandingkan dengan rata-rata lama sekolah kabupaten tetangga, rata-rata lama sekolah di Kabupaten Aceh Barat lebih tinggi dari rata-rata lama sekolah di Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh Jaya yang mencapai 8,72 persen. Sedangkan pada tahun 2010, rata-rata lama sekolah Kabupaten Aceh Barat dibandingkan dengan rata-rata Provinsi Aceh, di masih tergolong rendah.

Tabel 4.15.

Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah Kab. Aceh Barat Dibandingkan dengan Kabupaten Tetangga dan Provinsi Aceh Tahun 2006-2010

Tahun

Rata-Rata Lama Sekolah

Kab. Aceh Barat Kab. Nagan Raya Kab. Aceh Jaya Provinsi Aceh

2006 8,20 6,70 8,70 8,50

2007 8,20 7,32 8,70 8,50

2008 8,20 7,32 8,70 8,50

2009 8,23 7,34 8,71 8,63

2010 8,48 7,57 8,72 8,81

(25)

Sumber : BPS Pr

Perkembangan Rata-Kabupaten Te

c. Angka Partisipasi Ka

Angka Partisipasi Kasa mengalami penurunan d 2011 sebesar 112,07 pe yakni 118 persen. Jika d termasuk paket A tahu kabupaten Aceh Barat ini

Pada jenjang pendidikan 2011 sebesar 103,17 pe 2010 yaitu sebesar 108 jenjang pendidkan SLTA sebesar 2,74 persen dari

0

ta-Rata Lama Sekolah Kabupaten Aceh B n Tetangga dan Provinsi Aceh Tahun 2006

Kasar (APK)

sar (APK) tingkat SD/MI dan SLTP/M dari tahun 2010. Angka Partisipasi Kasa persen atau turun sebesar 5,93 persen ka dibandingkan dengan APK nasional untu

hun 2008/2009 sebesar 116,77, APK t ini masih tergolong lebih rendah.

an tingkat SLTP/MTs, Angka Partisipasi K persen atau turun sebesar 4,83 persen dib 08 persen. Sedangkan Angka Partisipasi TA/MA tahun 2011 sebesar 97,74 persen

ari tahun 2010 yaitu sebesar 95 persen.

(26)

Tabel 4.16. Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Kecamatan di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2011

No Kecamatan APK SD dan

MI

APK SMP dan

MTs APK SMA,SMK & MA

1 Johan Pahlawan 116,68 116,63 141,53

2 Samatiga 118,86 106,19 109,62

3 Woyla 106,20 97,75 107,79

4 Kaway XVI 114,02 102,42 69,36

5 Sungaimas 146,56 72,57 79,31

6 Bubon 95,76 105,68 76,02

7 Arongan Lambalek 108,03 105,37 91,99

8 Meureubo 98,56 93,70 61,02

9 Pante Ceureumen 112,67 92,49 51,61

10 Woyla Barat 115,59 76,12 58,33

11 Woyla Timur 127,17 80,22 37,74

12 Panton Reu 117,78 103,71 42,52

Rata - rata Kabupaten 112,07 103,17 97,74

Sumber: Dinas Pendidikan, 2011.

Penyebab utama turunnya Angka Partisipasi Kasar di Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2011 terutama dijenjang pendidikan tingkat SD/MI dan SMP/MTs terjadi akibat peningkatan sarana dan prasarana pendidikan serta kesadaran orang tua dalam menyekolahkan anaknya pada jenjang pendidikan sesuai kelompok umur usia sekolah. Sedangkan peningkatan APK ditingkat SLTA/MA terjadi akibat kemampuan ekonomi dan keterbatasan pendapatan dari orang tua murid sehingga harus menunda pendidikan anaknya setelah lulus SMP.

d. Angka Partisipasi Murni (APM)

(27)

Aceh, sedangkan tahun 2011 sebesar 93,31 persen ini masih rendah jika dibandingkan dengan APM nasional tingkat SD/MI tahun 2008/2009 sebesar 95,23 persen.

Angka Partisipasi Murni tingkat SLTP/MTs tahun 2011 sebesar 73,52 persen atau turun sebesar 1,18 persen dari tahun 2010 yang sebesar 74,70 persen. Sedangkan pada jenjang pendidikan tingkat SLTA/MA tahun 2011 sebesar 70,39 persen atau meningkat sebesar 0,62 persen dari tahun 2010 yaitu sebesar 69,77 persen. Peningkatan Angka Partisipasi Murni di semua jenjang pendidikan terjadi akibat mulai meningkatnya kesadaran dari masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi anak–anaknya.

(28)

Tabel 4.17. Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2009 – 2011

APM berdasarkan Jenjang Pendidikan

2009 2010

2011 Aceh Barat Aceh Aceh Barat Aceh

APM SD/MI

Laki-Laki 93,87 96,78 93,75

Perempuan 93,80 96,88 92,91

Jumlah 93,83 96,95 95,90 97,32 93,31

APM SMP/MTs

Laki-Laki 77,22 78,70 68,59

Perempuan 82,39 70,46 77,56

Jumlah 79,36 77,40 74,70 78,56 73,52

APM SMA/MA

Laki-Laki 66,55 62,94 71,32

Perempuan 64,41 75,25 69,04

Jumlah 65,52 62,10 69,77 62,42 70,39

Sumber: BPS Kabupaten Aceh Barat, 2012

Jika dibandingkan dengan APM provinsi Aceh tahun 2009-2010, terlihat bahwa APM Kabupaten Aceh Barat tingkat SD/MI, SLTP/MTs masih dibawah Provinsi Aceh. Namun untuk tingkat SMA/MA, APM Kabupaten Aceh Barat masih lebih tinggi dari APM Provinsi Aceh.

e. Angka Putus Sekolah

(29)

Tabel 4.18.

Jumlah Angka Putus Sekolah di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2011

No Kecamatan

1 Johan Pahlawan 0,00 0,21 0,64

2 Samatiga 0,00 0,00 0,45

3 Woyla 0,00 0,00 0,30

4 Kaway XVI 0,00 0,52 0,00

5 Sungaimas 0,00 0,00 12,70

6 Bubon 0,00 0,00 0,00

7 Arongan Lambalek 0,00 0,00 0,19

8 Meureubo 0,30 0,00 0,14

9 Pante Ceureumen 0,00 0,00 0,49

10 Woyla Barat 0,57 0,00 0,00

11 Woyla Timur 0,43 0,00 0,00

12 Panton Reu 0,00 1,22 0,00

Rata - rata Kabupaten 0,09 0,17 0,59

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Barat, 2012.

Ditingkat SLTP/MTs Angka Putus Sekolah tahun 2011 sebesar 0,17 persen yang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni 0,22 persen sedangkan angka putus sekolah untuk SLTA/MA meningkat sebesar 0,37 persen menjadi 0,59 persen di tahun 2011.

4.7.2. Kesejahteraan Penduduk

Dari sisi kesehatan, umur harapan hidup penduduk kabupaten Aceh Barat semakin panjang. Di tahun 2010, setiap anak yang baru dilahirkan diprediksi akan hidup selama 69,97 tahun. Angka ini terus bertambah sehingga di tahun 2012 tiap bayi yang baru lahir diharapkan mampu mencapai umur 70,15 tahun.

(30)

(survei Sosial Ekonomi Nasional). Penyesuaian ini dilakukan untuk menghilangkan faktor kenaikan harga barang (inflasi).

Peningkatan ketiga komponen diatas membuat angka IPM Kabupaten Aceh Barat terus meningkat setiap tahunnya, dari 70,79 di tahun 2010 menjadi 71,73 pada tahun 2012.

Peningkatan nilai IPM tersebut tidak serta merta meningkatkan posisi Aceh Barat di tingkat propinsi. Dari 23 kabupaten/kota di Aceh, pembangunan kesejahteraan rakyat di Kabupaten Aceh Barat berada di posisi keempat belas selama tiga tahun terakhir

Peningkatan IPM diatas terkait erat dengan penurunan tingkat kemiskinan. Penduduk miskin disini adalah penduduk yang pengeluarannya sebulan berada dibawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan setiap tahunnya meningkat dari 372 ribu rupiah per kapita per bulan pada tahun 2010 menjadi 436 ribu rupiah pada tahun 2012 dikarenakan adanya inflasi.

Artinya, apabila rata-rata anggota rumah tangga adalah 4 orang (ayah, ibu dan 2 orang anak) maka rumah tangga yang pengeluarannya sebulan berada dibawah 1,7 juta rupiah akan

dianggap miskin dan terdapat empat orang penduduk miskin. Pada tabel X.10 dapat dilihat bahwa setiap tahunnya persentase penduduk miskin semakin berkurang. Pada tahun 2010, terdapat 24 persen penduduk miskin di Aceh Barat. Sedangkan pada tahun 2012, masyarakat yang miskin hanya tinggal 23 persen lagi.

Penduduk miskin ini sebagian besar tinggal didaerah pedesaan. Dari hasil pengolahan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilakukan pada setiap tahunnya, terlihat bahwa 27 persen masyarakat di perdesaan tergolong miskin. Sedangkan di perkotaan jumlah masyarakat tidak mampu ini hanya 5 persen

Walaupun terjadi penurunan kemiskinan, akan tetapi angka dua puluhan persen tersebut masih terlalu besar. Pemerintah Daerah harus berusaha keras untuk menurunkan angka ini. Penduduk miskin ini sebagian besar terdapat di daerah perdesaan diluar Kecamatan Johan Pahlawan. Selain pemberdayaan masyarakat miskin, pembangunan daerah perdesaan diharapkan mampu menjadi solusi masalah ini.

Tabel 4.19. Perkembangan Penduduk Miskin Kabupaten Aceh Barat 2010-2012

Uraian 2010 2011 2012

Garis Kemiskinan (Rp) 371,762 402,636 436,074 (%) Penduduk Miskin 24.43 23.81 22.76

(31)

4.7.3. Perekonomian dan PDRB

Pertumbuhan ekonomi Aceh Barat tiga tahun trakhir ini bernilai positif. Tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 adalah sebesar 5,24 persen dengan PDRB 1,26 trilyun rupiah. Sedangkan tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 dan 2012 masing-masing sebesar 5,11 dan 5,00 persen. Nilai PDRB harga konstan pada kedua tahun tersebut adalah 1,32 dan 1,39 trilyun rupiah.

Jauhnya perbedaan antara nilai PDRBharga berlaku dengan nilai PDRB harga konstan tahun 2000 mengindikasikan bahwa kenaikan harga pada tingkat produsen dalam Kabupaten Aceh Barat tergolong tinggi.

Laju kenaikan harga pada tingkat produsen tersebut dapat tercermin dari laju indeks implisit. Sedangkan kenaikan harga di tingkat konsumen (di pasaran) disebut laju inflasi. Kedua angka ini akan berdekatan nilainya dikarenakan kenaikan barang ditingkat produsen akan menyebabkan kenaikan barang di pasaran, demikian pula sebaliknya. Ada dua kota pencatat inflasi di Propinsi Aceh yang dijadikan rujukan kabupaten/kota lain, yaitu Kota Banda Aceh dan Kota Lhokseumawe.

Pada tahun 2010, rata-rata kenaikan harga barang produksi dalam Kabupaten Aceh Barat adalah sebesar 5,99 persen. Angka ini berada antara laju inflasi barang di pasaran pada Kota Banda Aceh (4,64 persen) dan Kota Lhokseumawe (7,19). Selanjutnya pada tahun 2011 perkembangan harga dapat lebih terkontrol. Hal ini membuat laju indeks implisit kabupaten ini dapat turun ke level 3,61 persen. Mendekati laju inflasi kota Banda Aceh (3,25 persen) dan Kota Lhokseumawe (3,55 persen). Selama tahun 2012, laju indeks implisit Kabupaten Aceh Barat terbentuk sebesar 1,77 persen

Untuk melihat rata-rata nilai produksi yang dihasilkan oleh setiap penduduk, dipakailah ukuran Pendapatan Perkapita sebagai pendekatan tingkat kesejahteraan penduduk.

Pendapatan perkapita Aceh Barat terus meningkat selama kurun waktu tiga tahun terakhir dari 16 juta rupiah pada tahun 2010 menjadi 17 juta rupiah di tahun 2011 dan 18 juta rupiah dalam tahun 2012. Jika rumah tangga terdiri dari 4 anggota rumah tangga (ayah, ibu dan dua orang anak) maka pendapatan keluarga tersebut selama tahun 2012 sejumlah 72 juta pertahun atau 6 juta rupiah per bulan.

Akan tetapi bila dilihat atas dasar harga konstan 2000, kenaikan pendapatan perkapita relatif kecil (6,9 juta rupiah di tahun 2010 menjadi 7,2 juta rupiah pada tahun 2012). Ini mengindikasikan bahwa kenaikan harga yang terjadi di Kabupaten ini relatif tinggi.

(32)

Akan tetapi apabila harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2000 maka didapatlah PDRB Harga Konstan tahun 2000.

PDRB Kabupaten Aceh Barat terus mengalami kenaikan yang signifikan selama tiga tahun terakhir. Pada tahun 2010, PDRB Aceh Barat bernilai 3 trilyun rupiah. Angka ini terus bertambah menjadi 3,3 trilyun rupiah di tahun 2011 dan 3,5 trilyun rupiah pada tahun 2012.

Besarnya angka PDRB tersebut ditopang oleh tiga sektor utama. Sektor penyumbang Nlai Tambah Bruto (NTB) terbesar adalah sektor pertanian (382% ditahun 2012), dimana subsektor dominan disini adalah perkebunan (kelapa sawit dan karet) dan tanaman bahan makanan (padi). dan restoran serta sektor jasa-jasa. Peranan sektor perdagangan, hotel dan restoran di tahun 2012 mencapai 18 persen. Subsektor utama disini adalah perdagangan. Sementara itu, kontribusi sektor jasa pada tahun yang sama bernilai 18 persen. Subsektor pemerintahan umum (PNS,TNI,POLRI) amat dominan pada sektor ini.

Sebagian besar PDRB tersebut digunakan untuk konsumsi Rumah Tangga masyarakat di Kabupaten Aceh Barat (48 persen), dibelanjakan untuk pembentukan modal tetap (29 persen), dikeluarkan untuk belanja pemerintah (19 persen) dan sisanya diperuntukan untuk belanja lembaga non profit, disimpan sebagai barang persediaan ataupun diekspor keluar daerah. Komponen-komponen pengeluaran ini dikenal dengan sebutan PDRB menurut penggunaan.

Nilai PDRB tersebut masih dipengaruhi oleh kenaikan harga (inflasi). Untuk melihat kenaikan produksi suatu wilayah digunakanlah PDRB harga konstan. Kenaikan produksi ini disebut pertumbuhan ekonomi. Kenaikan nilai PDRB atas dasar harga konstan akan memyebabkan pertumbuhan ekonomi bernilai positif (meningkat), demikian pula sebaliknya Sektor yang memegang peranan terbesar selanjutnya adalah sektor perdagangan, hotel.

Pertumbuhan ekonomi Aceh Barat tiga tahun trakhir ini bernilai positif. Tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 adalah sebesar 5,24 persen dengan PDRB 1,26 trilyun rupiah. Sedangkan tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 dan 2012 masing-masing sebesar 5,11 dan 5,00 persen. Nilai PDRB harga konstan pada kedua tahun tersebut adalah 1,32 dan 1,39 trilyun rupiah.

Jauhnya perbedaan antara nilai PDRBharga berlaku dengan nilai PDRB harga konstan tahun 2000 mengindikasikan bahwa kenaikan harga pada tingkat produsen dalam Kabupaten Aceh Barat tergolong tinggi.

(33)

dijadikan rujukan kabupaten/kota lain, yaitu Kota Banda Aceh dan Kota Lhokseumawe.

Pada tahun 2010, rata-rata kenaikan harga barang produksi dalam Kabupaten Aceh Barat adalah sebesar 5,99 persen.

Pertumbuhan PDRB

Kondisi perekonomian Nasional mencatat bahwa perekonomian Indonesia pada 2012 tumbuh cukup tinggi sebesar 6,3% dan diperkirakan akan meningkat di 2013-2014. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh konsumsi yang terus meningkat dan investasi yang tetap kuat. Meskipun pertumbuhan 2012 sedikit di bawah target APBN 2012 sebesar 6,5 persen, capaian pertumbuhan pada kisaran 6,3 persen merupakan sebuah prestasi yang patut diapresiasi karena dicapai pada saat perekonomian global mengalami perlambatan. Sementara itu, Inflasi 2012 mencapai 4,30% (yoy) dan ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali.

Dalam skala Aceh, pada triwulan II 2012, pertumbuhan ekonomi yang hanya 5,59 %. Kondisi ini meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat 5,83% (yoy) dan ini sesuai dengan target RPJM Aceh tahun 2012 yang mematok pertumbuhan ekonomi 5,02 % dan pada tahun 2013 capaian pertumbuhan antara 6,1-6,6% akan tercapai.

Pertumbuhan ekonomi Aceh Barat tiga tahun terakhir ini bernilai positif dan semakin cepat. Tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 adalah sebesar 5 persen dengan PDRB 1,2 T. Sedangkan tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 dan 2011 masing-masing sebeser 5,09 dan 5,24 persen. Nilai PDRB harga konstan pada kedua tahun tersebut adalah 1,26 T Rupiah dan 1,32 T Rupiah.

(34)

Perbandingan Pertu Provins

Pertumbuhan ekonomi K sebesar 11,95 persen. sektor utama yaitu ban perdagangan, hotel dan sebesar 17,27 persen d keempat sektor tersebut se di Kabupaten Aceh Ba Desember 2004. Kondi cenderung konstan. Hal 5,46 persen menjadi 5,2 ekonomi sebesar 2,2 perse

2007 Pertumbuhan Ekonomi Nasional2008

Pertumbuhan Ekonomi Aceh Barat

Gambar 4-10 :

rtumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh B nsi Aceh dan Nasional Tahun 2007-2011

i Kabupaten Aceh Barat tertinggi terjadi p . Tahun ini pertumbuhan ekonomi ditop angunan/konstruksi yang tumbuh sebesa an restoran sebesar 18,22 persen; listrik

dan jasa-jasa sebesar 16 persen. Besa ut sebagai implikasi dari proses rehabilitasi Barat akibat gempa dan tsunami yang

disi ekonomi Kabupaten Aceh Barat ta al ini dapat dilihat dari pertumbuhan tahu ,24 persen di tahun 2011 atau terjadi perla ersen selama 4 tahun.

Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertumbuhan Ekonomi Aceh

(35)

Sumber : Diolah dari PDRB Provi

Perbandingan Pertu Provinsi Aceh

Tahun 2006-2009 pertum ekonomi Provinsi Aceh. Kabupaten Aceh Barat be

ovinsi Aceh, Kabupaten Aceh Barat, Nagan Raya dan Ac

Gambar 4-11 :

rtumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh B eh dan Kabupaten Tetangga Tahun 2007

umbuhan ekonomi Aceh Barat berada di a h. Namun di tahun 2010 dan 2011, la berada di bawah pertumbuhan ekonomi Ac

1,92 laju pertumbuhan Aceh.

Prop Aceh (tanpa migas) Kab. Aceh Barat

(36)

36

Tabel 4.20.

Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Aceh Barat Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2011 (juta Rupiah)

No. Sektor

2007 2008 2009r 2010* 2011**

(Rp) (persen) (Rp) (persen) (Rp) (persen) (Rp) (persen) (Rp) (persen)

1. Pertanian 267.869,62 24,76 270.946,33 23,75 301.195,83 25,14 330.663,87 26,27 358.855,54 27,09 2. Pertambangan &

Penggalian 5.371,43 0,50 5.465,41 0,48 5.453,03 0,46 5.669,60 0,45 5.889,22 0,44 3. Industri Pengolahan 16.808,50 1,55 17.651,57 1,55 195.85,83 1,64 21.504,97 1,71 23.593,52 1,78 4. Listrik & Air Minum 2.712,92 0,25 3.159,22 0,28 3.798,41 0,32 4.154,92 0,33 4.651,26 0,35 5. Bangunan/Konstruksi 126.815,2 11,72 136.980,48 12,01 135.918,62 11,35 138.998,62 11,04 143.908,36 10,86 6. Perdagangan, Hotel

& Restoran 306.492,86 28,33 329.701,65 28,90 334.739,15 27,94 341.867,04 27,16 352.061,94 26,57 7. Pengangkutan &

Komunikasi 79.165,69 7,32 81.969,17 7,19 84.423,15 7,05 88.221,82 7,01 90.208,01 6,81

8.

Keuangan,

Persewaan & Jasa Perusahaan

18.261,47 1,69 18.917,33 1,66 19.786,14 1,65 20.799,33 1,65 22.357,79 1,69

(37)

Tabel 4.21. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Aceh Barat Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2011 (juta Rupiah)

No. Sektor

2007 2008 2009r 2010* 2011**

(Rp) (persen

1. Pertanian 664.714,75 32,27 716.372,68 29,66 882.593,49 32,69 107.8420,57 35,87 1.220.305,6

4 37,32

2. Pertambangan & Penggalian 12.382,43 0,60 15.179,57 0,63 16.525,92 0,61 17.224,80 0,57 18.023,62 0,55

3. Industri Pengolahan 23.967,76 1,16 27.293,03 1,13 33.234,24 1,23 39.990,71 1,33 48.058,88 1,47

4. Listrik & Air Minum 6.788,75 0,33 8.506,15 0,35 11.965,58 0,44 13.355,65 0,44 14.990,60 0,46

5. Bangunan/Konstruksi 276.101,14 13,40 377.155,73 15,61 378.039,06 14,00 389.716,37 12,96 409.213,57 12,52

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 486.873,50 23,63 569.047,06 23,56 579.654,44 21,47 603.249,10 20,07 624.268,65 19,09

7. Pengangkutan & Komunikasi 182.869,90 8,88 241.206,27 9,99 262.751,80 9,73 278.811,60 9,27 288.182,16 8,81

8. Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan 34.808,96 1,69 39.769,64 1,65 45.537,38 1,69 51.384,48 1,71 59.770,29 1,83

9. Jasa-jasa 371.517,70 18,03 420.874,88 17,42 489.932,77 18,14 534037,12 17,76 586.971,25 1795

PDRB Aceh Barat 2.060.024,8

(38)

Tabel 4.22. Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Aceh BaratAtas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Harga Konstan (ADHK) Tahun 2007-2011

No Sektor

2007 2008 2009r 2010* 2011**

ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK

persen persen persen persen persen Persen Persen persen Persen persen

1. Pertanian 32,27 24,76 29,66 23,75 32,69 25,14 35,87 26,27 37,32 27,09

2. Pertambangan & Penggalian 0,60 0,50 0,63 0,48 0,61 0,46 0,57 0,45 0,55 0,44

3. Industri Pengolahan 1,16 1,55 1,13 1,55 1,23 1,64 1,33 1,71 1,47 1,78

4. Listrik & Air Minum 0,33 0,25 0,35 0,28 0,44 0,32 0,44 0,33 0,46 0,35 5. Bangunan/Konstruksi 13,40 11,72 15,61 12,01 14,00 11,35 12,96 11,04 12,52 10,86 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 23,63 28,33 23,56 28,90 21,47 27,94 20,07 27,16 19,09 26,57 7. Pengangkutan & Komunikasi 8,88 7,32 9,99 7,19 9,73 7,05 9,27 7,01 8,81 6,81

8. Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan 1,69 1,69

1,65

1,66 1,69 1,65 1,71 1,65 1,83 1,69

9. Jasa-jasa 18,03 23,87 17,42 24,20 18,14 24,46 17,76 24,39 1795 24,41

(39)

Tabel 4.23. Pertumbuhan Sektor dalam PDRB Kabupaten Aceh Barat Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Harga Konstan (ADHK) Tahun 2007-2011

No. Sektor

2007 2008 2009r 2010* 2011**

ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK

1. Pertanian 13,72 1,04 7,77 1,15 23,2 11,16 22,19 9,78 13,16 8,53

2. Pertambangan & Penggalian 14,20 4,14 22,59 1,75 8,87 -0,23 4,35 3,97 4,52 3,87 3. Industri Pengolahan 14,14 4,94 13,87 5,02 21,77 10,96 20,33 9,80 20,18 9,71 4. Listrik & Air Minum 32,23 17,27 25,3 16,45 40,67 20,23 11,62 9,39 12,24 11,95 5. Bangunan/Konstruksi 33,97 24,72 36,60 8,02 0,23 -0,78 3,09 2,27 5,00 3,53 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 21,66 18,22 16,88 7,57 1,86 1,53 4,07 2,13 3,48 2,98 7. Pengangkutan & Komunikasi 28,04 3,51 31,90 3,54 8,93 2,97 6,11 4,52 3,36 2,25

8. Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan 12,28 3,56 14,25 3,59 14,5 4,59 12,84 5,12 16,32 7,49

9. Jasa-jasa 20,31 16,00 13,29 6,89 16,41 6,15 9,00 4.80 9,91 5,31

PDRB Aceh Barat 20,44 11,95 17,25 5,46 11,79 5,00 11,33 5,09 8,77 5,24

(40)

Tabel 4.24.

Pendapatan Regional dan Angka Per Kapita. Kab. Aceh Barat 2012

Uraian 2010 2011 2012

Atas Dasar Harga Berlaku

1. PDRB 3,006,428 3,274,135 3,498,853

2. Pendapatan Regional 2,825,348 3,075,729 3,300,445

3. PDRB Per Kapita 17,322,326 18,442,505 19,186,093

4. Pendapatan Regional Per

Kapita 16,278,986 17,324,929 18,098,118

Atas dasar Harga Konstan 2000

1. PDRB 1,258,308 1,322,607 1,388,781

2. Pendapatan Regional 1,192,022 1,252,740 1,318,911

3. PDRB Per Kapita 7,250,075 7,449,966 7,615,434

4. Pendapatan Regional Per

Kapita 6,868,149 7,056,416 7,232,300

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat, 2013

Tabel 4.25. Laju Pertumbuhan Pendapatan Regional dan Angka Per Kapita Kab. Aceh Barat 2012

Uraian 2010 2011 2012

Atas Dasar Harga Berlaku

1. PDRB 11.34 8.90 6.86

2. Pendapatan Regional 11.69 8.86 7.31

3. PDRB Per Kapita 8.49 6.47 4.03

4. Pendapatan Regional Per

Kapita 8.83 6.43 4.46

Atas dasar Harga Konstan 2000

1. PDRB 5.04 5.11 5.00

2. Pendapatan Regional 5.13 5.09 5.28

3. PDRB Per Kapita 2.35 2.76 2.22

4. Pendapatan Regional Per

Kapita 2.43 2.74 2.49

(41)

4.7.4. Tingkat Investasi

Selain angka perkapita, indikator ekonomi lainnya yang dapat diturunkan dari PDRB adalah Sumber Pertumbuhan Ekonomi (SPE), produktivitas tenaga kerja

danIncremental Capital Output Ratio(ICOR).

SPE merupakan perbandingan antara penambahan output sektor tahun benjalan dan tahun sebelumnya dengan total PDRB tahun sebelumnya. Sehingga diketahui seberapa besar bagian dan masing-masing sektor dalam penciptaan total laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah di tahun berjalan tersebut. Penjumlahan SPE semua semua sektor akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi Aceh Barat. Produktivitas tenaga kerja didapat dengan membandingkan nilai PDRB tiap sektor dengan tenaga kerja yang bekerja di sektor tersebut pada tahun yang sama. Karena keterbatasan data tenaga kerja per sektor, maka semua sektor dikelompokkan pada tiga kelompok sektor, yaitu kelompok PDRB sektor primer, sekunder dan tersier serta kelompok tenaga kerja sektor pertanian, industri dan jasa-jasa. Indikator ini akan menggambarkan sektor mana yang produktivitasnya tinggi sehingga lebih menguntungkan daerah.

Indikator lain yang tidak kalah penting adalah ICOR, yaitu perbandingan antara nilai investasi di suatu daerah dengan penambahan PDRB pada tahun tersebut. indikator ini akan menggambarkan besaran investasi yang dibutuhkan untuk menghasilkan penambahan 1 unit output/PDRB. Semakin kecil angka ICOR ini maka semakin baik. Akan tetapi hanya negara maju saja yang nilai ICOR nya mencapai dua. Pada negara-negara berkembang, nilai ICOR yang terbentuk bervariasi antara 3 sampai 4.

Pada tabel 4.26. terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi Aceh Barat pada tahun 2010 dan 2011 digerakkan oleh sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor perdagangan. Ketiga sektor tersebut tentu mengecil pertumbuhannya selama kurun waktu tiga tahun terakhir. Sehingga sumber pertumbuhan ekonomi ini berubah di tahun 2012.

(42)

penggalian mulai memberikan pengaruh yang semakin nyata.

Tabel 4.26.

Sumber Pertumbuhan Ekonomi Aceh Barat Tahun 2010-2012 (Persen)

Lapangan Usaha 2010 2011 2012

Pertanian 2.46 2.17 1.76

Pertambangan dan Penggalian 0.02 0.04 0.1

Industrui Pengolahan 0.16 0.16 0.15

Listrik, Gas dan Air bersih 0.03 0.04 0.03

Konstruksi 0.26 0.39 1.06

Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.6 0.81 0.63

Pengangkutan dan Komunikasi 0.34 0.16 0.27

Keuangan , Real Estate & JS PRSH 0.08 0.12 0.12

Jasa-jasa 1.1 1.21 0.88

Pertumbuhan Ekonomi 5.04 5.11 5

Sumber : BPS KAb. Aceh Barat 2013

(43)

Gambar 4-12 :

Tingkat Produktifitas Tenaga Kerja Aceh Barat Tahun 2010-2012 (Juta Rupiah)

Angka ICOR Kabupaten Aceh Barat bernilai 3,21 sampai 4,78 sepanjang tiga tahun terakhir. Artinya, untuk menambah output PDRB Aceh Barat senilai 1 unit akan membutuhkan investasi 3 sampai 5 unit.

(44)

4.7.5. Laju Inflasi

Inflasi adalah suatu prose menerus (kontinu) berka oleh berbagai faktor a berlebihnya likuiditas di sampai termasuk juga a dapat melihat perbandin dengan Provinsi Aceh da

Sumber: BPS Kabupaten Aceh Ba

Sumber: Diolah da

Gambar 4-14 : Grafik La 8,49

9,41

6,59

2007

roses meningkatnya harga-harga secara u rkaitan dengan mekanisme pasar yang d antara lain : konsumsi masyarakat y

di pasar yang memicu konsumsi atau ba akibat adanya ketidaklancaran distribusi dingan inflasi Kabupaten Aceh Barat yan dapat dilihat Tabel 4.27. dan Gambar 4-14.

nflasi Kabupaten Aceh Barat dengan Prov -2011

2007 2008 2009 2010 2011

8,49 11,79 10,72 9,70 8,18 9,41 11,92 3,72 5,86 3,43 6,59 11,06 2,78 6,96 3,79

Barat dan BPS Provinsi Aceh

dari BPS Kabupaten Aceh Barat dan BPS Provinsi Aceh,

(45)

Dari data di atas terlihat bahwa di tahun 2007-2008, inflasi Aceh Barat berada di bawah inflasi Provinsi Aceh. Nilai inflasi tertinggi berada di tahun 2008 yakni sebesar 11,79 persen yang diakibatkan oleh dampak krisis ekonomi global dimana pada tahun ini inflasi Provinsi Aceh mencapai 11,92 persen. Mulai tahun 2009 terjadi penurunan nilai inflasi di Kabupaten Aceh Barat namun masih berada di atas inflasi Provinsi Aceh. Tahun 2011 inflasi Aceh Barat mencapai 8,18 persen. Dengan demikian dalam 3 tahun terakhir nilai inflasi Kabupaten Aceh Barat telah dapat diturunkan sebesar 3,61 persen yang merupakan suatu keberhasilan pemerintah dalam pembangunan ekonomi.

Inflasi Aceh pada tahun 2010 mencapai 5,86 jauh lebih rendah dibanding tahun yang sama terhadap inflasi nasional yang mencapai 6,96 dan pada tahun 2011 inflasi Aceh semakin membaik yaitu 3,43 dan nasional 3,79. Di sisi lain secara keseluruhan, inflasi IHK sampai dengan Juli 2012 berada pada kisaran 1,38 masih rendah dibanding dengan Nasional yang mencapai 2,50. Secara keseluruhan, inflasi IHK sampai dengan akhir tahun diperkirakan akan berada pada kisaran 4,7% hingga 5,3% (yoy) atau masih sejalan dengan sasaran inflasi nasional (4,5% ± 1%).

4.7.6. Potensi Ekonomi

Selama beberapa tahun terakhir ini perekonomian Aceh Barat sangat ditopang oleh

(46)

Tabel 4.28. Perkembangan Tenaga Kerja Menurut Sektor

Uraian 2010 2011 2012

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Pertanian 30,874 44.01 40,289 53.12 33,547 48.26

Industri 9,068 12.92 5,294 6.98 7,616 10.96

Jasa-jasa 30,217 43.07 30,262 39.90 28,347 40.78

Jumlah 70,159 75,845 69,510

Sumber : BPS Kab. Aceh Barat 2013

Tabel 4.29. Produksi Komoditas Perkebunan Kab. Aceh Barat 2010-2012

Tahun

Karet Sawit Kelapa Kelapa Hibrida

Luas (ha) 2010 22,642.37 13,259.50 5,472.00 52,091.24 2,712.00 1,362.78 259.00 153.54 2011 23,862.37 13,259.50 5,709.00 52,091.24 2,736.10 1,362.36 247.00 118.94 2012 24,096.77 17,270.43 6,481.00 60,965.35 22,739.10 1,172.70 93.00 29.00

Sumber : BPS Kab. Aceh Barat 2013

(47)

Sektor primer dalam perekonomian masih berperan cukup signifikan dalam perekonomian Kabupaten Aceh Barat.

Tabel 4.30. Komoditas Pertanian Kab. Aceh Barat 2012

Komoditi/

2010 13687 14568 49.007 4.27

2011 15346 12884 55165.72 4.28

2012 13737 11345 62123 4.26

Padi Ladang

2012 982 420 840 2

Kedele

2010 33 28 28.32 1.01

2011 33 40 41.41 1.04

2012 28 19 19.19 1.01

Jagung

2010 280 250 511.14 2.04

2011 224 232 473.28 2.04

2012 194 173 356.06 2.06

Kacang Tanah

2010 1815 1497 2431.82 1.62

2011 1479 1976 3257.53 1.65

2012 642 582 954.62 1.65

Kacang Hijau

2010 11 9 9.11 1.01

2011 29 28 28.28 1.01

2012 16 14 14.14 1.01

Ubikayu

2010 87 117 1700.46 14.53

2011 54 65 944.45 14.53

2012 86 86 1249.61 14.53

Ubi jalar

2010 27 32 432.16 13.51

2011 24 23 310.73 13.51

2012 62 51 688.73 13.5

(48)

Tabel 4.31. Komoditas Peternakan Kab. Aceh Barat 2012

Tahun Sapi Kerbau Kambing Domba

2010 5,803 22,428 20,518 1,155

2011 4,281 20,278 22,160 1,247

2012 4,195 20,082 11,538 1,199

Sumber : BPS Kab. Aceh Barat 2013

Tabel 4.32. Komoditas Peternakan Unggas Kab. Aceh Barat 2012

Tahun Ayam Buras Ayam Ras Itik

2010 359424 24667 60748

2011 388178 24828 59657

2012 282009 28140 40799

Sumber : BPS Kab. Aceh Barat 2013

Disamping sektor pertanian dan peternakan Kabupaten Aceh Barat juga memiliki potensi perikanan karena memiliki garis pantai yang cukup panjang, badan air yang dapat dikembangkan untuk perikanan budidaya, sedangkan Samudera Hindia yang potensi perikanan tangkap yang besar, baik potensi perikanan tangkap ikan, cumi, kerang ataupun udang.

Tabel 4.33. Komoditas Perikanan Budidaya Air Tawar Kab. Aceh Barat, 2012

Tahun Mas Mujahir Nila Lele Lainnya Jumlah

2010 16.57 1.64 38.75 9.69 11.84 78.49

2011 17.88 44.54 13.43 16.18 92.03

2012 13.51 78.47 19.38 3.96 115.32

Sumber : BPS Kab. Aceh Barat 2013

Tabel 4.34. Komoditas Perikanan Budidaya Air Payau Kab. Aceh Barat 2012

Tahun Bandeng Udang Windu Nila Jumlah

2010 7.7 5.06 6.82 19.58

2011 8.32 5.31 7.5 21.13

2012 8.98 5.57 8.25 22.8

(49)

Tabel 4.35. Komoditas Perikanan Tangkap Kab. Aceh Barat 2012

Tahun

Produksi (ton) Nilai (Rp.)

2010 11,202.63 289,014,149.72

2011 12,723.72 373,759,275.00

2012 22,964.34 674,590,119.00

Gambar

Gambar 4-1 : Peta Administrasi Kabupaten Aceh Barat
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Barat 2012
Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Aceh Barat 2012
Gambar 4-3 : Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Aceh Barat
+7

Referensi

Dokumen terkait

3) Kondisi lingkungan. Dilihat dari struktur geologi tanah dan peta hidrologi terutama pada daerah sekitar lereng gunung Muria yang mempunyai potensi air tanah dalam yang cukup

Provinsi yang menjadi tujuan penempatan transmigrasi pada tahun 2015 sebanyak 21 (Dua Puluh Satu) Provinsi, meliputi Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau,

Memberikan masukan kepada puskesmas induk dan puskesmas pembantu yang ada dalam wilayah Kabupaten Aceh Barat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tentang pentingnya kemampuan

Dengan demikian LAZISNU dapat mengetahui tingkat keberhasilan pendayagunaan ZIS selama ini, dan bagi mereka yang sudah bisa bersejajar dengan para muzakki dalam artian sudah tidak

DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI SUMATERA BARAT 165 Dari kegiatan yang dilaksanakan maka hasil yang dicapai Dinas Kelautan dan. Perikanan Provinsi Sumatera Barat dalam Tahun

Dengan melihat fenomena yang terjadi dalam lima tahun terakhir ini, maka perumusan masalah dalam penelitian ini, adalah fluktuasi yang terjadi pada variabel ekonomi makro

Ditinjau dari aspek Geologi, secara umum formasi geologi wilayah Kabupaten Bangli termasuk dalam formasi geologi Buyan, Beratan dan Gunung Batur (Qpbb) yang

Keberhasilan yang telah dicapai dalam pelaksanaan kegiatan pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman modal Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada Tahun