• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara dukungan sosial dan stres kerja pada anggota Satsabhara polisi di Polres Klaten - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan antara dukungan sosial dan stres kerja pada anggota Satsabhara polisi di Polres Klaten - USD Repository"

Copied!
179
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN STRES KERJA PADA ANGGOTA SATSABHARA POLISI DI POLRES KLATEN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh: Hilarius Feliks Hermawan

149114078

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO

Mazmur 126: 5

Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata akan menuai dengan sorak-sorai.

Mazmur 126: 6

Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.

Matius 21: 22

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Semua hasil kerja keras dan jerih payah ini, saya persembahkan kepada Bunda Maria, Tuhan Yesus Kristus dan Bapa Disurga yang selalu memberkatiku, memberikan semangat untuk lebih kuat, penolongku, dan yang telah mengabulkan

doa-doaku sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

Bapak, ibu, adikku dan keluargaku yang telah memberikan dukungan, semangat dan mendoakanku dalam menghadapi segala masalah apapun.

Dosen pembimbingku yang selalu sabar dan selalu membantuku dalam menemukan jalan keluar disetiap masalah yang kuhadapi dalam proses penulisan

skripsi ini.

(6)
(7)

vii

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN STRES KERJA PADA ANGGOTA SATSABHARA POLISI DI POLRES KLATEN

Hilarius Feliks Hermawan

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dan stres kerja pada anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif dan signifikan antara dukungan sosial (berdasarkan tipe dukungan) dan stres kerja pada anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 85 anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten. Data dikumpulkan dengan skala dukungan sosial yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan tipe dukungan sosial menurut Sarafino (2008) dan skala stres kerja dikembangkan oleh peneliti berdasarkan aspek stres kerja menurut Robbins dan Judge (2008). Skala dukungan sosial tipe dukungan instrumental memiliki koefisien reliabilitas ( 𝑟𝑥𝑥) sebesar (0,785), tipe dukungan emosional memiliki kefisien reliabilitas (𝑟𝑥𝑥) sebesar (0,803), tipe dukungan persahabatan memiliki koefisien reliabilitas (𝑟𝑥𝑥) sebesar (0,855), dan tipe dukungan informasi memiliki koefisien reliabilitas (𝑟𝑥𝑥) sebesar (0,800). Sedangkan skala stres kerja memiliki koefisien reliabilitas (𝑟𝑥𝑥) sebesar (0,941). Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi Spearman’s Rho dalam program SPSS for windows versi 23 dikarenakan tidak menggunakan syarat normalitas data. Hasil dalam penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif kuat dan signifikan antara tipe dukungan intrumental (r: -0,719; p: 0,000), tipe dukungan emosional (r: -0,696; p: 0,000), tipe dukungan persahabatan (r: -0,736; p: 0,000) dan tipe dukungan informasi (r: -0,718; p: 0,000) dengan stres kerja pada anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi dukungan sosial (berdasarkan tipe dukungan) maka semakin rendah stres kerja pada anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten.

(8)

viii

RELATIONSHIP BETWEEN SOCIAL SUPPORT AND JOB STRESS ON

MEMBERS OF THE POLICE SATSABHARA AT THE KLATEN POLICE

STATION significant relationship between social support (based on support type) and job stress on members of the Police Satsabhara at the Klaten police station. The subjects in this study were 85 members of the Police Satsabhara at the Klaten Police Station. Data is collected with a social support scale developed by researchers based on the type of social support according to Sarafino (2008) and job stress scale developed by researchers based on aspects of job stress according to Robbins and Judge (2008). Scale of social support type of instrumental support has a reliability coefficient (𝑟𝑥𝑥) of (0.785), type of emotional support has efficiency reliability (𝑟𝑥𝑥) of (0.803), type of companionship support has a reliability coefficient (𝑟𝑥𝑥) of (0.855), and the type of information support has a reliability coefficient (𝑟𝑥𝑥) of (0.800). While the scale of job stress has a reliability coefficient (𝑟𝑥𝑥) of (0,941). Data analysis techniques in this study is using the Spearman Rho correlation test in the SPSS for Windows version 23 program because it does not use data normality requirements. The result in this study states that there is a strong and significant negative relationship between the types of instrumental support (r: 0.719; p: 0,000), types of emotional support (r: -0,696; p: 0,000), type of companionship support (r: -0,736; p: 0,000) and type of information support (r: -0,718; p: 0,000) with job stress on members of the Police Satsabhara at the Klaten Police Station. This can be interpreted that the higher social support (based on type of support), the job stress will be lower for members of the Police Satsabhara at the Klaten Police Station.

(9)
(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kupanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi/tugas akhir ini dengan baik. Penulis berharap hasil dari tugas akhir ini dapat menambah pengetahuan atau wawasan pembaca mengenai tingkat dukungan sosial dan stres kerja pada anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten. Semoga hasil tugas akhir ini juga dapat dipahami oleh pembaca dengan baik serta dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca. Kesuksesan dan keberhasilan dalam penyusunan tugas akhir ini tidak terlepas dari doa, dukungan, semangat atau motivasi serta arahan dari banyak pihak yang membantu penulis dalam menghadapi kesulitan dan tantangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, saya sebagai penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bunda Maria, Tuhan Yesus Kristus dan Bapa Disurga yang selalu memberkatiku, memberikan semangat untuk lebih kuat, penolongku, dan yang telah mengabulkan doa-doaku sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Y. Titik Kristiyani, M.Psi., Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

(11)

xi

4. Maria Laksmi Anantasari, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan KRS disetiap semester dari awal serta memberikan dorongan dalam menyelesaikan skripsi.

5. Robertus Landung Eko Prihatmoko M.Psi. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan petunjuk, waktu, saran dan kritik dalam menyelesaikan skripsi.

6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan pengajaran dikelas ataupun diluar kelas, pengalaman dalam hidup dan pengetahuan baru selama masa pembelajaran.

7. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu segala kebutuhan administrasi dan kebutuhan lainnya dalam proses studi.

8. AKBP Juli Agung Pramono, S.H., S.I.K, M. Hum. selaku Kapolres Klaten yang telah mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian di Polres Klaten. Serta Seluruh anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten yang telah bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini. Terimakasih kesediaan anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten yang telah meluangkan waktu untuk pengambilan data penelitian.

(12)
(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR BAGAN ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 15

C. Tujuan Penelitian... 16

D. Manfaat Penelitian ... 16

1. Manfaat Teoritis ... 16

2. Manfaat Praktis ... 16

BAB II LANDASAN TEORI ... 17

A. Stres Kerja... 17

(14)

xiv

2. Aspek Stres Kerja ... 19

3. Faktor yang mempengaruhi Stres Kerja: ... 20

4. Perbedaan individu berkaitan dengan Stres Kerja: ... 23

B. Dukungan Sosial ... 25

1. Pengertian Dukungan Sosial ... 25

2. Tipe Dukungan Sosial ... 26

3. Dampak Dukungan sosial ... 27

C. Satsabhara Polisi ... 28

1. Pengertian Satsabhara Polisi ... 28

2. Karakteristik Satsabhara Polisi ... 29

D. Dinamika Hubungan Dukungan Sosial (Berdasarkan Tipe Dukungan Sosial) dan Stres Kerja pada Anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten... 30

E. Kerangka Berfikir Hubungan Dukungan Sosial (Berdasarkan Tipe Dukungan sosial) dan Stres Kerja pada Anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten ... 35

F. Hipotesis ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Variabel Penelitian ... 37

C. Definisi Operasional ... 38

1. Stres Kerja ... 38

2. Dukungan Sosial ... 38

D. Subjek Penelitian ... 39

E. Metode dan Alat Pengambilan Data ... 41

(15)

xv

2. Alat Pengambilan Data ... 41

a. Skala Dukungan Sosial pada Anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten ... 41

b. Skala Stres Kerja pada Anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten. ... 44

F. Validitas, Seleksi Item dan Reliabilitas ... 45

1. Validitas ... 45

2. Seleksi Item ... 48

3. Reliabilitas... 52

G. Metode Analisis Data... 54

1. Uji Asumsi ... 54

a. Uji Normalitas ... 54

b. Uji Linieritas ... 55

2. Uji Hipotesis ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

A. Pelaksanaan Penelitian ... 59

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 61

C. Deskripsi Data Penelitian ... 62

a. Teoritik, Empirik dan Uji One Sample T-test ... 62

b. Kategori Variabel Dukungan Sosial yang Memuat Tipe Dukungan Sosial dan Variabel Stres Kerja ... 64

D. Hasil Analisis Data ... 67

1. Uji Asumsi ... 67

a. Uji Normalitas ... 67

b. Uji Linearitas... 69

(16)

xvi

E. Pembahasan ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Keterbatasan Penelitian ... 85

C. Saran ... 86

1. Bagi Subjek ... 86

2. Bagi Organisasi ... 87

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 87

DAFTAR PUSTAKA...89

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tabel Hasil Premilinary Wawancara Stres Kerja ... 8

Tabel 2 Distribusi Item Skala Uji Coba Dukungan Sosial ... 43

Tabel 3 Distribusi Item Skala Uji Coba Stres Kerja ... 45

Tabel 4 Distribusi Item Skala Dukungan Sosial Setelah Diseleksi ... 51

Tabel 5 Distribusi Item Skala Stres Kerja Setelah Diseleksi ... 52

Tabel 6 Nilai Korelasi dan Tingkat Hubungan... 57

Tabel 7 Hasil Deskriptif Data Identitas Subjek Penelitian... 61

Tabel 8 Hasil Analisis Deskriptif Data Penelitian ... 62

Tabel 9 Tabel Pedoman/Norma Kategori ... 64

Tabel 10 Kategori Variabel Dukungan Sosial Tipe Instrumental ... 65

Tabel 11 Kategori Variabel Dukungan Sosial Tipe Emosional ... 65

Tabel 12 Kategori Variabel Dukungan Sosial Tipe Persahabatan... 66

Tabel 13 Kategori Variabel Dukungan Sosial Tipe Informasi ... 66

Tabel 14 Kategori Variabel Stres Kerja ... 66

Tabel 15 Uji Normalitas Dukungan Sosial (Berdasarkan Tipe) dan Stres Kerja ... 68

Tabel 16 Uji Linearitas Dukungan Sosial Tipe Instrumental dan Stres Kerja ... 70

Tabel 17 Uji Linearitas Dukungan Sosial Tipe Emosional dan Stres Kerja ... 70

(18)

xviii

Tabel 19 Uji Linearitas Dukungan Sosial Tipe Informasi dan

Stres Kerja ... 71 Tabel 20 Nilai Korelasi dan Tingkat Hubungan ... 73 Tabel 21 Uji Korelasional Dukungan Sosial Tipe Instrumental dan

Stres Kerja ... 73 Tabel 22 Uji Korelasional Dukungan Sosial Tipe Emosional dan

Stres Serja ... 74 Tabel 23 Uji Korelasional Dukungan Sosial Tipe Persahabatan dan

Stres Kerja ... 75 Tabel 24 Uji Korelasional Dukungan Sosial Tipe Informasi dan

(19)

xix

DAFTAR BAGAN

(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Penelitian... 93

Lampiran 2 Reliabilitas Skala ... 110

Lampiran 3 Deskriptif Data (Empirik, Teoritik, Kategori dan Uji One Sample T-test) ... 124

Lampiran 4 Uji Asumsi ... 133

Lampiran 5 Uji Hipotesis ... 137

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Satsabhara (Satuan Samapta Bhayangkara) adalah bagian dari unsur pelaksanaan tugas pokok yang berada dibawah naungan kapolres. Satsabhara memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan tugas turjawali (pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli), pengamanan markas, pengamanan kegiatan masyarakat serta instansi pemerintah, penanganan tipiring (tindak pidana ringan), TPTKP (tindakan pertama tempat kejadian perkara), objek vital, dan pengendalian massa dalam rangka pemeliharaan keamanan serta menjaga ketertiban masyarakat (Pasal 55 dalam Peraturan Kepala Kepolisian RI No. 23 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Resort dan Kepolisian Sektor).

(22)

kunjungan presiden, pemeliharaan ketertiban, siaga SAR, turjawali, pengamanan objek vital kota serta wilayah-wilayah. Anggota Satsabhara juga siap bersedia membantu subdivisi lainnya seperti membantu mengatur lalu lintas, mengamankan barang bukti dan lain-lainnya (Wawancara, 30 Maret dan 11 April 2018). Banyak tantangan yang harus dihadapi oleh anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten, terutama pada tuntutan tugas yang harus mereka kerjakan. Hal tersebut membuat fisik mereka terkuras pada saat menjalankan tugas, bahkan mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk istirahat dengan tenang (Wawancara, 30 Maret 2018).

Anggota Satsabhara memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam melaksanakan tugas sehari-hari di lapangan. Banyak masalah yang harus dihadapinya seperti kelelahan fisik pada saat menjalankan tugas, waktu kerja yang tidak menentu dan adanya tekanan yang tinggi dari atasan. Tekanan yang tinggi dari atasan dapat terjadi dikarenakan sistem organisasi polisi yang hierarki. Masalah-masalah tersebut dapat dirasakan oleh anggota Satsabhara disetiap harinya yang dapat membuat anggota Satsabhara dapat rentan mengalami stres kerja. Hal tersebut juga didukung oleh Morash, Haarr, Kwak (2006, dalam Singh, 2016) yang menyatakan bahwa budaya organisasi dan struktur dalam instansi kepolisian dapat menciptakan stres kerja.

(23)

pekerjaan yang memiliki stres kerja yang tinggi dibandingkan dengan pekerjaan lainnya seperti koordinator acara, reporter, broadcaster, pekerjaan yang terkait dengan hubungan masyarakat dan eksekutif senior di perusahaan. Hal tersebut dikarenakan pekerjaan polisi memiliki resiko mempertaruhkan nyawanya sebagai dari bagian pekerjaannya untuk membantu orang lain. Somodevilla (1978, dalam Singh, 2016) juga menyatakan bahwa menjadi petugas polisi adalah pekerjaan yang berada dibawah tekanan dan stres kerja yang tidak tertandingi dibandingkan dengan pekerjaan lainnya. Selain itu, berdasarkan dari surat kabar elektronik DetikNews.com (Saut, 23 Maret 2017), anggota Reserse, Satlantas dan Satsabhara memiliki tingkat stres kerja yang tinggi dibandingkan dengan divisi lainnya. Hal tersebut dikarenakan Reserse, Satlantas dan Sabhara memiliki beban kerja seperti tugas untuk penanganan kasus dan jam kerja yang berlebihan daripada divisi lainnya.

(24)

konsumsi rokok dan alkohol. Selain itu, Aspek psikologis stres kerja yang muncul seperti mudah marah atau jengkel, mudah bosan atau jenuh, cemas, rasa tegang dan menunda-nunda pekerjaan. Kemudian, Aspek fisik stres kerja seperti metabolisme tubuh terganggu, detak jantung meningkat, tekanan darah naik, serangan jantung, sakit kepala dan tarikan pernafasan tidak teratur.

Berdasarkan dari surat kabar elektronik SindoNews.com (Barnugroho, 18 September 2015), anggota Sabhara di wilayah Polda Daerah Istimewa Yogyakarta ditangkap satuan narkoba Polres Sleman dikarenakan mengkonsumsi ganja. Anggota Sabhara tersebut mengkonsumsi ganja dengan tujuan sebagai obat penenang dikarenakan mengalami kesulitan tidur.

Berdasarkan dari surat kabar SindoNews.com (Kurniawan, 8 Oktober 2018) juga mengungkapkan bahwa 6 anggota kepolisian Polres Tangerang yang didominasi anggota Satsabhara dipecat tidak hormat dikarenakan membolos kerja atau mangkir kerja selama 30 hari berturut-turut. Selain itu, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Wakil (2015), mengungkapkan bahwa stres kerja yang dialami oleh polisi meningkatan konsumsi rokok dan minuman beralkohol. Hal tersebut dilakukan untuk mengatasi stres yang dialaminya.

(25)

mengalami stres kerja yang ditunjukkan pada aspek perilaku. Dalam menjalankan tugas kondisi yang mereka alami berkaitan dengan aspek perilaku stres kerja seperti perubahan kebiasaan makan, ketidakteraturan tidur, meminum minuman beralkohol dan konsumsi rokok meningkat (Wawancara, 30 Maret 2018).

Berdasarkan data yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa anggota polisi mengalami stres kerja yang ditunjukkan dalam aspek perilaku. Aspek perilaku stres kerja yang muncul pada anggota polisi adalah perilaku membolos, perubahan kebiasaan makan, mengalami ketidakteraturan tidur, konsumsi rokok meningkat, konsumsi minuman beralkohol, dan mengkonsumsi narkoba.

(26)

Wawancara juga dilakukan kepada beberapa anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten, empat (4) dari lima (5) anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten mengalami stres kerja yang ditunjukkan pada aspek fisik. Dalam menjalankan tugas kondisi yang mereka alami berkaitan dengan aspek fisik stres kerja seperti munculnya gangguan pada kepala yang terasa berat dan pusing serta keringat yang berlebihan (Wawancara, 30 Maret 2018).

Berdasarkan data yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa anggota polisi mengalami stres kerja yang ditunjukkan dalam aspek fisik. Aspek fisik stres kerja yang muncul pada anggota polisi ditandai dengan munculnya tekanan darah yang tinggi, keringat berlebihan, dan kepala terasa berat serta pusing.

Husain (2014) melakukan penelitian mengenai tingkat depresi, kecemasan dan stres pada polisi di pakistan. Hasil penelitiannya menemukan bahwa dari 315 anggota kepolisian yang bertugas di tiga kabupaten di pakistan mengalami depresi dan stres yang berat serta mengalami kecemasan yang sangat berat atau parah.

(27)

anggotanya merasakan cemas pada saat mendengar kabar mengenai teror bom yang berfokus pada anggota kepolisian. Berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa anggota Satsabhara pula, tiga (3) dari lima (5) anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten mengungkapkan bahwa dalam menjalankan tugas kondisi yang mereka alami berkaitan dengan aspek psikologis stres kerja seperti munculnya rasa bosan atau jenuh dikarenakan tugas yang monoton, rasa cemas dikarenakan informasi buruk yang mengancam anggota kepolisian dan rasa tegang disaat mendapatkan tugas baru secara mendadak (Wawancara, 30 Maret 2018).

Berdasarkan data yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa anggota kepolisian mengalami stres kerja yang ditunjukkan dalam aspek psikologis. Aspek psikologis stres kerja yang muncul pada anggota polisi ditandai dengan munculnya rasa cemas, rasa tegang dan rasa bosan atau jenuh pada saat menjalankan tugas.

(28)

(Wawancara, 9 April 2018). Kepala bagian Satsabhara juga mengatakan bahwa anggota Satsabhara juga sudah mendapatkan perhatian dari segi pembinaan kesejahteraan rohani, mental, jasmani, moril dan materil, pembinaan dan pemeriksaan psikologis serta kesehatan jiwa khususnya dari bidang Bagsumda. Akan tetapi, kepala bagian Satsabhara Polres Klaten mengungkapkan bahwa masih ada anggota yang mengalami kondisi yang berkaitan dengan stres dalam bekerja (Wawancara, 9 April 2018).

Tabel 1

Tabel Hasil Preliminary Wawancara Stres Kerja

No Inisial Perilaku Psikologis Fisik

(29)

Kondisi stres kerja polisi juga didukung oleh temuan sebelumnya oleh Vigfúsdóttir (2017) dengan judul Social Support, Stress and Burnout among Icelandic Police Officers yang menemukan bahwa dari 93 polisi (subjek) di islandia mengalami stres kerja dengan kualifikasi stres kerja rendah dengan jumlah 2,5%, stres kerja sedang dengan jumlah 70,9% dan stres kerja tinggi dengan jumlah 26,9%. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian Amir, Hussain, Humayon, Raza, dan Ansari (2017) dengan judul Assessment of Work Stress among Police in Pakistan menemukan bahwa 116 atau 97% dari 120 responden polisi di pakistan mengalami stres kerja dengan kategori tinggi. Hal serupa juga ditunjukkan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Jonyo (2015) yang menemukan bahwa polisi di Nakuru (Kenya) mengalami stres kerja tinggi 53,6% dan stres kerja sedang sebanyak 46,4% dari 84 subjek polisi.

(30)

terasa berat serta pusing. Aspek psikologis stres kerja ditandai dengan munculnya rasa cemas, rasa bosan atau jenuh, dan rasa tegang pada saat menjalankan tugas. Selain itu, berdasarkan hasil penemuan sebelumnya menemukan bahwa subjek penelitian (polisi) mengalami stres kerja dengan kategori rendah hingga tinggi.

Seseorang yang bekerja sebagai polisi seharusnya tidak mengalami stres dalam bekerja yang dibuktikan dengan ketidakmunculan gejala stres kerja. Pada faktanya berdasarkan informasi yang dikumpulkan melalui media masa, penelitian sebelumnya dan hasil wawancara preliminary menunjukkan bahwa anggota polisi khususnya anggota Satsabhara mengalami stres kerja. Kondisi stres dalam bekerja anggota polisi bagian Sabhara ditunjukkan dengan munculnya gejala perilaku, gejala fisik dan gejala psikologis.

(31)

mengurangi minat dalam diri, membuat pikiran kaku, kurangnya perhatian pada organisasi, rekan kerja dan hilangnya tangung jawab dalam bekerja. Maka sangatlah perlu memberikan perhatian dan penanganan sejak dini mengenai stres kerja pada anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten.

Menurut Robbins dan Judge (2008), sumber seseorang dapat mengalami stres kerja berasal dari sumber organisasi, sumber lingkungan dan sumber personal. Selain itu, Robbins dan Judge (2008) menyatakan bahwa terdapat variabel yang dapat memoderasi antara faktor atau potensi stres kerja dengan stres kerja itu sendiri. Variabel yang dapat memoderasi tersebut berkaitan dengan perbedaan individu seperti persepsi, pengalaman kerja, dukungan sosial, keyakinan pada lokus kontrol, keyakinan diri dan permusuhan.

(32)

dimaksud adalah seperti kurangnya dorongan, penghargaan, perhatian dari atasan dan keluarga. Selain itu, ketidakpedulian antar rekan kerja dalam membantu menyelesaikan tugas serta jiwa keanggotaan antar keanggotaan yang minim. Hal tersebut juga ditambah dengan keengganan senior dalam memberikan tanggapan dan petunjuk kepada juniornya (Wawancara 9, 11 April dan 30 Maret 2018).

Menurut hasil pemaparan preliminary wawancara kepada lima (5) anggota Satsabhara, wakil kepala Satsabhara serta kepala Satsabhara Polisi di Polres Klaten, peneliti ingin berfokus menghubungkan dukungan sosial dengan stres kerja. Dukungan sosial menurut Robbins dan Judge (2008) termasuk dalam variabel moderator antara potensial stres dengan stres kerja itu sendiri. Akan tetapi, pada penelitian ini dukungan sosial dilihat sebagai variabel bebas yang dapat mempengaruhi stres kerja. Hal tersebut dilandasan bahwa empat (4) dari lima (5) anggota (Wawancara, 30 Maret 2018), wakil kepala (Wawancara, 11 April 2018) dan kepala bagian (Wawancara, 9 April 2018) Satsabhara Polisi di Polres Klaten mengungkapkan bahwa mereka mengalami stres kerja yang disebabkan oleh dukungan sosial yang sangat minim. Maka dengan itu, dukungan sosial pada penelitian ini menjadi fokus sebagai variabel bebas.

(33)

dukungan sosial (variabel independen) memiliki hubungan negatif sangat kuat dan signifikan dengan stres kerja (variabel dependen). Hal ini dapat diartikan bahwa jika dukungan sosial yang diterima oleh karyawan percetakan, perawat dan anak buah kapal tinggi maka stres kerja yang dialaminya rendah. Variabel dukungan sosial dalam penelitian ini memiliki hubungan paling kuat diabandingkan dengan variabel modal psikologis dan kecerdasan emosional. Hal tersebut dapat diartikan bahwa dukungan sosial sangat berpengaruh secara langsung pada stres kerja. Individu yang bekerja secara langsung dihadapkan pada kondisi harus berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Maka dengan itu, lingkungan sosial memiliki kontribusi terhadap kondisi individu (Noviati, 2015). Seperti halnya dukungan sosial yang memiliki kontribusi terhadap kondisi stres kerja yang dialami seseorang.

(34)

menurunkan tingkat stres kerja yang dialaminya khususnya pada anggota Satsabhara. Berdasarkan hasil wawancara Kepala Satsabhara Polisi di Polres Klaten (Wawancara, 9 April 2018) mengatakan bahwa dukungan berupa kepedulian antar rekan kerja dan kenaikan gaji dari instansi dapat membantu menurunkan tingkat stres dalam bekerja. Selain itu, bentuk nasehat, saran dan rasa keanggotaan juga dapat mengurangi stres kerja anggota. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan anggota mendapatkan perhatian kesejahteraan hidup yang lebih dari rekan kerja dan instansi.

Selain itu, Sarafino (2008) juga mengungkapkan bahwa seseorang dengan dukungan sosial rendah atau menerima dukungan tidak sesuai yang dibutuhkan maka dapat berdampak pada ketidakberkurangnya tekanan atau stres yang dialami seseorang. Menurut Matterson dan Ivancevich (dalam Priansa dan Suwatno, 2011) seseorang yang tidak mendapatkan dukungan sosial yang memadai dalam menjalankan pekerjaan dengan beban kerja berlebihan dapat menimbulkan stres kerja. Robbins dan Judge (2008) juga menyatakan bahwa tidak adanya dukungan dari kolega serta buruknya hubungan antar pribadi dapat menyebabkan stres dalam bekerja. Terutama pada individu yang memerlukan kebutuhan sosial yang tinggi.

(35)

Klaten yang ditandai dengan munculnya gejala perilaku, fisik dan psikologis. Hal tersebut diduga muncul dikarenakan minimnya dukungan sosial yang diterima pada anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten. Selain itu, penelitian ini juga dilandaskan pada hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa dukungan sosial (variabel independen) menjadi salah satu penentu dari kondisi stres kerja (variabel dependen). Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan berfokus pada karyawan, perawat, anak buah kapal dan polisi secara umum. Maka dengan itu, penelitian ini juga penting untuk dilakukan pada konteks anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten. Hal tersebut dilandaskan dengan minimnya penelitian yang berfokus pada anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten mengenai hubungan dukungan sosial dan stres kerja. Maka dengan itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara dukungan sosial dan stres kerja pada anggota kepolisian khususnya anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten.

B. Rumusan Masalah

(36)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui apakah dukungan sosial memiliki hubungan dengan stres kerja pada anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu kontribusi pada ilmu psikologi di bidang industri dan organisasi mengenai dukungan sosial dan stres kerja pada anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Penulis dapat mengembangkan kemampuannya dalam penyusunan karya tulis serta dapat mengetahui hubungan antara dukungan sosial dan stres kerja pada anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten.

b. Bagi anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten

(37)

17 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Stres Kerja

1. Pengertian Stres Kerja

Berkaitan dengan stres dalam pekerjaan, setiap individu dapat mengalami stres ditempat kerja. Stres kerja dapat terjadi pada semua pekerjaan seseorang dari tingkat pemimpin hingga pada bawahan. Menurut Anoraga (2001), stres kerja adalah suatu bentuk respon fisik atau mental seseorang terhadap perubahan dari lingkungan yang mengganggu dan dapat mengancam individu tersebut. Hal serupa juga disampaikan oleh Riggio (2003) yang mengungkapkan bahwa stres kerja merupakan interaksi antara seseorang dengan lingkungan serta stressor yang memberikan suatu tantangan dan ancaman yang dapat menimbulkan reaksi psikologis dan fisiologis pada individu yang bekerja.

(38)

Sutarto (2010) juga menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu keadaan yang berasal dari penghayatan subjektif seseorang individu yang dapat berupa suatu interaksi antar individu dengan lingkungan kerja yang dapat menimbulkan keadaan yang mengancam serta memberikan suatu tekanan secara psikologis, fisik dan sikap individu. Pendapat mengenai stres kerja juga diungkapkan oleh Robbins dan Judge (2008), ia mengungkapkan bahwa stres kerja adalah kondisi dinamis di mana seseorang individu dihadapkan dengan kesempatan atau peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan atau diinginkan individu dan hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.

(39)

2. Aspek Stres Kerja

Robbins dan Judge (2008), mengelompokkan aspek stres kerja menjadi tiga, yaitu:

a) Fisiologikal

Pada bagian ini, yang termasuk dalam aspek fisiologikal seperti metabolisme tubuh terganggu, detak jantung meningkat, tekanan darah naik, serangan jantung, sakit kepala dan tarikan pernafasan yang tidak teratur.

b) Psikologikal,

Pada bagian ini, yang termasuk dalam aspek psikologikal seperti kecemasan, ketegangan, mudah bosan atau jenuh, jengkel dan menunda pekerjaan.

c) Perilaku,

(40)

3. Faktor yang mempengaruhi Stres Kerja:

Robbins dan Judge (2008), mengelompokkan faktor stres kerja menjadi tiga, yaitu:

a) Lingkungan,

Faktor dari lingkungan meliputi: ketidakpastian ekonomi, politik, dan teknologi.

1. Ketidakpastian konomi

Suatu perubahan yang terjadi didalam dunia bisnis dapat menciptakan atau memunculkan suatu perubahan perekonomian yang drastis dan tidak terkontrol. Perubahan tersebut dapat membuat seseorang semakin cemas dengan keamanan kerja mereka.

2. Politik

Suatu perubahan politik dapat memunculkan suatu sistem politik yang stabil jika sistem politik dijalankan dengan baik. Akan tetapi, jika suatu sistem politik tidak dijalankan dengan baik maka perubahan dalam sistem politik dapat menyebabkan timbulnya stres kerja.

3. Teknologi

(41)

perkembangan jaman yang semakin maju maka ketrampilan karyawan dapat tergantikan oleh mesin atau robot.

b) Organisasi,

faktor dari organisasi meliputi: tuntutan tugas, tuntutan peran, dan tuntutan antar pribadi.

1. Tuntutan tugas

Tuntutan tugas tersebut meliputi desain pekerjaan seperti keragaman tugas, kondisi kerja seperti tergannggu oleh suara bising dan tata letak kerja seperti ruangan yang penuh sesak dapat mempengaruhi tingkat kecemasan dan stres dalam bekerja seseorang.

2. Tuntutan peran

Tuntutan peran ini berkaitan dengan tekanan yang diterima seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang diamainkan dalam organisasi.

3. Tuntutan antar pribadi

Suatu tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya seperti tidak adanya dukungan dari rekan kerja serta hubungan antar pribadi yang buruk dapat menyebabkan stres dalam bekerja. c) Diri sendiri atau personal,

(42)

1. Masalah keluarga

Suatu masalah keluarga yang dibawa ketempat kerja dapat menimbulkan stres kerja pada diri seseorang. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan masalah keluarga yang dibawa ketempat kerja seperti kesulitan hidup dalam perkawinan, retaknya hubungan dan masalah kedisiplinan anak-anak.

2. Masalah ekonomi pribadi

Tingkat ekonomi atau pendapatan seseorang dapat mempengaruhi timbulnya stres dalam bekerja. Seseorang yang tidak dapat mengatur keuangan adalah salah satunya. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan jika seseorang karyawan memiliki tingkat pendapatan yang tidak terlalu besar, akan tetapi mereka menginginkan sesuatu yang melebihi kapasitas pendapatan mereka, maka hal tersebut akan menimbulkan stres dalam bekerja. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan ketidakmampuan seseorang karyawan dalam mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan.

3. Kepribadian

(43)

kecenderungan yang melekat untuk memfokuskan aspek negatif dunia secara umum.

4. Perbedaan individu berkaitan dengan Stres Kerja:

Perbedaan individu menurut Robbins dan Judge (2008) meliputi: persepsi, pengalaman kerja, dukungan sosial, keyakinan pada lokus kontrol, keyakinan diri dan permusuhan.

1. Persepsi

Suatu persepsi akan mengatur hubungan antara kondisi stres karyawan dan reaksi karyawan. Sehingga potensi stres tidak terletak pada suatu kondisi objektif, tetapi stres terletak pada interpretasi karyawan terhadap suatu kondisi yang terjadi pada saat itu.

2. Pengalaman kerja

(44)

karyawan baru mengenai ketahanan stres kerja terhadap karakteristik organisasi.

3. Dukungan sosial

Suatu dukungan sosial dapat mengurangi tingkat stres kerja seseorang karyawan. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan dukungan sosial dapat bertindak sebagai paliatif atau meringankan tingkat stres kerja seorang karyawan dari pekerjaan dengan tekanan tinggi sekalipun. Seperti halnya bentuk dukungan yang diberikan oleh rekan kerja atau supervisor yang dapat menyangga dampak stres kerja seorang karyawan.

4. Keyakinan pada lokus kontrol

Seseorang dengan pusat kendali internal yakin bahwa ia dapat mengendalikan kehidupan. Akan tetapi, seseorang dengan pusat kendali eksternal ia lebih dikendalikan oleh lingkungan. Seseorang yang sedang menghadapi stres kerja, seseorang dengan pusat kendali internal yakin bahwa ia dapat menentukan hasil akhirnya. Seseorang dengan pusat kendali eksternal akan lebih bersikap pasif dan merasa tidak berdaya. 5. Keyakinan diri

(45)

dengan keyakinan diri yang tinggi merasa lebih memandang positif terhadap masalah mengenai jam kerja yang panjang atau beban kerja yang berlebihan daripada dengan seseorang dengan keyakinan diri seseorang yang rendah.

6. Permusuhan

Pada bagian ini, seseorang yang mudah marah, suka membangun permusuhan dan bersikap sinis kepada orang lain memiliki kemungkinan lebih besar mengalami stres kerja.

B. Dukungan Sosial

1. Pengertian Dukungan Sosial

Dukungan sosial adalah suatu kesenangan, penghargaan, perhatian atau bantuan yang didapatkan dari orang lain atau suatu kelompok (Sarafino, 1994). Pendapat mengenai dukungan sosial juga diungkapkan oleh Sarason (2001) bahwa dukungan sosial adalah suatu bentuk kesediaan orang lain, kepedulian orang lain, keberadaan orang lain yang menghargai serta menyayangi kita. Baron dan Byrne (2005) juga menyatakan bahwa dukungan sosial adalah suatu kenyamanan psikologis serta fisik yang diperoleh dari keluarga atau teman.

(46)

dan Fegan (2001, dalam Schnall, E. 2005) dukungan sosial adalah sumber daya dan interaksi yang diberikan oleh orang lain yang mungkin berguna untuk membantu seseorang untuk mengatasi masalah. Menurut Sarafino (2008) dukungan sosial adalah rasa nyaman, perhatian, penghargaan atau pertolongan yang diperoleh seseorang dari orang lain, orang lain yang dimaksud seperti pacar/kekasih, keluarga, teman dekat, dokter atau organisasi yang bersangkutan.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah rasa penghargaan, perhatian, kesenangan, bantuan dan kenyamanan dalam segi fisik dan psikis yang diterima seseorang dari orang lain dalam lingkungan sosialnya.

2. Tipe Dukungan Sosial

Dukungan sosial menurut Sarafino (2008) memuat empat tipe dukungan seperti:

a) Tipe dukungan instrumental:

(47)

b) Tipe dukungan emosional:

Dukungan yang melibatkan kesediaan orang lain untuk memberikan rasa empati, peduli, perhatian, penghargaan positif, dan dorongan kepada seseorang atau individu yang membutuhkan dukungan.

c) Tipe dukungan informasi:

Dukungan yang melibatkan kesediaan orang lain untuk memberikan nasehat, petunjuk, saran atau umpan balik mengenai bagaimana orang yang membutuhkan dukungan sosial dapat menemukan jalan keluar dari suatu masalah.

d) Tipe dukungan persahabatan:

Dukungan yang melibatkan kesediaan orang lain untuk menghabiskan waktu bersama dengan orang yang sedang membutuhkan dukungan, sehingga dapat memberikan perasaan keanggotaan dalam kelompok.

3. Dampak Dukungan sosial

Sarafino (2008), mengelompokkan dampak dari dukungan sosial menjadi dua, yaitu:

a) Direct Effects Hypothesis/Efek langgung

(48)

Melalui model Direct Effects Hypothesis, dukungan sosial dapat memberikan suatu manfaat yang sama baiknya untuk seseorang yang memiliki tekanan atau yang tidak memiliki tekanan.

b) Buffering Hypothesis/Penyangga

Model ini berfokus pada dukungan sosial yang berperilaku sebagai buffer/penyangga dalam mempertahankan diri dari efek negatif tekanan atau stres yang tinggi. Dimana dukungan sosial dapat mempengaruhi kesehatan dengan melindungi seseorang terhadap efek negatif dari stres atau tekanan yang tinggi. Fungsi penyangga ini hanya efektif ketika seseorang menghadapi stres atau tekanan yang tinggi. Pada suatu kondisi tekanan atau stres yang rendah dukungan sosial menjadi sedikit atau tidak memiliki fungsi sebagai efek penyangga.

C. Satsabhara Polisi

1. Pengertian Satsabhara Polisi

(49)

unsur pelaksanaan tugas pokok yang berada dibawah naungan kapolres. Satsabhara adalah anggota kepolisian resort yang memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan tugas turjawali dan pengamanan kegiatan masyarakat dan instansi pemerintah, objek vital, TPTKP, penanganan tipiring, dan pengendalian massa dalam rangka pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat serta pengamanan markas (Pasal 55 dalam Peraturan Kepala Kepolisian RI No. 23 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Resort dan Kepolisian Sektor).

2. Karakteristik Satsabhara Polisi

Berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian RI nomor 23 tahun 2010 pasal 55 ayat 3 tentang susunan dan tata kerja pada tingkat Kepolisian Resort dan Kepolisian Sektor, Satsabhara memiliki karakteristik fungsi tugas sebagai berikut:

a. Pemberi pengawasan, arahan dan pengendalian pelaksanaan tugas Satsabhara (Satuan Samapta Bhayangkara).

b. Pemberi arahan, bimbingan dan pelatihan keterampilan dalam pelaksanaan tugas pada lingkungan Satsabhara (Satuan Samapta Bhayangkara).

(50)

d. Menyiapkan personil serta peralatan guna kepentingan Turjawali (Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan dan Patroli), pengamanan unjuk rasa, pengamanan objek vital, pengendalian masa, negosiator, pencarian dan penyelamatan atau Search and Rescue (SAR).

e. Pembinaan teknis pemeliharaan ketertiban umum berupa penegakan hukum Tipiring (Tindak Pidana Ringan) dan TPTKP (Tindakan Pertama Tempat Kejadian Perkara).

f. Pengamanan markas dengan melaksanakan pengaturan dan penjagaan.

D. Dinamika Hubungan Dukungan Sosial (Berdasarkan Tipe Dukungan Sosial) dan Stres Kerja pada Anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten

(51)

sosial. Suatu bentuk dukungan sosial dapat mengurangi efek yang tidak baik dari dampak stres kerja. Dukungan sosial yang diterima memuat dukungan sosial tipe instrumental, dukungan sosial tipe informasi, dukungan sosial tipe emosional dan dukungan sosial tipe persahabatan (Sarafino, 2008).

Bekerja menjadi polisi memiliki banyak tantangan, seperti halnya dalam menyelesaikan permasalahan atau kasus-kasus yang terjadi di masyarakat. Tidak hanya itu, seorang polisi memiliki banyak tuntutan tugas. Mereka harus siap siaga selama dua puluh empat jam untuk menjaga ketertiban masyarakat. Masalah-masalah yang dialami seorang polisi khususnya anggota polisi Satsabhara dapat menimbulkan suatu tekanan didalam dirinya. Masalah tersebut dapat muncul dari diri sendiri ataupun dari lingkungan sosialnya yang membuat diri seseorang khususnya anggota Satsabhara mengalami stres kerja yang ditunjukkan pada aspek fisik, psikologis dan perilaku (Robbins & Judge, 2008).

(52)

yang sedang mengalami stres (Sarafino, 2008). Ketersediaan dukungan tipe instrumental cenderung berpengaruh pada rendahnya stres kerja seseorang dikarenakan mendapatkan kepedulian dari orang lain secara langsung dan nyata. Sebaliknya, jika seseorang membutuhkan bantuan nyata dan lagsung dari orang lain disekitar akan tetapi orang lain tidak memberikan maka dapat berpengaruh pada peningkatan stres kerja yang dialami.

(53)

Persepsi seseorang mendapatkan dukungan emosional dan informasi dapat menurunkan tingkat stres kerja seseorang. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan seseorang menerima rasa empati, peduli, penghargaan positif, dorongan, perhatian serta nasehat, petunjuk, saran atau umpan balik dari orang lain. Akan tetapi, jika seseorang tidak mendapatkan rasa empati, peduli, penghargaan positif, dorongan, perhatian serta nasehat, petunjuk, saran atau umpan balik dari orang lain disaat bekerja atau mengalami masalah ditempat kerja dapat meningkatkan stres kerja.

(54)

kenggotaan kepada orang yang membutuhkan dapat meningkatkan stres didalam bekerja.

(55)

E. Kerangka Berfikir Hubungan Dukungan Sosial (Berdasarkan Tipe Dukungan sosial) dan Stres Kerja pada Anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten

(56)

F. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berfikir mengenai keterkaitan dukungan sosial dan stres kerja pada anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten, maka dengan itu diajukanlah hipotesis penelitian sebagai berikut:

a. Ada hubungan negatif dan signifikan antara dukungan sosial tipe dukungan instrumental dan stres kerja pada anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten.

b. Ada hubungan negatif dan signifikan antara dukungan sosial tipe dukungan emosional dan stres kerja pada anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten.

c. Ada hubungan negatif dan signifikan antara dukungan sosial tipe dukungan persahabatan dan stres kerja pada anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten.

(57)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kuantitatif. Selain itu bentuk penelitian ini adalah penelitian korelasional atau hubungan yang memiliki tujuan guna mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Siregar, 2013). Hal tersebut dikarenakan pada penelitian ini ingin mengetahui bagaimana hubungan antara variabel dukungan sosial yang memuat tipe-tipe dukungan sosial dengan stres kerja pada anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten.

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu obyek yang dapat diukur dalam suatu penelitian (Suparno,2011). Pada penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang dapat diperkirakan mempengaruhi variabel lainnya (Suparno, 2011). Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dapat dipengaruhi oleh variabel lainnya (Suparno, 2011). Variabel dalam penelitian ini adalah:

(58)

C. Definisi Operasional 1. Stres Kerja

Stres kerja merupakan suatu kondisi atau keadaan yang menekan individu (Polisi) dalam segi fisik, perilaku dan psikologis dalam melaksanakan tugas pekerjaan. Skala stres kerja ini diukur dengan berpatokan pada aspek stres kerja Robbins & Judge (2008) yang memuat aspek psikologis, aspek fisik dan aspek perilaku. Stres kerja seseorang dapat dikatakan tinggi apabila skor yang diperoleh dari pengukuran stres kerja tinggi. Sebaliknya, stres kerja seseorang dapat dikatakan rendah apabila skor yang diperoleh dari pengukuran stres kerja rendah.

2. Dukungan Sosial

(59)

penelitian ini dan hasilnya akan dilihat secara keseluruhan subjek berdasarkan tipe dukungan sosial.

Pada tipe dukungan sosial menurut Sarafino (2008), peneliti melakukan penjabaran mengenai pengertian pada masing-masing tipe dukungan sosial menjadi beberapa aspek. Hal tersebut dilakukan dengan pendekatan penyusunan deduktif (top down), dimana penyusunan disetir oleh teori (Widhiarso, 2010). Masing-masing tipe dukungan sosial dapat dikatakan tinggi apabila skor yang diperoleh dari pengukuran pada masing-masing tipe dukungan sosial tinggi. Sebaliknya, masing-masing tipe dukungan sosial dapat dikatakan rendah apabila skor yang diperoleh dari pengukuran pada masing-masing tipe dukungan sosial rendah.

D. Subjek Penelitian

(60)

yang ditunjukan pada aspek psikologis, fisik dan perilaku yang disebabkan oleh dukungan sosial yang minim.

Populasi adalah subjek penelitian secara keseluruhan (Arikunto, 2010) dan sampel adalah sebagian subjek penelitian yang mewakili populasi (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini berjumlah 101 subjek. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan sample of

convenience yang termasuk dalam non-probability sampling.

(61)

E. Metode dan Alat Pengambilan Data 1. Metode Pengambilan Data

Metode pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan mendistribusikan skala penelitian berupa kuesioner dalam bentuk hardcopy kepada subjek penelitian yaitu anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten. Jenis skala pada penelitian ini menggunakan skala penelitian psikologi yang dikembangkan dengan model skala likert. Isi item pernyataan dalam skala likert terdiri dari dua kategori yaitu unfavorabel dan favorabel (Supratiknya, 2014). Selain itu, dengan menggunakan skala likert, subjek atau responden akan menyatakan kesetujuan dan ketidaksetujuan pada beberapa pilihan respon seperti sangat setuju, setuju, tidak tahu, tidak setuju dan sangat tidak setuju (Supratiknya, 2014). Pada penelitian ini, skala terdiri dari dua bagian yaitu: skala dukungan sosial yang memuat tipe-tipe dukungan sosial pada anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten dan skala stres kerja pada anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten.

2. Alat Pengambilan Data

a. Skala Dukungan Sosial pada Anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten

(62)

dukungan sosial tersebut adalah tipe dukungan emosional, tipe dukungan instrumental, tipe dukungan informasi dan tipe dukungan persahabatan. Berdasarkan dari definisi masing-masing tipe tersebut, peneliti melakukan eksplorasi definisi menjadi aspek yang kemudian dijabarkan kembali menjadi indikator. Selanjutnya, indikator disusun menjadi item favorable dan unfavorable dengan pilihan respon jawaban sangat setuju (ST), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Jumlah total item dukungan sosial sebanyak 48 item dengan jumlah item favorable 24 dan jumlah item unfavorable sebanyak 24.

Pada skala penelitian ini, peneliti tidak memberikan pilihan jawaban tengah. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari kecenderungan subjek dalam memilih jawaban tengah. Kecenderungan memilih jawaban tengah menunjukkan ketidakpastian atau netralitas yang dapat berdampak pada penurunan validitas item pada skala (Supratiknya, 2014).

(63)

yang diterima oleh anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten. Jika semakin tinggi skor total yang diperoleh, maka semakin tinggi pula dukungan sosial (berdasarkan tipe dukungan) yang diterima anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten.

Tabel 2

(64)

b. Skala Stres Kerja pada Anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten.

Skala ini disusun berdasarkan tiga aspek stres kerja menurut robbins & judge (2008). Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yang disusun oleh peneliti sendiri berdasarkan tiga aspek stres kerja menurut Robbins dan Judge (2008). Ketiga aspek stres kerja tersebut adalah aspek fisik, aspek psikologis dan aspek perilaku. Berdasarkan dari aspek-aspek stres kerja tersebut, peneliti melakukan penjabaran menjadi indikator. Selanjutnya, indikator disusun menjadi item favorable dan unfavorable dengan pilihan respon jawaban sangat setuju (ST), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Jumlah total item stres kerja sebanyak 54 item dengan jumlah item favorable sebanyak 27 item dan unfavorable sebanyak 27 item.

Pada skala penelitian ini, peneliti juga tidak memberikan pilihan jawaban tengah. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari kecenderungan subjek dalam memilih jawaban tengah. Kecenderungan memilih jawaban tengah menunjukkan ketidakpastian atau netralitas yang dapat berdampak pada penurunan validitas item pada skala (Supratiknya, 2014).

(65)

dengan 1 (sangat tidak setuju) dan unfavorable bergerak dari 1 (sangat setuju) sampai dengan 4 (sangat tidak setuju). Skor total yang diperoleh subjek menunjukkan tingkat stres kerja pada anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten. Jika semakin tinggi skor total yang diperoleh, maka semakin tinggi pula stres kerja pada anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten.

Tabel 3

Distribusi Item Skala Uji Coba Stres Kerja.

F. Validitas, Seleksi Item dan Reliabilitas 1. Validitas

Validitas adalah suatu kualitas yang menujukkan sejauh mana suatu tes dapat sungguh-sungguh mengukur atribut psikologis yang hendak diukur (Supratiknya, 2014). Validitas pada penelitian ini menggunakan uji validitas isi. Menurut Siregar (2013), Validitas isi ini digunakan untuk melihat kemampuan suatu alat ukur apakah dapat mengukur konsep yang seharusnya diukur.

Aspek Favorable Unfavorable

(66)

Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah content experts dan measurement experts (Davis dalam Supratiknya 2016). Content experts adalah penilai yang memiliki keahlian dalam bidang topik atau konstruk yang diteliti dan measurement experts adalah penilai yang memiliki keahlian dalam bidang penyusunan alat ukur psikologis (Davis dalam Supratiknya 2016). Content experts yang dipilih dalam penelitian ini adalah dua dosen aktif di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan enam mahasiswa tingkat akhir di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Measurement experts dalam penelitian ini adalah dosen pembimbing skripsi peneliti.

Validasi pada content experts, dosen dan mahasiswa yang dipilih memberikan penilaian pada masing-masing item skala stres kerja dan dukungan sosial. Penilaian skala dinilai dengan nila satu (tidak relevan) sampai dengan 4 (relevan). Selanjutnya, penilaian dibagi menjadi dua kategori baru yaitu relevan dan tidak relevan. Item yang memperoleh skor 1 dan 2 diberikan skor nol (0, tidak relevan) dan skor 3 dan 4 diberi skor satu (1, relevan) untuk keenam penilai mahasiswa. Sedangkan item yang memperoleh skor 1 dan 2 akan diberikan skor nol (0, tidak relevan) dan skor 3 dan 4 diberi skor 2 (2, relevan) untuk kedua dosen aktif.

(67)

3 dan 4 yang diberikan penilai. Selanjutnya, hasil penjumlahan skor 3 dan 4 dibagi dengan jumlah keseluruhan penilai dengan bobot mahasiswa dihitung satu dan dosen aktif dihitung dengan bobot dua. Item dapat dikatakan relevan jika memiliki hasil akhir lebih dari 0,78 (Supratiknya, 2016).

(68)

2. Seleksi Item

Penelitian ini dilakukan satu kali dengan menggunakan try out terpakai atau uji coba terpakai yang merujuk pada Sutrisno Hadi (2005). Uji coba atau try out terpakai adalah uji coba yang hasilnya sekaligus dipakai atau digunakan sebagai data penelitian yang akan dianalisis (Hadi.S, 2005). Uji coba terpakai ini dipilih dengan alasan untuk mempersingkat waktu dikarenakan sulitnya subjek untuk ditemui serta atas perintah peraturan instansi yang hanya memperbolehkan sekali pengambila data.

Seleksi item dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS For Windows versi 23. Parameter yang digunakan dalam seleksi item adalah daya diskriminasi item. Daya diskriminasi item adalah sejauh manakah suatu item dapat membedakan individu yang memiliki atribut yang diukur dan tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2018). Daya diskriminasi item diuji dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan distribusi skor skala (Azwar, 2018). Hasil dari komputasi tersebut adalah koefisien korelasi item total (𝑟𝑖𝑥) yang dikenal dengan sebutan parameter daya beda item (Azwar, 2018).

(69)

mendekati 0 atau memiliki tanda negatif maka dapat diartikan bahwa daya diskriminasi item tidak baik (Azwar, 2018).

Kriteria dalam pemilihan item didasarkan pada hasil koefisien korelasi item total dengan batasan 𝑟𝑖𝑥 sama atau lebih dari 0,30 (Azwar, 2018). Item yang memiliki hasil koefisien korelasi item total minimal 0,30 diartikan bahwa daya pembedanya dianggap memuaskan (Azwar, 2018). Item yang memiliki hasil koefisien korelasi item total atau 𝑟𝑖𝑥 kurang dari 0,30 dapat diartikan bahwa item tersebut memiliki daya diskriminasi yang rendah atau kurang baik (Azwar, 2018).

Uji coba sekaligus pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus 2018 sampai dengan 9 Agustus 2018. Uji coba sekaligus pengambilan data ini dilakukan dengan memberikan berkas skala secara langsung kepada anggota Satsabhara. Uji coba tidak dilaksanakan secara klasikal atau bersama-sama dikarenakan pihak instansi tidak dapat atau kesulitan dalam menentukan waktu bagi anggotanya untuk berkumpul bersama.

(70)

a. Skala Dukungan Sosial

Pada skala dukungan sosial terdapat 48 item pernyataan yang memuat empat tipe dukungan sosial. Kemudian, item-item dalam skala dukungan sosial yang memuat tipe-tipe dukungan sosial diseleksi dengan melihat hasil nilai 𝑟𝑖𝑥.

Tipe dukungan instrumental terdiri dari 12 item pernyataan dengan perolehan nilai 𝑟𝑖𝑥 sama atau lebih dari 0,30 sebanyak 10 item dan perolehan nilai 𝑟𝑖𝑥 dibawah 0,30 sebanyak 2 item. Item dengan hasil nilai koefisien korelasi item total diatas 0,30 akan dipakai dan dibawah 0,30 atau bertanda negatif akan digugurkan.

Tipe dukungan emosional terdiri dari 12 item pernyataan dengan perolehan nilai 𝑟𝑖𝑥 sama atau lebih dari 0,30 sebanyak 12 item dan perolehan nilai 𝑟𝑖𝑥 dibawah 0,30 tidak ada. Pada tipe dukungan emosional peneliti melakukan penggguguran 2 item guna menyeimbangkan jumlah item per tipe, sehingga jumlah item tipe dukungan emosional menjadi 10 item.

Tipe dukungan persahabatan terdiri dari 12 item pernyataan dengan perolehan nilai 𝑟𝑖𝑥 sama atau lebih dari 0,30 sebanyak 10 item dan perolehan nilai 𝑟𝑖𝑥 dibawah 0,30 sebanyak 2 item. Item dengan hasil nilai koefisien korelasi item total diatas 0,30 akan dipakai dan dibawah 0,30 atau bertanda negatif akan digugurkan.

(71)

item dan perolehan nilai 𝑟𝑖𝑥 dibawah 0,30 sebanyak 2 item. Item dengan hasil nilai koefisien korelasi item total diatas 0,30 akan dipakai dan dibawah 0,30 atau bertanda negatif akan digugurkan. Distribusi item dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4

Distribusi Item Skala Dukungan Sosial Setelah Diseleksi.

Keterangan:

Bold : Item gugur dikarenakan memiliki hasil 𝑟𝑖𝑥 kurang dari 0,3. (Bold): Digugurkan untuk menyeimbangkan item per tipe.

No Tipe Aspek F UF Jumlah

(72)

b. Skala Stres Kerja

Pada skala stres kerja terdapat 54 item pernyataan. Dalam skala stres kerja terdiri dari tiga aspek dan masing-masing aspek terdiri dari 18 item. Kemudian, Item-item dalam skala stres kerja diseleksi dengan melihat hasil 𝑟𝑖𝑥. Dalam pengujian skala stres kerja menghasilkan 36 item yang memiliki nilai 𝑟𝑖𝑥 sama atau lebih dari 0,30 dan 18 item memiliki nilai 𝑟𝑖𝑥 kurang dari 0,30. Distribusi item dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 5

Distribusi Item Skala Stres Kerja Setelah Diseleksi

3. Reliabilitas

Reliabilitas bertujuan guna mengetahui konsistensi hasil pengukuran jika dilakukan satu atau dua kali pada gejala yang sama dan dengan alat pengukuran yang sama pula (Siregar, 2013). Pada dasarnya reliabilitas mengacu pada konsistensi dari hasil ukur yang mengandung kecermatan pengukuran (Azwar, 2018). Reliabilitas dapat

Aspek Favorable Unfavorable

Item Bobot%

(73)

dinyatakan dengan koefisien reliabilitas yang dilambangkan dengan (𝑟𝑥𝑥) (Azwar, 2018).

Hasil nilai dari koefisien reliabilitas bergerak dari 0,0 sampai dengan 1,00 (Azwar, 2018). Semakin tinggi nilai 𝑟𝑥𝑥 dengan mendekati 1,00 maka dapat dikatakan pengukuran semakin reliabel (Azwar, 2018). Sebaliknya, jika semakin rendah nilai 𝑟𝑥𝑥 dengan mendekati 0,0 maka pengukuran semakin tidak reliabel (Azwar, 2018). Pada penelitian ini meggunakan teknik analisis Alpha Cronbach melalui program SPSS For Windows versi 23. Hasil nilai reliabilitas dapat dikatakan baik jika koefisien reliabilitasnya (𝑟𝑥𝑥) lebih dari 0,6 (Siregar, 2013).

Hasil nilai reliabilitas pada skala stres kerja sebelum digugurkan adalah 0,930. Setelah peneliti melakukan pengguguran item pada skala stres kerja, hasil nilai reliabilitasnya adalah 0,941. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dikatakan bahwa skala stres kerja yang disusun oleh peneliti ini reliabel dan memadai untuk digunakan.

(74)

instrumental adalah 0,785, tipe dukungan emosional adalah 0,803, tipe dukungan persahabatan adalah 0,855 dan tipe dukungan informasi adalah 0,800. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dikatakan bahwa skala dukungan sosial yang memuat tipe dukungan instrumental, tipe dukungan emosional, tipe dukungan persahabatan dan tipe dukungan informasi yang disusun oleh peneliti ini reliabel dan memadai untuk digunakan.

G. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi

Uji asumsi dilakukan dengan tujuan guna mengetahui linearitas, varian atau pola dari suatu data (Siregar, 2013). Seperti halnya guna mengetahui apakah data pada penelitian berdistribusi normal atau tidak, untuk mengetahui apakah data memiliki varian yang sama atau tidak dan digunakan untuk menguji kelinearitasan data (Siregar, 2013). Pada penelitian ini, uji asumsi yang digunakan adalah uji normalitas dan uji linearitas.

a. Uji Normalitas

(75)

ini lebih dari 50. Jika sampel kurang dari 50, maka uji normalitas yang dapat digunakan adalah Saphiro-Wilk (Mayers, 2013). Hasil data pengujian normalitas dapat dikatakan normal jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p)>0,05 (Santoso, 2010). Jika uji normalitas menunjukkan hasil distribusi normal maka pengujian dapat menggunakan uji statistik parametrik (Siregar, 2013). Sedangkan jika uji normalitas menunjukkan hasil distribusi yang tidak normal maka pengujian dapat menggunakan uji statistik nonparametrik (Siregar, 2013).

b. Uji Linieritas

(76)

2. Uji Hipotesis

Pada uji hipotesis akan dilakukan dengan menggunakan statistik parametrik (Pearson’s Product Moment) jika data hasil uji normalitas normal (Mayers, 2013). Jika data hasil uji normalitas tidak normal, maka uji hipotesis pada penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan uji statistik non-parametrik (Spearman’s Rho) dikarenakan teknik ini tidak menggunakan syarat normalitas data (Mayers, 2013).

Jika hasil nilai sig (p) >0,05 maka hipotesis nol diterima dan dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Apabila hasil nilai sig (p)<0,05 maka hipotesis nol ditolak dan dapat diartikam bahwa ada hubungan signifikan antara kedua variabel tersebut (Priyatno, 2012).

(77)

Tabel 6

Nilai Korelasi dan Tingkat Hubungan

Nilai Korelasi Tingkat hubungan

0,00-0,199 Sangat Lemah

0,20-0,399 Lemah

0,40-0,599 Cukup

0,60-0,799 Kuat

0,80-0,100 Sangat Kuat

Berikut penjelasan megenai ho dan ha pada penelitian ini:

Ho1: Tidak ada hubungan negatif dan signifikan antara dukungan sosial tipe dukungan instrumental dan stres kerja pada anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten.

Ha1: Ada hubungan negatif dan signifikan antara dukungan sosial tipe dukungan instrumental dan stres kerja pada anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten.

Ho2: Tidak Ada hubungan negatif dan signifikan antara dukungan sosial tipe dukungan emosional dan stres kerja pada anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten.

Ha2: Ada hubungan negatif dan signifikan antara dukungan sosial tipe dukungan emosional dan stres kerja pada anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten.

(78)

Ha3: Ada hubungan negatif dan signifikan antara dukungan sosial tipe dukungan persahabatan dan stres kerja pada anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten.

Ho4: Tidak ada hubungan negatif dan signifikan antara dukungan sosial tipe dukungan informasi dan stres kerja pada anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten.

(79)

59 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten. Penelitian/ pengambilan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus 2018 sampai dengan 9 Agustus 2018. Sebelum melaksanakan pengambilan data, pada tanggal 9 Juli 2018 peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan perijinan pada bagian SIUM (bagian penerima perijinan tingkat Polres) yang dilampiri surat pengantar dari Fakultas. Setelah permohonan ijin diserahkan dan disetujui oleh Kapolres Klaten, peneliti diarahkan untuk berkoordinasi sendiri dengan Kepala Bagian Satsabhara Polres Klaten guna pengambilan data penelitian.

Proses pelaksanaan pengambilan data pada penelitian ini tidak dapat dilaksanakan secara klasikal dikarenakan pihak instansi kesulitan dalam menentukan waktu untuk mengumpulkan anggotanya. Hal tersebut dikarenakan pada saat itu anggota Satsabhara Polisi di Polres Klaten sedang melakukan bantuan tambahan personel dibeberapa Polsek wilayah Polres Klaten. Selain itu, ada beberapa anggota yang sedang mengambil cuti dan tidak masuk kerja dikarenakan sakit.

(80)

oleh salah satu anggota utusan dari Kepala Bagian Satsabhara. Pada saat itu, peneliti mengalami kendala atau kesulitan dalam menjangkau atau mengakses subjek penelitian. Hal tersebut dikarenakan peneliti harus mendatangi beberapa Polsek dimana anggota Satsabhara Polisi sedang ditugaskan. Maka dengan itu, pada penelitian ini menerapkan teknik sample of convience dalam menentukan sampel. Hal tersebut dipilih dengan alasan bahwa subjek penelitian secara kebetulan dapat dijangkau oleh peneliti.

(81)

B. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah anggota Satsabhara Polisi yang ditugaskan di Polres Klaten. Pengambilan data dilakukan di Polres Klaten, Polsek Prambanan dan Polsek Karangnongko. Berikut deskripsi subjek penelitian:

Tabel 7

Hasil Deskriptif Data Identitas Subjek Penelitian

Kriteria Jumlah Jumlah Total

Jenis Kelamin Laki-laki 83

(82)

C. Deskripsi Data Penelitian

a. Teoritik, Empirik dan Uji One Sample T-test

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan analisis deskriptif guna membandingkan hasil mean teoritik dan mean empirik pada variabel dukungan sosial yang memuat tipe dukungan instrumental, tipe dukungan emosional, tipe dukungan informasi serta tipe dukungan persahabatan dan variabel stres kerja. Deskriptif data pada penelitian ini juga dilakukan untuk menggolongkan subjek kedalam kategori tinggi, sedang atau rendah berdasarkan hasil skor total. Selain itu, uji one sample T-test juga dilakukan guna mengetahui apakah suatu nilai tertentu sungguh berbeda secara signifikan atau tidak dengan rata-rata suatu sampel (Kesumawati, Retta dan Sari, 2017). Berikut hasil perolehan analisis data:

Tabel 8

Hasil Analisis Deskriptif Data Penelitian

Variabel

Gambar

Tabel 22 Uji Korelasional Dukungan Sosial Tipe Emosional dan
 Tabel 1
Tabel 2 Distribusi Item Skala Uji Coba Dukungan Sosial.
Tabel 3 Distribusi Item Skala Uji Coba Stres Kerja.
+7

Referensi

Dokumen terkait

The objective of this study is to map the distribution of CDOM in Berau Delta waters, East Kalimantan, Indonesia from remote sensing.. This information is useful

Pendapat dan pertimbangan Hukum Hakim adalah suatu pendapat Hukum Hakim yang diuraikan dengan menganalisis suatu fakta-fakta yang ada dalam persidangan. Yang mana Hakim

Selanjutnya pengaturan tentang pembacaan akta Notaris diatur dalam Pasal 16 ayat (7) UUJN, merupakan Pasal pengecualian terhadap pembacaan akta Notaris dengan syarat

dengan tekanan darah normal pada tempat kerja yang tidak melebihi kadar CO. (33,3%) dan 2 orang pekerja dengan tekanan darah normal pada tempat

persentase mengembang berdasarkan rumus empiris Seed, Chen, Nayak dan Christensen, dan Muntohar dengan parameter batas – batas konsistensi tanah, fraksi lempung

IDA AYU PUTRI UTAMI, D0111043, Kinerja Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam Melakukan Pengawasan untuk Meminimalisir Koperasi Pasif di Kota

Variabel- variabel yang diteliti pada penelitian ini yaitu karakteristik sosial-ekonomi keluarga balita gizi kurang dan gizi buruk, pola pengasuhan, kondisi lingkungan,

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana respon masyarakat terhadap pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) di Kelurahan Sei Kera Hilir II