• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PENDIDIKAN ISLAM SUKU SAMIN DI DUSUN KARANGPACE DESA KLOPODUWUR KECAMATAN BANJAREJO KABUPATEN BLORA TAHUN 2014 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MODEL PENDIDIKAN ISLAM SUKU SAMIN DI DUSUN KARANGPACE DESA KLOPODUWUR KECAMATAN BANJAREJO KABUPATEN BLORA TAHUN 2014 SKRIPSI"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

i

MODEL PENDIDIKAN ISLAM SUKU SAMIN

DI DUSUN KARANGPACE DESA KLOPODUWUR KECAMATAN

BANJAREJO KABUPATEN BLORA

TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

Oleh

HADI MUSTOFA

NIM 111 09 006

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(2)
(3)

iii

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Phone (0298) 323706 Salatiga 50721

Website : www.iainsalatiga.ac.idEmail:administrasi@iainsalatiga.ac.id

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara :

Nama : HADI MUSTOFA

NIM : 111 09 006

Fakultas / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam

Judul : MODEL PENDIDIKAN ISLAM SUKU SAMIN DI DUSUN KARANGPACE DESA KLOPODUWUR KECAMATAN BANJAREJO KABUPATEN BLORA TAHUN 2014

(4)

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Phone (0298) 323706 Salatiga 50721

Website www.iainsalatiga.ac.id Email:administrasi@iainsalatiga.ac.id SKRIPSI

MODEL PENDIDIKAN ISLAM SUKU SAMIN DI DUSUN KARANGPACE DESA KLOPODUWUR KECAMATAN BANJAREJO KABUPATEN BLORA

TAHUN 2014 DISUSUN OLEH HADI MUSTOFA NIM : 111 09 006

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Fakultas Tarbiyah PAI, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga pada tanggal 24 Februari 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 kependidikan Islam.

Susuanan Panitia Ujian

Ketua Penguji : Ilyya Muhsin,S. HI., M.Si. __________________ Sekretaris Penguji : Mufiq, M.Phil. __________________

Penguji I : Dr. Muh. Saerozi, M.Ag. __________________ Penguji II : Drs. Juz’an, M.Hum. __________________

Salatiga, Maret 2015 Rektor IAIN Salatiga

(5)

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Phone (0298) 323706 Salatiga 50721

Website : www.iainsalatiga.ac.id Email:administrasi@iainsalatiga.ac.id

DEKLARASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Hadi Mustofa

NIM : 111 09 006

Fakultas : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan atau karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah..

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 27 Desember 2014 Penulis

(6)

MOTTO

Artinya: serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S An-Nahl 125)

“YAKINKAN DENGAN IMAN, USAHAKAN DENGAN ILMU DAN SAMPAIKAN DENGAN AMAL”.

(7)

PERSEMBAHAN Saya persembahkan skripsi ini untuk:

1. Ayah saya Bapak Sarmo yang selalu memberi arahan, kasih sayang, bimbingan dan motivasi sampai saat ini, semoga sehat.

2. Ibu saya ibu Sumini yang selalu sabar merawat, mendidik saya, memberikan kasih sayang, motivasi dan dukungan sampai saat ini, semoga sehat selalu.

3. Keluarga saya yaitu kakek dan nenek saya yang selalu memberi dukungan moril, semoga sehat selalu.

4. Keluarga besar dan teman-teman seperjuangan saya di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yaitu Pak Rijal, Nida, Bang Ilman, Mbak Ta, Bang Pendi, Pak Anam, Bibah, Said, Miftah, Pak Rolet, Pak Fauzy, Pak Iswan, Lely, iin, Fifi, Shokif, Didik, Cahyo sekeluarga, faizatun dan keluarga besar HMI Cabang Salatiga lainnya, yang selalu memberikanku semangat berjuang dan selalu menemaniku di saat sedih dan duka ketika di kampus.

(8)

KATA PENGANTAR

Asslamu’alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Rasimin, S.Pd.I., M.Pd. , selaku ketua program studi

Pendidikan Agama Islam (PAI).

3. Bapak Mufiq, S.Ag., M.Phil sebagai dosen pembimbing skripsi yang

telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Kepada ibu lurah desa Klopoduwur dan seluruh masyarakat suku

Samin.

6. Bapak dan ibu serta keluarga saya di rumah yang telah mendoakan dan

membantu dalam bentuk materi untuk membiayai penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT.

Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Salatiga, 27, Desember, 2014 Penulis

(9)

ABSTRAK

Hadi Mustofa (NIM. 111 09 006). model pendidikan islam suku samin di dusun karangpace desa klopoduwur kecamatan banjarejo kabupaten blora tahun 2014 Kata kunci: Model Pendidikan Islam, Suku Samin.

Latar belakang penelitian ini berawal dari rasa penasaran seorang peneliti karena beberapa teman bertanya kepada peneliti mengenai suku Samin, dan bahkan ada salah satu dari teman peneliti yang mengira bahwa peneliti termasuk bagian dari suku Samin karena peneliti berasal dari Blora, padahal peneliti tidak tahu mengenai suku Samin. Dari sini peneliti timbul rasa penasaran terhadap suku Samin dan ingin meneliti suku Samin. Kemudian peneliti mencari tahu mengenai suku Samin dan keberadaan suku Samin. Setelah menemukan keberadaan suku Samin yang berada di dusun Karangpace, desa Klopoduwur, kecamatan Banjarejo, kabupaten Blora dan bertanya kepada warga Samin ternyata ada keterbukaan untuk dilakukan penelitian, hal ini yang membuat tambah semangat untuk melakukan penelitian di suku Samin. Peneliti mengambil jurusan tarbiyah kebetulan progdi Pendidikan Agama Islam. Kemudian peneliti korelasikan antara kearifan lokal yang berada di Blora yaitu suku Samin dengan sstudi peneliti yaitu pendidikan agama Islam dengan bekal rasa penasaran dan semangat untuk menyelesaikan perkuliahan, maka jadilah judul skripsi ini.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah; 1) Bagaimana model pendidikan Islam formal suku Samin di Karangpace?, 2) Bagaimana model pendidikan Islam nonformal suku Samin di Karangpace?, 3) Bagaimana model pendidikan Islam informal suku Samin di Karangpace?, Tujuan dari penelitian ini adalah; 1) Untuk mengetahui model dalam pendidikan Islam formal suku Samin di Karangpace. 2) Untuk mengetahui model dalam pendidikan Islam nonformal suku Samin di Karangpace. 3) Untuk mengetahui model dalam pendidikan Islam informal suku Samin di Karangpace. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif dipandang sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku ini dapat diamati terhadap fakta-fakta yang ada saat sekarang dan melaporkanya seperti apa yang akan terjadi.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN BERLOGO ………... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Fokus Masalah... 4

B. Pendidikan Formal, Nonformal, dan Informal... 24

C. Suku Samin…...……... 28

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 39

B. Pendidikan di Desa Klopoduwur... 45

C. Temuan Penelitian... 51

BAB IV PEMBAHASAAN A. Model dalam Pendidikan Islam Formal Suku Samin... 61

B. Mode dalaml Pendidikan Islam Nonformal Suku Samin...67

C. Model dalam Pendidikan Islam Informal Suku Samin... 69

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 73

B. Saran... 74 DAFTAR PUSTAKA

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Latar belakang penelitian ini berawal dari rasa penasaran seorang

peneliti karena beberapa teman bertanya kepada peneliti mengenai suku

Samin, dan bahkan ada salah satu dari teman peneliti yang mengira bahwa

peneliti termasuk bagian dari suku Samin karena peneliti berasal dari Blora,

padahal peneliti tidak tahu mengenai suku Samin. Dari sini peneliti timbul

rasa penasaran terhadap suku Samin dan ingin meneliti suku Samin.

Kemudian peneliti mencari tahu mengenai suku Samin dan keberadaan suku

Samin. Setelah menemukan keberadaan suku Samin yang berada di dusun

Karangpace, desa Klopoduwur, kecamatan Banjarejo, kabupaten Blora dan

bertanya kepada warga Samin ternyata ada keterbukaan untuk dilakukan

penelitian. Hal ini yang membuat peneliti tambah semangat untuk

melakukan penelitian di suku Samin. Peneliti mengambil jurusan Tarbiyah

kebetulan progdi Pendidikan Agama Islam. Kemudian peneliti korelasikan

antara kearifan lokal yang berada di Blora yaitu suku Samin dengan studi

peneliti yaitu pendidikan agama Islam dengan bekal rasa penasaran dan

semangat untuk menyelesaikan perkuliahan, maka jadilah judul skripsi ini.

Sosial kultural Samin Blora memang ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan untuk menjadi sebuah kajian disaat ini. komunitas Samin Blora

berada di dekat kota, namun pola hidupnya jauh dari pengaruh budaya

(12)

dahulu. Kedekatan suku Samin dengan perkotaan tidak membuat luntur

budaya aslinya yang serba „naturalis‟. Seperti yang diungkapkan oleh

Rosyid (2008:133) bahwa beberapa budaya Samin Kudus yang identik

mengikuti budaya masyarakat sekitar di antaranya adalah (a) slametan

kelahiran, khitanan (sunatan), pernikahan dan kematian, (b) gotong-royong,

dan (c) organisasi intern Samin. Begitu juga Samin yang berada di daerah

Blora.

Agama suku Samin adalah agama adam. Salah satu ajaran agama

adam adalah tidak boleh merugikan orang lain dan menghormati sesama.

Inilah dasar dari konsep Samin, tidak boleh merugikan orang lain, artinya

bahwa setiap manusia yang menjadi keturunan Nabi Adam harus saling

bersikepan, saling memiliki dan hormat-menghormati kepada sesama, tidak

boleh saling hina menghina, apalagi saling merugikan terhadap sesama dan

berkerja keras. Menurut Ba‟asyin (2014:157) bahwa kaitan formulasi

tersebut dengan dunia pertanian, yang sekaligus menandai bahwa ajaran ini

diterapkan bagi dan oleh petani adalah pada formulasi turunannya, yang

merupakan praksis atau laku yang harus dijalani oleh Wong Sikep berupa:

tata wong (tata manusia) yaitu sikep rabi, bergaul dengan istri, dan tata

nggauta (tata kerja), yaitu menggarap sawah atau ladang. Sedulur sikep

hidup berdampingan satu dengan yang lainnya dan saling menghargai.

Islam seharusnya tidak dalam bentuk tindakan saja karena Islam yang

sesungguhnya adalah Islam secara ucapan, Islam secara tindakan dan

(13)

manusia yang dikehendaki pendidikan Islam adalah manusia yang

berkepribadian muslim. Di ungkapan lain Muhammad Munir Mursi dalam

Suharto (2011:108) bahwa menyebutkan insan kamil. Artinya semua

manusia memang dididik oleh pendidikan agama Islam untuk menjadi

pribadi yang jujur, secara ucapan maupun tindakan. Ajaran dari Samin

Surosentiko ini mengajarkan tentang kejujuran secara ucapan serta

perbuatan. Seperti halnya ajaran Samin yang dipaparkan dalam koran Suara

Merdeka Ernawati (2014:7) bahwa mari kita menyimak ajaran panca

sesanti, pancapaniten, panca wawaler dan panca walika. Kemudian empat

panca ini termasuk kategori angger-angger (peraturan) pangucap, dan

pratikel (perilaku) dengan kata lain kandhakna apa anane.

Akan tetapi setelah peneliti melakukan observasi sementara dan

melakukan wawancara terhadap salah satu orang Samin hasilnya mereka

mengakui bahwa agama yang mereka peluk adalah Islam sejak agama Islam

itu sendirai diturunkan. Bukti secara hukumnya dengan menunjukan KTP

(Kartu Tanda Penduduk). Orang Samin sudah masuk Islam terlebih dahulu,

dengan perilakunya ramah-tamah terhadap siapapun, memiliki pandangan

yang positif terhadap siapa saja.

Dengan didasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti mencoba

untuk lebih dalam menggali dengan melakukan sebuah penelitian yang

berjudul “model pendidikan islam suku samin di dusun karangpace desa

(14)

B. Fokus Penelitian

Mengingat luasnya ruang lingkup yang diuraikan, maka untuk

menghindari pembiasan dalam memahami pembahasan, maka penulis akan

membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:

1. Bagaimana model pendidikan Islam formal suku Samin di

Karangpace?

2. Bagaimana model pendidikan Islam nonformal suku Samin di

Karangpace?

3. Bagaimana model pendidikan Islam informal suku Samin di

Karangpace?

C. Tujuan Penelitian

Berpijak dari rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui model pendidikan Islam formal suku Samin di

Karangpace.

2. Untuk mengetahui model pendidikan Islam nonformal suku Samin di

Karangpace.

3. Untuk mengetahui model pendidikan Islam informal suku Samin di

(15)

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat secara teoristis dan

praktis.

1. Kegunaan teoritis

Penelitian ini nantinya diharapkan mampu memberi sumbangan

teoritis bagi dunia pendidikan khususnya pada masyarakat yang

memiliki ciri khusus.

2. Kegunaan praktis

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan berguna bagi

kemajuan pendidikan agama Islam formal, nonformal, dan informal di

suku Samin.

E. Definisi Operasional

Mengingat luasnya ruang lingkup yang diuraikan, maka untuk

menghindari pembiasan dalam memahami pembahasan, maka penulis akan

membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dengan

menyebutkan definisi operasional sesuai judul, yaitu:

1. Model Pendidikan Islam

Menurut Huda (2014:viii) model didefinisikan gambaran

menyeluruh dari berbagai teknik dan prosedur yang menjadi bagian

penting di dalamnya.

Model pendidikan Kastolani (2014:204) antara lain model

(16)

Undang-undang SISDIKNAS nomor 20 tahun 2003,

menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut tutur Arifin (2011:78) bahwa pendidikan Islam adalah

sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang

untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai

Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.

2. Samin

Di ungkapkan oleh Kardi dalam Rosyid (2008:4) bahwa

menurut masyarakat Samin, kata „Samin‟ memiliki pengertian “sama”

yakni bila semua anak cucu dapat bersama-sama bersatu membela

negara dan menentang penjajah, maka akan diperoleh kesejahteraan.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode kualitatif. Metode kualitatif dipandang sebagai prosedur

(17)

atau lisan dari orang-orang dan perilaku ini dapat diamati terhadap

fakta-fakta yang ada saat sekarang dan melaporkanya seperti apa yang

akan terjadi. Menurut Rufaidah (2002:102) bahwa pendekatan

kualitatif ini berkaitan erat dengan sifat unik dari realitas sosial dan

dunia tingkah laku manusia itu sendiri. Menurut Pohan (2007:93)

bahwa data kualitatif yaitu semua bahan, keterangan, dan fakta-fakta

yang tidak dapat dihitung dan diukur secara matematis karena

berwujud keterangan verbal (kalimat dan kata). Serta lebih bersifat

proses. Data kualitatif hanya dapat digolongkan dalam wujud

kategori-kategori. Misalnya pernyataan orang tentang suatu keadaan

bagus, buruk, mencekam, menarik, membosankan, sangat istimewa

dan sebagainya. Hakekatnya adalah manusia sebagai makhluk sosial,

psikis, dan budaya yang mengaitkan makna dan interpretasi dalam

bersikap dan bertingkah laku. Makna interpretasi itu sendiri

dipengaruhi oleh lingkungan pendidikan sekitar.

Jenis penelitian yang diambil oleh peneliti adalah penelitian

lapangan, artinya bahwa penelitian ini bersifat kemasyarakatan,

melakukan observasi kemasyarakat atau suku Samin, melakukan

wawancara mengenai hal-hal yang menjadi objek penelitian terhadap

sumbernya langsung.

(18)

Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai instrumen, artinya

peneliti terjun langsung ke lapangan untuk proses penelitian dan

pemgumpulan data.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode wawancara

terstruktur, untuk mendapatkan data tentang latar belakang

pendidikan, Sehingga memungkinkan untuk mengembangkan

pertanyaan untuk wawancara secara mendalam di lapangan.

3. Lokasi Penelitian dan Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan di Dusun Karangpace Desa

Klopoduwur Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora. Adapun alasan

peneliti memilih Dusun Karangpace Desa Klopoduwur Kecamatan

Banjarejo Kabupaten Blora sebagai objek adalah bahwa Dusun

Karangpace Desa Klopoduwur Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora

dirasa patut untuk diteliti karena keberadaan suku Samin di zaman

yang sudah serba maju dengan ajaran yang terkenal sederhana dan

memiliki keunikan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober

2014.

4. Sumber Data

Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini, maka

problematika esensial yang muncul adalah dari mana data itu

diperoleh. Dengan kata lain sumber data yang diperlukan berasal dari

mana, sehingga peneliti mudah mendapatkan data-data yang

(19)

sumber data, peneliti mengklasifikasikannya menjadi tiga bagian

dengan huruf depan P singkatan dari bahasa Inggris, Menurut

Arikunto (2002:107) bahwa:

a. Person, yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa

jawaban lisan melalui wawancara. Sumber data yang berupa

person dalam penelitian ini adalah masyarakat suku Samin

Dusun Karangpace Desa Klopoduwur Kecamatan Banjarejo

Kabupaten Blora.

b. Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa

keadaan diam dan bergerak. Diam misalnya rumah, kelengkapan

alat, wujud benda, warna dan lain-lain. Sedangkan bergerak

misalnya aktifitas. Sumber data yang berupa place dalam

penelitian ini adalah tempat.

c. Paper, sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf,

angka, gambar atau simbol-simbol lain. Sumber data yang

berupa paper dalam penelitian ini yaitu dokumen tentang suku

Samin, sarana dan prasarana, dan lain sebagainya.

5. Prosedur Pengumpulan Data

a. Metode Interview

Menurut Hadi (1994:136) bahwa metode interview adalah

metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang

dikerjakan dengan sistematis dan berdasarkan pada tujuan pendidikan.

(20)

interview adalah metode penelitian yang dipergunakan seseorang

untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan

atau pendirian secara lisan dari seorang informan, dengan

bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang lain itu.

wawancara termasuk salah satu cara untuk pengumpulan data

untuk penelitian kualitatif. Wawancara dilakukan oleh peneliti secara

mendalam kepada informan, dengan cara peneliti datang langsung

kelokasi penelitian dan menemui informan kemudian melakukan

wawancara terstruktur dan mendalam. Sumber informan ada bapak

tarhib, mbah lasio, ibu lasmi, ibu ana, bapak karjan, ibu umi kulsum,

ibu mini dan yang lain-lainnya.

b. Observasi

Menurut Usman (2005:54) bahwa observasi adalah pengamatan

dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.

Observasi ini dilakukan dengan mengamati instrumen-instrumen

dalam proses evaluasi serta data yang dapat menunjang kelengkapan

penelitian ini. Peneliti melakukan observasi dengan cara peneliti

datang ketempat penelitian untuk mengamati igejala-gejala yang

terjadi di lokasi penelitian.

c. Metode Dokumentasi

Menurut Arikunto (1998:236) bahwa metode dokumentasi

adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

(21)

agenda dan lain sebagainya. Metode dokumentasi ini digunakan untuk

mendapatkan data-data tentang keadaan masyarakat suku Samin

Dusun Karangpace Desa Klopoduwur Kecamatan Banjarejo

Kabupaten Blora. Dokumen yang bisa dikumpulkan oleh peneliti yaitu

foto-foto, visi missi sekolah, surat, materi-materi pelajaran.

6. Analisis Data

Menurut Pohan (2007:94) bahwa data dalam penelitian kualitatif

sangat beragam bentuknya, ada berupa catatan wawancara, rekaman

suara, gambar, foto, peta, dokumen, bahkan rekaman pada shooting

lapangan.

Analisis data adalah proses menyusun data agar dapat

ditafsirkan. Menurut Pohan (2007:133) bahwa menyusun data berarti

menggolongkan ke dalam pola, tema, atau kategori tafsiran atau

interpretasi artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan

pola atau kategori, mencari hubungan antara berbagai konsep. Analisis

data ini sendiri akan dilakukan dalam tiga cara yaitu :

a. Reduksi Data

Data yang diperoleh di lapangan ditulis dalam bentuk uraian

yang sangat lengkap dan banyak. Data tersebut direduksi, dirangkum,

dipilih hal-hal pokok, difokuskan kepada hal-hal yang penting dan

berkaitan dengan masalah, sehingga memberi gambaran yang lebih

tajam tentang hasil wawancara. Reduksi dapat membantu dalam

(22)

b. Pengkajian Data

Analisis ini dilakukan untuk mengkaji data-data yang telah

direduksi dengan kajian ilmu yang berhubungan dengan tema

penelitian, dalam hal ini data-data wawancara yang diperoleh di

lapangan tentang nilai-nilai keteladanan dikaji lebih mendalam dengan

mengaitkan dengan ilmu-ilmu Pendidikan Agama Islam.

c. Kesimpulan dan Verifikasi

Data yang sudah dipolakan, difokuskan dan disusun secara

sistematis baik melalui reduksi dan pengkajian data kemudian

disimpulkan sehingga makna data bisa ditemukan. Namun kesimpulan

itu baru bersifat sementara saja dan bersifat umum. Supaya

kesimpulan diperoleh secara lebih mendalam, maka diperlukan data

yang baru sebagai penguji terhadap kesimpulan di awal tadi.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan dalam penelitian ini ditentukan dengan

menggunakan kriteria kredibilitas (derajat kepercayaan). Kredibilitas

data dimaksudkan untuk membuktikan bahwa apa yang berhasil

dikumpulkan sesuai dengan kenyataan yang ada dalam lapangan.

Untuk menetapkan keabsahan data atau kredibilitas data tersebut

digunakan teknik pemeriksaan sebagai berikut: (1) perpanjangan

keikutsertaan peneliti, (2) ketekunan pengamatan, dan (3) triangulasi,

yaitu memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

(23)

dilakukan oleh peneliti dengan mencari sumber data yang dari luar

yang bertujuan untuk pendampingan data yang sudah ada, hal ini

dilakukan dengan melakukan wawancara kepada sumber luar.

G. Sistematika Penulisan

Dalam memahami skripsi ini, maka perlu diketahui tata urutan

penulisanya, adapun tata urutanya sebagai berikut:

BAB I Memuat: latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan

sistematika penulisan skripsi.

BAB II Memuat: Landasan teori berisi tentang teori-teori yang berhubungan

dengan variabel penelitian yaitu: Pendidikan Islam dan masyarakat

suku Samin.

BAB III Memuat: gambaran masyarakat suku Samin secara kompleks,

sistem pendidikan secara fomal, informal maupun nonformal

masyarakat suku Samin.

BAB IV Memuat: analisis data penelitian pada bab ini akan menguraikan

analisis tentang pandangan responden, analisis data, reduksi data

tentang masyarakat suku Samin.

BAB V Penutup: berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran yang

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Model Pendidikan Islam

1. Pengertian Pendidikan Islam

Bila kita melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa, maka

harus dilihat dari bahasa Arab karena ajaran Islam itu diturunkan dalam

bahasa Arab. Kata “pendidikan” yang umum kita gunakan sekarang,

dalam bahasa Arabnya adalah “tarbiyah”, dengan kata kerja “rabba”.

Harus dilihat juga kata “pengajaran” dalam bahasa Arabnya adalah

“ta‟lim” dengan kata kerjanya adalah “allama”. Karena pendidikan dan

pengajaran dalam bahasa Arabnya adalah “tarbiyah wa ta‟lim”. Menurut

Daradjat (2012:25) bahwa “Pendidikan Islam” dalam bahasa Arabnya

adalah “Tarbiyah Islamiyah”.

Kata kerja rabba (mendidik) sudah digunakan pada zaman Nabi

Muhammad SAW seperti terlihat dalam ayat Al-Qur,an dan hadist Nabi.

Dalam Al-Qur‟an kata ini digunakan dalam salah satu ayat Al-Qur‟an,

yaitu:



 ,...

 

 

(25)

Artinya:

"..., Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana

mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Q.S. Al-Isra‟ 24).

Menurut Muhammad An-Nasir dan Qullah Abd Al-Qadir Darwis

dalam Raqib (2009:17) bahwa mendefinisikan pendidikan Islam sebagai

proses pengarahan perkembangan manusia (ri’ayah) pada sisi jasmani,

akal, bahasa, tingkal laku, dan kehidupan sosial dan keagamaan yang

diarahkan pada kebaikan menuju kesempurnaan.

Menurut tutur Arifin (2011:78) bahwa pendidikan Islam adalah

sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk

memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam

yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya. Dengan kata

lain manusia yang mendapatkan pendidikan Islam harus mampu hidup di

dalam kedamaian dan kesejahteraan sebagaimana diharapkan oleh

cita-cita Islam. Dengan demikian pengertian pendidikan Islam adalah suatu

sistem pendidikan yang mencangkup seluruh aspek kehidupan yang

dibutuhkan oleh hamba Allah SWT, sebagaimana Islam telah menjadi

pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun

ukhrawi.

Menurut Omar Muhammad al-Toumi al-Syaibani dalam Mujib

(2006:25-26) bahwa mendefinisikan pendidikan Islam adalah proses

mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat dan

(26)

2. Tujuan Pendidikan Islam

Menurut para ahli pendidikan, Naquib al-Attas dalam Mudzakir

(2006:69) menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah

membentuk Insan Kamil. Abd ar-Rahman Shaleh Abd Allah dalam

Mudzakir (2006:78) menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah

harus mencangkup tujuan pendidikan jasmani, tujuan pendidikan rahani,

tujuan pendidikan akal, tujuan pendidikan sosial. Muhammad Athahiyah

al-Abrasyi, dalam Mujib (2006:79) menyatakan bahwa tujuan pendidikan

Islam adalah tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh Nabi

Muhammad SAW, sewaktu hidupnya membentuk moral yang tinggi,

karena pendidikan moral ruhnya pendidikan Islam. Ahmad Fuad

al-Ahwani dalam arifin (2011:56) menyatakan bahwa tujuan pendidikan

Islam adalah pendidikan yang menyatu antara pendidikan jiwa,

pendidikan ruh, mencerdaskan akal, dan menguatkan jasmani.

Orang Islam harus mempunyai orientasi untuk menjadi manusia

yang Kamil yang pada akhirnya akan meninggal dalam keadaan husnul

khotimah, sesuai dengan tujuan hidup dan tugas hidup manusia, tujuan

diciptakan manusia hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT. Tugasnya

berupa ibadah (sebagai „Abdullah) dan tugas sebagai wakil-Nya di bumi

(27)

Artinya:

Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku

dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Q.S.

Al-An‟am:162)

Kemudian memperhatikan sifat-sifat dasar manusia yaitu konsep

tentang manusia makluk unik yang mempunyai beberapa potensi bawaan,

fitrah manusia, bakat, minat dan karakter, yang berkecenderungan pada

Al-Hanief (rindu akan kebenaran) berupa agama Islam.

Tujuan merupakan standar yang sudah ditentukan akan

membatasi ruang gerak, agar kegiatan dapat terfokus pada apa yang

dicita-citakan dan yang terpenting lagi adalah dapat memberi penilaian

atau evaluasi pada usaha-usaha pendidikan. Pendidikan Islam secara

keseluruhan, yaitu kepribadian seseorang yang membuat menjadi “Insan

Kamil” dengan pola taqwa. Insan Kamil, artinya manusia utuh rohani dan

jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal. Ini

mengandung pengertian bahwa pendidikan Islam tujuannya adalah

menghasilkan manusia yang berguna bagi diri pribadi dan masyarakat

pada umumnya, serta senang dan gemar mengamalkan dan

mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah SWT

dan manusia sesama. Ada beberapa tujuan pendidikan Islam, yaitu:

a. Tujuan umum

Ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan

(28)

Tujuan ini meliputi: sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan

pandangan. Bentuk Insan Kamil dengan pola taqwa harus dapat

tergambar pada peserta didik walaupun dalam ukuran kecil dan mutu

yang rendah sesuai dengan tingkatan-tingkatan. Tujuan umum

pendidikan Islam harus dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan

Nasional negara tempat pendidikan Islam itu dilaksanakan dan harus

dikaitkan pula dengan tujuan institusional lembaga. Tujuan itu tidak

dapat dicapai kecuali melalui proses pengajaran, pengalaman,

pembiasaan, penghayatan dan keyakinan akan kebenaran. Tahap-tahap

dalam mencapai tujuan itu adalah mulai sekolah dasar, sampai

perguruan tinggi.

b. Tujuan akhir

Pendidikan Islam mempunyai tujuan akhir kemulian di dunia

dan akhirat. Hal ini sesuai dengan Tujuan pendidikan Islam adalah

membentuk Insan Kamil. Dengan pola takwa yang dipengaruhi oleh

perubahan naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan

hidup seseorang/pengalaman. Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat

(29)

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah SWT

sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu

mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Q.S. Ali Imron

102).

c. Tujuan sementara

Ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi

sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu

kurikulum pendidikan formal pada tujuan sementara bentuk Insan

Kamil, pola taqwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana.

Sejak tingkat taman kanak-kanak dan sekolah dasar gambaran Insan

Kamil itu hendaknya sudah kelihatan. Karena itu setiap lembaga

pendidikan Islam harus dapat merumuskan tujuan pendidikan Islam

sesuai dengan tingkatan jenis pendidikannya. Ini berarti bahwa tujuan

pendidikan Islam di Madrasah Tsanawiyah berbeda dengan tujuan di

Madrasah Aliyah. Meskipun demikian muaranya harus sama, yaitu

Insan Kamil.

3. Sumber Pendidikan Islam

a. Sumber Pendidikan Islam

Sumber pendidikan Islam semua yang digunakan untuk menjadi

acuan atau rujukan dalam menentukan kurikulum. Sebuah sumber

yang baik haruslah mempunyai kebenaran secara rasiao agar dapat

(30)

Menurut Sa‟id Ismail Ali, sebagaimana yang dikuti oleh

Langgulung dalam Muzakir dan Mujib (2006:31) bahwa sumber

pendidikan Islam terdiri atas enam macam, yaitu Al-Qur‟an, As

-Sunnah, kata-kata sahabat (Mazhab Sahabat), kemaslahatan

umat/sosial (Mashalil Al-Mursalah), tradisi atau adat kebiasaan

masyarakat (Urf) dan pemikiran para ahli dalam Islam (Ijtihad).

Al_Qur‟an secara etimologi/bahasa berasal dari qara’a yang

artinya bacaan. Secara terminologi/istilah berarti wahyu Allah SWT

yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat

Jibril. Beberapa alasan mengapa Al-Qur‟an dibuat sumber hukum

pendidikan Islam yang pertama yaitu: Al-Qur‟an adalah kebenaran

mutlak yang merupakan wahyu Illahi, ada kisah-kisah Nabi yang

terdahulu dan kalam Allah SWT tidak ada yang bisa menendinginya.

As-Sunnah adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi

Muhammad SAW. As-Sunnah merupakan sumber pendidikan Islam

yang kedua karena menjadi penjelas Al-Qur,an dan kebenarannya

dapat diuji. Pendidikan Islam merujuk pada Sunnah Nabi dengan

tujuan: materi yang disampaikan menjadi rahmat bagi seluruh alam,

materi menjadi kebenaran yang sesuai dengan kenyataan, peserta

didik mampu menjdi contoh yang baik dan selamat di dunia akhirat.

Ahmed dalam Ahid (2010:40-41) mengungkapkan bahwa ijtihad

secara etimologi berarti usaha keras dan bersungguh-sungguh yang

(31)

atau suatu ketetapan atas persoalan tertentu. Menurut terminologi

ijtihad merupakan ungkapan atas kesepakatan dari sejumlah ahl hall

wa al-„aqd.

Dalm meletakan ijtihad sebagai suber dasar pendidikan Islam,

ada dua pendapat ahid (2010:39) bahwa tidak menjadikannya sebagai

sumber dasar pendidikan Islam. Kelompok ini hanya menetapkan

Al-Qur‟an dan Hadis sebagai bahan rujukan. Sementara ijtihad hanya

sebagai upaya memahami makna ayat Al-Qur‟an dan Hadis sesuai

dengan konteksnya. Kedua, meletakan ijtihad sebagai sumber dasar

pendidikan Islam. Menurut kelompok ini, meskipun ijtihad merupakan

salah satu metode istinbat hukum, akan tetapi pendapat para ulama

perlu dijadikan sebagai sumber rujukan bagi membangun paradigma

pendidikan Islam.

4. Tanggung Jawab Pendidikan Islam

Proses pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di

dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Dalam UU

guru dan dosen nomor 14 tahun 2005 menjabarkan bahwa penyelenggara

pendidikan adalah Pemerintah, pemerintah daerah atau masyarakat yang

menyelenggarakan pendidikan pada jalur pendidikan formal”. UU sistem

pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 Bagian tiga hak dan kewajiban

masyarakat pasal 8 masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan,

(32)

Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara

keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Seperti yang dinyatakan oleh

Daradjat (2012:34) bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan

dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan

masyarakat. Oleh karena itu bahwa tanggung jawab pendidikan

merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan

pemerintah.

a. Orang tua

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi

anak-anak merekalah yang mendidik pertama-tama anak-anaknya dengan

demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat di keluarga. Orang

tua atau ibu dan ayah memegang peranan yang sangat penting atas

pendidikan anak-anaknya. Sejak lahir ibunyalah yang selalu ada di

sampingnya. Pengaruh ayah terhadap anaknya besar pula. Cara ayah

melakukan pekerjaanya sehari-hari berpengaruh pada cara berkerja

seorang anak.

Tidaklah diragukan lagi bahwa tanggung jawab pendidikan

secara mendasar terpikul kepada orang tua. Apakah tanggung jawab

pendidikan itu diakuinya secara sadar atau tidak, diterima dengan

sepenuh hatinya atau tidak, hal itu merupakan “fitrah” yang telah

dikodratkan Allah SWT kepada setiap orang tua. Orang tua tidak bisa

menghindari itu semua karena itu merupakan tanggung jawab dan

(33)

Seperti firman Allah SWT, yaitu:

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang

terdekat. (Qs.Asy-Syuara‟:214).

Tanggung jawab pendidikan Islam yang dibebankan kepada

orang tua, setidaknya harus dilaksanakan dalam rangka: mempelihara

dan membesarkan anak, melindungi dan menjamin kesamaan,

memberi pengajaran dan membahagiakan anak. Dilihat dari tujuannya

pendidikan Islam yang berorientasi pada kebahagian dunia dan

akhirat, maka orang tua tidak akan sanggup memikulnya sendiri, oleh

karena itu ada juga guru.

b. Guru

Guru adalah tenaga profesional, para orang tua menyerahkan

anak-anaknya kepada seorang guru untuk mendidiknya. Dengan ini

berarti pelimpahan tanggung jawab orang tua terhadap seorang guru

dan secara otomatis tanggung jawab mendidik anak akan beralih pada

guru.

c. Masyarakat

Masyarakat turut ikut memikul tanggung jawab pendidikan.

Masyarakat besar pengaruhnya dalam memberi peranan dalam

(34)

Dengan demikian dipundak mereka terdapat beban juga dalam ikut

menanggung tanggung jawab terhadap terselenggaranya pendidikan

Islam. Pada dasarnya tanggung jawab pendidikan merupakan

tanggung jawab setiap orang dewasa baik secara perorangan maupun

kelompok sosial.

Prof. Dr. Omar Muhammad al-Toumi al-Syaibani

mengemukakan dalam Daradjat (2012:45) bahwa di antara

ulama-ulama mutakhir yang telah menyentuh persoalan tanggung jawab

adalah Abbas Mahmud Al-Akkad yang menganggap rasa tanggung

jawab sebagai salah satu ciri pokok bagi manusia pada pengertian

Al-Qur‟an dan Islam, sehingga dapat ditafsirkan manusia sebagai:

“manusia sebagai makhluk yang bertanggung jawab”.

B. Pendidikan Formal, Nonformal, dan Informal.

1. Pendidikan Formal

(35)

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur, dan

berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,

dan pendidikan tinggi. UU nomor 20 tahun 2003. (www.slideshare.net)

b. Kelebihan dan kelemahan pendidikan formal

Ada beberapa kelebihan yang dimiliki oleh pendidikan

formal, di antaranya:

1) Mempunyai gedung sendiri.

2) Bersifat umum.

3) Meliki ijazah.

4) Lebih sistematis.

Adapun untuk kelemahan pendidikan formal, di antaranya

sebagai berikut:

1) Waktunya panjang.

2) Ada jenjang yang ketat.

2. Pendidikan Informal

a. Pengertian Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan

lingkungan. UU nomor 20 tahun 2003. (www.slideshare.net).

Tanggal 27 Maret, pukul 07:10.

b. Peran Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak

Seorang ibu merupakan anggota keluarga yang mula-mula

paling berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, namun pada

(36)

anak. Menurut Ahid (2010:4) bahwa anak pertama sekali

berkenalan dengan ibu dan ayah serta saudara-saudaranya.

Kemudian dari sinilah anak akan beriteraksi dengan lingkungan

keluarga, peran keluarga sangat berpengaruh terhadap

pembentukan kepribadian anak. Dalam hal ini Ahid (2010:145)

menegaskan lagi bahwa oang tua sebagai rrujukan, menempati

posisi rujukan moral dan informasi.

Menurut Ahid (2010:3) bahwa lahirnya keluarga sebagai

lembaga pendidik semenjak manusia itu ada, dan tugas keluarga

adalah meletakan dasar-dasar bagi perkembangan anak, agar anak

dapat berkembang secara baik. Pada hakikatnya manusia lahir akan

mengalami proses pendidikan, pendidikan ini dimulai di

lingkungan keluarga. Ini menjadi penting ketika keluarga mendidik

dengan baik dan benar maka anak akan tumbuh menjadi manusia

yang sesuai dengan harapan Islam, beraklak terpuji. Sebaliknya

ketika awal pendidikan ini kurang baik maka hasilnya juga akan

menjadi generasi yang beraklak tercela.

c. Lingkungan Informal

Lingkungan Informal adalah lingkungan atau tempat

berkumpulnya individu satu dengan individu lainnya dalam satu

keluarga. Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri

dari sejumlah kecil orang karena hubungan semenda dan sedarah.

(37)

pertama bagi anak, di lingkungan keluarga pertama-tama anak

mendapatkan pengaruh. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah

iklim sosial, kebudayaan, tingkat kemakmuran dan keadaan rumah.

Dengan kata lain, tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh

keseluruhan situasi dan kondisi keluarga.

3. Pendidikan Nonformal

a. Pengertian pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar

pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan

berjenjang. UU nomor 20 tahun 2003. (www.slideshare.net).

Tanggal 27 Maret, pukul 07:00.

b. Sasaran

Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga

masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi

sebagai pengganti, penambah atau pelengkap pendidikan formal

dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

c. Fungsi

Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi

peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan

keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian

(38)

C. Suku Samin

1. Pengertian Suku Samin

Istilah Samin diplesetkan dengan kata “nyamen”, sebuah istilah

diidentikan dengan perbuatan-perbuatan yang menyalahi

tradisi-kebiasaan. Menurut orang Samin kata Samin memiliki pengertian “sama”

yakni anak cucu dapat bersama-sama bersatu membela negara dan

menentang penjajah, maka akan diperoleh kesejatraan, Kardi dalam

Rosyid (2008:4).

Istilah Samin digeser oleh pengikutnya, dengan asumsi istilah

tersebut bertedensi negatif, sehingga orang Samin menamakan diri

dengan sedulur sikep. Latarbelakangnya yang pertama, karena mendapat

tekanan dari penjajah belanda, dipimpin oleh seorang petani yang

bernama kiai Samin Surosentiko (Raden Kohar) yang semula adalah

pujangga Jawa pesisiran pasca-Ronggowasito dengan menyamar sebagai

petani untuk menghimpun kekuatan melawan Belanda. Pada tahun 1890

mengembangkan ajaran Samin di desa Klopoduwur, Blora, Jawa Tengah

dan pada tahun 1905 karena banyaknya pengikut mereka melakukan

perlawanan terhadap Belanda. Namun pada tahun 1907 kiai Samin

Surosentiko dibawa Belanda ke Rembang berserta delapan pengikutnya,

selanjutnya dibuang di Sawahlunto, Padang, Sumatra Barat dan wafat

pada tahun 1914 (sebagai tawanan) Dewanti dalam bukunya Rosyid

(39)

Dengan action itulah masyarakat Samin dianggap pembangkang

oleh Belanda dan masyarakat pada umumnya. Agar image negatif

tersebut tidak menempel pada generasi sekarang ini, penggantian julukan

dipandang sangat penting. Kedua, julukan diberikan oleh aparat desa di

wilayah Blora bagian selatan dan wilayah Bojonegoro pada tahun

1903-1905 (sebagai embrio Samin pertama) karena tindakan Samin yang

menentang aparat desa (di era penjajahan Belanda) dengan cara tidak

membayar pajak dan dengan memisahkan diri dengan masyarakat umum

Fatkurahman (2003) dalam bukunya Rosyid (2008:5), dengan penolakan

itulah muncul kata nyamin. Ketiga, sebagai sarana membangun

komunikasi dengan sesama penganutnya dan pihak yang membutuhkan

informasi sebagai wujud simbolisasi penamaan diri dengan filosofi

bahwa munculnya kelahiran-kehidupan manusia berawal dari proses

“sikep” atau berdekapan (Jawa: bentuk hubungan seksual suami-istri)

atau proses menanak nasi secara tradisional adalah melalui “nyikep”, dan

keempat, menurut analisis ahli antropologi, Amrih Widodo dalam

bukunya Rosyid (2008:5), kata “sikep” merupakan cara untuk melawan

atau menghindari penamaan dengan kata “Samin” akibat konotasi negatif

yang dilekatkan pada kata tersebut (Samin) selama bertahun-tahun,

terutama ketika wacana Saminisme semakin dipisahkan dari semangat

gerakan perlawanan petani. Pemasungan kata “Samin” dan “Saminisme”

(40)

kebudayaan dan hegemoni developmentalisme pada rezim Orde Baru

Harian Kompas dalam bukunya Rosyid (2008:5).

2. Sejarah Suku Samin

Blora, Rembang, Kudus, Bojonegoro, Grobogan, Pati, Demak dan

sekitarnya inilah daerah yang disinyalir menjadi penyebaran ajaran

Samin. Terutama di daerah Kecamatan Banjarejo, Klopodhuwur. Hal ini

dalam laksanto (2013:191) pada tahun 1890 Samin Surosentiko mulai

mengembangkan ajarannya di desa Klopoduwur, Blora. Samin

Surosentiko tidak mau membayar pajak karena dia menganggap bahwa

barang yang sudah kita miliki sepenuhnya menjadi hak milik kita sudah

tidak ada kewajiban yang lainya termasuk membayar pajak. Kemudian

Samin Surosentiko ini dianggap tidak taat terhadap peraturan negara

maka dari itu dia diinterogasi oleh pihak yang berwenang, akan tetapi dia

tetap pada pendiriannya.

Salah satu ajaran samin dalam Ba‟asyin (2014:81) lemah podo

nduwe, banyu podo nduwe dan kayu podo nduwe. Yang artinya tanah

milik semua orang, air milik semua orang, kayu milik semua orang.

Termasuk juga orang yang membutuhkan membangun rumah untuk

membenahi rumahnya demi keberlangsungan hidupnya dia bisa

mengambil kayu di hutan secukupnya dengan alasan karena kebutuhan,

catatannya bukan untuk dijual. Ada sebuah cerita pemuda laki-laki Blora

yang akan menikahi gadis, dia harus berpisah dengan keluarganya atau

(41)

bersama-sama istrinya, untuk keperluan membangun rumah ini pemuda

tersebut harus mengambil kayu yang ada di hutan secukupnya. Ini

berlawanan dengan peratuan pemerintah (hutan tidak boleh dimiliki oleh

perorangan dengan alasan apapun).

Kemudian pemerintah mengalami kebingungan dengan sikap

orang sikep, makanya pemerintah tidak ada aturan yang pasti yang

diterapkan di daerah ini sebelum abad ke 19-an. Hanya bisa menerapkan

peraturan trial and error coba-coba dan gagal, membuat peraturan

kemudian tidak dapat diterapkan. Sampai akhirnya pada abad ke 20-an

baru ada peraturan yang tegas.

3. Keberagamaan Suku Samin

Agama suku Samin adalah agama adam. Suku Samin ini

menganggap bahwa manusia sejak dilahirkan di dunia sudah beragama

dengan sendirinrinya. Hal ini disampaikan oleh Rosyid (2008:196)

bahwa agama Adam bagi masyarakat Samin dibawa sejak lahir Adam

merupakan perwujudan “ucapan” dan diwujudkan dengan aktivitas yang

baik. Hal di atas menyebabkan kebingungan dalam menentukan hukum

yang ada di masyarakat suku Samin seperti berikut ini:

Sanksi adat yang diberikan pada orang yang melakukan tindak

pidana pencurian yaitu: orang yang melakukan tindak pidana pencurian

dan diketahui oleh masyarakat maka orang tersebut akan dikucilkan dari

masyarakat Suku Samin. Orang tersebut sudah tidak lagi dianggap

(42)

tersebut seperti acara syukuran desa, pertemuan-pertemuan antar

masyarakat desa maka orang yang melakukan tindak pidana pencurian

tidak lagi diundang hadir dalam acara-acara tersebut, seperti yang

dikemukakan, Laksanto (2013:229) setiap kehidupan dalam masyarakat

mempunyai adat istiadat yang mengatur hubungan individu-individu

berupa norma-norma. Aturan-aturan yang disebut adat istiadat

merupakan suatu pedoman bagi individu yang hidup sebagai warga

masyarakat. Seperti juga yang dikemukakan oleh Bapak Suradi sebagai

sekertaris Desa Klopoduwur. Peranan masyarakat Samin dalam

penyelesaian sangatlah besar dengan menjalankan ajaran-ajaran yang

diajarkan oleh Samin Surosentiko dengan baik, sehingga dengan

menjalankan ajaran tersebut dapat mencegah terjadinya tindak pidana

pencurian.

Penyelesaian tindak pidana yang di selesaikan berdasarkan

hukum adat Samin apabila dilaporkan oleh salah satu pihak yang menjadi

korban pencurian ke kantor polisi sektor Banjarejo, Kabupaten Blora,

maka dari pihak kepolisian akan menindaklanjuti semua laporan dari

masyarakat Suku Samin. Hal ini sesuai dengan tugas dan wewenang

polisi yaitu menindaklanjuti adanya laporan dari masyarakat. Dengan

demikian penyelesaian tindak pidana pencurian di Suku Samin tidak

diakui oleh hukum positif Indonesia. Tindak pidana pencurian yang

terjadi di Desa Klopoduwur diselesaikan menurut hukum adat

(43)

Tindak pidana yang mengakibatkan kerugian material yang sedikit

diselesaikan menurut hukum adat masyarakat Samin dan untuk tindak

pidana yang mengakibatkan kerugian material yang banyak diselesaiakan

menurut hukum positif Indonesia. Peranan masyarakat Suku Samin

dalam mencegah tindak pidana pencurian di Desa Klopoduwur

Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora sangat besar. Ajaran-ajaran itu

digunakan sebagai pedoman bersikap dan bertingkah laku atau perbuatan

manusia khususnya orang-orang Samin agar selalu hidup dengan baik

dan jujur untuk anak keturunannya kelak. Penyelesaian tindak pidana

pencurian yang diselesaikan oleh masyarakat Suku Samin Desa

Klopoduwur Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora tidak diakui oleh

hukum negara Indonesia.

Pemerintah seyogyanya mengakui hukum yang hidup dan

berkembang di masyarakat Suku Samin untuk pertimbangan penegakan

hukum di Indonesia. Pemerintah seyogyanya memberi peluang dan

kesempatan untuk tumbuh dan berkembangnya adat budaya dan kearifan

lokal masyarakat Suku Samin. Bagi masyarakat Samin untuk

melestarikan dan menjaga adat istiadat budaya Saminisme sehingga

kebudayaan Saminisme tidak pudar oleh modernisasi zaman sekarang,

serta bagi masyarakat Samin untuk tetap menjaga adat istiadat dan

ajaran-ajaran yang diajarkan oleh Samin Surosentiko. Selama ini

masyarakat samin tidak menerapkan sanksi yang tegas bagi anggota

(44)

masyarakat Samin. Hal ini dikarenakan setiap warga Samin mempercayai

bahwa apapun kesalahan yang dilakukan oleh seseorang maka akan

menghasilkan akibat yang akan dirasakan oleh orang itu sendiri. Akan

tetapi seiring perkembangan jaman, maka aturan mengenai sanksi pun

sudah mulai mengikuti aturan formal dalam pemerintahan desa.

4. Ajaran-Ajaran Suku Samin

Suku Samin memang menjadi sebuah wacana tidak asing lagi

untuk didengar, karena keberadaan dengan sifatnya ikhlas, narimo, dan

tidak ingin merugikan siapa pun. Menurut Rosyid (2008:211) Konsep

ikhlas muncul diawali dari konsep bahwa „semua adalah saudara‟.

Orang-orang yang bertamu di kampung Samin akan diterima dengan baik

dan akan disambut dengan penuh penghormatan selayaknya

penghormatan sebagai tamu di dalam agama Islam.

Pemberian penghormatan kepada tamu sangat diperhatikan seperti

memberikan suguhan yang terbaik, menemani berbincang-bincang

dengan penuh keramahan. Konsep Ikhlas ini juga bisa disebut dengan

narimo, ada ungkapan Rosyid (2008:211) sifat „narimo‟ ini diwujudkan

dalam konsep ajarannya yang identik dengan takdir. Sehingga konsep ini

mengilhami anak-anak generasi Samin jika melihat rekan-rekannya

bersekolah formal mereka hanya narimo untuk tidak „meri‟ karena

berprinsip kono-kono, kene-kene. Artinya bahwa orang lain berhak

(45)

dan orang Samin tidak akan menganggunya selama dia juga tidak

diganggu.

Disamping itu sedulur sikep Klopoduwur Kecamatan Banjarejo

Kabupaten Blora juga melakukan beberapa budaya yang sudah lama

dilakukan sejak dulu, seperti paparannya Rosyid (2008: 133) bahwa

slametan yang dilakukan masyarakat Samin karena proses adaptasi

budaya terhadap warga masyarakatnya yang mayoritas muslim. Ada

beberapa slametan yang dilakukan oleh masyarakat Samin.

Sifat gotong-royong, warga Samin memang menjadi sebuah

tradisi. Hidup masyarakat Samin Blora saling berdampingan dengan

masyarakat sesama Samin, maupun masyarakat sekitar. Karena termasuk

sifat dari orang Samin suka gotong-royong, seperti ungkapan Rosyid

(2008:134) bahwa keaktifan warga masyarakat Samin Kudus dalam

gotong-royong dapat dijadikan tauladan bagi warga lainya.

Tidak ketinggalan juga untuk masalah organisasi intern,

masyarakat Samin aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi

intern maupun masyarakat. Tidak dapat dipungkiri hidup bermasyarakat

harus bersosialisasi karena itu masyarakat Samin ini memandang bahwa

harus mengikuti beberapa oraganisasi masyarakat seperti pada hari

tertentu (Jum‟at). Bagi warga Samin Blora seperti hasil wawancara

dengan salah satu warga Samin „di setiap hari Jum‟at di pendopo sedulur

(46)

Di lain sisi dalam koran suara Merdeka Ernawati (2014:7) bahwa

Perbincangan mutakhir masyarakat Blora dan sekitarnya adalah diskursus

tentang upaya PEMDA untuk melestarikan dan mengembangkan

nilai-nilai ajaran. Satu gagasan menarik adalah ketika PEMKAB berkeinginan

tiap Jum‟at , PNS mengenakan pakaian Samin, yang pola dan modelnya

masih didiskusikan.

Prinsip ajaran Samin memang masih berlaku atau masih

diaplikasikan oleh masyarakat Samin sampai pada saat ini menjadi

sebuah dasar masyarakat Samin dalam melakukan hubungan

bermasyarakat. Seperti dalam ungkapannya Rosyid (2008:170) bahwa

Samin sebagai pegangan dan keyakinan hidup memiliki prinsip dasar

ajaran (perintah) dan prinsip dasar pantangan (laraangan). Masyarakat

Samin mempunyai beberapa prinsip dasar ajaran di antaranya seperti

yang telah dikemukakan oleh Rosyid (2008:180) bahwa ajaran Samin

mempunyai enam prinsip dasar dalam beretiika berupa pantangan untuk

tidak: dengki, srei, panasten, dawen, kemeren, lan nyiyo marang sepodo,

bejok reyot iku dulure, waton meningso tur gelem di ndaku sedulur.

Dalam sistem perkawinan di masa lalu calon mempelai pria harus

menginap terlebih dahulu di calon wanita, atau lebih sering dikenal

dengan istilah nyuwita sampai beberapa bulan bahkan tahunan, namun

sekarang sudah tidak dijalankan lagi karena dianggap bertentangan

dengan ajaran agama Islam. Mengingat sekarang ini sebagian masyarakat

(47)

formal dalam perkawinan, maka sekarang ini perkawinan harus disahkan

melalui KUA (Kantor Urusan Agama), kalau di masa lalu hanya dengan

persetujuan dari orang tua saja sudah dirasa cukup. Awalnya masyarakat

Samin sangat memegang teguh ajaran agama Adam. Bahkan sampai

sekarang pun masih menunjukkan hal yang sama.

Hanya saja ketika peneliti menanyakan kepada Kepala Desa

mengenai agama yang tertulis di KTP masing-masing warga Samin,

maka jawaban yang didapat bukannya Agama Adam yang termuat di

KTP. Namun di KTP jelas tertera agama Islam lah yang dianut.

5. Pendidikan Suku Samin

Pendidikan memang menjadi sebuah alat atau fasilitas utama

untuk melakukan perubahan. Dalam dunia ini ada beberapa aspek

kehidupan demikian juga dalam suatu masyarakat. Suku samin

khususnya di Karangpace memandang dunia pendidikan sebagai wahana

untuk perubahan sosial. Karena mereka berpandangan bahwa tidak ada

pendidikan yang sia-sia dan dapat dilakukan dimanpun dan kapan saja

artinya bahwa orang yang berpendidikan akan berbeda dengan orang

yang tidak terdidik maka kelak tidak akan menjadi manusia yang sia-sia

yang artinya menjadi manusia yang bermanfaat. Dan pendidikan tidak

hanya ada di bangku sekolahan artinya pendidikan dapat dilakukan

dimana-mana tidak terikat oleh ruang dan waktu.

Kemudian orang samin di Krangpace untuk memulai perubahan

(48)

tujuan anak-anaknya dapat melakukan perubahan terhadap aspek-aspek

kehidupan. Hal ini juga disampaikan oleh laksanto (2013:25) untuk bisa

melakukan perubahan terhadap tatanan sosial diperlukan pendidikan.

Ketika masih kecil dibekali dengan pendidikan kelak dewasa akan

menjadi manusia yang bermanfaat terhadap diri, keluarga, masyarakat

(49)

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Keadaan Geografis

Blora MUSTIKA inilah semboyan dari kota Blora. Kata MUSTIKA

memiliki arti, Maju, Unggul, Sehat, Tertib, Indah, Kontinyu, Aman.

Semboyan ini sebagai kata-kata semangat masyarakat Blora untuk

membangun daerah. Dusun Karangpace sebagai lokasi dalam penelitian

adalah salah satu dusun dari Desa Klopoduwur Kecamata Banjarejo

Kabupaten Blora yang luas wilayahnya 687,705 ha.

Pandangan umum tentang Blora pada awalnya identik dengan

masyarakat Samin. Bahkan ketika masuk Desa Klopoduwur, sebutan wong

(orang) Samin masih melekat. Berdasarkan penuturan dari salah satu tokoh

masyarakat, orang luar sering salah memandang Desa Klopoduwur yang

dianggap sebagai Desa yang mengajarkan ajaran Samin. Kenyataannya

hanya sedikit orang yang tahu tentang komunitas Samin (Wawancara

dengan Kahari 23 September 2014). Kondisi semacam ini sebenarnya

berbahaya bagi kelangsungan hidup komunitas Samin, maka lambat laun

akan hilang kebudayaan dan peradaban Sami.

a. Desa Klopoduwur terdiri dari enam padukuhan yaitu:

1) Dukuh Wotrangkul

(50)

3) Dukuh Bandong Geneng

4) Dukuh Sale

5) Dukuh Semengko

6) Dukuh Karangpace

b. Dukuh Karangpace terdiri 60 KK. Desa Klopoduwur terdiri dari 6 RW

dan 30 RT.

c. Batas-Batas Desa Klopoduwur, sebagai berikut:

1) Sebelah utara berbatasan dengan Desa Gedongsari, Banjarejo, Blora.

2) Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sidomulyo, Jipang, Bolo,

dan Hutan Jati Negara.

3) Sebelah barat berbatasan dengan Desa Sumber Agung, Banjarejo,

Blora.

4) Sebelah timur berbatasan dengan Desa Jepangrejo, kecamatan

Banjarejo, Blora.

d. Batas-Batas Dukuh Karangpace yaitu:

1) Sebelah utara berbatasan dengan Desa Klopoduwur.

2) Sebelah selatan berbatasan dengan Jurang Jeru.

3) Sebelah barat berbatasan dengan Desa Beringin.

4) Sebelah timur berbatasan dengan Dukuh Trangkul.

e. Desa Klopoduwur memiliki ketinggian dari permukaan laut 75 m (Data

dari arsip kantor Desa Klopoduwur, 23 September 2014 ):

1) Jalan : 2, 825 Km

(51)

3) Perkantoran : 3, 26 Ha

4) Tanah wakaf : 0, 425 Ha

5) Irigasi tadah hujan : 101, 073 Ha

Jarak Desa Klopoduwur ke Kota Kabupaten 5 Km, sedangkan jarak

ke Kecamatan Banjarejo 9 Km. Jalan desa yang beraspal, penerangan dari

listrik (sejak tahun 1990-an) dan fasilitas telpon sudah di temukan di desa

ini (Buku Administrasi Desa Klopoduwur).

Desa Klopoduwur memiliki potensi alam khususnya hutan jati, dan

khasanah budaya Samin yang sangat menarik. Selain alam dan budaya

Samin, desa ini juga memiliki potensi untuk menuju desa pariwisata.

2. Keadaan Demografis

Orang luar masih menganggap bahwa di desa ini masih banyak

warga keturunan komunitas Samin. Orang luar juga menganggap bahwa

desa ini tertinggal dibandingkan desa-desa lainya. Padahal kalau dilihat

kenyataanya, desa ini sudah maju. Dibuktikan denagan jalan desa yang

beraspal, penerangan listrik sejak tahun 1990-an.

Anggapan bahwa Desa Klopoduwur masih terdapat banyak

komunitas Samin tidak sepenuhnya benar. Masyarakat yang tahu ajaran

Samin dan melaksanakannya sudah tidak banyak. Generasi sekarang

banyak yang tidak tahuu persis ajaran Samin yang sesungguhnya.

(52)

3. Keadaan Sosial Ekonomi

Perekonomian di masyarakat Desa Klopoduwur ditopang oleh

perkonomian yang berbasis pertanian, karena memang letak geografisnya

mendukung untuk menggarap ladang. Kemampuan masyarakat yang tidak

memadai mengharuskan untuk bertani. Hal lain yang mendukung

masyarakat ini untuk bertani adalah Klopoduwur merupakan desa agraris,

seperti halnya desa-desa di pulau Jawa pada umumnya. Sebagian besar

lahan yang ada merupakan lahan pertanian yang sekaligus juga merupakan

pekerjaan dan mata pencaharian penduduk secara turun-temurun.

Masyarakat Samin memiliki kaidah dasar berupa pedoman hidup

yang berbunyi: Sami-sami artinya, sebagai sesama manusia harus bersikap

dan bertindak „sama-sama‟, maksudnya; adalah sama-sama jujurnya,

sama-sama adilnya, sama-sama saling menjaga, sama-sama saling

menolong. Hal ini juga diungkapkan oleh Mbah Lasio nepake awake dewe

nang awake liyan yang berarti bahwa sebagai manusia itu harus bisa saling

merasakan yang dirasakan orang lain, Mbah Lasio mencontohkan nak

ngakon wong liyo kuwi kudu nggunake perasaane dewe. Maksudnya,

ketika kita meminta atau menyuruh orang lain juga harus merasakan

perasaan orang yang kita suruh atau minta, hasil (Wawancara dengan

Mbah Lasio 23, september 2014). Oleh karena itu, mereka menggunakan

istilah sedulur (saudara) untuk membahasakan diri sendiri kepada orang

(53)

komunitas dan bersedia mengamalkan ajaran Samin, maka mereka

menjadi saudara.

Salah satu motto hidup orang Samin adalah dhuwekmu yo dhuwekku,

dhuwekku yo dhuwekmu, yen dibutuhke sedulur yo diiklasake (milikmu

juga milikku, milikku juga milik kamu, apabila diperlukan oleh

saudaranya, maka akan diikhlaskan). Berasal dari motto hidup yang

demikian, maka model kehidupan bermasyarakat komunitas Samin adalah

perilaku saling tolong-menolong, gotong royong. Hal ini sangat cocok

dengan kehidupan para petani.

4. Keadaan Sosial Budaya

Secara sejarah, Desa Klopoduwur mempunyai potensi sosial budaya

yang sangat besar, yakni potensi tentang budaya dan adat Samin. Budaya

dan adat Samin ini bahkan dikenal secara nasional dan internasional,

banyak lembaga-lembaga asing yang pernah datang dan melakukan

penelitian tentang budaya dan adat-istiadat Samin. (Wawancara dengan

widodo 23 september 2014).

Melihat budaya yang sudah ada sebenarnya pemerintah Desa

Klopoduwur dapat mengembangkan masyarakat desa termasuk sistem

pemerintahan desa yang bercirikan khas "budaya adat Samin". Artinya

bahwa dalam era otonomi daerah yang mana pemerintah desa memiliki

kewenangan otonomi desa, maka Desa Klopoduwur dapat dikembangkan

menjadi suatu desa yang bercirikan budaya dan adat Samin, seperti halnya

(54)

Saat ini ajaran Samin masih diikuti oleh beberapa penduduk asli

Klopoduwur dan khususnya di Dukuh Karangpace terutama bagi orang

dianggap tua di Dusun ini. Adapun ajaran Samin diantaranya adalah:

tentang ajaran perilaku, seperti angger-angger pratikel (hukum tingkah

laku) yang mempunyai ugkapan Aja drengki, tukar padu, mbadhok colong

(jangan dengki dan iri, bertengkar, makan yang bukan hak, dan mencuri).

Angger-angger Pangucap (hukum bicara). Memiliki patokan: pangucap

saka limo, bundhelane ana pitu, Lan pangucap saka sango, bundhelane

ana pitu (ucapan yang berasal dari pancaindera, pengendaliannya ada

tujuh. Ucapan yang bersumber dari sembilan lubang (babahan hawa

sanga) dan pengendaliannya juga ada tujuh). Terakhir anggr-angger

lakonono (hukum yang harus dijalankan), berbunyi sabar trokol, sabar

dieleng-eleng, trokole dilakoni (kerjakan sikap sabar dan giat, agar selalu

ingat tentang kesabaran dan selalu giat dalam kehidupan).

Karena pada budaya adat Samin merupakan salah satu peninggalan

sejarah yang layak dilestarikan dan diketahui masyarakat khususnya di

pulau Jawa maka dari itu hal ini menjadi daya tarik di bidang pariwisata

budaya Samin dan mempunyai nilai jual yang sangat baik.

5. Keadaan Sosial Keagaman

Peran agama sangat besar bagi kehidupan bermasyarakat seperti

halnya untuk pedoman dan pegangan hidup. Masyarakat Desa

Klopoduwur (Suku Samin) mayoritas memeluk Islam. Meskipun sebagian

Referensi

Dokumen terkait

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas III SD Negeri Plaosan 1 Pada materi operasi hitung

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah Bapa di surga yang telah melimpahkan kasih dan karuniannya sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Motivasi Belajar

Dalam konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan iklim ilmiah di perguruan tinggi di Indonesia, paham disrupsi menjadi pencerahan yang menyingkap dua fenomen yang

Keanekaragaman jenis pohon yang tinggi pada lokasi tersebut menggambarkan ciri khusus hutan bekas tebangan di mana yang ditebang hanya jenis dan diameter tertentu

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa penerapan Pajak Penghasilan Pasal 21, Pajak Penghasilan Badan, dan Pajak Pertambahan Nilai

Kebijakan perusahan menanggung Pajak Penghasilan karyawannya membuat jumlah penghasilan bersih yang diterima karyawan tetap sebesar Rp 102.497.590,-, berdasarkan Pasal 9

Proses pemanasan kembali ini dilakukan untuk mendapatkan nilai kekerasan yang lebih tinggi dari baja hasil copperizing, dengan pemanasan kembali dan penahanan pada