• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Negara"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

Sistem Penerimaan dan

Pengeluaran Negara

Oleh:

Bambang Sancoko, SE., M.Si.

Widyaiswara Madya

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

PUSDIKLAT ANGGARAN DAN PERBENDAHARAAN

2 0 1 3

(2)

iii

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan modul Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Negara untuk DTSS Bendahara Pengeluaran.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Kepala Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan.

2. Rekan-rekan Widyaiswara Pusdiklat Anggaran.

3. Seluruh staf pada Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan. 4. Para pihak yang membantu penulisan modul ini.

Atas segala bantuan yang diberikan selama penulisan modul ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih perlu penyempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik, saran, maupun usulan yang bersifat membangun.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan juga bagi penulis sendiri.

Bogor, Januari 2013 Penulis

(3)

Kata Pengantar Kepala Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan . . . ii

Kata Pengantar Penulis . . . iii

Daftar Isi . . . iv

Petunjuk Penggunaan Modul . . . vi

Peta Konsep Modul . . . vii

PENDAHULUAN . . . 1

1. Deskripsi Singkat. . . 1

2. Prasyarat Kompetisi . . . . . . 1

3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar . . . 1

4. Relevansi Modul . . . 2

KEGIATAN BELAJAR 1 KONSEPSI DASAR KEUANGAN NEGARA . . . 3

1.1 Uraian dan Contoh . . . 3

1.1.1 Dasar Hukum . . . 3

1.1.2 Pengertian Keuangan Negara dan Perbendaharaan Negara . 4 1.1.3 Asas-asas Pengelolaan Keuangan Negara . . . 6

1.1.4 Pejabat Pejabat Pengelolaan Perbendaharaan . . . 8

1.1.5 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara . . . 21

1.1.6 Dokumen Pelaksanaan Anggaran . . . 28

1.1.7 Pergantian Jabatan Bendahara Pengeluaran . . . 36

1.2 Latihan . . . 36

1.3 Rangkuman . . . 37

1.4 Tes Formatif 1 . . . 38

1.5 Umpan Balik . . . 41

KEGIATAN BELAJAR 2 SISTEM PENERIMAAN NEGARA . . . 42

2.1 Uraian dan Contoh . . . 42

2.1.1 Pengertian dan Jenis Penerimaan Negara . . . 42

2.1.2 Dokumen Sumber Pencatatan Penerimaan Negara . . . 45

2.1.3 Pihak-Pihak Terkait Penerimaan Negara . . . 47

i

v

(4)

2.2 Latihan . . . 54

2.3 Rangkuman . . . 55

2.4 Tes Formatif 2 . . . 56

2.5 Umpan Balik . . . 58

KEGIATAN BELAJAR 3 SISTEM PENGELUARAN NEGARA . . . 59

3.1 URAIAN DAN CONTOH . . . 59

3.1.1 Pengertian Pengeluaran Negara . . . 59

3.1.2 Metode Pembayaran Tagihan Negara . . . 60

3.1.3 Dokumen-Dokumen Terkait Pengeluaran . . . 62

3.1.4 Pihak-Pihak Terkait Pengeluaran Negara . . . 67

3.1.5 Mekanisme Pengeluaran Negara . . . 69

3.1.6 Koreksi/Ralat, Pembatalan SPP, SPM, dan SP2D . . . 78

3.1.7 Pelaksanaan Pembayaran pada Akhir Tahun Anggaran . . . . 80

3.1.8. Rekening Bendahara Pengeluaran . . . 80

3.1.9 Pelaporan, Pengawasan, Monitoring dan Evaluasi . . . 82

3.2 Latihan . . . 83 3.3 Rangkuman . . . 84 3.4 Tes Formatif 3 . . . 85 3.5 Umpan Balik . . . 88 PENUTUP . . . 89 DAFTAR PUSTAKA . . . 90 TES SUMATIF . . . 92 KUNCI JAWABAN . . . 98 LAMPIRAN . . . 99

v

(5)

Petunjuk Penggunaan Modul ini memuat cara penggunaan modul dan tata cara belajar yang tepat agar peserta diklat dapat mencapai Kompetensi yang diharapkan :

1. Langkah-langkah belajar yang perlu dilakukan.

Pelajari setiap kegiatan belajar (KB) dengan seksama, tanyakan kepada widyaiswara/tenaga pengajar jika ada bagian yang kurang jelas dan langkah terakhir adalah reviu semua materi tiap kegiatan belajar dengan menggunakan peta konsep di bagian awal modul.

2. Target waktu dan pencapaian dalam pembelajaran menggunakan modul.

No. Pokok Bahasan Estimasi

Waktu

Ket

1 Konsepsi Dasar Keuangan Negara 2 Jamlat -

2 Sistem Penerimaan Negara 3 Jamlat -

3 Sistem Pengeluaran Negara 3 Jamlat -

3. Hasil evaluasi self assessment.

Kerjakan Latihan di akhir kegiatan belajar dan kerjakan tes formatif pada setiap akhir pelajaran. Cocokan dengan kunci jawaban yang tersedia untuk mengetahui tingkat pemahaman untuk setiap kegiatan belajar.

Apabila dalam latihan dan tes pada setiap kegiatan belajar telah mencapai hasil yang memuaskan, maka kerjakan tes sumatif yang ada di bagian akhir modul dan cocokan dengan kunci jawaban yang tersedia untuk mengatahui tingkat pemahaman atas keseluruhan materi yang ada pada modul.

4. Prosedur peningkatan kompetensi materi.

Peserta dapat menambah bahan bacaan dari berbagai sumber untuk menambah pengetahuan dan lebih dapat meng-update pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menunjang tugas sehari-hari dikantor.

(6)

5. Peran widyaiswara/tenaga pengajar dalam proses pembelajaran.

Widyaiswara/tenaga pengajar dapat memberi bimbingan dan motivasi serta pengalaman praktik dalam pekerjaan sehari-hari dalam mempelajari materi ini.

6. Buatlah coretan/catatan pada bagian kosong yang memungkinkan di tiap halaman, jika diperlukan.

(7)

Konsepsi Dasar

Keuangan

Negara

(KB.1)

Sistem

Penerimaan

Negara

(KB.2)

- Pengertian - Dokumen - Pihak Terkait - Mekanisme

Sistem

Pengeluaran

Negara

(KB.3)

- Pengertian - Dokumen - Pihak Terkait - Mekanisme

v

ii

i

(8)

1. DESKRIPSI SINGKAT

Modul Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Negara modul yang akan dipelajari dalam

akan memberikan

yang harus dimiliki seorang calon Bendahara Pengeluaran. Modul ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu (1) Pengelolaan Keuangan Negara

Pengeluaran Neg

2. PRASYARAT KOMPETENSI (SK)

Prasyarat kompetensi adalah pengetahuan yang perlu dimiliki peserta sebelum mempelajari modul ini. Pengetahuan tersebut akan terkait dengan pembahasan dalam bagian

dengan detail dalam

sebelum membaca modul ini adalah pemahaman umum pekerjaan di satuan kerja yang terkait dengan perbendaharaan.

3. STANDAR KOMPETENSI DASAR

A. Standar Kompetensi Standar kompetensi merupaka

sepanjang hayat yang dicapai oleh peserta melalui pengalaman belajar. Modul ini bermanfaat bagi peserta dalam memahami

Bendahara Pengeluaran peserta setelah mempelaj konsepsi dasar s

B. Kompetensi Dasar

PENDAHULUAN

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA

DESKRIPSI SINGKAT

Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Negara modul yang akan dipelajari dalam DTSS Bendahara Pengelur

akan memberikan aspek pengetahuan umum dalam mencapai kompetensi yang harus dimiliki seorang calon Bendahara Pengeluaran.

Modul ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu (1) Konsepsi Dasar Keuangan Negara, (2) Sistem Penerimaan Negara

Pengeluaran Negara.

KOMPETENSI (SK)

Prasyarat kompetensi adalah pengetahuan yang perlu dimiliki peserta sebelum mempelajari modul ini. Pengetahuan tersebut akan terkait dengan pembahasan dalam bagian-bagian modul, tetapi tidak diuraikan dengan detail dalam modul. Pengetahuan yang perlu dimiliki oleh peserta sebelum membaca modul ini adalah pemahaman umum pekerjaan di satuan kerja yang terkait dengan perbendaharaan.

KOMPETENSI DASAR DAN KOMPETENSI DASAR

Standar Kompetensi

Standar kompetensi merupakan kecakapan untuk hidup dan belajar sepanjang hayat yang dicapai oleh peserta melalui pengalaman belajar. Modul ini bermanfaat bagi peserta dalam memahami

Bendahara Pengeluaran. Oleh karena itu, standar kompetensi bagi peserta setelah mempelajari modul ini adalah mampu menjelaskan konsepsi dasar ssstem penerimaan dan pengeluaran Negara

Kompetensi Dasar

PENDAHULUAN

NERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA| 1

merupakan satu Pengeluran. Modul ini aspek pengetahuan umum dalam mencapai kompetensi

Konsepsi Dasar Sistem Penerimaan Negara, (3) Sistem

Prasyarat kompetensi adalah pengetahuan yang perlu dimiliki peserta sebelum mempelajari modul ini. Pengetahuan tersebut akan terkait bagian modul, tetapi tidak diuraikan modul. Pengetahuan yang perlu dimiliki oleh peserta sebelum membaca modul ini adalah pemahaman umum pekerjaan di satuan

KOMPETENSI DASAR

n kecakapan untuk hidup dan belajar sepanjang hayat yang dicapai oleh peserta melalui pengalaman belajar. Modul ini bermanfaat bagi peserta dalam memahami tugas-tugas . Oleh karena itu, standar kompetensi bagi ni adalah mampu menjelaskan stem penerimaan dan pengeluaran Negara.

(9)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA| 2

Untuk mencapai standar kompetensi tersebut diatas diharapkan setiap tahapan dalam mempelajari modul ini akan menghasilkan kompetensi dasar sebagai berikut :

1) Peserta mampu menjelaskan konsepsi dasar pengelolaan keuangan negara.

2) Peserta mampu menjelaskan sistem penerimaan Negara. 3) Peserta mampu menjelaskan sistem pengeluaran Negara.

4. RELEVANSI MODUL

Modul ini bermanfaat bagi peserta dalam tugas Bendahara Pengeluaran yang merupakan bagian dari kegiatan Pengelolaan Perbendaharaan satuan Kerja.

(10)

1.1 URAIAN DAN CONTOH 1.1.1 Dasar Hukum

Beberapa ketentuan yang menjadi landasan h keuangan Negara

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indone b. Undang-Undang Nomor 1

c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

d. Undang-Undang Nomor 1

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

e. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.

f. Peraturan

Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak.

KONSEPSI DASAR KEUANGAN NEGARA

Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 1, peserta diharapkan mampu:

1. menjelaskan 2. menjelaskan

Negara. 3. menjelaskan

4. menjelaskan pejabat pengelolaan perbendaharaan. 5. menjelaskan APBN.

6. menjelaskan dokumen pelaksanaan anggaran. 7. menjelaskan

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA

URAIAN DAN CONTOH Dasar Hukum

Beberapa ketentuan yang menjadi landasan hukum dalam keuangan Negara antara lain :

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak.

KONSEPSI DASAR KEUANGAN NEGARA

Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 1, peserta diharapkan mampu:

enjelaskan dasar hukum.

menjelaskan pengertian keuangan Negara dan perbendaharaan menjelaskan asas-asas pengelolaan keuangan Negara.

menjelaskan pejabat pengelolaan perbendaharaan. menjelaskan APBN.

menjelaskan dokumen pelaksanaan anggaran.

menjelaskan pergantian jabatan bendahara pengeluaran

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 3

kum dalam pengelolaan

sia Tahun 1945. Keuangan Negara. Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

tentang Pemeriksaan

Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara

Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan

KONSEPSI DASAR KEUANGAN NEGARA

Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 1, peserta diharapkan mampu:

Negara dan perbendaharaan keuangan Negara.

(11)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 4

g. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah jo. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012. h. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara jo. Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004.

Untuk pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara selanjutnya diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan dan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan sebagai petunjuk teknis.

1.1.2 Pengertian Keuangan Negara dan Perbendaharaan Negara a. Keuangan Negara

Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam merumuskan Keuangan Negara tersebut adalah :

1) Dari sisi obyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik Negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. 2) Dari sisi subyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi

seluruh obyek sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki negara, dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan Negara/Daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara.

3) Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban.

4) Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau

(12)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 5

penguasaan obyek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.

Gambar 1.1

Konsepsi Dasar Pengelolaan Keuangan Negara

2

UUD

UUD

UUD

UUD

1945

1945

1945

1945

UU No. 17 Tahun 2003 UU No. 1 Tahun 2004 Prinsip dasar pengelolaan keuangan negara Prinsip-prinsip umum pengelolaan keuangan negara

(Hukum Tata Negara)

Kaidah administratif pengelolaan keu. negara

(Hukum Administrasi Keu. Negara)

UU No. 15 Tahun 2004

Prinsip-prinsip umum pemeriksaan keuangan negara

Ruang lingkup Keuangan Negara meliputi :

1) hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman;

2) kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan Negara dan membayar tagihan pihak ketiga;

3) Penerimaan Negara; 4) Pengeluaran Negara; 5) Penerimaan Daerah; 6) Pengeluaran Daerah;

7) kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/ perusahaan daerah;

8) kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;

(13)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 6

9) kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah.

b. Perbendaharaan Negara

Perbendaharaan Negara tidak dapat dipisahkan dari Keuangan Negara karena merupakan bagiannya. Pengertian Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD. Pengertian sebagaimana dimuat dalam Undang-undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara ini dimaksudkan untuk memberikan landasan hukum di bidang administrasi keuangan negara. Ruang lingkup Perbendaharaan Negara meliputi :

1) pelaksanaan pendapatan dan belanja negara; 2) pelaksanaan pendapatan dan belanja daerah; 3) pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara; 4) pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran daerah; 5) pengelolaan kas;

6) pengelolaan piutang dan utang negara/daerah;

7) pengelolaan investasi dan barang milik negara/daerah;

8) penyelenggaraan akuntansi dan sistem informasi manajemen keuangan negara/daerah;

9) penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD; 10) penyelesaian kerugian negara/daerah;

11) pengelolaan Badan Layanan Umum;

12) perumusan standar, kebijakan, serta sistem dan prosedur yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD.

1.1.3 Asas-Asas Pengelolaan Keuangan Negara a. Asas-Asas Umum Keuangan Negara

1) Asas kesatuan, asas ini menghendaki agar semua Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah disajikan dalam satu dokumen anggaran.

(14)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 7

2) Asas universalitas, asas ini mengharuskan agar setiap transaksi keuangan ditampilkan secara utuh dalam dokumen anggaran.

3) Asas tahunan, asas ini membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu tahun tertentu.

4) Asas spesialitas mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terinci secara jelas peruntukannya.

Selain itu juga terdapat asas-asas baru sebagai pencerminan best

practices (penerapan kaidah-kaidah yang baik) dalam pengelolaan

keuangan negara :

1) akuntabilitas berorientasi pada hasil; 2) profesionalitas;

3) proporsionalitas;

4) keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara;

5) pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri.

b. Asas-asas Perbendaharaan Negara

1) Undang-undang tentang APBN merupakan dasar bagi Pemerintah Pusat untuk melakukan penerimaan dan pengeluaran negara. Sedangkan untuk Pemerintah Daerah (Pemda), Peraturan Daerah tentang APBD merupakan dasar bagi Pemerintah Daerah untuk melakukan penerimaan dan pengeluaran daerah.

2) Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban APBN/APBD jika anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia.

3) Semua pengeluaran negara, termasuk subsidi dan bantuan lainnya yang sesuai dengan program pemerintah pusat, dibiayai dengan APBN. Begitu juga untuk Pemda, semua pengeluaran daerah, termasuk subsidi dan bantuan lainnya yang sesuai dengan program pemerintah daerah, dibiayai dengan APBD.

(15)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 8

4) Anggaran untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya mendesak dan/atau tidak terduga disediakan dalam bagian anggaran tersendiri yang selanjutnya diatur dalam peraturan pemerintah.

5) Kelambatan pembayaran atas tagihan yang berkaitan dengan pelaksanaan APBN/APBD dapat mengakibatkan pengenaan denda dan/atau bunga.

1.1.4 Pejabat Pengelolaan Perbendaharaan Negara

Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan Negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Untuk membantu Presiden dalam penyelenggaraan kekuasaan dimaksud, sebagian dari kekuasaan tersebut dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku Pengelola Fiskal (Chief Financial Officer /CFO) dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan, serta kepada Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya (Chief Operational Officer/COO). Prinsip ini dilaksanakan agar terdapat kejelasan dalam pembagian wewenang dan tanggung jawab, terlaksananya mekanisme checks and balances serta untuk mendorong upaya peningkatan profesionalisme dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan.

Menteri Keuangan dalam pelaksanaan kewenangan pengelolaan keuangan Negara adalah pengelola fiskal. Sub bidang pengelolaan fiskal meliputi fungsi-fungsi pengelolaan kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro, penganggaran, administrasi perpajakan, administrasi kepabeanan, perbendaharaan, dan pengawasan keuangan.

Konsekuensi pembagian tugas antara Menteri Keuangan dan para menteri lainnya tercermin dalam pelaksanaan anggaran. Untuk meningkatkan akuntabilitas dan menjamin terselenggaranya saling-uji (check and balance) dalam proses pelaksanaan anggaran dilakukan pemisahan secara tegas antara pemegang kewenangan administratif dengan pemegang kewenangan kebendaharaan.

(16)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 9

Gambar 1.2

Pendelegasian Wewenang Pengelolaan Keuangan Negara

PRESIDEN (CEO) SATKER Kuasa Pengguna Anggaran MENTERI (COO) PENGGUNA ANGGARAN

MENTERI KEUANGAN (CFO) BENDAHARA UMUM NEGARA SATKER Kuasa Pengguna Anggaran KPPN Kuasa Bendahara Umum Negara KPPN Kuasa Bendahara Umum Negara

PENDELEGASIAN KEWENANGAN

(Undang-Undang No 17 Tahun 2003 : Pasal 6)

Penyelenggaraan kewenangan administratif diserahkan kepada kementerian negara/lembaga, sementara penyelenggaraan kewenangan kebendaharaan diserahkan kepada Kementerian Keuangan. Kewenangan administratif tersebut meliputi melakukan perikatan atau tindakan-tindakan lainnya yang mengakibatkan terjadinya penerimaan atau pengeluaran negara, melakukan pengujian dan pembebanan tagihan yang diajukan kepada kementerian negara/lembaga sehubungan dengan realisasi perikatan tersebut, serta memerintahkan pembayaran atau menagih penerimaan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan anggaran.

Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) dan pejabat lainnya yang ditunjuk sebagai Kuasa BUN bukanlah sekedar kasir yang hanya berwenang melaksanakan penerimaan dan pengeluaran negara tanpa berhak menilai kebenaran penerimaan dan pengeluaran tersebut. Menteri Keuangan selaku BUN adalah pengelola keuangan dalam arti seutuhnya, yaitu berfungsi sekaligus sebagai kasir, pengawas keuangan, dan manajer keuangan.

(17)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 10

Fungsi pengawasan keuangan di sini terbatas pada aspek

rechmatigheid dan wetmatigheid serta hanya dilakukan pada saat terjadinya

penerimaan atau pengeluaran, sehingga berbeda dengan fungsi pre-audit yang dilakukan oleh kementerian teknis atau post-audit yang dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional. Dengan demikian, dapat dijalankan salah satu prinsip pengendalian intern yang sangat penting dalam proses pelaksanaan anggaran, yaitu adanya pemisahan yang tegas antara pemegang kewenangan administratif (ordonateur) dan pemegang fungsi pembayaran (comptable).

a. Bendahara Umum Negara (BUN)

Menteri Keuangan adalah Bendahara Umum Negara. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang :

1) menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan anggaran negara; 2) mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;

3) melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran negara; 4) menetapkan sistem penerimaan dan pengeluaran kas negara; 5) menunjuk bank dan/atau lembaga keuangan lainnya dalam rangka 6) pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran anggaran negara;

7) mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan anggaran negara;

8) menyimpan uang negara;

9) menempatkan uang negara dan mengelola/menatausahakan investasi;

10) melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat Pengguna Anggaran atas beban rekening kas umum negara;

11) melakukan pinjaman dan memberikan jaminan atas nama pemerintah;

12) memberikan pinjaman atas nama pemerintah; 13) melakukan pengelolaan utang dan piutang negara;

14) mengajukan rancangan peraturan pemerintah tentang standar akuntansi pemerintahan;

(18)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 11

16) menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan negara; 17) menyajikan informasi keuangan negara;

18) menetapkan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik negara;

19) menentukan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah dalam rangka pembayaran pajak;

20) menunjuk pejabat Kuasa Bendahara Umum Negara.

Menteri Keuangan selaku BUN mengangkat Kuasa BUN untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran dalam wilayah kerja yang telah ditetapkan. Tugas kebendaharaan tersebut meliputi kegiatan menerima, menyimpan, membayar atau menyerahkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang dan surat berharga yang berada dalam pengelolaannya. Pelaksanaan tugas Kuasa BUN dilakukan oleh : 1) Kuasa BUN Pusat yaitu Direktur Jenderal Perbendaharaan.

2) Kuasa BUN di daerah yaitu Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).

Dalam kaitannya pelimpahan kewenangan tersebut Kuasa BUN melaksanakan tugas antara lain :

1) melaksanakan penerimaan dan pengeluaran Kas Negara.

2) memerintahkan penagihan piutang negara kepada pihak ketiga sebagai penerimaan anggaran.

3) melakukan pembayaran tagihan pihak ketiga sebagai pengeluaran anggaran.

b. Pengguna Anggaran (PA)

Menteri/pimpinan lembaga adalah Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang bagi kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya. Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya, berwenang : 1) menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;

(19)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 12

3) menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan negara;

4) menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang;

5) melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja;

6) menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian dan perintah pembayaran;

7) menggunakan barang milik negara;

8) menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik negara;

9) mengawasi pelaksanaan anggaran;

10) menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya.

Menteri/Pimpinan Lembaga selaku penyelenggara urusan tertentu dalam pemerintahan bertindak sebagai PA atas Bagian Anggaran yang disediakan untuk penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi tugas dan kewenangannya tersebut. Menteri Keuangan, selain sebagai PA atas Bagian Anggaran untuk Kementerian Keuangan, juga bertindak selaku PA atas Bagian Anggaran yang tidak dikelompokkan dalam Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga tertentu. Bagian Anggaran itu diantaranya Pengelolaan Utang, Hibah, Investasi Pemerintah, Penerusan Pinjaman, Transfer ke Daerah, Subsidi, Transaksi Khusus, dan Anggaran lainnya. Dalam mengelola Bagian Anggaran tersebut Menteri Keuangan menunjuk pejabat setingkat eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan untuk menjalankan fungsi PA.

c. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan. PA menunjuk

(20)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 13

kepala satker sebagai KPA dan penunjukan KPA bersifat ex-officio. Setiap terjadi pergantian jabatan kepala Satker, setelah serah terima jabatan pejabat kepala Satker yang baru langsung menjabat sebagai KPA.

PA dapat menunjuk pejabat lain selain kepala Satker sebagai KPA dalam hal:

1) Satker dipimpin oleh pejabat yang bersifat komisioner.

2) Satker dipimpin oleh pejabat Eselon I atau setingkat Eselon I. 3) Satker sementara.

4) Satker yang pimpinannya mempunyai tugas fungsional. 5) Satker Lembaga Negara.

Dalam hal Satker pimpinannya bukan PNS, PA dapat menunjuk pejabat lain yang berstatus PNS sebagai KPA. Dalam keadaan tertentu PA dapat menunjuk KPA yang bukan PNS, dengan mempertimbangkan efektivitas dalam pelaksanaan dan pertanggung-jawaban anggaran, pelaksanaan kegiatan, dan pencapaian output/kinerja yang ditetapkan dalam DIPA. Penunjukkan KPA yang bukan PNS tersebut harus mendapat persetujuan Menteri Keuangan c.q Direktur Jenderal Perbendaharaan.

Dalam hal terdapat keterbatasan jumlah pejabat/pegawai yang memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai Pejabat Perbendaharaan Negara, dimungkinkan perangkapan fungsi Pejabat Perbendaharaan Negara dengan memperhatikan pelaksanaan prinsip saling uji (check

and balance). Perangkapan jabatan dapat dilaksanakan melalui

perangkapan jabatan KPA sebagai PPK atau PPSPM.

KPA melaksanakan penggunaan anggaran berdasarkan DIPA Satker. Nama KPA dicantumkan pada DIPA. Penunjukan KPA tersebut tidak terikat periode tahun anggaran. Dalam hal terdapat kekosongan jabatan kepala Satker atau pejabat lain yang ditunjuk sebagai KPA, PA segera menunjuk seorang pejabat baru sebagai pelaksana tugas KPA.

Penunjukan KPA berakhir apabila tidak teralokasi anggaran untuk program yang sama pada tahun anggaran berikutnya. KPA yang penunjukannya berakhir bertanggungjawab untuk menyelesaikan seluruh administrasi dan pelaporan keuangan.

(21)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 14

Penunjukan KPA atas pelaksanaan dana Dekonsentrasi dilakukan oleh Gubernur selaku pihak yang diberikan pelimpahan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kementerian Negara/Lembaga. Penunjukan KPA atas pelaksanaan dana Urusan Bersama, dilakukan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga atas usul Gubernur/Bupati/Walikota. Penunjukan KPA atas pelaksanaan Tugas Pembantuan dilakukan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga atas usul Gubernur/Bupati/Walikota. Dalam rangka percepatan pelaksanaan anggaran, Menteri/Pimpinan Lembaga dapat mendelegasikan penunjukan KPA atas pelaksanaan Urusan Bersama dan Tugas Pembantuan kepada Gubernur/Bupati/Walikota.

Dalam pelaksanaan anggaran pada Satker, KPA memiliki tugas dan wewenang:

1) menyusun DIPA.

2) menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja Negara.

3) menetapkan PPSPM untuk melakukan pengujian tagihan dan menerbitkan SPM atas beban anggaran belanja Negara.

4) menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan dan pengelola anggaran/keuangan.

5) menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana.

6) memberikan supervisi dan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan dan penarikan dana.

7) mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan dan anggaran.

8) menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan anggaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Untuk 1 (satu) DIPA, KPA menetapkan 1 (satu) atau lebih PPK dan 1 (satu) PPSPM.

KPA bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan dan anggaran yang berada dalam penguasaannya kepada PA. Pelaksanaan tanggung jawab KPA dilakukan dalam bentuk:

(22)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 15

1) mengesahkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana.

2) merumuskan standar operasional agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa sesuai dengan ketentuan tentang pengadaan barang/jasa pemerintah.

3) menyusun sistem pengawasan dan pengendalian agar proses penyelesaian tagihan atas beban APBN dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

4) melakukan pengawasan agar pelaksanaan kegiatan dan pengadaan barang/jasa sesuai dengan keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA.

5) melakukan monitoring dan evaluasi agar pembuatan perjanjian/kontrak pengadaan barang/jasa dan pembayaran atas beban APBN sesuai dengan keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA serta rencana yang telah ditetapkan.

6) merumuskan kebijakan agar pembayaran atas beban APBN sesuai dengan keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA.

7) melakukan pengawasan, monitoring, dan evaluasi atas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dalam rangka penyusunan laporan keuangan.

d. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat yang melaksanakan kewenangan PA/KPA untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban APBN. PPK melaksanakan kewenangan KPA untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja Negara dengan mempedomani pelaksanaan tanggung jawab KPA kepada PA. PPK tidak dapat merangkap sebagai PPSPM.

Dalam melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara, PPK memiliki tugas dan wewenang:

1) menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana berdasarkan DIPA.

(23)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 16

2) menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa.

3) membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa.

4) melaksanakan kegiatan swakelola.

5) memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian/kontrak yang dilakukannya.

6) mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak.

7) menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada Negara.

8) membuat dan menandatangani SPP.

9) melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA.

10) menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPA dengan Berita Acara Penyerahan.

11) menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan.

12) melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tugas dan wewenang PPK lainnya meliputi antara lain :

1) menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa.

2) memastikan telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara oleh pihak yang mempunyai hak tagih kepada Negara.

3) mengajukan permintaan pembayaran atas tagihan berdasarkan prestasi kegiatan.

4) memastikan ketepatan jangka waktu penyelesaian tagihan kepada Negara.

5) menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada penyedia barang/jasa.

e. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM)

Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disebut PPSPM adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk melakukan pengujian atas permintaan pembayaran dan menerbitkan perintah pembayaran. PPSPM melaksanakan

(24)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 17

kewenangan KPA untuk melakukan pengujian atas tagihan dan menerbitkan SPM. Dalam melakukan pengujian tagihan dan menerbitkan SPM, PPSPM memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:

1) menguji kebenaran SPP beserta dokumen pendukung.

2) menolak dan mengembalikan SPP, apabila SPP tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan.

3) membebankan tagihan pada mata anggaran yang telah disediakan; 4) menerbitkan SPM.

5) menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih. 6) melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran

kepada KPA.

7) melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran.

Gambar 1.3

Pemisahan Kewenangan Pengelolaan Keuangan Negara

PEMISAHAN KEWENANGAN

Pengurusan Komtabel Comptabel beheer Pengurusan Administrasi administratief beheer Menteri Teknis Selaku Pengguna Anggaran

PEMBUATAN KOMITMEN PENGUJIAN & PEMBEBANAN PERINTAH PEMBAYARAN PENELITIAN & PENGUJIAN PERINTAH PENCAIRAN DANA PPSPM PPK KUASA BUN Menteri Keuangan Selaku Bendahara Umum Negara

KUASA PENGGUNA ANGGARAN

KPPN

SP2D

SPP SPM

f. Bendahara Penerimaan/Pengeluaran

Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota mengangkat Bendahara Penerimaan dan/atau Bendahara Pengeluaran untuk

(25)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 18

melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan/belanja pada kantor/satuan kerja di lingkungan kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah. Jabatan Bendahara Penerimaan/Pengeluaran tidak boleh dirangkap oleh KPA atau Kuasa BUN.

1) Bendahara Penerimaan

Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan,menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggung-jawabkan uang pendapatan negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah. Bendahara Penerimaan diangkat apabila pada kantor/satker terdapat penerimaan Negara bukan pajak (PNBP) yang bersifat fungsional.

2) Bendahara Pengeluaran

Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan Belanja Negara dalam pelaksanaan APBN pada kantor/Satker Kementerian Negara/Lembaga. Untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja, Menteri/Pimpinan Lembaga mengangkat Bendahara Pengeluaran di setiap Satker. Kewenangan pengangkatan Bendahara Pengeluaran dapat didelegasikan kepada kepala Satker.

Pengangkatan Bendahara Pengeluaran dan pendelegasian kewenangan pengangkatan Bendahara Pengeluaran ditetapkan dengan surat keputusan. Pengangkatan Bendahara Pengeluaran tersebut tidak terikat periode tahun anggaran. Dalam pelaksanaan tugasnya Bendahara Pengeluaran tidak dapat dirangkap oleh KPA, PPK atau PPSPM. Dalam hal tidak terdapat pergantian Bendahara Pengeluaran setelah berakhirnya tahun anggaran, penetapan Bendahara Pengeluaran tahun anggaran yang lalu masih tetap berlaku.

(26)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 19

Dalam pelaksanaan anggaran, Menteri/Pimpinan Lembaga atau kepala Satker menetapkan 1 (satu) Bendahara Pengeluaran untuk 1 (satu) DIPA/Satker. Kepala Satker menyampaikan surat keputusan pengangkatan dan spesimen tanda tangan Bendahara Pengeluaran kepada :

1) PPSPM. 2) PPK.

Dalam hal terdapat keterbatasan pegawai/pejabat yang akan ditunjuk sebagai Bendahara Pengeluaran, Menteri/Pimpinan Lembaga atau kepala Satker dapat menetapkan 1 (satu) Bendahara Pengeluaran untuk mengelola lebih dari 1 (satu) DIPA/Satker. Dalam hal pengelolaan DIPA/Satker tidak memerlukan Bendahara Pengeluaran, tidak perlu ditetapkan Bendahara Pengeluaran.

Bendahara Pengeluaran melaksanakan tugas kebendaharaan atas uang/surat berharga yang berada dalam pengelolaannya, yang meliputi:

1) Uang/surat berharga yang berasal dari UP dan Pembayaran LS melalui Bendahara Pengeluaran.

2) Uang/surat berharga yang bukan berasal dari UP, dan bukan berasal dari Pembayaran LS yang bersumber dari APBN.

Pelaksanaan tugas kebendaharaan Bendahara Pengeluaran meliputi:

1) menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan uang/surat berharga dalam pengelolaannya.

2) melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah PPK;

3) menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan.

4) melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan Negara dari pembayaran yang dilakukannya.

5) menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke kas negara.

(27)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 20

7) menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada Kepala KPPN selaku kuasa BUN.

g. Pejabat Terkait Lainnya

1) Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)

Bendahara Pengeluaran Pembantu yang selanjutnya disingkat BPP adalah orang yang ditunjuk untuk membantu Bendahara Pengeluaran untuk melaksanakan pembayaran kepada yang berhak guna kelancaran pelaksanaan kegiatan tertentu. Dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran, kepala Satker dapat menunjuk beberapa BPP sesuai kebutuhan. BPP harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Bendahara Pengeluaran.

BPP melaksanakan tugas kebendaharaan atas uang yang berada dalam pengelolaannya. Pelaksanaan tugas kebendaharaan atas uang yang dikelola meliputi:

a) menerima dan menyimpan UP.

b) melakukan pengujian dan pembayaran atas tagihan yang dananya bersumber dari UP.

c) melakukan pembayaran yang dananya bersumber dari UP berdasarkan perintah PPK.

d) menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan.

e) melakukan pemotongan/pemungutan dari pembayaran yang dilakukannya atas kewajiban kepada Negara.

f) menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke kas Negara.

g) menatausahakan transaksi UP.

h) menyelenggarakan pembukuan transaksi UP. i) mengelola rekening tempat penyimpanan UP.

2) Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai

Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai yang selanjutnya disingkat PPABP adalah pembantu KPA yang diberi tugas

(28)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 21

dan tanggung jawab untuk mengelola pelaksanaan belanja pegawai. Dalam melaksanakan kewenangan KPA di bidang belanja pegawai, KPA mengangkat PPABP untuk membantu PPK dalam mengelola administrasi belanja pegawai. PPABP bertanggung jawab atas pengelolaan administrasi belanja pegawai kepada KPA.

3) Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan/Pejabat Pengadaan

Unit Layanan Pengadaan (ULP) adalah unit organisasi Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi yang berfungsi melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada. Pemilihan Penyedia Barang/Jasa dalam ULP dilakukan oleh Kelompok Kerja ULP. Sedangkan Pejabat Pengadaan adalah personil yang ditunjuk untuk melaksanakan Pengadaan Langsung.

4) Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pengadaan

Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitia/pejabat yang ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan. Apabila Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan lebih dari 1 (satu), maka dibentuk Panitia Penerima Hasil Pekerjaan.

1.1.5 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) a. Pengertian APBN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut APBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun dengan undang- undang. Tahun Anggaran meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN setiap tahun ditetapkan dengan undang-undang. Semua penerimaan yang menjadi hak dan

(29)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 22

pengeluaran yang menjadi kewajiban Negara dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBN.

b. Klasifikasi Anggaran

APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan. Pendapatan negara terdiri atas penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak, dan hibah.

Belanja negara dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan pusat dan pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Belanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja.

1) Klasifikasi berdasarkan Organisasi

Rincian belanja negara menurut organisasi disesuaikan dengan susunan kementerian negara/lembaga pemerintahan pusat sebagai Pengguna Anggaran. Klasifikasi ini tidak bersifat permanen dan akan disesuaikan dengan susunan kementerian negara/lembaga pemerintahan pusat. Klasifikasi menurut organisasi terinci di dalam Bagian Anggaran, Eselon I, dan Satuan Kerja.

Bagian Anggaran adalah kelompok anggaran menurut nomenklatur Kementerian Negara/ Lembaga dan menurut fungsi Bendahara Umum Negara. Eselon I adalah unit kerja pada Kementerian Negara/ Lembaga yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran program/hasil (outcome) dan pengkoordinasian atas pelaksanaan kegiatan oleh satker. Sedangkan Satuan Kerja (satker) adalah unit organisasi lini Kementerian Negara/Lembaga atau unit organisasi Pemerintah Daerah yang melaksanakan kegiatan Kementerian Negara/Lembaga dan memiliki kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran.

2) Klasifikasi berdasarkan Fungsi

Klasifikasi fungsi merupakan pengelompokkan anggaran belanja Negara berdasarkan fungsi-fungsi pemerintahan yang dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Lembaga Kementerian Negara/Lembaga. Klasifikasi anggaran menurut fungsi, merinci anggaran belanja menurut

(30)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 23

fungsi dan subfungsi. Fungsi adalah perwujudan tugas pemerintahan di bidang tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional. Subfungsi merupakan penjabaran lebih lanjut dari fungsi.

Rincian belanja negara menurut fungsi diatur dalam penjelasan pasal 11 ayat (5) UU No. 17 Tahun 2003, terdiri dari 11 fungsi utama antara lain terdiri dari pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan, dan perlindungan sosial. Selanjutnya Fungsi tersebut dirinci dalam 79 Sub Fungsi.

3) Klasifikasi berdasarkan Jenis Belanja

Klasifikasi jenis belanja merupakan pengelompokkan anggaran belanja Negara berdasarkan jenis belanja pada Kementerian Negara/Lembaga Kementerian Negara/Lembaga. Jenis belanja dalam klasifikasi belanja digunakan dalam dokumen anggaran baik dalam proses penyusunan anggaran, pelaksanan anggaran, dan pertangungjawaban/pelaporan anggaran. Ketentuan jenis belanja berpedoman pada Peraturan Direktur Jenderal Perbendahaaan nomor PER-80/PB/2011 tentang Penambahan dan Perubahan Akun Pendapatan, Belanja, dan Transfer pada Bagan Akun Standar.

Rincian belanja negara menurut jenis belanja (sifat ekonomi) antara lain terdiri dari :

a) Belanja pegawai (51)

Kompensasi terhadap pegawai baik dalam bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan kepada pegawai pemerintah dalam maupun luar negeri baik kepada Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS dan/atau non-PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan dalam rangka mendukung tugas fungsi unit organisasi pemerintah, kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal dan/atau kegiatan yang mempunyai output dalam kategori belanja barang. Belanja Pegawai ini terdiri dari

(31)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 24

Belanja Gaji Dan Tunjangan, Belanja Honorarium/Lembur/Tunj. Khusus & Belanja Pegawai Transito, dan Belanja Kontribusi Sosial.

b) Belanja barang (52)

Pengeluaran untuk pembelian barang dan/atau jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan/atau jasa yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan dan pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat/pemerintah daerah (pemda) termasuk transfer uang di luar kriteria belanja bantuan sosial serta belanja perjalanan. Dalam pengertian belanja tersebut termasuk honorarium dan vakasi yang diberikan dalam rangka pelaksanaan kegiatan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa. Belanja Barang ini terdiri dari Belanja Barang (Operasional dan Non-Operasional), Belanja Jasa, Belanja Pemeliharaan, Belanja Perjalanan, Belanja Badan Layanan Umum (BLU), serta Belanja Barang Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda.

c) Belanja modal (53)

Pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau menambah nilai aset tetap/aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan melebihi batas minimal kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Dalam pembukuan nilai perolehan asset dihitung semua pendanaan yang dibutuhkan dari perencanaan pengadaan, pelaksanaan hingga asset tersebut siap untuk digunakan.

Aset tetap/asset lainnya tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari suatu satuan kerja atau dipergunakan oleh masyarakat/publik tercatat sebagai registrasi aset K/L terkait dan bukan untuk dijual/diserahkan kepada masyarakat/pemda. Belanja Modal ini terdiri dari Belanja Modal Tanah, Belanja Modal Peralatan dan Mesin, Belanja Modal Gedung dan Bangunan, Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan, Belanja

(32)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 25

Modal Lainnya, Belanja Penambahan Nilai Aset Tetap/Aset Lainnya serta Belanja Modal Badan Layanan Umum (BLU).

d) Belanja Pembayaran Kewajiban Utang (54)

Pembayaran yang dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok utang (principal outstanding), baik utang dalam negeri maupun utang luar negeri yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman jangka pendek atau jangka panjang termasuk pembayaran denda berupa imbalan bunga serta pembayaran biaya – biaya terkait pendapatan hibah dalam negeri maupun luar negeri. Jenis belanja ini khusus digunakan dalam kegiatan dari Bagian Anggaran BUN.

e) Belanja Subsidi (55)

Pengeluaran atau alokasi anggaran yang diberikan pemerintah kepada perusahaan negara, lembaga pemerintah atau pihak ketiga lainnya yang memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor barang dan/atau jasa untuk memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa sehingga harga jualnya dapat dijangkau oleh masyarakat. Belanja ini antara lain digunakan untuk penyaluran subsidi kepada masyarakat melalui perusahaan negara dan/atau perusahaan swasta. Jenis belanja ini khusus digunakan dalam kegiatan dari Bagian Anggaran BUN.

f) Belanja Hibah (56)

Pengeluaran pemerintah berupa transfer yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya bersifat sukarela, tidak wajib, tidak mengikat, tidak perlu dibayar kembali dan tidak terus menerus yang dilakukan dengan naskah perjanjian antara pemberi hibah dan penerima hibah kepada pemerintah negara lain, organisasi internasional, dan pemerintah daerah dengan pengalihan hak dalam bentuk uang, barang, atau jasa. Termasuk dalam belanja hibah adalah pinjaman dan/atau hibah luar negeri yang diterushibahkan ke daerah.

(33)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 26

g) Bantuan sosial (57)

Pengeluaran berupa transfer uang, barang atau jasa yang diberikan oleh Pemerintah Pusat/Daerah kepada masyarakat guna melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi dan/atau kesejahteraan masyarakat.

h) Belanja lain-lain (58)

Pengeluaran negara untuk pembayaran atas kewajiban pemerintah yang tidak masuk dalam katagori belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja pembayaran utang, belanja subsidi, belanja hibah, dan belanja bantuan sosial serta bersifat mendesak dan tidak dapat diprediksi sebelumnya.

Selanjutnya jenis belanja tersebut dirinci dalam Bagan Akun Standar dalam akun 6 digit. Misalnya 511111 (Belanja Gaji Pokok PNS) dalam jenis belanja pegawai, 521111 (Belanja Keperluan Perkantoran) dalam jenis belanja barang, 532111 (Belanja Modal Peralatan dan Mesin) dalam jenis belanja modal, dan sebagainya.

c. Siklus Anggaran

1) Penyusunan dan Penetapan APBN

APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara. Penyusunan Rancangan APBN berpedoman kepada rencana kerja Pemerintah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.

Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dalam Undang-undang tentang APBN. Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, Pemerintah Pusat dapat mengajukan rencana penggunaan surplus anggaran kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

(34)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 27

2) Pelaksanaan APBN

Setelah APBN ditetapkan dengan UU, pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut dengan Keputusan Presiden. Setelah APBN ditetapkan, Menteri Keuangan memberitahukan kepada semua menteri/pimpinan lembaga agar menyampaikan dokumen pelaksanaan anggaran untuk masing-masing kementerian negara/lembaga. Dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan disampaikan kepada menteri/pimpinan lembaga, kuasa bendahara umum negara, dan Badan Pemeriksa Keuangan.

Dalam pelaksanaan APBN, semua penerimaan dan pengeluaran negara dilakukan melalui Rekening Kas Umum Negara. Setiap kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah yang mempunyai sumber pendapatan wajib mengintensifkan perolehan pendapatan yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya. Penerimaan harus disetor seluruhnya ke Kas Negara/Daerah pada waktunya.

Berkaitan dengan pelaksanaan belanja Negara, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran melaksanakan kegiatan sebagaimana tersebut dalam dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan. Untuk keperluan pelaksanaan kegiatan sebagaimana tersebut dalam dokumen pelaksanaan anggaran, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berwenang mengadakan ikatan/perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan. Pembayaran atas tagihan yang menjadi beban APBN dilakukan oleh Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara.

3) Pengawasan dan Pertanggungjawaban APBN

Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

(35)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 28 1.1.6 Dokumen Pelaksanaan Anggaran

a. DIPA sebagai Dokumen Pelaksanaan Anggaran

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran. Dalam rangka pelaksanaan APBN, PA menyusun DIPA menurut bagian anggaran yang dikuasainya. DIPA terdiri atas DIPA Induk dan DIPA Petikan.

1) DIPA Induk

DIPA Induk merupakan akumulasi dari DIPA per Satker yang disusun oleh PA menurut Unit Eselon I Kementerian Negara/Lembaga.

DIPA Induk terdiri atas:

a) Lembar Surat Pengesahan DIPA Induk (SP DIPA Induk). Lembar SP DIPA Induk memuat:

• dasar hukum penerbitan DIPA Induk;

• identitas unit dan pagu DIPA Induk;

pernyataan syarat dan ketentuan (disclaimer);

• tanda tangan pejabat yang mengesahkan DIPA Induk; dan

kode pengaman berupa digital stamp.

b) Halaman I memuat Informasi Kinerja dan Anggaran Program. c) Halaman II memuat Rincian Alokasi Anggaran per Satker.

d) Halaman III memuat Rencana Penarikan Dana dan Perkiraaan Penerimaan.

Halaman I, halaman II, dan halaman III DIPA Induk dilengkapi dengan: a) tanda tangan sekretaris jenderal/sekretaris utama/sekretaris/pejabat

eselon I selaku penanggung jawab program; dan b) kode pengaman berupa digital stamp.

Pernyataan syarat dan ketentuan (disclaimer) meliputi hal-hal sebagai berikut:

(36)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 29

a) DIPA Induk yang telah disahkan lebih lanjut dituangkan kedalam DIPA Petikan untuk masing-masing Satker;

b) pengesahan DIPA Induk sekaligus merupakan pengesahan DIPA Petikan;

c) DIPA Petikan berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan Satker dan dasar pencairan dana/pengesahan bagi Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum;

d) DIPA Petikan dicetak secara otomatis melalui sistem yang dilengkapi dengan kode pengaman berupa digital stamp sebagai pengganti tanda tangan pengesahan (otentifikasi);

e) informasi mengenai KPA, Bendahara Pengeluaran, dan Pejabat Penanda tangan SPM untuk masing-masing Satker terdapat pada DIPA Petikan;

f) Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan yang tercantum dalam Halaman III DIPA Induk diisi sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan;

g) tanggung jawab terhadap penggunaan dana yang tertuang dalam DIPA Induk sepenuhnya berada pada PA/KPA; dan 31 Desember 2XXX.

2) DIPA Petikan

DIPA Petikan merupakan DIPA per Satker yang dicetak secara otomatis melalui sistem. DIPA Petikan digunakan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan Satker dan pencairan dana/pengesahan bagi Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara.

DIPA Petikan Kementerian Negara/Lembaga dikategorikan sebagai berikut :

1) DIPA Satker Pusat/Kantor Pusat (KP) yaitu DIPA yang dikelola oleh Satker Kantor PPusat dan/atau Satker pusat suatu Kementerian Negara/Lembaga, termasuk di dalamnya DIPA Satker Badan Layanan Umum (BLU) pada kantor pusat, dan DIPA Satker Non Vertikal Tertentu (SNVT).

(37)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 30

2) DIPA Satker Vertikal/Kantor Daerah (KD) yaitu DIPA yang dikelola oleh Kantor/Instansi Vertikal Kementerian Negara/Lembaga di daerah termasuk di dalamnya untuk DIPA Satker BLU di daerah. 3) DIPA Dana Dekonsentrasi (DK) yaitu DIPA dalam rangka

pelaksanaan dana dekonsentrasi, yang dikelola oleh SKPD Provinsi yang ditunjuk oleh Gubernur.

4) DIPA Tugas Pembantuan (TP) yaitu DIPA dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan, yang dikelola oleh SKPD Provinsi/Kabupaten/Kota yang ditunjuk oleh Menteri/Pimpinan Lembaga yang memberi tugas pembantuan.

5) DIPA Urusan Bersama (UB) yaitu DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran Kementerian Negara/Lembaga dalam rangka pelaksanaan Urusan Bersama, yang pelaksanaannya dilakukan oleh SKPD Provinsi/Kabupaten/Kota yang ditunjuk oleh Menteri/Pimpinan Lembaga berdasarkan usulan Kepala Daerah.

DIPA Petikan terdiri atas:

a) Lembar Surat Pengesahan DIPA Petikan (SP DIPA Petikan). Lembar SP DIPA Petikan memuat antara lain:

• dasar hukum penerbitan DIPA Petikan;

• identitas dan pagu Satker;

pernyataan syarat dan ketentuan (disclaimer); dan

kode pengaman berupa digital stamp.

b) halaman I memuat Informasi Kinerja dan Sumber Dana yang terdiri dari:

• halaman I A mengenai Informasi Kinerja; dan

• halaman I B mengenai Sumber Dana; c) halaman II memuat Rincian Pengeluaran;

d) halaman III memuat Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan; dan

e) halaman IV memuat Catatan.

Halaman I, halaman II, halaman III, dan halaman IV DIPA Petikan dilengkapi dengan kode pengaman berupa digital stamp.

(38)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 31

Pernyataan syarat dan ketentuan (disclaimer) meliputi hal-hal sebagai berikut:

a) DIPA Petikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari DIPA Induk (Nama Program, Unit Organisasi, dan Kementerian Negara/Lembaga);

b) DIPA Petikan dicetak secara otomatis melalui sistem yang dilengkapi dengan kode pengaman berupa digital stamp sebagai pengganti tanda tangan pengesahan (otentifikasi);

c) DIPA Petikan berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan Satker dan pencairan dana/pengesahan bagi Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara;

d) Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan yang tercantum dalam halaman III DIPA Petikan diisi sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan;

e) tanggung jawab terhadap penggunaan dana yang tertuang dalam DIPA Petikan sepenuhnya berada pada PA/KPA;

f) dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan, maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan (berdasarkan bukti-bukti yang ada); dan g) DIPA Petikan berlaku sejak tanggal 1 Januari 2XXX sampai dengan

31 Desember 2XXX.

Pengesahan DIPA dilaksanakan oleh Direktur Jenderal Anggaran atas nama Menteri Keuangan. Pengesahan DIPA oleh Direktur Jenderal Anggaran dilakukan dengan menandatangani lembar SP DIPA Induk. Pengesahan DIPA Induk sekaligus merupakan pengesahan atas DIPA Petikan. Berdasarkan pengesahan DIPA Induk, DIPA Petikan untuk tiap-tiap Satker dicetak secara otomatis melalui sistem yang dilengkapi dengan kode pengaman berupa digital stamp sebagai pengganti tanda pengesahan (otentifikasi).

Dalam hal DIPA Induk belum diterima sampai dengan batas waktu, Direktur Jenderal Anggaran menerbitkan DIPA Induk Sementara dan DIPA Petikan Sementara. DIPA Petikan Sementara dibatasi untuk pembayaran

(39)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 32

gaji pegawai, pengeluaran keperluan sehari-hari perkantoran, langganan daya dan jasa, dan lauk pauk/bahan makanan.

b. Fungsi DIPA :

1) Sebagai dasar pelaksanaan kegiatan bagi satker.

2) Sebagai dasar pencairan dana/pegesahan bagi Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara.

3) Sebagai alat pengendali, pelaksanaan, pelaporan, pengawasan APBN, dan perangkat akuntansi pemerintah.

4) Sebagai sarana penuangan anggaran terkait empat strategi pembangunan nasional (four track strategy) yang meliputi

pro-growth, pro-job, pro-poor, dan pro-environment.

c. Pokok-Pokok Materi DIPA 1) Identitas Organisasi

Identitas organisasi disusun sebagai berikut :

a) Bagian Anggaran, adalah K/L yang menguasai bagian tertentu dari penggunaan anggaran yang ditetapkan dalam UU APBN. b) Unit Organisasi, adalah unit eselon I pada K/L yang bertanggung

jawab terhadap sebuah program tertentu dan mendapatkan alokasi anggaran dari Bagian Anggaran K/L yang bersangkutan (memiliki portofolio).

c) Satker, adalah bagian dari unit organisasi pada K/L yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu organisasi yang membebani dana APBN.

2) Pernyataan Syarat dan Ketentuan (disclaimer) Pernyataan syarat dan ketentuan meliputi :

a) Hubungan hukum antara DIPA Induk dengan DIPA Petikan: i. DIPA Induk yang telah disahkan lebih lanjut dituangkan dalam

DIPA Petikan.

ii. Pengesahan DIPA Induk sekaligus merupakan pengesahan DIPA Petikan.

iii. DIPA Petikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari DIPA Induk.

(40)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 33

iv. DIPA Petikan dicetak secara otomatis melalui system yang dilengkapi dengan kode pengaman berupa digital stamp sebagai pengganti tanda tangan pengesahan.

b) Fungsi DIPA Petikan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan Satker dan dasar pencairan dana/pengesahan bagi BUN/Kuasa BUN. c) Informasi pejabat perbendaharaan (KPA, Bendahara

Pengeluaran, dan PPSPM tiap-tiap Satker).

d) Pengisian halaman III DIPA yaitu Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan.

e) Tanggung jawab PA/KPA terhadap penggunaan dana yang tertuang dalam DIPA Petikan.

f) Penyelesaian atas perbedaan data antara K/L dan Kementerian Keuangan dimana yang berlaku adalah database RKA-K/L-DIPA pada Kementerian Keuangan.

g) Masa berlaku DIPA yaitu sejak tanggal 1 Januari 2xxx sampai dengan 31 Desember 2xxx.

3) Rumusan Fungsi dan Sub Fungsi

Rumusan Fungsi dan Sub Fungsi sebagaimana sudah dijelaskan dalam bahasan klasifkasi anggaran di atas.

4) Informasi Kinerja

Rumusan informasi kinerja merupakan uraian kualitatif yang menunjukkan ketrkaitan alokasi anggaran yang ditetapkan dengan program/kegiatan yang dilaksanakan dan sasaran/hasl/keluaran yang akan dihasilkan. Rumusan informasi kinerja juga merupakan perwujudan transparansi dan akuntabilitas dalam penggunaan anggaran.

Informasi kinerja dalam DIPA meliputi :

a) Program, adalah penjabaran kebijakan K/L yang berisi satu atau beberapa kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi yang dilaksanakan instansi atau masyarakat dalam koordinasi K/L yang bersangkutan.

(41)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 34

b) Hasil (Outcome), adalah kinerja atau tujuan yang akan dicapai oleh pelaksanaan sebuah program atau mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan.

c) Indikator Kinerja Utama (IKU) Program, adalah indicator unggulan yang digunakan sebagai alat ukur pencapaian kinerja Program.

d) Kegiatan, adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa satker sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu Program yang terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik berupa personel (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana atau kombinasi dari beberapa atau semua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang atau jasa.

e) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), merupakan tolk ukur yang digunakan sebagai dasar penilaian kinerja kegiatan. Pendekatan yang digunakan meliputi kuantitas (volume output), kualitas, dan harga output.

f) Keluaran (Output), adalah barang atau jasa yang dihasilkan atas pelaksanaan dari satu atau beberapa paket pekerjaan yang tergabung dalam kegiatan.

5) Pejabat Perbendaharaan

Pejabat Perbendaharaan yang dicantumkan dalam DIPA ada tiga yaitu :

a) Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) b) Pejabat Penandatangan SPM (PPSPM) c) Bendahara Pengeluaran

6) Rincian Penggunaan Anggaran

Tujuan pencantuman rincian penggunaan anggaran adalah dalam rangka pelaksanaan rencana kerja satker untuk mencapai keluaran (output) yang ditetapkan dan anggaran yang disediakan dapat dibayarkan/dicairkan melalui mekanisme APBN.

(42)

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA | 35

a) Pencantuman Program. Kegiatan, Keluaran (Output), Sumber Dana, dan Jenis Belanja.

Sumber dana antara lain : Rupiah Murni (RM), Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN), ), Pinjaman dan Hibah Dalam Negeri (PHDN), Surat Berharga Syariah Project Based Sukuk (SBSN PBS).

Jenis Belanja mengacu pada uraian klasifikasi anggaran sebagaimana penjelasan di atas.

b) Kewenangan

Kewenangan satker Pemerintah Pusat yaitu kewenangan Kantor Pusat (KP) dan Kewenangan Kantor Daerah (KD). Sedangkan kewenangan yang diberikan kepada Satker Pemerintah Daerah antara lain : Kewenangan Dekonsentrasi (DK), Kewenangan Tugas Pembantuan (TP), dan Kewenangan Urusan Bersama (UB).

c) Pencantuman Kantor Bayar dan Cara Penarikan Dana

Kantor bayar dicantumkan dalam bentuk kode Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) yang ditunjuk untuk melaksanakan pembayaran/pencairan dana. Cara penarikan diperlukan dalam hal dibiayai PHLN/PHDN, antara lain mencakup Pembiayaan Pendahuluan (PP), Pembayaran Langsung (PL), Rekening Khusus (Reksus), dan Letter of Credit (LC).

7) Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan

Pencantuman rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan diperlukan untuk optimalisasi fungsi DIPA sebagai alat manajemen kas pemerintah.

8) Pengisian Catatan

Pengisian catatan aalah pencantuman penjelasan tentang rincian belanja yang memerlukan perlakuan khusus dan/atau persyaratan tertentu pada saat proses pencairan dana, yang memuat :

a) Besaran alokasi dana yang diblokir pada akun. b) Tunggakan tahun anggaran yang lalu.

Gambar

Gambar 3.1  Alur Penyelesaian GUP
Gambar 3.1 Mekanisme TNP Rek bend A  Saldo: x Rek Bend BSaldo: y Rek Bend CSaldo: zTreasury Notional Pooling pada Bank A

Referensi

Dokumen terkait

Keputusan pembentukan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) merupakan tindak lanjut atas Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri yaitu Menhankam, Menteri Keuangan,

..dasar hukum tata cara pengelolaan pada PNBP fungsional,   PNBP BLU dan PNBP Umum telah diatur dalam UU hingga Peraturan Menteri Keuangan/KMK…6. JENIS   PNBP DASAR

dalam jumlah dan menurut cara yang akan ditetapkan oleh

Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan lebih lanjut Pasal 3 Ayat (4) Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1996 tentang Ketentuan Pokok Perjanjian Karya

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 1984 tentang Pelaksanaan APBN yang disempurnakan dengan Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 1988 dan Keputusan Menteri / Sekretaris

Dalam hal Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran 2018 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai alokasi Dana Darurat Tahun Anggaran 2018 ditetapkan setelah peraturan

Penyusunan dan Penetapan APBN  APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun dengan Undang-Undang  APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran

Dalam hal 1 Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran 2022 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai alokasi Dana Desa ditetapkan dan/atau terdapat perubahan; atau 2