• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN berbedaan komposisi bat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HASIL PENELITIAN berbedaan komposisi bat "

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Membicarakan tingkat pendapatan dan konsumsi sekelompok masyarakat, maka permasalahannya tidak terlepas dari kondisi perekonomian, baik dalam lingkungan kehidupan masyarakat maupun dalam ruang lingkup ekonomi nasional. Dengan demkian upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup terutama tingkat konsumsi yang wajar tidak saja menjadi beban dan tanggung jawab individu, namun pemerintah juga sebagai pengayom rakyat juga mempunyai tanggung jawab, karena pemerintah mempunyai wewenang dan kekuasaan untuk mengkondisikan kebijaksanaan dan sistem perekonomian melalui kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dikeluarkan khususnya kebijaksanaan moneter, ekonomi, fiskal, dan politik. Walaupun demikian usaha yang dilakukan setiap orang agar dapat hidup layak merupakan esensi dari adanya tuntutan peningkatan pendapatan.

Secara umum tingkat pendapatan dan pola konsumsi seseorang atau masyarakat merupakan cerminan tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut, dan lebih jelas lagi bahwa tingkat pengeluaran konsumsi riil masyarakat itulah yang menjadi cermin dari kesejahteraan sesungguhnya dari masyarakat tersebut. Karena antara tingkat pendapatan yang

diperoleh seseorang dalam periode satu bulan misalnya tidak akan selalu sama dengan tingkat pengeluaran konsumsi orang tersebut dalam bulan yang sama, dengan demikian untuk mengukur tingkat pendapatan atau kesejahteraan seseorang dapat juga dilihat dari sisi tingkat pengeluaran konsumsinya.

Salah satu tolok ukur untuk melihat kecukupan pendapatan adalah dengan melihat tingkat kebutuhan hidup minimum yang dihitung dari kebutuhan tiap bulan, untuk konsumsi makanan dan minuman, transportasi, perumahan dan alat-alat dapur, pakaian dan kebutuhan dasar lainnya. Analisis kebutuhan hidup minimum juga memperlihatkan aspek kaitan antara tingkat penghasilan perbulan dan jumlah tanggungan ekonomi keluarga

Dalam kajian penulisan ini, penulis ingin melihat lebih dalam kaitan antara tingkat pendapatan dengan tingkat konsumsi pada buruh angkat barang Pasar Pagi Arengka Pekanbaru.

Berdasarkan dari uraian pada latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut: Bagaimanakah pengaruh pendapatan terhadap konsumsi buruh angkat barang pada pasar pagi Arengka Kota Pekanbaru.

Suatu penelitian yang dilakukan terhadap suatu objek atau subyek tentunya HERISPON

Akademi Keuangan dan Perbankan Riau (AKBAR)

Jln. HR. Subrantas 57 Panam Pekanbaru 28293 Telp. (0761) 63237 E-mail : akbar_stier@yahoo.com

Abstract: According to economics, human life is always working to meet all your needs are

relatively limited by the capabilities and resources are very limited. Development needs of a person or a group of community life basically consists of three needs, namely: primary needs, secondary, and tertiary needs, whereby the three requirements mentioned can be determined by income level, effort to fulfill those needs be done by someone through spending (consumption ) to purchase goods and services. If correlated with income level (income) the higher income level people (workers) and all kinds of needs will be met easily or otherwise, then people always try and competed to earn a higher income level.

(2)

mempunyai tujuan-tujuan tertentu, sehingga ada arah yang akan dituju dan dicapai. Adapun tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah :

a. Untuk mengetahui tingkat pendapatan dan tingkat konsumsi buruh angkat Pasar Pagi Arengka Pekanbaru

b. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendapatan terhadap tingkat konsumsi buruh angkat Pasar Pagi Arengka Pekanbaru.

c. Dapat dijadikan sebagai referensi dan acuan bagi pihak-pihak tertentu atau yang mempunyai relevansi dengan masalah yang diteliti, sehingga memberikan manfaat kepada pihak-pihak selanjutnya.

Dalam suatu perekonomian pendapatan merupakan faktor terpenting karena dengan adanya pendapatan maka kegiatan perekonomian berjalan. Dalam artian ekonomi pendapatan merupakan balas jasa atas penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh sektor rumah tangga, oleh sektor perusahaan yang dapat berupa gaji, upah, sewa, bunga, atau keuntungan (Sukirno, 2002: 31).

Pendapatan yang diperoleh oleh setiap individu biasanya terdapat perbedaan satu sama lainnya. Keadaan ini terjadi karena setiap individu mempunyai latar belakang yang berbeda pula, seperti: pendidikan, pengalaman, keahlian, dibidang masing-masing. Lebih lanjut perbedaan yang dimaksud adalah sebagai berikut : a. Faktor usia.

Sampai pada batas usia tertentu, pendapatan meningkat seiring dengan bertambahnya masa dan usia kerja seseorang. Lewat dari batas itu pertambahan usia akan diiringi dengan penurunan pendapatan.

b. Karakteristik bawaan sejak lahir

Seseorang yang dianugerahi paras rupawan,suara merdu dan IQ yang tinggi asalkan ia tidak berlaku yang aneh-aneh lebih mudah mendapatkan pekerjaan dan pendapatan.

c. Keberanian mengambil resiko

Siapa yang berani mempertaruhkan kesehatan dan nyawanya dibidang kerja yang berbahaya akan menerima imbalan yang besar.

d. Bobot latihan

Latihan akan memperbesar pendapatan karena latihan itu meningkatkan keterampilan seseorang sehingga bisa menghasilkan produk fisik marginal yang lebih tinggi.

e. Kekayaan dan warisan

Maksudnya adalah adakalanya seseorang telah mempunyai kekayaan atau harta yang diwarisi dari keluarganya sehingga memberikan kemudahan bagi seseorang untuk melakukan suatu aktivitas usaha atau berinvestasi, tanpa harus meminjam modal lagi ke pihak lembaga perbankan. Sementara sebagian orang lain harus bekerja lebih keras lagi untuk mendapatkan modal atau kekayaan.

f. Ketidak seimbangan pasar

Mereka yang diuntungkan oleh ketidak seimbangan pasar akan menerima pendapatan yang lebih tinggi. Keadaan ini dapat saja terjadi pada penguasaan modal atau kapital oleh seseorang atau sekelompok individu, ditambah kondisi dipasar terdapat persaingan tidak sempurna atau monopoli.

g. Diskriminasi

Dalam aktivitas perekonomian kemungkinan diskriminasi dapat saja terjadi baik itu meliputi agama, jenis kelamin, ikatan keluarga, atau suku bunga, misalnya bila berhubungan untuk mendapatkan modal pinjaman dari bank oleh pengusaha besar dengan pengusaha kecil akan sangat terasa perbedaannya dan perlakuannya. (Miller dan E. Meiners, 2000: 585-586).

Disamping itu terdapat beberapa faktor yang menentukan tingkat pengeluaran rumah tangga, tapi yang terpenting adalah pendapatan rumah tangga yang dalam hal ini adalah pendapatan disposibel (disposible income). Pendapatan disposibel (Yd) adalah

(3)

dengan konsumsi rumah tangga ditambah dengan tabungan rumah tangga. Dalam persamaan dapat ditulis sebagai berikut: Yd

= C + S , dimana (Yd = pendapatan yang

siap dibelanjakan, C = pengeluaran konsumsi masyarakat, saving yang dilakukan masyarakat).

Dapat disimpulkan bahwa pendapatan dari suatu kegiatan ekonomi dapat didefinisikan sebagai suatu pendapatan yang merupakan balas jasa dari faktor-faktor produksi yang diterima oleh setiap anggota rumah tangga atau individu-individu yang antara lain dapat berupa; upah, gaji dari faktor produksi tenaga kerja, sewa dari faktor produksi tanah, bunga dari faktor produksi modal. Selanjutnya pendapatan rumah tangga dapat didefinisikan sebagai jumlah pendapatan riil dari seluruh anggota rumah tangga (pokok dan sampingan) yang diseimbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun kebutuhan perorangan dalam rumah tangga.

Individu atau masyarakat yang pendapatannya lebih rendah pada umumnya mengeluarkan sejumlah uang yang relatif lebih besar dari pada jumlah pendapatannya (dissaving), sedangkan individu atau masyarakat yang pendapatannya relatif lebih tinggi pada umumnya menabung sebagian dari pendapatan mereka. Makin tinggi pendapatannya maka makin tinggi pula konsumsi dan semakin kecil jumlah dissaving. Pengeluaran konsumsi masyarakat atau seseorang ditentukan terutama oleh besarnya pendapatan tertinggi yang pernah mereka peroleh. Apabila pendapatan berkurang maka konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluarannya untuk konsumsi. (Samuelson, 1992 : 163).

Dijelaskan dalam teori konsumsi siklus hidup (life cycle consumption theory) yang mengatakan bahwa konsumsi sekarang terkait erat dengan pendapatan yang diharapkan dimasa yang akan datang. Orang yang sekarang pendapatannya tinggi tapi memperkirakan pendapatan dimasa datang berkurang, maka orang itu

cenderung menabungkan sebagian dari pendapatannya atau mengkonsumsi sebagian kecil dari pendapatannya, demikian juga sebaliknya. Sementara itu Keynes berpendapat bahwa faktor utama yang menentukan pola konsumsi rumah tangga adalah pendapatannya. Sedangkan Freidmen dalam teori pendapatan permanennya mengatakan bahwa kenaikan dalam konsumsi akan proporsional dengan kenaikan pendapatan, yang dimaksud dengan pendapatan permanen adalah pendapatan rata-rata jangka panjang (Dalam Deliarnov, 1995: 94-97)

Tujuan akhir dari konsumsi barang dan jasa adalah untuk memenuhi kebutuhan individu-individu dalam rumah tangganya. Sehubungan dengan hal tersebut dijelaskan bahwa faktor penting yang menentukan tingkat pengeluaran suatu rumah tangga baik secara seunit kecil atau dalam keseluruhan ekonomi adalah pendapatan rumah tangga itu sendiri. (Sukirno, 2002: 91).

Bila dilihat kepada pola konsumsi pada suatu masyarakat maka kita sering menjumpai adanya perbedaan konsumsi pada masyarakat tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan pola konsumsi tersebut adalah :

a. Pendapatan dan pajak pemerintah, ini mempengaruhi konsumsi masyarakat karena pendapatan yang dipotong pajak pemerintah akan memperkecil jumlah pendapatannya.

b. Kekayaan, kekayaan seseorang besar sekali pengaruhnya terhadap konsumsi otonomnya, tingkat bunga dan tingkat harga.

c. Harapan (ekspektasi) mengenai keadaan dimasa datang, keyakinan dimasa datang akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi maka mendorong rumah tangga untuk meningkatkan konsumsinya.

d. Hubungan antara pendapatan dengan konsumsi. (Sukirno, 2002: 101-102).

(4)

penyesuaian, hubungan yang erat antara konsumsi dengan pendapatan seperti itu disebut dengan propensity to consume. (Rosyidi, 1999: 148).

Untuk lebih jelasnya hubungan antara konsumsi dengan pendapatan dapat dijelaskan dengan persamaan berikut yaitu C = Y dan C = a + bY. Penjelasan fungsi C = a + bY menunjukkan bahwa konsumsi akan naik kalau pendapatan naik, jika pendapatan sama dengan nol maka konsumsi akan sebesar a, ini artinya harus menguras tabungan, simpanannya, atau berutang untuk membiaya kehidupannya, jika pendapatan sama besar dengan konsumsi berarti pendapatan habis terkuras untuk konsumsi (C = Y).

Untuk mengetahui seberapa besar perubahan konsumsi yang diakibatkan oleh kenaikan pendapatan dapat ditunjukkan oleh besarnya marginal propensity to consume (MPC), yaitu angka perbandingan antara besarnya perubahan konsumsi dengan besarnya perubahan pendapatan yang mengakibatkan adanya perubahan yang dimaksud. Angka MPC umumnya lebih kecil dari satu, akan tetapi lebih besar dari setengah. Angka MPC yang lebih kecil dari satu menunjukan bahwa tambahan pendapatan yang diterima seseorang tidak seluruhnya dipergunakan untuk konsumsi melainkan disisihkan untuk saving. Angka MPC yang lebih besar dari setengah menunjukan bahwa penggunaan tambahan pendapatan sebagian besar digunakan menambah besarnya konsumsi sedangkan sisanya yaitu yang jumlahnya lebih kecil akan merupakan tambahan saving (Sukirno, 2002: 101).

Suatu rumah tangga akan terus menambah konsumsinya sejalan dengan bertambahnya pendapatan namun sampai batas tertentu pandapatan tidak lagi menyebabkan bertambahnya jumlah makanan karena kebutuhan pangan telah terpenuhi maka lazimnya ia akan mementingkan kualitas atau beralih pada kebutuhan bukan pangan. Oleh karena itu komposisi pengeluaran rumah tangga dapat dijadikan ukuran tingkat

kesejahteraan dengan asumsi penurunan persentase pengeluaran untuk makanan terhadap pengeluaran merupakan gambaran membaiknya tingkat perekonomian.

Berdasarkan uraian latar belakang dan tinjauan pustaka diatas maka dapat dikemukakan hipotesis yang merupakan dugaan awal terhadap suatu masalah yang diteliti, adapun hipotesis yang dikemukakan adalah “Diduga tingkat pendapatan sangat berpengaruh terhadap tingkat konsumsi buruh angkat pasar pagi arengka Pekanbaru”.

METODE

Penelitian ini menggunakan responden yang dijadikan objek dalam pengambilan data dengan cara memberikan angket yang harus diisi oleh masing-masing responden. Sampel yang digunakan adalah memakai model sampling jenuh (sensus) dimana bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2008 : 85). Diketahui seluruh buruh angkat barang yang terdata di Pasar Pagi Arengka sebanyak 50 orang, maka semuanya dijadikan sampel.

Untuk mengetahui hubungan antara keduanya dapat ditulis dalam persamaan yaitu: Y = f (X). Fungsi diatas dapat diturunkan dengan menggunakan model regresi linear sederhana menjadi Y = a + b1

X1 + e ( Iqbal Hasan, 2003 : 250).

Mengacu kepada persamaan regresi linear sederhana maka persamaan tersebut dapat ditulis sebagai berikut : Y = a + bX + e. Dimana Y = pengeluaran konsumsi buruh angkat perbulan, a = intercep /konstanta, b koefisien regresi untuk X, X = pendapatan buruh angkat perbulan, e = disturbance error.

Kemudian terhadap model persamaan regresi linear sederhana yang dikemukakan diatas dilakukan pengujian untuk mengetahui: a. Uji T.

Uji t digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh pendapatan buruh angkat barang terhadap konsumsi rumah tangga dengan kriteria pengujian adalah sebagai berikut : - Ho diterima jika t hitung < t tabel (α/2

(5)

- Ho ditolak jika t hitung > t tabel (α/2 : n-2). Artinya ada pengaruh pendapatan buruh angkat barang terhadap pengeluaran konsumsinya. b. Korelasi antara X dan Y

Artinya seberapa kuat atau lemahnya hubungan ( r ) antara variabel pendapatan buruh angkat barang (X) dengan variabel konsumsi (Y). Bila hasilnya mendekati 0 maka hubungan X dan Y lemah, bila hasilnya mendekati 1 dan -1 berarti terdapat hubungan yang kuat. (kuat positif atau kuat negatif).

HASIL

Untuk memperoleh informasi dari buruh angkat maka dilakukan penelitian. Jumlah sampel buruh angkat barang dalam penelitian ini adalah sebanyak 33 orang. Berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat idnetitas buruh angkat seperti umur, lama bekerja, status perkawinan, dan jumlah tanggungan keluarga. Selanjutnya dapat diketahui tentang pendapatan dan pola konsumsi rumah tangga buruh angkat tersebut.

Tingkat Pendapatan Buruh Angkat Barang

Dalam penelitian ini dari seluruh sampel yang diambil, diperoleh data dimana kondisi buruh angkat barang di pasar pagi Arengka ini meliputi status kerja, jam kerja, hari kerja, kelancaran kerja, besar upah perorang.

Pendapatan yang diperoleh buruh angkat barang pasar pagi Arengka adalah bervariasi, artinya pendapatan yang diterima berkaitan dengan jam kerja dan hari kerja bagi buruh angkat tetap, juga dipengaruhi oleh rajin/tidaknya buruh angkat ini bekerja dalam menggunakan waktu yang hanya 2 jam (dari jam 5.00 sampai jam 7.00 pagi) bagi buruh angkat tetap atau waktu 7 jam (dari jam 7.00 pagi sampai jam 14.00 siang) bagi buruh angkat tidak tetap.

Pendapatan buruh angkat ini dihitung dari upah per kilo gram barang, dimana upah angkat per kilo gram barang

juga bervariasi ( antara Rp 250 s/d Rp 500) hal ini disebabkan oleh jenis komoditi atau barangnya, ada barang yang berat tapi harga barang itu murah seperti ubi, sayur mayur, ada barang yang berat harga juga mahal, dan lainnya. Jadi kondisi inilah yang mempenagaruhi besarnya pendapatan yang diterima oleh buruh angkat, disamping itu juga dipengaruhi oleh tenaga atau fisik dari buruh angkat ini dalam mengangkut barang pada waktu yang hanya dua jam (dari jam 5.00 sampai jam 7.00 pagi). Dapat disimpulkan bahwa pendapatan yang akan diterima oleh buruh angkat sangat dipengaruhi oleh tenaga / fisik, kecepatan, jarak angkut barang, barang yang diangkut dapat dilakukan dengan bantuan alat atau tidak dengan bantuan alat (kereta atau gerobak dorong), dan volume barang yang dibongkar.

Dengan menghadapi kondisi-kondisi tertentu dalam melakukan pekerjaannya buruh angkat ini antara yang satu dengan yang lain akan memperoleh upah atau pendapatan perhari atau perbulan yang berbeda-beda, ini disebabkan oleh faktor-faktor yang disebutkan diatas. Dalam penelitian ini penulis hanya dapat memberikan gambaran tentang besarnya upah atau pendapatan yang diterima oleh masing-masing buruh angkat per bulan sesuai dengan sampel yang disajikan. Dimana pendapatan perbulan ini dibandingkan dengan ketetapan dari Kantor Dinas Pendapatan Kerja Kota Pekanbaru tentang kebutuhan hidup minimum (KHM) untuk pekerja lajang dalam sebulan dengan 3000 kalori perhari yaitu sebesar Rp 702.450,-. / bulan ( data bulan September 2006).

Konsumsi Buruh Angkat Barang

(6)

Dengan demikian jika seluruh pengeluaran buruh angkat barang ini dikalkulasikan akan dapat dilihat berapa standard kebutuhan hidup minimum antara buruh angkat yang masih lajang dengan buruh angkat yang sudah berumah tangga atau yang mempunyai tanggungan. Jumlah keseluruhan pengeluaran untuk makanan dan minuman, perumahan dan fasilitas, sandang dan aneka kebutuhan dapat dilihat pada tabel berikut :

Dari hasil tabel diatas dapat dianalisis bahwa bagi buruh angkat barang yang status baru kawin dan belum mempunyai anak atau pada tanggungan 2 orang jumlah pengeluaran sebesar Rp 1.404.900 perbulan diperkirakan cukup.

Pada buruh angkat barang yang mempunyai tanggungan sebanyak 4 orang dengan jumlah pengeluaran sebesar

Rp 2.809.800 diperkirakan cukup, dan pada buruh angkat barang yang mempunyai tanggungan 6 orang dengan jumlah pengeluaran sebesar Rp 4.214.700, diperkirakan juga cukup.

Tapi permasalahan terletak pada berapa besar pendapatan buruh angkat perbulan, karena diketahui bahwa pendapatan buruh angkat sangat dipengaruhi oleh: kondisi fisik, kecepatan, jarang angkut barang, banyak atau sedikit barang pasokan yang masuk untuk dibongkar, upah angkut perkilogram

barang, dan volume barang yang terangkut perhari atau jumlah kilogram barang yang terangkut. Berarti pendapatan buruh angkat barang di pasar pagi Arengka Pekanbaru ini akan sangat tergantung pada faktor-faktor yang tersebut diatas.

Sesuai dengan data penelitian yang diperoleh dari responden dapat diketahui jumlah pendapatan tertinggi dan terendah; pendapatan tertinggi adalah sebesar Rp 1.900.000,- dan pendapatan terendah Rp 750.000,-. Sedangkan untuk tingkat pengeluaran buruh angkat barang; pengeluaran tertinggi adalah sebesar Rp 1.600.000,- dan pengeluaran terendah adalah

sebesar Rp 750.000,-. Tingkat pendapatan yang terendah dan

pengeluaran yang terendah bagi buruh angkat barang yang belum mempunyai tanggungan atau yang baru menikah jumlah pengeluaran sebesar Rp 750.000 perbulan dapat dicukupkan, dan apakah dengan jumlah pendapatan yang terendah ini bagi buruh angkat barang yang sudah mempunyai tanggungan 4 orang atau 6 orang bisa mencukupi seluruh pengeluaran perbulan, tentu kondisi ini sangat memberatkan bagi buruh angkat barang di pasar pagi Arengka Pekanbaru bila pendapatannya hanya sebesar Rp 750.000,-.

(7)

PEMBAHASAN

Pengaruh Pendapatan Terhadap Konsumsi.

Secara logika bahwa pendapatan akan sangat berpengaruh terhadap pola konsumsi atau pengeluaran yang dilakukan oleh seseorang, fakta ini sulit untuk dibantah karena juga didukung oleh teori pendapatan dan teori konsumsi yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan semakin besar pula pengeluarannya, dan semakin besar juga peluang baginya untuk melakukan saving atau menabung.

Pola konsumsi yang terdapat dalam masyarakat atau yang dapat dilakukan oleh seseorang hanya berada dalam tiga keadaan yaitu :

1. Bila pengeluaran lebih besar dari pendapatan, maka yang akan terjadi adalah dissaving, artinya pendapatan yang diperoleh tidak cukup untuk membiayai pengeluarannya sehingga akan dilakukan berbagai upaya untuk memenuhi pengeluaran tersebut dengan menguras tabungan, menjual atau menggadai asset harta kekayaan, meminjam, bahkan ada yang menempuh jalan yang salah seperti merampok, atau mencuri.

2. Bila pengeluaran sama dengan pendapatan, maka yang akan terjadi adalah semua pendapatan yang diperoleh per bulan hanya habis untuk dikonsumsi berarti kesempatan untuk menabung belum ada.

3. Bila pengeluaran lebih kecil dari pendapatan, maka akan terjadi saving atau tabungan, artinya pada saat pendapatan per bulan lebih besar dari jumlah konsumsi perbulan akan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk melakukan saving atau keinginan untuk menabung akan semakin tinggi.

Sesuai dengan judul dan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, penulis akan melihat dan menyajikan keterkaitan atau keeratan

hubungan antara tingkat pendapatan dengan tingkat pengeluaran konsumsi buruh angkat barang pasar pagi Arengka Pekanbaru dengan menggunakan bantuan SPSS, karena sesuai dengan permasalahan yang diangkat, penulis ingin mengetahui pengaruh pendapatan ini terhadap pengeluaran konsumsi, pada tabel berikut dapat dilihat pengaruh pendapatan terhadap tingkat konsumsi yaitu :

Tabel.2. Pengaruh Tingkat Pendapatan Terhadap Tingkat Konsumsi Buruh Angkat arang Pasar Pagi

Sumber : Hasil Penelitian

Setelah dilakukan analisis terhadap pendapatan dan konsumsi, maka diperoleh hasil yang menunjukkan hubungan atau keeratan hubungan antara pendapatan dengan konsumsi yaitu menghasilkan persamaan regresi yaitu :

Y = a + bX + e

maka Y = 60.308, 474 + 0,846 X Dari persamaan diatas dapat dijelaskan bahwa bila pendapatan (variabel X) dari buruh angkat barang ini sama dengan nol ( 0 ) maka pengeluaran konsumsi akan tetap dikeluarkan sebesar 60.308,474 (konstanta a = 60.308,474). Logika ini sesuai dengan pola konsumsi yang terjadi pada seseorang yaitu sekalipun seseorang itu belum menghasilkan pendapatan (belum bekerja) tapi pada kenyataannya seseorang itu tidak berhenti untuk makan dan minum, dengan demikian dapat dikatakan bahwa disaat pendapatan (Y) adalah sama dengan nol tapi disaat itu pula konsumsi ( C ) adalah satu ( Y = 0, C = 1 ), disinilah seseorang berusaha dengan kemampuan untuk memenuhi konsumsinya dengan menumpang pada orang tua, saudara, menjual assets, meminjam, dan lainnya. Kondisi yang terjadi ini adalah merupakan beban bagi keuarga dan masyarakat.

(8)

konsumsi sebesar Rp 0,846,-. Atau jika pendapatan naik sebesar Rp 1 maka akan diiringi oleh kenaikan konsumsi sebesar kurang dari Rp 1 atau sama dengan Rp 0,846,-.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai korelasi (keeratan hubungan variabel X dengan variabel Y) yaitu yang ditunjukkan oleh nilai r sebesar 0,929. Artinya angka sebesar 0,929 adalah mendekati positif satu ( + 1 ) adalah menunjukan hubungan yang sangat erat hampir mendekati angka positif satu (+1) berarti bila terjadi kenaikan tingkat pendapatan maka tingkat konsumsi akan naik pula, dengan demikian slopenya positif.

Dari hasil analisis juga diperoleh dan diketahui bahwa nilai uji T, dimana nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel ( t hitung = 13.967 dan t tabel = 2.042). Berarti Ho ditolak yang berarti pendapatan buruh angkat barang pasar pagi Arengka berpengaruh nyata terhadap konsumsinya.

Sedangkan dalam pengujian pengaruh tingkat pendapatan terhadap tingkat konsumsi secara serentak ditunjukan oleh nilai r2 sebesar 0,863. Ini menunjukkan bahwa pengaruh pendapatan terhadap pengeluaran konsumsi sebesar 86,3 % dan sisanya 13,7 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar pendapatan.

Dapat disimpulkan bahwa apa yang ditulis dalam hipotesis setelah dilakukan analisis maka hipotesis berubah menjadi hipotesa artinya hipotesis yang dikemukan sudah terjawab menjadi tesa.

SIMPULAN

Buruh angkat barang yang bekerja dipasar pagi Arengka Pekanbaru merupakan pekerja informal dan para buruh ini tergabung dalam serikat pekerja transportasi Indonesia (SPTI) yang merupakan bagian dari federasi serikat pekerja seluruh Indonesia (FSPSI) unit Sidomulyo wilayah kerja Sidomulyo Barat dan Timur Kota Pekanbaru, dengan sekretariat di Simpang IV Jalan Arengka

Pekanbaru. Adapun kesimpulan dari penelitian yang dilakukan ini adalah :

1. Buruh angkat barang yang bekerja dipasar pagi Arengka Pekanbaru terdiri dari buruh angkat barang yang berstatus tetap dan buruh angkat barang yang berstatus tidak tetap, buruh angkat barang yang berstatus tetap bekerja dari jam 5.00 subuh sampai jam 7.00 pagi. Sedangkan buruh angkat barang yang berstatus tidak tetap bekerja dari jam 7.00 pagi sampai jam 14.00 siang. 2. Pola pengeluaran konsumsi buruh angkat

barang pasar pagi Arengka ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan yang diperoleh perbulannya, karena upah angkat barang dihitung pada besaran antara Rp 300 sampai dengan Rp 500 per kilogramnya. Berarti pendapatannya sangat dipengaruhi oleh jumlah barang yang diangkut, kondisi fisik saat berkerja, dan jarak angkut barang, dan jumlah barang yang masuk setiap paginya, semakin banyak barang yang terangkut berarti semakin besar upah yang diterimanya.

3. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pendapatan terendah yang diterima oleh buruh angkat barang ini adalah Rp 750.000,- perbulan, dan pendapatan tertinggi yang diterima perbulannya adalah sebesar Rp 1.900.000,-. Sedangkan pada pengeluaran konsumsi terendah adalah Rp 750.000,- dan pengeluaran tertinggi sebesar Rp 1.600.000,-. Dari sampel dapat dilihat bahwa salah seorang buruh angkat barang memperoleh pendapatan sebesar Rp 1.900.000 perbulan tapi mempunyai tanggungan sebanyak 6 orang berarti jika dibagikan kepada tingkat pengeluaran konsumsi perorangnya akan menjadi sebesar Rp 316.000,-. Berarti masih jauh dibawah standard KHM yang ditetapkan.

(9)

(Y) sangat kuat mendekati positif satu. Sedangkan angka 0.863 adalah menunjukkan bahwa hubungan tingkat pendapatan dengan tingkat pengeluaran konsumsi dimana konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan sebesar 86,3 % sedangkan 13,7 % lagi pola konsumsi dipengaruhi oleh faktor lainnya.

Mengingat buruh angkat barang yang bekerja dipasar pagi Arengka ini merupakan pekerja informal yang tergabung dalam SPTI-FSPSI Sidomulyo, dengan latar belakang yang berbeda-beda, maka saran yang dapat diberikan adalah : 1. Kepada buruh angkat barang agar dapat

menjaga fisik untuk dapat bekerja secara baik karena pendapatan lebih banyak ditentukan oleh faktor tenaga dan kecepatan masing-masing buruh angkat barang.

2. Bila dilihat dari pendapatan buruh angkat barang terhadap pengeluaran konsumsinya maka pendapatan tersebut masih belum mencukupi dengan demikian diharapkan kepada pemerintah kota Pekanbaru agar tetap memberikan tempat dan kesempatan kepada buruh angkat barang ini untuk melakukan aktivitasnya, dan dapat diberikan tunjangan atau santunan dari pemerintah, karena mereka buruh ini telah ikut berkontribusi dalam aktivitas perekonomian.

DAFTAR RUJUKAN

Anwar, Arsyad, 1995. “Sumber Daya Tehnologi dan Pembangunan” UI Press, Jakarta.

Arsyad, Lincolin, 1999. “Ekonomi Pembangunan” STIE YPKN, Yogyakarta.

Biro Pusat Statistik, 1987. “Indikator Pemerataan Pendapatan, Jumlah dan Persentase Penduduka Miskin Indonesia, Jakarta.

Deliarnov, 1995. “Pengantar Ekonomi Makro” UI Press, Jakata.

Gaspersz, Vincent, 1991. “Ekonometrika Terapan II” Tarsito, Bandung

Hasan, Iqbal, 2008. “Pokok-Pokok Materi Statistik 1”, Cetakan kedua, Edisi kedua, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Sukirno, Budi, 1991. “Studi Mencari Kebijakan Alternatif” Pangsa No. I/V/1991, ESP UGM, Yogyakarta.

Sukirno, Sadono, 2002. “Pengantar Ekonomi Makro” Cetakan Ketiga belas, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Samuelson, A. Paul, 1992. “Ekonomi” Edisi ke 12, Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Todaro, Michael P, 1995. “Ekonomi Untuk Negara Berkembang, suatu pengantar tentang prinsip-prinsip masalah dan kebijakan pembangunan” Bumi Aksara, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Terhadap upaya penegakan kode etik atas tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh anggota kepolisian dalam penanganan perkara pidana sebagaimana kasus yang dilukiskan

Apabila kontrol yang dilakukan atasan sesuai dengan kebutuhan karyawan, dalam arti atasan melakukan pengawasan secara teratur terhadap karyawan, terutama saat karyawan bekerja,

Kelompok-kelompok belajar kooperatif mengajari para siswa untuk berbagi, bergilir saling mendengarkan, menerima dan menilai kontribusi- kontribusi yang berbeda yang bisa

[r]

Puji syukur atas segala berkat yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan di Dana Pensiun

Dalam tahap ini anak memperoleh kemandirian dalam pembuatan keputusan moral, atau anak memperoleh kemampuan untuk memainkan peran sesuai dengan perkembangan

Seluruh ustaz dan ustazah dari semua suku, kecuali suku yang masuk kategori lain-lain, menyatakan tidak setuju apabila dikatakan bahwa pekerjaan rumah tangga hanya tanggungjawab

Penelitian mengungkapkan adanya perbedaan tingkat keterlibatan psikologis/afektif yaitu siswa laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan khususnya pada subtipe