MODUL PERKULIAHAN
Metode
Observasi
Wawancara
Klinis & Sosial
Langkah-Langkah Pencatatan
Observasi dan Wawancara
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Psikologi Psikologi
04
MK61103 Aulia Kirana M.Psi., PsikologAbstract
Kompetensi
Dalam perkuliahan ini akan
didiskusikan Langkah-Langkah
Perencanaan Observasi dan
wawancara dalam seting klinis dan sosial.
Mampu menjelaskan dan memahami
teknik-teknik perencanaan dan
pencatatan dalam wawancara dan observasi dalam setting psikologi klinis dan sosial
Langkah-langkah Perencanaan Observasi dan
Wawancara
Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapa hal yang sangat penting dilakukan adalah membuat rancangan observasi. Rancangan observasi disusun memenuhi persyaratan observasi sistematis. Dalam menyusun rancangan observasi, terdapat hal-hal penting yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan agar kegiatan observasi berjalan dengan lancar dan dapat memenuhi tujuan observasi. Hal yang perlu diperhatikan dalam membuat rancangan observasi adalah sebagai berikut.
Menetapkan maksud dan tujuan observasi. Langkah pertama dalam membuat rancangan observasi adalah menetapkan maksud dan tujuan observasi. Hal ini berkaitan dengan orientasi observer. Apakah observer melakukan observasi dengan maksud Keperluan penelitian, diagnostik, dan membuat program intervensi. Dalam Bentzen (dikutip dalam Kusdiyati & Fahmi, 2016), maksud dan tujuan adalah tugas pokok yang sangat penting sebelum melakukan observasi, karena tujuan observasi dapat menentukan sumber daya yang diperlukan, setting dan metode observasi tertentu yang digunakan
Apabila maksud dilakukannya observasi sudah ditetapkan, maka selanjutnya adalah menetapkan tujuan observasi. Tujuan observasi harus didefinisikan secara tepat dan spesifik akan mengarahkan aktivitas observasi ke dalam unit-unit yang dapat diatur dan diorganisasikan dengan baik sesuai dengan tujuan.
Terkait dengan maksud dan tujuan observasi harus diketahui pula objek yang akan diobservasi, seperti anak, remaja, dewasa, orangtua, individu atau kelompok. Apa yang akan diobservasi? Hal ini terkait Apa yang diobservasi, target behavior berupa tingkah laku spesifik apa yang akan diamati. Target behavior harus didefinisikan dengan objektif, terperinci atau spesifik, ke dalam definisi operasional. Definisi operasional yang jelas dan spesifik dari target behavior akan membantu observer dalam mengenali suatu tingkah laku yang dimaksud dan membedakannya dari tingkah laku lain yang tampaknya serupa (Sattler, 2006).
Definisi operasional ini harus secara eksplisit dapat memberikan batasan tingkah laku yang dimaksud. Pentingnya deskripsi yang tepat dari suatu definisi operasional adalah untuk menambah keakuratan dalam mengobservasi dan menghasilkan interpretasi dengan tepat, sehingga dapat membuat keputusan dengan tepat pula. Berikut ini adalah contoh definisi operasional yang kurang jelas dan spesifik, serta definisi operasional yang jelas dan spesifik (Sattler, 2006).
Definisi Operasional yang Kurang Jelas
dan SpesifikDefinisi Operasional yang
Kurang Jelas dan Spesifik
Definisi Operasional yang jelas dan Spesifik
Anak dapat melompat Anak dapat melompat dalam jarak selangkah ke depan, dari posisi berdiri, dan mendarat dengan kedua kaki tanpa terjatuh.
Anak menyukai sekolah Anak dapat membuat pernyataan verbal, bahwa ia menyukai sekolah tanpa diarahkan. Anak dapat berbagi Ketika bermain dengan mainannya dan anak
lain mendekati dan meminta mainannya, anak memberikan mainannya pad anaklain tersebut tanpa ada pernyaaab verbal yang negatif.
Dalam Sattler (2006) memberikan panduan merumuskan definisi operasional, yakni observer merumuskan gambaran target behavior secara jelas dan setepat mungkin. Observer juga mencatat dan menyusun daftar contoh-contoh tingkah laku yang tercakup dalam target behavior. Observer diminta untuk menyempurnakan definisi yang mencakup berbagai contoh. Observer juga mencatat tingkah laku yang mirip, tetapi berbeda dengan
target behavior. Observer juga harus mampu menyempurnakan kembali definisi, sehingga
berbagai tingkah laku yang mirip tidak tercakup.
Berikan definisi tersebut kepada observer yang tidak terlatih dan yang terlatih dan kaji apakah mereka mencapai reliabilitas yang sama terhadap pencatatan kemunculan target
behavior. Tahap persiapan observasi harus ditentukan dimana observasi dilakukan. Apakah
observasi akan dilakukan di sekolah, di rumah (natural setting), tempat kerja (simulasi kerja). Kapan observasi diselenggarakan. Hal ini berkaitan kapan sebaiknya observer dilakukan. Hal yang harus dipertimbangkan adalah observasi dilaksanakan pada saat yang tepat dimana tingkah laku tersebut sering terjadi. Ini berarti momennya harus tepat. Apabila kita mengobservasi tanpa mempertimbangkan saat tingkah laku tersebut sering muncul, maka dapat dikatakan bahwa sampel tingkah laku yang kita ambil tidak representatif dan ini mengakibatkan hasil observasi tidak valid (Kusdiyati & Fahmi, 2016)
Bagaimana pengukuran atau teknik pencatatatn data observasi? Apakah tingkah laku diukur secara kualitatif atau kuantitatif? Hal ini disesuaikan dengan tujuan observasi.
Menetapkan landasan teoretik. Observer menetapkan landasan teoretik yang akan dijadikan acuan dlm memahami tingkah laku yang akan diamati dan di ukur. Perspektif yang beragam sangat diperlukan, karena tingkah laku bersifat kompleks dan didasari oleh
beberapa variabel. Pada kenyataannya suatu tingkah laku tertentu muncul atau ditampilkan ditentukan oleh beberapa faktor dalam waktu yang bersamaan.
Menentukan jenis data yang diamati. Jenis data yang diamati bisa berupa verbal
behavior (tingkah laku verbal) atau nonverbal behavior (tingkah laku non verbal) atau
keduanya.
Tipe Pengukuran dan Pencatatan Data
(a) Behavior Tallying dan Charting
Dalam penelitian kualitatif terdapat suatu metode pengumpulan data dengan cara observasi.Salah satu teknik observasi yaitu dengan behavioral tallying and charting. Salah satu teknik termudah bagi observer untuk mencatat perilaku yang terjadi adalah dengan membuat tally perilaku setiap waktunya. Informasi dikumpulkan dengan cara memberikan Tally pada perilaku yang kemudian digunakan untuk mendesain checklist atau rating scales, atau sebagai landasan untuk melengkapi checklist danrating scales (Cartwright & Cartright, 1984).
Behavior diartikan sebagai perilaku dan tallying ialah perhitungan. Jadi behavioral tallyingmerupakan teknik pencatatan perilaku seseorang dengan menggunakan penghitungan. Perilaku yang bisa diobservasi ialah yang bisa dilihat, didengar, dihitung dan diukur.
Chart dapat diartikan sebagai grafik, jadi apabila dihubungkan dengan behavioral tallying yaitu salah satu teknik observasi dengan menggunakan turus pada tabel, kemudian dapat dilakukan kuantifikasi atau perhitungan dari perilaku yang diobservasi. Selain itu, mampu merubah hasil kuantifikasi tersebutmenjadi bentuk grafik. Lebih spesifik metode ini mampu mengkuantifikasikan perilaku yang muncul dalam suatu rentang waktu yang ditentukan (Herdiansyah, 2012).
Tallying dapat dilakukan dengan syarat batasan perilaku yang akan diobservasi harus jelastiap unitnya dan tidak tumpang tindih dengan perilaku lainnya yang menyebabkan sulitnya perilaku dihitung. Hal tersebut dilakukan karena tidak semua perilaku mudah untuk dihitung ataudikuantifikasikan karena beberapa perilaku tidak memiliki batasan yang jelas, atau tidak dpatdilihat perunitnya karena perilaku tersebut kompleks dan overlapping.
satu sama lain (Herdiansyah, 2012), ada beberapa perilaku yang sulit dideskripsikan sebagai penilaian unit perilaku. Untuk tipe perilaku yang sulit dihitung, dapat dilakukan pencatatan durasi. Salah satu contoh, yaitu perilaku duduk di kursi yang melibatkan kegiatan verbal dan gerak-gerik perilaku dari pada hanyasekedar duduk di kursi, karena sulit untuk melakukan penilaian tersebut, prosedur semestinya yangsederhana bisa dilakukan ialah mencatat lamanya waktu subjek menghabiskan waktu duduk dikursi tanpa memperdulikan
perilaku lain yang terjadi saat ia duduk di sana (Cartwright &Cartright, 1984).Beberapa contoh perilaku yang memenuhi syarat sebagai unit terpisah yang bisa dilakukan pen-tally-an adalah (Cartwright & Cartright, 1984): Menyentuh hidung, menendpen-tally-ang bola, memukul. Contoh Teknik Pencatatan Behavior Tallying
A. Behavior Tallying
Nama : A
Tingkah Laku: Memukul Teman di Kelas
Hari
Tally (Turus)
Total
1
III IIII
8
2
II IIII IIII
12
3
IIII IIII
9
4
II IIII IIII
12
5
I IIII
6
Rata-Rata Per hari 9.4 Memukul
Tampilan rata-rata : n
t
n : Berapa kali/jumlah TL yang muncul
t: Lama/panjang periode observasi
B. Charting atau Graphing
0 2 4 6 8 10 12 14 1 2 3 4 5 A xi s Ti tl e
Chart Title
0 2 4 6 8 10 12 14 1 2 3 4 5(b) Checklist
Suatu checklist adalah teknik pencatatan yang menyatakan keberadaan atau ketidakberadaan sesuatu. Metode Checklist adalah salah satu metode informal observasi dimana observer sudah menentukan indikator perilaku yang akan di observasi dari subjek dalam satu tabel. Metode Checklist yaitu mencatat tingkah laku objektif yang muncul pada proses observasi sedang berjalan, untuk mentukan ada atau tidaknya suatu tingkah laku tertentu dalam situasi tertentu. Teknik pencatatan ini apabila bentuk-bentuk perilaku sudah diketahui oleh observer dan tidak membutuhkan informasi frekuensi (Kusdiyati & Fahmi, 2016).
Checklist merupakan metode dengan dua cara pencatatan yaitu tebuka dan tertutup. Metode ini memiliki derajat selektivitas yang tinggi karena perilaku yang diamati sudah sangat selektif, juga memiliki derajat inferensi yang tinggi karena observer hanya fokus pada kategori perilaku yang sudah ditentukan saja. Dalam memulai observasi dengan metode ini, terlebih dahulu observer harus menentukan indikator perilaku yang didapat melalui sumber-sumber baik berupa buku, jurnal, artikel ilmiah, maupun literatur-literatur lain sebagai dasar teori. Setelah itu, observer menjadikan satu seluruh indikator tersebut dalam satu tabel indikator dan menambahkan tabel diskripsi, serta tabel koding di sampingnya. Tabel diskripsi berfungsi sebagai tempat pencatatan perilaku anak secara spesifik (Hadi, 2005) Ada beberapa jenis checklist yang dapat dikembangkan sebagai format perncatatan, yaitu (a) checklist yang digunakan untuk mengukur ada atautidak adanya perilaku yang dimaksud tanpa dibatas waktu dan konteks. (b) checklist yang dibuat dengan tujuan untuk mengukur ada atau tidaknya perilaku tertentu dengan dasar norma usia.
Pada saat observasi berlangsung, observer hanya memberikan tanda berupa plus (√) yang berarti perilaku muncul, atau minus (x) yang berarti perilaku tidak muncul pada tabel koding setiap kali perilaku yang tercantum dalam tabel indikator muncul dari subjek. Alasan dipilihnya metode ini adalah karena mudah dan sederhana serta mampu fokus hanya pada perilaku yang diinginkan terjadi. Bentuk pencatatan checklis juga dapat daftar pernyataan mengenai tingkah laku diharapkan muncul dengan ditandai (kolom Ya dan Tidak?) (Kusdiyati & Fahmi, 2016).
Ada beberapa keuntungan dalam menggunakan teknik pencatatan checklis, yaitu efisien pada waktu dan pengerjaannya, lebih komprehensif (dapat mencakup beberapa area perkembangan dalam satu checklist), dapat mendokumentasi tahap perkembangan individu, merupakan dokumentasi individul untuk setiap anak, dan merupakan ilustrasi yang jelas mengenai kontinum perkembangan.
Selain itu, adapula beberapa kelemahan pada teknik pencatatan checklist ini, yaitu dalam pencatatannya kurang mendetail atau terperinci dari suatu kejadian, mungkin dibiaskan oleh
observer, bergantung pada kriteria dari observable, dan memiliki banyak item sehingga dapat menghabiskan banyak waktu dalam proses observasinya.
Berikut ini contoh teknik pencatatan checklist
Checklist Perkembangan Motorik Halus Observee: ... Observer: ... Tanggal: ... Petunjuk:
Pada setiap item beri tanda (√) di bawah kolom Ya apabila subjek menampilkan perilaku sesuai pernyataan, dan beri tanda (x) di bawah kolom tidak apabila subjek menampilkan perilaku sesuai pernyataan.
No Tampilan Perilaku YA TDK
A Aktivitas Menulis dan Menggambar
01 Memegang pensil/spidol dengan jari telunjuk, ibu jari, dan jari tengah sebagai tumpuan.
02 Menarik garis perlahan-lahan dengan gerakan lancar terkendali membentuk garis lurus vertikal sesuai contoh.
03 Menarik garis perlahan-lahan dengan gerakan lancar terkendali membentuk garis lurus horizontal sesuai contoh.
04 Menarik garis perlahan-lahan dengan gerakan lancar terkendali membentuk garis lengkung sesuai contoh.
05 Menarik garis perlahan-lahan dengan gerakan lancar terkendali membentuk garis lengkung sesuai contoh.
06 Menarik garis perlahan-lahan dengan gerakan lancar terkendali membentuk garis tajamsesuai contoh.
07 Menarik garis perlahan dengan gerakan lancar terkendali meniru huruf A
08 Menarik garis perlahan dengan gerakan lancar terkendali meniru huruf B
09 Menarik garis perlahan dengan gerakan lancar terkendali meniru huruf C
10 Menarik garis perlahan dengan gerakan lancar terkendali meniru huruf D
(c) Anecdotal Record
Pengertian teknik pencatatan anecdotal record merupakan record atau catatan-catatan yang bersifat komulatif dari beberapa tingkah laku individu yang luar biasa (Suharsimi, 2006). Anecdotal record merupakan catatan yang dibuat oleh penyelidik mengenai kelakuan-kelakuan yang luar biasa (Hadi, 2005). Anecdotal Record adalah catatan tentang kejadian khusus yang bertalian dengan masalah yang sedang menjadi pusat perhatian pengamat, terutama tingkah laku individu yang diamati yang sifatnya typis (Diknas, 2005).
The anecdote is a written account of a student’s actual behavior as observed ia a specific
situation (Mortensen & Schmuller, dikutipdalam Hadi, 2005). Dari ketiga pendapat di atas
dapat disimpulkan pengertian Anecdotal Record ialah alat pencatat hasil observasi yang bersifat komulatif dari tingkah laku individu yang khusus/tipikal (typical behavior)
Ada beberapa kelebihan teknik pencatatan Anecdotal Record yaitu, pencatatan teknik anecdotal record tidak membutuhkan format khusus. Memungkinkn pembaca mengetahui fakta dan detail setiap kejadian, sehingga dapat ditarik kesimpulan yang akurat. Teknik Anecdotal dapat memberikan gambaran secara singkat mengenai kejadian konstektual. Kemudian, memungkinkan penilaian atau penarikan kesimpulan yang terpisah atau berbeda setelah mengetahui kejadian. Selain itu, teknik anecdotal ini mampu memudahkan bagi pembaca untuk menginterpretasikan sesuai dengan tujuan observasi yang telah ditetapkan sebelumnya (Kusdiyati & Fahmi, 2016)
Selain itu, ada pula beberapa kelemahan-kelemahan teknik pencatatan anecdotal record yaitu, teknik pencatatan anecdotal sulit dalam memilih perilaku yang akan dicatat yang relevan dengan tujuan observasi. Kelemahan lainnya observer secara intensif menulis seluruh detail kejadian. Teknik anecdotal membutuhkan perhatian observer untuk mencatat interaksi antar individu. Kemudian, teknik ini hanya dapat difokuskan pada tindakan atau kejadian yang terjadi beberapa menit. Selain itu, teknik anecdotal hanya dapat difokuskan pada satu atau dua individu pada saat yang sama (Kusdiyati & Fahmi, 2016).
Ciri - ciri Anecdotal Record yang Baik :
•Menerangkan tanggal, tempat dan waktu berlangsungnya kejadian tertentu, dan siapa yang menjadi observer.
•Melukiskan peristiwa yang faktuil dan obyektif. Peristiwa obyektif adalah laporan yang mempunyai gambar potret atau apa adanya agar tidak ada yang tertinggal.
•Segera dibuat setelah peristiwa itu terjadi, untuk menghindari kelupaan. •Harus dibuat oleh beberapa observer.
•Harus bersifat selektif, dipilih peristiwa yang penuh arti dan yang ada hubungannya dengan perilaku target.
Berikut contoh teknik pencatatan anecdotal record
Anak yang diobservasi : Melissa Setting : Kelas TK Selama bermain Observer : Aulia Kirana
Tanggal : 14 Agustus 2015
Melissa datang terlambat ke sekolah hari ini. Ia berdiri di jalan pintu masuk kelas dan hanya melihat sekelilingnya. Sementara anak-anak yang lain terlibat aktif dalam berbagai aktivitas. Ia kemudian berjalan melintasi ruangan menuju meja baca, terdengar ia berjalan 6 langkah dengan perlahan. Dan ketika ia sampai di meja baca ia kemudian duduk. Tina, Arif, dan Dafa baru saja duduk di meja itu. Tina melihat kedua temannya “membaca” buku bersama-sama. Kemudian tina menyapa melissa dengan ceria: “Hai melissa, kamu mau tidak baca buku denganku?”. Arif dan dafa tidak menoleh dan tidak berjata apa-apa. Melissa mengatakan bahwa ia tidak bisa membaca, tapi Tina menjawab bahwa ia bisa melihat gambar-gambar yang ada di buku itu. Melissa menyetujui dengan berkata OK dengan suara yang lirih, ia tidak melakukan kontak mata dengan Tina. Pada kenyataannya ia melihat ke area depannya.
Ketika tina mengambil buku dari rak, Melissa mulai membuka halaman demi halaman sebuah buku yang tergeletak di meja baca. Tina kemudian kembali dengan mengatakan: “aku suka buku yang ini, ayo kita lihat sama-sama”. Tina mencoba duduk dekat-dekat dengan Melissa, tetapi Melissa menggeser duduknya dari Tina. Arif berkata:”Hei kamu berdua lagi apa? Tina merespon dengan berkata: “Kami lagi sibuk”.
Ketika Tina mengatakan hal itu ia mendongak kepalanya ke atas dan mengangkat dagunya. Melissa tidak memberikan respon apa-apa. Ia kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan perlahan ke area blok yang luas. Guru di kelas mengumumkan dari tempat duduknya dan berjalan dengan pelahan ke area blok yang luas. Guru kelas mengumumkan bahwa waktu telah habis dan sekarang waktunya untuk bersih-bersih, tetapi melissa lagi-lagi tidak memberikan respons yang sesuai. Ia tidak berpartisipasi untuk membereskan peralatan.
Komentar
Ini untuk kedua kalinya Melissa terlambat datang ke sekolah dalam 3 hari belakangan ini. Melissa tampak berbeda dari keadaan biasanya.
Melissa berdiri di jalan masuk seakan-akan ia tidak mau beranjak dari situ. Saya berpendapat bahwa ia memang tidak mempunyai tempat dimanapun selain tempat ia berdiri itu. Respons Melissa kepada ajakan Tina untuk melihat gambar-gambar di buku memperlihatkan bahwa ia kurang bersemangat. Padahal ia biasanya senang melihat-lihat buku.
Saya tidak mengerti reaksi Melissa ketika Tina mencoba untuk duduk dekat-dekat dengannya. Hampir tampak bahwa Melissa menolak tina. Hal yang bertolak belakang tampak antara tingkah laku Melissa dan Tina.
Catatan
Saya akan melakukan observasi lanjutan terhadap Melissa. Ia tampak apatis, Tingkah laku sosialnya perlu diperiksa kembali. Melissa menjadi menarik diri dari lingkungan sosial beberapa hari belakangan ini.
Daftar Pustaka
Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Hadi, A. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia
Herdiansyah, H. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif: untuk ilmu-ilmu sosial. Jakata: Salemba Humanika
Kusdiyati. S & Fahmi. I. (2016). Observasi psikologi : ada proses pengukuran dan
berbagai teknik untuk mampu memahami dan mendiagnosis variabel psikologis.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sattler, J.M & Hoge, R. D. (2006). Assessment of children behavior, social, andclinical
foundations. San Diego: Jerome M. Sattler, Publisher, Inc.
Suharsimi, A. ( 2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: RINEKA CIPTA.