• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Reaksi Siklo-Adisi dan Kondensasi Senyawa Karbonil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Reaksi Siklo-Adisi dan Kondensasi Senyawa Karbonil"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Praktikum KI2051 Kimia Organik

Percobaan 09

REAKSI SIKLO ADISI

DIELS-ALDER DAN RETRO DIELS-ALDER

&

Percobaan 10

KONDENSASI SENYAWA KARBONIL: Sintesis Dibenzalaseton

L A P O R A N

oleh

Nama : Hasna Nisrina Firdausi

NIM : 13014038

Kelompok : III

Shift : Rabu siang

Tanggal Percobaan : 23 Maret 2016 Tanggal Pengumpulan : 30 Maret 2016

Asisten : Handani Andri (10513047)

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

(2)

Percobaan 9 Reaksi Siklo Adisi Diels-Alder dan Retro Diels-Alder

A. Tujuan Percobaan

1. Menentukan rendemen senyawa hasil reaksi Diels-Alder dan retro Diels-Alder 2. Menentukan titik leleh kristal hasil reaksi Diels-Alder dan retro Diels-Alder B. Prinsip Percobaan

Secara umum, reaksi Diels-Alder adalah reaksi antara diena terkonjugasi (sistem 4π-elektron) dan senyawa yang mengandung ikatan rangkap dua (sistem 2π-4π-elektron) yang disebut dienofil (menyukai diena). Produk reaksi Diels-Alder disebut adduct. Dalam reaksi ini, dua ikatan  baru dihasilkan dengan mengorbankan dua ikatan π dari diena dan dienofil. Adduct yang dihasilkan memiliki cincin dengan ikatan rangkap. Karena ikatan

biasanya lebih kuat daripada ikatan π, pembentukkan adduct akan lebih dominan namun kebanyakan reaksi Diels-Alder adalah reaksi bolak-balik. Pada umumnya, dienofil bereaksi dengan diena terkonjugasi melalui adisi 1,4 membentuk cincin. Proses ini disebut [4+2] sikloadisi, yang dinamai berdasarkan nomor atom dari masing-masing reaktan yang berikatan dengan cincin. Posisi manapun di kedua sisi diena atau dienofil dapat mengalami substitusi. Contoh reaksi Diels-Alder adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Reaksi Diels-Alder secara umum Sumber: Organic Chemistry, Solomon.

Reaksi retro Diels-Alder biasanya membutuhkan temperatur tinggi untuk melewati energi aktivasi dari cycloreversion. Dalam sintesis organik, reaksi retro Diels-Alder digunakan untuk melapisi fraksi diena atau untuk melindungi ikatan rangkap. Reaksi ini akan terjadi semakin cepat ketika ada suatu anion oksida yang menempati posisi 1 dan 2 pada cincin segienam. Cincin ini harus mengalami cycloreverse pada salah satu ujung dari diena awal atau pada satu karbon sp2 dari dienofil.

(3)

Gambar 2. Reaksi Retro Diels-Alder secara umum Sumber: Organic Chemistry, Solomon.

C. Data Pengamatan 1. Reaksi Diels-Alder Massa Antrasen Awal Massa Anhidrida Maleat awal

Massa Kristal Hasil

Reaksi Titik Leleh Kristal

3 gram 8 gram 2,6 gram 258oC

2. Reaksi Retro Diels-Alder

Massa Kristal Massa Soda Lime Massa Kristal dan Soda Lime Massa Antrasen Menyublim Titik Leleh Kristal

2,6 gram 1 gram 3,6 gram 0,103 gram 205oC

D. Pengolahan Data

Rumus yang digunakan:

rendemen=massa kristal hasil percobaan

massa kristalteoretis ×100

¿titik leleh literatur−titik leleh hasil percobaan∨ ¿

titik leleh literatur×100 galat titik leleh=¿

1. Reaksi Diels-Alder a. Rendemen

Reaksi yang terjadi:

Mr antrasen = 178,23 g/mol

C18H12O3

C4H2O3

(4)

Mr anhidrida maleat = 98,06 g/mol Mr C18H12O3 (adduct) = 276,29 g/mol

Mol antrasen awal = 3/178,23 = 0,0168 mol Mol anhidrida maleat = 8/98,06 = 0,0816 mol Antrasen adalah pereaksi pembatas.

Reaksi C14H10 C4H2O3C18H12O3

Mula-mula 0,0168 mol 0,0816 mol

-Bereaksi -0,0168 mol -0,0168 mol +0,0168 mol

Setimbang - 0,0648 mol 0,0168 mol

Massa kristal C18H12O3 secara teoretis = 0,0168 x 276,29 = 4,642 gram

rendemen= 2,60

4,642× 100 =56,01 b. Galat titik leleh

Titik leleh C18H12O3 berdasarkan literatur adalah 263oC sehingga galat titik leleh

sebesar:

¿263−258∨ ¿

263×100 =1,90

galat titik leleh=¿

% kemurnian = (100-1,90)% = 98,1%

2. Reaksi Retro Diels-Alder a. Rendemen

Reaksi yang terjadi:

Massa C18H12O3 awal = 2,6 gram

Mol C18H12O3 awal = 2,6/276,29 = 9,4 x 10-3 mol

Reaksi C18H12O3C14H10 + C4H2O3

Mula-mula 9,4 x 10-3 mol -

-Bereaksi -9,4 x 10-3 mol +9,4 x 10-3 mol +9,4 x 10-3 mol

C4H2O3

C14H10

(5)

Setimbang - 9,4 x 10-3 mol 9,4 x 10-3 mol

Massa antrasen secara teoretis = 9,4 x 10-3 x 178,23 = 1,675 gram

rendemen=0,103

1,675× 100 =6,15 b. Galat titik leleh

Titik leleh C4H10 berdasarkan literatur adalah 218oC sehingga galat titik leleh

sebesar:

¿218−205∨ ¿

218×100 =5,96

galat titik leleh=¿

% kemurnian = (100-5,96)% = 94,04% E. Pembahasan

Dalam reaksi Diels-Alder, anhidrida maleat bertindak sebagai dienofil sedangkan antrasen bertindak sebagai diena. Anhidrida maleat adalah dienofil yang baik karena memiliki dua gugus yang kuat menarik elektron dari ikatan rangkapnya. Pada percobaan reaksi Diels-Alder, toluena kering digunakan sebagai pelarut. Antrasen dan anhidrida maleat lebih mudah larut dalam toluena kering daripada produknya yaitu 9,10-dihidroantrasen-9,10-α,β-anhidrida suksinat. Hal ini menyebabkan produk akan mengkristal saat didinginkan sedangkan reaktan yang kemungkinan masih bersisa tidak akan ikut mengkristal. Refluks dilakukan dengan tujuan meningkatkan temperatur karena reaksi antara antrasen dan anhidrida maleat membutuhkan temperatur yang tinggi. Selain itu, refluks juga bertujuan untuk memperbesar laju reaksi. Soda lime yang digunakan dalam percobaan reaksi retro Diels-Alder berfungsi untuk memberikan suasana basa karena reaksi hanya dapat terjadi dalam suasana basa.

Berikut merupakan reaksi yang terjadi pada percobaan ini.

Antrasen Anhidra maleat

Gambar 3. Reaksi Diels-Alder Antrasen dan Anhidra maleat Sumber: Dokumen pribadi

(6)

Antrasen Anhidra maleat

Gambar 4. Reaksi Retro Diels-Alder 9,10-dihidroantrasen-9,10-α,β-anhidrida suksinat. (Panah mekanisme pada antrasen dan anhidra maleat menyatakan bahwa reaksi dapat berlangsung

sebaliknya menjadi reaksi Diels-Alder) Sumber: Dokumen pribadi

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh galat titik leleh yang cukup besar, yakni 5,96% (Asumsi galat dikatakan kecil apabila kurang dari 1%). Adanya galat ini menunjukkan bahwa kristal adduct yang diperoleh tidak murni. Anhidrida maleat yang kemungkinan tersisa dalam produk memiliki titik leleh lebih rendah daripada 9,10-dihidroantrasen-9,10-α,β-asam suksinat anhidrida sehingga titik leleh produk yang terukur menjadi lebih rendah daripada titik leleh 9,10-dihidroantrasen-9,10-α,β-asam suksinat anhidrida yang seharusnya.

F. Kesimpulan

1. Rendemen senyawa hasil reaksi Diels-Alder sebesar 56,01%, sedangkan hasil retro Diels-Alder sebesar 6,15%.

2. Titik leleh senyawa hasil:

a. Diels-Alder Tl= 258oC dengan galat sebesar 1,90%

Dengan demikian, % kemurnian = 98,1%

b. Retro Diels-Alder Tl = 205oC dengan galat sebesar 5,96%

Dengan demikian, % kemurnian = 94,04%

G. Daftar Pustaka

Fringuelli, Francesco & Taticchi, Aldo. 2002. The Diels-Alder Reaction: Selected

Practical Methods. New York: John Wiley & Sons. Halaman 15-18.

Solomon & Frykle. 2004. Organic Chemistry (8th ed.). Singapore: John Wiley & Sons. Halaman 608-609.

Wade, L. D. 1998. The Diels-Alder Reaction of Anthracene with Maleic Anhydride. Palmyra: H.A. Neidig. Halaman 155-157.

(7)

Percobaan 10 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL: Sintesis Dibenzalaseton

A. Tujuan Percobaan

1. Menentukan rendemen kristal hasil sintesis.

2. Menentukan nilai Rf produk hasil sintesis dengan uji KLT. 3. Menentukan titik leleh produk hasil sintesis.

B. Prinsip Percobaan

Reaksi aldol (kondensasi aldol) adalah satu dari reaksi-reaksi dasar dalam kimia organik. Reaksi kondensasi adalah reaksi yang melibatkan penggabungan dua molekul bersamaan dengan putusnya molekul kecil yang stabil seperti air dan alkohol. Reaksi aldol dapat dimanfaatkan untuk mengkondensasi berbagai kombinasi dari aldehid dan keton.

Salah satu dari variasi reaksi kondensasi aldol adalah sintesis dibenzalaseton. Kondisi dari reaksi kondensasi aldol cenderung mengarah ke pembentukan produk yaitu dibenzalaseton. Dibenzalaseton tidak larut dalam larutan etanol dan dapat membentuk senyawa antara benzalaseton yang larut dengan baik dalam etanol. Kondensasi aldol melibatkan pembentukan enolat dengan menghilangkan proton asam dari karbon ke gugus karbonil pada aldehid atau keton diikuti dengan adisi nukleofilik dari enolat ini ke gugus karbonil pada aldehid atau keton. Reaksi kondensasi aldol biasanya dibantu dengan katalis basa dan melalui beberapa tahapan reaksi mekanistik. Tahap pertama diawali dengan pembentukkan enolat dengan bantuan katalis basa. Selanjutnya terjadi penyerangan dari nukleofil ke anion dari karbon pada gugus karbonil. Kemudian, terjadi protonasi pada anion yang dihasilkan membentuk produk aldol awal yaitu senyawa β-hidroksi karbonil. Tahap akhir adalah dehidrasi produk awal oleh enolatnya dengan bantuan katalis hidroksida. Semua tahapan dalam reaksi ini adalah reaksi bolak balik dan setimbang. Ketika senyawa β-hidroksi karbonil direaksikan dengan suatu basa, reaksi reverse aldol atau retro aldol akan terjadi.

C. Data Pengamatan Massa Produk Sebelum Rekristalisasi Warna Endapan Titik Leleh Sebelum Rekristalisasi Sesudah Rekristalisas i 0,5 gram kuning 125oC 100oC

(8)

UV Sebelum Rekristalisasi (A) Sesudah Rekristalisasi (B) Etil asetat/n-heksana (2:8) 2,67 cm 2,70 cm D. Pengolahan Data 1. Rendemen

Reaksi yang terjadi :

C6H5CHO CH3COCH3 C6H5CHCHCOCHCHC6H5

Volume benzaldehid mula-mula = 1 mL Volume aseton mula-mula = 0,37 mL

 benzaldehid = 1,04 g/cm3  aseton = 0,791 g/cm3 Mr benzaldehid = 106,121 g/mol Mr aseton = 58,08 g/mol Mr dibenzalaseton = 234,3 g/mol B A

(9)

Massabenzaldehid mula−mula= ρ× V =1,04 × 1=1,04 gram

Massa asetonmula−mula= ρ× V =0,791 ×0,37=0,293 gram

Mol benzaldehid mula−mula=massabenzaldehid Mr benzaldehid =

1,04

106,121=9,8 ×10

−3

mol

Mol asetonmula−mula=massa aseton Mr aseton =

0,293

58,08=5,045 ×10

−3

mol

Pereaksi pembatas adalah benzaldehid.

Reaksi 2C6H5CHO + CH3COCH3C6H5CHCHCOCHCHC6H5

Mula-mula 9,8 x 10-3 mol 5,045 x 10-3 mol

-Bereaksi -9,8 x 10-3 mol -4,9 x 10-3 mol +4,9 x 10-3 mol

Setimbang - 1,45 x 10-4 mol 4,9 x 10-3 mol

Massa kristal dibenzalaseton secarateoretis=(4,9× 10−3

)

×234,3=1,148 gram

rendemen=massa kristal hasil percobaan massa kristalteoretis ×100

¿ 0,5 gram

1,148 gram×100 =43,55 2. Galat Titik Leleh

Berdasarkan literatur, titik leleh dibenzalaseton adalah 112oC sehingga galat titik

leleh adalah sebagai berikut. a. Sebelum Rekristalisasi

¿112−125∨ ¿

112×100 =11,61

galat titik leleh=¿

% kemurnian = (100-11,61)% = 88,39%

(10)

¿112−100∨ ¿

112×100 =10,71

galat titik leleh=¿

% kemurnian = (100-10,71)% = 89,29% 3. Retardation Factor (Rf)

Jarak tempuh pelarut atau eluen = 4,00 cm

Rf noda yang teramati dapat dihitung sebagai berikut.

a. Sebelum Rekristalisasi

Rf= jarak tempuh noda

jarak tempuh eluen=

2,67 cm

4,00 cm=0,6675 b. Sesudah Rekristalisasi

Rf= jarak tempuh noda

jarak tempuh eluen=

2,70 cm

4,00 cm=0 , 6750

E. Pembahasan

Natrium hidroksida yang digunakan pada percobaan ini berfungsi untuk menyumbangkan ion hidroksida yang akan menjadi katalis basa dalam reaksi pembentukan enolat. Elektron bebas yang dimiliki atom O pada OH- akan menyerang

atom H dari gugus metil pada aseton membentuk H2O. Produk yang terbentuk disebut

enolat. Enolat akan bereaksi dengan benzaldehid kemudian terjadi protonasi menghasilkan produk aldol awal yaitu senyawa β-hidroksi karbonil. Senyawa ini akan mengalami dehidrasi sehingga terbentuk dibenzalaseton. Etanol dalam percobaan ini bertindak sebagai pelarut. Aseton, benzaldehid, dan dibenzalaseton dapat larut dalam etanol panas. Ketika etanol dingin, aseton dan benzaldehid masih dapat larut namun dibenzalaseton sukar larut sehingga dibenzalaseton akan mengkristal ketika campuran didinginkan.

Berikut merupakan reaksi yang terjadi pada percobaan ini. (1)

(11)

Sumber: Dokumen pribadi

(2)

Gambar 6. Reaksi Aldol (2) – Sintesis dibenzalaseton Sumber: Dokumen pribadi

Jika dilihat dari struktur dibenzalaseton, senyawa ini bersifat non-polar karena bentuknya yang simetris. Eluen etil asetat/n-heksana (2:8) memiliki sifat non-polar yang

(12)

lebih dominan sehingga dibenzalaseton akan terbawa naik paling jauh ketika dilakukan kromatografi lapis tipis. Berdasarkan literatur, nilai Rf dibenzalaseton ketika

menggunakan eluen etil asetat/n-heksana (2:8) adalah berkisar 0,5. Nilai Rf yang

diperoleh dari percobaan adalah 0,6675 (sebelum rekristalisasi) dan 0,675 (setelah rekristalisasi). Hal ini menunjukkan bahwa kristal dibenzalaseton yang diperoleh tidak murni.

Berdasarkan literatur, titik leleh dibenzalaseton adalah 112oC. Dari hasil percobaan,

didapat titik leleh dibenzalaseton adalah 125oC (sebelum rekristalisasi) dan 100oC

(setelah rekristalisasi sehingga galat titik leleh yang diperoleh adalah 11,61% (sebelum rekristalisasi) dan 10,71% (setelah rekristalisai). Seperti sebelumnya, galat yang dapat diabaikan apabila kurang dari 1%. Dengan demikian, galat yang jauh di atas 1% ini menunjukkan bahwa masih ada pengotor dalam produk yang didapat sehingga titik leleh yang didapat tidak sesuai dengan literatur.

F. Kesimpulan

1. Persentase rendemen yang didapat yakni sebesar 43,55%. 2. Nilai Rf produk hasil percobaan didapat sebagai berikut.

a. Sebelum rekristalisasi, Rf = 0,6675 b. Setelah rekristalisasi, Rf = 0,6750

3. Titik leleh produk yang didapat beserta galat nya sebagai berikut.

a. Sebelum rekristalisasi, Tl = 125oC dengan galat sebesar 11,61%

Dengan demikian, % kemurnian = 88,39%

b. Setelah rekristalisasi, Tl = 100oC dengan galat sebesar 10,71%

Dengan demikian, % kemurnian = 89,29% G. Daftar Pustaka

Mayo, Dana W., et al. 2011. Microscale Organic Laboratory with Multistep and

Multiscale Syntheses (5th ed.). Hoboken: John Wiley & Sons. Halaman 309-311.

Verma, N. K., et al. 2012. Comprehensive Practical Chemistry. New Delhi: Laxmi Publications. Halaman 72.

Williamson, Kenneth L. & Masters, Katherine M. 2011. Macroscale and Microscale

Gambar

Gambar 1. Reaksi Diels-Alder secara umum Sumber: Organic Chemistry, Solomon.
Gambar 2. Reaksi Retro Diels-Alder secara umum Sumber: Organic Chemistry, Solomon.
Gambar 3. Reaksi Diels-Alder Antrasen dan Anhidra maleat Sumber: Dokumen pribadi
Gambar 4. Reaksi Retro Diels-Alder 9,10-dihidroantrasen-9,10-α,β-anhidrida suksinat.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa peningkatan temperatur reaksi kondensasi aldol antara furfural dengan aseton pada 0 o C, 30 o C, dan 60 o C

Reaksi selanjutnya yaitu reaksi antara K2Cr2O7 +HCl+air menghasilkan larutan yang berwarna kuning oil dan menimbulkan gas yang berbau tidak sedap!. Warna kuning oil

Prinsip : berdasarkan metode Volhard yang suasananya harus asam sebab jika dalam suasana basa maka akan terjadi reaksi antara perak nitrat dengan basa

Pada percobaan pertama, volume larutan HNO 3 4M yang digunakan adalah 2 ml tetapi belum terjadi reaksi sehingga ditambah 1 ml lagi dan terjadi suatu reaksi yang ditandai

Reaksi kimia asam basa adalah reaksi yang terjadi antara larutan asam dengan larutan basa, hasil reaksi ini dapat bersifat netral disebut juga reaksi penetralan asam basa

Dengan demikian, kesalahan-kesalahan yang didapat pada data saat percobaan merupakan kesalahan yang terjadi secara acak dan model kinetika reaksi Reaksi Katalisis

Dan pada percobaan ke 3 yaitu reaksi antara 3 keping asam askorbat dengan 5 tetes larutan iodine , waktu yang diperlukan untuk menjernihkan air lebih singkat daripada percobaan 1 dabn

Suhu Apabila suhu pada suatu reaksi dinaikkan, maka partikel semakin aktif bergerak, sehingga sering terjadi tumbukan antar partikel, menyebabkan laju reaksi semakin besar..