• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara dapat bersaing dengan negara-negara lain dan mendorong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. suatu negara dapat bersaing dengan negara-negara lain dan mendorong"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi, pasar modal merupakan hal penting agar suatu negara dapat bersaing dengan negara-negara lain dan mendorong perekonomian negara tersebut. Di Indonesia, perkembangan pasar modal telah menunjukkan pengaruh positifnya dalam mendorong perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya arus perputaran uang di pasar modal Indonesia dapat memberi indikasi tentang gambaran kemajuan keadaan perekonomian bangsa Indonesia, terutama dalam menunjang pembangunan. Indonesia saat ini sedang dalam proses pembangunan oleh sebab itu yang paling dibutuhkan untuk menunjang proses pembangunan nasional ini adalah dana yang tersedia secara berkesinambungan yang nantinya akan digunakan untuk membiayai pembangunan nasional tersebut. Sama halnya suatu perusahaan memerlukan dana secara berkesinambungan untuk membiayai kegiatan usaha yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.

Sesuai dengan amanat Undang-undang RI Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, dimana dinyatakan bahwa Pasar Modal mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan nasional, sebagi salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana investasi bagi

(2)

masyarakat.1 Pasar modal adalah salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan.2 Secara teoritis pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai perdagangan instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk modal sendiri maupun hutang (bonds), baik yang diterbitkan oleh pemerintah (public authorities) maupun oleh perusahaan swasta (private sectors).3

Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 Pasal 1 angka 13 memberi pengertian kepada pasar modal sebagai suatu suatu kegiatan yang berkenaan dengan penawaran umum dan perdagangan efek. Oleh karena itu, Undang-Undang Pasar Modal dalam memberi arti kepada pasar modal tidak memberi suatu definisi secara menyeluruh melainkan lebih menitikberatkan kepada kegiatan dan para pelaku dari suatu pasar modal.4

Secara sederhana pasar modal dapat diartikan sebagai tempat dimana bertemunya pembeli dan penjual efek yang terdaftar di bursa itu, mereka melakukan transaksi jual beli efek.5

1

C. S. T. Kansil dan Christine S. T. Kansil, Pokok-Pokok Hukum Pasar Modal, (Jakarta: Pustaka Harapan, 2002), Hal. 42.

2

Pandji Anogara dan Piji Fakarti, Pengantar Pasar Modal, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), Hal. 1.

3

Marzuki Usman, dkk., Pengetahuan Dasar Pasar Modal, diterbitkan atas Kerjasama Jurnal Keuangan dan Moneter dengan Institut Bankir Indonesia, Hal. 1.

4

Munir Fuady, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum), cet 2 (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001), Hal. 11.

5

Asril Sitompul, Pasar Modal (Penawaran Umum Dan Permasalahannya), cet 2 (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001), Hal 7.

(3)

Pada dasarnya terdapat empat peranan strategis dari pasar modal dalam perekonomian suatu negara, yaitu :6

1. Sebagai sumber Penghimpun Dana

Pasar modal berfungsi sebagai alternatif sumber penghimpun dana selain sistem perbankan yang selama ini dikenal merupakan media penghimpun dana secara konvensional. Pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan surat berharga (sekuritas), baik surat tanda hutang (obligasiatau bonds) maupun surat tanda kepemilikan (saham). Dengan memanfaatkan sumber dana dari pasar modal tersebut, perusahaan dapat terhindar dari kondisi perbandingan antara hutang dan modal sendiri (dept to equity ratio) yang terlalu tinggi.

2. Sebagai Alternatif Investasi Para Pemodal

Dengan adanya pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk membentuk portofolio investasi atau mengkombinasikan dana pada berbagai kemungkinan investasi dengan mengharapkan keuntungan yang lebih dan sanggup menanggung sejumlah resiko tertentu yang mungkin terjadi. Investasi di pasar modal lebih fleksibel serta memungkinkan terjadinya alokasi dana yang efisien.

(4)

3. Biaya Penghimpun Dana Melalui Pasar Modal Relatif Rendah

Dalam melakukan penghimpun dana, perusahaan membutuhkan biaya yang relatif kecil jika diperoleh melalui penjualan saham daripada meminjam dari bank.

4. Bagi Negara, Pasar Modal Akan Mendorong Perkembangan Investasi Tanpa pemerintah mencairkan sumber pendanaan melalui bantuan luar negeri, pihak swasta sudah mampu memenuhi sendiri kebutuhan dananya dengan mengeluarkan biaya dalam jumlah yang relatif kecil. Dengan demikian, pemerintah terbantu dalam memobilisasi dana masyarakat. Selain itu, dengan ekspansi usaha berarti ada penambahan penyerapan tenaga kerja, kenaikan jumlah produksi, kenaikan omzet penjualan, kenaikan pendapatan dan tentunya pajak bagi negara. Bagi BUMN yang selama ini banyak mendapat subsidi pemerintah untuk tetap bertahan dalam melayani masyarakat juga dapat diarahkan untuk

go public atau go international. Dengan sendirinya pengembangan BUMN akan dikontrol publik sehingga BUMN akan terdorong ke arah yang efisien. Pemerintah memperoleh keuntungan ganda, di satu pihak sebagai perusahaan BUMN tetap membayar pajak kepada negara, di lain pihak beban pemerintah berkurang untuk membina dan mengembangkan BUMN.

UU RI Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal juga menjelaskan tugas pokok Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) yaitu melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan dengan tujuan

(5)

mewujudkan terciptanya kegiatan Pasar Modal yang teratur, wajar dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.7 Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, salah satu kewenangan Bapepam adalah menetapkan persyaratan dan tata cara Pernyataan Pendaftaran serta menyatakan, menunda, atau membatalkan efektifnya Pernyataan Pendaftaran. 8

Proses pelaksanaan Pernyataan Pendaftaran sebagaimana yang digariskan dalam Undang-undang ini dilakukan dengan mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam Nomor IX.A.1 tentang Ketentuan Umum Pengajuan Pernyataan Pendaftaran, dan peraturan-peraturan teknis lainnya yang berhubungan dengan tata cara pelaksanaan pengajuan Pernyataan Pendaftaran. Sedangkan untuk penerbitan saham kedua dan seterusnya yang dikeluarkan dari portepel harus mengikuti Peraturan Bapepam Nomor IX.D.1 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu atau mengikuti Peraturan Bapepam Nomor IX.D.4 tentang Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. Peraturan-peraturan tersebut diatas mewajibkan Emiten untuk melakukan Penawaran Umum segera setelah Pernyataan Pendaftaran dinyatakan efektif.9

7

Pasal 4 UU RI Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

8

Pasal 5 huruf d UU RI Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

9

diakses tanggal 21Juli 2010

(6)

Banyak alasan dan motivasi perusahaan menjual sahamnya kepada masyarakat melalui bursa efek, alasan utama yaitu menarik dana dari masyarakat dengan sasaran untuk memperbaiki struktur modal.

Ada kalanya, perusahaan publik yang telah melakukan Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering) dan sudah terdaftar di pasar modal membutuhkan dana segar lagi jika sumber internal maupun pinjaman dari bank dianggap kurang memadai atau menguntungkan. Perusahaan dapat melakukan penawaran saham lagi kepada pemegang saham lama dengan harga yang umumnya lebih rendah dari pada harga pasar sehingga pemegang saham lama atau investor tertarik untuk membelinya, penawaran terbatas ini sering disebut pula Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau dalam bahasa Inggris disebut dengan right issue.

Right issue atau right adalah hak pemengang saham lama untuk membeli terlebih dahulu (preemptive right) saham baru pada harga tertentu dalam waktu kurang dari 6 bulan. Harga tertentu yang dimaksudkan adalah harga yang ditetapkan di muka, yang besarnya di bawah harga pasar pada saat diterbitkan. Apabila harga tebusan atau harga pelaksanaan (exercise price, or strike price) di atas harga pasar, maka tidak akan ada yang menukarkan right dengan saham karena investor lebih murah beli di pasar. Pemegang saham lama berhak membeli saham baru dalam jumlah yang sebanding dengan saham yang dimilikinya. Apabila seorang pemegang saham lama tidak ingin menukar

(7)

right dengan saham, maka bukti right itu dapat dijual di bursa efek melalui broker efek.10

Perkembangan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue pada pasar modal Indonesia menunjukkan angka yang signifikan. Hal ini terlihat dari banyaknya emiten-emiten besar Indonesia seperti PT Nusantara Infrasructure Tbk. (META), PT. Berlian Laju Tanker Tbk. (BLTA), PT. Bakrie Development Tbk. (ELTY). Right Issue

META sendiri saja telah merilis 8,5 miliar saham baru di harga pasar Rp 88 per saham, META mengantongi dana senilai Rp 748,70 miliar. 11 BLTA merilis 5,56 miliar saham di harga Rp. 220 per lembar.12 ELTY mengeluarkan 33,94 miliar saham di harga Rp. 160 per saham dan mengantongi dana sebesar Rp. 5,4 triliun.13 Untuk emiten-emiten BUMN sendiri, terutama dari sektor perbankan, telah banyak yang melakukan

right issue seperti PT. Bank Mandiri Tbk. (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BNI). Bank Mandiri telah melepas 2,34 miliar saham dan mendapat dana segar sebesar Rp. 7,7 triliun.14 Sedangkan BNI mematok pendapatan dana segar antara Rp 4-7 triliun. 15

10

Mohammad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, (Surabaya : Erlangga, 2006), Hal. 84.

11

Kontan, Jumat , 11 Juni 2010, Hal. 4.

12 Kontan, Rabu, 4 Agustus 2010, Hal. 3. 13

Kontan, Jumat, 18 Juni 2010, Hal. 4.

14

Kontan, Rabu, 7 Juli 2010, Hal. 4.

15

Kontan, Rabu, 7 Juni 2010, Hal. 5.

Gabungan right issue

kedua perusahaan perbankan pelat merah tersebut saja dapat mencapai angka Rp. 15 triliun.

(8)

Dari data yang disajikan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue telah menjadi salah satu faktor dalam perkembangan dan kemajuan bagi emiten-emiten di pasar modal Indonesia. Banyaknya informasi yang penulis dapatkan mengenai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu atau

right issue memberi ilham bagi penulis untuk menulis tinjauan hukumnya dalam skripsi ini. Penulis berkeyakinan bahwa tren emiten-emiten melakukan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue ini tidak hanya berkembang dari sisi ekonomi saja tetapi juga dari segi hukum. Hal ini dikarenakan bahwa perkembangan ekonomi sering kali mendahului hukum sehingga diperlukan kajian yang lebih mendalam terhadap perkembangan tersebut agar hal tersebut dapat berjalan dengan adanya peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga dapat memberi perlindungan dan kepastian hukum bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) baik kepada masyarakat,pemerintah dan instansi-instansi terkait secara umum maupun kepada pemegang saham atau investor secara khususnya.

(9)

B. Perumusan Masalah

Adapun masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaturan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku?

2. Bagaimana proses Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) harus dilakukan jika ternyata berkaitan dengan transaksi yang mempunyai benturan kepentingan?

3. Bagaimana akibat-akibat hukum Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD)?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan utama dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan tugas akhir untuk mendapatkan gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Namun berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui pengaturan mengenai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Untuk mengetahui proses Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) yang harus dilakukan jika ternyata berkaitan dengan transaski yang mempunyai benturan kepentingan.

(10)

3. Untuk mengetahui akibat-akibat hukum Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD).

Sedangkan manfaat penulisan skripsi ini adalah:

1. Secara teoritis, melalui penulisan skripsi ini dapat menjadi sumbangsih bagi ilmu pengetahuan khususnya mengenai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dan sekaligus memperkaya serta menambah wawasan ilmiah baik dalam tulisan ini maupun dalam bidang lainnya.

2. Secara praktis, sebagai sumbangan pemikiran bagi pembaca kalangan akademisi, ataupun sebagai bahan referensi bagi mahasiswa lain yang ingin membahas mengenai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD).

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini berjudul “Tinjauan Hukum Hak Memesan

Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dalam Pasar Modal”. Setelah

melakukan penelusuran ke perpustakaan fakultas dan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, hal ini belum pernah diangkat ataupun ditulis, kalaupun ada substansi pembahasannya berbeda dengan pembahasan yang dipaparkan dalam skripsi ini. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penulis menyusun skripsi ini melalui referensi buku-buku, media cetak dan elektronik dan bantuan dari berbagai pihak.

(11)

E. Tinjauan Kepustakaan

Definisi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebagaimana yang terdapat dalam penjelasan Pasal 82 ayat 1 Undang-Undang No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah hak yang melekat pada saham yang memberikan kesempatan bagi pemegang saham yang bersangkutan untuk membeli efek baru sebelum ditawarkan kepada pihak lain.16

Sedangkan, dalam Peraturan Bapepam Nomor IX. D.1 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu angka 1 huruf a, definisi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu didefinisikan sebagai hak yang melekat pada saham yang memungkinkan para pemegang saham yang ada untuk membeli Efek baru, termasuk saham, Efek yang dapat dikonversikan menjadi saham dan waran, sebelum ditawarkan kepada pihak lain. Hak tersebut wajib dapat dialihkan.17

Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu

Dalam perkembangan pasar modal di Indonesia, penulis menemukan bahwa dalam situs-situs internet,koran-koran dan majalah-majalah ekonomi dalam negeri lebih sering menggunakan istilah Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebagai rights issue seperti rights issue

Bank BNI dan Bank Mandiri yang penulis kutip dari harian Kontan.

Rights

Issue) atau disingkat HMETD dalam

yang diperoleh para daftar pemegang saham suat

16

Penjelasan pasal 82 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995

17

(12)

penawaran terlebih dahulu apabila perusahaan sedang menjalani proses simpanan18

Mohammad Samsul memberikan definisi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebagai rights issue. Menurutnya, right issue atau right adalah hak pemengang saham lama untuk membeli terlebih dahulu (preemptive right) saham baru pada harga tertentu dalam waktu kurang dari 6 bulan.19

Adrian Sutedi menggunakan istilah Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebagai Bukti Right. Bukti Right didefinisikan sebagai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) pada harga yang telah diterapkan selama periode tertentu. Bukti Right diterbitkan pada penawaran umum terbatas (right issue), di mana saham baru ditawarkan pertama kali kepada pemegang saham lama. Bukti Right dapat juga diperdagangkan di pasar sekunder selama periode tertentu. Apabila pemegang saham tidak menukar Bukti Right tersebut, maka akan terjadi dilusi pada kepemilikan atau jumlah saham yang dimiliki akan berkurang secara proporsional terhadap jumlah total saham yang diterbitkan perusahaan.20

Di negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) lebih sering didefinisikan sebagai

18

http://id.wikipedia.org/wiki/Hak_Memesan_Efek Terlebih_Dahulu, diakses tanggal 18 Juli 2010.

19 Mohammad Samsul, op. cit., Hal. 84. 20

Adrian Sutedi, Segi-Segi Hukum Pasar Modal, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), Hal.47.

(13)

preemptive rights. Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston menggunakan istilah Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sebagai

preemptive right. Menurut mereka, preemptive right adalah provisi dalam anggaran dasar korporasi atau menurut hukum yang memberikan hak kepada pemegang saham biasa untuk membeli penerbitan saham baru (atau sekuritas konvertibel) atas dasar pro rata.21

Menurut kamus bahasa asing, preemptive right diartikan sebagai :

The right of certain stockholders to maintain ownership of a constant percentage of a firm's stock. Such stockholders have the first opportunity to purchase new stock in the firm proportionate to the percentage of shares already held. Dari definisi tersebut, preemptive right berarti hak dari pemegang saham tertentu untuk mempertahankan kepemilikan konstan atas kepemilikan saham di suatu perusahaan. Pemegang-pemegang saham tersebut mempunyai kesempatan pertama untuk membeli saham baru di dalam perusahaan secara proporsional dengan persentase saham yang telah dimiliki.22

Menurut Lectric Law Library's Lexicon, preemptive right diartikan sebagai

: The privilege of a stockholder to maintain a proportionate share of ownership in a corporation by purchasing a proportionate share of any new stock issued. Dari definisi tersebut, preemptive right dapat diartikan

21

Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston, Manajemen Keuangan, cet 8 (Jakarta: Erlangga, 2001), Hal. 353.

22

http://www.answers.com/topic/preemptive-right, diakses tanggal 18 Agustus 2010.

(14)

sebagai hak istimewa dari seorang pemegang saham untuk mempertahankan kepemilikan saham secara proporsional di dalam sebuah perusahaan dengan membeli saham secara proporsional dari saham baru apapun yang diterbitkan.23

Pada prinsipnya, dalam Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, pemegang saham lama ditawari terlebih dahulu jika efek baru yang diterbitkan oleh emiten. Pengertian efek sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 1 angka 5 adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek.24

Saham dalam bahasa Belanda disebut andeel, yang berarti andil, sero atau penyertaan modal dalam suatu perusahaan. Dalam Black’s Law Dictionary, 6th Edition, dijelaskan pemahaman mengenai saham (share) adalah : share means the unit into which the prorietary in a corporation

Dari definisi efek di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam suatu Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, hak yang ditawarkan kepada pemegang saham lama tidak hanya saham saja tetapi juga jenis-jenis efek lain walaupun pada umumnya, dalam suatu Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu lebih sering mengeluarkan efek yang berbentuk saham.

23

http:/

24

(15)

are divided. Dari dua definisi di atas dapat dilihat bahwa saham berkaitan erat dengan pembentukan modal dan adanya badan hukum perusahaan. 25

Oleh Schilfgaarde, dikatakan bahwa saham adalah suatu hak terhadap harta kekayaan suatu perseroan. Bahkan dikatakannya bahwa saham adalah suatu hak atas bagian dari sesuatu terhadap harta kekayaan perseroan.26

F. Metode Penulisan

Dalam setiap usaha penulisan haruslah menggunakan metode penulisan yang sesuai dengan bidang yang diteliti. Adapun penelitian yang digunakan oleh penulis dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat di dalamnya. Dengan demikian, penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang menganalisa hukum positif. b. Sumber Data

Dalam penyusunan skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder dan tersier.

Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang-undangan di bidang hukum perdata yang mengikat antara lain Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995

25

Adrian Sutedi, op. cit., Hal. 33-34.

26

Nindyo Pramono, Sertifikasi Saham PT Go Public dan Hukum Pasar Modal Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997), Hal. 72.

(16)

tentang Pasar Modal dan UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas beserta peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Kepala Bapepam dengan Keptusan Ketua Bapepam (beschiking) antara lain Peraturan Bapepam Nomor IX. D. 1 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, Peraturan Bapepam Nomor IX. D. 4 tentang Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, dan Peraturan Bapepam Nomor IX. E. 1 tentang Transaksi Afiliasi Dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu.

Bahan hukum sekunder yaitu, bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, yakni hasil karya para ahli hukum berupa buku-buku, pendapat-pendapat sarjana, yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.

Bahan hukum tersier atau bahan penunjang, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan/ atau bahan hukum sekunder yakni, kamus hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia

c. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penulisan ini, penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian kepustakaan (library research) yang merupakan pengumpulan data-data yang dilakukan melalui literatur atau dari sumber bacaan berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan dan bahan bacaan lain yang terkait dengan

(17)

penulisan skripsi ini untuk digunakan sebagai dasar ilmiah dalam pembahasan materi.

d. Analisis Data

Penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam skripsi ini termasuk ke dalam penelitian hukum normatif. Pengolahan data pada hakekatnya merupakan kegiatan untuk melakukan analisa terhadap permasalahan yang akan dibahas.

Analisis data dilakukan dengan:

1. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan yang diteliti.

2. Memilah kaidah-kaidah hukum yang sesuai dengan penelitian 3. Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep dan

pasal-pasal yang ada

4. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif kwalitatif.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penulisan skripsi ini mempunyai kaitan dan hubungan satu sama lainnya. Karena pada dasarnya isi dari penulisan ini adalah merupakan satu kesatuan. Gambaran isi skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab dan beberapa sub bab sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Bagian ini merupakan pendahuluan dari konsep materi yang akan dibahas. Bagian pendahuluan ini terdiri dari

(18)

latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : Sejarah dan Pengembangan Pasar Modal Indonesia Pada bagian ini diuraikan tinjauan teoritis mengenai

sejarah pasar modal Indonesia, pengembangan pasar modal Indonesia, penggabungan Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya menjadi Bursa Efek Indonesia, kegiatan dan kelembagaan pasar modal Indonesia, dan

good corporate governance dalam pengembangan pasar modal Indonesia.

BAB III : Tinjauan Umum Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering)

Pengertian penawaran umum perdana, latar belakang penawaran umum perdana, syarat-syarat penawaran umum perdana, tahap-tahap penawaran umum perdana, dan prinsip keterbukaan dalam penawaran umum perdana.

BAB IV : Tinjauan Hukum Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD)/ Right Issue dalam Pasar Modal

Dalam bab ini akan diuraikan lebih khusus tentang pengertian dan dasar hukum Hak Memesan Efek

(19)

Terlebih Dahulu (HMETD) dalam pasar modal, mekanisme penambahan modal perusahaan publik melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dalam pasar modal, akibat-akibat hukum Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dalam pasar modal, proses penambahan modal perusahaan publik tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD), proses penambahan modal perusahaan publik melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) yang dilakukan dengan transaksi yang mempunyai benturan kepentingan, dan aspek perlindungan pemegang saham minoritas dengan adanya Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD).

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Bagian kesimpulan dan saran dalam skripsi ini merupakan bab terakhir, dimana dikemukakan mengenai kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan permasalahan dan pembahasan sebelumnya dalam skripsi ini.

Referensi

Dokumen terkait

Data di analisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan menggunakan tabel Distribusi Frekuwensi Hasil penelitian menunjukkan Tingkat adopsi inovasi teknologi

Berdasarkan rencana sruktur ruang, sistem pusat permukiman Kabupaten Musi Rawas terdiri dari Muara Beliti sebagai PKL dan pada jenjang berikutnya terdapat pusat pelayanan yang

Alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, penulisan skripsi (studi kasus) yang merupakan salah satu persyaratan kurikulum guna memperoleh gelar

Dalam politik luar negeri tersebut, pemerintahan Amerika Serikat menetapkan kebijakan keamanan “ekstra ketat” di dalam negeri, menseleksi ketat orang asing yang masuk

Penelitian ini merupakan action research yang berfujuan untuk mengungkapkan apakah pembelajaran melalui program terpadu (test kecil (kolaborasi test), tatap muka

leg bound 5 repetisi 6 set sama-sama meningkatkan daya ledak otot tungkai. Hal ini menunjukkan bahwa tidakada perbedaan yang bermakna dari hasil post test antara

perusahaan. Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahan pada saat menjalankan operasinya. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham

Dari jumlah kunjungan pasien tersebut terdapat pasien yang paling banyak menderita hipertensi adalah pada umur 44 – 60 tahun sedangkan pada umur diatas 65 tahun lebih