• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODUL BAHASA INDONESIA MATERI WAWANCARA UNTUK KELAS IV SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN MODUL BAHASA INDONESIA MATERI WAWANCARA UNTUK KELAS IV SEKOLAH DASAR"

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN MODUL BAHASA INDONESIA MATERI WAWANCARA UNTUK KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : Lilis Nur Indahsari

NIM : 171134224

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2021

(2)

ii SKRIPSI

PENGEMBANGAN MODUL BAHASA INDONESIA MATERI WAWANCARA UNTUK KELAS IV SEKOLAH DASAR

Oleh:

Lilis Nur Indahsari NIM : 171134224

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. Tanggal 13 Oktober 2021

Pembimbing II

Theresia Yunia Setyawan, S.Pd., M.Hum. Tanggal 13 Oktober 2021

(3)

iii SKRIPSI

PENGEMBANGAN MODUL BAHASA INDONESIA MATERI WAWANCARA UNTUK KELAS IV SEKOLAH DASAR

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Lilis Nur Indahsari NIM : 171134224

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 5 November 2021

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda tangan

Ketua Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. ………

Sekertaris Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd ………

Anggota Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd ………

Anggota Theresia Yunia Setyawan, S.Pd., M.Hum. ………

Anggota Maria Agustina Amelia S.Si., M.Pd ………

Yogyakarta, 5 November 2021

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si.

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dapat penulis selesaikan berkat rasa syukur dan terima kasih kepada :

1. Allah SWT. Atas berkat, rahmat dan karunia yang senantiasa memberkan kemudahan serta kesabaran dalam menjalankan kehidupan yang sedang dilalui.

2. Bapak Apri Damai Krissandi, S.S., M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Theresia Yunia Setyawan, S.Pd., M.Hum. selaku Dosen Pembimbing II yang selalu senantiasa bersabar dan membimbing penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi.

3. Keluarga Bapak Tjahyono, Ibu Etty dan Mbak Rani yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam menempuh pendidikan.

4. Nenek tercinta Almh. Supiah yang selalu memberikan semangat dan dukungan penulis untuk tetap belajar hingga akhir hayat hidupnya.

5. Orang tua tercinta Ibu Ponirah yang selalu memberikan doa serta dukungan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Adik tersayang Puji Lestari yang selalu memberikan hiburan dan penyemangat untuk menyelesaikan skripsi dengan lebih baik.

7. Saudara-saudara jauh yang sudah memberikan dukungan, doa serta rahmat dalam memberikan semangat agar penulis dapat menyelesaikan naskah skirpsi ini.

8. Wahyu Kurniawati, Sesilia Novita Putri, Anggita Dewi Pramesti, Monica Kintan, Rachel Gizela, Rani Etha Nur Siswanto yang senantia memberikan kebahagian, keceriaan serta penyemangat dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Teman-teman payung skripsi yang saling berjuang, mendukung satu sama lainnya dan memberikan motivasi hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

(5)

v

10. Teman-teman seperjuangan Angakatan 2017 B PGSD Universitas Sanata Dharma terima kasih atas momen awal perkuliahan hingga titik saat ini kita bisa menjalani

(6)

vi

MOTTO

“Dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”

Quran Surat Al-Anfaal ayat 46

“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”

Quran Surat At-Talaq ayat 4

“Never regret a day in your life. Good days brings you happiness dan bad days give you experience”

(Jangan pernah menyesali sehari dalam hidupmu. Hari-hari baik memberimu kebahagiaan dan hari-hari buruk memberimu pengalaman)

(7)

vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 5 November 2021 Penulis

Lilis Nur Indahsari

(8)

viii

LEMBAR PERTANYAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma :

Nama : Lilis Nur Indahsari

Nomor Induk Mahasiswa : 171134224

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Univerisitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENGEMBANGAN MODUL BAHASA INDONESIA MATERI WAWANCARA UNTUK KELAS IV SEKOLAH DASAR

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpannya, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, medistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 5 November 2021 Yang menyatakan

Lilis Nur Indahsari

(9)

ix ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODUL BAHASA INDONESIA

MATERI WAWANCARA UNTUK KELAS IV SEKOLAH DASAR Lilis Nur Indahsari

Universitas Sanata Dharma 2021

Penelitian ini dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan yang menunjukkan bahwa penggunaan modul Bahasa Indonesia untuk materi wawancara guru kelas IV SD Kanisius Sengkan sangat sedikit. Guru membutuhkan modul yang dapat menjelaskan materi secara utuh dan sistematis untuk peserta didik. Peneliti akan membuat modul yang memiliki tujuan yaitu 1) mendeskripsikan pengembangan modul Bahasa Indonesia materi wawancara untuk kelas IV SD dan 2) mengetahui kualitas dari modul Bahasa Indonesia materi wawancara untuk kelas IV SD.

Peneliti menggunakan R&D (Research and Development) dengan model ADDIE untuk pengembangan modul. Pengembangan model ADDIE memiliki 5 tahapan yaitu 1) Analyze, 2) Design, 3) Development, 4) Implement dan 5) Evaluation.

Modul penelitian ini akan divalidasikan oleh dosen ahli dan guru kelas untuk mengetahui kauliatas modul. Modul diujicobakan secara terbatas kepada 5 peserta didik kelas IV SD Kanisius Sengkan. Teknik analisis data yang dipergunakan oleh peneliti adalah kuantitatif yang diperoleh dari validasi modul sedangkan kuanlitatif diperoleh dari wawancara serta komentar dan saran dari validasi. Hasil rata-rata dari validator yaitu 4,23 dengan kategori “Sangat Baik” dan layak untuk digunakan oleh peserta didik.

Kata Kunci : R&D, Modul Bahasa Indonesia, Bahasa Indonesia, Materi Wawancara

(10)

x ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF INDONESIA LANGUAGE MODULE ABOUT INTERVIEW MATERIAL FOR STUDENT GRADE IV PRIMARY SCHOOL

Lilis Nur Indahsari Sanata dhrama university

2021

This research was conducted based on analysis which showed that the used of the Indonesian language module for interview materials for fourth grade teachers at Kanisius Sengkan Elementary School was not enough. Teachers need modules to explain the material completely and systematically. The researcher made a module with the objectives of 1) describing the development of the Indonesian language module for the fourth grade elementary school interview material, 2) knowing the quality of the Indonesian language module for the fourth grade elementary school interview material.

The researcher used RnD with ADDIE Module to develop the module. There are 5 stages, 1) Analysis, 2) Design, 3) Development, 4) Implementation and 5) Evaluation.

This research module will be validated by expert lecturers and class IV teachers. A module will be tested on 5 students in grade IV. The data analysis technique used by the researcher was quantitative obtained from the validation module, while the quantitative was obtained from interviews get comments and suggestions from the validation. The average result of the validator is 4.23 with the category "Very Good" and suitable for use by students.

Keywords: R&D, Indonesian Language Module, Indonesian Language, Interview Materials

(11)

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Modul Bahasa Indonesia Materi Wawancara Untuk Kelas IV Sekolah Dasar”. Skripsi ini di susun oleh Penulis untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar pada jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di salah satu Universitas Sanata Dharma .

Penulis menyadari bahwa terdapat banyak pihak yang memberikan dukungan selama menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis dengan penuh hormat mengucapkan terima kasih serta mendoakan kembali kebaikan yang sudah diberikan kepada :

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Kinta Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Apri Damai Krissandi, S.S., M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Theresia Yunia Setyawan, S.Pd., M.Hum. selaku Dosen Pembimbing II yang selalu senantiasa bersabar dan membimbing penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi.

4. Nenek tercinta, Almh. Supiah yang sudah menemani cucunya untuk tetap belajar hingga ke jenjang pengguruan yang lebih tinggi demi hidup yang lebih baik, terima kasih dan doa terbaik untukmu.

5. Ibu tercinta, Ponirah yang selalu memberikan dukungan semangat serta doa kepada penulis untuk tetap berjuang serta bersyukur atas keadaan saat ini.

6. Adik tersayang, Puji Lestari yang senantiasa memberikan keceriaan serta dukungan semangat kepada penulis dalam mengerjakan skripsi.

7. Semua pihak yang sudah membantu dalam menyusun skripsi, penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dan penulis masih melakukan kesalahan dalam penyusunan skripsi. Oleh karena itu, penulis meminta maaf

(12)

xii

yang sedalam-dalamnya atas kesalahan yang dilakukan penulis. Semoga skripsi yang telah dibuat oleh peneliti dapat bermanfaat bagi pembaca dan mampu dijadikan referensi untuk pengembangan yang lebih baik.

Yogyakarta, 5 November 2021 Penulis,

Lilis Nur Indahsari

(13)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... vi

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

LEMBAR PERTANYAAN PERSETUJUAN... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Operasional ... 6

F. Spesifikasi Produk ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Kajian Teori ... 9

1. Modul ... 9

2. Bahasa Indonesia ... 26

3. Wawancara ... 37

B. Penelitian yang Relevan ... 45

(14)

xiv

C. Kerangka Berfikir ... 48

D. Pertanyaan Penelitian ... 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 53

A. Jenis Penelitian ... 53

B. Setting Penelitian ... 57

C. Prosedur Pengembangan... 57

D. Teknik Pengumpulan Data ... 61

E. Instrumen Penelitian ... 64

F. Teknik Analisis Data ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN ... 76

A. Hasil Penelitian Pengembangan ... 76

1. Prosedur Penelitian ... 76

2. Kualitas Modul Bahasa Indonesia ... 126

B. Pembahasan ... 127

1. Pembahasan Prosedur Modul ... 127

2. Pembahasan Kualitas Modul... 134

BAB V PENUTUP ... 138

A. Kesimpulan ... 138

B. Keterbatasan Penelitian ... 140

C. Saran ... 140

DAFTAR PUSTAKA ... 141

LAMPIRAN ... 146

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2. 1 Empat Jenis Keterampilan Berbahasa ... 29

Tabel 3. 1 Model Desain ADDIE Rahmat Arofah Hari Cahyadi (2019) ... 56

Tabel 3. 2 Daftar Wawancara Guru Kelas 4 Sekolah Dasar ... 64

Tabel 3. 3 Kisi-Kisi Uji Validasi Modul Untuk Pakar Dan Guru ... 66

Tabel 3. 4 Instrument Kuesioner Validasi Untuk Dosen Ahli Dan Guru ... 67

Tabel 3. 5 Kisi-Kisi Soal Postets dan Pretest untuk Peserta Didik Kelas IV ... 69

Tabel 3. 6 Soal Postets dan Pretest untuk Peserta Didik Kelas IV ... 70

Tabel 3. 7 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif ... 73

Tabel 3. 8 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif dengan Skala Likert ... 74

Tabel 4. 1 Hasil Wawancara Guru Kelas IV SD Kanisius Sengkan ... 80

Tabel 4. 2 Hasil Validasi Modul oleh Dosen Ahli ... 94

Tabel 4. 3 Hasil Validasi Modul oleh Guru Kelas IV SD ... 96

Tabel 4. 4 Komentar Dosen Ahli dan Revisi Modul ... 98

Tabel 4. 5 Komentar Guru Kelas IV SD dan Revisi Modul ... 112

Tabel 4. 6 Hasil Nilai Pretest Uji Coba Produk Terbatas ... 124

Tabel 4. 7 Hasil Nilai Post Test Uji Coba Produk Terbatas ... 125

Tabel 4. 8 Hasil Data Rekapitulasi Doesen Ahli dan Guru Kelas IV SD ... 126

Tabel 4. 9 Hasil Data Rekapitulasi Pretest dan Posttest Peserta Didik ... 127

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4. 1 Sampul Modul ... 88

Gambar 4. 2 Sampul Modul Sebelum Revisi ... 100

Gambar 4. 3 Sampul Modul Sesudah Revisi ... 101

Gambar 4. 4 Isi Modul Sebelum Revisi bagian Tautan ... 103

Gambar 4. 5 Isi Modul Sesudah Revisi bagian Tautan ... 104

Gambar 4. 6 Gambar Materi Modul Sebelum Revisi ... 105

Gambar 4. 7 Gambar Materi Modul Sesudah Revisi... 106

Gambar 4. 8 Tabel Materi Modul Sebelum Revisi ... 107

Gambar 4. 9 Tabel Materi Modul Sesudah Revisi ... 108

Gambar 4. 10 Materi Modul Sebelum Revisi ... 109

Gambar 4. 11 Materi Modul Sesudah Revisi ... 110

Gambar 4. 12 Penggunaan Modul Sebelum Revisi ... 113

Gambar 4. 13 Penggunaan Modul Sesudah Revisi... 114

Gambar 4. 14 Teks Wawancara Modul Sebelum Revisi ... 115

Gambar 4. 15 Teks Wawancara Modul Sesudah Revisi ... 116

Gambar 4. 16 Teks Wawancara Modul Sebelum Revisi ... 117

Gambar 4. 17 Teks Wawancara Modul Sesudah Revisi ... 118

Gambar 4. 18 Tugas Analisis Video Sebelum Revisi ... 119

Gambar 4. 19 Tugas Analisis Video Sesudah Revisi ... 120

Gambar 4. 20 Materi Tautan Modul Sebelum Revisi ... 121

Gambar 4. 21 Materi Tautan Modul Sesudah Revisi ... 122

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Permohonan Penelitian ... 147

Lampiran 2 Surat Permohonan Pelaksanaan Wawancara ... 148

Lampiran 3 Rangkuman Aktivitas Model ADDIE (Mulyaningsih, 2014) ... 149

Lampiran 4 Hasil Analisis Wawancara Guru Kelas IV SD... 150

Lampiran 5 Hasil Kueisoner Dosen Ahli ... 152

Lampiran 6 Hasil Validasi Produk oleh Guru Kelas IV SD ... 156

Lampiran 7 Hasil Posttest 5 Peserta Didik ... 160

Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian ... 167

Lampiran 9 Biodata Penulis ... 169

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu bangsa serta bahasa nasional yang memiliki peranan sebagai bahasa sehari-hari dalam masyarakat Indonesia untuk melakukan komunikasi dengan orang lain yang menggunakan Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia penting bagi masyarakat Indonesia adalah karena fungsinya sebagai lingua franca atau bahasa yang dimengerti oleh masyarakat Indonesia yang memiliki beragam bahasa daerah masing-masing sehingga memerlukan bahasa pemersatu. Dengan demikian penguasaan terhadap Bahasa Indonesia menjadi sangat mendasar karena Bahasa Indonesia juga menjadi bahasa ilmu pengetahuan yang digunakan di Indonesia. Oleh karena itu, Bahasa Indonesia selalu diajarkan pada setiap jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA/MA/SMK hingga Perguruan Tinggi di Indonesia.

Menurut Syamsuddin, A.R (1986 : 2) ada 2 pengertian bahasa.

Pertama bahasa adalah alat yang dipakai untuk dapat membentuk pikiran, perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk memengaruhi dan juga dipengaruhi. Kedua, bahasa merupakan tanda kejelasan dari kepribadian yang baik ataupun buruk, tanda jelas dari keluarga dan juga bangsa, dan tanda jelas juga terdapat pada budi kemanusiaan. Dengan kata lain, bahasa menjadi alat ukur kemampuan

(19)

seseorang untuk mengungkapkan pikiran dan mengomunikasikan kepada orang lain. Oleh karena itu penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar harus senantiasa diupayakan. Tantangan terbesar dalam Bahasa Indonesia saat ini adalah penggunaannya yang sering disalahgunakan terutama dalam komunikasi yang menggunakan bahasa “gaul” yang mudah diartikan atau ditafsirkan secara bebas sehingga maksud yang harus disampaikan secara tepat tidak dapat tercapai. Oleh karena itu, Bahasa Indonesia harus tetap diajarkan agar masyarakat mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam komunikasi lisan maupun tertulis.

Komunikasi sendiri adalah upaya untuk memahami ataupun mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan dan juga mengembangkan ilmu pengetahuan dalam teknologi serta budaya dengan menggunakan bahasa (Depdiknas, 2006 : 275). Komunikasi dapat terjadi pada saat seseorang melakukan percakapan dengan orang lain maka dapat dikatakan bahwa apa yang sedang dilakukannya adalah berkomunikasi. Effendy, O.U. (2003: 28) hakikat dari komunikasi sendiri adalah proses ketika komunikasi tersebut yang berupa pikiran maupun perasaan terhadap seseorang menggunakan bahasa sebagai penyampaiannya. Dalam komunikasi terdapat juga umpan balik (feedback) apabila pesan yang disampaikan ke orang yang menerima pesan tersampaikan. Jika komunikasi pesan yang ingin disampaikan mengalami gangguan saat

(20)

melaksanakan penyampaiannya, maka, pesan tersebut tidak akan tersampaikan.

Komunikasi selalu terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui tanya dan jawab. Seperti halnya melakukan wawancara, dimana wawancara yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mendapatkan informasi melalui narasumber sesuai dengan tujuan yang sudah ditentukan. Skripsi ini akan memfokuskan pada komunikasi yang dihasilkan dari wawancara sehingga dapat diperoleh informasi yang diinginkan siswa sekaligus memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada siswa tentang berkomunikasi secara tertulis dan lisan melalui wawancara.

Wawancara merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung kepada narasumber dengan memberikan ungakapan berupa pertanyaan untuk para narasumber yang dilakukan secara lisan (Subagyo, P.J. 2011: 39). Tanpa disadari sebenarnya dalam keseharian setiap orang telah melakukan kegiatan wawancara. Misalnya saat hendak pergi sekolah, berbelanja maka sering terjadi percakapan menanyakan kabar atau topik lainnya. Ketika peserta didik bertanya kepada guru mengenai tugas, materi pelajaran ataupun lainya, maka secara tidak langsung terjadilah sebuah komunikasi dalam bentuk tanya-jawab sebagaimana sebuah wawancara.

Menurut hasil wawancara awal dengan guru di tempat penelitian menyatakan bahwa kadang-kandang guru mengalami kesulitan dalam

(21)

membawakan materi wawancara kepada siswa. Beberapa cara yang digunakan guru adalah membawakan bacaan wawancara berupa teks. Cara lainnya adalah guru memberikan contoh hasil wawancara percakapan dan siswa hanya mengikuti instruksi guru. Pengamatan terhadap kedua cara itu menunjukkan bahwa kurangnya kemampuan siswa untuk membuat pertanyaan wawancara. Berdasarkan pengamatan ini, maka terdapat kebutuhan untuk mengajarkan materi wawancara yang menjadi bagian dari pembelajaran Bahasa Indonesia kepada siswa. Oleh karena itu, dibutuhkan pembelajaran yang mendorong keaktifan belajar peserta didik yaitu modul.

Peneliti melakukan penelitian di Sekolah Dasar (SD) Kanisius Sengkan di kelas 4C. melalui wawancara dengan guru kelas, mengatakan bahwa materi wawancara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dilakukan dengan urutan sebagai berikut. Pertama, peserta didi memperkenalkan diri.

Kedua, peserta didik melakukan wawancara dengan mengikuti langkah- langkah wawancara. Akan tetapi, di dalam prakteknya, peserta didik belum menerapkan langkah-langkah dengan tepat dan benar.

Permasalahan lainnya yang didapatkan adalah pembuatan hasil laporan wawancara yang belum menggunakan kata dan kalimat baku. Narasumber juga menyatakan bahwa guru belum menemukan solusi yang tepat untuk membawakan materi wawancara. Hal ini disebabkan karena minimnya sumber belajar dalam bentuk atau sumber bacaan yang dapat meningkatkan literasi guru.

(22)

Berdasarkan permasalahan yang sudah ada di atas, peneliti mencoba untuk mengembangkan materi mengenai wawancara. Oleh karena itu peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan (RnD) mengenai modul bahasa Indonesia materi wawancara kelas 4 SD. Didalamnya akan terdapat materi wawancara yang baik dan benar serta menarik untuk dipelajari sehingga peserta didik tidak akan merasa bosan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana langkah-langkah mendesain modul untuk materi wawancara dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk peserta didik kelas 4 di SD Kanisius Sengkan?

2. Bagaimana kualitas modul untuk materi wawancara dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk peserta didik kelas 4 di SD Kanisius Sengkan?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengembangkan modul untuk materi wawancara dalam pelajaran Bahasa Indonesia bagi peserta didik kelas 4 tingkat sekolah dasar 2. Mendikripsikan kualitas modul untuk materi wawancara dalam

pelajaran Bahasa Indonesia bagi peserta didik kelas 4 tingkat sekolah dasar

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peserta didik

(23)

Peserta didik mampu mempelajari modul wawancara agar kegiatan pembelajaran tersampaikan dengan tepat dan baik.

2. Bagi guru

Guru memiliki pedoman untuk mengajarkan materi wawancara dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

3. Bagi mahasiswa

mahasiswa mengembangkan ketrampilan mendesain modul sebagai bentuk atas permasalahan yang dialami pada guru dalam mengajarkan materi wawancara dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

4. Bagi sekolah

Sekolah memiliki tambahan sumber belajar dalam bentuk modul untuk pembelajaran bahasa Indonesia untuk peserta didik kelas 4

E. Definisi Operasional

1. Modul adalah sebuah sebuah pedoman dalam pembelajaran dengan struktur yang disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang meliputi pengetahuan, praktek, dan evaluasi

2. Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah sebuah proses dalam memperlajari bahasa baik bahasa ibu maupun bahasa indonesia yang di mana meliputi menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

(24)

3. Materi wawancara adalah materi pembelajaran Bahasa Indonesia yang terdapat pada Tema 3 : Peduli Terhadap Makhluk Hidup.

4. Siswa kelas 4 Sekolah Dasar adalah anak pada usia 9-11 tahun dan duduk di tahun keempat di tingkat sekolah dasar.

F. Spesifikasi Produk

Produk yang dihasilkan ini merupakan modul pembelajaran Bahasa Indonesia materi wawancara untuk kelas 4 sekolah dasar. Spesifikasi produk yang dihasilkan oleh peneliti sebagai berikut :

1. Modul ini memiliki ukuran kertas 4A dengan jarak spasi yang dibuat yiatu 1,5.

2. Font yang dipergunakan pada modul ini yaitu Comic Sans MS.

3. Sampul depan dan sampul belakang modul terdapat gambar wawancara.

4. Modul berisi 57 halaman termasuk sampul depan dan sampul belakang.

5. Isi modul pembelajaran Bahasa Indonesia materi wawancara terdapat sebagai berikut :

a) Kata pengantar b) Daftar isi modul

c) Petunjuk penggunaan modul d) Kepemilikan modul

e) Kompetensi Dasar

(25)

f) Indikator

g) Tujuan pembelajaran

h) Materi beserta contoh pembelajaran i) Tugas harian dan refleksi mandiri j) Evaluasi dan kunci jawaban

k) Rangkuman materi dan daftar pustaka

6. Modul disajikan dengan lengkap beserta contoh dan ilustrasi gambar.

7. Pada isi modul juga terdapat beberapa tautan (link) untuk informasi serta tugas agar peserta didik juga dapat mengakses menggunakan internet.

(26)

9 BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Teori

1. Modul

a. Pengertian Modul

Modul adalah bahan ajar yang dirancang untuk dipelajari secara mandiri oleh peserta didik dalam pembelajaran. Pada modul tersebut sudah dilengkapi dengan petunjuk agar peserta didik dalam belajar sendiri, bahasa digunakan mudah dipahami, pola serta kelengkapan dibuat ke dalam pengajaran yang diberikan kepada muridnya. Sehingga pengajar tidak perlu bertemu secara tatap muka untuk memberikan pelajaran maupun mengajarkan tetapi cukup dengan memberikan modul ini (Dharma, S. 2008: 3).

Menurut Prastowo, A. (2012: 106) modul merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan penggunaan bahasa yang mudah dipahami sesuai dengan usia serta tingkat pengetahuan masing-masing agar dapat belajar secara mandiri melalui bimbingan yang minimal dari pendidik. Modul dibuat bertujuan agar siswa belajar secara mandiri dan guru menjadi fasilitatornya. Sedangkan modul menurut Makmun, A. S.

(2005: 168) adalah bahan ajar cetak yang sudah dirancang yang

(27)

digunakan secara mandiri oleh siswa dalam belajar. Modul juga disebut dengan media belajar mandiri yang dimana di dalam modul sudah dilengkapi petunjuk dalam belajar.

Media pembelajaran dalam bentuk naskah maupun media cetak yang digunakan oleh guru maupun siswa dalam kegiatan suatu pembelajaran yang berguna untuk merangkai kegiatan belajar yang dimana akan membantu siswa dalam mencapai tujuan belajar yang sudah ditentukan secara spesifik dan operasional (Herawati, H., Herpratiwi dan Yusmansyah 2013:

80).

Berdasarkan pendapat beberapa para ahli di atas mengenai modul dapat disimpulkan bahwa modul merupakan media pembelajaran yang memudahkan guru maupun siswa dalam proses pembelajaran sekaligus mencapai tujuan pembelajaran yang akan diajarkan secara mandiri, spesifik dan juga operasional.

b. Tujuan modul

Modul adalah salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara sistematis dan utuh yang memuat perangkat pengalaman belajar yang sudah terencana dan didesain untuk peserta didik menguasai tujuan belajarnya yang spesifik. Berikut ini tujuan modul menurut Rahdiyanta, D. (2016: 1-2) yaitu :

(28)

1) Memperjelas serta mempermudah penyajian pesan agar tidak bersifat verbal.

2) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang dan daya indera dari peserta didik maupun guru.

3) Mampu digunakan secara bervariasi dan tepat seperti : meningkatkan motivasi dan semangat dalam belajar bagi peserta didik, mengembangkan kemampuan dalam berinteraksi langsung bersama lingkungan dan sumber belajar lainnya, mampu belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya dan mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.

Menurut Dharma, S (2008: 5-6) modul memiliki tujuan sebagai berikut ini :

1) Memperjelas serta mempermudah memberikan pesan agar tidak bersifat verbal.

2) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang serta daya indera, baik peserta didik maupun guru atau instruksi.

3) Mampu digunakan dengan tepat dan juga bervariasi, mampu meningkatkan motivasi serta giat untuk belajar.

(29)

4) Mengembangkan kemampuan berinteraksi baik secara langsung dengan lingkungan serta sumber belajar peserta didik untuk belajar mandiri sesuai dengan kemampuan serta mintanya.

5) Mampu mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya secara mandiri.

c. Manfaat modul

Menurut Dharma, S (2008: 7-8) penggunaan modul bermanfaat apabila terdapat hal-hal sebagai berikut ini :

1) Dapat meningkatkan efektivitas dalam pembelajaran tanpa tatap muka secara teratur dalam kondisi geografis, sosial ekonomi, dan situasi masyarakat.

2) Menentukan serta menetapkan waktu belajar peserta didik sesuai kebutuhan dan perkembangan dalam peserta didik dalam kebutuhannya.

3) Mampu mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik secara bertahap melalui kriteria dalam modul.

4) Mengetahui kelemahan serta kompetensi yang belum bisa dicapai oleh peserta didik dalam modul, sehingga dapat diputuskan untuk membantu peserta didik dalam memperbaiki belajarnya atau melaksanakan remidiasi.

(30)

d. Karakterisitik modul

Modul suatu alat atau sarana pembelajaran yang berisikan materi, metode, batasan-batasan serta cara mengevaluasi yang sudah dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan (Dharma, S. 2008: 3-5). Modul dikatakan baik dan menarik jika terdapat karakteristik sebagai berikut :

1) Self Instructional, di mana modul dapat membawa peserta didik belajar mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Agar terpenuhinya self instructional diperlukannya :

a) Tujuan yang sangat jelas.

b) Materi pembelajaran di kemas dalam unit yang spesifik sehingga mudah dipelajari secara tuntas.

c) Memberikan contoh serta ilustrasi yang mendukung materi pembelajaran.

d) Menampilkan soal-soal latihan, tugas serta jenis yang dapat memungkinkan peserta didik memberikan respon serta mengukur tingkat penguasaannya.

(31)

e) Materi yang disajikan terkait dengan suasana ataupun konteks tugas dan lingkungan penggunaannya.

f) Bahasa yang digunakan sederhana dan komunikatif.

g) Terdapat rangkuman materi pembelajaran.

h) Instrumen penilaian yang memungkinkan peserta didik dapat melakukan penilaian diri sendiri (self assessment).

i) Instrumen yang digunakan untuk mengukur atau mengevaluasi tingkat penguasaat materi.

j) Umpan balik terhadap penilaian yang berguna untuk mengetahui tingkat penguasaan materi.

k) Tersedianya informasi pengayaan atau referensi yang mendukung materi pembelajarannya.

2) Self Contained, yaitu seluruh materi pembelajaran dalam satu unit kompetensi atau sub kompetensi dapat dipelajari dalam satu modul secara utuh.

Tujuannya agar dapat mempelajari materi pembelajaran secara tuntas dengan sendirinya. Perlu

(32)

diperhatikan keluasan kompetensi yang akan dikuasai jika dilakukannya pembagian atau pemisahan materi.

3) Stand Alone, atau berdiri sendiri dimana modul dikembangkan tidak bergantung pada media lain ataupun tidak harus menggunakan bersama media pembelajaran lainnya. Artinya pembelajar tidak tergantung dan harus menggunakan media lain untuk mempelajari ataupun mengerjakan tugas pada modul.

4) Adaptive, menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta fleksibel digunakan. Dengan begitu pengembangan modul multimedia tetap “up to date”.

5) User Friendly, modul digunakan secara bersahabat dengan penggunannya. Instruksi dan infromasi yang diberikan membantu dan bersahabat dengan pengguannya sehingga memudahkan pemakai dalam merespon serta mengakses sesuai keinginan.

Bahasa yang digunakan sederhana, mudah dimengerti dan juga penggunaan istilah secara umum adalah bentuk penggunaan secara bersahabat.

(33)

Menurut Rahdiyanta, D. (2016: 2-3) karakteristik modul harus memuat sebegia berikut :

1) Self Instruction di mana peserta didik dapat belajar secara mandi dan tidak bergantung pada orang lain, maka modul harus terdapat :

a) Tujuan pembelajaran yang jelas dengan memuat Standar Kompetensi dan Kompetesi Dasar.

b) Materi kegiatan di kemas dengan unit kegiatan yang spesifik sehingga mudah dipelajari.

c) Memberikan contoh ilustrasi yang mendukung materi pembelajaran.

d) Terdapat soal latihan, tugas dan sejenisnya untuk mengukur penguasaan peserta didik.

e) Disajikan secara kontekstual yang terkait dengan suasana, tugas ataupun kontes kegiatan serta lingkungan peserta didik.

f) Bahasa yan digunakan sederhana dan komunikatif.

g) Terdapat rangkuman materi pembelajaran.

h) Adanya insturment penilaian yang dilakukan secara mandiri (selft assesment).

(34)

i) Terdapat penilaian atau umpan balik untuk peserta didik agar mengetahui tingkat penguasaan materi.

j) Terdapat informasi tentang pengayaan, referensi ataupun rujukan untuk mendukung materi pembelajaran.

2) Self Contained merupakan seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan peserta didik yang terdapat dalam modul tersebut. Tujuannya untuk memberikan kesempatan peserta didik memperlajari materi pembelajaran secara tuntas dikarenakan di kemas secara satu kesatuan yang utuh.

3) Stand Alone atau dapat berdiri sendiri yang di mana tidak bergantung pada bahan ajar atau media lain serta tidak harus digunakan bersama bahan ajar atau media lainnya.

4) Adaptif memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkebangan ilmu dan juga teknologi. Mampu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta fleksibel digunakan di perangkat keras (hardware).

5) Bersahabat atau user friendly dalam pemakaiannya.

Intruksi dan paparan informasi yang diberikan dapat

(35)

mempermudah pemakaian dalam merespon dan mengakses sesuai keinginan. Bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dimengerti dalam menggunakan istilah yang umum.

e. Langkah-langkah Penyusunan Modul

Modul memerlukan proses penyusunan materi pembelajaran yang dikemas dengan sistematis sehingga peserta didik dapat memeperlajari sendiri sesuai kompetensi ataupun sub kompetenasi sendiri (Dharma, S., 2008: 7-8) berikut ini merupakan langkah-langkah penyusunan modul :

1) Analisis Kebutuhan Modul

Menentukan jumlah dan judul pada modul yang akan dicapai melalui kompetensi dengan menentukan :

a) Garis besar program kompetensi yang akan disusun dalam pembelajaran.

b) Mengidentifikasi serta menentukan ruang lingkup unit suatu kompetensi.

c) Mengidentifikasi dan menentukan pengetahuan, keterampilan serta sikap yang diambil.

d) Menentukan judul modul yang dituliskan.

e) Menganalisis kebutuhan yang akan dilaksanakan pada periode awal pada mengembangan suatu modul.

(36)

2) Penyusunan Draft

Pada penyusunan draft modul ini adalah proses menyusunan dan mengorganisasi materi pembelajaran melalui kompetensi atau sub kompetensi yang menjadikan sat kesatuan yang utuh dan sistematis.

Dalam kegiatan penyusunan draft modul mencakup beberapa hal yaitu:

a) Judul modul yang menggambarkan materi dalam modul.

b) Kompetensi atau sub kompetensi yang akan dicapai dalam mempelajari modul.

c) Tujuan yang akan dicapai oleh peserta didik setelah mempelajari modul.

d) Materi yang berisikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik.

e) Prosedur atau kegiatan pelatihan yang harus dipelajari dan diikuti oleh peserta didik dalam modul.

f) Soal-soal, latihan dan tugas harus dikerjakan atau diselesaikan oleh peserta didik.

g) Evaluasi atau penilaian dimana kemampuan peserta diidk dalam mengusai modul.

(37)

h) Kunci jawaban dari soal, latihan ataupun pengujian.

3) Uji Coba

Uji coba draft modul merupakan kegiatan dalam penggunaan modul pada peserta peserta didik yang terbatas gunanya untuk mengetahui keterlaksanaan dan manfaat modul dalam pembelajaran sebelum modul akan digunakan secara umum. Uji coba draft modul memiliki tujuan untuk :

a) Mengetahui kemampuan dan kemudahan peserta didik dalam memahami serta menggunakan modul.

b) Mengetahui efisiensi waktu belajar untuk penggunaan modul

c) Mengetahui efektifitas modul dalam membantu peserta memperlajari serta menguasai materi pembelajaran.

4) Validasi

Porses permintaan atau persetujuan atau pengesahan terhadap kesesuaian modul serta kebutuhan. Validasi perlu dilakukan agar mendapatkan pengakuan maka diperlukannya untuk melibatkan pihak praktisi yang ahli sesuai dengan bidang yang terkait dalam modul.

(38)

Tujuan validasi modul untuk memperoleh pengakuan atau pengesahan antara kesesuaian dengan kebutuhan modul sehingga modul layak dan cocok digunakan dalam pembelajaran. Validasi dimintakan dari beberapa pihak sesuai dengan keahliannnya antara lain :

a) Ahli substansi untuk isi atau materi modul.

b) Ahli bahasa untuk penggunaan bahasa.

c) Ahli metode instruksional yang berguna untuk memasukan yang komprehensif dan obyektif.

5) Revisi

Revisi atau perbaiki adalah proses penyempurnaan modul yang telah memperoleh masukan dari kegiatan uji coba dan validasi. Tujuan dari revisi untuk melakukan finalisasi data atau penyempurnaan akhir terhadap modul, sehingga modul siap diproduksi dengan menyesuaikan masukan yang diperoleh dari kegiatan sebelumnya. Oleh karena itu, modul harus mencakup aspek-aspek penting dalam penyusunan modul yaitu :

a) Pengorganisasian materi pembelajaran.

b) Penggunaan metode instruksional.

c) Penggunaan bahasa.

d) Pengorganisasian tata tulis dan perwajahan.

(39)

Dalam langkah penyusunan modul menurut Rahdiyanta, D (2016: 1-2) terdapat 6 tahapan dan berikut ini penjabarannya :

1) Analisis Kebutuhan Modul

Kegiatan menganalisis sibalus dan RPP dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam memperlajari kompetensi yang sudah diprogramkan. Tujuan dari analisis kebutuhan modul ini untuk mengidentifikasi serta menentapkan jumlah dan judul modul yang dikembangkan dalam satuan program tertentu. Analisi kebutuhan modul dilakukan secara tim yang memiliki keahlian pada program analisis. Berikut ini langkah yang dapat dilakukan :

a) Tetapkan satuan program yang dijadikan batasan atau lingkup kegiatan seperti program 3 tahun, program 1 tahun program semester dan lainnya.

b) Memeriksa adanya program atau rambu operasional untuk pelaksanaan program tersebut seperti program tahunan, silabus, RPP atau lainnya.

c) Mengidentifikasi dan menganalisis standar kompetensi yang dipelajari sehingga materi

(40)

pembelajaran agar dapat menguasai standar kompetensi tersebut.

d) Menyusun dan mengorganisasi unit tau satuan bahan belajar untuk mewadahi materi.

e) Mengidentifikasi yang sudah ada dan yang belum tersedia di sekolah.

f) Melakukan penyusunan modul berdasarkan prioritas kebutuhan.

2) Peta Modul

Merupakan tata letak atau kedudukan modul pada satuan program yang digambarkan dalam bentuk diagram. Diagram di buat untuk pencapaian kompetensi yang termuat dalam kurikulum.

3) Desain Modul

Desain modul yang dimaksud adalah Rencana pelaksanaan pembelajaran atau yang sering disebut RPP yang sudah disusun oleh guru. Dalam RPP memuat startegi, penialaian serta perangkanya sehingga RPP diacu sebagai desain penyusunan atau penulisan modul.

Apabila RPP belum ada, maka dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :

a) Menetapkan kerangka bahan yang disusun.

(41)

b) Memiliki tujuan akhir atau kemampuan yang dicapai pesrta didik dalam modul.

c) Memiliki tujuan kemampuan spesifik yang menunjang tujuan akhir.

d) Menetapkan sistem evaluasi.

e) Menentapkan garis besar atau materi untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan seperti KD, deskripsi singkat, estimasi waktu serta sumber pustaka.

f) Materi dalam modul berupa konsep, fakta penting yang berkaitan langsung serta mendukung pencapaian kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.

g) Tugas, soal dan praktik atau latihan yang harus dikerjakan atau diselesaikan oleh peserta didik.

h) Evaluasi atau penilaian yang berguana untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam menguasai modul

i) Adanya kunci jawaban dari soal, latihan maupun tugas.

4) Implementasi

Merupakan suatu kegiatan belajar yang dilaksanakan sesuai alur yang sudah digariskan pada

(42)

modul. Alat, bahan, media serta lingkungan belajar dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaram agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Strategi pembelajaran dibuat konsisten sesuai skenario yang ditetapkan.

5) Penilaian

Penilaian yang dimaksudkan adalah hasil belajar peserta didik dalam menegtahui tingkat penguasaan seluruh materi yang ada dalam modul. Penilaian mengikuti ketentuan yang ada pada modul dan dilakukan menggunakan instrumen yang sudah dirancang atau dipersiapkan saat penulisan modul.

6) Evaluasi dan Validasi

Evaluasi yaitu mengetahui serta mengukur implementasi pembelajaran terhadap modul dapat terlaksana sesuai dengan desain pengembangannya.

Validasi merupakan proses pengujian kesesuaian modul terdapat kompetensi yang akan menjadi target belajar.

Berdasarkan ahli di atas dapat disimpulkan bahwa modul adalah bahan ajar yang dirancang secara sistematis serta penggunaan bahasa yang mudah dipahami sesuai kebutuhan peserta didik dalam penggunaan secara mandiri. Sehingga peserta didik dapat belajar baik tanpa maupun dengan

(43)

bimbingan guru. Modul juga menyesuaikan kebutuhan dari peserta didik sehingga pembelajaran dapat di pelajari secara runtut, jelas dan mudah dipahami oleh peserta didik.

2. Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi yang dipergunakan oleh masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari seperti belajar, bekerja sama serta berinteraksi dengan sesama manusia (Cahyani, I.

2013: 55). Menurut Khair, U. (2018: 84) Bahasa Indonesia ialah pembelajaran mengenai keterampilan dalam berbahasa indonesia dengan baik dan benar sesuai dengan tujuan serta fungsi kegunaannya.

a. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan keterampilan dalam berbahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai dengan tujuan dan fungsinya (Khair, U. 2018: 89). Sedangkan pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan suatu proses perjalanan yang panjang dalam memperlajari Bahasa Indonesia ataupun bahasa ibu oleh peserta didik. Kompetensi yang terdapat pada pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi menyimak, berbicara, membaca serta menulis (Anatasya, D., et al., 2018: 5). Menurut Cahyani, I (2013: 53) pembelajaran Bahasa Indonesia mampu meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar secara lisan maupun tulisan, serta dapat

(44)

menumbuhkan apresisasi dari hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

Berdasarkan beberapa para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia adalah proses mempelajari Bahasa Indonesia serta bahasa ibu untuk berkomunikasi secara baik dan benar dengan menyesuaikan tujuan dan fungsinya.

b. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pembelajaran penting yang diajarkan di SD khususnya di negara Indonesia. Menurut Cahyani, I ( 2013: 53-54) mata pelajaran Bahasa Indonesia ini memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut ini:

1) Mampu berkomunikasi secara efektif serta efisien dalam etika yang berlaku baik secara lisan maupun lisan.

2) Menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara.

3) Memahami Bahasa Indonesia dengan penggunaan yang tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

4) Menggunakan Bahasa Indonesia guna meningkatkan intelektual dan kematangan dalam emosional serta sosial.

(45)

5) Memanfaatkan dan menikmati karya sastra dalam memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam berbahasa.

6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia dengan budaya dan juga intelektual manusia Indonesia.

Menurut Farhrohman, O (2017: 26) standar kompetensi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia juga bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1) Efektif dan efisien dalam berkomunikasi dengan menyesuaikan etika yang berlaku baik secara lisan maupun tulisan.

2) Menghargai dan bangga terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang merupakan bahasa persatuan dan bahasa negara.

3) Memahami dan menggunakan Bahasa Indonesia secara tepat dan kreatif dalam berbagai tujuan.

4) Bahasa Indonesia dapat meningkatkan kemampuan intelektual dan kematangan emosional serta sosial.

5) Memanfaatkan serta menikmati karya sastra untuk memperluas pengetahuan atau wawasan, memperhalus budi pekerti serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam berbahasa.

(46)

6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya serta intelektual dalam manusia Indonesia.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu, berkomunikasi secara efektif dan efisien dalam lisan maupun tulisan, bangga terhadap penggunaan Bahasa Indonesia sebagia pemersatu bangsa, menggunakan Bahasa Indonesia secara bijaksana, bahasa Indonesia dapat meningkatkan kemampuan intelektual serta emosional pada sosial, memperluas pengetahuan serta wawacara dalam karya sastra dan membanggakan sastra Indonesia dalam budaya serta intelektual masyarakat Indonesia.

c. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Menurut Mulyati, Y. (2007: 10 – 14) dalam penggunaan bahasa terdapat 4 aspek keterampilan berbahasa yang dibunakan untuk komunikasi yaitu mendengarkan atau menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dibawah ini keempat jenis keterampilan berbahasa:

Tabel 2. 1 Empat Jenis Keterampilan Berbahasa

Lisan Tulis

Reseptif Mendengarkan Membaca

Produksi Berbicara Menulis

(47)

1) Mendengarkan atau Menyimak

Mendengarkan adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseptif.

Mendengarkan di sini bukan berarti hanya sekedar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melalui alat pendengarnya melainkan memahami sekaligus.

Walaupun menggunakan alat pendengaran yang sama, mendengarkan dan mendengar sangat berbeda. Mendengarkan merupakan unsur kesengajaan dengan konsentrasi dan perhatian yang penuh untuk memperoleh informasi, sedangkan mendengar tidak mencakup unsur kesengajaan, konsentrasi dan perhatian. Dalam bahasa pertama yaitu bahasa ibu, yang diperoleh dari keterampilan yang tidak disadari atau perolehan (Acquisition) bukan melalui prosesnya pembelajaran (Learning).

Terdapat juga 2 jenis situasi dalam rangka mendengarkan yaitu, mendengarkan secara interaktif yang terjadi secara tatap muka dan percakapan di telepon atau sejenisnya. Dalam mendengarkan secara interaktif dapat bertanya kembali untuk memberikan penjelasan, meminta untuk memperlambat dalam berbicara dan juga

(48)

mengulang apa yang dibicarakan. Sedangkan mendengarkan secara noninteraktif tidak bisa meminta penjelasan dari pembicaraan, pengulangan yang diucapkan dan perbicaran yang dilambatkan.

Contoh dari mendengarkan noninterkatif yaitu, mendengrakan radio, TV, film, khotbah ataupun medengarkan acara seremonial.

2) Berbicara

Dalam keterampilan berbicara dibagi menjadi 3 jenis situasi berbicara yaitu interaktif, semiinteraktif dan noninteraktif. Untuk berbicara interaktif terjadi apabila percakapan secara tatap muka langsung, bersifat dua arah , multi arah dan dapat berbicara melalui telepon. Berbicara semiinteraktif seperti berpidato di hadapan umum, kampanye, khutbah atau ceramah dan lain sebgaainya. Pada situasi ini, sebagai audiens tidak dapat melakukan interupsi pada pembicara sedangkan pembicara bisa melihat reaksi dari pendengar melalui ekspresi wajah serta bahasa tubuh audiens atau pendengar. Selanjutnya berbicara noninteraktif, dilakukan satu arah dan tidak melalui tatap muka langung pada saat

(49)

melakukan pembicaraan. Sebagai contohnya berpidato melalui radio ataupun televisi. Pidato kenegaraan yang disampaikan lelalui siaran radio ataupun televisi termasuk ke dalam berbicara noninteraktif.

3) Membaca

Pada keterampilan membaca termasuk kedalam sifat aktif-reseptif. Aktivitas dalam membaca dapat dikembangan secara tersendiri sehingga dapat dipisah dari keterampilan mendengarkan dan berbicara. Keterampilan pada membaca terbagi menjadi 2 klasifikasi yaitu, membaca permulaan dan membaca lanjutan.

Pertama membaca permulaan kemampuan mengganli lambang-lambang dari tulisan serta dapat membunyikannnya dengan benar (Melek Huruf).

Fase ini merupakan pemahaman isi bacaan yang belum begitu terlihat dikarenakan orientasi pembaca lebih ke pengenalan lambang bunyi bahasa. Kedua membaca lanjutan dimana pembaca tidak hanya mengenali lambang tulisan dan dapat membunyikan dengan lancar namun juga memahami isi serta makna bacaan yang di baca (Melek Wacana). Tidak

(50)

hanya memahami isi bacaan tetapi kecepatan tingkat tinggi dalam membaca juga harus memadai.

4) Menulis

Keterampilan dalam menulis merupakan sifat yang aktif-produktif. Ketrampilan menulis sering dipandang hierarki yang rumit dan kopleks diantara jenis keterampilan lainya. Dikarenakan aktivitas menulis bukan sekedar menyalin kata serta kalimat melainkan juga menuangkan dan mengembangkan pikiran, gagasan, ide, dalam suatu struktur tulisan yang teratur, logis, sistematis, sehingga akan mudah ditangkap oleh pembacanya.

Keterampilan menulis dibagi menjadi 2 kategori yaitu menulis permulaan dan menulis lanjutan. Pada menulis permulaan diibaratkan seperti melukis gambar, dikarenakan penulis tidak menuangkan ide atau gagasan melainkan melukis atau menyalin gambar ataupun lambang bunyi bahasa ke dalam wujud lambang yang tertulis. Untuk menulis lanjutan merupakan aktivitas menuangkan ide ataupun gagasan yang dinyatakan secara tertulis ke dalam bahasa tulis, sehingga pada awal memasuki persekolahan siswa akan dilatih menulis permulaan

(51)

melalui proses pembelajaran yang disinergiskan dan diintegrasikan pada kegiatan membaca permulaan.

Menurut Farhrohman, O. (2017: 26-27) mengemukakan di mana ruang lingkup belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut ini :

1) Mendengarkan dapat mendengarkan berita, petunjuk, pengumuman, perintah, bunyi, suara dan masih banyak lagi yang dimana dapat memberikan respon dengan tepat serta mengapresiasi sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang (fabel), puisi, syair lagu, pantun dan menonton drama anak-anak.

2) Berbicara bisa dengan mengungkapkan gagasan dan perasaan, penyamapaian sambutan, menceritakan diri sediri, keluarga gambar, peristiwa, kegiatan sehari-hari dan masih banyak lagi dimana mampu mengapresiasi dan berekspresi sastra memalui kegiatan menuliskan sastra berupa cerita anak-anak, cerita rakyat, syair lagu, pantun, drama anak dan lainya.

(52)

3) Membaca seperti huruf, suku kata, kalimat, paragraf dari berbagai macam teks serta mengapresiasi dan berekspresi, dan masih banyak lagi. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam membaca cerita, drama anak dan cerita rakyat dan lain sebagainya.

4) Menulis bisa seperti karangan naratif dan normatif dengan tulisan yang rapi dan jelas dengan memperhatikan tujuan serta ragam pembaca dan tidak lupa tanda baca. Kegiatan menulis menghasilkan sastra berupa cerita dan puisi.

Berdasarkan diatas ternyata ruang lingkup pada pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu mendengarkan, berbicaran, membaca dan menulis.

d. Implementasi Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Menurut Farhrohman, O. (2017: 30) mengatakan terdapat 4 karakteristik dan kebutuhan peserta didik yang terkait dengan pembelajaran bahasa Indonesia yaitu :

1) Peserta didik yang senang bermain. Untuk karakteristik tersebut menuntun guru untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang memuat permainan. Implementasinya dalam pembelajaran bahasa indonesia tersebut : guru akan mengajak

(53)

peserta didik untuk bermain di luar, mengamati keadaan sekitar lingkungannya lalu menceritakannya. Hal ini berkaitan dengan kemampuan berbahasa lisan yang dilakukan oleh peserta didik.

2) Peserta didik yang aktif dalam bergerak. Guru merancang model pemebelajaran yang memungkinkan perpindahan atau aktifitas gerak.

Implementasi pada pembelajaran bahasa indonesia yaitu dengan melakukan olahraga atau permainan dalam pembelajaran bertujuan untuk menghilangkan kebosanan atau kejenuhan kepada peserta didik.

3) Peserta didik menyukai bekerja kelompok. Guru akan merancang model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk belajar bekerja dan belajar dalam kelompok. Implementasi pada pembelajaran bahasa indonesia dengan membentuk kelompok 3-4 orang untuk mempelajari serta menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru dalam kelompoknya dan ini akan mendorong peserta didik untuk belajar berkomunikasi dan bekerja sama dengan baik bersama kelompoknya.

(54)

4) Peserta didik merupakan anak yang senang merasakan atau memperaktikan secara langsung.

Ditinjau dari perkembangan kognitif, peserta didik memasuki tahap operasi konkret di mana yang dipelajari di sekolah akan peserta didik menghubungan konsep lama dengan konsep yang baru berdasarkan pengalamannya. Untuk implementasi pembelajaran pada Bahasa Indonesia sendiri yaitu, peserta didik diminta untuk mengamati lingkungan sekitar lalu guru akan minta peserta didik untuk mendiskripsikan apa yang diamati menggunakan kalimat induktif dan deduktif.

Berdasarkan pertanyaan di atas modul serta pembelajaran yang dibutuhkan oleh peserta didik yang memiliki aktifitas belajar sambil bermain, aktif dalam gerak, mampunyai bekerja kelompok bersama teman kerjanya dan mempelajari serta diterapkan secara langsung.

3. Wawancara

Wawancara adalah proses interaksi komunikasi dilakukan oleh dua orang atau lebih di mana terdapat dasar pembicaraan yang mengacu pada tujuan yang sudah ditetapkan dengan kebenaran sebagai landasan utama (Herdiansyah, H. 2013: 31). Proses tanya jawab secara lisan di mana terdapat dua orang maupun lebih

(55)

berhadapan secara fisik, yang atau berbicara lainya mendengarkan.

Wawancara merupakan alat mengumpulkan informasi yang langsung mengenai beberapa jenis data, baik yang terpendam (latent) ataupun manifestasikan (Bokim, A. 1986: 57). Wawancara juga memiliki tujuan yaitu untuk memperoleh hasil informasi dan opini dari narasumber (Bokim, A. 1984: 59). Namun apabila wawancara dilakukan tanpa adanya tujuan, maka hal tersebut bukan termasuk ke dalam wawancara (Herdiansyah, H. 2013: 28).

a. Jenis atau Bentuk Wawancara

Dalam pelaksanaan wawancara, perlunya mengetahui jenis atau bentuk dari wawancara dan berikut ini beberapa ahli menjelaskan jenis ataupun bentuk wawancara. Menurut Herdiansyah, H (2013: 63 – 71) bentuk wawancara terdiri dari 3 bentuk yaitu :

1) Wawancara terstruktur adalah wawancara yang menggunakan pedoman wawancara (Guideline interview). Sehingga pertanyaan yang ditanyakan secara runtut, penggunaan kata dan kalimat dalam pertanyaan dan narasumber dapat menjawab dengan tepat.

2) Wawancara semi terstruktur adalah kebebasan dalam bertanya dan mengatur oleh pewawancara dalam melaksanakan wawancaranya. Pada

(56)

wawancara semi tersturktur ini memiliki batasan yang digunakan yaitu tema dalam berwawancara.

Sehingga pewawancara diperbolehkan untuk tidak maupun menggunakan pedoman wawancara.

3) Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang memberikan jawaban secara seluas dan bebas.

Wawancara ini bersifat terbuka dan jawaban yang diberikan beragam. Sehingga wawancara tidak terstruktur ini dipergunakan pada konteks talk- show, seminar dan kuliah umum.

Selanjutnya ada Bokim, A (1986 : 63 – 75) yang juga menjelaskan jenis wawancara seperti di atas. Perbedaan hanya terdapat pada penulisan jenis seperi wawancara terstruktur menjadi wawancara terpimpin dan begitu sebaliknya. Isi penjelasan diantara keduannya tersebut memiliki kesamaan, namun untuk Adna Bokim memiliki jenis wawancara lainnya yaitu sebagai berikut :

1) Wawancara pribadi adalah wawancara yang dilakukan secara privasi antara pewawancar dan narasumber untuk memperoleh data yang intensif besar.

(57)

2) Wawancara kelompok adalah pewawancara atau lebih yang dihadapkan kepada dua orang atau lebih dari grup yang sedang diperiksanya.

3) Wawancara dari hati ke hati (Free Talk) adalah wawancara dua orang sahabat yang karib yang sedang berbincang-bincang. Wawancara ini memiliki pendapat, sikap, serta keinginan atau perasaan orang melalui komunikasi secara lisan.

Wawancara hati ke hati ini diperguankan seperti dokter dengan seorang pasien.

4) Diskusi adalah suatu free talk yang diarahkan pada pemecahan suatu persoalan.

5) Wawancara pendapat umum adalah wawancara yang digunakan untuk mengetahui pendapat orang disekitar dengan mewawancarainya. Namun untuk jawaban yang diberikan belum tentu dapat dipertanggungjawabkan sehingga hasil wawancara pendapat umum perlu dibuktikan.

6) Wawancara dadakan adalah wawancara yang tidak direncanakan dikarenakan belum mengetahui siapa yang akan diwawancarai. Walaupun dilaksanakan secara mendadak namun keuntungan yang di dapat

(58)

secara langsung tanpa adanya perantara orang lain serta memperoleh sesuatu yang tidak terduga.

7) Wawancara mengenai pribadi seseorang adalah wawancara untuk mengenal baik secara langsung maupun pribadi. Wawancara ini sama seperti wawancara hati ke hari namun yang membedakan yaitu gerakan, sikap serta perubahan dalam melaksanakan wawancara. Maka dari itu pewawancara harus memperhatikan perilaku dari narasumber.

8) Wawancara berita adalah wawancara untuk memperoleh bahan atau latar dari pemberitaan yang telah disiarkan baik di pers maupun lainnya.

9) Wawancara telepon adalah wawancara yang dilakukan melalui pesawat telepon. Sehingga wawancara berlangsung menggunakan telepon dan wawancara ini dilakukan apabila diperlukan atau saat mendesak.

b. Tahap Tahap Dalam Wawancara

Setelah mengetahui jenis wawancara, selanjutnya terdapat tahapan wawancara, menurut Bokim, A (1968: 78-86) berikut ini tahapan dalam wawancara sebagai berikut :

(59)

1) Menentukan tema dan membuat pertanyaan wawancara menggunakan 5W + 1H yaitu : Apa (What), Siapa (Who), Kapan (When), Di mana (Where), Mengapa (Why) dan Bagaimana (How) 2) Menentukan tanggal, waktu dan tempat

dilaksanakan wawancara.

3) Lebih baik datang lebih cepat sebelum narasumber terlebih dahulu.

4) Membawa peralatan untuk merekam dan mencatat seperti, buku tulis dan pulpen serta alat perekam suara atau menvideo kegiatan saat berwawancara.

5) Memperkenalkan diri serta tujuan dengan jelas dan ringkas saat melakukan wawancara.

6) Nama narasumber diucapkan dengan jelas dan lengkap tanpa kesalahan.

7) Menanyakan secara bijaksana serta bersikap hormat dalam keadaan apapun.

8) Dapat melakukan pendekatan tidak langsung pada persoalan yang dimana menanyakan persoalan hobinya, kesenangannya bila belum diketahuinya.

Jika sudah nyaman berbicara bisa kembali ke topik pembicaraan.

(60)

9) Jangan menyela pembicaraan yang di wawancarai itu akan menganggu jalan pikiran pembicaraan.

10) Menjaga suasana wawancara, suasana pemeriksaan tetap informal dan santai.

11) Jalannya wawancara harus tetap pada pokok pembicaraan. Membantu memberikan rumusan apabila narasumber mengalami kesulitan dalam memberikan jawaban.

12) Perlunya memperhatikan gerak-gerik, wajah dan tangan saat diperiksa serta sikap dalam berbicara terkadang itu diperlukan juga.

13) Sebelum mengundurkan diri, periksa terlebih dahulu apakah semua pertanyaan sudah diajukan atau belum. Tanyakan apakah yang diwawancarai bersedia dihubungi kembali apabila masih perlu ada yang dilengkapi.

c. Laporan Wawancara

Setelah melaksanakan tahapan wawancara hasil wawancara baik rekam maupun catatan segera dirangkum. Mulai dari yang sistematis terhadap hasil wawancara, hasil data yang di anggap penting maupun tidak penting serta data yang dikelompokan.

Sehingga data yang dihasilkan akan menjadi memiliki pola serta makna tertentu. Untuk data yang diragukan perlu

(61)

ditanyakan kembali kepada narasumber agar mendapatkan kepastian serta ketuntasan jawaban (Hardani, et al. 2020: 149).

Untuk hasil wawancara rekaman dapat dijadikan hasil bukti suara asli dari narasumber. Sebelum itu terlebih dahulu untuk meminta ijin kepada narasumber untuk merekam yang nantinya akan dipergunakan dalam penelitian (Raco, J.E 2010:

119). Data rekaman suara juga dapat mengurai kesalahan namun perlu untuk dijaga kerahasian data apabila narasumber menginginkan. Setelah mendapatkan data rekam suara, maka hasil yang di dapat menjadi penegas. Setelah mendapat kan hasil wawancara dari tertulis maupun lisan. Hasil wawancara dapat dituliskan ke dalam bentuk laporan. Berikut ini yang dilakukan pewawancara atau peneliti dilakukan, yaitu :

1) Mengevaluasi proses dan tujuan.

2) Mendiskusikan hasil evaluasi untuk umpan balik.

3) Kaidah penulisan laporan.

4) Hasil wawancara murni tanpa adanya pendapat sendiri.

5) Data yang dipilih relavan dengan permasalahan.

6) Nama baik narasumber di jaga baik kerahasiannya serta identitas narasumber.

Berdasarkan beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil laporan wawancara adalah data yang berupa tertulis maupun

(62)

lisan yang di dapat melalui wawancara. Informasi yang di dapat dikelompokkan hingga menjadi makna dan kesimpulan secara menyeluruh dari topik yang diwawancarai.

B. Penelitian yang Relevan

Pertama terdapat penelitian dari Fatimah, S,. Sirate, S,. Ramadhana, R,. (2017) yang berjudul “Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Keterampilan Literasi”. Penelitian ini merancangkan modul pembelajaran matematika yang berbasis keterampilan literasi dengan menggunakan model 4-D. Model 4-D memiliki 4 tahapan yaitu define (Pendefinisian), design (perancangan), develop (pengembangan) dan disseminate (Penyebaran). Tujuan dikembangkannya bahan ajar oleh peneliti tersebut untuk membantu peserta didik dalam memahami peran serta kegunaan matematik di kehidupan sehari-hari serta membuat keputusan tepat sebagai warga yang membangun, peduli dan berpikir. Literasi matematika secara umum diartikan sebagai suatu kesatuan pengetahuan, pemahaman, serta keterampilan yang dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupan yang moderen dapat berfungsi secara efektif. Literasi matematika dapat diartikan juga sebagai kemampuan seseorang dalam merumuskan, menerapkan serta menafsirkan matematika dalam konteks yang bermacam-macam.

Kedua terdapat penelitian dari Asriyanti, D.F,. (2017) yang berjudul

“Pengembangan Bahan Ajar Modul Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas IV SDN Kendalbulur II Tulungagung”. Penelitian ini

(63)

membuat produk berupa pengembangan bahan ajar untuk materi pembelajaran Bahasa Indonesia. Pada produk tersebut terdapat silabus, RPP dan buku siswa model yang berisikan pembelajaran Bahasa Indonesia. Model yang pergunakan untuk pengembangan yaitu 4-D yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis untuk peserta didik serta membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.

Hasil diperoleh yaitu memuat karakteristik, kebutuhan, dan kemampuan berfikir peserta didik dan tidak lupa kemampuan berfikir kritis untuk mengadapi zaman kedepannya.

Ketiga terdapat penelitian dari Widyawati, I. (2017) yang berjudul

“Pengembangan Bahan Ajar Interaktif Teks Wawancara Untuk Siswa Kelas IV SDN Banjaragung II”. Pada penelitian ini melakukan pengembangan bahan ajar interaktif materi teks wawancara untuk siswa kelas IV SDN Banjaragung II. Model yang digunakan yaitu pengembangan 4-D yang kemudian hasil yang sudah diperoleh dikemas menggunakan apikasi Macromedia Flash Player 8 yang dapat dijalankan melalui laptop, LCD dan speaker aktif. Berdasarkan penilaian dari validasi ahli rancangan, media dan isi memperoleh 83%, ahli bahasa memperoleh 69%, dan ahli guru kelas IV memperoleh 83% maka dapat dismpulkan persentase penilaian validator 78%. Sehingga hasil yang di dapat dari penelitian tersebut, peneliti telah mengembangkan bahan ajar interatif menggunakan media elektronik untuk teks wawancara khususnya kelas 4

Gambar

Tabel 2. 1 Empat Jenis Keterampilan Berbahasa
Tabel 3. 1 Model Desain ADDIE Rahmat Arofah Hari Cahyadi (2019)
Tabel 3. 2 Daftar Wawancara Guru Kelas 4 Sekolah Dasar
Tabel 3. 3 Kisi-Kisi Uji Validasi Modul Untuk Pakar Dan Guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu solusi dari permasalahan di atas adalah dengan memberikan suatu bahan ajar yang dapat dipelajari oleh siswa secara mandiri yaitu berupa modul

Pengertian Modul Pengertian modul menurut Purwanto adalah bahan belajar yang dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan

Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa modul pembelajaran adalah bahan ajar cetak yang didalamnya memuat

produk bahan ajar Modul Mata Pelajaran IPA berbasis model inkuiri terbimbing. materi energi dan merupakan merupakan hasil akhir produk

Masukan atau saran dari ahli bahan ajar untuk modul pembelajaran dapat dilihat pada tabel 4.4..

2) Self Contained; yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuan dari

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan pengembangan bahan ajar Modul Tematik berbasis Quantum Learning yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

pada pihak lain. Self contained, seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi yang dipelajari terdapat didalam satu modul utuh. Stand alone, modul yang