• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODUL BLENDED LEARNING MATERI GAYA DAN GERAK MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN MODUL BLENDED LEARNING MATERI GAYA DAN GERAK MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR SKRIPSI"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

2022

PENGEMBANGAN MODUL BLENDED LEARNING MATERI GAYA DAN GERAK MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Christina Maharani Cyntia Putri NIM: 181134152

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

PENGEMBANGAN MODUL BLENDED LEARNING MATERI GAYA DAN GERAK MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Christina Maharani Cyntia Putri NIM: 181134152

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2022

(3)

SKRIPSI

PENGEMBANGAN MODUL BLENDED LEARNING MATERI GAYA DAN GERAK MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Oleh:

Christina Maharani Cyntia Putri NIM: 181134152

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

Wahyu Wido Sari, M.Biotech. Tanggal 31 Maret 2022

(4)

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 11 April 2022

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Yogyakarta, 11 April 2022 SKRIPSI

PENGEMBANGAN MODUL BLENDED LEARNING MATERI GAYA DAN GERAK MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Christina Maharani Cyntia Putri NIM: 181134152

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. ………

Sekretaris Dr. Rusmawan, S.Pd., M.Pd. ………

Anggota Wahyu Wido Sari, M.Biotech. ………

Anggota FX Murti Hadi Wijayanto, SJ S.S., MFA ………

Anggota Dr. Rusmawan, S.Pd., M.Pd. ………

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D.

(5)

PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini peneliti persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa membimbing, memberi berkat, perlindungan, dan karunia yang melimpah dalam penyusunan skripsi ini.

2. Kedua orang tua tercinta saya, Bapak Evaristus Iswantoro dan Ibu Eni Rustanti yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan tidak pernah lupa untuk mendoakan saya.

3. Kakak tersayang, Albertus Charles Ricky Krisnawan yang selalu mendukung dan memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

4. Dosen pembimbing saya, Ibu Wahyu Wido Sari, M.Biotech.

5. Aditya Danu Saputra selaku partner saya yang selalu mendukung dan memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

6. Teman-teman tercinta saya, Alm. Stephannie yang telah dipanggil Bapa di Surga, Ocakiut, Yayas, Jovita, Yunita, Tinatun, dan Pak Nanda yang telah memberikan semangat, dukungan, dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman payung skripsi R&D yang telah berjuang bersama, saling membantu dan mendukung, serta memberikan masukan dalam skripsi ini.

8. Semua saudara dan teman-teman kelas B angkatan 2018 yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

9. Almamater Universitas Sanata Dharma.

(6)

MOTTO

“Jangan takut, sebab aku menyertai engkau. Jangan bimbang, sebab aku ini Allahmu. Aku akan meneguhkan, bahkan aku akan menolong engkau, aku akan

memegang engkau dan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”

(Yesaya 41:10)

“Tetaplah berusaha, berdoa, dan teruslah mencoba! Jangan takut gagal. Sebab Tuhan selalu menyertai-Mu.”

(Christina Maharani Cyntia Putri)

“Kesuksesan bukan akhir, kegagalan bukan hal yang fatal, hal itu adalah keberanian untuk melanjutkan apa yang penting.”

(Winston Churchill)

“Niat, usaha, doa, dan hargai setiap proses.”

“Ketika ada niat pasti ada jalan. Bila sudah tidak ada jalan, kita buat jalan sendiri.”

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 11 April 2022 Penulis,

Christina Maharani Cyntia Putri

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Christina Maharani Cyntia Putri

Nomor Induk Mahasiswa : 181134152

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGEMBANGAN MODUL BLENDED LEARNING MATERI GAYA DAN GERAK MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk perangkat data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 11 April 2022 Yang menyatakan

Christina Maharani Cyntia Putri

(9)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODUL BLENDED LEARNING MATERI GAYA DAN GERAK MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING

UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Christina Maharani Cyntia Putri Universitas Sanata Dharma

2022

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan mengenai bahan ajar yang kurang mendukung pembelajaran Blended Learning untuk siswa serta adanya kebutuhan akan bahan ajar yang lengkap khususnya terkait materi gaya dan gerak.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan modul pembelajaran IPA materi gaya dan gerak untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar serta untuk mengetahui kualitas dari produk modul pembelajaran IPA materi gaya dan gerak untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

Penelitian ini menggunakan jenis Research and Development (R&D) dengan model pengembangan ADDIE yang terdiri dari lima tahap yaitu analisis (Analyze), perancangan (Design), pengembangan (Develop), implementasi (Implement), dan evaluasi (Evaluation). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif dan data kuantitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas modul pembelajaran berdasarkan hasil validasi oleh 3 validator oleh satu dosen ahli pembelajaran IPA dan dua guru kelas IV SD menggunakan skala 1-4 secara keseluruhan memperoleh skor rata-rata 3,72 dengan kategori “Sangat Baik”. Hasil uji coba terbatas kepada 6 siswa kelas IV memperoleh skor rata-rata 3,85 dengan kategori “Sangat Baik”.

Kata Kunci : Penelitian dan Pengembangan, Modul Pembelajaran IPA, Gaya dan Gerak.

(10)

ABSTRACT

DEVELOPMENT OF BLENDED LEARNING MODULE FOR STYLE AND MOTION MATERIALS USING DISCOVERY LEARNING MODEL FOR

GRADE IV ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS Christina Maharani Cyntia Putri

Sanata Dharma University 2022

This research is motivated by the problem of teaching materials that do not support Blended Learning for students and the need for complete teaching materials, especially those related to force and motion material. The purpose of this study was to develop a science learning module for force and motion material for fourth grade elementary school students and to determine the quality of the product science learning module for force and motion material for fourth grade elementary school students.

This study uses the type of Research and Development (R&D) with the ADDIE development model consisting of five stages, namely Analyze, Design, Develop, Implement, and Evaluation. Data collection techniques in this study used observation, interviews, and questionnaires. Data analysis techniques used are qualitative data analysis techniques and quantitative data.

The results of this study indicate that the quality of the learning module based on the results of validation by 3 validators by one science learning expert lecturer and two fourth grade elementary school teachers using a scale of 1-4 overall obtained an average score of 3.72 with the "Very Good" category. The results of the trial were limited to 6 fourth grade students obtaining an average score of 3.85 in the "Very Good" category.

Keywords : Research and Development, Science Learning Module, Style and Motion.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengembangan Modul Blended Learning Materi Gaya dan Gerak Menggunakan Model Discovery Learning Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar” ini dengan baik.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat adanya bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak.

Karena ini, perkenankan peneliti menyampaikan ucapan terimakasih dengan setulus hati kepada:

1. Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sanata Dharma.

3. Dr. Rusmawan, S.Pd., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sanata Dharma.

4. Wahyu Wido Sari, M.Biotech., selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi.

5. Irine Kurniastuti, M.Psi., selaku DPA yang selalu sabar dan memberikan dukungan.

6. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan ilmu selama masa perkuliahan.

7. Bapak/Ibu sekretariat Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma yang telah membantu segala administrasi yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi.

8. Emmanda Sekar Yumita, S.Pd. dan Ch. Wahyu Endri Astuti, S.Pd., selaku guru kelas IV SD yang telah bersedia menjadi validator dalam penelitian ini.

9. Peserta didik kelas IV SD Kanisius Totogan yang telah bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini.

10. Teman angkatan 2018 yang selalu memberikan dukungan, semangat dan saling membantu selama belajar di PGSD USD.

(12)

11. Semua pihak yang turut serta dalam penelitian ini, yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, peneliti membutuhkan masukan serta saran yang membangun dari berbagai pihak. Peneliti berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan.

Yogyakarta, 11 April 2022 Penulis,

Christina Maharani Cyntia Putri

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR BAGAN ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Definisi Operasional ... 7

1.6 Spesifikasi Produk ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1 Kajian Pustaka... 9

2.1.1 Modul Pembelajaran ... 9

1. Pengertian Modul Pembelajaran ... 9

2. Karakteristik Modul Pembelajaran ... 10

3. Tujuan Modul Pembelajaran ... 12

(14)

4. Komponen-komponen Modul Pembelajaran ... 12

5. Manfaat Modul Pembelajaran ... 14

6. Kelebihan dan Kekurangan Modul Pembelajaran ... 14

2.1.2 Blended Learning... 15

1. Pengertian Blended Learning ... 15

2. Karakteristik Blended Learning ... 16

2.1.3 Model Discovery Learning ... 17

1. Pengertian Discovery Learning ... 17

2. Tujuan Model Discovery Learning ... 17

3. Karakteristik Model Discovery Learning ... 18

4. Langkah-langkah Pembelajaran Discovery Learning... 20

5. Langkah-langkah Model Discovery Learning ... 20

2.1.4 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 22

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 22

2. Fungsi Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 22

3. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 22

2.1.5 Materi Gaya dan Gerak ... 23

1. Pengertian Gaya... 23

2. Pengertian Gerak ... 25

3. Macam-macam Gaya... 25

2.2 Penelitian yang Relevan ... 28

2.3 Kerangka Berpikir ... 32

2.4 Pertanyaan-pertanyaan Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Jenis Penelitian ... 35

3.2 Setting Penelitian ... 37

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 37

3.2.2. Subjek Penelitian... 37

3.2.3. Objek Penelitian ... 37

3.2.4. Waktu Penelitian ... 37

3.3 Prosedur Pengembangan Penelitian 3.3.1. Tahap Analisis (Analyze) ... 37

(15)

3.3.2. Tahap Desain (Design) ... 38

3.3.3. Tahap Pengembangan (Develop)... 40

3.3.4. Tahap Implementasi (Implement) ... 41

3.3.5. Tahap Evaluasi (Evaluate) ... 42

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.4.1 Observasi ... 42

3.4.2 Wawancara ... 43

3.4.3 Kuesioner ... 44

3.5 Instrumen Penelitian ... 44

3.5.1 Pedoman Wawancara ... 45

3.5.2 Pedoman Observasi ... 46

3.5.3 Pedoman Kuesioner ... 47

1. Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ... 48

2. Kuesioner Uji Validitas Modul... 50

3. Kuesioner Uji Keterbacaan Modul ... 53

3.6 Teknik Analisis Data ... 55

3.6.1 Data Kualitatif ... 55

3.6.2 Data Kuantitatif... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

4.1 Hasil Penelitian ... 58

4.1.1 Prosedur Pengembangan Produk dengan Model ADDIE ... 58

1. Tahap Analisis (Analyze) ... 58

a. Analisis Kebutuhan ... 58

1) Hasil Observasi ... 58

2) Hasil Analisis Kebutuhan Guru ... 60

3) Hasil Analisis Kebutuhan Siswa ... 62

2. Tahap Desain (Design)... 63

a. Sampul/Cover Modul ... 63

b. Isi Modul... 64

c. Kata Pengantar ... 64

d. Daftar Isi ... 64

e. Biografi Penulis ... 65

(16)

f. Daftar Pustaka ... 65

3. Tahap Pengembangan (Develop) ... 65

a. Sampul/Cover Modul ... 65

b. Isi Modul... 66

1) Kata Pengantar ... 66

2) Daftar Isi ... 67

3) Cara Menggunakan Modul Siswa ... 68

4) Pemilik Modul Siswa ... 68

5) KI, KD, Indikator, dan Tujuan Pembelajaran ... 69

6) Silabus dan RPP ... 69

7) Sintaks Model Discovery Learning ... 70

8) Materi Pembelajaran ... 70

9) Lembar Percobaan ... 71

10) Rangkuman ... 72

11) Refleksi ... 72

12) Soal Evaluasi ... 73

13) Daftar Pustaka ... 73

4. Tahap Implementasi (Implement) ... 74

a. Uji Coba Lapangan Terbatas ... 74

5. Tahap Evaluasi (Evaluate) ... 75

a. Angket ... 75

4.1.2 Kualitas Pengembangan Modul ... 75

1. Validasi Produk ... 75

a. Hasil Validasi Ahli dan Revisi Produk ... 76

1) Hasil Validasi dan Revisi Dosen IPA ... 77

2) Hasil Validasi dan Revisi Guru Kelas IV SD Kanisius Totogan ... 78

3) Hasil Validasi dan Revisi Guru Kelas IV SDN Ngino 2 ……… 79

4.1.3 Data Hasil Angket Uji Keterbacaan Siswa ...82

1. Angket Uji Coba Keterbacaan Sesudah Menggunakan Modul Pembelajaran IPA ... 82

(17)

4.2 Pembahasan ... 83

4.2.1 Prosedur Pengembangan Produk Modul ... 83

4.2.1 Kualitas Produk Akhir Modul Pembelajaran IPA... 86

4.2.1 Hasil Uji Coba Terbatas ... 87

BAB V PENUTUP ... 89

5.1 Kesimpulan ... 89

5.2 Keterbatasan Penelitian ...90

5.3 Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91

LAMPIRAN ... 95

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 148

(18)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Wawancara Analisis Kebutuhan ... 45

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan... 45

Tabel 3.3 Kisi-kisi Observasi... 46

Tabel 3.4 Pedoman Observasi ... 47

Tabel 3.5 Kisi-kisi Analisis Kebutuhan Siswa ... 48

Tabel 3.6 Instrumen Analisis Kebutuhan Siswa ... 48

Tabel 3.7 Kisi-kisi Uji Validasi Modul untuk Ahli dan Guru ... 50

Tabel 3.8 Instrumen Validasi Modul untuk Ahli dan Guru ... 50

Tabel 3.9 Kisi-kisi Uji Keterbacaan Modul untuk Siswa ... 54

Tabel 3.10 Instrumen Kuesioner Uji Keterbacaan Modul untuk Siswa ... 54

Tabel 3.11 Klasifikasi Skor ... 56

Tabel 3.12 Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif ... 57

Tabel 4.1 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ... 62

Tabel 4.2 Hasil Validasi Produk ... 76

Tabel 4.3 Komentar oleh Dosen IPA dan Revisi Produk ... 77

Tabel 4.4 Komentar oleh Guru Kelas IV dan Revisi Produk ... 78

Tabel 4.5 Komentar oleh Guru Kelas IV dan Revisi Produk ... 79

Tabel 4.6 Hasil Rangkuman Penilaian Kualitas ... 81

Tabel 4.7 Kategori Kriteria Uji Keterbacaan Modul Pembelajaran IPA Oleh Siswa Kelas IV SD Kanisius Totogan ... 82

Tabel 4.8 Hasil Angket Sesudah Menggunakan Modul Pembelajaran IPA ... 82

(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kegiatan Melompat ... 25

Gambar 2.2 Gaya otot menyebabkan benda bergerak... 26

Gambar 2.3 Gaya pegas menyebabkan panah terlontar ... 26

Gambar 2.4 Gaya listrik statis pada penggaris menyebabkan kertas menempel ... 26

Gambar 2.5 Gaya magnet menyebabkan benda yang terbuat dari besi menempel ………... 27

Gambar 2.6 Gaya gravitasi bumi menyebabkan benda jatuh ke tanah ... 27

Gambar 2.7 Gaya gesek terjadi antara karet rem dengan pelek sepeda ... 27

Gambar 3.1 Alur Pengembangan Model ADDIE... 36

Gambar 3.2 Desain Penelitian Pengembangan Model ADDIE yang digunakan Peneliti ... 36

Gambar 3.3 Alur Model Pembelajaran Discovery Learning ... 36

Gambar 3.4 Rumus Penelitian ... 40

Gambar 4.1 Cover Depan dan Belakang Modul Guru ... 66

Gambar 4.2 Cover Depan dan Belakang Modul Siswa... 66

Gambar 4.3 Kata Pengantar Modul Guru dan Modul Siswa ... 67

Gambar 4.4 Daftar Isi Modul Guru dan Modul Siswa ... 67

Gambar 4.5 Cara Menggunakan Modul... 68

Gambar 4.6 Pemilik Modul Siswa ... 68

Gambar 4.7 KI, KD, Indikator, dan Tujuan Pembelajaran ... 69

Gambar 4.8 Silabus dan RPP... 69

Gambar 4.9 Sintaks Model Discovery Learning ... 70

Gambar 4.10 Materi Pembelajaran ... 71

Gambar 4.11 Lembar Percobaan ... 71

Gambar 4.12 Rangkuman ... 72

Gambar 4.13 Refleksi... 72

Gambar 4.14 Soal Evaluasi ... 73

Gambar 4.15 Daftar Pustaka ... 73

Gambar 4.16 Percobaan Siswa tentang Pengaruh Gaya ... 75

Gambar 4.17 Pengisian LKS ... 75

(20)

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 2.1 Literature Map Penelitian yang Relevan ... 31

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ... 96

Lampiran 2 Surat Izin Observasi dan Wawancara SD Kanisius Totogan ... 97

Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Wawancara ... 98

Lampiran 4 Surat Izin Validasi Produk ... 99

Lampiran 5 Surat Izin Uji Coba Produk Terbatas ... 101

Lampiran 6 Pedoman Pertanyaan dan Jawaban Hasil Wawancara ... 102

Lampiran 7 Instrumen Validasi Produk ... 105

Lampiran 8 Hasil Validasi Produk oleh Ahli dan Guru ... 110

Lampiran 9 Rekapitulasi Validasi Produk ... 125

Lampiran 10 Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 126

Lampiran 11 Kuesioner Penelitian Modul Pembelajaran IPA ... 131

Lampiran 12 Silabus ... 136

Lampiran 13 RPP ... 137

Lampiran 14 Dokumentasi Uji Coba Terbatas ... 144

(22)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab 1 ini, peneliti memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi operasional, dan spesifikasi produk.

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu proses terpenting dalam kehidupan untuk kebutuhan manusia yang berkualitas dan mampu mengikuti arus perkembangan dari zaman dahulu hingga saat ini. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan pada diri seseorang demi keberlangsungan hidupnya. Pendidikan bisa diperoleh secara formal maupun non formal, secara pendidikan formal peserta didik mengikuti program-program yang diperoleh dari pemerintah, sedangkan pendidikan non formal dapat diperoleh dari kehidupan sehari-hari penting dalam perkembangan peserta didik.

Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Kemendikbud, 2014).

Pembelajaran di sekolah dapat terlaksana dengan baik apabila penyampaian guru dari sumber belajar dapat menjelaskan kepada siswa dengan baik. Ketika pemilihan metode dan media pembelajaran yang digunakan sebagai sumber sarana dalam penyampaian materi pelajaran kepada peserta didik dapat berpengaruh terhadap keefektifan proses belajar. Pemilihan penggunaan metode dan media pembelajaran yang tepat saat pembelajaran akan menghindarkan siswa dari rasa ngantuk dan bosan, terlebih untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang memiliki banyak materi bersifat abstrak.

IPA merupakan pengetahuan yang mempelajari mengenai peristiwa- peristiwa alam secara luas dalam kaitannya dengan kehidupan manusia.

Pembelajaran IPA melatih siswa untuk objektif dan berpikir kritis serta membantu siswa untuk belajar memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran IPA di SD salah satu materi yang diajarkan adalah tentang gaya dan gerak yang dapat diterapkan dalam kehidupan nyata.

Guru dituntut untuk mempersiapkan bahan ajar berupa modul pembelajaran yang

(23)

pembelajaran yang efektif dan efisien. Modul dapat digunakan sebagai media belajar bagi siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran, karena dapat merangsang siswa untuk beraktivitas, meningkatkan keaktifan dan semangat belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA.

Sehingga dengan adanya modul sebagai salah satu media belajar yang digunakan, siswa dapat memperkaya wawasan serta dapat mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang dibahas pada setiap satu satuan modul.

Blended Learning disebut dengan Hybrid Learning, sesuai dengan namanya merupakan suatu metode pembelajaran yang mengkombinasikan metode pembelajaran tatap muka dengan online learning. Metode pembelajaran bisa berupa tatap muka sehari-hari, kemudian ada beberapa komponen pembelajaran e-learning yang disisipkan, maupun sebaliknya, kebanyakan pembelajaran e-learning, lalu disisipkan metode tatap muka untuk review atau untuk ujian. Banyak aplikasi yang mendukung Blended Learning dari Smartphone maupun internet. Beberapa aplikasi yang sangat populer yaitu Whatsapp, Zoom Meeting, Google Meet, dan lain sebagainya.

Bahan ajar adalah salah satu perangkat pembelajaran yang berisikan konsep atau materi dalam melaksanakan pembelajaran. Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar (Prastowo, 2014: 16). Adanya bahan ajar bertujuan untuk membantu pendidik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan mengarahkan semua aktivitas yang seharusnya diajarkan ke peserta didik dalam proses pembelajaran.

Sedangkan bagi siswanya itu sendiri, bahan ajar akan dijadikan sebagai pedoman yang harus dipelajari selama proses pembelajaran. Bahan ajar yang dikembangkan menggunakan model Discovery Learning. Bahan ajar tersebut adalah modul yang dirancang untuk membantu siswa dalam menguasai materi dan sebagai sarana belajar siswa secara mandiri sesuai kecepatan masing-masing. Dengan bahan ajar model Discovery Learning diharapkan siswa akan lebih mudah memahami materi sehingga proses pembelajaran menjadi bermakna. Adanya bahan ajar yang berkualitas akan mampu mengembangkan keaktifan siswa untuk belajar sendiri.

(24)

Modul pembelajaran merupakan bahan ajar yang dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil serta dapat dipelajari secara mandiri agar siswa menguasai materi tertentu yang diajarkan (Purwanto, 2007). Dengan adanya bahan ajar berupa modul pembelajaran yang disusun dengan semenarik mungkin, sehingga dapat membuat siswa merasa tertarik dan senang dalam mempelajari modul pembelajaran dan siswa dapat belajar secara mandiri terlebih pada kondisi saat ini yang mengharuskan semua sekolah melakukan pembelajaran secara daring (online). Modul pembelajaran adalah salah satu bahan ajar yang dapat digunakan siswa secara mandiri. Langkah-langkah dalam penyusunan modul pembelajaran ada empat langkah yang harus dilalui sebagai berikut: (1) analisis kurikulum tematik, (2) judul modul, (3) pemberian kode judul, dan (4) penulisan modul (Prastowo, 2014: 217-218). Modul pembelajaran dapat digunakan sebagai alat bantu guru untuk siswa mampu belajar secara mandiri terhadap penguasaan materi dari berbagai sumber yang terdapat dalam modul.

Peneliti mengembangkan sebuah modul pembelajaran yang dapat mengembangkan pengetahuan siswa terhadap materi gaya dan gerak yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, peneliti melakukan kegiatan alternatif yaitu dengan mengembangkan bahan ajar siswa. Bahan ajar siswa yang peneliti kembangkan yaitu berupa modul pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning, yang peneliti kembangkan lebih inovatif dan sesuai dengan karakteristik IPA. Guru mengajak siswa mengaitkan materi dengan kegiatan sehari-hari mereka dan juga diajak langsung untuk kerja ilmiah, sehingga pembelajaran IPA pada materi gaya dan gerak lebih bermakna untuk peserta didik.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) atau disingkat menjadi R&D. Metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2016: 7).

Model yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah model ADDIE.

Model ADDIE terdiri atas lima langkah, yaitu: (1) analisis (analyze), (2)

(25)

perancangan (design), (3) pengembangan (develop), (4) implementasi (implement), (5) evaluasi (evaluate). Model ADDIE merupakan salah satu model desain pembelajaran sistematik. Model ini disusun secara terprogram dengan urutan-urutan kegiatan yang sistematis dalam upaya memecahkan masalah belajar yang berkaitan dengan sumber media belajar yang sesuai kebutuhan dan karakteristik pembelajaran.

Beberapa penelitian terdahulu melakukan penelitian mengenai pengembangan bahan ajar berbasis Discovery pada pembelajaran IPA materi cahaya (Sari, Ertikanto, dan Suwarjo, 2017). Pengembangan modul matematika berbasis PAKEM pada materi bilangan pecahan di SD (Ilahiyah, 2019).

Pengembangan modul berbasis Quantum Learning tema ekosistem kelas V sekolah dasar (Fajriyah, 2018). Penerapan model pembelajaran Discovery Learning untuk meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran kelas IV di MI hubbul wathan petai kecamatan singingi hilir kabupaten singing (Lorensa, Nahwiyah, dan Akbar, 2021). Penerapan model pembelajaran Discovery Learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa (Cintia, Kristin, dan Anugraheni, 2018). Penggunaan model Discovery Learning dalam peningkatan hasil belajar siswa di sekolah dasar (Yuliana, 2018).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan di salah satu SD pada tanggal 18 Oktober 2021, peneliti mendapatkan data bahwa adanya masalah dalam pemahaman peserta didik dalam muatan pelajaran IPA pada materi gaya dan gerak. Terkhusus selama pandemi ini guru memaparkan kegiatan belajar mengajar IPA menggunakan media komunikasi melalui Handphone, menyampaikan materi melalui Zoom Meeting dan WA Group. Guru juga menjelaskan bahwa selama mengajar mata pelajaran IPA khususnya materi Gaya dan Gerak peserta didik mengalami kesulitan, kesulitan yang dialami yaitu kurangnya pemahaman peserta didik dalam memberikan contoh nyata bagaimana gaya dapat mengubah bentuk benda dalam kehidupan sehari-hari. Selain faktor dari guru maupun peserta didik, yaitu ketersediaan fasilitas mengenai bahan ajar di sekolah masih kurang yang dapat mempengaruhi dalam proses pembelajaran.

Dalam proses belajar dan mengajar dinilai belum efektif karena kurangnya fasilitas media pembelajaran seperti buku atau modul yang terbatas jumlahnya.

(26)

Kurangnya media pembelajaran dapat mengakibatkan kurangnya pemahaman siswa mengenai materi yang diberikan oleh guru. Berdasarkan fakta dan analisis kebutuhan tersebut, modul pembelajaran gaya dan gerak menggunakan model Discovery Learning menjadi media yang dikembangkan dalam penelitian ini.

Modul tersebut dapat digunakan sebagai sarana dalam kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran IPA.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah disampaikan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dilakukan dengan cara

“Pengembangan Modul Blended Learning Materi Gaya dan Gerak Menggunakan Model Discovery Learning Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”. Modul ini merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu pengembangan pengetahuan siswa khususnya pada pembelajaran IPA. Melalui penggunaan modul pembelajaran di sekolah, siswa dapat memahami pembelajaran dengan baik dan siswa mampu menerapkan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dilakukan peneliti bertujuan untuk mengembangkan produk menjadi lebih inovatif, kreatif serta menarik sehingga peserta didik termotivasi dalam belajar pada materi yang sedang dipelajari terutama selama masa pandemi seperti ini mempermudah peserta didik dalam memahami materi secara luring maupun daring.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana mengembangkan modul Blended Learning materi Gaya dan Gerak menggunakan model Discovery Learning untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar?

1.2.2 Bagaimana kualitas modul Blended Learning materi Gaya dan Gerak menggunakan model Discovery Learning untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar?

1.3 Tujuan Penelitian

(27)

Tujuan dari penelitian pengembangan modul pembelajaran IPA ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1.3.1 Mengembangkan modul Blended Learning materi Gaya dan Gerak menggunakan model Discovery Learning untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

1.3.2 Mengetahui kualitas modul Blended Learning materi Gaya dan Gerak menggunakan model Discovery Learning untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Sekolah

Sekolah mendapat media pembelajaran alternatif baru berupa modul pembelajaran IPA materi gaya dan gerak yang dapat digunakan untuk memperkaya pengetahuan siswa.

1.4.2 Bagi Guru

Mendapatkan wawasan mengenai pengembangan media pembelajaran tentang gaya dan gerak menggunakan model Discovery Learning, sehingga dapat membuat atau mengembangkan sendiri media pembelajaran untuk mendukung pembelajaran yang inovatif.

1.4.3 Bagi Siswa

Mendapatkan pengalaman belajar tentang gaya dan gerak menggunakan bahan ajar berupa modul pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning. Siswa juga dapat mengatasi kesulitan yang berkaitan dengan gaya dan gerak melalui pembelajaran yang menyenangkan dan termotivasi belajar menggunakan modul pembelajaran.

1.4.4 Bagi Prodi PGSD

Prodi PGSD memiliki tambahan modul pembelajaran menggunakan model Discovery Learning untuk pelajaran IPA yang sudah dikembangkan melalui penelitian dengan metode Research and Development dengan melibatkan mahasiswa, dosen, guru, dan siswa kelas IV Sekolah Dasar.

(28)

1.4.5 Bagi Peneliti

Peneliti dapat memperoleh pengetahuan, wawasan dan pengalaman baru sebagai calon pendidik dalam mengembangkan modul pembelajaran IPA materi gaya dan gerak sebagai sumber belajar bagi siswa kelas IV SD menggunakan model Discovery Learning.

1.5 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1.5.1 Modul merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang didalamnya memuat materi dan latihan soal, yang dapat digunakan secara mandiri tanpa harus bergantung pada bantuan guru.

1.5.2 Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendukung proses pembelajaran bagi peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.

1.5.3 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam.

1.5.4 Gaya merupakan gerakan menarik atau mendorong yang menyebabkan suatu benda bergerak, sedangkan Gerak merupakan perpindahan posisi benda dari tempat asalnya ke tempat lain.

1.5.5 Model Discovery Learning merupakan model yang menggunakan penemuan, dengan melakukan observasi langsung terhadap suatu objek pembelajaran, dan diharapkan siswa mampu menemukan konsep pengetahuannya sendiri melalui kegiatan percobaan.

1.5.6 Siswa kelas IV SD merupakan siswa yang senang dengan hal-hal konkret dalam kehidupan sehari-hari, memiliki minat dan rasa ingin tahu terhadap hal-hal tertentu.

1.6 Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah pengembangan modul materi Gaya dan Gerak menggunakan model Discovery Learning untuk siswa kelas IV di Sekolah Dasar.

Produk yang dikembangkan berupa modul pembelajaran IPA menggunakan model Discovery Learning. Modul muatan pelajaran IPA

(29)

menggunakan model Discovery Learning diterapkan pada SD yang menggunakan Kurikulum 2013. Modul yang dikembangkan berbentuk buku dengan ukuran A4 atau setara dengan 21 cm x 29 cm. Modul ini disusun dengan menggunakan font Times New Roman dengan ukuran 14 pt dan line spacing 1,5 dengan menggunakan Microsoft Word. Kertas yang digunakan untuk modul ini adalah menggunakan Art Paper dengan ukuran 260 gram pada bagian Cover, dan Kwarto 80 gram pada bagian isi modul. Modul ini disusun dengan menarik agar peserta didik bersemangat dalam membaca dan menggunakan modul tersebut. Gambar dan teks saling berkaitan serta menggunakan perpaduan warna yang senada dengan warna Cover dan isi modul. Pada modul juga terdapat latihan-latihan soal evaluasi yang berjumlah 15 soal, yaitu 10 pilihan ganda, 5 isian dan 5 essay yang berkaitan dengan IPA materi gaya dan gerak. Modul disusun untuk siswa kelas IV SD agar dapat menerapkan pembelajaran gaya dan gerak dengan dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari.

(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab 2 ini akan membahas (1) kajian pustaka, (2) hasil penelitian yang relevan, (3) kerangka berpikir, dan (4) pertanyaan penelitian. Kajian pustaka membahas teori-teori yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian yang dilakukan. Selanjutnya dirumuskan dalam kerangka berpikir yang berisi pemikiran.

2.1 Kajian Pustaka

Subbab ini membahas mengenai beberapa teori yang mendukung penelitian, diantaranya: 1) Modul Pembelajaran, 2) Blended Learning, 3) Model Discovery Learning, 4) Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan 5) Materi Gaya dan Gerak.

2.1.1 Modul Pembelajaran

1. Pengertian Modul Pembelajaran

Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan peserta didik untuk belajar mandiri tanpa bimbingan guru atau bantuan orang tua yaitu dalam bentuk modul (Depdiknas, 2008). Modul yang baik adalah modul yang memenuhi tiga komponen kelayakan menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), yaitu komponen kelayakan isi, kelayakan bahasa, dan kelayakan penyajian (Millah et al., 2021). Modul merupakan seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisi tentang pokok-pokok materi pembelajaran, metode, alat-alat dan sumber belajar, lembar kerja, dan lembar evaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Widodo & Jasmadi, 2008: 40). Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa modul harus sesuai berdasarkan kompetensi dasar atau indikator yang akan dicapai oleh peserta didik dan disajikan dengan menggunakan bahasa yang baik dan menarik, serta dilengkapi dengan ilustrasi pendukung.

Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan pengalaman individu itu sendiri ketika interaksi dengan lingkungannya (Daryanto, 2013: 191-192). Pembelajaran merupakan proses interaksi yang

(31)

dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran peserta didik saat belajar di kelas, bagaimana peserta didik dapat belajar untuk memperoleh dan memproses sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Gagne & Briggs, 1997: 3). Dalam pelaksanaan pembelajaran hasil integrasi dari beberapa komponen yang memiliki fungsi dan tujuan agar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara terpenuhi (Rusman, dkk., 2012: 41-42). Tujuan utama dari kegiatan pembelajaran yaitu adanya interaksi antara peserta didik dengan lingkungan belajarnya. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik dengan guru dan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan dalam rangka mendapatkan pengetahuan (kognitif), perilaku (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Selain itu, pembelajaran juga berkaitan dengan komponen- komponen pembelajaran, seperti tujuan, bahan/materi, strategi, media dan evaluasi pembelajaran.

Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa modul pembelajaran adalah bahan ajar cetak yang didalamnya memuat tujuan, topik, pokok-pokok, materi, peranan guru, alat-alat, sumber belajar, kegiatan belajar, lembar kerja dan program evaluasi yang dikemas secara utuh, sistematis, terperinci dan didesain agar dapat dipelajari secara mandiri atau tanpa dengan bimbingan guru dalam rangka membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang lebih spesifik.

2. Karakteristik Modul Pembelajaran

Dalam mengembangkan modul terdapat lima karakteristik yang harus diperhatikan agar mampu meningkatkan motivasi siswa (Depdiknas, 2008: 3-5).

Berikut ini merupakan uraian dari lima karakteristik tersebut sebagai berikut:

a. Self-Instruction (belajar secara mandiri)

Self-Instruction yaitu dengan modul peserta didik mampu belajar mandiri, tidak tergantung dengan guru atau pihak lain. Oleh karena itu, untuk memenuhi karakter Self-Instruction, maka modul harus:

1) Isi tujuan pembelajaran dengan jelas.

2) Berisi materi pembelajaran yang dikemas secara spesifik sehingga peserta didik dapat mempelajarinya secara tuntas.

(32)

3) Memberikan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan dalam memaparkan materi.

4) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif.

5) Memberikan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang dapat digunakan untuk mengukur penguasaan materi.

6) Memberikan rangkungan materi pembelajaran.

7) Terdapat instrumen penilaian, sehingga peserta didik dapat mengukur tingkat penguasaan materinya sendiri.

8) Terdapat umpan balik terhadap penilaian peserta didik untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik dalam modul.

9) Terdapat informasi tentang referensi yang mendukung materi pembelajaran yang dimaksud.

b. Self-Contained (materi lengkap)

Modul harus berisikan seluruh materi pelajaran dari satu kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu bahan ajar secara utuh. Tujuannya adalah memberikan kesempatan peserta didik mempelajari materi pembelajaran yang tuntas, karena materi belajar dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh.

c. Stand Alone (berdiri sendiri)

Modul yang dikembangkan tidak tergantung pada bahan ajar atau tidak menggunakan media pembelajaran lainnya. Peserta didik tidak perlu menggunakan bahan ajar yang lain untuk mempelajari dan mengerjakan tugas pada bahan ajar tersebut. Jika peserta didik masih bergantung menggunakan bahan ajar yang lain, maka modul tersebut tidak dikategorikan sebagai bahan ajar yang berdiri sendiri.

d. Adaptive (adaptif)

Modul hendaknya dapat menyesuaikan terhadap perkembangan ilmu dan teknologi, fleksibel jika digunakan. Dengan cepatnya perkembangan ilmu dan teknologi hendaknya tetap update serta isi materi pembelajaran dan perangkat lunak dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.

(33)

e. User Friendly (bersahabat/akrab)

Modul yang dikembangkan hendaknya bersahabat dengan pemakaiannya.

Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa modul memiliki karakteristik, meliputi: (a) Self-Instruction (belajar secara mandiri), (b) Self-Contained (materi lengkap), (c) Stand Alone (berdiri sendiri), (d) Adaptive (adaptif), dan (e) User Friendly (bersahabat/akrab).

3. Tujuan Penyusunan Modul

Modul memiliki beberapa tujuan penyusunan yaitu sebagai berikut (Prastowo, 2011: 108-109).

a. Agar peserta didik dapat belajar secara mandiri atau tanpa dengan bimbingan guru

b. Agar peran guru tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan pembelajaran.

c. Melatih kejujuran peserta didik.

d. Mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar peserta didik.

Bagi peserta didik yang belajarnya cepat, maka mereka dapat lebih cepat serta menyelesaikan modul dengan cepat juga. Bagi peserta didik yang lambat belajarnya, mereka dipersilahkan untuk mengulanginya kembali.

e. Agar peserta didik mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang telah dipelajari.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa tujuan penyusunan modul yaitu dengan melalui modul peserta didik mampu belajar secara mandiri dan meminimalisir tanpa bantuan dari guru dan peserta didik juga mampu mengukur tingkat penguasaan materi yang telah dipelajari melalui hasil dari soal-soal latihan evaluasi.

4. Komponen-komponen Modul Pembelajaran

Modul yang dikembangkan di Indonesia saat ini mengandung komponen sebagai berikut (Vembriarto, 1985: 49-53).

(34)

a. Petunjuk Guru

Petunjuk guru memuat penjelasan tentang bagaimana pembelajaran itu dapat dilakukan oleh guru secara efisien, yang menyangkut macam- macam kegiatan yang harus dikerjakan di kelas. Selain itu, juga memuat waktu yang disediakan untuk menyelesaikan modul, alat-alat pembelajaran, sumber yang digunakan, prosedur evaluasi, dan jenis evaluasi yang digunakan.

b. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar ini memuat materi pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik. Materi pelajaran disusun langkah demi langkah secara teratur dan sistematis sehingga siswa dapat mengikutinya dengan mudah dan cepat.

Kegiatan yang harus dilakukan peserta didik, seperti observasi dan percobaan, serta modul yang harus dipelajari sebagai pelengkap materi dicantumkan pula dalam lembar ini.

c. Lembar Kerja Siswa

Lembar ini terdiri dari pertanyaan atau masalah yang harus dijawab oleh peserta didik. Pada lembar kerja siswa tidak boleh membuat coretan, karena modul akan digunakan oleh peserta didik yang berbeda di lain waktu. Semua pekerjaan yang dilakukan peserta didik ditulis pada lembar kerja siswa.

d. Kunci Lembar Kerja Siswa

Adanya kunci lembar kerja memungkinkan peserta didik untuk mengoreksi ketepatan dari hasil pekerjaannya. Dengan kunci lembar kerja ini akan mendapatkan konfirmasi dengan segera terhadap jawaban yang benar dan koreksi terhadap jawaban yang salah.

e. Lembar Evaluasi

Penilaian guru terhadap tercapai tidaknya tujuan yang dirumuskan pada modul oleh peserta didik, ditentukan oleh hasil ujian akhir yang terdapat pada lembar evaluasi. Lembar evaluasi dan kuncinya harus disimpan oleh guru.

(35)

f. Kunci Lembar Evaluasi

Kunci lembar evaluasi juga ditulis oleh penyusun modul untuk mencocokkan dengan jawaban peserta didik. Jawaban peserta didik dapat digunakan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan (kompetensi dasar) yang dirumuskan pada modul.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa modul memiliki komponen-komponen, meliputi: (a) Petunjuk Guru, (b) Lembar Kegiatan Siswa, (c) Lembar Kerja Siswa, (d) Kunci Lembar Kerja Siswa, (e) Lembar Evaluasi, dan (f) Kunci Lembar Evaluasi.

5. Manfaat Modul Pembelajaran

Modul pembelajaran memiliki tujuan sebagai berikut (Depdiknas, 2008:

5-6).

a. Modul pembelajaran memperjelas dan mempermudah penyajian materi yang disampaikan agar tidak terlalu bersifat verbal.

b. Menggunakan modul pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan waktu, ruang, daya indera baik peserta didik maupun guru.

c. Modul pembelajaran digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti: (1) meningkatkan motivasi dan gairah belajar, (2) mengembangkan kemampuan dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan media pembelajaran, (3) meningkatkan peserta didik belajar mandiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

d. Modul pembelajaran diterapkan untuk mengukur atau mengevaluasi hasil belajar peserta didik itu sendiri.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa manfaatnya adalah dengan adanya modul pembelajaran mempermudah siswa dalam belajar secara bervariasi serta berinteraksi langsung dengan lingkungan, meningkatkan motivasi dan mengembangkan kemampuan belajar peserta didik dalam materi tertentu secara lebih mendalam.

6. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Modul

Menurut Hidayat (2017) sebagai bahan ajar dalam penggunaan modul memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Berikut ini adalah kelebihan dari penggunaan modul pembelajaran.

(36)

a. Meningkatkan motivasi peserta didik.

b. Setelah dilakukan evaluasi, guru dengan peserta didik untuk mengetahui modul mana yang peserta didik sudah berhasil dan belum berhasil.

c. Peserta didik mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya.

d. Bahan pelajaran disusun lebih merata dalam satu semester

Selain memiliki kelebihan penggunaan modul, memiliki kekurangan sebagai berikut:

a. Biaya pengembangan bahan pelajaran tinggi dan membutuhkan waktu yang lama.

b. Membutuhkan ketekunan yang tinggi dari guru untuk terus menerus memantau proses belajar peserta didik, dengan memberi motivasi dan konsultasi secara individu ketika peserta didik membutuhkan.

c. Modul disusun agar peserta didik dapat belajar mandiri, sehingga menyebabkan kurangnya interaksi antara guru dan peserta didik.

2.1.2 Blended Learning

1. Pengertian Blended Learning

Blended Learning istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yang terdiri dari dua suku kata, Blended dan Learning. Blended merupakan campuran, kombinasi yang baik sedangkan Learning merupakan pembelajaran. Menurut Harding, Kaczynski dan Wood (2005), model pembelajaran Blended Learning merupakan kegiatan pembelajaran yang menggabungkan antara pembelajaran tradisional tatap muka dengan pembelajaran jarak jauh (online). Blended Learning merupakan sebuah konsep yang relatif baru dalam pembelajaran di mana pengajaran yang disampaikan melalui gabungan dari pembelajaran tatap muka dan online yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh pengajar atau instruktur (Husamah, 2014: 16). Definisi Blended Learning sebagai campuran dari teknologi e-learning dan multimedia, seperti video streaming, virtual class, animasi teks online yang dikombinasi dengan bentuk pelatihan tradisional di kelas (Thome, 2013). Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh menggunakan sumber belajar online terutama yang berbasis web, tanpa meninggalkan pembelajaran tatap muka (face to face). Metode Blended Learning ini sangat

(37)

efektif untuk menambah efisiensi kelas dan memungkinkan peningkatan diskusi atau meninjau informasi di luar kelas.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa Blended Learning sebagai proses pembelajaran yang memanfaatkan berbagai macam media dan teknologi. Melalui Blended Learning dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif untuk terjadinya interaksi antara peserta didik dengan guru tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Blended Learning merupakan pembelajaran yang mengkombinasikan antara tatap muka (pembelajaran secara konvensional, di mana antara guru dan peserta didik saling berinteraksi secara langsung, masing- masing dapat bertukar informasi mengenai bahan-bahan pembelajaran), belajar mandiri (belajar dengan berbagai google apps yang telah disediakan), dan belajar mandiri via online.

2. Karakteristik Blended Learning

Dalam mengembangkan Blended Learning juga mempunyai karakteristik tertentu, antara lain:

a. Pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pembelajaran, gaya pembelajaran, serta berbagai media pembelajaran berbasis teknologi dan komunikasi.

b. Sebuah kombinasi pembelajaran langsung (face to face), belajar mandiri, dan belajar mandiri via online.

c. Pembelajaran yang didukung dengan pembelajaran efektif dari cara penyampaian, cara mengajar, dan gaya pembelajaran.

d. Guru dan orang tua peserta didik belajar memiliki peran yang sama penting, guru sebagai fasilitator, dan orang tua sebagai pendukung dalam pembelajaran anaknya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa karakteristik Blended Learning adalah peserta didik dapat bersosialisasi baik dengan sesama, peserta didik mempunyai banyak ruang dan waktu serta dapat melakukan feedback, peserta didik juga dipandu dengan baik secara ideal.

(38)

2.1.3 Model Discovery Learning

1. Pengertian Model Discovery Learning

Discovery Learning merupakan strategi dalam pembelajaran yang meminta peserta didik untuk melakukan eksperimen, observasi atau tindakan ilmiah sehingga mendapatkan kesimpulan (Saifuddin, 2014: 108). Model Discovery Learning merupakan suatu model untuk mengembangkan cara belajar peserta didik aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan (Hosnan, 2014: 282).

Discovery Learning merupakan pembelajaran berdasarkan penemuan, konstruktivisme dan teori bagaimana belajar (Widyastuti, 2015: 34). Penemuan adalah terjemahan dari Discovery. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang sedang dihadapinya. Model penemuan Discovery ini, lebih ditekankan pentingnya pemahaman mengenai ide-ide penting atau struktur-struktur terhadap suatu disiplin ilmu, yaitu dengan melalui keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran. Dalam model ini guru hanya sebagai fasilitator, serta guru membimbing peserta didik dimana ia diperlukan.

Berdasarkan ketiga pendapat dari para ahli di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa model Discovery Learning merupakan proses pembelajaran yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Dengan belajar penemuan (Discovery Learning), peserta didik juga bisa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan masalah sendiri yang dihadapi dalam bimbingan dan pengawasan guru. Dengan demikian, model Discovery Learning dapat menjadi salah satu alternatif bagi para guru/ pendidik terutama di tingkat dasar (SD) untuk dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

2. Tujuan Model Discovery Learning

Menurut Bell (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut:

a. Dalam penemuan peserta didik memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukkan bahwa partisipasi banyak peserta didik dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan.

(39)

b. Melalui pembelajaran dengan penemuan, peserta didik belajar menemukan pola dalam situasi konkret maupun abstrak, juga peserta didik banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.

c. Peserta didik belajar merumuskan strategi tanya jawab, yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan.

d. Melalui pembelajaran dengan penemuan, membantu peserta didik membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.

e. Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilan- keterampilan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.

f. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktivitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.

Berdasarkan tujuan di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa model Discovery Learning ingin mengarahkan peserta didik agar lebih aktif baik secara individu maupun secara kelompok untuk belajar, serta keterampilan karakter peserta didik lebih diutamakan agar tercipta efektif.

3. Karakteristik Model Discovery Learning

Adapun ciri utama belajar menemukan, yaitu (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada. Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori konstruktivisme, yaitu sebagai berikut.

a. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar.

b. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa.

c. Melihat peserta didik sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai.

d. Memiliki pandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada hasil.

(40)

e. Mendorong peserta didik untuk mampu melakukan penyelidikan.

f. Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar.

g. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami peserta didik.

h. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman peserta didik.

i. Mendasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip kognitif.

j. Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses pembelajaran; seperti prediksi, inferensi, kreasi, dan analisis.

k. Menekankan pentingnya “bagaimana” peserta didik belajar.

l. Peserta didik untuk terlibat aktif dalam dialog atau diskusi dengan peserta didik lain dan guru.

m. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif.

n. Menekankan pentingnya konteks dalam belajar.

o. Memperhatikan keyakinan dan sikap peserta didik dalam belajar.

p. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang didasari pada pengalaman nyata.

Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme tersebut, penerapannya di dalam kelas sebagai berikut.

a. Mendorong kemandirian dan inisiatif peserta didik dalam belajar.

b. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu kepada peserta didik untuk merespons.

c. Mendorong peserta didik berpikir tingkat tinggi.

d. Mendorong peserta didik berpartisipasi secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru atau peserta didik lainnya.

e. Peserta didik terlibat dalam pengetahuan yang mendorong dan menantang terjadinya diskusi.

f. Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi- materi interaktif.

Berdasarkan uraian teori belajar kognitif serta ciri dan penerapan teori konstruktivisme di atas dapat melahirkan model Discovery Learning.

(41)

4. Langkah-langkah Pembelajaran Discovery Learning

Menurut Sani (2014: 98) menyatakan bahwa langkah-langkah pembelajaran Discovery Learning adalah sebagai berikut.

a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.

b. Guru membagi petunjuk praktikum/eksperimen.

c. Peserta didik melaksanakan eksperimen di bawah pengawasan guru.

d. Guru menunjukkan gejala yang diamati.

e. Peserta didik menyimpulkan hasil eksperimen.

5. Langkah-langkah Model Discovery Learning

Menurut Syah (2004: 244) dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut.

1) Pemberian Rangsangan (Stimulation)

Pertama-tama pada tahap ini, yaitu pemberian rangsangan sehingga peserta didik menimbulkan kebingungan dengan masalah yang dikemukakan oleh guru. Kemudian untuk tidak memberi generalisasi/

kesimpulan agar timbul rasa ingin tahu untuk menyelidiki sendiri.

Stimulasi dapat dilakukan dengan meminta peserta didik untuk mengajukan pertanyaan, membaca buku, berita di koran dan mencari sumber lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

2) Identifikasi Masalah (Problem Statement)

Setelah dilakukan stimulasi, langkah selanjutnya adalah guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan dari masalah yang sedang dihadapi. Peserta didik dapat memilih beberapa pertanyaan yang menurut mereka sangat penting untuk diketahui jawabannya.

3) Pengumpulan Data (Data Collection)

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis pembelajaran atau menjawab pertanyaan yang diajukan. Kegiatan dapat berupa

(42)

wawancara dengan narasumber, mengamati objek, melakukan uji coba, membaca literatur, menginterpretasi peta, dan lainnya.

4) Pengolahan Data (Data Processing)

Setelah dilakukan Data Collection, maka tahap selanjutnya yaitu mengolah data menjadi suatu deskripsi yang dapat menjawab pertanyaan yang diajukan. Kegiatan mengolah data misalnya membuat grafik, membuat tabulasi, mengkorelasikan dua rangkai data atau lebih dan informasi yang diperoleh oleh peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya. Selanjutnya, ditafsirkan dan semuanya diolah, diacak untuk memperoleh jawaban yang akurat.

5) Pembuktian (Verification)

Pada tahap ini, peserta didik untuk memastikan bahwa data yang ditemukan membuktikan benar atau tidaknya hipotesis untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Verification bertujuan agar proses belajar berjalan dengan aktif dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya, menyampaikan persetujuan, atau menemukan suatu konsep baru atau pemahaman baru dengan cara memberi ilustrasi melalui contoh-contoh yang dapat jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

6) Kesimpulan (Generalization)

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan dari apa yang telah ditelitinya.

Proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan untuk memberikan penguatan terhadap teori, konsep, kaidah, dan prinsip-prinsip yang dipelajarinya sesuai dengan harapan kompetensi yang harus dikuasainya selama pembelajaran dan berlaku untuk kejadian atau masalah yang sama dengan melihat hasil verifikasi.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa Discovery Learning memiliki karakteristik, meliputi: (1) Pemberian Rangsangan (Stimulation), (2) Identifikasi Masalah (Problem Statement), (3) Pengumpulan Data (Data Collection), (4) Pengolahan Data (Data Processing), (5) Pembuktian (Verification), dan (6) Kesimpulan (Generalization).

(43)

2.1.4 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang mempelajari tentang fenomena alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam semesta beserta isinya, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi didalamnya yang dikembangkan oleh para ahli berdasarkan proses ilmiah (Sudjana, 2013). IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam yang didasarkan pada hasil observasi, percobaan dan eksperimen yang dilakukan oleh manusia (Powler, 2010). IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis (teratur) yang artinya pengetahuan itu disusun dalam suatu sistem berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh (Usman, 2010: 3).

Berdasarkan uraian pengertian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang membahas mengenai gejala- gejala atau fenomena yang terjadi di alam semesta yang berupa kumpulan dari hasil observasi, percobaan dan eksperimen untuk memecahkan suatu masalah yang telah diberikan sehingga peserta didik mengetahui masalah yang dihadapinya atau memerlukan metode khusus dalam uji kebenarannya.

2. Fungsi Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Fungsi mata pelajaran IPA menurut (Kementrian Pendidikan Nasional, 2004) mengatakan bahwa: (1) menanamkan keyakinan terhadap Tuhan yang Maha Esa, (2) mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah, (3) peserta didik menjadi warga negara yang memahami IPA dan Teknologi, dan (4) menguasai konsep IPA untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi.

3. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Menurut BSNP (2009) pembelajaran IPA di sekolah dasar memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

(44)

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam.

b. Mengembangkan pengetahuan dan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, serta masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk melakukan penyelidikan terhadap alam sekitar, memecahkan masalah, serta membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, serta melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan dari pengajaran IPA adalah agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, mampu menggunakan metode ilmiah, serta mengetahui peristiwa-peristiwa alam yang terjadi dan mengetahui berbagai macam makhluk hidup lainnya melalui materi- materi pembelajaran IPA.

2.1.5 Materi Gaya dan Gerak

Pada pembelajaran Kelas IV semester II terdapat tema 8 : Daerah Tempat Tinggalku dan Subtema 3 : Bangga Terhadap Daerah Tempat Tinggalku yang memuat mata pelajaran IPA. Materi yang dipelajari yaitu gaya dan gerak.

Berikut pemaparan mengenai materi gaya dan gerak:

1. Pengertian Gaya

Gaya sering diartikan sebagai dorongan atau tarikan yang dapat mengubah gerak benda dan bentuk benda (Wahyono dan Nurachmandani, 2008: 89).

Dengan mendorong atau menarik suatu benda, artinya memberikan gaya pada

(45)

benda tersebut. Gaya merupakan gerakan mendorong dan menarik yang menyebabkan suatu benda bergerak. Gaya adalah suatu kekuatan yang mengakibatkan benda yang dikenainya dapat mengalami perubahan kedudukan atau perubahan bentuk. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melakukan gaya dorong maupun gaya tarik. Misalnya, membuka dan menutup pintu, mendorong gerobak, bermain tarik tambang, dan mengayuh pedal sepeda. Gaya tidak dapat dilihat. Akan tetapi, pengaruh gaya terhadap suatu benda dapat diamati. Salah satu pengaruh gaya terhadap benda yaitu bergeraknya suatu benda. Gaya ada yang kuat dan ada yang lemah. Makin besar gaya dilakukan, makin besar pula tenaga yang diperlukan. Alat yang digunakan untuk mengukur besar kecilnya gaya disebut dengan dinamometer. Gaya dapat mempengaruhi gerak dan bentuk benda. Berikut pengaruh gaya terhadap benda menurut Irene dan Khristiyono (2016: 46-47) yaitu:

a. Gaya mempengaruhi benda diam menjadi bergerak.

Benda yang semula diam dapat bergerak karena diberikan gaya. Contoh:

mendorong meja dan kursi, mendorong gerobak, mendorong mobil, bermain tarik tambang.

b. Gaya mempengaruhi benda bergerak menjadi diam.

Gaya dapat mengakibatkan benda bergerak menjadi diam atau bergerak lebih cepat. Contoh: pemain sepak bola menendang bola yang melaju kencang ke arah gawang kemudian akan diam setelah ditangkap kiper (penjaga gawang).

c. Gaya mempengaruhi arah gerak suatu benda.

Menurut Wahyono & Nurachmandani (2008: 94) gaya dapat menyebabkan perubahan arah gerak suatu benda. Contoh: bola pingpong atau bola kasti ketika dilempar ke dinding akan berubah arah setelah membentur dinding.

d. Gaya dapat mempengaruhi bentuk benda.

Gaya dapat mempengaruhi bentuk benda. Benda yang dapat diubah bentuk umumnya merupakan benda padat. Contoh: botol kosong akan berubah bentuk jika ditekan/diinjak dengan keras, lilin mainan (plastisin) akan berubah bentuk jika ditekan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan paparan diatas, pada penelitian ini penulis akan menggunakan modul sebagai bahan ajar, hal tersebut dikarenakan menggunakan bahan ajar modul dalam

Abstrak : Salah satu alternatif bahan ajar dalam bentuk cetak yang dapat digunakan secara individu oleh siswa yaitu modul. Tujuan pengembangan ini yaitu menghasilkan

Hasil wawancara kepada guru didapatkan informasi terkait bahan ajar antara lain bahan ajar yang digunakan guru masih berupa buku cetak, guru pernah menggunakan bahan ajar

Dari pendapat-pendapat menurut para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat maupun teks) yang disusun

Pada tahap ini peneliti meminta masukan dari para ahli, yaitu ahli materi, ahli bahasa, dan ahli media untuk memberikan masukan terhadap bahan ajar berupa modul

Berdasarkan hasil validasi oleh ahli materi dan ahli media, hasil uji lapangan oleh pendidik dan peserta didik, serta penilaian karakteristik modul oleh para ahli, dapat

Mampu memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu di bidang Teknologi Pendidikan, terutama dalam bidang pengembangan bahan ajar cetak (modul) untuk siswa kelas

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan, modul bahan ajar aritmatika SD menggunakan R&D model ADDIE menunjukkan hasil bahwa modul bahan ajar tersebut sangat valid dari