BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3) Hasil Validasi dan Revisi Guru Kelas IV SDN Ngino 2
4.1.3 Data Hasil Angket Uji Keterbacaan Siswa
1. Angket Uji Keterbacaan Sesudah Menggunakan Modul Pembelajaran IPA
Dalam tahapan ini, peneliti melakukan penilaian siswa terhadap modul pembelajaran IPA menggunakan angket setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Angket tersebut dibagikan kepada 6 siswa kelas IV SD Kanisius Totogan. Adapun kategori kriteria penilaian modul pembelajaran IPA oleh siswa kelas IV SD Kanisius Totogan dan hasil skor angket setelah siswa menggunakan modul pembelajaran IPA sebagai berikut:
Tabel 4.7 Kategori Kriteria Uji Keterbacaan Modul Pembelajaran IPA Oleh Siswa Kelas IV SD Kanisius Totogan
Interval Skor Kategori
3,26 – 4,00 Sangat Baik
2,51 – 3,25 Baik
1,76 – 2,50 Kurang Baik
1,00 – 1,75 Sangat Kurang Baik
Tabel 4.8 Hasil Angket Sesudah Menggunakan Modul Pembelajaran IPA
No. Nama Rerata Keterangan
Rata-rata 3,85 Sangat Baik
Berdasarkan hasil penyebaran angket, maka data yang diperoleh skor rata-rata adalah 3,85 dengan kategori “Sangat Baik”.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Prosedur Pengembangan Produk Modul
Peneliti mengembangkan produk Modul Pembelajaran IPA menggunakan model Discovery Learning dengan beberapa tahapan. Peneliti mengembangkan produk Modul dengan lima langkah ADDIE. Menurut Anglada (2007), ADDIE terdiri dari lima fase tahapan, yaitu (1) Analyze, (2) Design, (3) Develop, (4) Implement, dan (5) Evaluate.
Tahap Analyze yaitu tahap diawali dengan melakukan kegiatan wawancara kepada guru kelas IV sebagai langkah dalam proses analisis kebutuhan.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut peneliti memperoleh informasi bahwa dalam proses pembelajaran selama pandemi guru masih menggunakan metode daring misalnya dengan Zoom atau gmeet dan WA Group. Ketersediaan bahan ajar yang ada di sekolah terbatas. Jadi, di masa pandemi ini guru hanya menggunakan media yang ada di sekolah berupa buku paket, BUPENA, LKS, PPT, dan juga video-video
pembelajaran dalam proses belajar. Permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran berkaitan dengan tidak semua siswa memahami secara bersamaan pada pembelajaran IPA materi gaya dan gerak. Oleh karena itu, guru membutuhkan tambahan bahan ajar berupa modul pembelajaran IPA yang lengkap, dimana terdapat kegiatan percobaan dan materi yang dijelaskan secara mendalam dengan dilengkapi gambar yang simpel dan ilustrasi yang menarik serta menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Guru membutuhkan bahan ajar berupa modul pembelajaran IPA menggunakan model Discovery Learning pada materi gaya dan gerak yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan dalam meningkatkan hasil belajar dan menumbuhkan motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran IPA.
Tahap kedua yaitu Design. Pada tahap ini, peneliti merancang modul Blended Learning materi gaya dan gerak menggunakan model Discovery Learning untuk siswa kelas IV SD. Peneliti melakukan perancangan terhadap Cover Modul IPA, isi modul pembelajaran IPA, kata pengantar, biografi penulis, dan daftar pustaka. Pada bagian Cover Modul IPA, peneliti menggunakan aplikasi Canva untuk proses pembuatannya, serta memudahkan peneliti dalam mencari ilustrasi gambar yang menarik berkaitan dengan materi. Isi dari modul pembelajaran IPA untuk siswa terdiri dari daftar isi, cara menggunakan modul, pemilik modul, kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, silabus dan RPP, sintaks model Discovery Learning, materi pembelajaran, praktik percobaan/pengamatan, rangkuman, refleksi, dan soal evaluasi. Biografi berisi tentang riwayat singkat penulis, yaitu foto penulis, nama penulis, tempat tanggal lahir penulis, riwayat pendidikan penulis, dan ketertarikan penulis memasuki dunia pendidikan serta harapan penulis pada modul pembelajaran IPA ini. Daftar pustaka dibuat yaitu sebagai teori pendukung yang terdapat di dalam Modul, selain itu memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk membaca lebih lanjut materi yang terdapat pada laman tersebut.
Tahapan ketiga yaitu Develop. Tahapan ini peneliti menyusun modul pembelajaran IPA dengan Microsoft Word pada bagian isi dan menggunakan aplikasi Canva pada bagian Cover Modul. Isi dari modul pembelajaran IPA ini ditulis menggunakan jenis huruf Times New Roman dengan ukuran 14 pt, sementara
untuk judul 16 pt. Spasi yang digunakan adalah 1,5. Kertas yang digunakan untuk mencetak bagian isi modul pembelajaran IPA menggunakan kertas HVS 80 gram.
Setelah selesai menyusun modul pembelajaran IPA , peneliti melakukan validasi produk untuk mengetahui kelayakan dan kualitas dari modul pembelajaran IPA yang telah dibuat. Validasi dilakukan oleh 3 validator, yaitu satu dosen IPA dan guru kelas IV SD, serta semua hasil validasi mendapatkan kategori “Sangat Baik”.
Tahap keempat yaitu Implement. Pada tahap ini, peneliti melakukan uji coba secara terbatas kepada 6 siswa kelas IV SD Kanisius Totogan. Peneliti melakukan uji coba terbatas di tengah masa pandemi dengan menerapkan protokol kesehatan dan jarak tempat duduknya diberikan jarak 1 meter. Implementasi diawali dengan pertama-tama peneliti mengajak siswa untuk bernyanyi lagu gaya dan gerak, lalu peneliti bersama siswa mengaitkan dari lagu tersebut dengan materi yang akan dipelajari. Kemudian peneliti memberikan modul pembelajaran IPA kepada siswa, dilanjutkan dengan memberikan sedikit materi yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan pada hari tersebut. Peneliti kemudian melaksanakan pembelajaran menggunakan modul pembelajaran IPA dengan model Discovery Learning materi gaya dan gerak. Dalam proses pembelajaran siswa juga melakukan percobaan/pengamatan contoh dari gaya menyebabkan benda bergerak atau tetap diam dan gaya dapat mengubah bentuk benda. Kemudian siswa mengisi lembar kerja siswa yang terdapat pada modul siswa, setelah itu dibahas bersama-sama untuk mengetahui jawaban yang benar. Setelah selesai melakukan proses pembelajaran menggunakan modul pembelajaran IPA, kemudian peneliti membagikan angket kepada 6 siswa kelas IV untuk mengetahui kualitas dan kelayakan produk saat siswa menggunakan modul pembelajaran IPA dalam proses pembelajaran. Pada modul Blended Learning materi gaya dan gerak menggunakan model Discovery Learning untuk siswa kelas IV SD ini juga dapat digunakan di sekolah lain yang mengalami permasalahan yang sama.
Tahap kelima yaitu Evaluate. Tahap ini merupakan tahapan terakhir dalam model ADDIE. Pada tahap ini, peneliti melakukan evaluasi sumatif dan formatif. Evaluasi sumatif diperoleh dari hasil validasi produk modul pembelajaran IPA menggunakan model Discovery Learning oleh para validator yang terdiri dari satu ahli IPA dan dua guru kelas IV SD. Evaluasi formatif diperoleh berdasarkan
hasil angket yang dibagikan kepada 6 siswa kelas IV Kanisius Totogan pada saat melakukan uji coba lapangan secara terbatas.
Berdasarkan penjabaran di atas, dapat diketahui bahwa dalam proses penelitian dan pengembangan produk modul pembelajaran IPA menggunakan model Discovery Learning materi gaya dan gerak untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar yang dilakukan oleh peneliti telah sesuai dengan tahap penelitian dan pengembangan model ADDIE yang dirumuskan oleh Anglada (2007) yang terdiri dari analyze, design, develop, implement, evaluate.
4.2.2 Kualitas Produk Akhir Modul Pembelajaran IPA
Produk modul Blended Learning menggunakan model Discovery Learning materi Gaya dan Gerak untuk siswa kelas IV SD yang telah divalidasi kepada tiga validator, yaitu satu dosen IPA, dan dua guru kelas IV SD. Skor rata-rata produk modul pembelajaran IPA oleh dosen IPA mendapatkan skor 3,7 dengan kategori “Sangat Baik”, dari guru SD Kanisius Totogan mendapatkan skor 3,5 dengan kategori “Sangat Baik”, dari guru SDN Ngino 2 mendapatkan skor 3,96 dengan kategori “Sangat Baik”. Hasil validasi keseluruhan produk modul pembelajaran IPA rata-rata skor yang didapatkan dari para validator sebesar 3,72 dengan kategori “Sangat Baik”. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa modul Blended Learning pembelajaran IPA menggunakan model Discovery Learning yang telah disusun oleh peneliti memiliki kualitas yang “Sangat Baik”. Modul pembelajaran IPA yang telah di validasi dan juga mendapatkan penilaian yang berupa komentar dan juga saran untuk memperbaiki produk sebelum dilakukan uji coba kepada siswa secara terbatas di kelas IV SD dengan jumlah sebanyak 6 siswa.
Selanjutnya modul pembelajaran IPA yang telah divalidasi dan direvisi kemudian diujicobakan secara terbatas di SD Kanisius Totogan kepada 6 siswa kelas IV SD Kanisius Totogan. Uji coba dilakukan secara Blended Learning yaitu mencampurkan pembelajaran secara luring dan daring. Pertama-tama peneliti meminta izin terlebih dahulu kepada kepala sekolah dan juga guru kelas IV SD sebelum melaksanakan penelitian. Kemudian, dilanjutkan peneliti dengan membagikan modul pembelajaran IPA dengan model Discovery Learning dalam proses pembelajaran. Peneliti mulai menyampaikan materi pembelajaran secara
berurutan mengikuti sintaks Discovery Learning yang tertulis didalam RPP dan modul guru. Siswa diajak untuk terlibat aktif dalam diskusi kelompok agar pembelajaran yang terjadi tidak membosankan. Dalam hal ini, peneliti hanya sebagai fasilitator dan membimbing siswa dalam proses pembelajaran. Modul pembelajaran yang telah dikembangkan dan diselesaikan oleh peneliti dikemas dengan rapi, dirancang secara runtut, dan menggunakan bahasa yang sederhana sehingga memudahkan siswa dalam menggunakannya serta terdapat gambar ilustrasi-ilustrasi yang menarik perhatian siswa. Pada modul Blended Learning materi gaya dan gerak menggunakan model Discovery Learning untuk siswa kelas IV SD ini juga dapat digunakan di sekolah lain yang mengalami permasalahan yang sama.
Setelah pembelajaran selesai, peneliti membagikan angket uji keterbacaan siswa setelah menggunakan modul pembelajaran IPA kepada 6 siswa kelas IV SD Kanisius Totogan. Hasil dari uji coba terbatas yang dilakukan oleh 6 siswa kelas IV SD Kanisius Totogan menunjukan kenaikan hasil angket uji keterbacaan siswa dengan model Discovery Learning sebesar 3,85 dengan kategori
“Sangat Baik”. Oleh karena itu, modul pembelajaran IPA menggunakan model Discovery Learning dinilai efektif dan layak untuk digunakan dalam kegiatan proses pembelajaran serta terbukti dapat membantu guru dalam menangani permasalahan pada siswa yang belum semuanya memahami tentang materi gaya dan gerak baik secara daring maupun luring.
4.2.3 Hasil Uji Coba Terbatas
Produk modul pembelajaran IPA menggunakan model Discovery Learning yang telah divalidasi oleh tiga validator, yaitu satu dosen IPA, dan dua guru kelas IV SD. Dari dosen IPA, Modul mendapatkan skor rata-rata yaitu 3,7 dengan kategori “Sangat Baik”, dari guru SD Kanisius Totogan mendapatkan skor rata-rata yaitu 3,5 dengan kategori “Sangat Baik”, dari guru SDN Ngino 2 mendapatkan skor rata-rata yaitu 3,96 dengan kategori “Sangat Baik”. Produk modul pembelajaran IPA berdasarkan masukan ketiga validator akan diujicobakan kepada peserta didik kelas IV SD Kanisius Totogan.
Peneliti melaksanakan uji coba terbatas dengan 6 siswa kelas IV SD Kanisius Totogan, yang terdiri dari 3 laki-laki dan 3 perempuan. Proses yang dilakukan pada saat melakukan uji coba terbatas kepada 6 siswa SD Kanisius Totogan yaitu peneliti mengajak siswa bernyanyi lagu gaya dan gerak, kemudian bertanya kepada siswa dari lagu tersebut mengaitkan dengan materi yang akan dipelajari hari itu, setelah itu peneliti membagikan modul pembelajaran IPA. Hal yang dilakukan selanjutnya adalah guru melakukan implementasi dalam proses pembelajaran mengikuti setiap sintaks yang terdapat pada modul guru dan mengajak siswa untuk melihat isi dari modul siswa tersebut. Dari sintaks-sintaks model Discovery Learning yang dijabarkan dalam modul guru menuntut anak lebih aktif, kreatif dan anak dapat berdiskusi dalam kelompok untuk mendapatkan jawaban yang tepat. Peserta didik dibagi dalam 2 kelompok yang masing-masing terdiri dari 3 anak, guna untuk melakukan beberapa percobaan secara langsung, setelah itu mereka mengisi pertanyaan-pertanyaan yang tersedia pada modul siswa dengan berdiskusi bersama kelompok. Dari sintaks-sintaks model Discovery Learning yang terdapat pada modul guru dapat membuat anak lebih aktif, kreatif dan mandiri. Proses yang terjadi ketika anak mengisi modul pembelajaran IPA, anak menjadi lebih percaya diri untuk menyampaikan jawaban mereka, anak juga dapat bertukar pikiran bersama teman kelompok.
Di akhir pembelajaran, peneliti membagikan angket setelah selesai melakukan uji coba terbatas. Angket bertujuan untuk penilaian modul pembelajaran IPA kepada siswa yang harus diisi oleh siswa sesuai dengan pengalamannya setelah menggunakan modul pembelajaran. Hasil angket yang didapatkan oleh peneliti setelah melakukan uji coba terbatas memperoleh skor rata-rata yaitu 3,85 dengan kategori “Sangat Baik”. Dari data hasil angket yang dibagikan oleh peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa peserta didik mengalami peningkatan dalam memahami materi gaya dan gerak dan memotivasi belajar siswa setelah menggunakan bahan ajar berupa modul pembelajaran IPA dalam proses pembelajaran di kelas. Peneliti mengembangkan modul pembelajaran IPA menggunakan model Discovery Learning dapat membantu siswa yang belum memahami pada materi gaya dan gerak serta meningkatkan hasil belajar dan menumbuhkan motivasi peserta didik dalam pembelajaran IPA.
BAB V PENUTUP
Pada bab V ini akan membahas mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran terhadap penelitian yang telah dilakukan.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV, kesimpulan yang didapatkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
5.1.1 Pengembangan modul Blended Learning materi Gaya dan Gerak menggunakan model Discovery Learning untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar dikembangkan dengan lima langkah pengembangan model ADDIE, yaitu (1) Analyze, pada tahapan ini peneliti melakukan wawancara kepada guru kelas IV SD sebagai proses analisis kebutuhan. (2) Design, pada tahapan ini peneliti melakukan perancangan modul pembelajaran IPA menggunakan model Discovery Learning sesuai dengan analisis kebutuhan yang telah dilakukan. (3) Develop, pada tahap ini peneliti mengembangkan produk berupa modul pembelajaran IPA secara detail dari bagian awal hingga akhir modul dan melakukan validasi kepada tiga validator yang terdiri dari satu dosen IPA dan dua guru kelas IV SD. Setelah modul pembelajaran IPA di validasi, peneliti melakukan revisi pada beberapa bagian yang diperlukan. (4) Implement, pada tahap ini peneliti melakukan uji coba terbatas yang dilakukan kepada enam siswa kelas IV SD. (5) Evaluate, pada tahap ini peneliti menggunakan evaluasi secara sumatif dan formatif, dimana pada evaluasi sumatif diambil berdasarkan hasil dari validasi produk yang dilakukan oleh tiga validator, sedangkan evaluasi formatif diambil berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada enam siswa.
5.1.2 Kualitas produk berupa modul pembelajaran IPA berdasarkan hasil validasi oleh tiga ahli yaitu 3,71 menunjukkan kualitas modul pembelajaran IPA
kelas IV SD Kanisius Totogan, dan skor 3,96 dari guru kelas IV SDN Ngino 2. Modul pembelajaran IPA yang dikembangkan juga efektif dan layak untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar pada siswa kelas IV SD yang memperoleh nilai rata-rata keseluruhan 3,85 dengan kategori
“Sangat Baik”.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan modul yang dikembangkan oleh peneliti terdapat beberapa keterbatasan yaitu:
1. Pengambilan data wawancara untuk analisis kebutuhan hanya dilakukan secara daring melalui Whatsapp karena pandemi Covid-19.
2. Pelaksanaan validasi produk dilakukan hanya tiga validator sehingga data yang diperoleh terbatas.
3. Pelaksanaan uji coba produk dilakukan terbatas oleh 6 siswa dengan protokol kesehatan dikarenakan masa pandemi Covid-19.
5.3 Saran
Berdasarkan dari beberapa keterbatasan yang telah dipaparkan oleh peneliti, makan dibawah ini peneliti akan memaparkan beberapa saran bagi para peneliti selanjutnya.
1. Pengambilan data sebagai analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu observasi dan juga membagikan angket atau kuesioner.
2. Pelaksanaan uji coba produk dilakukan lebih dari 6 siswa, misalnya pada kelas paralel agar hasil penelitian lebih akurat.
3. Pelaksanaan validasi produk dilakukan lebih dari tiga validator agar data yang diperoleh lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, W. (2018). Model Blended Learning Dalam Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran. Fikrotuna, 7(1), 855-866. Diakses melalui http://ejournal.kopertais4.or.id/madura/index.php/fikrotuna/article/view/316 9 pada tanggal 25 Februari pukul 16.50 WIB
Ana, N. Y. (2018). Penggunaan Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam Peningkatan Hasil Belajar Siswa Di Sekolah Dasar. Jurnal Imiah Pendidikan
dan Pembelajaran, 2(1). Diakses melalui
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JIPP/article/view/13851 pada tanggal 11 Februari 2022 pukul 15.15 WIB
Andriana, E., Ramadayanti, S., & Noviyanti, T. E. (2020). Pembelajaran IPA Di SD Pada Masa Covid 19. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP (Vol. 3, No. 1, pp. 409-413). Diakses melalui https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/psnp/article/view/9961/6472 pada tanggal 3 Maret 2021 pukul 06.49 WIB
Andriani, A., & Paudi, R. I. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda di Kelas IV SDN 1 Ogowele. Jurnal kreatif online, 5(3).
Diakses melalui
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/view/12229 pada tanggal 17 Maret 2021 pukul 00.45 WIB
Annisa, N., & Simbolon, N. (2018). Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Ipa Berbasis Model Pembelajaran Guided Inquiry Pada Materi Gaya di Kelas IV SD Negeri 101776 Sampali. School Education Journal PGSD Fip
Unimed, 8(2), 217-229. Diakses melalui
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/school/article/view/10199/9306 pada tanggal 3 Maret 2021 pukul 08.09 WIB
Aprilia, D. A., dkk. (2020). Pengembangan LKS Berbasis Kontekstual Pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas IV SDN Pondok Pucung 01 Kota Tangerang Selatan. Indonesian Journal of Elementary Education, 2(1), 52-61. Diakses
melalui http://jurnal.umt.ac.id/index.php/IJOEE/article/view/2931 pada tanggal 7 April 2021 pukul 14.54 WIB
Astuti, M. W., Hartini, S., & Mastuang, M. (2018). Pengembangan Modul IPA Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, 6(2), 205-218. Diakses melalui https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/bipf/article/view/4934/0 pada tanggal 14 Maret 2021 pukul 00.20 WIB
Cintia, N. I., Kristin, F., & Anugraheni, I. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Hasil Belajar Siswa. Perspektif ilmu pendidikan, 32(1), 67-75. Diakses melalui http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/pip/article/view/6666 pada tanggal 11 Februari 2022 pukul 00.22 WIB
Ertikanto, C., & Suwarjo, S. (2017). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Discovery Pada Pembelajaran IPA Materi Cahaya. Pedagogi: Jurnal
Pendidikan Dasar, 5(15). Diakses melalui
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/pgsd/article/view/13873 pada tanggal 18 Februari 2022 pukul 17.18 WIB
Gita, S. D., Annisa, M., & Nanna, W. I. (2018). Pengembangan Modul IPA Materi Hubungan Makhluk Hidup Dan Lingkungannya Berbasis Pendekatan Kontekstual. LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA, 8(1). Diakses melalui https://core.ac.uk/download/pdf/287304755.pdf pada tanggal 3 Maret 2021 pukul 12.54 WIB
Gunawan, A., Naomi, A. S., & Suherman, S. (2017). Pengembangan Model Belajar Blended Learning Pada Mata Pelajaran IPA Di Sekolah Dasar. JTPPm (Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran): Edutech and Intructional
Research Journal, 4(1). Diakses melalui
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JTPPm/article/view/7666/5181 pada tanggal 25 Februari 2022 pukul 14.08 WIB
Handayani, T. (2017). Hasil Belajar Materi Gaya dan Gerak melalui Penerapan Permainan Senapan Gaya. Indonesian Jurnal of Primary Education (IJPE),
1(1), 1-11. Diakses melalui
https://ejournal.upi.edu/index.php/IJPE/article/view/7491/4852 pada tanggal 17 Maret 2021 pukul 00.43 WIB
Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Jakarta: Ghalia Indonesia.
https://sibatik.kemdikbud.go.id/inovatif/assets/file_upload/pengantar/pdf/penganta r_3.pdf diakses pada tanggal 27 Februari 2022 pukul 20.48 WIB
Idris, H. (2018). Pembelajaran Model Blended Learning. Jurnal Ilmiah Iqra', 5(1).
Diakses melalui
http://journal.iain-manado.ac.id/index.php/JII/article/view/562 pada tanggal 27 Februari 2022 pukul 21.32 WIB
Ilahiyah, N., Yandari, I. A. V., & Pamungkas, A. S. (2019). Pengembangan Modul Matematika Berbasis Pakem Pada Materi Bilangan Pecahan Di SD. Terampil: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, 6(1), 49-63.
Diakses melalui http://103.88.229.8/index.php/terampil/article/view/4127 pada tanggal 6 Maret 2022 pukul 13.28 WIB
Lorensa, G. V., Nahwiyah, S., & Akbar, H. (2021). Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswapada Mata Pelajaran kelas IV Di Mi Hubbul Wathan Petai Kecamatan Singingi Hilir Kabupaten Kuantan Singingi. Jom Ftk Uniks (Jurnal Online Mahasiswa Ftk
Uniks), 2(2), 18-30. Diakses melalui
http://ejournal.uniks.ac.id/index.php/JOM/article/view/1671 pada tanggal 11 Februari 2022 pukul 21.27 WIB
Made, dkk. (2014). Model Penelitian Pengembangan.Yogyakarta : Graha Ilmu.
Murfiah, Uum. (2017). PEMBELAJARAN TERPADU (Teori dan Praktik Terbaik di Sekolah). Bandung: Refika Aditama.
Nopriadi, A. (2018). Pengembangan Modul Pembelajaran Sains Pada Kompetensi Dasar Gaya, Gerak, Dan Energi Siswa Kelas V Di Sekolah Dasar. Jurnal Universitas Jambi. Diakses melalui https://repository.unja.ac.id/3148/ pada tanggal 5 Maret 2021 pukul 22.37 WIB
Rosa, F. O. (2015). Pengembangan Modul Pembelajaran IPA SMP Pada Materi Tekanan Berbasis Keterampilan Proses Sains. Jurnal Pendidikan
Fisika, 3(1). Diakses melalui
https://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/fisika/article/view/21/13 pada tanggal 21 April 2021 pukul 00.33 WIB
Sani, Ridwan Abdullah. (2014). PEMBELAJARAN SAINTIFIK UNTUK IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013. Jakarta: Bumi Aksara.
Santika, I. D., Darsono, D., & Surbakhti, A. (2019). Pengembangan Bahan Ajar IPA Menggunakan Model Discovery di Kelas IV SD. Pedagogi: Jurnal
Pendidikan Dasar, 7(8). Diakses melalui
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/pgsd/article/view/18914 pada tanggal 27 Maret 2022 pukul 17.08 WIB
Sasmita, A., & Fajriyah, K. (2018). Pengembangan Modul Berbasis Quantum Learning Tema Ekosistem Untuk Kelas V Sekolah Dasar. Refleksi Edukatika: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 8(2). Diakses melalui https://jurnal.umk.ac.id/index.php/RE/article/view/2355 pada tanggal 6 Maret 2022 pukul 13.48 WIB
Sugiono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Tegeh, I. M., & Kirna, I. M. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Metode Penelitian Pendidikan Dengan ADDIE Model. Jurnal Ika, 11(1). Diakses melalui https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/ika/article/view/1145 pada tanggal 19 Mei 2021 pukul 23.43 WIB
Tegeh, I. M., Jampel, I. N., & Pudjawan, K. (2015). Pengembangan Buku Ajar Model Penelitian Pengembangan Dengan Model ADDIE. Seminar Nasional Riset Inovatif IV (Vol. 208). Diakses melalui https://eproceeding.undiksha.ac.id/index.php/senari/article/download/507/35 2/ pada tanggal 19 Mei 2021 pukul 23.58 WIB
Tegeh, I. M., Jampel, I. N., & Pudjawan, K. (2015). Pengembangan Buku Ajar Model Penelitian Pengembangan Dengan Model ADDIE. Seminar Nasional Riset Inovatif IV (Vol. 208). Diakses melalui https://eproceeding.undiksha.ac.id/index.php/senari/article/download/507/35 2/ pada tanggal 19 Mei 2021 pukul 23.58 WIB