• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu proses terpenting dalam kehidupan untuk kebutuhan manusia yang berkualitas dan mampu mengikuti arus perkembangan dari zaman dahulu hingga saat ini. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan pada diri seseorang demi keberlangsungan hidupnya. Pendidikan bisa diperoleh secara formal maupun non formal, secara pendidikan formal peserta didik mengikuti program-program yang diperoleh dari pemerintah, sedangkan pendidikan non formal dapat diperoleh dari kehidupan sehari-hari penting dalam perkembangan peserta didik.

Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Kemendikbud, 2014).

Pembelajaran di sekolah dapat terlaksana dengan baik apabila penyampaian guru dari sumber belajar dapat menjelaskan kepada siswa dengan baik. Ketika pemilihan metode dan media pembelajaran yang digunakan sebagai sumber sarana dalam penyampaian materi pelajaran kepada peserta didik dapat berpengaruh terhadap keefektifan proses belajar. Pemilihan penggunaan metode dan media pembelajaran yang tepat saat pembelajaran akan menghindarkan siswa dari rasa ngantuk dan bosan, terlebih untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang memiliki banyak materi bersifat abstrak.

IPA merupakan pengetahuan yang mempelajari mengenai peristiwa-peristiwa alam secara luas dalam kaitannya dengan kehidupan manusia.

Pembelajaran IPA melatih siswa untuk objektif dan berpikir kritis serta membantu siswa untuk belajar memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran IPA di SD salah satu materi yang diajarkan adalah tentang gaya dan gerak yang dapat diterapkan dalam kehidupan nyata.

Guru dituntut untuk mempersiapkan bahan ajar berupa modul pembelajaran yang

pembelajaran yang efektif dan efisien. Modul dapat digunakan sebagai media belajar bagi siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran, karena dapat merangsang siswa untuk beraktivitas, meningkatkan keaktifan dan semangat belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA.

Sehingga dengan adanya modul sebagai salah satu media belajar yang digunakan, siswa dapat memperkaya wawasan serta dapat mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang dibahas pada setiap satu satuan modul.

Blended Learning disebut dengan Hybrid Learning, sesuai dengan namanya merupakan suatu metode pembelajaran yang mengkombinasikan metode pembelajaran tatap muka dengan online learning. Metode pembelajaran bisa berupa tatap muka sehari-hari, kemudian ada beberapa komponen pembelajaran e-learning yang disisipkan, maupun sebaliknya, kebanyakan pembelajaran e-learning, lalu disisipkan metode tatap muka untuk review atau untuk ujian. Banyak aplikasi yang mendukung Blended Learning dari Smartphone maupun internet. Beberapa aplikasi yang sangat populer yaitu Whatsapp, Zoom Meeting, Google Meet, dan lain sebagainya.

Bahan ajar adalah salah satu perangkat pembelajaran yang berisikan konsep atau materi dalam melaksanakan pembelajaran. Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar (Prastowo, 2014: 16). Adanya bahan ajar bertujuan untuk membantu pendidik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan mengarahkan semua aktivitas yang seharusnya diajarkan ke peserta didik dalam proses pembelajaran.

Sedangkan bagi siswanya itu sendiri, bahan ajar akan dijadikan sebagai pedoman yang harus dipelajari selama proses pembelajaran. Bahan ajar yang dikembangkan menggunakan model Discovery Learning. Bahan ajar tersebut adalah modul yang dirancang untuk membantu siswa dalam menguasai materi dan sebagai sarana belajar siswa secara mandiri sesuai kecepatan masing-masing. Dengan bahan ajar model Discovery Learning diharapkan siswa akan lebih mudah memahami materi sehingga proses pembelajaran menjadi bermakna. Adanya bahan ajar yang berkualitas akan mampu mengembangkan keaktifan siswa untuk belajar sendiri.

Modul pembelajaran merupakan bahan ajar yang dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil serta dapat dipelajari secara mandiri agar siswa menguasai materi tertentu yang diajarkan (Purwanto, 2007). Dengan adanya bahan ajar berupa modul pembelajaran yang disusun dengan semenarik mungkin, sehingga dapat membuat siswa merasa tertarik dan senang dalam mempelajari modul pembelajaran dan siswa dapat belajar secara mandiri terlebih pada kondisi saat ini yang mengharuskan semua sekolah melakukan pembelajaran secara daring (online). Modul pembelajaran adalah salah satu bahan ajar yang dapat digunakan siswa secara mandiri. Langkah-langkah dalam penyusunan modul pembelajaran ada empat langkah yang harus dilalui sebagai berikut: (1) analisis kurikulum tematik, (2) judul modul, (3) pemberian kode judul, dan (4) penulisan modul (Prastowo, 2014: 217-218). Modul pembelajaran dapat digunakan sebagai alat bantu guru untuk siswa mampu belajar secara mandiri terhadap penguasaan materi dari berbagai sumber yang terdapat dalam modul.

Peneliti mengembangkan sebuah modul pembelajaran yang dapat mengembangkan pengetahuan siswa terhadap materi gaya dan gerak yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, peneliti melakukan kegiatan alternatif yaitu dengan mengembangkan bahan ajar siswa. Bahan ajar siswa yang peneliti kembangkan yaitu berupa modul pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning, yang peneliti kembangkan lebih inovatif dan sesuai dengan karakteristik IPA. Guru mengajak siswa mengaitkan materi dengan kegiatan sehari-hari mereka dan juga diajak langsung untuk kerja ilmiah, sehingga pembelajaran IPA pada materi gaya dan gerak lebih bermakna untuk peserta didik.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) atau disingkat menjadi R&D. Metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2016: 7).

Model yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah model ADDIE.

Model ADDIE terdiri atas lima langkah, yaitu: (1) analisis (analyze), (2)

perancangan (design), (3) pengembangan (develop), (4) implementasi (implement), (5) evaluasi (evaluate). Model ADDIE merupakan salah satu model desain pembelajaran sistematik. Model ini disusun secara terprogram dengan urutan-urutan kegiatan yang sistematis dalam upaya memecahkan masalah belajar yang berkaitan dengan sumber media belajar yang sesuai kebutuhan dan karakteristik pembelajaran.

Beberapa penelitian terdahulu melakukan penelitian mengenai pengembangan bahan ajar berbasis Discovery pada pembelajaran IPA materi cahaya (Sari, Ertikanto, dan Suwarjo, 2017). Pengembangan modul matematika berbasis PAKEM pada materi bilangan pecahan di SD (Ilahiyah, 2019).

Pengembangan modul berbasis Quantum Learning tema ekosistem kelas V sekolah dasar (Fajriyah, 2018). Penerapan model pembelajaran Discovery Learning untuk meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran kelas IV di MI hubbul wathan petai kecamatan singingi hilir kabupaten singing (Lorensa, Nahwiyah, dan Akbar, 2021). Penerapan model pembelajaran Discovery Learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa (Cintia, Kristin, dan Anugraheni, 2018). Penggunaan model Discovery Learning dalam peningkatan hasil belajar siswa di sekolah dasar (Yuliana, 2018).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan di salah satu SD pada tanggal 18 Oktober 2021, peneliti mendapatkan data bahwa adanya masalah dalam pemahaman peserta didik dalam muatan pelajaran IPA pada materi gaya dan gerak. Terkhusus selama pandemi ini guru memaparkan kegiatan belajar mengajar IPA menggunakan media komunikasi melalui Handphone, menyampaikan materi melalui Zoom Meeting dan WA Group. Guru juga menjelaskan bahwa selama mengajar mata pelajaran IPA khususnya materi Gaya dan Gerak peserta didik mengalami kesulitan, kesulitan yang dialami yaitu kurangnya pemahaman peserta didik dalam memberikan contoh nyata bagaimana gaya dapat mengubah bentuk benda dalam kehidupan sehari-hari. Selain faktor dari guru maupun peserta didik, yaitu ketersediaan fasilitas mengenai bahan ajar di sekolah masih kurang yang dapat mempengaruhi dalam proses pembelajaran.

Dalam proses belajar dan mengajar dinilai belum efektif karena kurangnya fasilitas media pembelajaran seperti buku atau modul yang terbatas jumlahnya.

Kurangnya media pembelajaran dapat mengakibatkan kurangnya pemahaman siswa mengenai materi yang diberikan oleh guru. Berdasarkan fakta dan analisis kebutuhan tersebut, modul pembelajaran gaya dan gerak menggunakan model Discovery Learning menjadi media yang dikembangkan dalam penelitian ini.

Modul tersebut dapat digunakan sebagai sarana dalam kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran IPA.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah disampaikan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dilakukan dengan cara

“Pengembangan Modul Blended Learning Materi Gaya dan Gerak Menggunakan Model Discovery Learning Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”. Modul ini merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu pengembangan pengetahuan siswa khususnya pada pembelajaran IPA. Melalui penggunaan modul pembelajaran di sekolah, siswa dapat memahami pembelajaran dengan baik dan siswa mampu menerapkan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dilakukan peneliti bertujuan untuk mengembangkan produk menjadi lebih inovatif, kreatif serta menarik sehingga peserta didik termotivasi dalam belajar pada materi yang sedang dipelajari terutama selama masa pandemi seperti ini mempermudah peserta didik dalam memahami materi secara luring maupun daring.