BAB II LANDASAN TEORI
5. Langkah-langkah Model Discovery Learning
2.1.4 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang mempelajari tentang fenomena alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam semesta beserta isinya, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi didalamnya yang dikembangkan oleh para ahli berdasarkan proses ilmiah (Sudjana, 2013). IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam yang didasarkan pada hasil observasi, percobaan dan eksperimen yang dilakukan oleh manusia (Powler, 2010). IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis (teratur) yang artinya pengetahuan itu disusun dalam suatu sistem berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh (Usman, 2010: 3).
Berdasarkan uraian pengertian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang membahas mengenai gejala-gejala atau fenomena yang terjadi di alam semesta yang berupa kumpulan dari hasil observasi, percobaan dan eksperimen untuk memecahkan suatu masalah yang telah diberikan sehingga peserta didik mengetahui masalah yang dihadapinya atau memerlukan metode khusus dalam uji kebenarannya.
2. Fungsi Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Fungsi mata pelajaran IPA menurut (Kementrian Pendidikan Nasional, 2004) mengatakan bahwa: (1) menanamkan keyakinan terhadap Tuhan yang Maha Esa, (2) mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah, (3) peserta didik menjadi warga negara yang memahami IPA dan Teknologi, dan (4) menguasai konsep IPA untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi.
3. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Menurut BSNP (2009) pembelajaran IPA di sekolah dasar memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam.
b. Mengembangkan pengetahuan dan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, serta masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk melakukan penyelidikan terhadap alam sekitar, memecahkan masalah, serta membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, serta melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan dari pengajaran IPA adalah agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, mampu menggunakan metode ilmiah, serta mengetahui peristiwa-peristiwa alam yang terjadi dan mengetahui berbagai macam makhluk hidup lainnya melalui materi-materi pembelajaran IPA.
2.1.5 Materi Gaya dan Gerak
Pada pembelajaran Kelas IV semester II terdapat tema 8 : Daerah Tempat Tinggalku dan Subtema 3 : Bangga Terhadap Daerah Tempat Tinggalku yang memuat mata pelajaran IPA. Materi yang dipelajari yaitu gaya dan gerak.
Berikut pemaparan mengenai materi gaya dan gerak:
1. Pengertian Gaya
Gaya sering diartikan sebagai dorongan atau tarikan yang dapat mengubah gerak benda dan bentuk benda (Wahyono dan Nurachmandani, 2008: 89).
Dengan mendorong atau menarik suatu benda, artinya memberikan gaya pada
benda tersebut. Gaya merupakan gerakan mendorong dan menarik yang menyebabkan suatu benda bergerak. Gaya adalah suatu kekuatan yang mengakibatkan benda yang dikenainya dapat mengalami perubahan kedudukan atau perubahan bentuk. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melakukan gaya dorong maupun gaya tarik. Misalnya, membuka dan menutup pintu, mendorong gerobak, bermain tarik tambang, dan mengayuh pedal sepeda. Gaya tidak dapat dilihat. Akan tetapi, pengaruh gaya terhadap suatu benda dapat diamati. Salah satu pengaruh gaya terhadap benda yaitu bergeraknya suatu benda. Gaya ada yang kuat dan ada yang lemah. Makin besar gaya dilakukan, makin besar pula tenaga yang diperlukan. Alat yang digunakan untuk mengukur besar kecilnya gaya disebut dengan dinamometer. Gaya dapat mempengaruhi gerak dan bentuk benda. Berikut pengaruh gaya terhadap benda menurut Irene dan Khristiyono (2016: 46-47) yaitu:
a. Gaya mempengaruhi benda diam menjadi bergerak.
Benda yang semula diam dapat bergerak karena diberikan gaya. Contoh:
mendorong meja dan kursi, mendorong gerobak, mendorong mobil, bermain tarik tambang.
b. Gaya mempengaruhi benda bergerak menjadi diam.
Gaya dapat mengakibatkan benda bergerak menjadi diam atau bergerak lebih cepat. Contoh: pemain sepak bola menendang bola yang melaju kencang ke arah gawang kemudian akan diam setelah ditangkap kiper (penjaga gawang).
c. Gaya mempengaruhi arah gerak suatu benda.
Menurut Wahyono & Nurachmandani (2008: 94) gaya dapat menyebabkan perubahan arah gerak suatu benda. Contoh: bola pingpong atau bola kasti ketika dilempar ke dinding akan berubah arah setelah membentur dinding.
d. Gaya dapat mempengaruhi bentuk benda.
Gaya dapat mempengaruhi bentuk benda. Benda yang dapat diubah bentuk umumnya merupakan benda padat. Contoh: botol kosong akan berubah bentuk jika ditekan/diinjak dengan keras, lilin mainan (plastisin) akan berubah bentuk jika ditekan.
2. Pengertian Gerak
Gerak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan suatu peralihan tempat ataupun kedudukan, baik sekali maupun berulang. Suatu benda dapat dikatakan bergerak apabila benda tersebut mengalami perubahan kedudukan terhadap suatu titik yang merupakan acuan. Gerak adalah perpindahan posisi benda dari tempat asalnya ke tempat lainnya karena adanya gaya. Ketika kalian melompat dari satu tempat ke tempat yang lain ini dinamakan dengan gerak. Maka dari itu gaya dan gerak saling berhubungan karena adanya gerak disebabkan oleh gaya. Menurut Haryanto (2013: 43) ada macam-macam gerak benda, yaitu: (1) benda berputar, (2) benda menggelinding, (3) benda jatuh, dan (4) benda memantul.
Gambar 2.1 Kegiatan Melompat
3. Macam-macam Gaya
Aktivitas sehari-hari kita memang sering melibatkan gaya. Gaya yang dihasilkan oleh otot manusia yaitu berupa dorongan atau tarikan yang biasa kita lakukan saat membuka dan menutup pintu atau menarik dan mendorong meja.
Berikut ini jenis-jenis gaya:
a. Gaya otot
Gaya otot adalah gaya yang dihasilkan oleh otot makhluk hidup, baik manusia atau hewan. Gaya otot sering dilakukan pada saat menarik atau mendorong benda, mengangkat benda atau ketika olahraga.
Gambar 2.2 Gaya otot menyebabkan benda bergerak b. Gaya pegas
Gaya pegas adalah kekuatan gaya yang dihasilkan oleh karet atau pegas yang direnggangkan.
Gambar 2.3 Gaya pegas menyebabkan panah terlontar
c. Gaya listrik
Gaya listrik adalah kekuatan yang dimiliki benda bermuatan listrik untuk menarik benda.
Gambar 2.4 Gaya listrik statis pada penggaris menyebabkan kertas menempel
d. Gaya magnet
Gaya magnet adalah gaya yang dihasilkan oleh magnet. Hanya benda yang mengandung unsur besi atau baja yang akan menempel ke magnet, sedangkan kertas atau plastik tidak bisa.
Gambar 2.5 Gaya magnet menyebabkan benda yang terbuat dari besi menempel
e. Gaya gravitasi
Gaya gravitasi disebut juga dengan gaya menarik. Gaya gravitasi adalah gaya yang dihasilkan dari kekuatan bumi menarik benda ke bawah.
Gambar 2.6 Gaya gravitasi bumi menyebabkan benda jatuh ke bawah
f. Gaya gesek
Gaya gesek akan timbul apabila kedua benda saling bergesekkan.
Gambar 2.7 Gaya gesek terjadi antara karet rem dengan pelek sepeda
2.2 Penelitian yang Relevan
Penelitian menuliskan beberapa penelitian pengembangan yang relevan untuk menunjang penelitian ini sebagai berikut.
Penelitian pertama dilakukan oleh Sari, Ertikanto, dan Suwarjo (2017) yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Discovery Pada Pembelajaran IPA Materi Cahaya” yang terdapat pada Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 5 No. 15. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk bahan ajar berbasis Discovery yang menarik, mudah dan bermanfaat bagi siswa dan mengetahui efektifitas bahan ajar berbasis Discovery untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Metode yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (Research & Development R&D). Penelitian ini menghasilkan produk bahan ajar berbasis Discovery yang menarik, mudah dan manfaat bagi siswa kelas IV SD dan bahan ajar berbasis Discovery yang dikembangkan terbukti efektif terhadap hasil belajar IPA kelas IV di SD.
Penelitian kedua dilakukan oleh Ilahiyah (2019) yang berjudul
“Pengembangan Modul Matematika Berbasis PAKEM Pada Materi Bilangan Pecahan di SD” yang terdapat pada Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol. 6 No. 1. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan modul matematika berbasis PAKEM pada materi pecahan di Sekolah Dasar. Metode yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan (R&D). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari wawancara, observasi, angket dan dokumentasi. Dapat disimpulkan bahwa modul ini menarik bagi siswa dan menjadi sumber belajar alternatif yang digunakan oleh siswa untuk belajar pecahan.
Penelitian ketiga dilakukan oleh Sasmita dan Fajriyah (2018) yang berjudul “Pengembangan Modul Berbasis Quantum Learning Tema Ekosistem Untuk Kelas V Sekolah Dasar” yang terdapat pada Jurnal Refleksi Edukatika, Vol. 8 No. 2. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan Modul berbasis Quantum Learning tema 5 ekosistem yang layak untuk digunakan sebagai penunjang bahan ajar siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Lamper Tengah 02 Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development). Subjek penelitian
ini adalah 12 siswa dari 42 kelas V. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data ahli modul dan data ahli materi dan hasil uji coba lapangan awal. Dapat disimpulkan bahwa modul tematik berbasis Quantum Learning telah berhasil dalam pengembangan bahan ajar ini juga layak digunakan karena menjadi suatu pembelajaran hal yang menarik dan menyenangkan.
Penelitian keempat dilakukan oleh Lorensa, Nahwiyah, dan Akbar (2021) yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Kelas IV Di MI Hubbul Wathan Petai Kecamatan Singingi Hilir Kabupaten Singingi”
yang terdapat pada Jurnal JOM FTK UNIKS, Vol. 2 No. 2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui minat belajar siswa, serta kendala-kendala yang dihadapi siswa pada saat pembelajaran. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan metode deskriptif kualitatif subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV MI Hubbul wathan petai dengan jumlah 22 orang siswa, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan minat belajar siswa, hal ini terbukti dari hasil pengamatan yang diperoleh setiap siklusnya, para Pra siklus presentase minat belajar siswa hanya mencapai 94,09%. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Discovery Learning yang dilaksanakan dalam pembelajaran SKI pada materi dakwah nabi Muhammad SAW dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas IV MI.
Penelitian kelima dilakukan oleh Cintia, Kristin, dan Anugraheni (2018) yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Siswa” yang terdapat pada Jurnal Perspektif Ilmu Pendidikan, Vol. 32 No.
1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan model Discovery Learning dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa kelas 5 SDN Sidorejo Kidul 02 Tingkir. Jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berlangsung dalam 2 siklus. Satu siklus
terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Subjek penelitian siswa kelas V SD berjumlah 39 siswa. Pengumpulan data menggunakan tes dan nontes. Analisis data deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Kesimpulan dari penelitian tersebut bahwa penerapan model Discovery Learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar pembelajaran tematik siswa kelas V SDN Sidorejo Kidul 02 Tingkir.
Penelitian keenam dilakukan oleh Yuliana (2018) yang berjudul
“Penggunaan Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam Peningkatan Hasil Belajar Siswa Di Sekolah Dasar” yang terdapat pada Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran, Vol. 2 No. 1. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan referensi terkait model pembelajaran yang dalam penerapannya telah terbukti hasil belajar siswa di sekolah dasar. Jenis penelitian yang digunakan yaitu satu model pembelajaran Discovery Learning. Hasil dari penelitian ini mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan siswa menemukan informasi sendiri sehingga menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa baik di Sekolah Dasar maupun jenjang pendidikan di atasnya.
Berdasarkan keenam artikel penelitian di atas, diketahui bahwa jurnal tersebut memiliki relevansi dengan penelitian yang dikembangkan oleh peneliti. Relevansi penelitian yang dipaparkan yaitu kesamaan tentang modul IPA dengan model Discovery Learning secara umum dan meneliti tentang modul pembelajaran mata pelajaran lain. Dalam penelitian tersebut lebih banyak meneliti pada mata pelajaran Matematika dan IPA. Hal tersebut membuktikan bahwa belum banyak yang meneliti pada mata pelajaran IPA khususnya pada materi Gaya dan Gerak. Namun, dari penelitian di atas sudah memiliki keterkaitan dan relevan dengan penelitian yang akan dikembangkan yaitu mengembangkan modul pembelajaran dengan model Discovery Learning. Oleh karena itu, peneliti ini akan berfokus pada “Pengembangan Modul Blended Learning Materi Gaya dan Gerak Menggunakan Model Discovery Learning Untuk Siswa Kelas IV
Sekolah Dasar”. Kerangka relevansi penelitian dapat dilihat dalam literature map yang akan dijabarkan dalam bagan 2.1
Bagan 2.1 Literature Map Penelitian yang Relevan
Modul Discovery
Lorensa, Nahwiyah, dan Akbar (2021) Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Minat Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran Kelas IV Di MI Hubbul Wathan Petai Kecamatan Singingi
Hilir Kabupaten Singingi
Cintia, Kristin, dan Anugraheni (2018) Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Siswa
Yuliana (2018)
Penggunaan Model Discovery Learning Dalam Peningkatan Hasil Belajar Siswa Di
Sekolah Dasar
Pengembangan Modul Blended Learning Materi Gaya dan Gerak
Menggunakan Model Discovery Learning Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar
2.3 Kerangka Berpikir
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyusun kerangka berpikir tentang pengembangan produk berupa modul pembelajaran menggunakan model Discovery Learning untuk peserta didik kelas IV Sekolah Dasar Semester II.
Pada pendidikan zaman sekarang, dalam pembelajaran di Sekolah Dasar selama situasi masa pandemi Covid-19 yang pembelajaran dilakukan secara daring (online) dimana peserta didik mengharuskan belajar mandiri di rumah masing-masing. Penerapan Kurikulum 2013 mengharuskan guru menyiapkan sumber belajar untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Sumber belajar terdiri dari berbagai macam. Beberapa contoh sumber belajar adalah berupa teks tertulis, cetak, rekaman elektronik, buku, dan bahan ajar (Darmayanti, dkk., 2014). Dari berbagai macam sumber belajar, buku tetap menjadi sumber belajar utama yang digunakan di Lembaga Pendidikan. Melalui buku, siswa bisa mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan, informasi, dan hiburan. Pada buku siswa untuk SD/MI kelas IV, buku tematik merupakan menjabarkan hal-hal yang harus dilakukan siswa untuk mencapai kompetensi dan mengajar siswa untuk berani mencari sumber belajar lain.
IPA merupakan pengetahuan yang mempelajari mengenai peristiwa-peristiwa alam secara luas dalam kaitannya dengan kehidupan manusia.
Pembelajaran IPA lebih ditekankan pada praktik daripada teori, sehingga kegiatan pembelajarannya lebih ditekankan pada kegiatan pengamatan dan percobaan.
Khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dimana peserta didik mengalami kesulitan untuk memahami materi yang dijelaskan oleh guru.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut guru perlu melakukan perbaikan pembelajaran yang dapat dilihat dari berbagai macam sumber belajar yang bisa digunakan. Bahan ajar cetak yang dapat digunakan salah satunya ialah modul pembelajaran. Dengan adanya modul, peserta didik akan lebih termotivasi dalam belajar serta membuat pembelajaran menjadi fokus dan kreatif. Mereka juga dapat belajar secara mandiri tanpa tergantung lagi oleh pihak lain karena modul pembelajaran dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah untuk dipahami. Peserta didik dapat menggunakan modul pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Modul pembelajaran yang telah dirancang perlu
dilakukan validasi dan uji coba. Validasi dilakukan oleh ahli dan guru untuk mengecek kelayakan dari modul itu sendiri. Uji coba dilakukan untuk memperoleh kritik atau saran sehingga modul pembelajaran menjadi lebih baik dan berkualitas.
Subjek uji coba produk modul pembelajaran yaitu peserta didik kelas IV Sekolah Dasar yang berjumlah 6 siswa terdiri dari 3 laki-laki dan 3 perempuan.
Modul pembelajaran disusun pada tema 8: daerah tempat tinggalku dalam pembelajaran IPA materi gaya dan gerak untuk kelas IV Sekolah Dasar. Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu pengetahuan yang membahas fenomena atau gejala alam dan kebendaan melalui pengamatan sistematis dan dirumuskan dengan penalaran. Selanjutnya, gaya adalah sebuah tarikan atau dorongan yang dapat mengubah gerak dan bentuk suatu benda. Sedangkan gerak adalah perpindahan tempat dari posisi awal ke posisi akhir karena adanya gaya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IV, guru menyatakan bahwa peserta didik sulit untuk memberikan contoh nyata bagaimana gaya dapat mengubah bentuk benda dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, model pembelajaran yang digunakan guru kurang efektif dalam meningkatkan kemampuan peserta didik memecahkan masalah pada materi gaya dan gerak. Guru membutuhkan tambahan modul pembelajaran yang dapat mendukung proses pembelajaran sehingga peserta didik lebih mudah dalam mempelajari materi yang diberikan oleh guru. Melalui pengembangan modul pembelajaran ini diharapkan guru dapat termotivasi untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif dan kreatif.
Pengembangan bahan ajar modul ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan menumbuhkan motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran IPA. Model penelitian yang digunakan adalah ADDIE (Analyze, Design, Develop, Implement, Evaluate).
Dengan adanya modul pembelajaran, diharapkan peserta didik dapat memahami materi dan belajar secara mandiri. Maka dari itu peneliti berusaha untuk Pengembangan Modul Blended Learning Pembelajaran IPA Materi Gaya dan Gerak Menggunakan Model Discovery Learning Untuk Kelas IV Sekolah Dasar.
2.4 Pertanyaan-pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
2.4.1 Bagaimana prosedur pengembangan modul Blended Learning pembelajaran IPA Materi Gaya dan Gerak menggunakan model Discovery Learning untuk siswa kelas IV SD menurut model ADDIE?
2.4.2 Bagaimana kualitas modul Blended Learning pembelajaran IPA Materi Gaya dan Gerak menggunakan model Discovery Learning untuk siswa kelas IV SD menurut ahli IPA?
2.4.3 Bagaimana kualitas modul Blended Learning pembelajaran IPA Materi Gaya dan Gerak menggunakan model Discovery Learning untuk siswa kelas IV SD menurut guru kelas IV SD?
2.4.4 Bagaimana bahasa penulisan yang digunakan dalam mengembangkan modul Blended Learning pembelajaran IPA Materi Gaya dan Gerak menggunakan model Discovery Learning untuk siswa kelas IV SD?
2.4.5 Bagaimana dampak modul Blended Learning pembelajaran IPA Materi Gaya dan Gerak menggunakan model Discovery Learning untuk siswa kelas IV SD untuk 6 siswa?
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III membahas metode penelitian yang mencakup (1) jenis penelitian yang digunakan, (2) setting penelitian, (3) prosedur pengembangan penelitian, (4) teknik pengumpulan data, (5) instrumen penelitian, dan (6) teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian dan Pengembangan (Research and Development) atau disingkat R&D. Metode penelitian dan pengembangan dalam bahasa inggrisnya Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiono, 2016: 297). Research and Development merupakan suatu proses untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada agar dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2007: 164). Tujuan metode R&D adalah menghasilkan suatu produk yang sudah di uji coba karena telah melalui tahap-tahap pengujian dan revisi, produk yang dihasilkan sesuai kebutuhan lapangan melalui hasil analisis kebutuhan, dan proses pengembangan produk dilakukan secara ilmiah dengan menganalisis data secara empiris (Sanjaya, 2013: 130).
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (RnD) adalah untuk merancang dan mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada dengan memperhatikan data yang empiris sebagai dasar pembuatan produk yang dapat dipertanggungjawabkan dan menguji keefektifan produk secara sistematis.
Model pengembangan yang digunakan pada penelitian ini adalah model ADDIE yang merupakan singkatan dari Analyze, Design, Develop, Implement, Evaluate (Anglada, 2007). ADDIE merupakan salah satu model desain pembelajaran sistematik. Pada tahap Analyze (analisis), kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis modul pembelajaran yang akan dilaksanakan. Tahap Design (desain), kegiatan yang dilakukan adalah merancang modul pembelajaran yang
peserta didik dan tuntutan kompetensi, strategi pembelajaran, bentuk dan metode asesmen dan evaluasi. Tahap Develop (pengembangan), kegiatan yang dilakukan adalah mengembangkan dan merealisasikan produk yang sudah dirancang. Tahap Implement (implementasi), suatu produk yang telah dikembangkan akan diujicobakan dalam penerapan pembelajaran untuk mengetahui pengaruhnya/dampak dari kualitas suatu produk itu sendiri. Dan tahap Evaluate (evaluasi), bertujuan untuk mendapatkan umpan balik hasil penilaian dari suatu produk. Evaluasi terhadap pengembangan modul pembelajaran bertujuan untuk melihat apakah proses yang sedang dirancang telah berhasil atau tidak.
Gambar 3.1 Alur Pengembangan Model ADDIE (Anglada, 2007)
Gambar 3. 2 Desain Penelitian Pengembangan Model ADDIE yang digunakan Peneliti
Evaluate Analyze
Design Implement
Develop
Analyze Design Develop
Implement Evaluate
3.2 Setting Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi pengambilan data dilaksanakan di beberapa SD. Uji coba modul ini dilakukan di SD Kanisius Totogan beralamat Kebondalem, Madurejo, Kec.
Lokasi pengambilan data dilaksanakan di beberapa SD. Uji coba modul ini dilakukan di SD Kanisius Totogan beralamat Kebondalem, Madurejo, Kec.