• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Pada Program Studi Hukum Keluarga Islam (Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Pada Program Studi Hukum Keluarga Islam (Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah)"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

KECAMATAN AMPEK ANGKEK KABUPATEN AGAM SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

Pada Program Studi Hukum Keluarga Islam (Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah)

Oleh:

ALDI AZHARI NIM. 1116.058

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA (AL-AHWAL AL- SYAKSIYAH) FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA

ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

TAHUN 2021 M/ 1442H

(2)

I

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Bagi Calon Pengantin Menurut Keputusan Direktur Jendral Bimas Islam Nomor 379 Tahun 2018 di KUA Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam” yang disusun oleh Aldi Azhari, NIM 1116.058 Program Studi Hukum Keluarga (Al-Ahwal Al- Syakhsiyyah) Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi telah dilakukan bimbingan secara maksimal dan untuk selanjutnya disetujui untuk diajukan ke sidang Munaqasyah skripsi.

Bukittinggi,13 Juli 2021

Dosen Pembimbing

Adlan Sanur Th, M. Ag NIP. 197603222005011003

Mengetahui

Ketua Program Studi Hukum Keluarga Islam (Al- Ahwal Al- Syakhsiyyah) Fakultas Syari’ah IAIN Bukittinggi

Dahyul Daipon, M.Ag NIP. 197704202006041002

(3)

II

Tempat/Tanggal Lahir : Sei Rakyat/ 01 Januari 1997

Program Study : Hukum Keluarga (Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah)

Fakultas : Syari’ah

Judul Skripsi : Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Bagi Calon Pengantin Menurut Keputusan Direktur Jendral Bimas Islam Nomor 379 Tahun 2018 di KUA Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam

Menyatakan dengan ini sesungguhnya bahwa karya ilmiah (skripsi) penulis dengan judul di atas adalah benar asli karya penulis. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan karya sendiri, maka penulis bersedia

diproses sesuai hukum yang berlaku dan gelar kesarjanaan penulis dicopot hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sesungguhnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bukittinggi,13 Juli 2021

Aldi Azhari NIM. 1116.058

(4)

III

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul: “Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Bagi Calon Pengantin Menurut Keputusan Direktur Jendral Bimas Islam Nomor 379 Tahun 2018 ( Studi Kasus di KUA Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam)”

Skripsi ini ditulis oleh ALDI AZHARI, NIM. 1116.058, Program Study Hukum Keluarga (Al-Ahwal Al- Syakhsiyyah), Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi. Adapun maksud judul di atas untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan perkawinan dan sejauh mana pemahaman peserta bimbingan perkawinan.

Sedangkan yang menjadi latar belakang masalah dalam skripsi ini bahwa di dalam pelaksanaan bimbingan perkawinan yang telah dilakukan oleh KUA Ampek Angkek berbeda dari peraturan kementrian, yang dimana dalam peraturannya pelaksanaan bimbingan perkawinan harus mencapai 16 jam mata pelajaran dan dengan materi yang sudah ditentukan. Mengikuti bimbingan perkawinan ini merupakan salah satu syarat yang harus dilakukan oleh calon pengantin sebelum melakuakn perkawianan. Hal lain juga yang sangat penting untuk diketahui sejauh mana pemahaman peserta bimbingan perkawinan, baru kemudian data tersebut dianalisa untuk ditarik sebuah kesimpulan.

Penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara dan

dokumentasi secara langsung di lapangan, sumber data primer dalam penelitian ini adalah penghulu, pegawai serta para penyuluh agama di KUA Ampek Angkek Kabupaten Agam. Sedangkan untuk sumber data sekunder adalah buku-buku dan arsip yang diberikan oleh KUA Kecamatan Ampek Angkek serta dokumen- dokumen yang berhubungan dengan data untuk penelitian ini. Analisis data yang digunakan oleh penulis menggunakan metode deskriptif analisis yaitu

mengumpulkan data tentang pelaksanaan bimbingan perkawinan pranikah di KUA Kecamatan Ampek Angkek.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan bimbingan perkawinan di KUA Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam adalah berupa pemberian bekal pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan penumbuhan kesadaran kepada remaja usia nikah dan calon pengantin tentang kehidupan berumah tangga dan keluarga. Bimbingan perkawinan bagi calon pengantin dilaksanankan dengan metode ceramah ataupun diskusi. Materi dan waktu yang diberikan sudah ditentukan oleh KUA Ampek Angkek sendiri. Hal ini berbeda dari Keputusan Dirjend Bimas Islam no. Dj.III/379 Tahun 2018 tentang petunjuk pelaksanaan bimbingan perkawinan pranikah bagi calon pengantin yang semestinya menjadi rujukan untuk melaksanankan bimbingan perkawinan.

Mengenai pemahaman peserta bimbingan perkawinan di KUA Ampek Angkek masih banyak peserta yang kurang paham. Hal ini dikarenakan pemahaman serta latar belakang pendidikan peserta yang beragam serta masih banyak peserta yang datangnya terlambat atau tidk tepat waktu ditambah situasi dalam masa pandemi covid 19 ini.

(5)

IV

karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat beserta salam disampaikan agar tercurah kepada Nabi Muhammad SAW . Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Program Studi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah IAIN Bukittinggi. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, Ibu Dr. Ridha Ahida,M.

Hum beserta Bapak-bapak Wakil Rektor, Bapak Dr. Asyari, M.Si, Bapak Dr.

Novi Hendri, M.Ag dan Bapak Dr. Miswardi, M.Hum, yang telah memberikan fasilitas kepada penulis selama menjalani pendidikan di IAIN Bukittinggi.

2. Dekan Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, Bapak Dr. H. Ismail, M.Ag, beserta Bapak-bapak Wakil Dekan, Bapak Dr. Nofiardi, M.

Ag, Bapak Dr. Busyro, M.Ag, dan Bapak Fajrul Wadi, S.Ag, M.Hum, serta Ketua Program Studi Hukum Keluarga Islam (Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah), Bapak Dahyul Daipon, M.Ag, yang telah menfasilitasi penulis dalam menjalani pendidikan dan bimbingan skripsi ini.

(6)

V

3. Pembimbing Skripsi penulis, Bapak Adlan Sanur Th, M.Ag, yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini, serta orang tua penulis, Bapak Bakti Situmorang dan Mahjamhana Sitorus, kakak serta adik-adik penulis dan seluruh keluarga yang telah memberikan bantuan dukungan material dan moral.

4. Pimpinan beserta staf perpustakaan yang telah mengijinkan penulis untuk mengakses buku-buku dan referensi yang dibutuhkan dalam mengumpulkan data-data dan informasi yang dibutukan dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini.

5. Keluarga besar HKI-B 16 Squad selalu mendukung penulis dalam membuat skripsi, semoga kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan selalu dalam lindungan Allah SWT serta selalu mendapat pentujuk-Nya dalam menjalani kehidupan ini.

Akhir kata, penulis berharap Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih, berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Hukum Keluarga Islam (Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah).

Bukittinggi, 13 Juli 2021

ALDI AZHARI NIM. 1116. 058

(7)

VI

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS...II ABSTRAK...III KATA PENGANTAR.......IV DAFTAR ISI...VI BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...4

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian...5

D. Penjelasan Judul...6

. E. Metode Penelitian...7

F. Sistematika Penulisan...11

BAB II BIMBINGAN PERKAWINAN BAGI CALON PENGANTIN MENURUT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDRAL BIMAS ISLAM NOMOR 379 TAHUN 2018 A. Pengertian Perkawinan...13

B. Pengertian Bimbingan Perkawinan...17

C. Dasar Hukum Bimbingan Perkawinan...20

D. Unsur-unsur Bimbingan Perkawinan...22

E. Tujuan Dan Hikmah Bimbingan Perkawinan...36

BAB III PELAKSANAAN BIMBINGAN PERKAWINAN BAGI CALON PENGANTIN MENURUT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDRAL BIMAS ISLAM NOMOR 379 TAHUN 2018 DI KUA KECAMATAN AMPEK ANGKEK KABUPATEN AGAM A. Monografi KUA Ampek Angkek...39

B. Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan di Kantor Urusan Agama (KUA) Ampek Angkek...54

(8)

VII

C. Pemahaman Peserta Bimbingan Perkawinan Terhadap Materi Yang Diberikan KUA Ampek Angkek...59 D. Analisa Penulis Tentang Bimbingan Perkawinan Bagi Calon Pengantin

Menurut Keputusan Direktur Jendral Bimas Islam Nomor 379 Tahun 2018 Di KUA Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam

...60 1. Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan...60 2. Pemahaman Peserta Bimbingan Perkawinan...61 BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan...63 B. Saran-saran...64 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(9)
(10)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Islam sebagai agama yang sempurna yang menyempurnakan agama-agama yang sebelumnya telah dan memberikan pedoman kehidupan kepada manusia.

Melalui islam Allah SWT memberikan aturan-aturan dalam menjalankan kehidupan agar terciptanya keharmonisan antara sesama manusia di permukaan bumi ini. Sehingga terciptalah kemashlahatan bagi umat manusia di dunia maupun di akhirat nanti.

Di antara aturan-aturan yang diberikan-Nya itu ada salah satu yang sangat di butuhkan manusia untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat, aturan itu adalah tentang sebuah pernikahan. Perkawinan menurut syara’ adalah aqad yang di tetapkan untuk membolehkan bersenang-senang antara laki-laki dengan perempuan dan menghalalkan berhubungan antara pria dan wanita.1 Selain itu, pernikahan juga bertujuan untuk mencapai keluarga sakinah, Mawaddah dan Rahamah. Hal ini sesuai dengan penjelasan Allah SWT dalam Al-Qur’an :













Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat

1Abdul Rahman Ghozali, Fikih Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2006), hal.8

(11)

tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

Sebagaimana yang penulis ketahui pernikahan itu adalah salah satu dari sunnah Rasulullah SAW kepada umat Islam, beliau selalu menganjurkan untuk segera menikah apabila telah sampai masanya dan ada kemampuan untuk melaksanakan itu. Ajakan untuk melaksanakan pernikahan itu sangat baik untuk orang yang melaksanakannya, karena salah satu dari tujuan pernikahan itu adalah untuk mendatangkan ketengan jiwa sebagaimana yang dimaksudkan pada ayat diatas.

Menurut undang-undang No. 1 tahun 1974, perkawinan adalah ikatan lahir dan bathin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa.

Perkawinan dalam islam tidaklah semata-mata sebagai hubungan atau kontrak perdataan biasa, akan tetapi mempunyai nilai ibadah.2Dengan demikian kita harus bersungguh-sungguh dalam menjalakan kehidupan berumah tangga, karena nilai ibadah dalam rumah tangga sangat menetukan ketentraman kehidupan kita. Oleh karena itu, semakin baik nilai ibadah kita dalam berumah tangga maka semakin mudah pula dalam menghadapi permasalahan yang ada setiap harinya.

Dalam rangka mencegah tingginya angka perceraian, perselisihan dan kekerasan dalam rumah tangga yang disebabkan minimnya pengetahuan calon pengantin dalam kehidupan rumah tangga/keluarga serta untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah, para calon pengantin harus mempunyai bekal yang cukup tentang masalah kehidupan rumah tangga. Tentu

2 Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), hal .57

(12)

3

untuk mewujudkannya tidak semudah membalik telapak tangan, akan tetapi membutuhkan kerja sama yang baik antara suami istri.

Regulasi pertama yang mengatur masalah tersebut adalah Keputusan Mentri Agama Nomor 477 Tahun 2004 yang menginstruksikan bahwa sebelum akad nikah calon pengantin diharuskan mengikuti kursus calon pengantin yang dari badan penasehatan, pembinaan dan pelestarian perkawinan (BP4) setempat.3 Melalui Keputusan Mentri Agama tersebut, pemerintah menyampaikan agar sebelum pernikahan dilangsungkan, setiap calon pengantin harus diberikan wawasan terlebih dahulutentang arti sebuah rumah tangga melalui kursus calon pengantin (suscatin).

Dengan keluarnya Peraturan Direktur Jendral Bimas Islam Nomor DJ.

II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah dan terakhir diperbaharui dengan keputusan Direktur Jendral Bimas Islam Nomor 881 Tahun 2017 dan kemudian Keputusan Direktur Jendral Bimas Islam Nomor 379 Tahun 2018 tentang Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Pranikah Bagi Calon Pengantin membuat langkah Bimbingan Perkawinan Pra Nikah semakin jelas. Dengan adanya regulasi yang jelas maka KUA dapat menjadi penyelenggara kegiatan tersebut karena sebelum adanya peraturan tersebut pelaksanaanya hanya bisa dilaksanakan oleh BP4.

Dalam pelasanaan peraturan ini, KUA Ampek Angkek Kabupaten Agam hanya memberikan materi sebagai berikut:

- Tujuan pernikahan

3Keputusan Mentri Agama Nomor 477 Tahun 2004 Pasal 18 ayat (3)

(13)

- Kewajiban suami istri

- Kiat- kiat membentuk keluarga sakinah - Nilai agama dalam rumah tangga - Fiqh Jima’ dan mandi wajib4

Selain materi yang sedemikian rupa yang diberikan, waktu yang digunanakan juga terlalu singkat dan jauh berbeda dari yang ada dalam Keputusan Direktur Bimas Islam Nomor 379 Tahun 2018 tentang Petumjuk Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Pranikah Bagi Calon Pengantin.

Dari uraian latar belakang masalah yang telah penulis paparkan diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian ilmiah berupa Skripsi dengan judul :

“Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Bagi Calon Pengantin Menurut Keputusan Direktur Jendral Bimas Islam Nomor 379 Tahun 2018 di KUA Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam”.

B. Rumusan Masalah

Dari penjelasan latar belakang masalah diatas, maka penulis ingin meneliti dengan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan bimbingan perkawinan bagi calon pengantin di KUA Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam menurut Keputusan Direktur Jendral Bimas Islam Nomor 379 Tahun 2018?

2. Bagaimana pemahaman peserta bimbingan perkawinan terhadap materi yang diberikan KUA Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam?

4 Titil Mardatifa, Wawancara dengan pegawai KUA Ampek Angkek, Februari 2021

(14)

5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menjelaskan Bagaimana pelaksanaan Bimbingan Perkawinan bagi Calon Pengantin di KUA Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam menurut Keputusan Direktur Jendral Bimas Islam Nomor 379 Tahun 2018 2. Untuk Bagaimana Pemahaman Calon Pengantin terhadap materi yang

diberikan KUA Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam.

Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana (S1) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi di Fakultas Syari’ah Prodi Hukum keluarga (Al-Ahwal al-syakhsiyah).

2. Untuk menambah Khazanah ilmu pengetahuan penulis dan pembaca tentang pelaksanaan Bimbingan Perkawinan bagi Calon Pengantin di KUA Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam menurut Keputusan Direktur Jendral Bimas Islam Nomor 379 Tahun 2018.

3. Sebagai tambahan literatur bagi para pembaca serta perbandingan untuk memahami Pemahaman Calon Pengantin terhadap materi yang diberikan KUA Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam.

D. Penjelasan Judul

(15)

Untuk memudahkan memahami dan menghindari terjadinya kekeliruan pemahaman terhadap judul skripsi ini, menurut penulis perlu di jelaskan terlebih dahulu kata-kata yang digunakan pada judul skripsi ini, di antaranya adalah sebagai berikiut:

 Pelaksanaan menurut KBBI adalah “proses, cara, perbuatan melaksanakan (rancangan, keputusan, dan sebagainya)”

 Bimbingan Perkawinan adalah “upaya untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang kehidupan berumah tangga dalam mewujudkan keluarga Sakinah”

 Calon Pengantin adalah ”orang yang hendak menikah dan telah terdaftar di KUA. Dalam hal ini adalah yang terdaftar di KUA KecamatanAmpek Angkek”

 Keputusan Direktur Jendral Bimas Islam Nomor 379 Tahun 2018 adalah

“Instruksi yang diberikan mentri Agama sebagai Petumjuk Pelaksanaan Bimbingan Pranikah bagi Calon Pengantin”

E. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif danhasil penelitian lebih menekankan makna

(16)

7

daripada generalisasi.5Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian lapangan (field research). Oleh karena itu, data-data yang dikumpulkan berasal dari data lapangan sebagai objek penelitian.

2. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Dalam rangka memperoleh imformasi yang sebanyak-banyaknya agar dapat melengkapi kajian skripsi ini, penulis membutuhkan jenis data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah-masalah yang ada.6

Data yang perlu dihimpun untuk penelitian ini adalah data-data terkait pelaksanaan bimbingan perkawinan pranikah di KUA Kecamatan Ampek Angkek. Peneliti menghimpun data-data yang dibutuhkan untuk kebutuhan pengolahan data adalah sebagai berikut:

1) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari informan secara langsung, diamati atau dicatat untuk pertama kalinya. Dalam

penelitian ini data primer yang dimaksud adalah tentang bagaimana pelaksanaan bimbingan perkawinan pranikah di KUA Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam. Data ini diperoleh dengan melakukan wawancara dengan Kepala KUA, Pegawai KUA Kecamatan Ampek Angkek dan calon pengantin peserta tentang pelaksanaan bimbingan perkawinan pranikah di KUA Kecamatan

5Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2012), hlm. 9

6 Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), hlm. 84

(17)

Ampek Angkek Kabupaten Agam.

2) Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau dokumen. Data sekunder yang akan dihimpun adalah data tentang KUA Kec. Ampek Angkek yang antara lain meliputi sejarah berdirinya KUA Kec. Ampek Angkek, profil instansi, letak geografis dan struktur organisasi. Data ini diperoleh dari buku-buku dan arsip yang diberikan oleh KUA Kecamatan Ampek Angkek serta dokumen - dokumen yang berhubungan dengan data untuk penelitian ini.

b. Sumber Data

Sumber data yang dihimpun dalam penelitian ini adalah

daripengakuan dari beberapa informan dan temuan beberapa dokumen.

Data-data tersebut antara lain:

1). Informan

Informan yaitu adalah orang yang memberi informasi pada peneliti.7Dalam penelitian ini informan adalah sebagai berikut:

• Kepala KUA Ampek Angkek

• Penghulu KUA Ampek Angkek

• Seluruh Pelaksana yang ikut serta dalam Bimbingan Perkawinan

• Peserta Bimbingan Perkawinan 2). Dokumen

7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi V, Cet. XII, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 122

(18)

9

Data lain yang ditemukan diperoleh dari kumpulan beberapa dokumen. Dokumen adalah bahan tertulisatau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu.8 Beberapa dokumen yang berhasil dikumpulkan adalah peraturan perundang- undangan tentang pernikahan, referensi mengenai bimbingan perkawinan, metode penelitian, hukum pernikahan, serta dokumen dan arsip lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang

harusdilakukan seorang peneliti untuk memperoleh data atau informasi.

Data yang telah dikumpulkan dapat dimanfaatkan untukmenyelesaikan masalah yang dirumuskan peneliti dalam penelitian.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan . Manfaat observasi di lapangan peneliti lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, dapatdiperoleh pandangan holistik atau menyeluruh.9 Peneliti dalam hal ini melakukan pengamatan secara

8Imam Suprayogo, Metode Penelitian Sosial-Agama, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 164

9Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2012), hlm. 226

(19)

langsung ke lapangan. Teknik ini dilakukan untuk mencari data tentang pelaksanaan bimbingan perkawinan menurut Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 379 Tahun 2018.

b. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah suatu proses untuk memperoleh suatu keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara peneliti dengan responden atau orang yang diwawancarai, atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.10 Dalam penelitian ini wawancara dengan Kepala KUA dan Pegawai KUA Kecamatan Ampek Angkek serta calon pengantin peserta Bimbingan Perkawinan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, skripsi, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.11 Metode ini digunakan untuk mencatat hal -hal yang dianggap penting atau ada hubungannya dengan permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan bimbingan perkawinan pranikah di KUA Kecamatan Ampek Angkek seperti daftar peserta, narasumber, pre test dan post test.

4. Teknik Analisis Data

10 Sutrisno Hadi, Metode Research 2, (Yogyakarta: Andi Offset, 1998), hlm. 133.

11 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi V, Cet. XII, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 231

(20)

11

Teknik analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Setelah penulis mengumpulkan data yang dihimpun, kemudian menganalisisnya dengan menggunakan metode deskriptif analisis yaitu mengumpulkan data tentang pelaksanaan bimbingan perkawinan pranikah di KUA Kecamatan Ampek Angkek yang disertai analisis untuk diambil kesimpulan. Teknik pembahasan yang dipakai adalah deduktif merupakan suatu prosedur yang

menerapkan suatu peristiwa atau hal-hal umum dimana telah diyakini dan berakhir pada suatu kesimpulan yang bersifat khusus. Dengan metode tersebut maka penulis akan dapat memberikan kesimpulan mengenai pelaksanaan bimbingan perkawinan pranikah di KUA Kecamatan Ampek Angkek.

F. Sistematika Penulisan.

Untuk lebih memahami skripsi ini, penulis membagi sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, pada bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II merupakan Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Bagi Calon Pengantin Menurut Keputusan Direktur Jendral Bimas Islam Nomor 379 Tahun 2018. Diantara Pointnya adalah meliputi pengertian perkawinan, pengertian bimbingan perkwinan, dasar hukumbimbingan perkawinan, unsur-unsur

(21)

bimbingan perkawinan, serta tujuan dan hikmah bimbingan perkawinan.

BAB III berisi tentang Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Bagi Calon Pengantin Menurut Keputusan Direktur Jendral Bimas Islam Nomor 379 Tahun 2018 Di Kua Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam. Diantara Pointnya adalah meliputi Monografi KUA Ampek Angkek, Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan di KUA Ampek Angkek, Pemahaman peserta bimbingan

Perkawinan terhadap materi yang diberikan KUA Ampek Angkek, serta Analisa penulis tentang Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Bagi Calon Pengantin Menurut Keputusan Direktur Jendral Bimas Islam Nomor 379 Tahun 2018 Di Kua Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam.

BAB IV adalah Penutup, pada bab ini terdiri dua item yaitu kesimpulan dan saran.

(22)

13

BAB II

BIMBINGAN PERKAWINAN BAGI CALON PENGANTIN MENURUT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDRAL BIMAS ISLAM NOMOR 379

TAHUN 2018 A. Pengertian perkawinan

Perkawinan dalam bahasa Arab disebut dengan al-nikah yang bermakna al -wathi’ dan al-dammu wa al-tadakhul. Terkadang juga disebut dengan al-dammu wa al-jam’u atau ‘ibarat ‘an al-wath’ wa al-‘aqd yang bermakna bersetubuh, berkumpul dan akad. Beranjak dari makna etimologis inilah para ulama fikih mendefinisikan perkawinan dalam konteks hubungan biologis.12

Dalam undang-undang No. 1 Tahun 1974 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

“ Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.13

Pencantuman berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa adalah karena Negara Indonesia berdasarkan kepada Pancasila yang Sila pertamanya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Menurut Kompilasi Hukum Islam, seperti yang terdapat pada pasal 2 dinyatakan bahwa perkawinan adalah “pernikahan yaitu akad yang sangat kuat

12 Amiur Nuruddin Dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia ( Jakarta: Prenada Media Group, 2006), Hlm, 37.

13Undang-Undang Republik Indonesia No. Tahun 1974 Bab I Pasal I (Bandung: Citra Umbara, 2011), Hlm, 2.

(23)

atau mitsaqan ghalidhan untuk mentaati perintah Allah SWT dan

melaksanakannya merupakan ibadah”. Kata mitsaqan ghalidhan ini ditarik dari firman Allah SWT, yang terdapat dalam surat An-Nisa’ ayat21 yaitu sebagai berikut:14

 





 

“Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, Padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu Perjanjian yang kuat ( Mitsaqan Ghalidhan).(QS. An-Nisa’ (21):4).

Pengertian nikah secara literal ini sesuai dengan makna nikah secara majazi yang diartikan dengan hubungan sexs. Term nikah yang menunjuk kepada makna hubungan sexs dijumpai dalam firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 230 yaitu:

 





 





(ةرقبلا :) 

"Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak yang kedua), Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga Dia kawin dengan suami yang lain. kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, Maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang ( mau) mengetahui".

14Amiur Nuruddin Dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, hlm,

…..43.

(24)

24

Makna kata nikah yang terdapat dalam ayat di atas diperjelas oleh oleh hadist berikut:

عَنْ عَاءِشَةَ رَضِي الَّله عَنهَا اَنَّ رِ فَا عَةَ الْقُرَظِيَّ تَزَوَّج امْرَأَةً ثُمَّ طَلَّقَهَا

فَتَزَوَّجَةْ اَخَرَ فَأْ تَتْ انَّبِيَّ صَلَّى ا لّلَهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ تْ لَهُ أَنَّهُ لاَ يَأْ

تِيهَا وَاَنَّهُ لَيْسَ مَعَهُ اِلاَّ مِثْلُ هُدْبَةٍ فَقَالَ لاَ حَتَّ تَذُ و قِي عُسَيْلَتَهُ وَيَذُ و قَ

عُسَيْلَتَك

“Dari Aisyah r.a bahwa Rifa’ah al-Qurzhi mengawini seorang perempuan lalu perempuan itu menikah dengan lelaki lain. Selanjutnya ia datang kepada Nabi SAW dan menuturkan kepada beliau bahwa suaminya tidak pernah menggaulinya dan bahwa suami barunya itu tidak lain kecuali seperti ujung kain. Nabi lalu bersabda: “tidak, sehingga kamu merasai madunya dan dia juga merasai madunya”. (HR. Al-Bukhari).15

Adapun menurut syara’ nikah adalah akad serah terima antara laki-laki dengan perempuan dengan tujuan untuk saling memuaskan satu sama lainnya dan membentuk sebuah bahtera rumah tangga yang sakinah serta masyarakat yang sejahtera. Para ahli fiqih berkata, zawwaj atau nikah adalah akad yang secara keseluruhan di dalamnya mengandung kata inkah atau tazwij.16Hal ini sesuai dengan ungkapan yang ditulis oleh Zakiyah Darajat dan kawan-kawan yang memberikan defenisi perkawinan sebagai berikut:

عّقْدٌ يَتَضَمَّنُ إِ بَا حَةَ وَ طْىءٍ بِلَفْظِ النَّكَا حِ أَوِ التَّزْ وِ يْجِ أَوْ مَعْنَا هُمَا

“akad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan kelamin dengan lafaz nikah atau tazwij atau yang semakna keduanya”17

15 Al- Shan’ani, Subul Al-Salam, (T.T): Maktabah Dalan, (T.Th), Juz 3, Hlm, 78.

16Tihami Dan Sahrani, Fiqih Munakahat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), Hlm, 8

17 Tihami Dan Sahrani, Fiqih Munakahat,…. hlm, 8

(25)

Defenisi lain yang diberikan oleh Wahbah Al-Zuhaily nikah adalah “akad yang diperbolehkan oleh syari’ bagi seorang laki-laki untuk melakukan Al-istimta’

(persetubuhan) dengan seorang wanita, atau melakukan watha’, dan berkumpul selama wanita tersebut bukan wanita yang diharamkan baik sebab keturunan atau sepersusuan”. Menurut Hanafiah, nikah adalah akad yang memberi faedah untuk melakukan mut’ahsecara sengaja” artinya kehalalan seorang laki-laki untuk ber istimta’ dengan seorang wanita selama tidak ada faktor yang menghalangi sahnya pernikahan tersebut secara syar’i. Menurut Hanabilah nikah adalah akad yang menggunakan lafaz inkahyang bermakna tajwiz dengan maksud mengambil manfaat untuk bersenang-senang.18

Menurut kelompok Syafi’I memberikan defenisi nikah atau kawin dengan akad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan watha (bersenggama) dengan lafal nikah atau tajwiz atau yang semakna dengan keduanya. Sedangkan menurut kelompok malik mendefenisikan nikah atau kawin dengan akad yang mengandung ketentuan hukum semata-mata untuk membolehkan watha’ atau bersenggama, bersenang-senang dan menikmati apa yang ada pada diri seorang wanita yang boleh menikah dengannya.

Jadi, dari beberapa defenisi yang telah dikemukakan diatas dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pernikahan adalah suatu ikatan yang suci antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang menghalalkan hubungan kelamin di antara mereka dan dengan tujuan membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah berdasarkan tuntunan dari Allah SWT.

18Amiur Nuruddin Dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,…

hlm, 39.

(26)

26

B. Pengertian Bimbingan Perkawinan

Kata bimbingan diambil dari bahasa inggris yakni “guidance”. Guidance berasal dari kata kerja “to guide” yang artinya menunjukkan, memberi jalan atau menuntun orang lain ke arah yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan masa mendatang.19

Bimbingan merupakan arahan yang diberikan kepada seseorang atau

individu supaya mereka itu dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Bimbingan juga bisa sebagai bantuan atau petunjuk yang diberikan oleh narasumber kepada peserta supaya peserta yang diberikan petunjuk dapat mencapai perkembangan yang optimal.

Pengertian bimbingan secara terminologi di kemukakan oleh beberapa tokoh di bawah ini:

Menurut I Djumhur dan M. Surya, dalam bukunya “Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah”. Mengatakan bahwa bimbingan perkawinan sebagai berikut:

“Suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai

kemampuan untuk menerima dirinya (self Acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (Self Realization), sesuai dengan potensi kemampuan dalam menyesuaikan dirinya baik dengan lingkungan keluarga , maupun dengan

masyarakat. Dan bantuan ini diberikan oleh orang yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam bidang tersebut.”

19Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT Golden Trayon Press, 1998) hal. 1

(27)

Hallen dalam bukunya yang berjudul “Bimbingan dan Konseling”, hallen mengatakan bahwa:

”Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang terus menerus dari seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu yang

membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan teknik bimbingan dalam suasana asuhan yang normativ agar tercapai kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi

lingkungannya”.20

Bimo Walgito menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam hidupnya agar individu dapat mencapai kesejahteraan hidup21

Crow & crow di bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling” menjelaskan bahwa Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seorang laki-laki atau perempuan yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri.22

20 I Djumhur dan M Surya, hal. 9

21 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Offset, 1995) hal.

4 22 Prayitno dan Erman Anti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hal 94

(28)

28

Berdasarkan beberapa pengertian bimbingan yang di paparkan di atas dapat dikatakan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seseorang yang telah ahli kepada seseorang atau sekumpulan orang (anak- anak, remaja dan dewasa) agar mampu mengembangkan potensi (bakat, minat, kemampuan yang dimiliki, mengenali dirinya sendiri, mengatasi persoalan- persoalan), sehingga mereka dapat menentukan jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa bergantung kepada siapa pun.

Pengertian nikah secara bahasa nikah berarti mengumpulkan, atau sebuah pengibaratan akan sebuah hubungan intim dan akad sekaligus, yang di dalam syari’at dikenal dengan akad nikah. Sedangkan secara syaria’at berarti sebuah akad yang mengandung pembolehan bersenang-senang dengan perempuan, dengan berhubungan intim, menyentuh, mencium, memeluk dan sebagainya, jika perempuan tersebut bukan termasuk mahram dari segi nasab, sesusuan dan keluarga.23

Perkawinan dalam bahasa arab disebut dengan al nikah yang bermakna al- wathi’ dan al dammu wa al-tadakhul. Terkadang juga disebut dengan al-dammu wa al-jam’u atau ‘ibarat ‘an al-watha’ wa al-‘aqd yang bermakna bersetubuh berkumpul dan akad.24

Perkawinan dalam Kompilasi Hukum Islam adalah “Pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah”.25

23 Wahbah Zuhaily, Juz 9, hal. 38

24 Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islami Wa Adillatuhu, Juz VII, (Damsyiq; Dar al-Fikr, 1989) hal. 29

25Kompilasi Hukum Islam, hal. 2

(29)

Menurut UU No 1 tahun 1974 “merumuskan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa26

Dari beberapa defenisi tersebut penulis menyimpulkan bahwa nikah merupakan landasan pokok dalam pembentukan keluarga. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Jadi, bimbingan perkawinan adalah upaya pembimbing dalam memberikan materi atau bekal kepada calon pengantin sebelum melakukan pernikahan, terkait dengan keluarga sakinah, ilmu munakahat dan hal-hal yang diperlukan oleh calon pengantin sebelum memasuki dunia pernikahan

C. Dasar Hukum Bimbingan Perkawinan

Dasar dari pelaksanaan bimbingan perkawinan adalah Al-Qur’an dan Hadist sebagai pedoman hidup yang mengatur kehidupan manusia untuk

kebahagiaan dunia dan akhirat. Dasar hukum tersebut mengandung petunjuk yang membimbing manusia kea rah kebaikan dan menjauhkan dari kesesatan.

Dalam QS At-Tahrim ayat 6 Allah menjelaskan bahwa:





26Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana media group, 2004), hal. 40

(30)

30

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka “27

Ayat tersebut menjelaskan bahwa manusia terutama umat islam senantiasa harus menjaga diri dan keluarga dari kehancuran, karna kehancuran dalam keluarga dapat menghancurkan bangsa. Upaya untuk menjaga dari kehancuran tersebut dapat diperoleh dengan cara

mempersiapkan diri sedini mungkin sebelum memasuki jenjang perkawinan yang diwujudkan dengan bimbingan perkawinan.

Nabi Muhammad Saw juga menjelaskan dalam Hadistnya yang berbunyi:

وَاِذَ اسْتَنْصَحْكَ فَانْصَحْ لَكَ (رواه البخاري و مسلم)28

“Dan jika dia meminta nasehat, maka berilah nasehat (Riwayat Bukhari Muslim)”

Berdasarkan firman Allah Swt dan Hadist tersebut, serta mengingat bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang diberi kelebihan dan kekurangan termasuk dalam hal rumah tangganya. Sehingga bimbingan perkawinan itu diperlukan sebagai upaya agar manusia dalam menjaga kehidupan rumah tangganya dapat mencapai kebahagiaan.

27Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: 1971), hal 951

28Husen Bahreis, Hadist Shahih Al-Jami’us Shahih Bukhari Muslim, ( Surabaya: Karya Utama), hal 197

(31)

Menurut Tohari Musnawar tujuan bimbingan perkawinan adalah

dimaksudkan untuk memberikan arah terhadap gerak langkah yang tidak jelas, aktivitas yang dilakukan tidak sia-sia.29

Jadi, Bimbingan Perkawinan memiliki dasar hukum yang jelas dari Al- Qur’an dan Hadist untuk pelaksanaannya. Dan Bimbingan bertujuan agar

membantu konseli mencegah timbulnya permasalahan-permasalahan pernikahan dan permasalahan-permasalahan rumah tangga sesuai dengan agama islam.

D. Unsur-unsur Bimbingan Perkawinan

Berdasarkan hasil pencarian dan tidak ditemukannya literature yang secara khusus membahas tentang unsur-unsur bimbingan perkawinan sehingga penulis memutuskan menggunakan teori “unsur- unsur bimbingan” yang ruang

lingkupnya universal namun unsur-unsur pokoknya sesuai dan dapat dijadikan sebagai teori analisis terhadap hal-hal mengenai bimbingan perkawinan. Adapun teori yang unsur-unsur bimbingan yang penulis maksudkan di atas adalah

berdasarkan teori Tohari Musnawar, yaitu sebagai berikut:

1. Pelaksanaan

Pelaksanaan menurut bahasa adalah pengerjaan atau perwujudan dari suatu pekerjaan dalam sebuah program kerja yang telah direncanakan. Jadi pelaksanaan yang penulis maksudkan di skripsi ini ialah perwujudan dari program kerja bimbingan perkawinan bagi calon pengantin di KUA Kecamatan Padang Sago.

29Tohari Musnawar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, ( Yogyakarta: UII Press, 1992) hal 6-7

(32)

32

a. Pembimbing

Pembimbing dalam kamus bahasa Indonesia ialah sebagai berikut,

“pembimbing” diartikan menurut bahasa adalah “pemimpin” atau “penuntun”, kata tersebut diambil dari kata “bimbing” yang artinya “pimpin” atau tuntun”, kemudian diberi awalan “pe” menjadi pembimbing yang artinya “yang

menyebabkan sesuatu menjadi tahu”, arti tersebut disesuaikan dengan profesi dan disiplin ilmu yang ia miliki.30 Pembimbing yang dimaksud ialah orang yang dianggap cakap dan mampu untuk menyampaikan maksud dan tujuan dalam penyelenggaraan bimbingan perkawinan. Pembimbing adalah orang yang mempunyai keahlian di bidang tersebut. Dengan kata lain yang bersangkutan harus memiliki keahlian sebagai berikut:

1) Memahami ketentuan dan peraturan agama islam mengenai pernikahan dan kehidupan dalam rumah tangga.

2) Menguasai ilmu bimbingan islam.

3) Memahami landasan filosofis bimbingan

4) Memahami landasan-landasan keilmuan bimbingan yang relevan Selain kemampuan tersebut diatas, pembimbing juga harus mempunyai kemampuan lain yang disebut sebagai kemampuan kemasyarakatan (mampu berkomunikasi, bergaul, bersilaturahmi dan sebagainya), dan kemampuan pribadi (memiliki akhlak mulia).

Pembimbing dalam menjalankan tugasnya tidaklah gampang, pembimbing dituntut untuk memiliki syarat- syarat mental pribadi tertentu. Persayaratan mental

30W.J.S Poerwardarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984 ), cet ke-7, hal. 427

(33)

pribadi itu ialah:

a) Memiliki kepribadian yang menarik serta berdedikasi tinggi dalam tugasnya

b) Memiliki rasa kepercayaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan

c) Memiliki kemampuan untuk mengadakan komunikasi baik dengan anak bimbing maupun dengan yang lainnya.

d) Memiliki keuletan dalam lingkungan tugasnya termasuk pada lingkungan sekitarnya

e) Bersikap terbuka maksudnya tidak memiliki sifat yang menyembunyikan sesuatu niat yang tidak baik

f) Memiliki rasa cinta dan kasih sayang terhadap orang lain dan suka bekerjasama dengan orang lain.

g) Memiliki perasaan sensitive terhadap kepentingan anak bimbing h) Memiliki kecekatan berfikir, cerdas sehingga mampu memahami yang

dikehendaki bimbingannya.

i) Memiliki kedewasaan dalam segala perbuatan lahiriyah dan batiniyah j) Memiliki sikap suka belajar dalam ilmu pengetahuan yang berkaitan

dengan tugasnya

k) Harus memiliki pengetahuan agama, berakhlak mulia serta aktif menjalankan agamanya.

Dengan begitu jelas bahwa pribadi konselor atau pembimbing yang memiliki persayaratan tersebut di atas harus dijaga dan di kembangkan, karena pembimbing yang memiliki persyaratan tersebut diharapkan mampu membimbing

(34)

34

konseli untuk mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

Syarat seorang pembimbing agama sejalan dengan Al-Qur’an dan Hadist dikelompokkan sebagai berikut:

Kemampuan professional

Yang termasuk kedalam kemapuan ini yaitu:

- Menguasai bidang permasalahan yang dihadapi. Bidang disini yaitu bidang perkawinan dan keluarga, bidang pendidikan, bidang sosial dan sebagainya.

- Menguasai metode dan teknik bimbingan atau penyuluhan.

- Menguasai hukum islam yang sesuai dengan bidang bimbingan perkawinan yang sedang di hadapi.

- Mengetahui landasan-landasan keilmuan bimbingan yang relevan.

- Mampu menghimpun dan memanfaatkan data hasil penelitian yang berkaitan dengan bimbingan

o Kemampuan kemasyarakatan

Pembimbing islam mesti memiliki kemampuan melakukan

bimbingan kemanusiaan atau hubungan sosial. Hubungan sosial tersebut meliputi dengan:

- Calon pengantin

- Klien, orang yang di bimbing - Teman sejawat

- Orang lain yang tersebut diatas

(35)

o Sifat kepribadian yang baik

- Mencintai dan membenarkan kebenaran (siddiq) - Bisa di percaya (amanah)

- Mau menyampaikan apa yang layak disampaikan (tabligh) - Inteligen, cerdas dan berpengetahuan (fatonah)

- Sabar, dalam artian ulet, ramah, tidak putus asa, tabah. Dsb - Mampu mengendalikan diri

- Bertaqwa kepada Allah b. Terbimbing

Terbimbing adalah orang atau individu yang akan mendapatkan bimbingan atau menjadi objek dalam kegiatan bimbingan tersebut. Sedangkan Yang menajdi objek dalam bimbingan pelaksanaan bimbingan perkawinan ini ialah calon

pasangan suami istri yang sudah mendaftarkan pernikahannya di KUA Kecamatan Padang Sago. Dan permasalahan yang terkait yakni:

1. Pemilihan jodoh atau pasangan hidup

Dalam agama silam sudah dijelaskan cara memilih wanita yang baik dan sholehah dengan memperhatikan hadist Rasulullah Saw:

عن ابي هريرة ر.ض عن النبي ص.م. تنكح المراة لاربع,

لماله, ولهسابها, ولجمالها, ولدينها. فاظفر بذاق

الدين تربت يداك (رواه الجماعة الا الترمذي)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi Saw. beliau bersabda:

“wanita itu dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dank arena agamanya. Pilihlah yang beragama, mudah-mudahan kamu beruntung (berhasil baik).” (HR. Jamaah kecuali Tirmidzi)

(36)

36

Kandungan dari hadist ini ialah:

a) Memilih calon istsri yang mempunyai harta. Agama islam tidak melarang seseorang memilih istri yang punya harta. Dengan demikian diharapkan si istri (nanti) tidak begitu banyak tuntutan kepada

suaminya. Pada saat ini, orang mencari jodoh dari wanita yang sudah mempunyai pekerjaan (berpenghasilan). Tapi harus diingat, bahwa suami tidak boleh mengelak dari tanggung jawab menafkahi istri ( keluarga), walaupun si istri adalah orang kaya. Nafkah tetap menjadi tanggung jawab suami. Sekiranya istrinya merelakan dan

memaafkannya, umpamanya, suaminya diberhentikan dari pekerjaan, usahanya rugi dan sebab lainnya. Seorang suami akan hilang

martabatnya, sekiranya dia menikahi wanita kaya (janda kaya), karena ingin menikmati kekayaannya itu. Dan hal ini menyangkut dengan harga diri

b) Memilih calon istri dari keturunan orang baik. Sebab pada umumnya, orang orang yang baik akan menurunkan anak cucu yang baik pula.

Orang yang mempunyai keturunan yang baik tidak mesti dari kalangan atas, status sosialnya tinggi (kasta dan kedudukan), tetapi dapat juga dari kalangan biasa.

c) Memilih calon istri yang cantik, karena setiap manusia ada

mempunyai kecenderungan kearah itu. Tentu saja ukuran cantik atau tidak sangat bergantung kepada yang melihat.

(37)

d) Memilih calon istri yang taat beragama. Hal ini dipandang amat penting, karena sangat berpengaruh dalah kehidupan rumah tangga, agar hidup harmonis, bahagia dan terutama sekali untuk kepentingan pendidikan anak-anak.31

Memilih calon suami, juga berlaku ketentuan tersebut, wanita pun mempunyai hak untuk menentukan pilihannya, walaupun dalam hadist itu ditujukan untuk laki-laki.

- Hendaknya calon istri memiliki dasar pendidikan agama yang bagus dan berakhlak mulia

- Berbudi pekerti luhur

- Berasal dari keluarga yang baik, karena akan mewarisi akhlak yang baik dari keluarganya dan lingkungannya

- Hendaknya perempuan yang dinikahinya itu cukup cantik32 2. Peminang (pelamar)

Peminangan adalah usaha seorang pria untuk meminta kepada seorang wanita atau walinya untuk bersedia dijadikan sebagai istri, dengan cara tertentu yang berlaku di kalangan masyarakat bersangkutan33

3. Mahar (maskawin)

Mahar adalah pemberian wajib berupa uang atau benda dari mempelai laki- laki kepada mempelai perempuan ketika melangsungkan akad nikah. Mahar merupakan salah satu unsure terpenting dalam pernikahan.

31Ali Hasan, Pedoman Berumah tangga dalam Islam, (Jakarta; Siraja, 2006) hal 27

32Muqorrobin, Fiqh Awam Lengkap, (Demak: CV Media Ilmu, 1997) hal 161

33 Abdul Aziz, Rumah Tangga Bahagia Sejahtera, (Semarang: CV Wicaksana, 1990) hal.

42

(38)

38

4. Rukun dan syarat nikah

Rukun adalah unsur pokok dalam setiap perbuatan hukum, sedangkan syarat adalah unsur pelengkapnya. Kedua unsur ini dalam perkawinan sangat penting sekali karena bila tidak, tidak sah menurut hukum. Dan rukun pernikahan yaitu : calon pengantin laki-laki, calon pengantin perempuan, wali, dua orang saksi dan ( sighat) atau ijab qabul.

Sedangkan syarat nikah untuk calon suami, yaitu: islam, lelaki yang tertentu atau jelas. Bukan lelaki yang mahram dengan calon istri, mengetahui wali yang sebenarnya bagi akad nikah tersebut, bukan dalam ihram haji atau umroh, dengan kerelaan sendiri bukan paksaan, tidak mempunyai empat orang istri yang sah dalam satu masa, mengetahui bahwa perempuan yang hendak dinikahi adalah sah untuk dijadikan istri.

Syarat untuk calon istri yakni islam, perempuan tertentu atau jelas, bukan perempuan mahram dengan calon suami, bukan dalam ihram haji atau umroh, tidak dalam masa iddah dan bukan istri orang.

5. Wali dalam Pernikahan

Wali nikah adalah orang yang menikahkan seorang wanita dengan seorang lelaki. Karena wali nikah dalam perkawinan merupakan rukun dan harus dipenuhi oleh calon pengantin wanita yang bertindak menikahinya. Syarat wali nikah ialah laki-laki, dewasa, mempunyai hak perwalian dan tidak terdapat halangan

perwalian. Sedangkan syarat bagi saksi adalah dua orang laki-laki, beragama islam, dewasa, adil dan hadir dalam acara pernikahan.

6. Materi

(39)

Materi bimbingan perkawinan disesuaikan dengan klien yang bersangkutan.

Materi harus berkembang dan disesuaikan dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat, sumber pokok materi bimbingan perkawinan adalah Al-Qur’an dan Hadist, karena keduanya merupakan sumber pokok bagi umat islam.

7. Metode

“metode” berasal dari kata Yunani “methods”, dimana “metha” ialah menuju, melalui, mengikuti. Dan kata “hodos” ialah jalan, perjalanan, cara, arah.

Jadi metode merupakan cara bertindak menurut system aturan tertentu supaya kegiatan praktisi terlaksanakan secara rasional dan terarah, agar mencapai hasil yang optimal. Secara sistematik metod berarti cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien. Efektif artinya antara biaya, tenaga dan waktu seimbang dan efisien adalah sesuatu yang

berkenaan dengan pencapaian suatu hasil.34 Metode disini terdiri dari dua bagian yaitu:35

a) Metode Bimbingan Individu

Metode bimbingan individu ini adalah dimana penasehat membantu seseorang yang akan menikah. Jadi antara empat muka saja atau face to face.

Dengan begitu di dalam penasehatan atau bimbingan individu pemberian bantuan dilakukan dengan wawancara langsung atau antara konselor dengan konseli dan masalah yang dihadapi bersifat pribadi dengan menggunakan cara:

- Percakapan Pribadi

34Asmuni Syukkir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983) hal 99 35Abdul Kadir Munsyi, Metode Diskusi Dalam Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1981) hal.

30

(40)

40

Percakapan pribadi ini merupakan cara yang digunakan dalam metode penasehatan atau bimbingan individu dimana penasehat melakukan dialog dengan orang yang dinasehati.

- Kunjungan Rumah

Kunjungan rumah yaitu penasehatan atau pembimbing mengadakan dialog dengan konseli tetapi dilaksanakan dirumah konseli sekaligus untuk

mengatasi keadaan rumah konseli dan lingkungannya.

- Observasi

Observasi adalah suatu cara dari metode bimbingan individu, yang dalam pelaksanaan penasehatan atau bimbingan konselor melakukan percakapan individual, sekaligus mengamati aktifitas dan lingkungan sekitarnya.

b) Metode Bimbingan Kelompok

Metode bimbingan kelompok adalah bentuk bimbingan yang melayani lebih dari satu orang, baik itu kelompok kecil ataupun besar. Pada pelaksanaan

bimbingan kelompok ini lebih mengacu pada pada kegiatan atau program bimbingan yang lebih diselenggarakan pada kelompok daripada individual36 adapun langkah-langkah dari teknik bimbingan kelompok ini yaitu:

- Ceramah

Ceramah adalah salah satu teknik bimbingan atau penasehatan secara kelompok, dimana cara menyampaikannya menjelaskan pengertian- pengertian materi dengan jalan penerangan dan penuturan secara lisan.

-Tanya jawab

36Muhammad Surya, Dasar-dasar Konseling Pendidikan, (Yogyakarta: Kota Kembang, 1998) hal .50

(41)

Teknik Tanya jawab dilakukan dengan mengadakan Tanya jawab untuk mengetahui sampai mana ingatan atau pikiran seseorang dalam memahami atau menguasai suatu materi, dan juga untuk merangsang perhatian

penerima.

-Demonstrasi

Dalam teknik ini maksudnya yaitu metode memeragakan, metode ini digunakan untuk menyampaikan sesuatu dengan mempergunakan alat peraga guna membantu memberikan penjelasan tentang suatu bahan atau materi37

Jadi, berdasarkan uraian diatas, metode bimbingan kelompok terbagi menjadi tiga bagian yakni ceramah, Tanya jawab dan demonstrasi. Pada intinya, ketiga teknik ini tidak bisa dilakukan jika hanya berdua atau face to face saja, tetapi harus berdasarkan kelompok atau lebih dari satu orang.

8. Sasaran Bimbingan Perkawinan

Setiap seluk beluk perkawinan dan kehidupan dalam berumah tangga pada dasarnya menjadi objek bimbingan perkawinan dan keluarga islami, diantaranya yaitu:

a) Pemilihan jodoh

Agama islam menetapkan kriteria untuk memilih wanita yang baik dan sholehah yakni:

- Wanita yang baik agamanya dan mau mnejalankan agamanya, pandai menempatkan dirinya dan melaksanakan kewajibannya, baik

37Lexy J Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, ( Bandung: Remaja Karya, 2011) hal.

(42)

42

terhadap suami maupun anak-anaknya.

- Berbudi pekerti yang luhur

- Berasal dari keluarga yang baik dan mulia, karena wanita yang berasala dari keluarga yang baik dan mulia akan mewarisi akhlak yang baik dari keluarganya dan lingkungannya.

- Sebaik nya perempuan yang dinikahinya masih perawan - Sebaiknya perempuan yang dinikahinya cukup cantik 9. Materi Bimbingan Perkawinan

Dalam bimbingan perkawinan materi khusus yang diberikan biasanya yaitu:

- Asas-asas dan materi undang-undang

Dalam pelaksanaan bimbingan perkawinan, seorang pembimbing harus menguasai terlebih dahulu mengenai asas-asas atau prinsip suatu perkawinan berdasarkan Undang-undang perkawinan yang ada.

- Pembinaan kehidupan beragama dalam berkeluarga

Selain asas-asas dalam perkawinan, pembimbing juga harus

menguasai agama secara baik agar bisa membimbing keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah.

- Psikologi Perkawinan dan sosiologi Perkawinan

Untuk mewujudkan keluarga sakinah, sangat diperlukan materi psikologi perkawinan agar setiap calon pasangan suami istri bisa menjalankan pernikahan dengan baik.

- Kehidupan Berkeluarga

(43)

Setiap keluarga tentunya mempunyai tujuan yang sama, yaitu menjadi keluarga yang bahagia. Jadi setiap anggota keluarga harus sama-sama menjaga keharmonisan di dalam keluarga tersebut.

-Kesehatan berkeluarga dan perbaikan gizi keluarga

Untuk mewujudkan keluarga yang bahagia, sangat dianjurkan setiap keluarga untuk selalu menjaga kesehatan keluarga dengan cara menjaga gizi yang baik untuk keluarganya.

-Pembinaan Berkeluarga

Sebelum memasuki jenjang pernikahan, setiap calon pasangan suami istri hendaknya diberikan pembinaan keluarga terlebih dahulu untuk mencapai keluarga yang bahagia.

-Kependudukan dan Keluarga Berencana

Keluarga yang baik adalah keluarga yang jelas identitas

kependudukannya, dan menjalankan program Keluarga Berencana (KB) -Penasehatan Perkawinan

Penasehatan perkawinan sangatlah penting bagi calon pasangan suami istri, tujuannya untuk memasuki gerbang yang sesungguhnya yaitu

perkawinan. Dan juga ada beberapa bagian materi lain yang juga harus dikuasai oleh penasehat perkawinan, yaitu:

- Undang-undang Perkawinan

Perkawinan yang tidak dijalankan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, kelak akan dapat mengakibatkan timbulnya masalah dalam kehidupan keluarga. Sedangkan perkawinan yang tidak

(44)

44

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan agama adalah perzinaan. Dasar dan tujuan perkawinan menurut Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan tersebut dalam pasal 1 dan 2 sebagai berikut: dalam pasal 1 dijelaskan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. Di dalam pasal 2 dinyatakan bahwa:

- Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing- masing agama dan kepercayaannya itu

- Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

- Hukum Perkawinan

Secara rinci hukum perkawinan adalah:

-Wajib

Nikah wajib hukumnya bagi orang yang sudah mampu untuk malaksanakan perkawinan. Namun nafsunya sudah mendesak dan takut terjerumus kedalam perzinaan.

- Sunnah

Bagi orang yang nafsunya telah mendesak dan mampu menikah, namun masih mampu menahan dirinya dari berbuat zina, maka sunnah baginya menikah.

-Haram

(45)

Haram hukumnya menikah bagi seseorang yang tidak mampu memnuhi nafkah lahir batin kepada istrinya serta nafsunya pun tidak mendesak, haram baginya.

- Makruh

Makruh hukum menikah bagi seseorang yang lemah syahwat dan tidak mampu memberi belanja istrinya, walaupun tidak merugikan istri karena kaya dan tidak mempunyai keinginan syahwat yang kuat.

- Mubah

Laki-laki yang tidak terdesak oleh alasan-alasan yang mewajibkan segera nikah atau karena alasan-alasan yang mengharamkan untuk nikah, maka hukumnya menikah ialah mubah.

E. Tujuan Dan Hikmah Bimbingan Perkawinan

Perkawinan bertujuan untuk memenuhi petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia. Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota keluarga sejahtera artinya terciptanya ketenangan lahir dan bathin disebabkan terpenuhinya keperluan hidup lahir dan bathinnya, sehingga timbullah kebahagiaan, yakni kasih sayang antar anggota keluarga.

 Zakiyyah Darajat, dkk. Mengemukakan lima tujuan dalam perkawinan, yaitu:38

- Mendapatkan dan melangsungkan keturunan.

38Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), H.24.

(46)

46

- Memenuhi hajat manusia menyalurkan syahwatnya dan menumpahkan kasih sayangnya.

- Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan .

- Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak serta kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan yang halal, serta;

- Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tentram atas dasar cinta dan kasih sayang.39

 Hikmah pernikahan

Hikmah yang paling mudah untuk ditunjukkan ialah bahwa perkawinan terjadi pada makhluk hidup, baik manusia, tumbuhan, maupun binatang adalah untuk menjaga kelangsungan hidup atau mengembang biakkan makhluk yang bersangkutan. Sebagaimana dalam firman Allah SWT yang terdapat dalam (Q.S An-Nisa’: 1)

Sayyid Sabiq menyebutkan pula hikmah-hikmah pernikahan di antaranya:40 - Kawin merupakan jalan terbaik untuk menciptakan anak-anak menjadi

mulia, memperbanyak keturunan, melestarikan hidup manusia serta memelihara nasab yang oleh Islam sangat diperhatikan.

- Naluri kebapakan dan keibuan akan tumbuh saling melengkapi dalam suasana hidup dengan anak-anak dan akan tumbuh pula perasaan-perasaan ramah, cinta dan kasih sayang yang merupakan sifat-sifat baik yang

39Ibid, hlm, 24.

40Abd Rahman Ghazaly, FiqihMunakahat, (Jakarta: Kencana 2006), Hal 69.

(47)

menyempurnakan kemanusiaan seseorang.

- Dengan perkawinan, diantaranya dapat menimbulkan tali kekeluargaan, memperteguh kelanggengan rasa cinta antara keluarga dan dapat

memperkuat hubungan kemasyarakatan yang oleh Islam direstui, ditopang dan dijunjung. Karena masyarakat yang saling menunjang dan saling menyayangi akan terbentuknya masyarakat yang kuat dan bahagia.41

41Abd Rahman Ghazaly, FiqihMunakahat,….hlm, 69.

(48)

48

BAB III

PELAKSANAAN BIMBINGAN PERKAWINAN BAGI CALON PENGANTIN MENURUT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDRAL BIMAS

ISLAM NOMOR 379 TAHUN 2018 DI KUA KECAMATAN AMPEK ANGKEK KABUPATEN AGAM

A. Monografi KUA Ampek Angkek

1. Sejarah dan Pegawai a. Sejarah

Dahulu Kecamatan Ampek Angkek bernama Kecamatan IV Angkat Candung dengan satu (1) Kantor Urusan Agama yang berpusat di Biaro, tetapi pada tahun 2005 Kecamatan IV Angkat Candung dibagi menjadi dua (2) Kecamatan dan dua (2) Kantor Urusan Agama yaitu Kecamatan Ampek Angkek dengan Kantor Urusan Agama yang berpusat di Biaro dan Kecamatan Canduang dengan Kantor Urusan Agama yang berpusat di Lasi.

Kantor Urusan Agama Kecamatan Ampek Angkek berdiri semenjak tahun 1949 dengan urutan Kepala KUA sebagai berikut:

No TAHUN NAMA KEPALA KUA KET

1 1949-1952 Muchas Dt. Rajo Sudah Meninggal

2 1952-1956 Imam Rajo Mangkuto Sudah Meninggal

3 1956-1964 R. Kari Bagindo Sudah Meninggal

4 1964-1966 H. Muchtar Sudah Meninggal

5 1966-1969 A.Malik Salik Sudah Meninggal

6 1969-1971 Dt.Mulya Rajo Sudah Meninggal

7 1971-1972 Daruktumi Kasim Sudah Meninggal

8 1972-1973 B.Khatib Alam Sati Sudah Meninggal

9 1973-1979 Nukman Abadi Sudah Meninggal

10 1979-1986 Abdullah N Sudah Meninggal

11 1986-1991 Suhaili Abdar, BA Sudah Meninggal

12 1991-1996 Drs. Hirman H. Sudah Meninggal

13 1996-1998 Syamsir DJ.BA Pensiunan

14 1998-2002 Sisfar Arifin Pensiunan Penyuluh

15 2002 Mufti, S.Ag Sudah Meninggal

(49)

16 2002-2005 Drs. Syamsul Kamal Penghulu 17 2005-2011 H.Mursal Asmir, S.Ag Kasi Pontren

18 2011-2013 Syafalmart, S.Ag Kepala KUA

19 2013-2017 Drs. Ahmad Kadyan Pensiunan

20 2018- sekarang Khairul S.H Kepala KUA

b. Pegawai

Berdasarkan PMA Nomor : 39 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Urusan Agama, Bab I Pasal 2 menyatakan bahwa kondisi ideal pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Ampek Angkek terdiri dari :

a. Pelaksanaan Pelayanan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan nikah &

rujuk.

b. Penyusunan statistik, dokumentasi dan pengelolaan system informasi manajemen KUA.

c. Pelaksanaan Tata Usaha dan Rumah Tangga KUA.

d. Pelayanan bimbingan Keluarga Sakinah.

e. Pelayanan bimbingan kemasjidan.

f. Pelayanan bimbingan pembinaan Syari’ah.

g. Penyelenggaraan fungsi lain di bidang agama Islam yang ditugaskan oleh Kantor Kemenag Kabupaten.

Namun kondisi tersebut masih sangat jauh pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Ampek Angkek, karena jumlah tenaga yang ada saat ini adalah satu (1

(50)

50

) orang Kepala, satu (1) orang Penghulu dan dua (2) orang Staf PNS. Dengan kondisi yang demikian tersebut maka penghulu dan staf melaksanakan tugas secara rangkap.

Memperhatikan kondisi pegawai yang sangat jauh dari ideal, apabila kita merujuk kepada PMA nomor 39 tahun 2012 bahwa jumlah ideal pegawai Kantor Urusan Agama adalah satu (1) orang Kepala dibantu oleh tujuh (7) orang staf sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, maka Kepala KUA memakai metode manajemen kebersamaan yang artinya pekerjaan tidak hanya menurut job masing–

masing, akan tetapi saling membantu dan menggabungkan pada satu (1) orang beberapa job.

Adapun kegiatan struktural/tugas pokok KUA antara lain : 1. Nama : KHAIRUL S.HI

Jabantan : Kepala KUA

NIP : 197307062005011007 NO URAIAN TUGAS DAN KEGIATAN 1

2 3

4

5

6

Menyusun program kerja, bahan dan alat perlengkapan obyek kerja sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku, agar dalam pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan baik.

Memantau, objek kerja sesuai dengan bidang tugasnya, agar dalam pelaksanaan terdapat kesesuaian dengan rencana awal.

Mengendalikan program kerja, sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku, agar tidak terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan.

Mengkoordinasikan dengan unit-unit terkait dan atau instansi lain dalam rangka pelaksanaannya, agar program dapat terlaksana secara terpadu untuk mencapai hasil yang optimal.

Mengevaluasi dan menyusun laporan secara berkala, sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku sebagai bahan penyusunan program berikutnya.

Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintah atasan baik secara tertulis maupun lisan.

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur dan terimakasih kepada Allah Bapa yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Dengan demikian, bentuk pelaksanaan kewajiban nafkah oleh suami yang berstatus narapidana terhadap isteri pada kategori ini dapat dikatakan terlaksana namun kurang,

Pelaksanaan Pembagian Tunjangan Hari Raya THR dari dana zakat, infak, sedekah, wakaf ZISWAF kepada Panitia Ramadhann Kasus yang penulis temukan di masjid Al-Falah Jorong

Penulis mengikuti program S-1 pada Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam Program studi Hukum Keluarga dan mengambil judul Skripsi “PENETAPAN WALI NIKAH BAGI ANAK PEREMPUAN

Juga berisi tentang materi-materi bimbingan perkawinan yang dibutuhkan bagi calon pengantin meliputi pengetahuan (knowledge) dan kemampuan (skill), dalam

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menjelaskan syarat- syarat yang wajib dipenuhi

Menurut penulis sebaiknya penyembelihan seekor ayam ini tidak dinamakan dengan kekah melainkan acara syukuran terhadap lahirnya seorang anak kedunia ini dan

berpendapat bahwa seseorang yang ingin melakukan pernikahan dan yang akan menikahkan (wali nikah) calon pengantin diharuskan untuk mempelajari terlebih dahulu kitab