• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN SUKUK, INFLASI DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN SUKUK, INFLASI DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN SUKUK, INFLASI DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TERHADAP PERTUMBUHAN

EKONOMI INDONESIA TAHUN 2016 – 2019

Oleh Lauhul Mahfuzh NIM: 11140860000035

JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H/2021 M

(2)

ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN SUKUK, INFLASI DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

INDONESIA TAHUN 2016 – 2019

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh Lauhul Mahfuzh NIM: 11140860000035

Di Bawah Bimbingan

R.R. Tini Anggraeni, S.T., M.si NIDN: 2010088001

JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H/2021 M

(3)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Rabu Tanggal 24 Bulan Juli Tahun Dua Ribu Sembilan Belas telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:

1. Nama : Lauhul Mahfuzh 2. NIM : 11140860000035 3. Jurusan : Ekonomi Syariah

4. Judul Skripsi : ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN SUKUK, INFLASI DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2016 – 2019

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 9 Februari 2021

1. R.R. Tini Anggraeni, S.t., M.si NIDN: 2010088001

(____________________________) Penguji I

2. Ady Cahyadi, S.E., M.Si NIDN: 2010012420

(_____________________________) Penguji II

(4)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Senin, 28 Juni 2021 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

1. Nama : Lauhul Mahfuzh 2. NIM : 11140860000035 3. Jurusan : Ekonomi Syariah

4. Judul Skripsi : ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN SUKUK, INFLASI DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2016 – 2019

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syartat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 28 Juni 2021

1. Dr. Erika Amelia, S.E., M.Si NIP: 197711092009122001

(____________________) Ketua

2. R.R. Tini Anggraeni, S.t., M.si NIDN: 2010088001

(____________________) Pembimbing

3. Dr. Sofyan Rizal, M.Si NIP: 197604302011011002

(____________________) Penguji Ahli

(5)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Lauhul Mahfuzh NIM : 11140860000035 Jurusan : Ekonomi Syariah Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 28 Juni 2021 Yang Menyatakan

Lauhul Mahfuzh

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI

Nama : Lauhul Mahfuzh

Tempat & Tanggal Lahir : Palembang, 09 September 1996 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SMA

Alamat : Jl. Pupan No. 25 RT 009/008 Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan

Nomor HP : 081574306502

RIWAYAT PENDIDIKAN

2002 – 2006 : SDIT Al-Azhar Jambi

2007 – 2008 : SDIT Kafah Unggul Tangerang

2008 – 2011 : SMP Jakarta Islamic Boy Boarding School

2011 – 2014 : MAN 4 Jakarta

(7)

ABSTRACT

Economic Growth is one of key factors that represent whether a country is considered wealthy or not. This factor is consisted by many aspects. In this study the dependent variables tested were the Sukuk Financing, Inflation, and Human Development Index variables became independent variables. This study aims to see the effect of variable Sukuk Financing, Inflation, and Human Development Index against the Economic Growth. The method used in this research is multiple regression method using Ordinary Least Square (OLS) analysis tool through Eviews 9 and Ms. Excel 2010. The results showed the variables of Sukuk Financing, Inflation, Human Development Index partially and simultaneously affect the Economic Growth.

Keyword: Sukuk Financing, Inflation, Human Development Index, Economic Growth, Ordinary Least Square.

(8)

ABSTRAK

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu faktor yang mencerminkan maju atau tidaknya suatu negara. Faktor ini juga ditentukan oleh beberapa hal yang menjadi penunjangnya. Dalam penelitian ini variabel dependen yang diuji adalah pertumbuhan ekonomi, kemudian variabel pembiayaan sukuk, inflasi, dan indeks pembangunan manusia adalah variabel independennya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari variabel Pembiayaan Sukuk dan Pendapatan Per Kapita terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi berganda menggunakan alat analisis Ordinary Least Square (OLS) melalui program Eviews 9 dan bantuan program Ms.

Excel 2010. Hasil penelitian menunjukkan variabel Pembiayaan Sukuk, Inflasi, dan Indeks Pembangunan Manusia secara parsial dan simultan berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

Kata Kunci: Pertumbuhan Ekonomi, Pembiayaan Sukuk, Inflasi, dan Indeks Pembangunan Manusia Ordinary Least Square

(9)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Pengaruh Pembiayaan Sukuk dan Pendapatan Per Kapita Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2016-2019”

sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Srata 1 (S1) Jurusan Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan penelitian ini, tidak sedikit hambatan yang dihadapi namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan penelitian ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dari semua pihak yang membantu penulis sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan rahmat serta karunia- Nya, sehingga penulis dapat diberikan kesempatan untuk menimba ilmu di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, serta selalu memberikan kesempatan kepada penulis untuk mempelajari ilmu yang baru serta petunjuk dari setiap kejadian-kejadian yang terjadi di dalam kehidupan penulis, sehingga dengan ridho dan karunia-Nya skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Kedua orang tua penulis, ayah bapak Rachmad Faudji dan Ibu Endang Widyaningsih serta adik-adik penulis Tsabita Raihana Hanifa dan Satriagama Aji Kalimasada yang telah memberikan dukungan moral, materi maupun cinta kasih secara penuh kepada penulis. Terima kasih untuk segala doa yang

(10)

selalu dipanjatkan untuk kesuksesan penulis agar bisa menyelesaikan studi ini dengan baik.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Nur Rianto Al Arif, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr. Erika Amelia, S.E., M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Dwi Nur’aini Ihsan, M.M. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu R.R Tini Anggraeni, M.sc selaku Dosen Pembimbing Akademik Jurusan Ekonomi Syariah Univesitas Islam Negeri Syarif Hidyatullah Jakarta.

7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen yang telah mencurahkan dan mengamalkan ilmu yang tidak ternilai hingga penulis menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Kepada Salma Avia Fahrina, terima kasih telah menjadi penyemangat penulis serta selalu menemani penulis saat penulis sedang down dan tidak semangat dalam pengerjaan skripsi.

9. Kepada teman-teman Ekonomi Syariah angakatan 2014. Terima kasih untuk pengalaman serta perjuangan kita bersama selama proses belajar di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

10. Kepada Sahabat-Sahabat Penulis Rizky Yulian Maulana, Dwi Wahyu Ramadhan, Fajar Dwi Alfian, Andre Reva Utama yang selalu memberikan semangat dalam proses belajar dan penyusunan skripsi ini.

11. Seluruh anggota Divisi IT Frontend PT. Rupi Digital Indonesia yang selalu memberikan semangat dan backup pekerjaan selama penulis mengerjakan skripsi ini.

12. Kepada Sahabat Penulis Jaka Dwi Hartanto dan Dewangga Aji yang membantu penulis dan memberikan dukungan serta mengingatkan penulis agar dapat menyelesaikan studi ini dengan baik.

(11)

13. Kepada teman-teman magang Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang memberikan pengalama serta memotivasi penulis agar dapat menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidyatullah Jakarta.

14. Kepada seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan, yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

15. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Adapun kesalahan, kekurangan maupun kekeliruan dalam penelitian ini merupakan tanggung jawab penulis. Harapan penulis semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatu

Jakarta, 19 Juni 2021

Lauhul Mahfuzh

(12)

DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ...v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ...xv

DAFTAR GRAFIK ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...12

A. Teori yang Digunakan ... 12

1. Sukuk ... 12

2. Inflasi ... 20

3. Indeks Pembangunan Manusia ... 27

4. Pertumbuhan Ekonomi ... 29

B. Penelitian Terdahulu ... 35

C. Kerangka Pemikiran ... 38

D. Hipotesis ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ...39

A. Lingkup Penelitian ... 39

(13)

B. Penentuan Sampel ... 39

C. Metode Pengumpulan Data ... 40

D. Metode Analisis Data ... 40

1. Uji Asumsi Klasik ... 40

2. Uji Hipotesis ... 44

E. Operasional Variabel Penelitian ... 46

1. Variabel Dependen ... 46

2. Variabel Independen ... 46

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ...48

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 48

B. Pengujian Asumsi Klasik ... 52

1. Uji Normalitas ... 52

2. Uji Multikolonearitas ... 52

3. Uji Heteroskedastisitas ... 53

C. Pengujian Statistik ... 53

1. Uji Parsial ... 55

2. Uji F ... 55

3. Uji Koefisien Determinasi ... 55

D. Pembahasan ... 56

1. Pengaruh Pembiayaan Sukuk pada Pertumbuhan Ekonomi ... 56

2. Pengaruh Inflasi pada Pertumbuhan Ekonomi ... 56

3. Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia pada Pertumbuhan Ekonomi ... 57

BAB V PENUTUP ...59

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ...61

LAMPIRAN ...63

(14)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1 Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Tahun 2016-2019 9

2.1 Penelitian Terdahulu 34

3.1 Sumber Data Masing-masing Variabel 40

3.2 Ketentuan Uji Korelasi 43

4.1 Kondisi Inflasi Indonesia per Triwulan 2016-2019 50 4.2 Angka IPM Indonesia per Triwulan Tahun 2016-2019 51

4.3 Hasil Uji Multikolonearitas 52

4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas 53

4.5 Hasil Uji Regresi OLS 54

(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran 37

4.1 Hasil Uji Normalitas 52

(16)

DAFTAR GRAFIK

No. Keterangan Halaman

1.1 Perkembangan Sukuk Korporasi 4

1.2 PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 5 Tahun 2016-2019

1.3 Perbandingan Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Th 1997-2017 7 4.1 Perkembangan Sukuk di Indonesia Tahun 2015 – 2020 49

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data sebelum di Ln ... 63

2. Data sesudah di Ln ... 64

3. Hasil Uji Regresi ... 65

4. Hasil Uji Normalitas... 65

5. Hasil Uji Multikolonearitas ... 66

6. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 66

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Daya saing Indonesia masih rendah di pilar infrastruktur, teknologi dan inovasi dalam laporan World Economic Forum. Pada kendala infrastruktur dapat dinilai dari rendahnya kualitas jalan, pelabuhan, bandara, kereta hingga kualitas pasokan listrik. Rendahnya pilar kesiapan teknologi menurut Maryaningsih (2014) disebabkan oleh penguasaan teknologi dan kegiatan inovasi yang masih rendah.

Pertumbuhan ekonomi dapat didorong oleh peran keberadaan infrastruktur, mengingat pada daerah yang tinggi pertumbuhan ekonominya memiliki kondisi infrastruktur yang mencukupi. Proyek pembangunan infrastruktur umumnya ditargetkan untuk kebutuhan jangka menengah dan memenuhi kebutuhan dasar seperti energi, air dan listrik. Serta keterjangkauan untuk mempermudah mobilitas masyarakat yakni transportasi (Muryaningsih, 2014). Mengetahui manfaat ini, pemerintah Indonesia telah melakukan sejumlah langkah untuk memulai proyek pembangunan infrastruktur yang didapatkan dari sumber-sumber dana pembiayaan. Namun, sumber pembiayaan terbatas, maka dari itu diperlukan upaya pemerintah untuk menemukan sumber pendanaan lainnya agar proyek pembangunan infrastruktur dapat terlaksana.

Salah satu terobosan sumber dana pembiayaan tersebut adalah dengan sukuk atau Surat Berharga Syariah Negara. Pemerintah sendiri telah mengesahkan Undang-undang No. 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Kemudian, penyaluran alokasi dana proyek

(19)

pembanguna dengan menggunakan sukuk atau telah tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Sukuk adalah salah satu produk efek yang disebut juga Obligasi Syariah. Efek merupakan surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham dan obligasi. Efek dapat menjadi tanda investasi kolektif, kontrak berjangka dan setiap derivatif dari efek bisa diperjualbelikan di pasar modal saat ini (Datuk, 2014:112).

Istilah sukuk telah muncul sejak abad pertengahan, kalangan yang kerap menggunakannya berasal dari umat Islam. Kata sukuk dipergunakan untuk kegiatan perdagangan internasional. Sukuk merupakan bentuk jamak dari kata “sakk”. Sukuk dipergunakan oleh para pedagang pada masa itu sebagai dokumen yang menunjukkan kewajiban finansial yang timbul dari kegiatan perdagangan dan aktivitas komersial. Kemudian, penulis Barat yang menaruh perhatian pada sejarah Islam dan bangsa Arab, mengemukakan bahwa sakk inilah yang menjadi akar kata “cheque” dalam bahasa latin, yang saat ini telah menjadi sesuatu yang umum dipergunakan dalam transaksi dunia perbankan modern (Beik, 2011: 65).

Pembangunan infrastruktur di berbagai daerah telah digalakkan oleh Pemerintah Presiden Jokowi dengan menerapkan banyak kebijakan mengenai hal ini. Ini dapat dilihat dari APBN 2017 memngutamakan pembangunan infrastruktur dengan harapan dapat menggerakan pertumbuhan ekonomi, pandangan pemerintah mengenai investasi asing maupun domestik juga dapat terdorong oleh infrastruktur. Bentuk-bentuk infrastruktur yang didorong pembangunannya antara lain pembangunan jalan tol, jembatan, bandara, dan infrastruktur lain semacamnya.

(Infrastruktur Hadapi Masalah Pembiayaan, Kompas, 2016:15).

Pendanaan proyek infrastruktur yang dialokasikan pemerintah menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Negara terbatas. Sehingga, dibutuhkan instrumen pembiayaan yang lain, misalnya penerbitan Sukuk

(20)

Negara atau Surat Berharga Syariah Negara. Pembiayaan proyek infrastruktur melalui sukuk membutuhkan kerjasama kebijakan antara Kementerian Keuangan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS, dan kementerian atau lembaga yang bertugas membiayai proyek prioritas. Kerjasama yang disebutkan ialah koordinasi antar kementerian atau lembaga untuk mempersiapkan proyek yang akan didanai oleh sukuk.

Pembiayaan proyek melalui SBSN setiap tahunnya semakin meningkat, seperti jumlah proyek yang dibangun, nilai pembiayaan, lokasi proyek yang dikerjakan, jumlah kementerian atau lembaga yang memprakarsakan proyek, dan sebaran satuan kerja pelaksana proyek SBSN.

Hal ini dapat dilihat dari proyek yang dibiayai SBSN pada tahun 2013 senilai Rp 0,8 triliun, dan tahun 2014 meningkat menjadi Rp 1,57 triliun.

Pada tahun berikutnya, proyek yang dibiayai melonjak menjadi Rp 7,13 triliun, sedangkan tahun 2016 dan 2017, di posisi Rp 13,67 triliun dan Rp 16,67 triliun. Untuk tahun 2018 sendiri, nilai pembiayaan proyek senilai Rp 22,53 triliun yang tersebar di 34 provinsi.

Kementerian Pekerjaan Umum dan babPerumahan Rakyat (PUPR) juga menggunakan Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara untuk membiayai berbagai proyek infrastruktur. Proyek pembangunan infrastruktur ini digunakan terutama untuk jalur logistik, akses ke pelabuhan dan bandara, serta pariwisata. Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara menjadi salah satu inovasi pembiayaan untuk pembangunan infrastruktur. Sukuk Negara untuk sumber pendanaan memiliki keunggulan dimana yang berasal dari dalam negeri sendiri. Hal ini akan berdampak pada kemandirian pembangunan infrastruktur karena keterlibatan pihak-pihak yang menjadi kontraktor dan konsultan sepenuhnya adalah orang Indonesia (masyarakat dan lembaga). Berbeda dengan pinjaman multilateral atau bilateral yang umumnya berjalan dengan syarat keterlibatan kontraktor dan konsultan dari negara donor.

(21)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam hal ini sebagai pembuat kebijakan dan pengawas keuangan akan terus memperhatikan perubahan yang dapat mempengaruhi perkembangan keuangan nasional baik lembaga keuangan bank dan non-bank. Melihat hal ini, perkembangan sukuk rupanya sejalan dengan upaya yang dilakukan OJK sebagai lembaga yang memiliki kewenangan melakukan pengawasan terhadap perkembangan pasar modal syariah di Indonesia yaitu mendorong pertumbuhan sukuk dari sisi supply dengan mengembangkan sukuk daerah. Sukuk tersebut merupakan alternatif bagi pemerintah daerah yang membutuhkan pendanaan untukpembangunan infrastruktur di daerah. Maka dibutuhkan peran sukuk yang sangat berpotensi di Indonesia dalam rangka mendukung upaya pemerintah pusat untuk melakukan pembangunan infrastruktur (Road Map IKNB 2015-1019, 2015).

Sukuk yang paling banyak beredar dan digunakan untuk pembangunan adalah sukuk korporasi yang berjenis ijarah. Hal ini dikarenakan korporasi memiliki dana yang besar dan perputaran dana yang dimiliki juga cepat.

Grafik 1.1

Perkembangan Sukuk Korporasi

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

(22)

Salah satu indikator dalam melihat pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah melalui indikator perkembangan PDB negara terkait. PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku mencerminkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. PDB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

Perekonomian Indonesia dalam kurun waktu 2016 – 2019 yang diukur berdasarkan PDB atas dasar harga berlaku dan PDB atas dasar harga konstan menunjukkan trend yang meningkat.

Grafik 1.2

PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2016-2019

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020

(23)

Adapun beberapa peran infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di indonesia adalah sebagai berikut:

1. Infrastruktur jalan yang bagus dan terintegrasi dapat memperlancar mobilitas pengiriman bermacam-macam komoditas dan mampu menjangkau pangsa pasar yang lebih luas.

2. Infrastruktur pemberdayaan SDM yang memadai dapat menciptakan SDM unggulan di berbagai bidang yang mampu mendorong dan memajukan roda perekonomian dari berbagai sektor, serta meningkatkan daya beli masyarakat.

3. Dengan adanya pembangunan infrastruktur yang merata, setiap daerah dapat menyumbangkan pendapatan ke negara tanpa perlu mengandalakan satu atau beberapa daerah saja.

Salah satu faktor utama yang diaanggap sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara adalah tingkat inflasi. Inflasi adalah salah satu contoh permasalahan dalam perekonomian yang cukup rumit dan sering terjadi dikarenakan permasalahan inflasi berhubungan dengan permasalahan ekonomi lainnya, salah satunya adalah permasalahan pengangguran. Philips (1958) menyatakan bahwa tingkat inflasi tinggi secara positif berpengaruh kepada tingkat pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat pengangguran. Sejak tahun 1861 hingga 1957 atau hampir selama satu abad, Phillips meneliti pengaruh antara pengangguran dan tingkat inflasi upah di Inggris.

Namun inflasi tidak sepenuhnya bersifat buruk atau negatif terhadap perekonomian. Tingkat inflasi rendah dan stabil merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan yang pada akhirnya justru memberikan manfaat bagi kenaikan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Pentingnya pengendalian inflasi didasari oleh pertimbangan bahwa tingkat inflasi tinggi serta tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Pertama, tingginya tingkat inflasi dapat mengakibatkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga

(24)

standar hidup masyarakat turun dan membuat semua penduduk, terutama yang masuk dalam kategori miskin, semakin miskin. Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menimbulkan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Bukti sebelumnya menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil dapat menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara lain menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai Rupiah.

Grafik 1.3

Grafik Perbandingan Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1997-2017

Sumber: World Bank, 2018

Salah satu contoh inflasi terbesar yang dialami Indonesia terjadi saat krisis moneter tahun 1998, dimana kerusuhan yang terjadi di hampir seluruh Indonesia saat Orde Baru berakhir memicu tingkat inflasi hingga sebesar 77,63%. Adanya kenaikan drastic pada harga komoditas yang disusul dengan lemahnya nilai tukar rupiah hingga mencapai Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat mengakibatkan ekonomi Indonesia berkontraksi lebih dari 13%.

(25)

Selain inflasi, salah satu indicator untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah dengan melihat Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM adalah salah satu acuan mengenai angka kesejahteraan suatu negara yang dilihat dari tiga hal yaitu: angka harapan hidup (life expectancy), angka literasi (literacy rate) serta rata-rata lama pendidikan (mean years of schooling), dan daya beli (purchasing power parity).

Indikator life expectancy mengukur tingkat kesehatan, indikator literacy rate mengukur tingkat literasi penduduk dewasa dan indicator mean years of schooling mengukur pendidikan serta indikator purchasing power mengukur standar hidup. Ketiga indikator tersebut saling berpengaruh dengan yang lainnya, faktor-faktor lain juga ikut berpengaruh seperti kesempatan kerja yang diukur dari infrastruktur, kebijakan pemerintah, dan pertumbuhan ekonomi sehingga angka IPM akan naik jika tiga hal tersebut dapat ditingkatkan, disamping itu angka IPM yang tinggi menunjukkan kesuksesan pertumbuhan ekonomi suatu negara. (Badan Pusat Statistik, 2018)

Kemampuan masyarakat suatu negara untuk menyerap serta mengelola sumber pertumbuhan ekonomi, diperlukan angka tingkat pembangunan manusia yang tinggi (Ramirez, 1998). Salah satu paradigma pertumbuhan ekonomi yang digunakan saat ini adalah pengukuran pertumbuhan yang dilihat dari pengembangan sumber daya manusia serta kualitas hidup masyarakat dalam suatu negara. Salah satu acuan yang digunakan adalah dengan melihat IPM yang diukur dari ekonomi, kesehatan, serta kualitas pendidikan (Mirza, 2011).

Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia selama periode tahun 2016-2019 mengalami peningkatan yang signifikan, seperti yang terlihat dari table dibawah ini:

(26)

Tabel 1. 1

Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Tahun 2016-2019

Tahun IPM

2016 70,18

2017 70,81

2018 71,39

2019 71,94

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020

IPM berperan penting dalam pertumbuhan perekonomian saat ini.

IPM berperan penting dalam pembangunan perekonomian dikarenakan pembangunan manusia yang baik akan membuat faktor-faktor produksi mampu di maksimalkan. Kualitas penduduk yang baik dapat berinovasi mengembangkan faktor- faktor produksi yang ada. Selain, itu pembangunan manusia yang tinggi membuat jumlah penduduk akan tinggi pula sehingga akan menaikkan tingkat konsumsi. Hal ini akan mempermudah untuk menggalakkan pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2006: 430).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh Sukuk, Inflasi, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) secara parsial terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada tahun 2016 – 2019?

2. Apakah terdapat pengaruh Sukuk, Inflasi, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada tahun 2016 – 2019 secara simultan.

3. Seberapa besar pengaruh Sukuk, Inflasi, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) secara parsial terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada tahun 2016 – 2019?

(27)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh Sukuk, Inflasi, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) secara parsial dan simultan terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada tahun 2016 – 2019.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Sukuk, Inflasi, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) secara parsial terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada tahun 2016 – 2019.

3. Dapat menjadi gambaran untuk kalangan akademisi dan peneliti dalam melihat pengaruh Sukuk, Inflasi, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 – 2019.

4. Dapat menjadi acuan kepada masyarakat umum dalam melihat pengaruh Sukuk, Inflasi, dan Indeks Pembangunan Manusia terhadap pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 – 2019.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Penelitian ini memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi penulis tentang pengaruh Sukuk, Inflasi, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada tahun 2016 – 2019.

2. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi mengenai hubungan antara sukuk, inflasi, dan IPM serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

3. Bagi Investor

Penelitian ini diharapakan dapat menjadi bahan informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi investor khususunya

(28)

investor muslim dalam berinvestai pada sukuk, sehingga menjadi landasan dalam pengambilan keputusan terkait investasi sukuk tersebut.

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori yang Digunakan 1. Sukuk

a. Definisi Sukuk

Pontjowinoto dan Firdaus (2011) menyatakan bahwa “Sukuk (obligasi syariah) adalah sebuah kesepakatan yang ditulis yang bersifat kontrak jangka panjang untuk pembayaran kembali dalam waktu yang spesifik, semua kewajiban yang ada akibat pembiayaan untuk suatu kegiatan sesuai syariat serta membayar sejumlah imbal hasil selama jangka waktu tertentu menurut akad yang disepakati”.

Menurut fatwa DSN-MUI No 32/DSN-MUI/IX/2002, sukuk adalah surat berharga jangka panjang berlandaskan hukum syariah yang dirilis emiten tertentu kepada pemegang sukuk/investor yang mewajibkan emiten untuk membayar sebagian pemasukan kepada pemegang sukuk berupa imbal hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana sukuk tersebut pada saat jatuh tempo (Purwanto, 2006). Sukuk saat ini mayoritas dirilis oleh pemerintah. Contohnya pemerintah membangun sebuah gedung, penerbitan sukuk akan dilakukan oleh pemerintah, dibandingkan menabung di sektor bank nasional atau swasta, sukuk ini mempunyai keuntungan yang lebih besar. Minimal dana yang diinvestasikan adalah Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah) dan maksimal Rp 5.000.000.000 (lima miliar rupiah).

Sukuk juga didefinisikan sebagai sebuah obligasi berbasis syariah jangka panjang yang berlandaskan hukum dan konsep syariah yang dirilis emiten ke investor (pemegang sukuk) yang

(30)

mengharuskan emiten untuk berbagi keuntungan dengan investor berupa imbal hasil, margin, atau fee serta menyerahkan kembali dana investor saat jatuh tempo habis (Purwanto, 2006). Rekontruksi terhadap surat berharga dilakukan agar sesuai dengan prinsip syariah, yaitu:

1) Menghapuskan bunga tetap kemudian mengalihkannya ke investasi surat berharga yang ikut serta baik saat untung maupun rugi, juga patuh pada kaidah al-ghurm, yaitu keuntungan pada dasarnya seimbang dengan kerugian yang didapatkan.

2) Menghapuskan syarat jaminan atas kembalinya harga surat berharga serta bunga yang mengikuti sehingga mirip seperti saham biasa.

3) Mengalihkan surat berharga ke saham biasa.

Umumnya jenis surat berharga bisa dilihat dari penerbitnya, yaitu surat berharga korporasi dan surat berharga negara. Surat berharga yang diterbitkan negara terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

1) Surat berharga rekap, yaitu surat berharga yang diterbitkan untuk tujuan program rekapitulasi sektor bank, baik BUMN maupun swasta.

2) SUN (Surat Utang Negara), yaitu surat berharga yang diterbitkan untuk menutupi defisit APBN.

3) Surat berharga ritel, yaitu surat berharga yang sama SUN (Surat Utang Negara), dirilis untuk menutupi defisit anggaran, dengan nominalnya lebih kecil sehingga terjual ke investor perseorangan.

4) Surat berharga syariah (sukuk), sama dengan SUN, namun surat berharga ini dirilis berdasarkan hukum syariah.

b. Sejarah Sukuk

Surat berharga syariah (sukuk) bukan merupakan istilah baru dalam peradaban Islam. Istilah ini sudah dikenal sejak abad

(31)

pertengahan, dimana umat Muslim menggunakan istilah tersebut dalam jual-beli berskala internasional. Sukuk adalah jamak dari kata sakk, yang berarti sertifikat. Sukuk digunakan pedagang sebagai dokumentasi untuk membuktikan kewajiban finansial dari usaha perniagaan serta aktivitas perdagangan lain. Namun, beberapa ekonom barat yang tertarik kepada sejarah Islam mengatakan jika sakk sering digunakan di sektor perekonomian perbankan.

Dalam artian istilah, sukuk adalah catatan yang di dalamnya terdapat amanah dari seseorang untuk pelunasan uang dalam suatu nominal kepada pihak lain yang namanya tertulis dalam dokumen tersebut. Kata “Sukuk” berakar dari bahasa Persia, yaitu “jack”, kemudian berasimilasi dalam arab dengan menjadi “shak”. Goitien mengatakan “shak” adalah asal dari kata “cek” atau “cheque” yang ada dalam bahasa Inggris dimana artinya adalah surat utang. Tidak lama kemudian obligasi negara juga mulai berkembang di negara- negara Eropa.

“Surat berharga syariah digunakan untuk pembayaran dari Islam dimulai dimana hibah negara dan gaji tenaga kerja negara dibayar memakai surat berharga tersebut. Sejarah mencatat khalifah Umar bin Khatab merupakan khalifah pertama yang merilis shakk dengan menempelkan stempel dibagian bawah surat berharga atau shak tersebut. Fakta sejarah membuktikan bahwa sukuk digunakan secara luas oleh masyarakat muslim di abad pertengahan, dalam bentuk surat berharga untuk mewakili kewajiban pembiayaan atau pembayaran yang berasal dari kegiatan berdagang dan kegiatan komersil lainnya” (Purwanto, 2006).

Bentuk surat berharga syariah saat ini belum terefleksikan secara menyeluruh pada shak (sukuk), karena surat berharga syariah saat ini bertujuan sebagai investasi yang diambil dengan sistem mudharabah, musyarakah, Ijarah dan lainnya.

(32)

c. Perkembangan Sukuk di Indonesia

Penerbitan surat berharga syariah dimulai oleh PT. Indosat Tbk. dengan merilis surat berharga syariah mudharabah Indosat senilai Rp 100 milyar pada bulan Oktober 2002. Surat berharga ini mengalami oversubscribed sebanyak dua kali lipat, yang mengakibatkan Indosat menambah jumlah surat berharga yang dirilis menjadi Rp 175 milyar Rupiah. Inovasi dari Indosat ini diikuti oleh BSM (Bank Syariah Mandiri) dan Bank Muamalat di tahun yang sama, yaitu 2002. Kemudian PT. Berlian Laju Tanker merilis Surat Berharga Syariah dengan emisi 175 milyar pada 28 Mei 2003.

PT. Bank Bukopin merilis Surat Berharga Syariah Mudharabah pada tanggal 10 Juli 2003 dengan nilai Rp 45 milyar. Di tanggal 15 Juli 2003, PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) merilis dengan nilai emisi Rp. 200 milyar, pada 26 September 2003 PT Ciliandra Perkasa merilis dengan nilai emisi Rp. 60 milyar, pada 31 Oktober 2003 PT Bank Syariah Mandiri (BSM) merilis sukuk senilai Rp. 200 milyar.

Saat Surat Utang Negara (SUN) dan pasar modal sedang lesu, surat berharga syariah atau sukuk dirilis. Langkah pemerintah tersebut disambut positif, sehingga investor melihat sukuk sebagai alternatif pembiayaan yang menjanjikan. Sentimen positif terkait sukuk tidak hanya berasal dari pemerintah, namun juga berasal dari sektor pasar modal. Erry Firmansyah sebagai Direktur Utama BEI bahkan mengambil langkah mengarahkan minat investor terhadap surat berharga syariah negara yang dirilis pada bulan Agustus 2008.

Saat ini investor berdana besar cukup banyak, namun tidak dapat berkontirbusi ke surat berharga dan sektor modal dikarenakan minimnya produk investasi. Sukuk dapat menjadi pilihan berinvestasi di pasar modal berbasis syariah. Sejak tanggal 6 Februari 2009, pemerintah merilis sukuk ritel ke pasar domestic.

(33)

Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan mengatakan bahwa sukuk berbasis ritel adalah surat berharga negara yang dirilis berdasarkan hukum syariah sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset Surat Berharga Syariah Negara, yang dijual melalui agen penjual, dengan volume minimum yang telah ditentukan kepada individu Warga Negara Indonesia (WNI).

d. Perkembangan Sukuk Global

Sistem keuangan syariah berkembang secara kompetitif dalam pangsa moneter global. Selama empat tahun belakangan, keuangan syariah sudah menunjukkan pertumbuhan yang drastis dan sudah diterapkan lebih dari 75 negara dunia. Sistem keuangan syariah yang paling berkembang adalah pasar keuangan surat berharga syariah atau sukuk. Surat berharga syariah sekarang telah terintegrasi dari sistem keuangan global.

Sunarsip (2008) mengatakan bahwa “Pada 2007, nilai sukuk yang diperjualbelikan di pangsa global sudah meningkat dua kali lipat daripada jumlah di tahun 2006 yang mencapai US$62 miliar dibandingkan tahun 2006 sebesar US$ 27 miliar. Sejak tahun 2001 hingga tahun 2006 surat berharga mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 123%”. Jumlah oustanding surat berharga syariah global sampai tahun 2009 diperkirakan sudah menyentuh angka US$ 90 miliar. Dalam proyeksi S&P, kuantitas surat berharga syariah global diprediksi terus bertambah dalam beberapa tahun kedepan.

Pada 2010, pertumbuhan kapitalisasi diprediksi mencapai 100 miliar US Dollar dengan pertumbuhan sebesar 35% per tahun.

Dalam ranking penerbitan sukuk global, United Arab Emirates (UEA) serta Malaysia menjadi yang paling banyak merilis surat berharga syariah. Menurut The Standard & Poor's, dari total sukuk

(34)

global yang diterbitkan pada 6 bulan pertama di tahun 2009 sekitar 45,03% dikuasai oleh Indonesia, Malaysia, dan Arab Saudi, dengan masing-masing menguasai sebesar 22,03% total sukuk global yang dirilis.

Dengan bertambah banyaknya negara yang merilis surat berharga syariah, maka membuat sukuk sebagai opsi pembiayaan di zaman globalisasi dan free market saat ini. Sukuk tidak dipandang hanya sebatas perspektif agama namun sebagai pilihan investasi yang menjanjikan tingkat imbal hasil yang kompetitif serta mampu mendorong pertumbuhan ekonomi sebuah negara. PT. Salim Ivomas Pratama (SIMP), cabang perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk berencana menerbitkan sukuk ijarah Rp 250 miliar dengan jangka waktu lima tahun pada tanggal 15 Oktober 2009. Dana hasil penerbitan surat berharga syariah dengan akad ijarah tersebut akan dipakai untuk refinancing pinjaman dalam jangka pendek dan menambah modal perusahaan.

Ramainya perilisan surat berharga korporasi di tahun 2009 didorong oleh rendahnya tingkat suku bunga bank. Selain karena bunga bank akan naik akibat kenaikan inflasi, banyak perseroan mengantisipasi kebutuhan suku bunga yang rendah. Menurut dirut Pefindo, bersamaan dengan naiknya pertumbuhan ekonomi akan memberikan stimulus dana, hal ini berarti akan terjadi peningkatan perkiraan surat berharga syariah.

Pasar surat berharga syariah masih memiliki peluang yang belum dieksplorasi. Oleh karena itu, tren perilisan sukuk selalu mengalami peningkatan. Hal ini bersamaan dengan berkembangnya pangsa syariah di dalam negeri yang sangat pesat, peningkatan demand sukuk juga meningkat secara bersamaan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya korporasi yang merilis surat berharga

(35)

konvensional bersamaan dengan perilisan surat berharga syariah atau sukuk.

Pangsa utama surat berharga syariah adalah reksadana syariah dan sektor perbankan syariah. Pertumbhan industri berbasis syariah mendorong munculnya needs penempatan modal berbasis syariah di pasar modal (Ahmad, 2004). Target pemerintah adalah dapat mengumpulkan dana sebesar Rp 1,5 triliun dari investor saat lelang SBSN (Surat Berharga Syariah Negara) atau sukuk pada tanggal 10 November 2009 dimana terdapat lima jenis surat berharga syariah yang dilelang. Saat itu pemerintah merilis dua seri sukuk, yaitu seri IFR-Q003 dan seri IFRQ004 dengan tenor 6-11 tahun dan suku bunga tetap. Pemerintah menargetkan dapat meraup dana sebesar Rp 1,5 triliun dari lelang tersebut. Kementerian Keuangan mulai melakukan lelang agen penjual dan konsultan hukum untuk penerbitan dan penjualan sukuk ritel negara di tahun 2010.

Direktur jendral (Ditjen) pengelolaaan utang Kementerian Keuangan Rahmat Waluyo mengatakan di Jakarta, Senin (2/11), seleksi agen penjual dimulai dengan pendaftaran melalui dokumen seleksi yang dilaksanakan setiap hari kerja mulai tanggal 3 sampai tanggal 9 November 2009. Seleksi agen penjual terbuka untuk bank konvensional yang memiliki izin usaha dari Bank Indonesia (BI) dan perseroan efek yang memiliki izin usaha sebagai penjamin emisi efek dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam LK).

e. Potensi Sukuk bagi Indonesia

Sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan masyarakat Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki kesempatan menjadi leading country keuangan Islam di Asia tenggara pada tahun 2013, khususnya di bidang pemanfaatan surat

(36)

berharga syariah sebagai sumber pembiayaan pembangunan. Salah satu yang menarik investor terhadap Indonesia adalah banyaknya proyek infrastruktur domestik yang dapat dibiayai dengan pembiayaan sukuk serta ekonomi yang cukup baik. Saat negara lain mengalami pertumbuhan minus dikarenakan krisis keuangan global, Indonesia bisa mencatatkan positive growth. Kondisi ini memungkinkan Indonesia dapat memberikan return kompetitif kepada investor-investor di pangsa sukuk.

Indonesia membutuhkan dana sebesar Rp 150 triliun dalam beberapa tahun ke depan untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur. Apabila kebutuhan dana tersebut dapat terpenuhi melalui sektor syariah (sukuk) maka Indonesia dapat menjadi salah satu negara penting dalam sektor ekonomi syariah global. Hal ini dapat mendorong perkembangan sektor perbankan dan keuangan syariah secara nasional maupun inernasional. Pembiayaan infastruktur melalui sukuk global bisa direalisasikan, hal tersebut telah didukung dengan Undang-Undang No 19/2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara yang menjadi dasar hukum penerbitan sukuk negara senilai triliunan rupiah.

Perilisan sukuk global di tahun 2010 senilai US$ 650 juta untuk APBN dan oversubcribed hingga 7 kali lipat senilai US$ 4,7 miliar menjadi sentiment positif terhadap potensi dan prospek Indonesia menjadi pasar investasi bagi investor Timur Tengah.

Investor Timur Tengah sudah lama ingin berinvestasi di Indonesia karena potensi ekonomi dalam negeri yang dimiliki ditambah dengan kondisi saat di mana mengalami overliquiditas dana akibat naiknya harga minyak dunia. Namun karena tidak ada instrumen investasi syariah seperti sukuk mereka memutuskan menunda investasi dan menginvestasikan dana di Malaysia yang rutin merilis sukuk sebagai sumber pembiayaan pembangunan.

(37)

Dana berjumlah ratusan ribu bahkan jutaan US Dollar dari Timur Tengah yang saat ini mulai meninggalkan bursa Eropa dan USA untuk mencari investasi baru yang berlandaskan hukum syariah dapat dijadikan momentum untuk sumber pembiayaan pembangunan yang dapat juga menjadi stimulan pertumbuhan ekonomi syariah nasional yang pangsa pasarnya saat ini belum mampu menebus angka 5%. Namun, ada beberapa hal yang menjadi kendala kenapa Indonesia yang memiliki pasar untuk perkembangan sukuk justru mendapatkan pasar yang kecil. Hal tersebut tidak terlepas dari sejumlah kendala misalnya regulasi yang tidak maksimal, kepastian perpajakan, tidak liquid, dan transaksinya terfokus pada debt Based (Ahmad 2004).

2. Inflasi

a. Definisi Infasi

Inflasi adalah keadaan dimana terdapat tingkat harga umum yang mengalami kenaikan (Samuelson, 1995). Maksud definisi tersebut menyebutkan bahwa kondisi menurunnya kemampuan beli penduduk negara yang bersamaan dengan menurunnya nilai rill (intrinsic) mata uang negara. Inflasi adalah kondisi peningkatan harga yang terus terjadi dari barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat secara umum (Ackley, 1993).

Marcus (2001) Inflasi adalah kondisi dimana tingkat kenaikan harga barang serta jasa terjadi secara luas dan umum, maksudnya adalah inflasi termasuk salah satu kejadian ekonomi moneter yang memperlihatkan sebuah kecenderungan terhadap kenaikan harga barang umum yang diikuti dengan nilai mata uang yang mengalami tren negatif atau penurunan (Marcus, 2001). Inflasi juga dapat didefinisikan sebagai tingkat harga umum yang setiap waktu cenderung mengalami kenaikan (Veneris & Sebold, 1991).

(38)

Selain teori-teori yang sudah disebutkan diatas, ada pandangan lain mengenai inflasi dari ekonom yang secara keseluruhan berasal dari teori kaum klasik (kuantitas), teori Keynes serta teori Struktrualis.

Berikut adalah penjelasan masing-masing teori tersebut:

1) Ekonomi Klasik

Teori ini menjelaskan hubungan antara permintaan serta penawaran agregat dan juga tingkat harga. Pada Teori ini menyebutkan bahwa perubahan dalam penawaran uang dapat mengakibatkan peningkatan harga yang selaras dengan tingkat penawaran uang. Rumus yang dipakai dalam teori ini adalah sebagai berikut:

MV = PT

Dimana M = Jumlah uang beredar

V = Kecepatan perputaran uang dalam satu periode P = Tingkat harga rata-rata

T = Jumlah transaksi selama masa periode tertentu Rumus diatas menyatakan bahwa nilai transaksi dalam perekonomian adalah nilai pembelian produk dalam negeri. MV mewakili jumlah transaksi atas barang serta jasa, dimana PT mewakili jumlah uang yang diterima atas hasil barang serta jasa.

Dari teori tersebut, terdapat 3 hal dari teori ekonomi klasik, yaitu:

a) Semua penawaran uang dalam sebuah sistem ekonomi dipakai untuk transaksi pembelian barang dan jasa.

Seseorang memiliki uang untuk membeli barang atau jasa agar transaksi yang sedang dilakukan dapat berjalan dengan lancar.

(39)

b) Nilai V (kecepatan perputaran uang) selalu berada dalam kondisi stabil atau konstan, maka nilai V relatif tetap dan hanya berubah apabila adanya perubahan kelembagaan.

c) Di dalam suatu sistem ekonomi selalu tersedia full employment chance sehingga angka T tidak bisa bertambah. Dengan anggapan bahwa perekonomian berada di keadaan full employment, maka besarnya T tidak berubah.

2) Teori Keynes

Berdasarkan teori Keynes, inflasi diakibatkan oleh penduduk suatu daerah memiliki keinginan hidup namun diluar batas kemampuan ekonomi mereka, hal tersebut mengakibatkan permintaan masyarakat terhadap suatu barang atau jasa melebihi jumlah yang tersedia. Hal tersebut dikarenakan masyarakat mengetahui apa keinginan mereka lalu menjadikannya dalam bentuk permintaan yang efektif terhadap suatu barang atau jasa.

Maksudnya adalah, penduduk suatu negara mampu mendapat uang tambahan diatas kemampuan ekonomi mereka sebenarnya sehingga kelompok masyarakat tersebut bisa mendapatkan barang dalam jumlah lebih besar dari yang seharusnya (Boediono, 1994). Jika jumlah demand barang naik, dalam tingkat rata-rata harga yang berlaku, dan diatas jumlah maksimal dari barang yang dapat diproduksi, maka akan timbul sebuah inflationary gap.

Hal ini mengakibatkan berbagai harga mengalami kenaikan yang berarti rencana pembelian barang tidak bisa dilakukan. Dalam periode berikutnya, masyarakat terus berupaya agar mendapatkan dana yang lebih besar. Keadaan inflasi akan terus terjadi selama jumlah permintaan dari semua golongan penduduk berada diatas jumlah output yang dapat diproduksi masyarakat. Situasi ini menggeser permintaan

(40)

agregat yang berakibat terjadinya kelebihan permintaan atau inflationary gap, peningkatan permintaan agregat saat keadaan output full employment bisa mengakibatkan terjadinya surplus permintaan di pasar barang dan jasa sehingga harga barang dan jasa ikut naik yang berakibat adanya kenaikan demand terhadap faktor produksi, sehingga harga faktor produksi juga akan naik.

Peningkatan harga barang dan jasa ditambah faktor produksi tersebut yang merupakan inflasi bagi sistem perekonomian.

3) Teori Struktualis

Teori ini menitikberatkan dengan terjadinya perubahan dari sistem perekonomian negara berkembang. Faktor struktural tersebut hanya dapat berubah secara berkala dan dalam jangka panjang. Oleh sebab itu, teori ini dikenal juga dengan teori inflasi jangka panjang. Berdasarkan teori ini, ada 2 penyebab dalam sistem ekonomi negara berkembang yang dapat menimbulkan inflasi (Boediono, 1994), yaitu:

a) Ketidakelastisan Export Income

Ketidakelastisan penerimaan ekspor yaitu ekspor berkembang secara lambat bila dibandingkan dengan sektor lainnya dalam perekonomian. Hal ini diakibatkan oleh kenaikan harga komoditas negara berkembang dalam jangka panjang perkembangannya lebih lambat jika dibandingan dengan harga barang industri. Hal tersebut mengakibatkan negara terkait terpaksa mengambil kebijakan yang lebih memfokuskan pemakaian produksi dan sebelumnya diimpor efisien. Dengan adanya biaya produksi tinggi dapat mengakibatkan harga yang tinggi pula. Selain itu, jika proses subsitusi impor ini semakin meluas, maka peningkatan biaya produksi akan makin

(41)

meluas juga, sehingga banyak harga barang yang makin naik. Pada akhirnya, inflasi dalam perekonomian akan berlangsung berkepanjangan.

b) Ketidakelastisan Supply Dalam Negeri

Efek dari pertumbuhan produksi pangan yang tidak dapat menyamai pertumbuhan penduduk, membuat harga pangan mengalami peningkatan melebihi kenaikan harga komoditas lain. Kenaikan harga pangan ini membuat kaujm buruh dan pekerja menuntut kenaikan upah yang berdampak pada kenaikan biaya produksi. Siklus ini akan berhenti jika harga pangan tidak mengalami kenaikan, namun faktor struktural perekonomian tidak dapat mencegah kenaikan harga pangan, sehingga akan ada proses saling dorong antara upah dan kenaikan harga.

b. Pengukuran Inflasi

1) Indeks Harga Konsumen

Indeks Harga Konsumen mengukur perubahan harga rata-rata tertimbang dari barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat dalam periode tertentu. IHK memperlihatkan rata- rata perubahan harga yang dibayarkan oleh konsumen dari barang dan jasa tertentu. Indeks Harga Konsumen sering dipakai untuk menghitung tingkat inflasi. IHK menunjukkan semua pergeseran harga terhadap barang dan jasa yang digunakan oleh masyarakat melalui survei di berbagai wilayah.

2) GDP Deflator

GDP deflator merupakan indeks perbandingan antara gdp riil dengan gdp nominal. GDP rill adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian yang diperoleh saat output dinilai menggunakan harga tahun dasar. Sedangkan GDP

(42)

nominal adalah GDP yang dihitung berdasarkan harga yang berlaku di pasar.

3) Indeks Harga Perdagangan Besar

Indeks Harga Perdagangan Besar adalah indeks harga bahan baku, produk antara dan peralatan modal dan mesin yang dibeli oleh suatu perusahaan. Indeks harga produsen hanya mencakup bahan baku dan barang antara atau setengah jadi saja, sementara barang-barang jadi tidak dimasukan di dalam perhitungan indeks harga.

4) Indeks Harga Produsen

IHP menggambarkan perbandingan perubahan barang dan jasa yang dibeli oleh produsen dalam periode tertentu.

Adapun bahan yang dibeli oleh produsen meliputi bahan mentah dan bahan setengah jadi. Dan adapun perbedaan antara IHP dengan IHK adalah kalau IHP mengukur tingkat harga pada awal sistem distribusi, IHK mengukur harga langsung yang dibayar oleh konsumen pada tingkat harga eceran. Indeks Harga Produsen biasa disebut juga indeks harga grosir.

c. Jenis Inflasi

1) Berdasarkan Sifat

Berdasarkan sifatnya, jenis inflasi dibagi menjadi 3 (Nopirin, 1992) yaitu:

1. Inflasi Ringan

Ciri inflasi ini adalah angkanya yang dibawah 10%

per tahun. Kenaikan harga berjalan lambat dengan porsi kecil serta dalam jangka waktu lama.

2. Inflasi Sedang

(43)

Ciri inflasi ini adalah angka kenaikan harga yang relatif besar yaitu antara 10% - 30% per tahun serta periode kenaikannya masih dalam waktu yang pendek.

3. Inflasi Tinggi

Ciri inflasi ini adalah kenaikan harga yang parah dibandingkan jenis inflasi lainnya karena angka kenaikan lebih dari 100% pertahun. Hal tersebut membuat masyarakat tidak mempunyai keinginan untuk menyimpan uang karena nilai uang turun tajam sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang.

2) Berdasarkan Asal-Usul

Berdasarkan asal-usul, inflasi dibagi menjadi dua yaitu domestic inflation dan imported inflation (Boediono, 1995).

Berikut penjelasannya:

a) Domestic Inflation

Inflasi ini muncul dari dalam negeri, bias dikarenakan oleh kegiatan masyarakat ataupun dari tindakan pemerintah saat melakukan kebijakan yang berhubungan dengan perekonomian, seperti contoh karena defisit anggaran belanja yang kemudian dibiayai dengan pencetakan uang baru, kejadian gagal panen dan lainnya.

b) Imported Inflation

Inflasi yang terjadi dikarenakan adanya pengaruh akibat kenaikan dari luar negeri seperti kenaikan harga barang impor yang kemudian berdampak pada kenaikan harga barang dalam negeri.

d. Dampak Inflasi

Inflasi sudah pasti mempunyai dampak perekonomian suatu negara. Dampak yang ditimbulkan baik dampak positif maupun

(44)

negatif dapat dilihat dari tingkat keparahan dari inflasi tersebut.

Apabila inflasi tersebut dikatakan ringan maka akan berdampak positif karena bisa mendorong perekonomian menjadi lebih baik dengan adanya peningkatan terhadap pendapatan nasional dan keinginan untuk berinvestasi. Akan tetapi apabila inflasi tersebut dikatakan parah maka sebaliknya akan berdampak negatif kerana akan membuat kondisi perekonomian menjadi buruk, dan keinginan berinvestasi menurun karena harga naik dengan sangat cepat.

3. Indeks Pembangunan Manusia

a. Definisi Indeks Pembangunan Manusia

Konsep dasar Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diperkenalkan pertama kali oleh United Nations Development Programme (UNDP) dengan nama Human Development Index (HDI) pada tahun 1990. Menurut UNDP, pembangunan manusia didefinisikan sebagai perluasan pilihan bagi masyarakat (enlarging the choices of people), yang dilihat sebagai upaya untuk “perluasan pilihan” dan juga sebagai standar yang dicapai dari upaya tersebut.

Pada saat yang sama pembangunan manusia dapat dilihat juga sebagai pembangunan (formation) kemampuan manusia lewat perbaikan tingkat kesehatan, pengetahuan, dan keterampilan;

sekaligus sebagai pemanfatan (utilization) kemampuan masyarakat tersebut.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah tolak ukur pencapaian pembangunan berdasarkan beberapa komponen dasar kualitas hidup. Indeks Pembangunan Manusia dihitung menurut data yang bisa mewakilkan 4 komponen dasar kualitas hidup, yaitu angka harapan hidup yang mencerminkan keberhasilan bidang kesehatan;

angka melek huruf dan rata – rata lamanya pendidikan yang mengukur keberhasilan bidang pendidikan; serta kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat

(45)

dari rata – rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mengukur keberhasilan dalam bidang pembangunan untuk hidup layak (Badan Pusat Statistik, 2009).

b. Dimensi Dasar dan Manfaat

Menurut United Nations Development Program (UNDP) (1990) Indeks Pembangunan Manusia memiliki 3 dimensi yang dipakai sebagai dasar perhitungannya, yaitu:

1) Kesehatan, yaitu diukur dengan angka harapan hidup saat bayi baru lahir.

2) Pendidikan, yang dilihat dari angka rata-rata lama sekolah dan angka harapan sekolah suatu kelompok masyarakat dalam sebuah negara.

3) Standar kelayakan hidup, yang dilihat dari angka produk nasional bruto per kapita

Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) (2018), Indeks Pembangunan Manusia memeliki beberapa manfaat yaitu:

1) IPM adalah indicator penting untuk mengukur sukses atau tidaknya dalam upaya membangun kualitas hidup manusia.

2) Dapat menentukan peringkat pembangunan suatu wilayah.

3) IPM merupakan data strategis, dimana dapat digunakan untuk mengukur kinerja pemerintah dan alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU).

c. Konsep

Menurut konsep Pembangunan Manusia yang dirilis oleh United Nations (UN) mengklasifikasikan peringkat indeks pembangunan manusia dalam skala 0,0 – 100,0 dengan kategori sebagai berikut:

1) Tinggi : IPM > 80,0

2) Menengah Atas : IPM di antara 66,0 – 79,9

(46)

3) Menengah Bawah : IPM di antara 50,0 – 65,9 4) Rendah : IPM < 50,0

Ada beberapa poin konsep mengenai pembangunan manusia menurut UNDP dalam rilisnya pada tahun 1990, yaitu:

1) Pembangunan harus mengutamakan masyarakat sebagai pusat pengembangan.

2) Pembangunan ditujukan untuk memperluas pilihan bagi masyarakat, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan. Oleh karena itu, konsep pembangunan manusia harus berfokus pada penduduk secara keseluruhan dan bukan hanya pada aspek ekonomi.

3) Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya meningkatkan kemampuan atau kapasitas manusia, tetapi juga pada upaya- upaya memanfaatkan kemampuan/kapasitas manusia tersebut secara optimal.

4) Pembangunan manusia didukung empat pilar pokok, yaitu produktivitas, pemerataan, kesinambungan dan pemberdayaan.

5) Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya.

4. Pertumbuhan Ekonomi

a. Definisi Pertumbuhan Ekonomi

Kementerian Keuangan (2019) merilis pernyataan yang menerangkan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah “sebuah proses dari perubahan kondisi perekonomian yang terjadi di suatu negara secara berkesinambungan untuk menuju keadaan yang dinilai lebih baik selama jangka waktu tertentu. Teori pertumbuhan ekonomi menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi atau menentukan pertumbuhan ekonomi dan prosesnya dalam jangka panjang, penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor itu

(47)

berinteraksi satu dengan yang lainya, sehingga dapat menimbulkan terjadinya proses pertumbuhan”.

Sedangkan menurut Sukirno (2011:331) pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

Sementara Budiono (1994) menerangkan jika pertumbuhan ekonomi adalah proses peningkatan hasil per kapita dalam jangka panjang yang terjadi karena adanya peningkatan sumber yang berasal dari proses perekonomian itu sendiri dan memiliki sifat sementara. Artinya, pertumbuhan tersebut memiliki sifat self generating yang mampu melahirkan suatu momentum untuk keberlangsungan pertumbuhan ekonomi pada periode selanjutnya.

Simon Kuznets (1955) berpendapat pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan yang terjadi dalam periode jangka panjang pada kemampuan negara untuk menyediakan berbagai jenis komoditas ekonomi pada masyarakat. Kemampuan ini bisa tumbuh dan berkembang bersamaan dengan adanya perkembangan teknologi, ideologi, serta penyesuaian kelembagaan negara.

b. Teori Pertumbuhan Ekonomi 1) Teori menurut Adam Smith

Suryana (2000) mengutip Adam Smith dalam buku “An Inquiry into the nature and Causes of Wealth of the Nation”

menjelaskan hal-hal yang menstimulasi pertumbuhan ekonomi.

“Jumlah masyarakat yang meningkat dapat mengekspansi pasar yang akan mendorong tingkat spesialisasi. Dengan adanya spesialisasi akan meningkatkan kegiatan ekonomi dan mempercepat pertumbuhan ekonomi, karena spesialisasi akan

(48)

mendorong produktivitas tenaga kerja dan mendorong perkembangan teknologi. Sehingga menurut teori klasik, pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh adanya perpacuan antara perkembangan penduduk dan kemajuan teknologi).

Adam Smith menjelaskan tentang proses pertumbuhan ekonomi, yaitu:

a) Pertumbuhan Output Total

Unsur pokok dari sistem produksi sebuah negara menurut Adam Smith ada tiga, yaitu Sumber Daya Alam Yang Tersedia; Menurut Adam Smith, tersedianya sumber daya alam merupakan hal yang paling mendasar dari kegiatan masyarakat. Jumlah sumber daya alam yang tersedia merupakan batas atas terhadap pertumbuhan negara. Jika sumber daya ini belum digunakan secara maksimal maka jumlah penduduk dan modal yang ada memegang peranan dalam pertumbuhan output. Tetapi pertumbuhan output tersebut akan terhenti apabila seluruh sumber daya alam tersebut telah digunakan secara maksimal.

Kedua, Sumber Daya Manusia; Sumber daya manusia memiliki peran pasif dalam proses pertumbuhan output. Maksudnya adalah, jumlah penduduk akan menyesuaikan dengan kebutuhan akan tenaga kerja dari suatu kelompok masyarakat. Ketiga, Stok Barang Modal;

Stok modal adalah unsur produktif yang dengan aktif menentukan pertumbuhan output. Perannya sangat penting dalam proses pertumbuhan output. Jumlah dan tingkat pertumbuhan output bergantung dari laju pertumbuhan stok modal (sampai batas maksimal dari sumber daya alam).

(49)

b) Pertumbuhan Penduduk

“Menurut Adam Smith, jumlah penduduk meningkat apabila tingkat upah yang berlaku lebih tinggi dari tingkat upah subsisten, yaitu tingkat upah yang standar untuk hidup. Jika tingkat upah diatas subsisten, maka masyarakat akan menikah pada rata-rata usia yang lebih muda, tingkat mortalitas menurun, dan jumlah kelahiran akan meningkat. Sebaliknya jika tingkat upah lebih rendah dari subsisten maka jumlah penduduk akan menurun. Menurut Adam Smith, tingkat upah yang berlaku ditentukan oleh tarik-menarik antara kekuatan permintaan serta penawaran terhadap tenaga kerja.

Tingkat upah yang tinggi dan meningkat jika permintaan terhadap tenaga kerja berkembang lebih cepat daripada penawaran tenaga kerja” (Suryana, 2000)

2) Teori Menurut David Ricardo

Menurut Ricardo, peran kemajuan teknologi dan jumlah modal adalah meningkatkan produktifitas tenaga kerja, yang berakibat bisa menghambat teori ”The Law of Deminishing Return” sehingga dapat menghambat penurunan tingkat hidup (Arsyad, 1997: 55). Ciri teori perekonomian Ricardo menyatakan bahwa penjumlahan modal terjadi apabila tingkat keuntungan yang diperoleh pemilik modal berada di atas tingkat keuntungan minimum yang diperlukan untuk melakukan kegiatan investasi.

David Ricardo mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi terbagi dalam beberapa faktor, yaitu:

a) Sumber daya alam (dalam bentuk tanah) terbatas jumlahnya.

b) Jumlah penduduk menyesuaikan dengan tingkat upah, dengan berada diatas atau dibawah rata-rata upah standar.

c) Sektor pertanian lebih dominan disbanding sektor lain.

(50)

d) Kemajuan teknologi yang selalu terjadi.

David Ricardo juga mengatakan bahwa jumlah faktor tanah (sumber daya alam) tidak dapat bertambah sehingga menjadi pembatas dalam proses pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Teori Ricardo ini diungkapkan pertama kali dalam bukunya yang berjudul “The Principles of Political Economy and Taxation” (1917).

3) Teori Menurut Bruno Hildebrand

Menurut Bruno Hildebrand (1840), pertumbuhan ekonomi dilihat dari alat tukar menukar yang digunakan masyarakat, yaitu:

a) Barter, masa dimana transaksi ekonomi dilakukan dengan tukar-menukar.

b) Jual beli, masa dimana transaksi ekonomi dilakukan dengan suatu alat atau instrumen pembayaran yang sah.

c) Masa transaksi ekonomi dengan menggunakan sistem kredit.

Dari ketiga poin tersebut, dapat diartikan bahwa Bruno Hildebrand melihat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah atau negara bukan melalui segi produksi atau konsumsi, namun melalui segi distribusi.

4) Teori Ekonomi Neo-Klasik

Arsyad (1999) mengatakan bahwa: “Teori ini berkembang berdasarkan analisis terhadap pertumbuhan ekonomi menurut pandangan klasik. Para ekonom yang menjadi perintis dalam mengembangkan teori ekonomi neo-klasik adalah Robert Solow dan Trevor Swan”.

Tambunan (2001) menyatakan: “Dalam teori neo-klasik, pertumbuhan ekonomi tergantung pada tingkat kemajuan teknologi serta pertumbahan penyediaan faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal). Menurut teori neo-klasik, faktor

(51)

produksi yang dianggap sangat mempengaruhi pertumbuhan output adalah jumlah tenaga kerja dan kapital (modal). Modal bisa berbentuk finance atau barang modal. Penambahan jumlah tenaga kerja dan modal dengan faktor produksi lain, seperti tingkat produktivitas dari masing-masing faktor produksi tersebut atau keseluruhan tetap menambah output yang dihasilkan.

Persentase pertumbuhan output bisa lebih besar (increasing return to scale), sama (constant return to scale), atau lebih kecil (decreasing return to scale) dibandingkan persentase pertumbuhan jumlah dari kedua faktor produksi tersebut”.

Tambunan (2001) juga menyatakan bahwa: “Model pertumbuhan yang berdasarkan model pertumbuhan neo-klasik terdapat kelemahan. Model neo-klasik tidak menjelaskan mengapa banyak negara pertumbuhan ekonomi lebih tinggi daripada yang diperkirakan dalam model neo-klasik. Hal ini dapat terjadi karena model pertumbuhan neo-klasik hanya melihat pada satu sumber saja, yaitu kontribusi dari peningkatan jumlah faktor produksi. Sehingga, banyak faktor produksi lain yang tidak dimasukkan ke dalam model neo-klasik, ternyata sangat menentukan laju pertumbuhan ekonomi di banyak negara. Salah satu yang paling penting adalah teknologi.

Dalam model neo-klasik faktor teknologi dianggap konstan sehingga tidak dimasukkan ke dalam model”.

5) Walt Whitman Rostow

Rostow (1960) mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu wilayah terbagi dalam beberapa tahap, yaitu:

a) Tradisional, dimana perekonomian didominasi sektor pertanian.

b) Transisi (pre take-off), dimana terjadinya restrukturisasi tenaga kerja dari pertanian ke industri.

Gambar

Tabel 2.1   Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1  Kerangka Pemikiran
Tabel 3.2  Ketentuan Uji Korelasi
Gambar 4.1  Hasil Uji Normalitas
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tidak ada proses seleksi yang dilakukan, siswa yang medaftar paling awal (cepat) akan mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pembelajaran di TK Jogja Green School dan

Untuk memahami hubungan antara variabel yang diamati, penelitian ini mengusulkan model persamaan struktural, yang menjelaskan efek mediasi dari empati dan efek

Selain berkembang karena terjadi perubahan situasi politik atau juga karena adanya pergantian kepemimpinan nasional, kurikulum juga mengalami revisi seiring dengan

Keberhasilan dalam penelitian ini dapat diketahui berdasarkan rata-rata hasil posttest pada kelas biologi I (eksperimen) mencapai 54,73 dan kelas biologi II

penduduk miskin di perkotaan juga cenderung untuk terus meningkat. Pada umumnya masyarakat miskin perkotaan menjalani pengalaman ke- miskinan yang berbeda dengan

Flowchart sistem ini menggambarkan hubungan antara sistem aplikasi dan sensor curah hujan, dimana sistem akan mengambil informasi data pada curah hujan

Kereta Api Indonesia (persero) divisi regional Sumatera Utara &amp; NAD, dengan pedoman kepada peraturan, ketentuan perusahaan, anggaran pendapatan dan anggaran biaya serta

Jika nilai tegangan referensi dan modulasi serat optik sama besarnya, maka dapat dipastikan intensitas cahaya kedua serat optik tersebut dipantulkan dengan sempurna.. Kasus ini