• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN PERKEBUNAN DI HULU DAS BATANG PANE KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA TESIS. Oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN PERKEBUNAN DI HULU DAS BATANG PANE KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA TESIS. Oleh"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

BATANG PANE KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

TESIS

Oleh

UMMI KALSUM HARAHAP 117004005/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

(2)

BATANG PANE KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program

StudiPengelolaanSumberdayaAlamdanLingkunganpadaSekolahPascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh :

UMMI KALSUM HARAHAP 117004005/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

(3)

JudulTesis: : KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADALAHANPERKEBUNAN DI HULUDAS BATANG PANE KABUPATENPADANG LAWAS UTARA

Nama : UmmiKalsumHarahap

NomorPokok : 117004005

Program Studi : PengelolaanSumberdayaAlamdanLingkungan

Menyetujui:

KomisiPembimbing

(Prof. Dr. Ir. Sumono, MS.

Pembimbing I

)

(Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP.) (Dr. Delvian, SP., MP.

Pembimbing II Pembimbing III

)

Mengetahui:

Ketua Program Studi Direktur,

Dr. Delvian, SP., MP. Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc

Lulus : 20 Januari 2016

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 20 Januari 2016

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Sumono, MS.

Anggota : 1. Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP.

2. Dr. Delvian, SP., MP.

3. Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc., Ph.D.

4. Dr. Budi Utomo, SP., MP.

(5)

PERNYATAAN

“KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE)

PADALAHANPERKEBUNAN DI HULUDAS BATANG PANE KABUPATENPADANGLAWAS UTARA”

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Januari 2016 Penulis,

(Ummi Kalsum Harahap)

(6)

KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE)

PADALAHANPERKEBUNAN DI HULUDAS BATANG PANE KABUPATENPADANG LAWAS UTARA

ABSTRAK

Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Pane berada di Kabupaten Padang Lawas Utara dengan luas sungai 1,839.2 Km², dengan topografi bergunung (70.58%), berbukit (35.15%) dan landai (20.28%). Curah hujan relatif tinggi 2413 mm/thn. Penggunaan lahan di hulu DAS yang seharusnya merupakan kawasan konservasi berubah menjadi kawasan perkebunan dan pertanian, sehingga dapat menyebabkan terjadinya erosi dan banjir.

Penelitianinidilaksanakanpadabulan September hinggaDesember 2013 di hulu DAS Batang Pane di Kecamatan Padang Bolak.Penelitianini menggunakanmetodedeskriptifeksploratifdananalisisstatistik.Penentuan

besarnyaerosimenggunakanmetode prediksi USLE danmetodepetakkecil. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) ditentukan oleh 5 (lima) faktor, intensitas hujan (R);

erodibilitas tanah (K); bentuk lahan (LS); vegetasi (C); dan pengelolaan tanah (P).

Hasilpenelitianmenunjukkannilaierosipada perkebunan kelapa sawit 10.35 ton/ha.thn, perkebunan karet 10.5 ton/ha.thn dan perkebunan cokelat 8.8 ton/ha.thn. Erosi yang ditoleransi pada ketiga penggunaan lahan berkisar antara 19.94 ton/ha.thn sampai 26.76 ton/ha.thn. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) pada ketiga jenis penggunaan lahan dengan kriteria rendah. Dari penelitian dapat

disimpulkan bahwahulu DAS Batang Pane memilikipotensidankelayakanuntukdikembangkansebagaikawasanpenelitiandanpe

mantauanbesarnyaerosi, sebagaibahanpertimbanganutamadalam proses perencanaanpengelolaanperkebunan yang terencanasehinggakelestarian hulu DAS Batang Pane dapatbenar-benarterjaga.

Kata Kunci: DAS Batang Pane, JenisPenggunaanLahan, TeknikKonservasiTanah dan Air, Tingkat BahayaErosi

(7)

EROSION HAZARD ASSESSMENT ON PLANTATION LAND IN THE UPSTREAM WATERSHED BATANG PANE OF

DISTRICT PADANG LAWAS UTARA ABSTRACT

The Upstream Watershed Batang Pane is located in Padang Lawas Utara District with 1,839.2 km² of area, the topography area rather mountainous (70.58%), hilly (35.13%), and flat (20.28%). The rainfall is high with average 2413 mm/year. The upstream watershed should form a conservation area, it became plantation and agriculture area, which can lead to erosion and flooding.

The research was conducted in September until December 2013 in the upstream watershed Batang Pane in Padang Bolak District. The research carried out by using descriptive exploratory survey method and statistical analysis method. The determination amount of erosion by using USLE prediction equation and small plots method. The amount of erosion is determined by five factors, rain intensity (R); soil erodibility (K); landforms (LS); vegetation (C); and land management (P).

The results showed the amount of erosion in palm oil plantation is about 10.35 tons/ha.yr; in rubber plantation 10.5 tons/ha.yr; and in cocoa plantation 8.8 tons/ha.yr. Erosion averaging is allowed on 3 types of land uses between 19.94 tons/ha.yr and 26.76 tons/ha.yr. The erosion hazard level on 3 types of land uses is low. The research concluded that the upstreamwatershed Batang Pane have the potential and feasibility to be developed as aresearch area and monitoring the amount of erosion, the main consideration in plantation management planning process, thus ensuring the sustainability of upstream watershed Batang Pane can be maintained.

Keywords : The Upper Region Watershed Batang Pane, Type of Land Use, Soil and Water Conservation Method, Erosion Hazard Level.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini, yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Tesis yang berjudul “Kajian Tingkat Bahaya Erosi (TBE) pada Lahan Perkebunan di Hulu DAS Batang Pane Kabupaten Padang Lawas Utara”.

Penulisan tesis ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan moril dan materil dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Sumono, MS; Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP; Dr. Delvian, SP, MP selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sejak persiapan penelitian sampai tersusunnya tesis ini;

2. Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc. Ph.D danDr. Budi Utomo, SP, MPselaku Pembanding/Penguji dengan semua saran-sarannya sehingga penulisan tesis ini dirasakan lebih sempurna;

3. Pemerintah Daerah Kabupaten Padang Lawas Utara, khususnya Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah dan Dinas Pertanian beserta staf dan masyarakat Desa Sababangunan Kabupaten Padang Lawas Utara yang telah memberi izin dan tempat penelitian bagi penulis dalam pengumpulan data sebagai bahan tesis dari lokasi tersebut.

4. Ayahanda Ir. Eddy Utama Harahap, SmHK dan ibunda Zuhrah Hasibuan, SH yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan cinta kasih dan selalu memberi dukungan dan motivasi tiada henti di sepanjang hidup penulis.

5. Ricky Efendi Saragih, SE yang selalu ada dalam segala keadaan untuk mendukung penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Semua pihak yang telah membantu penulis baik dukungan moril maupun materil sehingga penelitian dan penulisan tesis dapat diselesaikan dengan baik.

Akhirnya kepada Allah SWT penulis berserah diri dan semoga semua kebaikan dan kerelaan hati yang telah diberikan semua pihak kepada penulis mendapat fadilah yang sesuai. Semoga tesis ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan yang tetap mengalir tiada habis-habisnya sepanjang peradaban umat manusia.

Medan, Januari 2016 Ummi Kalsum Harahap

(9)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada hari Jumat 20 Maret 1987 di Medan (Sumatera Utara), anak pertama dari empat orang bersaudara, orang tua bernama Ir. Eddy Utama Harahap SmHK dan Zuhrah Hasibuan, SH.

Pendidikan yang pernah penulis tempuh adalah, SD Negeri No. 066664 Medan tahun 1993 s/d 1999, SMP Negeri 13 Medan tahun 1999 s/d 2002 dan SMANegeri 8 Medan Jurusan IPA 2002 s/d 2005. Pada tahun yang sama (2005) penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana di Universitas Sumatera Utara Fakultas Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian tahun 2005 s/d 2010. Penulis bekerja di konsultan yang bergerak di bidang Pengembangan SDA dan SDM tahun 2010 s/d 2011. Kemudian pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan dengan mengikuti program S2 di Program studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Universitas Sumatera Utara, (USU) Medan.

(10)

DAFTAR ISI

halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakang ... 1

1.2.RumusanMasalah ... 5

1.3.Batasan Masalah ... 5

1.4. Tujuan Penelitian ... 6

1.5.ManfaatPenelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. LahandanPenggunaanLahan ... 7

2.2. Pengertian DAS ... 8

2.3. ErosidanSedimentasipadaSuatu DAS ... 9

2.3.1.Faktor-Faktor yang MempengaruhiErosi ... 11

2.3.2.DampakdanBencanaErosi ... 22

2.3.3.PengendalianErosi ... 22

2.4. Teknik Konservasi yang dapat Diterapkan di Kawasan Hulu DAS ... 23

2.5. Laju Erosi Ditoleransikan (T) ... 24

2.6. Tingkat BahayaErosi (TBE) ... 25

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1.WaktudanTempatPenelitian ... 26

3.2. AlatdanBahanPenelitian... 26

3.3. ProsedurPenelitian ... 26

3.4. MetodePenelitian ... 27

3.4.1. PengamatanLapangan ... 27

3.4.2. PengukuranLajuErosi yang MasihDapat Ditoleransikan (T) ... 28

3.4.3. Perhitungan (Prediksi) LajuErosiMenggunakan PersamaanUSLE ... 28

3.4.4. PengukuranLajuErosiMenggunakan Metode Petak Kecil ... 28

3.4.5. Tingkat BahayaErosi (TBE) ... 29

3.5. Parameter Penelitian ... 29

3.5.1. Parameter Perhitungan (Prediksi) LajuErosi MenggunakanPersamaan USLE ... 29

3.5.2. Parameter PengukuranLaju Erosi Menggunakan MetodePetakKecil ... 31

(11)

3.6. Analisis Data ... 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Penilaian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Erosi Menggunakan Metode Prediksi USLE ... 33

4.1.1. Faktor Erosivitas Hujan (R) ... 33

4.1.2. Faktorrodibilitas Tanah (K) ... 35

4.1.3. Faktor Topografi (LS) ... 37

4.1.4. Faktor Vegetasi (C) dan Faktor Manusia/Tindakan Konservasi (P) ... 38

4.2. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Erosi . 39

4.3. PengukuranLajuErosi ... 41

4.4. LajuErosiDitoleransikan (T) ... 43

4.5. Tingkat BahayaErosi (TBE) ... 44

4.6. Analisis Perbandingan Besarnya Erosi yang Terjadi pada Ketiga Jenis Penggunaan lahan di hulu DAS Batang Pane .... 46

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 49

5.2. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN ... 54

(12)

DAFTAR TABEL

No. halaman

1. Kemiringan Daerah Kabupaten Padang Lawas Utara ... 4

2. LuasLahandanProduksiTanaman Perkebunan Kelapa Sawit, KaretdanCokelat ... 8

3. KlasifikasiKelasTekstur Tanah... 15

4. HarkatStruktur Tanah ... 15

5. HarkatPermeabilitas Tanah ... 17

6. Bentuk Wilayah danKelasLereng ... 20

7. NilaiFaktorCuntukBerbagaiTindakanKonservasi Tanah ... 20

8. NilaiFaktorPuntukBerbagaiTipePengelolaanTanaman ... 21

9. KriteriaTingkatBahayaErosi ... 25

10. CurahHujanBulanan Rata-rata, HariHujan Rata-rata, Curah Hujan MaksimumSelama 24 Jam, danNilaiErosivitasHujan di Hulu DasBatang Pane Selama 10Tahun (2003-2012) ... 33

11. NilaiFaktorErodibilitas Tanah (K) padaPenggunaanLahan Kelapa Sawit, KaretdanCokelat ... 35

12. Parameter Persamaan Regresi Erosi ... 40

13. NilaiErosiMenggunakanMetode USLE danMetodePetak Kecil ... 42

14. Nilai Laju Erosi yang Ditoleransi pada Lahan Kelapa Sawit, Karet dan Cokelat ... 43

15. Nilai Tingkat BahayaErosi (TBE) MenggunakanMetode Petak Kecil 44 16. Nilai Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Menggunakan Metode USLE ... 45

17. RataanNilaiErosipadaLahan Perkebunan Kelapa Sawit, Karet dan Cokelat ... 45

18. Analisis Kruskal-Wallis pada Ketiga Jenis Penggunaan Lahan ... 46

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. halaman 1. Flowchart PengukuranLajuErosiMenggunakanMetode USLE ... 54 2. Flowchart PengukuranLajuErosiMenggunakanMetode

Petak Kecil ... 55 3. Data CurahHujanSelama 10 Tahun di StasiunHujan Gunungtua ... 56 4. Data CurahHujanMaksimumSelama 10 Tahun di Stasiun Hujan

Gunungtua ... 57 5. Data HariHujanSelama 10 Tahun di StasiunHujan Gunungtua ... 58 6. CurahHujanBulanan Rata-rata, HariHujan Rata-rata, Curah

Hujan MaksSelama 24 jamdanNilaiErosivitas Hujan di Hulu

DAS Batang Pane ... 59 7. PerhitunganErosivitasdari Data yang DiperolehSelama 10 Tahun

di StasiunHujanGunungTua ... 60 8. PerhitunganPrediksiErosipadaLahan Perkebunan Kelapa Sawit

MenggunakanMetode USLE ... 61 9. PerhitunganPrediksiErosipadaLahan Perkebunan Karet

MenggunakanMetode USLE ... 67 10. PerhitunganPrediksiErosipadaLahan Perkebunan Cokelat

MenggunakanMetode USLE ... 73 11. NilaiErosi Tanah padaLahanTanamanKelapaSawit, Karet dan

CokelatSelama 4 BulanMasaPenelitian ... 79 12. PerhitunganNilaiErosiMenggunakanMetodePetak Kecil ... 80 13. NilaiErosiMenggunakan Metode Petak Kecil ... 85 14. NilaiErosidenganMetode USLE Berdasarkan Data Curah Hujan

Selama 10 Tahun ... 86 15. Nilai Tingkat BahayaErosi (TBE) ... 87 16. AnalisisRegresi Linear BergandauntukMenentukan Pengaruh

Faktor-faktorErositerhadapBesarErosi ... 88

(14)

17. AnalisisPerbandinganNilaiErosipadaMasing-masing Tanaman

KelapaSawit, KaretdanCokelat ... 91

18. PetaAdministrasiKabupaten Padang Lawas Utara ... 93

19. PetaRawanBencanaKabupaten Padang Lawas Utara ... 94

20. PetaTutupanLahanKabupaten Padang Lawas Utara ... 95

21. PetaDAS Batang Pane Kabupaten Padang Lawas Utara ... 96

22. Data Curah Hujan Selama 10 Tahun (2003-2012) di Stasiun Hujan Gunungtua Kabupaten Padang Lawas Utara ... 97

23. Kawasan Penelitian pada Penggunaan Lahan Perkebunan Kelapa Sawit, Karet dan Cokelat ... 99

(15)

KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE)

PADALAHANPERKEBUNAN DI HULUDAS BATANG PANE KABUPATENPADANG LAWAS UTARA

ABSTRAK

Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Pane berada di Kabupaten Padang Lawas Utara dengan luas sungai 1,839.2 Km², dengan topografi bergunung (70.58%), berbukit (35.15%) dan landai (20.28%). Curah hujan relatif tinggi 2413 mm/thn. Penggunaan lahan di hulu DAS yang seharusnya merupakan kawasan konservasi berubah menjadi kawasan perkebunan dan pertanian, sehingga dapat menyebabkan terjadinya erosi dan banjir.

Penelitianinidilaksanakanpadabulan September hinggaDesember 2013 di hulu DAS Batang Pane di Kecamatan Padang Bolak.Penelitianini menggunakanmetodedeskriptifeksploratifdananalisisstatistik.Penentuan

besarnyaerosimenggunakanmetode prediksi USLE danmetodepetakkecil. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) ditentukan oleh 5 (lima) faktor, intensitas hujan (R);

erodibilitas tanah (K); bentuk lahan (LS); vegetasi (C); dan pengelolaan tanah (P).

Hasilpenelitianmenunjukkannilaierosipada perkebunan kelapa sawit 10.35 ton/ha.thn, perkebunan karet 10.5 ton/ha.thn dan perkebunan cokelat 8.8 ton/ha.thn. Erosi yang ditoleransi pada ketiga penggunaan lahan berkisar antara 19.94 ton/ha.thn sampai 26.76 ton/ha.thn. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) pada ketiga jenis penggunaan lahan dengan kriteria rendah. Dari penelitian dapat

disimpulkan bahwahulu DAS Batang Pane memilikipotensidankelayakanuntukdikembangkansebagaikawasanpenelitiandanpe

mantauanbesarnyaerosi, sebagaibahanpertimbanganutamadalam proses perencanaanpengelolaanperkebunan yang terencanasehinggakelestarian hulu DAS Batang Pane dapatbenar-benarterjaga.

Kata Kunci: DAS Batang Pane, JenisPenggunaanLahan, TeknikKonservasiTanah dan Air, Tingkat BahayaErosi

(16)

EROSION HAZARD ASSESSMENT ON PLANTATION LAND IN THE UPSTREAM WATERSHED BATANG PANE OF

DISTRICT PADANG LAWAS UTARA ABSTRACT

The Upstream Watershed Batang Pane is located in Padang Lawas Utara District with 1,839.2 km² of area, the topography area rather mountainous (70.58%), hilly (35.13%), and flat (20.28%). The rainfall is high with average 2413 mm/year. The upstream watershed should form a conservation area, it became plantation and agriculture area, which can lead to erosion and flooding.

The research was conducted in September until December 2013 in the upstream watershed Batang Pane in Padang Bolak District. The research carried out by using descriptive exploratory survey method and statistical analysis method. The determination amount of erosion by using USLE prediction equation and small plots method. The amount of erosion is determined by five factors, rain intensity (R); soil erodibility (K); landforms (LS); vegetation (C); and land management (P).

The results showed the amount of erosion in palm oil plantation is about 10.35 tons/ha.yr; in rubber plantation 10.5 tons/ha.yr; and in cocoa plantation 8.8 tons/ha.yr. Erosion averaging is allowed on 3 types of land uses between 19.94 tons/ha.yr and 26.76 tons/ha.yr. The erosion hazard level on 3 types of land uses is low. The research concluded that the upstreamwatershed Batang Pane have the potential and feasibility to be developed as aresearch area and monitoring the amount of erosion, the main consideration in plantation management planning process, thus ensuring the sustainability of upstream watershed Batang Pane can be maintained.

Keywords : The Upper Region Watershed Batang Pane, Type of Land Use, Soil and Water Conservation Method, Erosion Hazard Level.

(17)

I. PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang

Pertambahan penduduk dan bentuk kegiatannya akan mengakibatkan bertambahnya tekanan kepada sumber daya lahan. Sering kita menemukan daerah berbukit dan terjal yang merupakan kawasanl indung digunakan penduduk menjadi areal pertanian tanpa menggunakan masukan agroteknologi yang sesuai.

Tekanan ini menyebabkan pola penggunaan lahan dan proporsi lahan untuk pertanian bertambah besar sementara wilayah kawasan lindung dan konservasi menjadi berkurang (Rangkuti, 2010).

Kegiatan eksploitasi sumberdaya lahan di kawasan DAS akan mengakibatkan terganggunya kelestarian sumberdaya lahan yang pada akhirnya akan mengakibatkan degradasi lahan. Peningkatan degradasi lahan akan mengakibatkan fungsi hidrologis dari DAS tersebut tidak berjalan dengan baik yang dicirikan dengan terjadinya fluktuasi debit aliran permukaan yang tinggi, peningkatan laju erosi, dan sedimentasi. Hal tersebut menyebabkan terjadinya banjir pada musim hujan, kelangkaan air pada musim kemarau, dan mempercepat proses pendangkalan sungai dan waduk, sehingga umur teknis DAS tersebut menjadi berkurang dan biaya pemeliharaan semakin meningkat (Londongsalu, 2008).

Erosi tanah (soil erosion) merupakan kejadian alam yang pasti terjadi di permukaan daratan bumi. Besarnya erosi sangat tergantung dari faktor-faktor alam di tempat terjadinya erosi tersebut, akan tetapi saat ini manusia juga berperan penting atas terjadinya erosi. Adapunf aktor-faktor alam yang mempengaruhi

(18)

erosi adalah erodibilitas tanah, karakteristik landskap dan iklim. Akibat dari adanya pengaruh manusia dalam proses peningkatan laju erosi seperti pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya dan/atau pengelolaan lahan yang tidak didasari tindakan konservasi tanah dan air menyebabkan perlunya dilakukan suatu prediksi laju erosi tanah sehingga bias dilakukan suatu manajemen lahan. Manajemen lahan berfungsi untuk memaksimalkan produktivitas lahan dengan tidak mengabaikan keberlanjutan dari sumber daya lahan (As-syakur, 2008).

Daerah Aliran Sungai Batang Pane merupakan salah satu DAS di Indonesia yang telah mengalami degradasi dalam sepuluh tahun terakhir ini, namun belum ada penanganan dan perhatian secara serius baik dari pemerintah setempat maupunm asyarakat. Kawasan hulu DAS yang seharusnya merupakan kawasan hutan lindung mengalami alih fungsi menjadi kawasan perkebunan rakyat dan pemukiman penduduk, sedangkan DAS Batang Pane memiliki suatu peran dan fungsi yang sangat strategis yaitu sebagai penopang perekonomian dan fungsi ekologis (lingkungan) terutama wilaya hKabupaten Padang Lawas Utara dan sekitarnya. Berbagai tipe penggunaan lahan yang terdapat di sepanjang DAS Batang Pane berupa perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet milik rakyat, bambu, dan tanaman jenis sayur-sayuran. Adapun tindakan konservasi yang telah dilakukan masih berupa pembuatan teras secara tradisional pada daerah hilir sungai, namun kondisi teras sudah mulai rusak, disamping itu kondisi topografi sungai dengan kemiringan lereng yang relatif curam dan merata di sepanjang pinggiran sungai menyebabkan besarnya tingkat bahaya erosi yang terjadi,

(19)

Sehingga pengendalian erosi dan sedimentasi menjadi prioritas penanganan pengelolaan DAS Batang Pane (Padang Lawas Utara dalamAngka, 2012).

Kawasan DAS Batang Pane terletak di Kabupaten Padang Lawas Utara pada posisi 10°13’50”-20°2’32” Lintang Utara dan 99°20’44”-100°19’10” Bujur Timur dengan luas sungai 1.839,2 Km². DAS Batang Pane melintasi 2 kecamatan di Kabupaten Padang Lawas Utara, yaitu Kecamatan Padang Bolak yang memiliki luas 792,14 Km² atau sekitar 20,22 % dari luas wilayah Kabupaten Padang Lawas Utara (dengan ketinggian 102 m DPL) dan Kecamatan Portibi dengan luas daerah 142,35 Km² atau sekitar 3,63 % dari luas Kabupaten Padang Lawas Utara (dengan ketinggian 67 mDPL)(Padang Lawas Utara Dalam Angka, 2012).

Secara topografis wilayah Padang Lawas Utara didominasi oleh kemiringan lahan bergunung yaitu 174.719 Ha atau 44,59 % dari luas daerah dan diikuti dengan topografi berbukit yaitu seluas 137.640 Ha atau 35,13 % serta topografi datar dan landai seluas 79.446 Ha atau 20,28 % dari luas daerah.Dengan demikiankondisi faktual topografi daerah Kabupaten Padang Lawas Utara 20,28

% dengan topografi datar dan landai secara garis besar sesuai untuk pengembangan budi daya pertanian tanaman pangan dan hortikultura dan 35,13 % dengan topografi berbukit secara ideal sesuai untuk pengembangan budidaya perkebunan tanaman keras dan 44,59 % lainnya dengan topografi bergunung secara ideal pengembangannya berfungsi sebagai hutan lindung(Padang Lawas Utara Dalam Angka, 2012). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

(20)

Tabel 1. Kemiringan Daerah Kabupaten Padang Lawas Utara

NO KECAMATAN

KEMIRINGAN (Ha) 0%- JLH

2% 2%-8% 9%-5% 16%-5% 26%- 40%

40%

Keatas

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Hulu Sihapas 67 488 201 879 2.188 4.475 8.298

2 Batang Onang 60 1.17 1.515 253 5.632 20.039 28.669

3 Pd. Bolak Julu - 162 - 3.103 - 21.068 24.333

4 Padang Bolak 1.302 14.926 3.439 16.162 2.827 40.558 79.214

5 Portibi 4.396 2.147 - 7.279 - 413 14.235

6 Halongonan 378 17.3 4.372 18.585 - 16.291 56.926

7 Simangambat 11.435 9.004 1.063 72.243 - 9.923 103.668

8 Dolok 316 - 4.49 3.095 935 40.409 49.245

9 D. Sigompulon - 525 690 334 1.117 21.543 27.217

JUMLAH 17.954 45.722 15.77 124.941 12.699 174.719 391.805 PERSENTASE 4,59% 11,67% 4,02% 31,89% 3,24% 44,59% 100%

Sumber: Bappelitbang dan Pemod Kabupaten Padang Lawas Utara (2012).

1. 0% - 15% : datar dan landai 79.446 Ha (20,28%) Keterangan:

2. 16% - 39% : berbukit 137.640 Ha (35,13 %) 3. Diatas 40% : bergunung 174.719 Ha (44,59%)

Kawasan DAS Batang Pane termasuk daerah dengan kondisi topografi yang digolongkan dalam kondisi agak curam hingga curam. Sebagian daerah berbukit dengan kemiringan curam, berbukit dan bergunung. Hal ini sesungguhnya sangat tidak memungkinkan untuk diolah menjadi lahan pertanian tanpa menerapkan pola konservasi tanah (P). Di samping terjadinya erosi pada DAS Batang Pane akibat alih fungsi menjadi lahan tanaman budidaya, khususnya tanaman industri juga akan mengakibatkan penyempitan aliran DAS pada bagian hilir DAS Batang Pane akibat sedimen yang terbawa aliran permukaan dan mengendap, sehingga jika terjadi hujan lebat di bagian hulu akan mengakibatkan banjir pada bagian hilir.

Kabupaten Padang Lawas Utara memiliki iklim tropis dengan suhu bisa mencapai 34,2°C dengan suhu minimal mencapai 17,6°C. Sebagaimana musim di Indonesia pada umumnya, Kabupaten Padang Lawas Utara mempunyai musim

(21)

kemarau dan musim penghujan.Musim kemarau biasanya terjadi pada Bulan April sampai dengan Bulan Juni dan musim penghujan biasanya terjadi pada Bulan Oktober sampai dengan Bulan Desember, diantara kedua musim itu diselingi dengan musim pancaroba (Padang Lawas Utara Dalam Angka, 2012).

1.2. RumusanMasalah

Rumusan masalah yang dapat dijadikan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Seberapa besar erosi yang ditoleransikan (T) pada lahan perkebunan kelapa sawit, karet dan cokelat di hulu DAS Batang Pane.

2. Seberapa besar Tingkat Bahaya Erosi (TBE) yang terjadi pada lahan perkebunan kelapa sawit, karet dan cokelat di hulu DAS Batang Pane.

3. Bagaimana perbandingan nilai erosi pada lahan perkebunan kelapa sawit, karet dan cokelat di hulu DAS Batang Pane.

1.3. Batasan Masalah

Tingginya eksploitasi lahan di hulu DAS Batang Pane menyebabkan terjadinya pergeseran fungsi yang pada hakikatnya hulu DAS merupakan kawasan konservasi berubah menjadi kawasan perkebunan dan pemukiman penduduk sehingga kualitas tanah di hulu DAS Batang Pane menurun dan menyebabkan erosi, sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini parameter yang akan diukur dan diteliti berupa Tingkat Bahaya Erosi (TBE) pada lahan perkebunan yang paling dominan dibudidayakan di hulu DAS Batang Pane yaitu perkebunan kelapa sawit, karet dan cokelat, kemudian dihitung nilai erosi yang masih dapat ditoleransi untuk mengetahui kelayakan tingkat bahaya erosi di hulu DAS Batang Pane,

(22)

sehingga dapat diketahui jenis tanaman yang memiliki dampak paling besar terhadap proses erosi yang terjadi di hulu DAS Batang Pane.

1.4. TujuanPenelitian

Tujuan dari penelitian ini diantaranya:

1. Mengetahui besar erosi yang ditoleransikan (T) pada lahan perkebunan kelapas awit, karet dan cokelat di hulu DAS Batang Pane.

2. Mengetahui besar Tingkat Bahaya Erosi (TBE) pada lahan perkebunan kelapa sawit, karet dan cokelat di hulu DAS Batang Pane.

3. Mengetahui perbandingan nilai erosi pada lahan perkebunan kelapa sawit, karet dan cokelatd i hulu DAS Batang Pane.

1.5. ManfaatPenelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumber informasi bagi pihak yang berkepentingan mengenai tingkat bahaya erosi pada penggunaan lahan perkebunan, khususnya perkebunan kelapa sawit, karet dan cokelat secara berkelanjutan, sehingga dapat ditentukan tindakan penanggulangan erosi yang lebih tepat dalam mencapai tujuan kelestarian kawasan DAS yang berkesinambungan dengan kesejahteraan masyarakat di kawasan DAS tersebut.

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lahan dan Penggunaan Lahan

Lahan adalah suatu lingkungan fisik terdiri atas tanah, iklim, relief, hidrologi, vegetasi, dan benda-benda yang ada di atasnya yang selanjutnya semua faktor-faktor tersebut mempengaruhi penggunaan lahan.Termasuk di dalamnya juga hasil kegiatan manusia, baik masa lampau maupun sekarang, sedangkan penggunaan lahan (land use) dapat diartikan sebagai setiap bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual (FAO. 1975, dalam Arsyad, 1989).

Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar, yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian.Penggunaan lahan pertanian dibedakan secara garis besar ke dalam macam penggunaan lahan berdasarkan penyediaan air dan lahan yang diusahakan.Berdasarkan hal itu dikenal macam penggunaan lahan seperti sawah, tegalan, kebun, kebun campuran, lalang, perkebunan dan hutan. Penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan ke dalam penggunaan kota atau desa (pemukiman), industri, rekreasi dan sebagainya (Arsyad, 2000).

Penggunaan lahan di Kabupaten Padang Lawas Utara berupa pertanian, perkebunan rakyat, perkebunan pemerintah dan perkebunan swasta. Kegiatan perkebunan merupakan subsektor penyumbang pendapatan daerah yang cukup besar. Komoditi utama dari kegiatan perkebunan di Padang Lawas Utara adalah kelapa sawit, karet, kelapa, cokelat, tembakau, aren dan pinang. Komoditi hasil perkebunan yang paling penting di Kabupaten Padang Lawas Utara adalah kelapa

(24)

sawit dan karet.Luas penyebaran penggunaan lahan perkebunan dan hasil produksi pada tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Lahan dan Produksi Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit, Karet dan Cokelat

Jenis Tanaman

Luas lahan di

Kabupaten Paluta Produksi

Luas lahan di

DAS (%)

Produksi

di DAS (%)

(Ha) (ton) (Ha) (ton)

Kelapa

Sawit 25.722 60.130,3 7.775 30.23 20.15 0.03 Karet 38.866 38.023 9.528 24.52 9.393 24.7 Cokelat 19.453 23.142 2.498 12.84 2.971 12.8

Sumber : Dinas Perkebunan dan Kehutanan Paluta (2011).

2.2. Pengertian DAS

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah bentang lahan yang dibatasi oleh pembatas topografi (Topography devide) yang mengalirkan air kepada satu titik (danau atau laut) dan merupakan kesatuan ekosistem yang unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam berupa tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya manusia (aspek sosial kultural) sebagai pelaku pemanfaat sumberdaya alam tersebut yang saling mempengaruhi secara sistematis (Hidayat, 2011), sedangkan menurut Asdak (1995) DAS adalah suatu wilayah daratan yang menerima, menampung dan menyimpan untuk kemudian menyalurkan ke laut atau danau melalui satu sungai utama. Dengan demikian, akan dipisahkan dari wilayah DAS lain di sekitarnya oleh batas alam (topografi) berupa bukit atau gunung, sehingga seluruh wilayah daratan habis berbagi ke dalam unit-unit Daerah Aliran Sungai (DAS).

Seyhan (1993) menyatakan bahwa karakteristik DAS disusun dari faktor- faktor yang bersifat statis (relatif sulit berubah), antara lain hujan sebagai masukan utama, morfometri, dan geologi; dan faktor yang bersifat dinamis

(25)

(cenderung mudah berubah), yaitu penggunaan lahan yang mencakup pengelolaan vegetasi, tanah, dan relief, secara menyeluruh dari hulu sampai hilir. Dengan demikian, karakteristik DAS merupakan bahan baku utama bagi pengelola untuk melakukan rangkaian pendekatan perencanaan, pelaksanaan maupun pemantauan, dan evaluasi pengelolaan DAS secara efektif dan efisien, disamping memberikan peringatan dini terhadap kemungkinan terjadinya bencana alam pada setiap tingkatan pengelolaan DAS (Paimin, 2005).

Antoko et al (2005) menyatakan bahwa potensi permasalahan yang ada pada suatu kawasan DAS merupakan suatu bentuk ancaman bagi kawasan tersebut jika tidak diikuti dengan adanya upaya-upaya antisipasi, baik pada sistem hidrologi maupun masukan terhadap lahan. Sifat alami yang sudah terdapat pada wilayah penelitian dan bersifat relatif statis (sulit untuk berubah), seperti geologi yang didominasi oleh batuan, sistem lahan yang dominan perbukitan, lereng yang curam antara 40-60% serta curah hujan yang relatif tinggi akan berpotensi menyebabkan terjadinya bencana alam, seperti tanah longsor dan banjir bandang jika penggunaan lahan dan kegiatan manusia tidak mendukung upaya mitigasi bencana yang akan terjadi.

2.3. Erosi dan Sedimentasi pada Suatu DAS

Erosi dan sedimentasi merupakan proses penting dalam pembentukan suatu daerah aliran sungai (DAS) serta memiliki konsekuensi ekonomi dan lingkungan yang penting di DAS tersebut. Erosi dan sedimentasi secara alami akan mempengaruhi pembentukan landskap suatu DAS dan sebaliknya bentuk dan kondisi fisik suatu DAS akan sangat berpengaruh terhadap laju erosi dan sedimentasi (Linsley, dkk, 1996).

(26)

Pengukuran besarnya erosi dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya pengamatan perubahan permukaan tanah, pengukuran langsung dengan percobaan, penggunaan peta topografi dan foto udara, ataupun pendekatan melalui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap erosi. Pengukuran erosi secara langsung di lapangan pada DAS yang besar banyak mengalami kendala diantaranya dibutuhkan waktu dan biaya yang tinggi, beberapa daerah sulit dijangkau secara terrestrial, dan pengukurannya selalu tergantung dari iklim (Nuarsa, 1998).

Menurut Asdak (2002), proses erosi terdiri atas tiga bagian yang berurutan: pengelupasan (detachment), pengangkutan (transportation), dan pengendapatan (sedimentation). Erosi permukaan (tanah) disebabkan oleh air hujan dan juga dapat terjadi karena tenaga angin dan salju. Beberapa tipe erosi permukaan yang umum dijumpai di daerah tropis adalah:

a. Erosi percikan adalah proses terkelupasnya partikel-partikel tanah bagian atas oleh tenaga kinetic air hujan bebas atau sebagai air lolos

b. Erosi kulit adalah erosi yang terjadi ketika lapisan tipis permukaan tanah di daerah berlereng terkikis oleh kombinasi air hujan dan air aliran (runoff) c. Erosi alur adalah pengelupasan yang diikuti dengan pengangkutan

partikel-partikel tanah oleh aliran air larian yang terkonsentrasi di dalam saluran-saluran air

d. Erosi selokan/parit adalah erosi yang membentuk jajaran parit yang lebih dalam dan lebar serta merupakan tingkat lanjutan dari erosi alur

e. Erosi tebing sungai adalah pengikisan tanah pada tebing-tebing sungai dan penggerusan dasar sungai oleh aliran air sungai.

(27)

2.3.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Erosi

Schwab et al(1981) dalam Sutiyono (2006) mengemukakan empat faktor yang mempengaruhi erosi yang dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut:

𝐸𝐸 = 𝑓𝑓(𝑖𝑖, 𝑟𝑟, 𝑣𝑣, 𝑠𝑠, 𝑚𝑚) dimana:

E = erosi v = vegetasi

i = iklim s = tanah

r = topografi m = manusia

a. Faktor Iklim

Di daerah beriklim basah, faktor iklim yang menyebabkan terdispersinya agregat tanah, aliran permukaan dan erosi adalah hujan (Sinukaban, 1986).Menurut Arsyad (1989), besarnya curah hujan serta intensitas dan distribusi butir hujan menentukan kekuatan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kecepatan aliran permukaan, dan erosi. Air yang jatuh menimpa tanah-tanah terbuka akan menyebabkan tanah terdispersi, selanjutnya sebahagian dari air hujan yang jatuh tersebut akan mengalir di atas permukaan tanah. Banyaknya air yang mengalir di atas permukaan tanah tergantung pada kemampuan tanah untuk menyerap air (kapasitas infiltrasi).

Besarnya hujan adalah volume air yang jatuh pada suatu areal tertentu.Oleh karena itu, besarnya curah hujan dapat dinyatakan dalam meter kubik per satuan luas atau secara lebih umum dinyatakan dalam tinggi air yaitu milimeter.Besarnya curah hujan dapat dimaksudkan untuk satu kali hujan atau masa tertentu seperti per hari, per bulan, per tahun atau per musim.

(28)

b. Faktor Topografi

Lereng yang lebih curam, selain memerlukan tenaga dan biaya yang lebih besar dalam penyiapan dan pengelolaan, juga menyebabkan lebih sulitnya pengaturan air dan lebih besar masalah erosi yang dihadapi. Di samping itu, lereng-lereng dengan bentuk yang seragam dan panjang memerlukan pengelolaan yang berbeda dengan lereng-lereng pada kemiringan yang sama, tetapi mempunyai bentuk yang tidak seragam dan pendek. Pada lereng yang panjang dan seragam, air yang mengalir di permukaan tanah akan terkumpul di lereng bawah sehingga makin besar kecepatannya daripada di lereng bagian atas. Akibatnya tanah lereng bagian bawah mengalami erosi lebih besar daripada lereng bagian atas, sebaliknya lereng yang panjang dan tidak seragam biasanya diselingi oleh lereng datar dalam jarak pendek.Akibatnya aliran air yang terkumpul di lereng bawah tidak begitu besar dan erosi yang terjadi lebih kecil dibandingkan dengan lereng yang panjang dan seragam (Arsyad, 1989).

• Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat atau persen.Dua titik yang berjarak horizontal 100 m yang mempunyai selisih tinggi 10 m membentuk lereng 10%.Kecuraman lereng 100% sama dengan kecuraman 45º. Dengan makin curamnya lereng, jumlah butir-butir tanah yang terpercik oleh tumbukan butir hujan semakin banyak (Sinukaban, 1986).

• Panjang Lereng

Panjang lereng dihitung mulai dari titik pangkal aliran permukaan sampai suatu titik air masuk ke dalam saluran atau sungai.Semakin banyak air

(29)

yang mengalir maka semakin besar kecepatannya sehingga di bagian bawah lereng mengalami erosi lebih besar daripada di bagian atas.Akibatnya adalah tanah-tanah di bagian bawah lereng mengalami erosi lebih besar daripada bagian atas.Makin panjang lereng permukaan tanah, makin tinggi potensial erosi(Wischmeier and Smith, 1978).

c. Faktor Vegetasi

Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dapat dibagi dalam lima bagian, yakni (a) intersepsi hujan oleh tajuk tanaman, (b) mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air, (c) pengaruh akar dan kegiatan-kegiatan biologi yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif, (d) pengaruhnya terhadap stabilitas struktur dan porositas tanah, dan (e) transpirasi yang mengakibatkan kandungan air berkurang (Arsyad, 2000).

Pola pertanaman dan jenis tanaman yang dibudidayakan sangat berpengaruh terhadap erosi dan aliran permukaan karena berpengaruh terhadap penutupan tanah dan produksi bahan organik yang berfungsi sebagai pemantap tanah. Menurut Sinukaban (1986) pergiliran tanaman terutama dengan tanaman pupuk hijau atau tanaman penutup tanah lainnya, merupakan cara konservasi tanah yang sangat penting. Tujuannya adalah memberikan kesempatan pada tanah untuk mengimbangi periode pengerusakan tanah akibat penanaman tanaman budidaya secara terus-menerus.Keuntungan dari pergiliran tanaman adalah mengurangi erosi karena kemampuannya yang tinggi dalam memberikan perlindungan oleh tanaman, memperbaiki struktur tanah karena sifat perakaran, dan produksi bahan organik yang tinggi.

(30)

d. FaktorTanah

Berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi yang berbeda- beda.Kepekaan erosi tanah adalah mudah tidaknya tanah tererosi yang merupakan fungsi dari berbagai interaksi sifat-sifat fisika dan kimia tanah.Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan erosi adalah (1) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi; (2) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap dispersi dan pengikisan oleh butir-butir hujan yang jatuh dan aliran permukaan (Barus, 2010).

Menurut Arsyad (2000), ada beberapa sifat tanah yang mempengaruhi erosi, diantaranya:

• Tekstur Tanah

Tekstur adalah ukuran tanah dan proporsi kelompok ukuran butir-butir primer bagian mineral tanah.Tanah-tanah bertekstur kasar seperti pasir dan pasir berkerikil mempunyai kapasitas infiltrasi yang tinggi. Tanah-tanah bertekstur pasir halus juga mempengaruhi kapasitas infiltrasi cukup tinggi, akan tetapi jika terjadi aliran permukaan, butir halus akan mudah terangkut. Tanah-tanah yang mengandung liat dalam jumlah yang tinggi dapat tersuspensi oleh butir-butir hujan yang jatuh menimpanya dan pori- pori lapisan permukaan akan tersumbat oleh butir-butir liat tersebut.

Harjadi (1997) mengatakan bahwa tekstur tanah berpengaruh pada erodibilitas tanah yaitu semakin kasar tekstur tanah, maka nilai Kakan semakin besar yang berarti bahwa semakin tinggi nilai K maka tanah tersebut akan semakin peka terhadap erosi. Klasifikasi kelas tekstur tanah dapat dilihat pada Tabel 3.

(31)

Tabel 3. Klasifikasi Kelas Tekstur Tanah

No. Tekstur Pasir (%) Debu (%) Liat (%)

1 Pasir 85 - 100 0 - 15 0 - 10

2 Lempung liat berpasir 45 - 80 0 - 28 20 - 35 3 Pasir berlempung 70 - 90 0 - 39 20 - 35 4 Lempung berpasir 43 - 80 0 - 50 0 - 20

5 Lempung 23 - 52 28 - 50 7 - 27

6 Lempung berdebu 0 - 50 50 - 88 0 - 27

7 Debu 0 - 20 88 - 100 0 - 12

8 Lempung liat berdebu 0 - 20 40 - 73 27 - 40 9 Lempung berliat 20 - 45 15 - 53 27 - 40 10 Liat berpasir 45 - 65 0 - 20 35 - 45 11 Liat berdebu 0 - 20 40 - 60 40 - 60

12 Liat 0 - 45 0 - 40 40 - 100

Sumber: Arsyad (2006).

• Struktur Tanah

Menurut Sarief (1989) struktur tanah merupakan ikatan butir primer kedalam butiran sekunder atau agregat.Terdapat dua aspek struktur yang penting dalam hubungannya dengan erosi.Pertama adalah sifat-sifat fisika- kimia liat yang menyebabkan terjadinya flokulasi dan yang kedua adalah adanya bahan pengikat butir-butir primer sehingga terbentuk agregat yang mantap.Harkat struktur tanah dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Harkat Struktur Tanah

No. Kode Struktur Tanah Harkat

1 Granular sangat halus 1

2 Granular halus 2

3 Granular sedang sampai kasar 3

4 Gumpal, lempeng, pejal 4

Sumber: Arsyad (2006).

• Bahan Organik

Menurut Winarso (2005), bahan organik tanah merupakan sisa-sisa tanaman dan hewan di dalam tanah pada berbagai pelapukan. Banyaknya bahan organik yang terdapat di dalam tanah akan menentukan tingkat

(32)

kesuburan serta kondisi fisik maupun kimiawi tanah. Bahan organik tanah itu sendiri dapat mempengaruhi nilai K karena terkait dengan fungsi bahan organik sebagai bahan perekat tanah dalam pembentukan agregat tanah.Bahan organik berupa daun, ranting dan sebagainya yang belum hancur yang menutupi permukaan tanah merupakan pelindung tanah terhadap kekuatan perusak butir-butir hujan yang jatuh.Bahan organik yang telah mulaimengalami pelapukan mempunyai kemampuan menyerap dan menahan air yang tinggi.Pengaruh bahan organik dalam mengurangi aliran permukaan terutama berupa perlambatan aliran permukaan, peningkatan infiltrasi dan pemantapan agregat tanah.

• Kedalaman Tanah

Tanah-tanah yang dalam dan permeable kurang peka terhadap erosi daripada tanah yang permeable, tetapi dangkal.Kedalaman tanah sampai lapisan kedap air menentukan banyaknya air yang dapat diserap tanah dan dengan demikian mempengaruhi besarnya aliran permukaan.

• Sifat Lapisan Bawah

Sifat lapisan bawah tanah yang menentukan kepekaan erosi tanah adalah permeabilitas lapisan tersebut.Permeabilitas merupakan kemampuan tanah untuk dilewati lengas tanah.Permeabilitas dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah.Tanah yang lapisan bawahnya berstruktur granular dan permeable kurang peka terhadap erosi dibandingkan dengan tanah yang lapisan bawahnya padat dan permeabilitasnya rendah.Harkat permeabilitas tanah dapat dilihat pada Tabel 5.

(33)

Tabel 5. Harkat Permeabilitas Tanah

No. Kelas Kecepatan Permeabilitas Tanah Harkat 1 Sangat lambat (<0,5 cm/jam) 6

2 Lambat (0,5-2,0 cm/jam) 5

3 Lambat sampai sedang (2,0-6,3 cm/jam) 4

4 Sedang (6,3-12,7 cm/jam) 3

5 Sedang sampai cepat (12,7-25,4 cm/jam) 2

6 Cepat (0.25,4 cm/jam) 1

Sumber: Arsyad (2006).

• Kesuburan Tanah

Perbaikan kesuburan tanah akan memperbaiki pertumbuhan tanaman.

Pertumbuhan tanaman yang lebih baik akan memperbaiki penutupan tanah yang lebih baik dan lebih banyak sisa tanaman yang kembali ke tanah setelah panen.

• Kepekaan Erosi

Kepekaan erosi tanah harus merupakan pernyataan keseluruhan sifat-sifat tanah dan bebas dari pengaruh faktor-faktor penyebab erosi lainnya.

Menurut Hudson (1992), kepekaan erosi didefinisikan sebagai mudah tidaknya tanah untuk tidak tererosi. Kepekaan erosi tanah menunjukkan besarnya erosi yang terjadi dalam ton tiap hektar tiap tahun indeks erosi hujan, dari tanah yang terletak pada keadaan baku (standard). Tanah dalam keadaan standar adalah tanah yang terbuka tidak ada vegetasi sama sekali terletak pada lereng 9 % dengan bentuk lereng yang seragam dengan panjang lereng 22 meter atau 72,6feet.

e. Faktor Manusia atau Tindakan Konservasi

Pada akhirnya manusia juga yang menentukan apakah tanah yang diusahakannya akan rusak dan tidak produktif atau menjadi baik dan produktif secara lestari. Banyak faktor yang menentukan apakah manusia akan

(34)

memperlakukan dan merawat serta mengusahakan tanahnya secara bijaksana sehingga menjadi lebih baikdan dapat memberikan pendapatan yang cukup untuk jangka waktu yang tidak terbatas.

Dengan demikian, prediksi erosi pada sebidang tanah dapat dilakukan menggunakan model yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith (1978 dalam Arsyad, 2006) yang diberi namaUniversal Soil Loss Equation (USLE) dengan persamaan sebagai berikut:

A = R.K.LS.C.P ... (1) Masing-masing faktor tersebut akan ditentukan nilainya dengan cara sebagai berikut:

• Faktor erosivitas hujan (R)

Data curah hujan dari stasiun pengamatan hujan. Data curah hujan ini digunakan untuk mengetahui faktor erosivitas hujan (R) melalui persamaan Bols (1978):

𝑅𝑅 = ∑ (𝐸𝐸𝐸𝐸12𝑖𝑖=1 30)𝑖𝑖 ... (2) dimana:

𝐸𝐸𝐸𝐸30 = 6,119(𝐶𝐶𝐶𝐶)1,21. (𝐶𝐶𝐶𝐶)−0,47. (𝑃𝑃. 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀)0,53 ... (3) CH : rata-rata curah hujan bulanan (cm)

HH : jumlah hari hujan per bulan (days)

PMax : curah hujan maks selama 24 jam pada bulan yang bersangkutan

• Faktor erodibilitas tanah (K)

Faktor erodibilitas tanah atau faktor kepekaan erosi tanah dihitung dengan persamaan Wischmeier dan Smith (1978):

𝐾𝐾 =2,713𝑀𝑀[1,14](10)[−4](12−𝑀𝑀)+3,25(𝑏𝑏−2)+2,5(𝑐𝑐−3)

100 ... (4)

(35)

dimana:

K : faktor erodibilitas tanah M : ukuran partikel yaitu

(% debu + % pasir sangat halus)×(100 - % liat) ... (5) jika data yang tersedia hanya data % debu, % pasir, dan % liat, maka

% pasir sangat halus diperoleh dari 20% dari % pasir (Sinukaban, 1986 dalam Girsang, 1998).

a : bahan organik tanah (% C x 1,724) ... (6) b : kode struktur tanah (Tabel 4)

c : kode permeabilitas profil tanah (Tabel 5)

• Faktor topografi (LS)

Faktor ini merupakan gabungan antara pengaruh panjang dan kemiringan lereng.Faktor S adalah rasio kehilangan tanah per satuan luas di lapangan terhadap kemiringan lereng ≥ 5%. Persamaan yang diusulkan oleh Gregory et al. (1977) dapat digunakan untuk menghitung LS:

𝑇𝑇 = (22,1𝑙𝑙𝑀𝑀 )𝑚𝑚. 𝐶𝐶. (𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠 ∝)1,503. 0,5(𝑠𝑠𝑖𝑖𝑠𝑠 ∝)1,249+ (𝑠𝑠𝑖𝑖𝑠𝑠 ∝)2,249 ... (7) dimana:

T : faktor topografi/ LS La : panjang lereng (m) m : 0,5 untuk lereng ≥ 5%

C : 34,7046

∝ : sudut kemiringan lereng (%)

Klasifikasi bentuk wilayah dan kelas lereng menurut Utomo (1989) disajikan pada Tabel 6.

(36)

Tabel 6. Bentuk Wilayah dan Kelas Lereng

No Relief Lereng (%)

1. Bergelombang/agak miring 8-15

2. Miring berbukit 15-30

3. Agak curam 30-45

4. Curam 45-65

5. Sangat curam >65

Sumber: Arsyad (2006).

• Faktor penutup vegetasi (C)

Faktor pengelolaan tanah dan tanaman penutup tanah (C) serta faktor teknik konservasi tanah (P) diprediksi berdasarkan hasil pengamatan lapangan dengan mengacu kepada pustaka hasil penelitian tentang nilai C dan nilai P pada kondisi yang identik. Di samping itu juga akan ditentukan besarnya laju erosi yang masih dapat ditoleransi dan indeks bahaya erosi.Nilai faktor penutup vegetasi (C) pada berbagai tipe pengelolaan tanaman dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Nilai Faktor C untuk Berbagai Tipe Pengelolaan Tanaman

Jenis tanaman C

Padi sawah 0,01

Tebu 0,2-0,3

Padi gogo (lahan kering) 0,53

Jagung 0,64

Sorgum 0,35

Kedelai 0,4

Kapas 0,7

Tembakau 0,4-0,6

Jahe dan sejenisnya 0,8

Cabe, bawang, sayuran lain 0,7

Pisang 0,4

Kopi 0,6

Coklat 0,3

Kelapa 0,7

Kelapa sawit 0,3

Cengkeh 0,5

Karet 0,2

Kacang tanah 0,4

Kacang hijau 0,35

(37)

Ubi Kayu 0,7

Talas 0,7

Kentang 0,35

Ubi Jalar 0,4

Sumber: Abdurrachman et al. (1984); Ambar dan Syafrudin dikutip oleh BPDAS Wampu Sei Ular (2005) dan Rahmawaty (2009).

• Faktor pengendali/konservasi lahan (P)

Faktor ini mempertimbangkan segi pengelolaan lahan.Termasuk dalam pengelolaan ini adalah campur tangan manusia.Nilai faktor P pada berbagai tindakan konservasi lahan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Nilai Faktor P untuk Berbagai Tindakan Konservasi Tanah

No. Tindakan Khusus Konservasi Tanah Nilai P

1 Tanpa tindakan pengendalian erosi 1,00

2 Teras bangku

Konstruksi baik 0,04

Konstruksi sedang 0,15

Konstruksi kurang baik 0,35

Teras tradisional 0,40

3 Strip tanaman

Rumput bahia 0,40

Clotaria 0,64

Dengan kontur 0,20

4 Teras tradisional 0,40

5 Pengolahan tanah dan penanaman menurut garis kontur

Kemiringan 0-8% 0,50

Kemiringan 8-20% 0,75

Kemiringan > 20% 0,90

6 Penggunaan sistem kontur 0,10-0,020

7 Penggunaan sistem strip (2-4 m lebar) 0,10 - 0,30

8 Penggunaan mulsa jerami (6 ton/ha) 0,01

9 Penggunaan pemantap tanah (60 gr/l/m²) (CURASOL) 0,20 - 0,50

10 Padang rumput 0,10 - 0,50

11 Strip cropping dengan clotaria (jarak antar strip 4,5 m) 0,64 12 Penggunaan sistem strip (lebar 2 m - 4 m) 0,20 13 Penggunaan mulsa jerami (4 - 6 ton/ha) 0,06 - 0,20 14 Penggunaan mulsa kadang-kadang (4-6 ton/ha) 0,20 - 0,40 Sumber: Arsyad (2006), Kartasapoetra (1990), Seta (1991).

(38)

2.3.2. Dampak dan Bencana Erosi

Pada kenyataannya bahwa kerusakan akibat erosi yang ditimbulkan oleh pengaruh kegiatan manusia lebih besar dari pada kerusakan akibat erosi yang disebabkan oleh kekuatan alam. Maka dapat dipastikan bahwa selama manusia belum mengetahui dan menyadari bahaya yang ditimbulkan erosi, seperti tidak akan ada artinya segala usaha yang dilakukan untuk menanggulangi erosi dengan cara-cara lain (PU. Pengairan, 1997).

Secara umum, dampak yangditimbulkan oleh erosi permukaan merupakan awal dari proses terjadinya sedimenmelalui aliran sedimen dari permukaan lahan yang telah terkikis. Hal ini akanberpengaruh pada kapasitas tampungan sungai yang akan semakin berkurang, sehingga pada akhirnya akan mengakibatkan kerugian bagi manusia dan lingkungan jika terjadibanjir, sedangkan dampakkhusus yangditimbulkan oleh erosi berupa kerusakan permukaan lahan (tanah) sepertimenurunnya permeabilitas tanah, hilangnya unsur hara ataupun berkurangnyainfiltrasi air permukaan kedalam tanah.

2.3.3. Pengendalian Erosi

Suatu tindakan dan kesadaran mempertahankan keberadaan vegetasi penutuptanah adalah cara yang paling efektif dan ekonomis dalam usaha mencegah terjadinyadan meluasnya erosi permukaan. Menurut Chay Asdak (2002) berikut ini adalahbeberapa tuntunan praktis tentang cara melakukan pencegahan erosi:

1. Menghindarkan praktek bercocok tanam yang bersifat menurunkan permeabilitas tanah

(39)

2. Mengusahakan agar permukaan tanah sedapat mungkin dilindungi oleh vegetasiberumput atau semak selama dan serapat mungkin

3. Menghindari pembalakan hutan dan penggembalaan ternak berlebihan di daerah dengan kemiringan lereng terjal

4. Merencanakan dengan baik pembuatan jalan di daerah rawan erosi/tanah longsorsehingga aliran air permukaan tidak mengalir ke selokan-selokan di tempat rawan tersebut

5. Menerapkan teknik-teknik pengendali erosi pada lahan pertanian, danmengusahakan peningkatan laju infiltrasi.

2.4 Teknik Konservasi yang dapat Diterapkan di Kawasan hulu DAS Ada beberapa jenis teknik konservasi lahan yang dapat diterapkan di kawasan hulu suatu DAS dalam upaya mencegah dan menanggulangi resiko terjadinya bencana berupa banjir, erosi dan tanah longsor di sepanjang kawasan DAS itu sendiri. Adapun teknik konservasi yang diterapkan di kawasan DAS dapat secara vegetatif, mekanis dan kimia.

Teknik konservasi secara vegetatif dapat dilakukan dengan penanaman cover crop pada kawasan perkebunan tahunan dengan tujuan untuk menahan tumbukan air hujan secara langsung ke permukaan tanah, menambah kesuburan tanah (pupuk hijau), mengurangi pengikisan tanah oleh air dan meningkatkan produktivitas tanah (Seloliman, 1997).

Teknik konservasi secara mekanis dapat diterapkan dengan pembuatan teras sederhana maupun teras konvensional pada kawasan perkebunan dengan kemiringan lereng yang relatif curam dengan tujuan untuk mengurangi kecepatan

(40)

dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan penyerapan air oleh tanah dapat dipercepat (Arsyad, 1989).

Teknik konservasi yang dilakukan secara kimia berupa pemanfaatan soil conditioner dalam memperbaiki kemantapan struktur tanah yang merupakan salah satu sifat tanah yang menentukan tingkat kepekaan erosi, sehingga diharapkan tanah akan resisten terhadap erosi (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985).

2.5. Laju Erosi Ditoleransikan (T)

Batas Toleransi Erosi adalah batas maksimal besarnya erosi yang masih diperkenankan terjadi pada suatu lahan.Besarnya batas toleransi erosi dipengaruhi oleh kedalaman tanah, batuan asal pembentuk tanah, iklim, dan permeabilitas tanah.Evaluasi bahaya erosi merupakan penilaian atau prediksi terhadap besarnya erosi tanah dan potensi bahayanya terhadap sebidang tanah.Evaluasi bahaya erosi ini didasarkan dari hasil evaluasi lahan dan sesuai dengan tingkatannya.Menurut Arsyad (2000) evaluasi bahaya erosi atau disebut juga tingkat bahaya erosi ditentukan berdasarkan perbandingan antara besarnya erosi tanah aktual dengan erosi tanah yang dapat ditoleransikan (tolerable soil loss).Untuk mengetahui kejadian erosi pada tingkat membahayakan atau suatu ancaman degradasi lahan atau tidak, dapat diketahui dari tingkat bahaya erosi dari lahan tersebut.

Besarnya erosi ditoleransikan (T) secara sederhana dapat dikatakan bahwa tidak boleh melebihi proses pembentukan tanah. Sebagai bahan perbandingan ditentukan laju erosi yang masih dapat ditoleransikan untuk setiap penggunaan lahan yang sedang diukur tingkat bahaya erosinya (Utomo, 1989).

Untuk menghitung nilai laju erosi yang masih dapat ditoleransikan dipergunakan rumus Hammer (1981)sebagai berikut:

(41)

𝑇𝑇 =𝑑𝑑𝑑𝑑 .𝑓𝑓𝑑𝑑𝑊𝑊 × 𝐵𝐵𝐵𝐵 ………...………. (9) T : Laju erosi dapat ditoleransi (ton/ha.thn)

de : faktor kedalaman tanah df : kedalaman efektif tanah (cm) W : resource life (400 tahun)

BD : bulk density (kerapatan massa) (gr/cm³)

2.6. Tingkat Bahaya Erosi (TBE)

Tingkat bahaya erosi adalah perkiraan kehilangan tanah maksimum dibandingkan dengan tebal solum tanahnya pada setiap unit lahan bila teknik pengelolaan tanaman dan konservasi tanah tidak mengalami perubahan.Penentuan tingkat bahaya erosi menggunakan pendekatan tebal solum tanah yang telah ada dan besarnya erosi sebagai dasarnya.Semakin dangkal solum tanahnya, berarti semakin sedikit tanah yang boleh tererosi, sehingga tingkat bahaya erosinya sudah cukup besar meskipun tanah yang hilang belum terlalu besar.

Tingkat Bahaya Erosi (TBE) ditentukan dengan membandingkan erosi potensial (A) dengan erosi yang masih dapat ditoleransikan (T) di DAS Batang Pane dengan rumus:

𝑇𝑇𝐵𝐵𝐸𝐸 =𝐴𝐴𝑇𝑇 ………... (10) Kriteria indeks bahaya erosi disajikan pada Tabel 9berikut ini:

Tabel 9. Kriteria Tingkat Bahaya Erosi

Nilai Kriteria TBE

< 1,0 Rendah

1,01 – 4,0 Sedang

4,01 – 10,0 Tinggi

>10,01 Sangat Tinggi

Sumber: Arsyad (2006).

(42)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September hingga Desember 2013 di kawasan hulu DAS Batang Pane, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Padang Lawas Utara, Provinsi Sumatera Utara pada 6 (enam) titik pengamatan pada penggunaan lahan kelapa sawit, karet dan cokelat.

3.2. AlatdanBahanPenelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Positioning System), altimeter, klinometer, bortanah, ring sampel tanah, meteran, waterpass, pisau pandu, kantong plastik dan karet gelang, kertas label, drum penampung atau kolektor air larian dan sedimentasi, lembar plastik penahan/ dinding petak kecil, kawat, patok kayu, paku, martil, dan alat pertukanganl ainnya, perangkat penakar mini curah hujan, timbangan, oven tanah, alat tulis, perangkat komputer berupa software SPSS 22, dan kamera digital, sedangkan bahan yang diperlukan dalam penelitian inid iantaranya lahan perkebunan kelapa sawit, karet dan cokelat, contoh tanah/sedimen, contoh air larian, peta administrasi, petageologi, petak elas lereng, peta penutupan dan penggunaan lahan, data sekunder curah hujan selama 10 tahun terakhir.

3.3. ProsedurPenelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan 2 (dua) metode, yaitu metode prediksi USLE dan metode petak kecil. Lokasi penelitian meliputi kawasan perkebunan kelapa sawit, karet dan cokelat dengan mengambil 2 (dua) sampel

(43)

untuk tiap-tiap penggunaan lahan dengan 6 (enam) titik pengamatan pada kemiringan lereng yang hampir seragam.

Metode USLE digunakan untuk memprediksi nilai erosi yang terjadi dengan menentukan sifat fisika tanah (tekstur dan struktur tanah), menghitung laju permeabilitas tanah dan menghitung nilai kandungan C-organik tanah yang seluruhnya dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah USU. Kemudian dihitung prediksi erosi yang terjadi dan tingkat bahaya erosi.

Pada metode petak kecil, pengumpulan data dilakukan secara langsung di lapangan selama 4 bulan. Pengukuran curah hujan harian dilakukan per kejadian hujan, sedangkan pengukuran air limpasan dan sedimentasi dilakukan setelah terjadinya hujan kemudian dihitung besarnya erosi yang terjadi.

3.4. MetodePenelitian

Penelitian ini merupakan metode deskriptif eksploratif yang dilakukan untuk mengetahui tingkat bahaya erosi di kawasan hulu DAS Batang Pane melalui penghitungan dan pengukuran besarnya prediksi erosi dan erosi yang ditoleransikan pada penggunaan lahan tanaman kelapa sawit, karet dan cokelat.

Pengukuran erosi dan pengambilans ampel tanah dilakukan dengan cara purposive sampling.

3.4.1. PengamatanLapangan

Penetapan besarnya erosi dilakukan dengan dua cara yaitu (1) penghitungan (prediksi) menggunakan persamaan USLE dan (2) pengukuran secara langsung menggunakan metode petak kecil (kolektor air larian dan sedimentasi).

(44)

3.4.2. Pengukuran Laju Erosi yang Masih Dapat Ditoleransikan (T)

Sebagai bahan perbandingan ditentukan laju erosi yang masih dapat ditoleransikan untuk setiap tipe penggunaan lahan yang sedang diukur tingkat bahaya erosinya. Laju erosi yang masih dapat ditoleransikan dihitung menggunakan Persamaan (9).

3.4.3. Perhitungan (Prediksi) Laju Erosi Menggunakan Persamaan USLE Penerapan erosi actual pada setiap lahan yang dipilih untuk dijadikans ampel penelitian yang dilakukan dengan cara pendekatan (prediksi) USLE menggunakan Persamaan (1) hinggaPersamaan (7).

3.4.4. Pengukuran Laju Erosi Menggunakan Metode Petak Kecil

Metode petak kecil yang akan dibuat merupakan petak standar berukuran panjang 22 m dengan lebar 2 m. Petakan lahan tersebut dibatasi menggunakan lembar plastik yang ditanamkan sedemikian rupa sehingga setengah lebar plastik tersebut (sekitar 0,1 m) tertanam di dalam tanah, sedangkan sisanya 0,1 m menjadi dinding penahan air larian dan sedimen. Untuk menampung air larian dan tanah yang tererosi, di ujung bawah petak dipasang tangki penampungan, berupa drum yang diberi tutup di bagian atasnya agar air hujan langsung tidak masuk ke dalam drum tersebut (hanya air larian dari petak yang dibatasi tersebut yang masuk ke dalam drum penampung).

(45)

Gambar PenampangPetak Kecil danKolektor 3.4.5. Tingkat Bahaya Erosi (TBE)

Tingkat bahaya erosi (TBE) ditentukan dengan membandingkan erosi potensial (A) dengan erosi yang masih dapat ditoleransikan (T) dengan menggunakan Persamaan (8).

3.5. Parameter Penelitian

3.5.1. Parameter Perhitungan (Prediksi) Laju Erosi Menggunakan Persamaan USLE

Untuk penghitungan erosi menggunakan persamaan USLE, parameter yang akan diamati diantaranya:

a. Jenis tanah

Jenis tanah dapat ditentukan dengan meneliti langsung di lapangan ataupun pengambilan sampel tanah yang kemudian dibawa kelaboratorium ilmu tanah.

(46)

b. Kedalaman efektif tanah

Kedalaman efektif tanah adalah kedalaman dimana perakaran tanaman masih bisa masuk ke dalam tanah. Kedalaman tersebut umumnya dibatasi oleh suatu lapisan penghambat, misalnya batu keras (bedrock), pada satu lapisan lain yang mengganggu atau menghambat perkembangan perakaran, diukur dalam cm menggunakan bor tanah.

c. Permeabilitas tanah

Permeabilitas tanah merupakan kemampuan tanah untuk mengalirkan air atau udara yang dinyatakan dalam cm/jam. Permeabilitas tanah dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah. Harkat permeabilitas tanah dapat dilihat padaTabel 5.

d. Kadar C-organik tanah

Kandungan bahan organik tanah diperoleh dengan mengambil sampel tanah dan diteliti di laboratorium.

e. Tekstur tanah

Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif dari tiga fraksi tanah yaitu pasir, debu dan liat yang dinyatakan dalam persen.Tekstur tanah dapat ditentukan langsung di lapangan ataupun ditetapkan di laboratorium menggunakan Analisis Mekanik (Hydrometer Method). Klasifikasi kelas tekstur tanah dapat dilihat padaTabel 3.

f. Struktur tanah

Struktur tanah adalah penyusunan butir-butir primer tanah yaitu pasir, debu dan liat menjadi butir-butir majemuk yang dibatasi rongga-rongga

(47)

berisi air, uap atau gas dan lain-lain. Harkat struktur tanah dapat dilihat padaTabel 4.

g. Kemiringan lereng

Semakin curam kemiringan lereng, maka semakin cepat aliran permukaan, sehingga semakin besar pula tingkat erosi yang terjadi. Kemiringan lereng dapat diukur menggunakan clinometers dan Abney Level. Klasifikasi bentuk wilayah dan kelas lereng dapat dilihat padaTabel 6.

h. Curah hujan tahunan, curah hujan maksimal harian dan jumlah hari hujan Data curah hujan tahunan, curah hujan maksimal harian dan jumlah hari

hujan selama 10 tahun terakhir (2003-2012)

diambildariBadanMeteorologiKlimatologidanGeofisika Wilayah I Medan.

3.5.2. Parameter Pengukuran Laju Erosi Menggunakan Metode Petak Kecil Pengukuran erosi secara langsung menggunakan metode petak kecil dilakukan pada tipe/jenis penggunaan lahan pewakil dari lahanperkebunankelapasawit, karetdancokelat dengan masing-masing satu unit alat pengukuran (petak kecil). Parameter yang akan diamati dalam pengukuran erosi menggunakan metode petak kecil berupa debit curah hujan per kejadian hujan dan berat sedimentasi tanah di dalam drum kolektor yang diperoleh selama masa penelitian (4 bulan).

3.6. Analisis Data

Gunamengetahui jenis tanaman yang paling mempengaruhi terhadap terjadinya erosi dari ketiga jenis penggunaan lahan (kelapa sawit, karet dan cokelat) digunakan metode Krusskal-Wallis Test. Dengan demikian dapat diketahui jenis tanaman yang paling berpengaruh terhadap dampak erosi yang

(48)

terjadi di hulu DAS Batang Pane. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor penyebab erosi digunakan metode regresi linear berganda sehingga dapat diketahui apakah faktor-faktor erosi memiliki pengaruh secara signifikan atau tidak terhadap erosi yang terjadi di hulu DAS Batang Pane.

Gambar

Gambar PenampangPetak Kecil danKolektor  3.4.5.  Tingkat Bahaya Erosi (TBE)

Referensi

Dokumen terkait

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XXXVIII-5/W16, 2011 ISPRS Trento 2011 Workshop, 2-4 March 2011, Trento,

Pembuatan patty lembaran dengan menggunakan tepung kaya protein dengan penambahan zat penstabil. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu dikembangkan suatu tool changer otomatis yang dapat mengatasi permasalahan setting tool terutama pada setting posisi cap

Dalam penelitian ini dilakukan menggunakan 4 variabel dengan 10 indikator disebar pada 82 pertanyaan dan pernyataan yang mengarahkan responden pada variabel mana

Penelitian ini menggunakan dua teori untuk mengkaji rumusan masalahnya, yaitu teori upacara Koentjaraningrat untuk mengkaji proses upacara dan teori semiotik Barthes untuk

Dengan menggunakan metode SERVQUAL kesenjangan tersebut dapat diketahui dan dapat dijadikan parameter bagi kualitas pelayanan yang terjadi.Sehingga dapat diketahui

óleo sobre tela, Deirdre Hyde. Proyecto Conservación de la biodiversidad en

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan