ABSTRAK
Kasus Kecelakaan Lanjar sriyanto yang tidak dapat mengendalikan kendaraan yang dikemudikannya pada saat kendaraan didepannya mengerem mendadak sehingga istri terdakwa terpental ke arah selatan, dalam peristiwa itu, penyebab kematian istri terdakwa bukan dari kecelakaan yang dialami terdakwa yang mengerem mendadak, melainkan karena ditabrak oleh kendaraan lain setelah istri terdakwa terlempar dari motor terdakwa. Dalam kejadian tersebut terdakwa dimintakan pertanggungjawaban atas kematian istrinya. Tujuan penelitian ini adalah Apakah perbuatan terdakwa Lanjar Sriyanto yang membonceng korban yaitu istri dan anaknya dengan menggunakan sepeda motor dan mengerem mendadak sehingga istri dan anak terdakwa Lanjar Sriyanto terpental dan mengakibatkan kematian istri karena tertabrak oleh kendaraan mobil izusu panther dari arah jalan yang berlawanan dapat dipersalahkan, dan apakah putusan Mahkamah Agung No. 1956 K/PID/2010 yang memidana terdakwa Lanjar dan menetapkan bahwa pidana tersebut tidak perlu dijalani dengan berdasarkan pertimbangan konsep Restorative Justice sudah sesuai dengan sistem pemidanaan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan studi kasus ini adalah metode penelitian yang dilakukan dengan pendekatan yuridis normatif yaitu dengan mendasarkan kepada kepustakaan dan peturan perundang-undangan, analisis dilakukan terhadap asas-asas hukum serta mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan terkait dengan permasalahan hukum yang dipilih.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa perbuatan yang dilakukan oleh Lanjar Sriyanto merupakan suatu perbuatan pidana karena kesalahannya menyebabkan matinya orang lain, karena perbuatan Lanjar Sriyanto yang mengerem motor sehingga menyebabkan hilangnya nyawa Saptaningsih akibat tertabrak oleh mobil panther dari arah berlawanan dan Samto Warih Waluyo terjatuh dan menyebabkan luka-luka dilakukan dalam keadaan terpaksa, namun ada alasan yang menghapuskan kesalahan pelakunya. oleh karena hal tersebut dilakukan oleh Lanjar Sriyanto dalam keadaan memaksa, maka berdasarkan Pasal 48 KUHP, Lanjar Sriyanto tidak dapat dipidana. Hakim Mahkamah Agung memutus bahwa Terdakwa dipidana selama 1 (satu) bulan 7 (tujuh) hari namun pidana tersebut tidak perlu dijalani dalam rangka restorative justice. Dengan pertimbangan kepentingan kelanjutan hidup putranya Samto Warih Waluyo, terdakwa Lanjar Sriyanto merupakan orang tua tunggal yang dapat memberikan perhatian kepada anaknya, setelah istrinya Saptaningsih meninggal dunia akibat kecelakaan tersebut. Maka pidana yang dijatuhkan oleh Mahkamah Agung tidak perlu dijalani oleh Lanjar Sriyanto dalam masa percobaan 2 bulan 14 hari. Dengan kondisi tersebut, maka nilai-nilai restorative justice sudah tepat diterapkan oleh Mahkamah Agung dalam peristiwa ini.