iv ABSTRAK
EFEK SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL TANAMAN SARANG SEMUT (Myrmecodia pendans Merr & Perry) TERHADAP
KARSINOMA KOLON PADA KULTUR SEL WiDr
Wandy Margo, 2013, Pembimbing I : Dr. Hana Ratnawati, dr., M.Kes., PA(K) Pembimbing II : Heddy Herdiman, dr., M.Kes
Karsinoma kolon merupakan salah satu kanker saluran cerna yang umum terjadi dan menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas akibat kanker di seluruh dunia. Prevanlesi kanker kolon meningkat pada populasi dengan sosioekonomi menengah ke atas dan akibat faktor diet dan gaya hidup. Penatalaksanaan kanker kolon dengan kemoterapi dan radioterapi selain memerlukan biaya yang sangat banyak juga memiliki efek samping dan tingkat resistensi yang cukup tinggi. Pengobatan alternatif dengan menggunakan herbal dalam hal ini ekstrak etanol tanaman sarang semut sebagai obat antikanker diharapkan tidak memerlukan biaya yang banyak dan memiliki efek samping yang lebih minimal.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek sitotoksik ekstrak etanol tanaman sarang semut dan Inhibitor Concentration 50 (IC50) terhadap karsinoma kolon pada kultur sel WiDr.
Metode penelitian eksperimental sungguhan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan dilakukan perbandingan jumlah rerata sel kanker yang mati pada berbagai konsentrasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan One Way Anova dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test LSD dan studi statistik analitik terhadap Inhibitor Concentration 50 (IC50).
Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi ekstrak etanol tanaman sarang semut yang bersifat toksik terhadap kultur sel WiDr adalah 10000 µg/ml, 5000 µg/ml, 2500 µg/ml, 1250 µg/ml, 625 µg/ml, 312,5 µg/ml, 156,25 µg/ml, 78,125 µg/ml, 39,0625 µg/ml, dan 19,531 µg/ml.
Simpulan ekstrak tanaman etanol sarang semut memiliki efek sitotoksik terhadap kultur sel WiDr dan memiliki dosis IC50 sebesar 121,059 µg/ml.
v ABSTRACT
THE CYTOTOXIC EFFECT OF THE ETHANOLIC EXTRACT OF SARANG SEMUT PLANT (Myrmecodia pendans Merr & Perry) TOWARDS COLON
CARCINOMA IN WiDr CELL CULTURE
Wandy Margo, 2013, 1st tutor : Dr. Hana Ratnawati, dr., M.Kes, PA(K) 2nd tutor : Heddy Herdiman, dr., M.Kes
Colon carcinoma is a cancer disease that generally attacks the gastroinstestinal tract of the human and responsible for the main reason of morbidity and mortality caused by cancer in the world. The prevalence of the colon cancer rose among the middle-up social economy population which is probably caused by the diet and life style factor. The therapy for colon cancer which consists of chemotherapy and radiotherapy costs the patients a large sum of money and can bring side effects and the resistant level is fairly high. Alternative medication by herbs, in this case the ethanolic extract of sarang semut plant as the anticancer medicine, is hoped not to be too expensive and the side effects pushed to the minimal.
The purpose of this research is to find out the cytotoxicity effect of ethanolic extract of sarang semut plant and the Inhibitor Concentration 50 (IC50) to colon carcinoma in WiDr cell culture.
Real experiment research method that uses the Completely Randomized Design (CRD) method and comparing the mean number of the dead cancer cell in various concentration. The data that was received, then needs to be analysed using One Way Anova, continued with Post Hoc Test LSD and analytic statistic study to Inhibitor Concentration 50 (IC50).
The research result showed the concentration from ethanolic extract of sarang semut plant which is toxic to WiDr cell culture is 10000 µg/ml, 5000 µg/ml, 2500 µg/ml, 1250 µg/ml, 625 µg/ml, 312,5 µg/ml, 156,25 µg/ml, 78,125 µg/ml, 39,0625 µg/ml, and 19,531 µg/ml.
The conclusion is the ethanolic extract of sarang semut plant consist of the cytotoxicity effect to WiDr cell culture with IC50 of 121,059 µg/ml.
viii DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Maksud dan Tujuan ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
1.4.1 Manfaat Akademis ... 3
1.4.2 Manfaat Praktis ... 3
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 4
1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 4
1.5.2 Hipotesis ... 5
1.6 Metodologi ... 5
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Anatomi dan Histologi kolon ... 6
2.2 Karsinoma kolon ... 11
2.2.1 Insidensi dan Epidemiologi ... 12
ix
2.2.3 Etiologi ... 14
2.2.4 Patogenesis ... 14
2.2.5 Klasifikasi ... 17
2.2.5.1 Klasifikasi TNM... 17
2.2.5.2 Klasifikasi Duke ... 21
2.2.6 Gejala Klinik ... 21
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang ... 21
2.2.8 Prognosis ... 23
2.3 Penggunaan 5-Fluorourasil sebagai kemoterapi pada kanker kolon ... 23
2.3.1 Efek Samping Terapi ... 25
2.3.2 Resistensi Terapi Antikanker ... 26
2.4 Kultur sel WiDr ... 26
2.5 Sarang Semut (Myrmecodia pendans Merr & Perry) ... 26
2.6 Mekanisme Senyawa Antikanker ... 28
2.6.1 Flavonoid ... 28
2.6.2 Tannin ... 29
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 30
3.1 Alat dan Bahan ... 30
3.2 Pemilihan Tanaman ... 31
3.3 Persiapan Penelitian ... 31
3.3.1 Sterilisasi Alat ... 31
3.3.2 Pembuatan Medium DMEM ... 31
3.3.3 Pembuatan Medium Pertumbuhan ... 32
3.3.4 Preparasi Sel WiDr (24 jam sebelum perlakuan) ... 32
3.3.5 Preparasi Ekstrak Sarang Semut ... 33
3.3.5.1 Tahap Pengumpulan Umbi Sarang Semut ... 33
3.3.5.2 Tahap Estraksi ... 33
3.4 Metode Penelitian... 33
3.4.1 Desain Penelitian ... 33
3.4.2 Variabel Penelitian ... 34
x
3.4.3.1 Perlakuan Percobaan ... 35
3.4.3.2 Cara Perhitungan Sel ... 37
3.5 Analisis Data ... 37
3.5.1 Hipotesis Statistik ... 37
3.5.2 Kriteria Uji ... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38
4.1 Hasil Penelitian ... 38
4.1.1 Ekstrak Etanol Tanaman Sarang Semut ... 38
4.1.1.1 Uji Sitotoksik ... 38
4.1.1.2 Uji Statistik ... 39
4.1.1.3 Inhibitor Concentration 50 (IC50) ... 42
4.1.2 Kontrol Positif (5-Fluorourasil) ... 42
4.1.2.1 Uji Sitotoksik ... 42
4.2 Pembahasan ... 44
4.3 Uji Hipotesis ... 45
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 48
5.1 Simpulan ... 48
5.2 Saran ... 48
DAFTAR PUSTAKA ... 49
LAMPIRAN ... 55
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Anatomi Colon dan Rectum ... 6
Gambar 2.2 Flexura Coli Dextra dan Sinistra ... 7
Gambar 2.3 Anatomi Colon ... 8
Gambar 2.4 Perdarahan Arteri pada Colon ... 9
Gambar 2.5 Perdarahan Vena pada Colon ... 10
Gambar 2.6 Histologi Colon ... 11
Gambar 2.7 Skema sederhana dasar molekul kanker ... 14
Gambar 2.8 Morfologi dan Perubahan Molekular pada Rangkaian adenoma-carcinoma ... 15
Gambar 2.9 Morfologi dan Perubahan Molekular pada Jalur Perbaikan Ketidakcocokan (mismatch repair pathway) Karsinogenesis Kolon ... 15
Gambar 2.10 WNT signaling ... 16
Gambar 2.11 Metabolisme 5-Fluorourasil ... 25
Gambar 2.12 Sarang semut (Myrmecodia pendans Merr & Perry) ... 27
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Persentase Kematian Sel WiDr yang menggunakan Ekstrak Etanol Tanaman Sarang Semut ... 39
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Sistem TNM ... 18
Tabel 2.2 Klasifikasi Primary Tumor Berdasarkan Sistem TNM ... 19
Tabel 2.3 Klasifikasi KGB Regional Berdasarkan Sistem TNM ... 20
Tabel 2.4 Klasifikasi Metastase Jauh Berdasarkan Sistem TNM ... 20
Tabel 2.5 Klasifikasi Sistem Duke ... 21
Tabel 2.6 Stadium dan Prognosis Kanker Kolorektal ... 23
Tabel 2.7 Kandungan Sarang Semut ... 28
Tabel 4.1 Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Etanol Tanaman Sarang Semut Terhadap Sel WiDr ... 38
Tabel 4.2 Hasil One Way Anova Pengaruh Ekstrak Etanol Tanaman Sarang Semut Terhadap sel WiDr ... 40
Tabel 4.3 Hasil Post Hoc Test LSD Pengaruh Ekstrak Sarang Semut Terhadap Sel WiDr ... 41
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kanker adalah suatu massa yang abnormal dengan pertumbuhan yang tidak
teratur (melampaui batas normal dan tidak terkoordinasi) dan dapat bermetastasis
(Stricker & Kumar, 2010). Berbagai jenis kanker dapat menyerang organ tubuh
manusia dan salah satunya yaitu kanker kolon. Kanker kolon merupakan
keganasan pada saluran cerna yang paling umum dan menjadi penyebab utama
morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia (Turner, 2010).
Kanker kolon menduduki peringkat ketiga penyebab kematian pada pria dan
wanita di Amerika Serikat. Pada tahun 2009, ditemukan 106.100 kasus baru
kanker kolon di Amerika. Kasus ini banyak terjadi pada afroamerika dan jarang
terjadi pada anak-anak (American Cancer Society, Inc., Surveillance and Health
Policy Research, 2009). Di dunia, prevalensi tertinggi dari kanker kolon terjadi
pada populasi dengan standar sosioekonomi yang tinggi dan mungkin disebabkan
karena kebiasaan diet dan gaya hidup (Pufulete, 2008).
Pada populasi umum di dunia, risiko terjadinya kanker kolorektal akan
meningkat pada usia 50 tahun dan menjadi dua kali lipat lebih besar pada dekade
berikutnya (Centers for Disease Control and Prevention, 2013). Di Indonesia
jumlah penderita kanker kolorektal menempati urutan ke-10 setelah kanker lain.
Pada hasil penelitian di RSUP Hasan Sadikin Bandung menunjukkan jumlah
penderita kanker kolorektal meningkat setiap tahun dan ditemukan pada golongan
usia antara 41-55 tahun (Sander, 2012). Sembilan koma lima persen dari total
penderita kanker pada pria adalah kanker kolorektal, sedangkan pada wanita
angkanya mencapai 9,3% dari total jumlah penderita kanker.
Kanker kolon merupakan suatu proses penyakit dengan etiologi yang
multifaktorial termasuk faktor genetik, paparan lingkungan, dan inflamasi dari
saluran pencernaan (Dragovich, Medscape Reference, 2013). Penatalaksanaan
2
namun prosedur ini memerlukan biaya yang besar dan memiliki banyak efek
samping. Hal ini menyebabkan masyarakat menggunakan obat tradisional dengan
harga yang lebih terjangkau dan memiliki efek samping yang lebih minimal.
Sejak dahulu, masyarakat Indonesia telah memanfaatkan tumbuhan sebagai
obat untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit antara lain untuk mengobati
kanker. Salah satu tumbuhan herbal yang memiliki efek antikanker adalah sarang
semut (Myrmecodia pendans Merr & Perry). Sarang semut merupakan nama
tumbuhan anggota famili Rubiaceae. Tingginya kandungan antioksidan pada
sarang semut diduga berperan sebagai antikanker dan antiproliferasi. Seorang
pakar dari Puslitbang Biologi LIPI, Rosichon Ubaidillah mengungkapkan sarang
semut mengandung asam formiat. Rosichon menduga yang berkhasiat mungkin
saja interaksi antara mikroba dengan semut yang didapatkan pada sarang semut
tersebut. Menurut Subagus Wahyuono dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
Mada, glikosida pada sarang semut berfungsi sebagai imunostimulan untuk
meningkatkan kekebalan tubuh (Untung, 2010).
Qui Kim Tran dari University National of Ho Chi Minch City dan
koleganya Tsuhiro Tezuka, Yuko Harimaya, dan Arjun Hari Banskota dari
Toyama Medical and Pharmaceutical University membuktikan sarang semut
memiliki aktivitas antiproliferasi terhadap sel kanker (Deherba). Berdasarkan
penggunaan sarang semut sebagai antikanker secara empiris dan dari penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa ekstrak sarang semut memiliki
efek sitotoksik terhadap kanker payudara pada kultur sel MCF-7 (Megaputri,
2012).
Sarang semut mengandung tanin dan flavonoid. Mekanisme kerja
flavonoid adalah menginaktivasi zat karsinogen, menghambat siklus sel, dan
menginduksi apoptosis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek sitotoksik
penggunaan ekstrak etanol tanaman sarang semut sebagai antikanker pada kanker
kolon, maka pada penelitian ini akan dilakukan uji efek ekstrak etanol tanaman
sarang semut terhadap kultur sel WiDr yaitu kultur sel kanker kolon yang diisolasi
dari kolon seorang wanita usia 78 tahun dan dijadikan sel turunan (Chen,
3
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan identifikasi masalah
sebagai berikut:
a. Apakah ekstrak etanol tanaman sarang semut bersifat sitotoksik terhadap
karsinoma kolon.
b. Berapakah dosis Inhibitor Concentration 50 (IC50) dari ekstrak etanol
tanaman sarang semut.
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
ekstrak etanol tanaman sarang semut bersifat sitotoksik terhadap sel-sel karsinoma
kolon pada kultur sel WiDr dan mengetahui IC50 dari ekstrak etanol tanaman
sarang semut dalam menghambat proliferasi dari kultur sel WiDr.
1.4Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan kedokteran
mengenai manfaat tanaman sarang semut sebagai antikanker khususnya
pada kultur sel WiDr serta informasi bagi penelitian selanjutnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
Masyarakat dapat menggunakan tanaman sarang semut sebagai
obat alternatif untuk pengobatan kanker kolon setelah dilakukan uji klinis
4
1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Sarang semut mempunyai kandungan berupa zat antioksidan yang cukup
tinggi. Kandungan yang terdapat dalam tanaman sarang semut antara lain: tanin
terhidroksida, flavonoid, dan tanin terkondensasi. Flavonoid dapat menghambat
aktivasi metabolisme karsinogen, menghambat angiogenesis, sebagai
antiproliferasi, menginduksi apoptosis, dan aktivitas antioksidan sehingga
diharapkan ekstrak tanaman sarang semut dapat berperan sebagai antikanker dan
antiproliferasi pada karsinoma kolon (Soeksmanto, Subroto, Wijaya, &
Simanjuntak, 2010; Meiyanto, Susidarti, Handayani, & Rahmi, 2008).
Flavonoid dapat menghambat aktivitas dari isoenzim sitokrom P450.
Flavonoid sangat efektif menghambat enzim sinyal transduksi, seperti protein
tyrosine kinase (PTK), protein kinase C (PKC) dan phosphoinositide 3-kinase
(PIP3). Flavonoid juga menyebabkan penghambatan siklus sel pada fase G1 dan G2 lewat penghambatan CDK (Cyclin D Kinase) (Ren, Qiao, Wang, Zhu, &
Zhang, 2003). CDK telah diketahui sebagai regulator perkembangan siklus sel.
Perubahan dan disregulasi dari aktivitas CDK merupakan suatu tanda dari
keganasan. Beberapa kanker berhubungan dengan aktivasi dari CDK sebagai hasil
mutasi dari gen CDK atau gen CDK inhibitor. Checkpoint pada siklus sel fase
G1/S dan fase G2/M dapat dihambat oleh flavonoid, seperti silymarin, genistein,
quercetin, daidzein, luteolin, kaempferol, apigenin, dan epigallocatechin 3-gallate
(Zi, Feyes, & Agarwal, 1998; Choi, et al., 2001; Casagrande & Darbon, 2001).
Flavonoid telah diketahui dapat menginduksi apoptosis pada beberapa sel
turunan kanker. Mekanisme molekular flavonoid dalam menginduksi apoptosis
belum dapat diklarifikasi. Beberapa mekanisme yang mungkin terlibat yaitu
menghambat aktivitas DNA topoisomerase I/II, dan pelepasan sitokrom C dengan
aktivasi caspase-9 dan caspase-3 (Wang, Lin-Shiau, & Lin, 1999; Ren, Qiao,
Wang, Zhu, & Zhang, 2003). Flavonoid juga menghambat ekspresi
siklooksigenase-2 (COX-2), sehingga dapat menghambat proliferasi sel kanker
5
1.5.2 Hipotesis
Tanaman sarang semut berefek sitotoksik terhadap karsinoma kolon.
1.6Metodologi
Metode penelitian yang digunakan adalah metode uji eksperimental
sungguhan secara in vitro dengan RAL (Rancangan Acak Lengkap). Data yang
diperoleh diuji dengan One Way Anova dan Post Hoc Test LSD, dengan tingkat
kepercayaan 95% dimana suatu perbedaan bermakna bila p ≤ 0,05. Analisis data
selanjutnya dengan studi analitik terhadap Inhibitor Concentration 50.
1.7Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu
(LPPT) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta dan di Universitas Kristen
48 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1Simpulan
1. Ekstrak etanol tanaman sarang semut berefek toksik terhadap karsinoma
kolon pada kultur sel WiDr pada konsentrasi 10000 µg/ml, 5000 µ g/ml,
2500 µg/ml, 1250 µg/ml, 625 µg/ml,312,5 µg/ml, 156,25 µg/ml, 78,125
µg/ml, 39,0625 µg/ml, dan 19,531 µg/ml.
2. Nilai IC50 ekstrak etanol tanaman sarang semut pada kultur sel WiDr
adalah 121,059 µg/ml.
5.2Saran
1. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai efek ekstrak etanol tanaman
sarang semut terhadap kanker kolon secara in vivo terhadap hewan
coba.
2. Perlu penelitian uji toksisitas ekstrak etanol tanaman sarang semut
terhadap sel epitel kolon normal.
3. Perlu penelitian untuk mencari senyawa aktif dalam sarang semut yang
EFEK SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL TANAMAN SARANG SEMUT (Myrmecodia pendans Merr & Perry) TERHADAP
KARSINOMA KOLON PADA KULTUR SEL WiDr
Wandy Margo1, Hana Ratnawati2, Heddy Herdiman3 1. Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung 2. Bagian Histologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung 3. Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia
ABSTRAK
Karsinoma kolon merupakan salah satu kanker saluran cerna yang umum terjadi dan menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas akibat kanker di seluruh dunia. Prevanlesi kanker kolon meningkat pada populasi dengan sosioekonomi menengah ke atas dan akibat faktor diet dan gaya hidup. Penatalaksanaan kanker kolon dengan kemoterapi dan radioterapi selain memerlukan biaya yang sangat banyak juga memiliki efek samping dan tingkat resistensi yang cukup tinggi. Pengobatan alternatif dengan menggunakan herbal dalam hal ini ekstrak etanol tanaman sarang semut sebagai obat antikanker diharapkan tidak memerlukan biaya yang banyak dan memiliki efek samping yang lebih minimal.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek sitotoksik ekstrak etanol tanaman sarang semut dan Inhibitor Concentration 50 (IC50) terhadap karsinoma kolon pada kultur sel WiDr.
Metode penelitian eksperimental sungguhan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan dilakukan perbandingan jumlah rerata sel kanker yang mati pada berbagai konsentrasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan One Way Anova dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test LSD dan studi statistik analitik terhadap
Inhibitor Concentration 50 (IC50).
Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi ekstrak etanol tanaman sarang semut yang bersifat toksik terhadap kultur sel WiDr adalah 10000 µg/ml, 5000 µg/ml, 2500 µg/ml, 1250 µg/ml, 625 µg/ml, 312,5 µg/ml, 156,25 µg/ml, 78,125 µg/ml, 39,0625 µg/ml, dan 19,531 µg/ml.
Simpulan ekstrak tanaman etanol sarang semut memiliki efek sitotoksik terhadap kultur sel WiDr dan memiliki dosis IC50 sebesar 121,059 µg/ml.
Kata kunci : Karsinoma kolon, tanaman sarang semut, sel WiDr
ABSTRACT
Colon carcinoma is a cancer disease that generally attacks the gastroinstestinal tract of the human and responsible for the main reason of morbidity and mortality caused by cancer in the world. The prevalence of the colon cancer rose among the middle-up social economy population which is probably caused by the diet and life style factor. The therapy for colon cancer which consists of chemotherapy and radiotherapy costs the patients a large sum of money and can bring side effects and the resistant level is fairly high. Alternative medication by herbs, in this case the ethanolic extract of sarang semut plant as the anticancer medicine, is hoped not to be too expensive and the side effects pushed to the minimal.
Real experiment research method that uses the Completely Randomized Design (CRD) method and comparing the mean number of the dead cancer cell in various concentration. The data that was received, then needs to be analysed using One Way Anova, continued with Post Hoc Test LSD and analytic statistic study to Inhibitor Concentration 50 (IC50).
The research result showed the concentration from ethanolic extract of sarang semut plant which is toxic to WiDr cell culture is 10000 µg/ml, 5000 µg/ml, 2500 µg/ml, 1250 µg/ml, 625 µg/ml, 312,5 µg/ml, 156,25 µg/ml, 78,125 µg/ml, 39,0625 µg/ml, and 19,531 µg/ml.
The conclusion is the ethanolic extract of sarang semut plant consist of the cytotoxicity effect to WiDr cell culture with IC50 of 121,059 µg/ml.
Keyword : colon carcinoma, sarang semut plant, WiDr cell
PENDAHULUAN
Kanker adalah suatu massa
yang abnormal dengan
pertumbuhan yang tidak teratur (melampaui batas normal dan tidak
terkoordinasi) dan dapat
bermetastasis (1). Kanker kolon merupakan keganasan pada saluran cerna yang paling umum dan menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia (2). Kanker kolon menduduki peringkat ketiga penyebab kematian pada pria dan wanita di Amerika Serikat. Pada tahun 2009, ditemukan 106.100
kasus baru kanker kolon di
Amerika. Kasus ini banyak terjadi pada afroamerika dan jarang terjadi pada anak-anak (3).
Di Indonesia jumlah penderita kanker kolorektal menempati urutan ke-10 setelah kanker lain. Pada hasil penelitian di RSUP Hasan Sadikin
Bandung menunjukkan jumlah
penderita kanker kolorektal
meningkat setiap tahun dan
ditemukan pada golongan usia antara 41-55 tahun (4). Sembilan koma lima persen dari total penderita kanker pada pria adalah kanker kolorektal, sedangkan pada wanita angkanya mencapai 9,3% dari total jumlah penderita kanker.
Salah satu tumbuhan herbal yang memiliki efek antikanker adalah sarang semut (Myrmecodia
pendans Merr & Perry). Tanaman sarang semut merupakan nama tumbuhan anggota famili Rubiaceae.
Tanaman sarang semut
mengandung tanin dan flavonoid. Mekanisme kerja flavonoid adalah
menginaktivasi zat karsinogen,
menghambat siklus sel, dan
menginduksi apoptosis.
Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui efek sitotoksik
penggunaan ekstrak etanol tanaman sarang semut sebagai antikanker pada kanker kolon. Pada penelitian ini akan dilakukan uji efek ekstrak
etanol tanaman sarang semut
terhadap kultur sel WiDr (5).
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ekstrak
etanol tanaman sarang semut
memiliki efek sitotoksik terhadap sel-sel karsinoma kolon pada kultur sel WiDr dan mengetahui IC50 dari ekstrak etanol tanaman sarang
semut dalam menghambat
proliferasi dari kultur sel WiDr.
METODE
Metode penelitian yang
digunakan adalah metode uji
Test LSD, dengan tingkat kepercayaan 95% dimana suatu perbedaan bermakna bila p ≤ 0,05. Analisis data selanjutnya dengan studi analitik terhadap Inhibitor Concentration 50.
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian adalah kultur sel
WiDr, ekstrak etanol tanaman
sarang semut, 5-Fluorouracil,
inkubator, ELISA reader, mikropipet, mikroskop, microplate 96, culture flask, conical tube, dan tabung Eppendorf.
Prosedur Perlakuan Percobaan 1. Flask berisi kultur sel yang sudah
diinkubasi dikeluarkan dari
inkubator CO2, kemudian medium
diganti dengan tripsin 0,25%
diinkubasi kembali dalam inkubator selama 15 menit.
2. Dengan inverted microscope
terlihat sel di dalam flask ikut bergerak lalu flask dibilas kembali dengan tripsin 0,25%.
3. Kultur sel dimasukkan ke dalam conical tube yang sudah terisi DMEM sebanyak 12 ml.
4. Kemudian disentrifugasi 2000
rpm selama 10 menit.
5. Supernatan dibuang, hitung sel dalam kamar hitung hemositometer dengan perbandingan 180 µl tryptan blue + 20 µl sel. Masukkan 10 µl dalam kamar hitung.
6. Tambahkan dalam conical tube
yang berisi peller, media penumbuh hingga 12 ml.
7. Campuran tersebut dimasukkan
ke dalam sumur masing-masing 100 µl, plate diinkubasi selama 1-3 jam.
Uji Sitotoksik dengan MTT assay
1. Sebanyak 100 µl media DMEM
yang mengandung suspensi sel
dengan kerapatan ± 2 x sel/ml dimasukkan ke dalam microplate 96. 2. Ekstrak etanol tanaman sarang semut sebanyak 100 µl pada seri
konsentrasi yang berbeda
dimasukkan secara triplet
menggunakan mikropipet.
3. Sel WiDr sebagai kontrol negatif dan media DMEM sebagai kontrol positif dimasukkan dalam sumuran. 4. Sel diinkubasi pada inkubator CO2 selama 24 jam, suhu 37˚C dengan kelembapan relatif 100% dan kadar CO2 5%.
5. Pada akhir masa inkubasi, MTT 5mg/ml ditambahkan pada masing-masing sumuran sebanyak 10 µl dan diinkubasi kembali selama 4 jam. 6. Setelah 4 jam reaksi dihentikan
dengan penambahan 100 µl Stop
Solution untuk melarutkan formazan. 7. Sel diinkubasi lagi selama 12 jam pada suhu 37˚C dengan kelembapan relatif 100% dan kadar CO2 5%. 8. Hasil pengujian dibaca dengan
ELISA reader pada panjang
gelombang (λ) 550nm.
9. Hasil pembacaan pada ELISA
reader dengan rumus sebagai
berikut:
% kematian= ∑ ∑ ∑ x 100%
Keterangan : OD = Optical Density
HASIL DAN PEMBAHASAN Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil :
Tabel 1 Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Etanol Tanaman Sarang
Semut Terhadap Sel WiDr Perlakuan (µg/ml) Rerata Sel Hidup % Kematian
10000 0,217 84,64
2500 0,466 67,02
1250 0,52 63,19
625 0,572 59,51
312,5 0,622 55,98
156,25 0,691 51,09
78,125 0,733 48,12
39,0625 0,797 43,59
19,531 0,801 43,31
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa persentase kematian tertinggi didapatkan pada pemberian ektrak
etanol tanaman sarang semut
konsentrasi 10000 µg/ml dan terus menurun sesuai dengan turunnya
konsentrasi hingga persentasi
kematian terendah didapatkan pada pemberian ektrak etanol tanaman sarang semut konsentrasi 19,531 µg/ml.
Tabel 2 Hasil One Way Anova
Pengaruh Ekstrak Etanol Sarang Semut Terhadap Sel WiDr
Sum of Squares df
Mean
Square F Sig.
Between groups
13618,67 10 1361,8 7
592,15 .000
Within groups
50,597 22 2,300
Total 13669,27 32
Dari hasil uji ANOVA (tabel
2) diperoleh p=0,000, berarti antar
kelompok perlakuan terdapat
perbedaan persentase kematian sel WiDr yang sangat signifikan.
Inhibitor Concentration 50 (IC50) Penentuan konsentrasi ektrak etanol tanaman sarang semut yang dapat menyebabkan persentase kematian
50% sel WiDr atau Inhibitor
Concentration 50 (IC50), maka
dilakukan perhitungan berdasarkan rumus Reed and Muench :
Log IC50 = log A – p log 2
A = Dosis ektrak yang menyebabkan kerusakan sel diatas 50 %
2 = Faktor pengenceran P = propionate distance =
a = jumlah sample (dalam %) yang mengalami kerusakan sel di atas 50%
b = jumlah sample (dalam %) yang mengalami kerusakan sel di bawah 50%
Perhitungan:
p = LogIC50 = log156,25 – 0,367 log 2
= 2,193 – (0,367 x 0,301) = 2,083
IC50 = 102,083
= 121,059 µg/ml
Tabel 3 Aktivitas Sitotoksik 5-Fluorourasil Terhadap Sel WiDr Perlakuan (µg/ml) Rerata Sel Hidup % Kematian
50 0,734 48,05
25 0,747 47,13
12,5 0,804 43,17
6,25 0,787 44,37
3,15 0,812 42,53
1,5625 0,823 41,75
0,781 0,837 40,76
0,391 0,839 40,62
0,195 0,82 41,96
Dosis 5-FU yang digunakan pada penelitian ini, berdasarkan
optimasi dari peneliti dan
berdasarkan penelitian yang
terdahulu. Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa persentase kematian
pemberian 5-Fluorourasil konsentrasi 50 µg/ml dan terus menurun sesuai dengan turunnya konsentrasi tetapi terdapat beberapa
konsentrasi yang tidak
menunjukkan hasil yang
diharapkan. Hal ini tidak terlalu berpengaruh dan dalam penelitian sering terjadi hal tersebut. Persentasi kematian terendah didapatkan pada
pemberian 5-Fluorourasil
konsentrasi 0,391 µg/ml.
DISKUSI
Sel WiDr memiliki sensitivitas yang rendah terhadap perlakuan dengan 5-Fluorouracil (5-FU). 5-FU
merupakan agen kemoterapi
antimetabolit yang digunakan untuk terapi kanker kolon. Resistensi yang terjadi pada sel WiDr terhadap 5-FU karena terjadi peningkatan ekspresi timidilat sintetase yang merupakan target penghambatan utama dari 5-FU (6).
Pada penelitian ini, kontrol
positif dengan pemberian
5-Fluorourasil pada dosis 50µg/ml, memberikan persentase kematian sel sebanyak 48,05%, hampir setara dengan pemberian ektrak etanol tanaman sarang semut pada dosis
78,125 µg/ml yang persentase
kematiannya sebanyak 48,12%. Hal ini sesuai dengan penelitian dari
Sigmond dan kawan-kawan
mengenai resistensi sel WiDr
terhadap 5-FU.
Pada dosis 10.000 µg/ml
ekstrak etanol tanaman sarang
semut, persentase kematian adalah 84,64% dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa pemberian sarang semut cukup toksik dan tidak
menutup kemungkinan dapat
berefek toksik pada sel yang normal. Peneliti tidak mencari IC50 dari
5-Fluorourasil karena dari hasil
penelitian tidak ada satu pun dosis yang memberikan efek kematian sel WiDr sampai dengan 50%.
Menurut penelitian Paulina
Yessica dan Wildan, ekstrak etanol tanaman sarang semut memiliki efek sitotoksik pada kultur sel MCF-7 dan sel SiHa (7). Bila dibandingkan dengan penelitian uji sitotoksik ekstrak etanol tanaman sarang semut dan penentuan IC50 terhadap sel MCF-7 (dosis IC50 353,183 µg/ml) dan sel SiHa (dosis IC50
41,30 µg/ml), ekstrak etanol
tanaman sarang semut memiliki dosis IC50 sebesar 121,059 µg/ml pada sel WiDr. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas ekstrak etanol tanaman sarang semut tidaklah sama pada setiap jenis sel. Selain itu, perlu dipertimbangkan ketika obat dikonsumsi oleh manusia, dalam hal ini ekstrak etanol tanaman sarang semut akan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada di dalam tubuh manusia sehingga dibutuhkan uji klinis sebelum ekstrak etanol
tanaman sarang semut dapat
digunakan sebagai obat alternatif terhadap kanker kolon.
Dosis IC50 di atas menunjukkan ekstrak etanol tanaman sarang semut memiliki efek sitotoksik yang lebih baik terhadap kultur sel WiDr dibandingkan pada kultur sel MCF-7. Pada tabel persentase kematian sel WiDr yang menggunakan ekstrak tanaman sarang semut dan
5-Fluorourasil menunjukkan hasil
yang naik turun. Hal ini
SIMPULAN
Ekstrak etanol tanaman sarang semut berefek toksik terhadap karsinoma kolon pada kultur sel
WiDr pada konsentrasi 10000
µg/ml, 5000 µg/ml, 2500 µg/ml, 1250 µg/ml, 625 µg/ml, 312,5 µg/ml, 156,25 µg/ml, 78,125 µg/ml, 39,0625 µg/ml, dan 19,531 µg/ml.
Nilai IC50 ekstrak etanol
tanaman sarang semut pada kultur sel WiDr adalah 121,059 µg/ml.
SARAN
Perlu penelitian lebih lanjut
mengenai efek ekstrak etanol
tanaman sarang semut terhadap kanker kolon secara in vivo terhadap hewan coba.
Perlu penelitian uji toksisitas ekstrak etanol tanaman sarang semut terhadap sel epitel kolon normal.
Perlu penelitian untuk mencari senyawa aktif dalam sarang semut yang berpotensi sebagai antikanker.
DAFTAR PUSTAKA
1. Stricker, Thomas P and Kumar, Vinay. Neoplasia. [ed.] William Schmitt and Rebecca Gruliow. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 8th Edition. Philadelphia : Elsevier, 2010, pp. 260-330.
2. Turner, Jerrold R. The
Gastrointestinal Tract. [book
auth.] Vinar Kumar, et al., et al. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. Philadelphia : Saunders Elsevier, 2010, Vol. VIII, pp. 763-831.
3. American Cancer Society, Inc., Surveillance and Health Policy
Research. Estimated New Cancer Cases and Deaths by Sex, US, 2009. [Online] 2009. [Cited: April
26, 2013.]
http://www.cancer.org/downlo ads/stt/CFF2009_EstCD_3.pdf 4. PROFIL PENDERITA KANKER
KOLON DAN REKTUM DI
RSUP HASAN SADIKIN
BANDUNG. Sander, Mochamad Aleq. 2012.
5. WiDr is a derivative of another colon adenocarcinoma cell line, HT-29. Chen, TR, et al., et al. July 1987, Cancer Genet Cytogenet, pp. 125-34.
6. Induction of resistance to the
multitargeted antifolate
Pemetrexed (ALIMTA) in WiDr human colon cancer cells is
associated with thymidylate
synthase overexpression.
Sigmond, Jennifer, et al., et al. 3, 2003, Biochemical Pharmacology, Vol. 66, pp. 431-438.
7. Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanol
Sarang Semut (Myrmecodia
49
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society, Inc., Surveillance and Health Policy Research. (2009). Dipetik April 26, 2013, dari Estimated New Cancer Cases and Deaths by
Sex, US, 2009:
http://www.cancer.org/downloads/stt/CFF2009_EstCD_3.pdf
American Joint Committee on Cancer. (2009). Dipetik June 24, 2013, dari Cancerstaging: http://www.cancerstaging.org/staging/
Abdullah, M. (2009). Tumor Kolorektal. Dalam A. W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. S. K, & S. Setiati (Penyunt.), BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM (5th ed., hal. 567-575). Jakarta: InternaPublishing.
Backus, H. H., Pinedo, H. M., Wouters, D., Kuiper, C. M., Jansen , G., van Groeningen, C. J., et al. (2001). Differences in the induction of DNA damage, cell cycle arrest, and cell death by 5-fluorouracil and antifolates. Oncol. Res. Featuring Preclinal and Clinical Cancer Therapy, 12, 231-239.
Blanke, & Faigel. (2012). Adenocarcinoma of The Colon and Rectum. Dalam Goldman's Cecil Medicine (24th ed). Philadelphia: Saunders Elsevier.
Bretthauer, M. (2011). Colorectal Cancer Screening (Review). Journal of Internal Medicine, 87-98.
Buhler, D. R., & Miranda, C. (2000, November). The Linus Pauling Institute Oregon State University. Dipetik July 14, 2013, dari Antioxidant Activities of Flavonoids: http://lpi.oregonstate.edu/f-w00/flavonoid.html
Casagrande, F., & Darbon, J.-M. (2001). Effects of structurally related flavonoids on cell cycle progression of human melanoma cells: regulation of cyclin-dependent kinases CDK2 and CDK1. Biochem Pharmacol, 61(10), 1205– 1215.
Centers for Disease Control and Prevention. (2013, July 17). Diambil kembali
dari Colorectal (Colon) Cancer:
http://www.cdc.gov/cancer/colorectal/basic_info/risk_factors.htm
50
Choi, J.-A., Kim, J.-Y., Lee, J.-L., Kang, C.-M., Kwon, H.-J., Yoo, Y.-D., et al. (2001). Induction of cell cycle arrest and apoptosis in human breast cancer cells by quercetin. Int J Oncol, 837-844.
deherba. (t.thn.). Dipetik June 26, 2013, dari Bukti Ilmiah Sarang Semut: http://www.deherba.com/bukti-ilmiah-sarang-semut.html
Deherba. (t.thn.). Dipetik september 1, 2013, dari Bukti Ilmiah Sarang Semut: http://www.deherba.com/bukti-ilmiah-sarang-semut.html
Diananda, R. (2007). Mengenal seluk-beluk kanker. Yogyakarta: Katahati.
Dragovich, T. (2013, July 13). Medscape. Dipetik august 25, 2013, dari Colon Adenocarcinoma: http://emedicine.medscape.com/article/277496-overview
Dragovich, T. (2013, April 29). Medscape Reference. Dipetik Mei 2, 2013, dari Emedicine Medscape: http://emedicine.medscape.com/article/277496-overview
Drake, R. L., Vogl, A. W., & Mitchell, A. W. (2010). Regional anatomy. In Gray's Anatomy for Student (2nd ed.). Canada: Churchill Livingstone Elsevier.
Duke, C. E., & Bussey, H. J. (1958, September). The Spread of Rectal Cancer and its Effect on Prognosis. Br J Cancer, 12, 309-320.
Gartner, L. P., & Hiatt, J. L. (2007). Color Textbook of Histology (3rd ed.). Philadelphia: Saunders Elsevier.
Genetics Home Reference. (2013, July 15). Dipetik July 18, 2013, dari APC: http://ghr.nlm.nih.gov/gene/APC
Giovannetti, E., Backus, H. H., Wouters, D., Ferreira, C. G., Houten, V. v., Brakenhoff, R. H., et al. (2007). Changes in the status of p53 affect drug sensitivity to thymidylate. British Journal of Cancer, 96, 769-775.
Hertiani, T., Sasmito, E., Sumardi, & Ulfah, M. (2010). Preliminary Study on Immunomodulatory Effect of Sarang-Semut Tubers. OnLine Journal of Biological Sciences, 136-141.
51
Jansen, W. J., Zwart, B., Hulscher, S. T., Giaccone, G., Pinedo, H. M., & Boven, E. (1997). CPT-11 in Human Colon-Cancer Cell Lines and Xenografts: Characterization of Cellular Sensitivity Determinants. Int. J. Cancer, 335-340.
John Hopkins Colorectal Cancer. (2013). Dipetik September 1, 2013, dari FOBT: http://www.hopkinscoloncancercenter.org/CMS/CMS_Page.aspx?Current
UDV=59&CMS_Page_ID=C2C6EA8C-1FD2-4C8D-8C13-FA0BF0D0B581
Johns Hopkins Medicine Colorectal Cancer. (2013). Dipetik June 24, 2013, dari
Colonoscopy Screening Test:
http://www.hopkinscoloncancercenter.org/CMS/CMS_Page.aspx?Current
UDV=59&CMS_Page_ID=33CD25B0-CCC6-4F55-A226-3C202E67D0B1
Johns Hopkins Medicine Colorectal Cancer. (2013). Dipetik September 1, 2013,
dari Barium Enema:
http://www.hopkinscoloncancercenter.org/CMS/CMS_Page.aspx?Current
UDV=59&CMS_Page_ID=2AB211EA-18D0-40BB-A8E5-B4096012E444
Levrero, M., Laurenzi, V. D., Costanzo, A., Sabatini, S., Gong, J., Wang, J. Y., et al. (2000, May). The p53/p63/p73 family of transcription factors: overlapping and distinct functions. Journal of Cell Science, 113, 1661-1670.
Liu, H. C., Chen, G. G., Vlantis, A. C., Leung, B. C., Tong, M. C., & van Hasselt, C. A. (2006). 5-fluorouracil mediates apoptosis and G1/S arrest in laryngeal squamous cell carcinoma via a p53-independent pathway. Cancer J, 12, 482-493.
Longley, D. B., & Johnston, P. G. (2007). 5-fluorouracil: Molecular mechanisms of cell death. Dalam R. Srivastava (Penyunt.), Apoptosis, Cell Signaling, and Human Diseases: Molecular Mechanisms (Vol. 1, hal. 263). New Jersey: Humana Press.
Megaputri, P. Y. (2012). Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanol Sarang Semut (Myrmecodia pendens Merr& Perry) terhadap Karsinoma Mammae pada Kultur Sel MCF-7. 51.
52
proliferasi dan memacu apoptosis sel MCF-7. Majalah Farmasi Indonesia, 12-19.
Moore, K. L., Dalley, A. F., & Agur, A. M. (2010). Clinically Oriented Anatomy (6th ed.). United States of America: Lippincott Williams & Wilkins.
Mudjahid. (2011). PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BATANG SARANG SEMUT (Myrmecodia Pendens Merr & Perry) TERHADAP EKSPRESI p21 DAN EKSPRESI ki67 PADA GALUR SEL KARSINOMA MAMMAE T47D. 2.
Muhammad, A. (2011). Sarang Semut dan Buah Merah Pembasmi Ragam Penyakit Ganas. Yogyakarta: Laksana.
Nafrialdi, & Gan, S. (2009). ANTIKANKER. Dalam Farmakologi dan Terapi (5th ed., hal. 732-755). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Nasaretnam, K., Dorasamy, S., & Darbre, P. D. (2000). Tocotrienols inhibit growth of ZR-75–1 breast cancer cells. Int J Food Sci Nutr, 51, 95-103.
Nature Reviews Cancer. (2003, May). Dipetik July 7, 2013, dari FIGURE 1 |
5-Fluorouracil metabolism:
http://www.nature.com/nrc/journal/v3/n5/fig_tab/nrc1074_F1.html
Pakurar, A. S., & Bigbee, J. W. (2004). Digital Histology an Interactive CD Atlas with Review Text. United States of America: A JOHN WILEY & SONS, INC.
Palozza, P., Serini, S., Maggiano, N., Tringali, G., Navarra, P., Ranelletti, F. O., et al. (2005). b-Carotene Downregulates the Steady-State and Heregulin-a-Induced COX-2 Pathways in Colon Cancer Cells. J. Nutr, 135, 129-136.
Pufulete, M. (2008). Intake of dairy products and risk of colorectal neoplasia. Nutr Res Rev, 56-57.
Ren, W., Qiao, Z., Wang, H., Zhu, L., & Zhang, L. (2003). Flavonoids: Promising Anticancer Agents. Medicinal Research Review, 23, 519-534.
Rumah Sakit Dharmais Pusat Kanker Nasional. (t.thn.). Dipetik Mei 27, 2013, dari KANKER KOLOREKTAL (USUS BESAR DAN RECTUM): http://www.dharmais.co.id/index.php/kanker-kolon.html
53
Siegel, R., Naishadham, D., & Jemal, A. (2012). Cancer Statistics, 2012. A Cancer Journal for Clinicians, 62, 10-29.
Sigmond, J., Backus, H. H., Wouters, D., Temmink, O. H., Jansen, G., & Peters, G. J. (2003). Induction of resistance to the multitargeted antifolate Pemetrexed (ALIMTA) in WiDr human colon cancer cells is associated with thymidylate synthase overexpression. Biochemical Pharmacology, 66(3), 431-438.
Sino Biological Inc. (t.thn.). Diambil kembali dari Canonical
(beta-Catenin-Dependent) Wnt Signaling Image:
http://www.sinobiological.com/Canonical-beta-Catenin-Dependent-Wnt-Signaling-Image-a-1500.html
Sjamsuhidajat, R. (2006). Adenokarsinoma kolorektal. Jakarta: Perhimpunan Onkologi Indonesia dan IKABDI.
Soeksmanto, A., Subroto, M. A., Wijaya, H., & Simanjuntak, P. (2010). Anticancer activity test for extracts of sarang semut plant (Myrmecodia pendens) to HeL and MCM-B2 cells. Pakistan Journal of Biological Science, 148-151.
Stricker, T. P., & Kumar, V. (2010). Neoplasia. Dalam W. Schmitt, & R. Gruliow (Penyunt.), Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease (8th Edition ed., hal. 260-330). Philadelphia: Elsevier.
Syahrawi, N. F. (2008). STUDI PEMANFAATAN SARANG SEMUT (Myrmecodia pendans Merr. & Perry) OLEH MASYARAKAT SEKITAR TAMAN NASIONAL WASUR. 3-4.
Tanaka, T. (2009). Colorectal carcinogenesis : Review of human and experimental animal studies. Journal of Carcinogenesis, 1-19.
Turner, J. R. (2010). The Gastrointestinal Tract. Dalam V. Kumar, A. K. Abbas, N. Fausto, & J. C. Aster, Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease (Vol. VIII, hal. 763-831). Philadelphia: Saunders Elsevier.
Untung, O. (2010). Herbal Indonesia Berkhasiat Bukti Ilmiah dan Cara Racik (Vol. 8). Depok: PT. Trubus Swadaya.
Utomo, A. B., Suprijono, A., & Risdianto, A. (2012). UJI AKTIVITAS
ANTIOKSIDAN KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT
54
O.K.var.assamica (mast.)) DENGAN METODE DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Online Journal System Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi, 1-9.
Wang, I., Lin-Shiau, S., & Lin, J. (1999). Induction of apoptosis by apigenin and related flavonoids through cytochrome c release and activation of caspase-9 and caspase-3 in leukaemia HL-60 cells. Eur J Cancer, 35, 1517-1525.
Wibowo, D. S., & Paryana, W. (2009). Anatomi Tubuh Manusia. Singapore: Elsevier.
Zhang, N., Yin, Y., Xu, S.-J., & Chen, W.-S. (2008). 5-Fluorouracil: Mechanisms of Resistance and Reversal Strategies. Molecules, 13, 2551-2569.