• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Uji Sitotoksik Fraksi Semipolar Ekstrak Etanol Kulit Batang Srikaya (Annona Squamosa L.) Terhadap Sel T47D.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN Uji Sitotoksik Fraksi Semipolar Ekstrak Etanol Kulit Batang Srikaya (Annona Squamosa L.) Terhadap Sel T47D."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Penyakit kanker masih menjadi masalah kesehatan dunia (Wahyudi dan

Djajanegara, 2009). Kanker merupakan penyebab kematian kedua setelah

penyakit jantung di Amerika Serikat. Setiap tahun dijumpai 1.000.000 kasus baru

kanker ganas dengan mortalitas sebesar 22% (Pasaribu, 2006). Kanker merupakan

penyakit yang disebabkan oleh keadaan mutasi pada gen yang mengatur

pertumbuhan sel-sel dan proses mitosis (Guyton, 1997). Menurut SK Menteri

Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 tentang pedoman pengendalian

penyakit kanker, Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001

menunjukkan bahwa penyakit kanker sebagai penyakit non infeksi merupakan

penyebab kematian nomor lima (5) di Indonesia. Berdasarkan data dari Badan

Registrasi Kanker Perhimpunan Dokter Ahli Patologi Indonesia tahun 1998 di 13

rumah sakit di Indonesia didapatkan bahwa kanker payudara menduduki peringkat

kedua dari seluruh kasus kanker sebesar 12,2% (Anonim, 2007).

Pengobatan utama penyakit kanker ditujukan untuk membinasakan

sel-sel kanker dengan membunuhnya atau membuangnya. Hal ini dapat dilakukan

dengan operasi atau pembedahan, penyinaran atau radiasi, kemoterapi, dan

imunoterapi. Biaya pengobatan dengan metode tersebut cukup mahal dan kadang

menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan (Wahyudi dan Djajanegara,

2009). Eksplorasi bahan-bahan alam yang dianggap potensial sebagai alternatif

agen antikanker perlu dilakukan mengingat efek samping yang ditimbulkan

tersebut (Ikawati et al., 2008). Salah satu bahan alami yang potensial adalah kulit

batang Srikaya (Annona squamosa L.)

Penelitian mengenai tanaman A. squamosa L telah banyak dilakukan.

Penelitian yang dilakukan oleh Pisutthanan et al. (2004) mengenai uji sitotoksik

bagian-bagian tanaman Annona squamosa dengan metode Brine Shrimp Lethality

Test menunjukkan bahwa fraksi metanol 90% ekstrak metanol daun dan biji

(2)

Annona squamosa menyebabkan kematian terhadap larva udang dengan nilai

LC50 berturut-turut sebesar 0,63 µg/mL dan 0,10 µg/mL. Pardhasaradhi et al.

(2005) meneliti efek sitotoksik ekstrak biji A. squamosa terhadap sel tumor

manusia. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ekstrak organik dan ekstrak air

biji buah Annona squamosa menginduksi apoptosis sel tumor MCF-7 dan K-562.

Berdasarkan pada penelitian-penelitian tersebut diketahui bahwa bagian tanaman

A. squamosa L. memiliki banyak manfaat, untuk itu dilakukan penelitian

mengenai aktivitas sitotoksik pada fraksi semipolar ekstrak etanol kulit batang A.

squamosa L.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah,

1. Apakah fraksi semipolar ekstrak etanol kulit batang Srikaya (Annona

squamosa L.) mempunyai efek sitotoksik terhadap sel T47D dan berapa harga

IC50 nya?

2. Golongan senyawa apakah yang terkandung dalam fraksi semipolar ekstrak

etanol kulit batang Srikaya (Annona squamosa L.)?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan pada

penelitian ini adalah,

1. Mengetahui aktivitas sitotoksik fraksi semipolar ekstrak etanol kulit batang

Srikaya (Annona squamosa L.) terhadap sel T47D dan menentukan harga IC50

nya dengan metode MTT assay.

2. Menentukan golongan senyawa yang terkandung dalam fraksi semipolar

ekstrak etanol kulit batang Srikaya (Annona squamosa L.) dengan teknik

(3)

D. Tinjauan Pustaka

1. Tanaman Srikaya (Annona squamosa L.)

a. Sistematika Tanaman

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Anak Kelas : Magnoliidae

Bangsa : Magnoliales

Suku : Annonaceae

Marga : Annona

Jenis : Annona squamosa Linn

(Cronquist, 1981; Backer et al., 1965)

b. Nama Daerah

Tanaman Srikaya mempunyai bermacam-macam julukan di berbagai

daerah. Masyarakat Aceh menyebut tanaman ini dengan delima bintang atau serba

bintang, orang Melayu menyebutnya delima srikaya, atau seraikaya di Lampung,

dan sarikaya di Sunda. Tanaman Srikaya di Jawa sering disebut sebagai serkaya

atau surikaya, dan sarkaya, serekaya, sirikaya di Madura, Gorontalo, dan Buru.

Masyarakat Timor menyebutnya ata, sedangkan di Bali disebut sirkaya, di

Sumbawa disebut srikaya kebo, dan nagametawata di Sumba. Masyarakat Bima

menyebut tanaman Srikaya sebagai garoso, dan disebut atis di daerah Sulawesi

Utara, Ternate, dan Tidore, sedangkan di Halmahera tanaman Srikaya disebut atisi

dan hirikaya (Achmad dkk., 2007).

c. Deskripsi Tanaman

Tanaman Srikaya memiliki ciri-ciri morfologi batang yang gilik,

percabangan simpodial, ujung rebah, dan kulit batang berwarna coklat muda.

Daun tanaman Srikaya berupa daun tunggal berseling, helaiannya berbentuk elips

memanjang sampai bentuk lanset, berujung tumpul sampai meruncing pendek.

Panjang daun berkisar antara 6-17 cm, lebar 2,5-7,5 cm dengan tepi daun rata,

gundul, daunnya berwarna hijau mengkilat. Bunga tanaman Srikaya adalah bunga

tunggal, dalam berkas, letak bunga 1-2 berhadapan atau di samping daun. Daun

(4)

bersambung seperti katup berukuran kecil. Daun mahkota berbentuk segitiga,

yang terluar berdaging tebal, panjang daun mahkota berkisar antara 2-2,5 cm,

berwarna putih kekuningan dengan pangkal yang berongga berubah ungu, daun

mahkota yang terdalam sangat kecil atau mereduksi. Buah Srikaya tumbuh secara

majemuk membentuk agregat, buahnya berbentuk bulat membengkok di ujung,

dengan garis tengah 5-10 cm, permukaannya berduri, berlilin, dan bagian buah

dengan ujung melengkung pada waktu masak, sedikit atau banyak melepaskan

diri satu dengan yang lain, daging buah Srikaya berwarna putih keabu-abuan. Biji

Srikaya dalam satu buah agregat banyak, biji buah yang masak berwarna hitam

mengkilat (Gunawan dkk, 2001).

d. Khasiat Tanaman

Setiap bagian tanaman Srikaya memiliki berbagai macam manfaat. Akar

digunakan sebagai obat pencahar, biji untuk membantu enzim pencernaan, obat

cacing, pembunuh serangga, sedangkan daun untuk mempercepat pemasakan

(bisul), dan untuk obat kudis (Gunawan dkk, 2001). Akar dan kulit batang

digunakan untuk mengatasi gangguan saluran pencernaan seperti sembelit, diare,

dan disentri (Achmad, dkk., 2007).

e. Kandungan Kimia

Kandungan kimia biji Srikaya berupa senyawa poliketida, Asetogenin

squasmostatin C, D; anonain, anonasin, anonasin A, anostastin, annonin I, IV,

neoanonin; suatu senyawa bistetrahidrofuran yaitu Annonin IV, VIII, IX, XVI, I,

II; squamostatin A; bullatasin, bullatasinone, squamon; asetogenin, neo-annonin

B, neo-des-asetilurarisin, neo-retikulatasin A, asetogenin squamosten A, asimisin,

skuamosin (Gunawan dkk, 2001). Secara umum, pada struktur asetogenin terdapat

substitusi dua gugus hidroksil di antara rangkaian rantai karbon.

(5)

Daun Srikaya mengandung alkaloid tetrahidro isokuinolin,

p-hidroksibenzil-6,7-dihidroksi-1,2,3,4-tetrahidro-Isokuinolin, HCN (Gunawan dkk,

2001). Kulit batang Srikaya mengandung Annonaceous asetogenin: bullatasin,

bullatasinon, squamon, squamolinon, 9-oksoasimisinon, bullasin B,

4-deoksianoretikuin, squamoksinon, mosinon A, alkaloid, koridin, isokoridin,

anonain, glausin (Anonim, 2011).

f. Efek Farmakologi

Tanaman A. squamosa L memiliki banyak khasiat. Infusa biji srikaya

mempunyai daya larvasida terhadap Aedes aegypti. Ekstrak biji A. squamosa L.

menyebabkan kematian serangga uji secara bermakna. Ekstrak daun A. squamosa

L. mampu membunuh Ascaridia galli (Gunawan dkk, 2001). Daun A. squamosa

L. mempunyai efek antifertilitas dan embriotoksik pada tikus betina, serta

mempengaruhi daya reproduksi Sitophillus oryzae. Senyawa insektisida yang

terdapat dalam biji A. squamosa L. mempunyai daya bunuh ektoparasit. Daun

mengandung alkaloid tetrahidroisokuinolin yang mempunyai aktivitas

kardiotonik. Higenamin

(p-hidroksibenzil-6,7-dihidroksi-1,2,3,4-tetrahidro-isokuinolin) yang berinteraksi dengan adrenoreseptor menghasilkan aktivitas

inotropik positif pada otot jantung. Senyawa poliketida dan bistetrahidrofuran

memiliki efek antitumor (Gunawan dkk, 2001).

2. Kanker

a. Tinjauan Umum

Kanker adalah suatu jenis penyakit yang identik dengan pertumbuhan

yang tidak terkontrol dan penyebaran sel yang tidak normal (Anonim, 2010).

Sel-sel normal dalam tubuh berinteraksi dengan Sel-sel lain dan mengatur

perkembang-biakan selnya sendiri. Sel berkembang-biak (mengalami proliferasi) untuk

menggantikan sel yang rusak. Ketika kanker terjadi, pertumbuhan dan

perkembang-biakan sel tersebut menjadi lepas kendali (Clark et al., 1997),

akibatnya adalah pembengkakan atau benjolan yang disebut tumor atau

neoplasma. Sel kanker itu menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan

(6)

penurunan berat badan mendadak, kepenatan total (cachexia), dan berkeringat

malam (Tjay, 2007).

b. Penyebab Kanker

Onkogen adalah suatu gen yang mengkode protein untuk mengubah

sel-sel normal menjadi sel-sel-sel-sel kanker. Sel memiliki proto-onkogen yang mengkode

protein yang dibutuhkan untuk fungsi sel normal. Proto-onkogen tersebut

sebagian besar berperan dalam mengatur siklus sel dan mengontrol pertumbuhan

sel. Perubahan proto-onkogen menjadi onkogen dapat terjadi melalui beberapa

cara dan biasanya adalah melalui proses bertahap yang dipicu oleh karsinogen, zat

kimia, atau agen-agen fisik yang dapat menyebabkan kanker (O’day, 2010).

c. Karakteristik Sel Kanker

Hanahan et al. (2000) menyatakan bahwa sel kanker memiliki

kemampuan-kemampuan tertentu yang membedakan mereka dengan sel yang

normal:

1) Kemampuan untuk mencukupi kebutuhan sel terhadap sinyal pertumbuhan.

Sel-sel yang normal membutuhkan sinyal-sinyal pertumbuhan mitogenik

tertentu sebelum dapat berpindah dari fase pasif ke fase proliferasi aktif.

Umumnya, tidak ada sel normal yang dapat berproliferasi tanpa kehadiran

sinyal-sinyal stimulator tersebut. Sel-sel tumor dapat menghasilkan banyak

sinyal-sinyal pertumbuhan mereka sendiri sehingga mengurangi

ketergantungam terhadap rangsangan dari jaringan normal.

2) Ketidakpekaan terhadap sinyal-sinyal antipertumbuhan.

Sinyal-sinyal antipertumbuhan dapat menghalangi proliferasi melalui dua

mekanisme yang berbeda. Sel-sel dipaksa keluar dari siklus proliferasi aktif ke

fase pasif (G0), yang dapat muncul kembali ketika ada isyarat dari luar sel.

Mekanisme lain, sel-sel diinduksi untuk melepaskan kemampuan proliferasi

mereka secara permanen dengan memasuki fase postmitotic. Sel-sel kanker

yang masih dalam tahap awal harus menghindari sinyal-sinyal antiproliferasi

(7)

3) Kemampuan untuk dapat menghindari apoptosis.

Resistensi terhadap apoptosis diperoleh sel kanker dari berbagai jalan. Secara

umum, yang pasti terjadi adalah hilangnya pengatur mekanisme proapoptosis

melalui mutasi yang melibatkan gen penekan tumor p53.

4) Kemampuan replikasi yang tidak terbatas.

Kebanyakan jenis sel tumor yang dipropagasi dalam kultur tampak seperti

tidak dapat mati, hal ini menunjukkan kemampuan replikasi yang tidak

terbatas adalah suatu fenotip yang diperoleh secara in vivo selama

pertumbuhan tumor dan penting untuk perkembangan maligna.

5) Kemampuan untuk melakukan angiogenesis terus-menerus.

Sel-sel dengan kemampuan proliferasi yang menyimpang pada awalnya

memiliki kemampuan angiogenesis yang kurang sehingga penyebarannya

dapat dibatasi, untuk itu neoplasia pada tahap awal harus mengembangkan

kemampuan angiogenesis agar dapat berkembang menjadi ukuran yang lebih

besar. Kemampuan untuk menginduksi dan melakukan angiogenesis

kemungkinan diperoleh dari beberapa tahap yang berbeda selama

perkembangan tumor.

6) Kemampuan untuk menginvasi jaringan dan metastasis

Massa tumor primer menghasilkan sel-sel yang dapat berpindah-pindah,

menginvasi jaringan di dekatnya yang kemudian dapat bergerak menuju lokasi

yang lebih jauh untuk membentuk koloni baru.

d. Perkembangan Sel Kanker

Sel-sel pada tumor dapat menyebar dan memisah, dengan merusak

matriks luar sel dan masuk aliran darah. Ketika mereka mencapai suatu lokasi

yang memungkinkan, sel-sel tersebut dapat keluar dari aliran darah dan

berkembang menjadi tumor sekunder (mengalami metastasis).

Tahap-tahap dalam metastasis:

1) Memisahnya sel dari lokasi pertumbuhan awal.

2) Penyebaran melalui pembuluh darah/ sirkuler.

3) Pergerakan melalui sistem sirkuler.

(8)

3. Kanker Payudara

Wanita-wanita muda dan remaja perempuan memiliki jaringan payudara

yang sensitif terhadap agen-agen penyebab kanker (karsinogen). Kebanyakan

perkembangan payudara terjadi antara masa pubertas dan masa kehamilan

pertama. Sel-sel payudara yang belum dewasa, disebut stem cells, melakukan

pembelahan dengan cepat selama masa pubertas. Sel-sel yang belum dewasa

tersebut tidak efisien dalam dalam proses perbaikan sel apabila terjadi mutasi, dan

sel-sel tersebut lebih mudah untuk mengikat senyawa karsinogen. Karena itu,

penting untuk mengurangi paparan senyawa karsinogen terhadap para wanita

muda dan remaja perempuan tersebut yang kemungkinan dapat merusak DNA

selama perkembangan sel-sel payudara (Clark et al., 1997). Dua macam gen

penyebab kanker payudara telah diidentifikasi, yaitu BRCA 1 dan BRCA 2. Protein

BRCA 1 dan 2 mengikat enzim DNA repair, Rad51, untuk memperbaiki DNA

yang rusak. Apabila terjadi mutasi pada gen BRCA, menyebabkan akumulasi

mutasi yang tidak dapat diperbaiki pada gen supresor tumor dan onkogen (Kumar

dan Clark, 2006)

4. Sel T47D

Sel kanker payudara T47D merupakan continous cell lines yang

morfologinya seperti sel epitel yang diambil dari jaringan payudara seorang

wanita berumur 54 tahun yang terkena ductal carcinoma (Burdall et al., 2003 cit

Anonimb, 2012). Sel T47D membawa beberapa reseptor untuk hormon steroid dan

kalsitonin. Sel T47D mengekspresikan mutasi yang terjadi pada protein penekan

tumor p53. Pada kondisi kultur yang normal, sel T47D mengekspresikan reseptor

progesteron dan sel tersebut peka terhadap estrogen. Sel T47D pernah digunakan

sebagai model dalam penelitian resistensi obat tamoxifen pada pasien dengan

tumor payudara dengan mutasi pada protein p53 (Anonimc, 2012).

Segev et al., (1985), menyatakan bahwa sel T47D pada adenokarsinoma

payudara manusia, secara in vitro melepaskan partikel seperti virus dan protein

yang terlarut, terdapat kemiripan yang terbatas secara imunologis antara gp25

(9)

berarti bahwa sel T47D yang merupakan sel kanker payudara manusia, memiliki

kemiripan dengan MMTV, sejenis tumor yang menyerang payudara tikus.

5. Uji Sitotoksik

Sitotoksisitas tidak merujuk pada mekanisme kematian sel secara

spesifik. Sitotoksisitas menggambarkan kematian sel yang disebabkan oleh suatu

senyawa kimia atau mediator sel, terlepas dari mekanisme kematian sel yang

umum. Beberapa metode telah dikembangkan untuk mempelajari viabilitas sel

dan proliferasi sel dalam populasi. Metode yang relatif mudah adalah microplate

assay yang dikembangkan berdasarkan beberapa parameter yang berbeda yang

berhubungan dengan viabilitas dan proliferasi sel. Analisis secara kolorimetri

dapat mengukur secara langsung dalam microplate menggunakan ELISA reader.

Salah satu parameter yang digunakan sebagai dasar dalam analisis

kolorimetri adalah aktivitas metabolik sel hidup. Garam tetrazolium, MTT , saat

ini secara luas digunakan untuk mengukur proliferasi sel dan sitotoksisitasnya.

(Anonima, 2012). Garam MTT tetrazolium

(3-(4,5-dimetiltiazol-il-2)-2,5-difeniltetrazolium bromide) direduksi oleh sel yang aktif secara metabolik,

melibatkan enzim dehidrogenase menyebabkan reduksi pada NADH dan

NADPH. Kristal ungu formazan yang dihasilkan dapat dilarutkan dan diukur

serapannya dengan spektrofotometri (Anonim, 2001).

6. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) untuk Annona squamosa L.

Metode KLT biasanya digunakan untuk menganalisis kandungan

senyawa dalam sampel secara kualitatif. Himesh et al. (2011) melakukan skrining

fitokimia dengan menggunakan metode KLT untuk mengetahui keberadaan

golongan senyawa alkaloid, flavonoid, dan sterol pada ekstrak daun Annona

squamosa menggunakan fase diam silika gel F254. Analisis keberadaan senyawa

alkaloid dilakukan dengan menggunakan sistem fase gerak campuran kloroform:

metanol (15:1) pada sampel ekstrak kloroform daun Annona squamosa. Analisis

adanya senyawa flavonoid dilakukan dengan sampel ekstrak metanol daun

Annona squamosa menggunakan campuran fase gerak kloroform: metanol (19:1)

dan n-butanol: asam asetat glasial: air (3:1:1), sedangkan untuk analisis senyawa

(10)

benzen: etil asetat (2:1). Analisis KLT tersebut menunjukkan hasil positif yang

berarti ekstrak kloroform dan metanol daun Annona squamosa mengandung

senyawa alkaloid, flavonoid, dan sterol.

E. Landasan Teori

Penelitian mengenai aktivitas sitotoksik dan aktivitas kemopreventif

terhadap kulit batang Annona squamosa telah banyak dilakukan. Pisutthanan et al.

(2004) melakukan uji sitotoksik terhadap berbagai tanaman dari suku Meliaceae

dengan metode Brine Shrimp Lethality Test. Ekstrak metanol kulit batang Annona

squamosa pada penelitian tersebut digunakan sebagai kontrol positif yang

menyebabkan toksisitas pada larva udang dengan LC50 sebesar 6,53 µg/mL.

Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa ekstrak kulit batang Annona squamosa

memiliki LC50 sebesar 1,55 µg/mL (Hopp et al., 1998). Pemberian ekstrak etanol

kulit batang Annona squamosa dengan dosis 500 mg/kg BB dan 300 mg/kg BB

secara signifikan mencegah pembentukan sel karsinoma pada mulut hamster yang

diinduksi dengan 0,5% 7,12-dimetilbenz (a) antrasena (DMBA) tiga kali

seminggu selama 14 minggu. Hasil tersebut mengindikasikan peran

kemopreventif yang poten terhadap induksi DMBA penyebab karsinogenesis oral

(Suresh et al., 2006).

Daun, akar, kulit batang, buah, dan biji tanaman annona mengandung

beberapa substansi bioaktif seperti asetogenin, alkaloid, terpen, flavonoid, dan

lemak (Pinto et al., 2005). Kulit batang Srikaya mengandung Annonaceous

asetogenin: bullatasin, bullatasinon, squamon, squamolinon, 9-oksoasimisinon,

bullasin B, 4-deoksianoretikuin, squamoksinon, mosinon A, alkaloid, koridin,

isokoridin, anonain, glausin (Anonim, 2011). Secara spesifik target kerja

asetogenin adalah NADH-ubikuinon oksidoreduktase pada mitokondria, yaitu

suatu membran terikat protein yang penting pada transport elektron. Asetogenin

menghambat ubikuinon berikatan dengan NADH-oksidase pada membran plasma

sel tumor. Penghambatan tersebut dapat menyebabkan hilangnya ATP yang akan

(11)

Penelitian Suresh et al. (2006), menyebutkan bahwa ekstraksi kulit

batang Annona squamosa dilakukan dengan maserasi menggunakan etanol 95%.

Penggunaan pelarut ekstraksi yang relatif bersifat semipolar seperti etanol

kemungkinan dapat menarik senyawa-senyawa semipolar yang bersifat sitotoksik

seperti asetogenin. Asetogenin kemungkinan relatif bersifat semipolar karena

terdapat substitusi dua gugus hidroksil di antara rantai karbon yang panjang, maka

untuk penelitian ini diharapkan asetogenin dapat tersari pada fraksi semipolar

ekstrak etanol kulit batang Srikaya (Annona squamosa L.).

F. Hipotesis

Fraksi semipolar ekstrak etanol kulit batang Srikaya (Annona squamosa

L.) memiliki aktivitas sitotoksik pada sel T47D dan senyawa-senyawa yang

terkandung dalam fraksi semipolar ekstrak etanol kulit batang Srikaya (Annona

Gambar

Gambar 1. Struktur umum asetogenin pada Annonaceae (Orru et al., 1997)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perhelatan yang mempertemukan unsur pemerintah dan bisnis ( Government to Business/G2B ), termasuk investor dan industri infrastruktur terkemuka dari negara anggota ASEAN

MAHDI, L100 060 022, Strategi Komunikasi Pembangunan Manusiawi Dalam Penataan Pedagang Kaki Lima (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan

Penyelenggaraan layanan bimbingan konseling anak usia dini harus tetap berorientasi pada kebutuhan anak yaitu dengan memperhatikan adanya individual differences

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan wujud unsur-unsur intrinsik (alur, penokohan, latar, tema) yang terdapat di dalam roman Joseph Balsamo Tome I (Mémoires

Jenis mangrove yang dipakai untuk program rehabilitasi selama ini hanyalah jenis mangrove yang bibitnya mudah mudah didapatkan/dibeli. Sementara kondisi

Setiap sinyal suara dari hasil proses ini ditambahkan noise dengan tingkatan 20dB, 10dB dan 00dB seperti terlihat pada Gambar 14, yang akan digunakan pada proses denoising

Semua informasi yang dimuat dalam Karya Ilmiah ini yang berasal dari penulis lain, baik yang dipublikasikan atau tidak, telah diberikan penghargaan dengan

Warga masyarakat terkena dampak berhak duduk sebagai anggota Komisi Penilai AMDAL melalui wakil yang telah ditetapkan. Warga masyarakat berkepentingan juga dapat menyampaikan