9
A. Penelitian Sebelumnya
Dhewi Astuti: “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray (TSTS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Bertanya dan Menjawab serta
Prestasi Belajar Siswa dalam Pelajaran Biologi Materi Pokok Sistem Koordinasi di SMAN 2 Batu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model TSTS: 1) dapat meningkatkan kemampuan bertanya siswa, terlihat dari skor kemampuan bertanya menunjukkan peningkatan sebesar 3,5 dari siklus I ke siklus II dan 5,35 dari siklus II ke siklus III, 2) dapat meningkatkan kemampuan menjawab siswa, terlihat dari skor rata-rata kemampuan menjawab menunjukkan peningkatan 4,25 dari siklus I ke siklus II dan 1,1 dari siklus II ke siklus III, 3) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa aspek kognitif sebesar 9,6% dari siklus I ke siklus II dan sebesar 2,4% dari siklus II ke siklus III, 4) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa aspek afektif sebesar 10,7% dari siklus I ke siklus II dan sebesar 17,1% dari siklus II ke siklus III.4
4http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/pub/detail/penerapan-pembelajaran-kooperatif
-model-two-stay-two-stray-tsts-untuk-meningkatka-kemampuan-bertanya-dan-menjawab-serta-prestasi -belajar-siswa-dalam-pelajaran-biologi-materi-pokok-sistem-koordinasi-di-sman-2-batu-dhewi-astuti-2010-42303.html (online 02 Maret 2012)
Adapun perbedaan antara penelitian peneliti dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada rumusan masalah yaitu bagaimana cara penerapan model pembelajarannya dan materi pelajaran, yang mana rumusan masalah peneliti yaitu: 1) Bagaimana pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS pada materi Gerak pada Tumbuhan, 2) bagaimana aktivitas peserta didik dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS pada materi Gerak pada Tumbuhan, 3) bagaimana hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS pada materi Gerak pada tumbuhan. Dari perbedaan itulah sehingga peneliti tertarik ingin melakukan penelitian selanjutnya yaitu tentang “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two
Stay Two Stray (TSTS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Pokok
Gerak Pada Tumbuhan pada Siswa Kelas VIII MTsN-1 Mentaya Hilir Selatan”.
B. Deskripsi Teoritik
1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray
Penerapan mempunyai arti; proses, cara, perbuatan menerapkan.5 Sedangkan menurut Bloom dan Krathwol dikutip oleh Usman, penerapan adalah kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah
5
dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan prinsip.6
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa penerapan ialah kemampuan menerapkan dan mempraktekkan suatu pengetahuan atau materi yang sudah dipelajari kedalam situasi baru.
Secara kaffah model dimaknai sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu hal, sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif. 7 Model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Dalam penerapannya model pembelajaran ini harus sesuai dengan kebutuhan siswa.8
Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Dalam penerapannya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip yang berbeda-beda.
6
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdayakarya, 2001, h. 35
7Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010, h. 21
8
Isjoni, Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antara Peserta
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah..9
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu, belajar berkelompok secara kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan
9
Trianto, Model-Model pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktitivisti, Jakarta: Pustaka Publisher, 2007 h. 42.
untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi komunikasi sosialisasi karena kooperatif adalah miniatur dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.10
Pelajaran dengan pembelajaran kooperatif dapat ditandai oleh fitur-fitur sebagai berikut: 1) siswa bekerja sama dalam tim untuk mencapai tujuan belajar, 2) tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah, sedang, dan tinggi, 3) bila mana mungkin, tim-tim terdiri atas campuran ras, budaya, dan gender, 4) sistem reward-nya berorientasi kelompok maupun individu.11
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan metode pembalajaran yang didasarkan atas kerjasama kelompok yang dilakukan untuk mencapai tujuan khusus. Pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif siswa tidak cukup hanya mempelajari materi saja, tetapi harus mempelajari keterampilan kooperatif.
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
10
Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Jawa Timur: Masmedia Buana Pustaka, 2009, h. 51
11Helly Prajitno Soetjipto, belajar untuk mengajar edisi ketujuh, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki siswa sebagai warga masyarakat, bangsa dan negara, mengingat kenyataan yang dihadapi bangsa ini dalam mengatasi masalah-masalah sosial semakin kompleks. Apalagi tantangan bagi peserta didik supaya mampu dalam menghadapi persaingan global untuk memenangkan persaingan.12
c. Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Disamping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial dikalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat.13
d. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Menurut Trianto dalam bukunya Mode-model Pembelajaran
Inovatif Berorientasi Konstruktivistik menyebutkan terdapat langkah
utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah tersebut itu ditunjukkan pada Tabel 2.114.
12
Isjoni, Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan KomunikasiAntara Peserta
Didik, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010, h.109 13
Ibid, h. 58 14
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, h. 48-49
Table 2.1
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah laku guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
Fase-2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase-3
Mengorganisasi siswa kedalam kelompok
koopratif
Guru menjlaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membentuk setiap kelompok belajar dan mem bantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Fase-4
Memebimbing kelompok kerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase-5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya. Fase-6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Bila diperhatikan langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada tebel di atas maka tampak bahwa proses demokrasi dan peran aktif siswa di kelas lebih menonjol bila dibandingkan dengan model-model lain. Sedangkan peran guru sendiri adalah membantu siswa menemukan fakta, konsep atau prinsip bagi diri mereka sendiri bukan memberikan ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas.
e. Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)
1) Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)
Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah Two Stay Two Stray (TSTS) “Dua Tinggal Dua Tamu”. Teknik pembelajaran Two
Stay Two Stray (TSTS) dikembangkan oleh Spencer Kagan. Two Stay Two Stray (TSTS) merupakan teknik pembelajaran yang memberi
kesempatan pada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi atau bertamu antar kelompok untuk berbagi informasi.15
Pembelajaran tipe Two Stay Two Stray (TSTS) adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, dan laporan kelompok.16
Struktur Two Stay Two Stray memberi kesempatan pada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan
15 http://repository.upi.edu/operator/upload/s_ d025_040188_ chap ter2. pdf , , h.14 (Online
21 Mei 2012)
16
Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Jawa Timur: Masmedia Buana Pustaka, 2009,h. 66
kegiatan individu saja, atau tanpa kegiatan kelompok, padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu dengan yang lainnya. 17
Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) baik digunakan sebagai alternatif pembelajaran karena mengandalkan siswa untuk berinteraksi dengan temannya dalam membantu menguasai materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif model Two
Stay Two Stray (TSTS) juga membantu siswa memiliki beberapa
keterampilan sosial seperti bekerjasama, berbagi tugas, mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain, kemampuan bertanya dan lain-lain yang sangat jarang diberikan dalam penerapan pembelajaran tradisional.18
2) Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two
Stay Two (TSTS)
- Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang.
17Anita Lie, Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang Kelas,
Jakarta: Gramedia, 2007,h. 61.
18
Maghfirah, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay – Two Stray (Ts-Ts) Pada Materi Trigonometri Siswa Kelas X Sman 1 Kuala Pembuang, Skripsi Sarjana, Palangka Raya: Universitas Palangka Raya , 2011, h.. 18, t.d.
- Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok lainnya.
- Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
- Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
- Kelompok mencocokan dan membahas hasil kerja mereka.19
Untuk lebih jelasnya, skema dijelaskan dalam uraian berikut:
1) 2 orang dari masing-masing kelompok bertamu ke kelompok lain dengan skema yang digambarkan pada Gambar 4.
19
Anita Lie, Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang Kelas, Jakarta: Gramedia, 2007, h.61-62
Gambar 2.1 Skema Two Stay Two Stray (TSTS) di kelas A5A6 A7A8 A1A2 A3A4 A21A22 A23A24 A17A18 A19A20 A13A14 A15A16 A9A10 A11A12 A29A30 A31A32 A25A26 A27A28
2) Masing-masing kelompok diberikan kesempatan berkunjung maksimal 7 kali secara berurutan, dengan skema dan batasan waktu yang sudah ditentukan guru.
3) Namun jika mereka merasa sudah cukup dalam mendapatkan informasi dari kelompok lain, kurang dari alokasi jumlah kunjungan dan waktu yang ditentukan, mereka bisa langsung kembali ke kelompok mereka untuk mendiskusikan hasil temuan mereka dari kelompok lain tersebut.20
Berikut skema TSTS secara terperinci (peluang maksimal kunjungan siswa):21
20Maghfirah, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay – Two Stray (Ts-Ts)
Pada Materi Trigonometri Siswa Kelas X Sman 1 Kuala Pembuang, Skripsi Sarjana, Palangka Raya: Universitas Palangka Raya , 2011, h.. 33, t.d.
Gambar 2.2 Skema Two Stay Two Stray (TSTS) Secara Terperinci
Akan tetapi apabila dalam kelas tersebut jumlah siswa tidak sama dengan kelipatan empat maka ada beberapa kelompok yang anggotanya lima orang hal ini didasarkan pada setiap siswa berhak mendapatkan pembelajaran.22
Dengan melihat langkah-langkah dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS), siswa mendapat banyak manfaat antara lain; siswa dalam kelompoknya mendapat informasi sekaligus dari kelompok yang berbeda, siswa belajar untuk mengungkapkan pendapat kepada siswa lain, siswa dapat meningkatkan daya ingat, siswa dapat meningkatkan kemapuan
22 http://repository.upi.edu/operator/upload/s_mat_ 0700306_chapter2.pdf , h.23 (Online 21
Mei 2012) 1 5 2 3 4 6 7 8 2 6 3 4 5 7 8 1 3 7 4 5 6 8 1 2 4 8 5 6 7 1 2 3 5 1 6 7 8 2 3 4 6 2 7 8 1 3 4 5 7 3 8 1 2 4 5 6 8 4 1 2 3 5 6 7
berfikir kritis, dan siswa dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.
Tahapan-tahapan model pembelajaran kooperatif tipe Two
Stay Two Stray (TSTS) sebagi berikut:
a) Persiapan
Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi siswa dalam beberapa kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang. Setiap anggota kelompok harus heterogen dalam hal jenis kelamin dan prestasi akademik siswa. Setelah itu siswa diberi pra tes untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
b) Presentasi Guru
Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
c) Kegiatan Kelompok
Dalam kegiatan ini, pembelajarannya menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempelajarinya
dalam kelompok kecil yang mendiskusikan masalah tersebut bersama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesaikan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu kekelompok yang lain secara terpisah, sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing, dan melaporkan temuannya dari kelompok lain tadi serta mencocokan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. d) Formalisasi
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan, salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa kebentuk formal.
e) Evaluasi Kelompok dan Penghargaan
Pada tahap evaluasi ini untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
model TSTS. Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan-pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan model TSTS, yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor rata-rata tertinggi. 23
4) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Koopertif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)
Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay
Two Stray (TSTS)
a) Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan.
b) Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna. c) Lebih berorientasi pada keaktifan.24
Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay
Two Stray (TSTS)
a) Membutuhkan waktu yang lama.
b) Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok.
c) Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga).
23Maghfirah, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay – Two Stray (Ts-Ts)
Pada Materi Trigonometri Siswa Kelas X Sman 1 Kuala Pembuang, Skripsi Sarjana, Palangka Raya: Universitas Palangka Raya , 2011, h. 20-21,t.d.
24
Muamar Agung R, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) Untuk Meningkatkan Aspek Kognetif dan Aspek Apektif Siswa Kelas X.5 SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu, Skripsi Serjana,Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. 2010,h.29. http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/fullchapter/06130089-muamar-agung-r.pdf (Online 21 Mei 2012)
d) Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.25
Untuk mengatasi kekurangan pembelajaran kooperatif model TSTS, maka sebelum pembelajaran guru terlebih dahulu mempersiapkan dan membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademis. Berdasarkan sisi jenis kelamin, dalam satu kelompk harus ada siswa laki-laki dan perempuannya. Jika berdasarkan kemampuan akademis maka dalam satu kelompok terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang. Pembentukan kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi yang diharapkan bisa membantu anggota kelompok yang lain. 26
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan tipe TSTS adalah siswa lebih aktif dalam proses belajar-mengajar dan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam kerja kelompok biasanya akan menimbulkan sedikit kagaduhan karena
25Ibid
26 Maghfirah, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay – Two Stray
(Ts-Ts) Pada Materi Trigonometri Siswa Kelas X Sman 1 Kuala Pembuang, Skripsi Sarjana, Palangka Raya: Universitas Palangka Raya , 2011,h. 19, t.d.
melibatkan setiap siswa, akan tetapi dalam pembelajaran Two Stay
Two Stray (TSTS) setiap kelompok hanya dua orang saja yang
mencari informasi dan dua orang lagi diam di tempat sehingga dapat mengurangi kegaduhan. Kekurangan dari tipe TSTS adalah teknik ini membutuhkan persiapan yang matang karena proses belajar mengajar dengan tipe TSTS membutuhkan waktu yang lama dan pengelolaan kelas yang optimal.
2. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar a. Pengertian Belajar
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut:
“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”27
Belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari definisi ini dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu: (1)
penciptaan hubungan, (2) sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah dipahami, dan (3) sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jadi makna belajar, di sini bukan berangkat dari sesuatu yang benaar-benar belum diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan yang baru.28
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatau tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua peruahan tingkah laku merupakan hasil belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku.29
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar:
1) Faktor raw input (yakni murid/anak itu sendiri) dimana anak-anak memilki kondisi yang berbeda-beda dalam:
a) Kondisi fisiologi
Secara umum kondisi fisiologi, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan capai, tidak dalam keadaan cacat
28
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, h. 15
29
jasmani, seperti kakinya atau tangannya (karena ini akan menggangu kondisi dan fisiologis), dan sebagainya, akan sangat membantu ternyata kemampuan belajarnya berada dibawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, sebab mereka yang kekurangan gizi biasanya cenderung lekas lelah, capai, mudah mengantuk dan akhirnya tidak mudah dalam menerima pelajaran.
b) Kondisi psikologis
Kondisi psikologis yang mempengaruhi dan hasil belajar siswa meliputi minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemapuan-kemampuan kognitif.
2) Faktor environmental input (yakni faktor lingkungan), baik itu lingkungan alami maupun lingkungan sosial.
3) Faktor instrumen input, yakni didalamnya antara lain terdiri dari: a) Kurikulum.
b) Program/bahan ajar. c) Sarana dan fasilitas. d) Guru (tenaga pengajar).30
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya yang dikelompokkan kedalam tiga kategori, yaitu kognitif, afektif dan
30
Abu ahmadi dan joko prasetya, Strategi Belajajar Mengajar (SBM), Bandung: Pustaka Setia, 1997, h. 103.
psikomotorik. Pada penelitian ini ranah yang diamati adalah ranah kognitif adalah kemampuan yang berkaitan dengan penalaran yang meliputi tiga aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi.
1) Pengetahuan (C1)
Pengetahuan mencakup kemampuan mengenali, mengetahui dan mengingat hal-hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan berkenaan dengan fakta atau istilah-istilah, peristiwa, pengertian, kaidah, teori dan metode.
2) Pemahaman (C2)
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menyerap pengertian dari hal-hal yang telah dipelajari. Pada jenjang ini siswa dituntut untuk mengerti dan memahami konsep yang dipelajari. Kemampuan memahami terdiri dari tiga tingkatan, yaitu:
a) Menterjemahkan adalah kemampuan merubah konsepsi abstrak menjadi suatu model simbolik untuk mempermudah orang memahaminya.
b) Menginterpretasikan adalah kemampuan mengenal dan memahami ide utama suatu komunikasi, seperti gambar, diagram tabel dan grafik.
c) Mengeksplorasi adalah kemampuan menafsirkan, menarik kesimpulan berdasarkan hasil terjemahan dan interpretasi.
3) Penerapan (C3)
Penerapan merupakan kemampuan menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam kegiatan pembelajaran untuk menghadapi situasi baru yang ada dalam kehidupan sehari-hari.31
C. Materi Gerak Pada Tumbuhan
Standar kompetensi yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah memahami sistem dalam kehidupan tumbuhan, khususnya terdapat pada kompetensi dasar yaitu mengidentifikasi macam-macam gerak pada tumbuhan.
Setiap makhluk hidup (organisme) mampu menerima dan menanggapi rangsangan yang disebut iritabilitas, salah satu bentuk tanggapan yang umum dilakukan berupa gerak. Gerak adalah perubahan posisi tubuh atau perpindahan yang meliputi seluruh atau sebagian dari tubuh sebagai respon yang diberikan terhadap rangsangan dari lingkungan dan akibat adanya pertumbuhan.
Gerak merupakan salah satu ciri makhluk hidup yang bertujuan untuk melaksanakan kegiatan hidupnya. Gerak yang terjadi pada tumbuhan berbeda dengan gerak yang dilakukan oleh hewan dan manusia. Gerak pada tumbuhan bersifat pasif, artinya tidak memerlukan adanya perpindahan tempat (tetap berada
31 http://repository.upi.edu/operator/upload/s_ kom_ 0608489_chapter2.pdf h. 23-24 (Online
di tempat tumbuhnya), namun gerak dapat terjadi karena adanya pengaruh rangsangan (stimulus).32
Mekanisme gerak pada tumbuhan bukanlah struktur yang tanpa fungsi atau yang terbentuk secara kebetulan. Allah telah menciptakan struktur ini dengan sempurna agar manusia dapat mengetahui tanda-tanda kebesaran-Nya, dan agar manusia dapat mengambil pelajaran dari reaksi yang terjadi pada tumbuhan. Seperti firman Allah QS An-Nahl ayat 13:
“Dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran”.
(Q.S. An-Nahl:13)
Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan, maksudnya mengendalikan apa yang Dia ciptakan dimuka bumi ini untuk kalian semua.33 Beradasarkan ayat di atas, Allah SWT menciptakan bermacam-macam mahkluk hidup di muka bumi ini, salah satunya termasuk tumbuh-tumbuhan, semua agar dapat dimanfaatkan oleh manusia dan menjaga keseimbangan alam. Semua pergerakan tumbuhan tunduk atas perintah Allah SWT. Dan Allah SWT juga telah menjelaskan bagaimana tumbuhan itu diciptakan selain untuk dimanfaatkan
32Istamar Syamsuri, dkk, IPA BIOLOGI untuk SMP kelas VIII, Jakarta: Erlangga, 2006,
h.161.
33
dengan dipelajari dan ditelaah tentang bagaimana proses tumbuhnya tumbuhan, juga tentang gerak yang dilakukan oleh tumbuhan itu sendiri atas perintah Allah SWT. Semua itu merupakan tanda-tanda (kekuasaan Allah SWT) bagi orang-orang yang berpikir dan mengambil pelajaran.
Tumbuhan tidak memiliki sistem saraf, tetapi dapat menerima dan menanggpi rangsangan yang diterimanya. Dengan kata lain, tumbuhan memiliki kepekaan tarhadap rangsangan. Rangsangan itu dapat berupa rangsangan mekanis, misalnya sentuhan. Rangsangan juga dapat berupa cahaya, suhu, air, kelembapan, atau zat-zat kimia.
Tumbuhan tingkat tinggi seperti tumbuhan berbunga dapat menaggapi atau merespon rangsangan tertentu dari lingkungan denga cara menggerakkan sebagian tubuhnya. Gerak tumbuhan sangat lambat sehingga tidak terlihat oleh mata biasa atau sulit diamati secara sepintas.
Para ahli memebedakan gerak tumbuhan berdasarkan sumber rangsangan. Jika gerak tumbuhan terjadi bukan karena rangsangan dari luar atau rangsangan itu berasal dari dalam tumbuhan, disebut dengan gerak endonom. Gerak ini dikenal pula dengan gerak otonom atau gerak spontan. Sedangkan gerak tumbuhan yang disebabkan oleh adanya rangsangan dari luar disebut gerak etionom.
1. Gerak Etionom (Esionom)
Gerak etionom adalah reaksi gerak tumbuhan yang disebabkan oleh adanya rangsangan dari luar. Misalnya: cahaya, gaya gravitasi bumi, air,
sentuhan, dan zat kimia. Contoh: membuka dan menutupnya stomata dan membuka dan menutupnya daun putri malu (Mimosa pudica).
Berdasarkan hubungan arah respon gerakan dengan arah rangsangan, gerak etionom/esionom dapat dibedakan menjadi gerak tropisme, taksis dan nasti.
a. Gerak Tropisme
Tropisme adalah gerak bagian tumbuhan yang arah geraknya
dipengaruhi oleh datangnya rangsangan. Bagian yang bergerak itu misalnya cabang, daun, kuncup, bunga, atau sulur. Gerak tropisme dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
- Tropisme positif adalah Gerakan bagian tumbuhan yang menuju ke arah cahaya. Misalnya gerak ujung batang tumbuhan yang membelok kearah datangnya cahaya.
- Tropisme negatif adalah gerakan tumbuhan yang arahnya meninggalkan ransangan. Contohnya: batang bergerak ke arah menjauhi atau meninggalkan rangsangan berupa gratvitasi bumi.
Berdasarkan jenis rangsangannya gerak tropisme dibagi menjadi lima yakni:
1) Fototropisme
Fototropisme adalah gerak bagian tumbuhan karena adanya
rangsangan cahaya matahari. Contohnya: ujung tanaman yang ada di dalam ruangan akan membelok ke arah datangnya cahaya matahari
2) Geotropisme
Geotropisme adalah gerak bagian tumbuhan karena pengaruh
gravitasi bumi (geo=bumi). Jika arah gerakan menuju arah rangsangan disebut geotropisme positif, misalnya gerakan akar menuju tanah. Jika arah gerakan menjauhi rangsangan disebut geotropisme positif, misalnya gerakan tumbuh batang menuju tanah.
3) Hidrotropisme
Hidrotropisme adalah gerakan bagian tumbuhan karena
rangsangan air (hidro=air). Jika gerakan itu mendekati air, disebut
hidrotropisme positif. Misalnya akar tanaman yang tumbuh bergerak
menuju tempat yang banyak airnya ditanah. Jika tanaman tumbuh menjauhi air disebut hidrotropisme negatif, misalnya gerak pucuk tumbuhan yang tumbuh ke atas menjauhi air.
4) Kemotropisme
Kemotropisme adalah gerak bagian tumbuhan karena
rangsangan zat kimia. Jika gerakan mendekati zat kimia tertentu disebut geotropisme positif. Misalnya gerak akar menuju zat di dalam tanah. Jika gerakan menjauhi zat kimia tertentu disebut kemotropisme
negatif, contohnya gerak akar menjauhi racun.
5) Tigmotropisme
Gerak bagian tumbuhan karena adanya rangsangan sentuhan pada satu sisi atau persinggungan disebut tigmotropisme. Gerakan ini
tampak jelas pada gerak membelit ujung batang ataupun ujung sulur dari Cucurbitaceae. Misalnya pada tanaman yang mempunyai sulur seperti: Anggur (Vitis vinifera), Mentimun (Cucumis sativus), Semangka (Citrulus vulgaris).
b. Taksis
Taksis adalah gerak seluruh tubuh atau gerak berpindah tempat
bagian dari tubuh tumbuhan yang arah perpindahannya dipengaruhi oleh rangsangan. Gerakan arah yang mendekati sumber rangsangan disebut
taksis positif dan yang menjauhi disebut taksis negatif. Macam atau
sumber rangsangan taksis meliputi cahaya, zat kimia, dan rangsangan listrik.
Jika rangsangan berupa zat kimia, gerak yang timbul disebut kemotaksis. Contohnya gerak gamet jantan berflagela (spermatozoid) yang dihasilkan oleh anteridium lumut kearah gamet betina (sel telur) di dalam arkegonium. Gamet jantan akan berenang melewati cairan seperti embun atau air hujan, ke arah arkegonium Karena adanya rangsangan zat kimia pemikat yang dihasilkan arkegonium. Kemotaksis positif dapat juga terjadi pada bakteri. Misalnya bakteri oksigen akan bergerak menuju ke sumber oksigen.
Jika rangsangan yang datang berupa cahaya, disebut fototaksis, jika rangsangan berupa listrik disebut galvanotaksis. fototaksis dan
positif dapat terjadi pada alga dan bakteri. Misalnya alga bersel satu
euglena peka terhadap rangsangan cahaya sehingga mendekati arah
datangnya cahaya. Galvanotaksis positif dan negatif dapat terjadi pada beberapa spesies bakteri.
c. Nasti
Nasti adalah gerak bagian tumbuhan yang arahnya tidak
dipengaruhi oleh arah datangnya rangsangan, tetapi ditentukan oleh tumbuhan itu sendiri. Berdasarkan penyebabnya gerak nasti dibedakan menjadi tujuh macam, yaitu: fotonasti, niktinasti, tigmonasti, termonasti,
haptonasti, hidronasti, dan nasti kompleks.
1) Fotonasti
Fotonasti adalah gerak nasti yang disebabkan oleh rangsangan
cahaya. Misalnya, gerakan mekarnya bunga pukul empat (Mirabilis
jalapa) disore hari. Mekarnya bunga pukul empat itu dipengaruhi oleh
cahaya matahari yang diterimanya, namun gerakannya tidak menuju kearah datangnya cahaya matahari. Contoh lain adalah gerak mekarnya bunga Sidaguri (Sida rhombifolia) pada kira-kira jam 9 pagi dan menutup menjadi layu menjelang jam 12 siang. Beberapa spesies lain dai anggota Malvaceae (kapas-kapasan), seperti kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), mekar pada siang hari dan menguncup pada malam hari. Bunga wijayakusuma (Epiphyllum hookeri) mekar pada malam hari dan layu menjelang pagi hari.
2) Niktinasti
Niktinasti (nyktos=malam) merupakan gerak nasti yang
disebabkan oleh suasana gelap, sehingga disebut gerak tidur. Misalnya, pada malam hari, daun-daun tumbuhan Leguminosae (polong-polongan), seperti bunga merak (Caesalpinia pulcherrima) dan daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea), akan menutup dan akan membuka keesokan harinya ketika matahari terbit.
3) Tigmonasti atau Seismonasti
Tigmonasti (Seismonasti) adalah gerakan nasti yang disebabkan
oleh rangsangan sentuhan atau getaran. Contohnya gerak menutupnya daun sikejut atau putri malu (Mimosa pudica) jika disentuh.
4) Termonasti
Termonasti merupakan gerak nasti yang disebabkan oleh
rangsangan suhu, seperti mekarnya bunga tulip (Spathodea) dan
crocus. Bunga-bunga tersebut mekar jika mendadak mengalami
kenaikan temperatur, dan akan menutup kembali jika tempertur menurun.
5) Haptonasti
Haptonasti merupakan gerak nasti yang terjadi pada tumbuhan insektivor yang disebabkan oleh sentuhan serangga. Daun pada
tumbuhan insektivor, misalnya menutupnya daun tanamam kantong semar (venus flytrap), sangat sensitif terhadap sentuhan. Jika ada
serangga yang menyentuh bagian dalam daun, daun akan segera menutup sehingga serangga akan terperangkap diantara kedua belahan daun.
6) Hidronasti atau Higronasti
Hidronasti merupakan gerak yang terjadi terhadap keadaan air.
Contoh gerak menggulungnya daun padi (Oryza sativa), dan daun sere (Cymbopogon nardus), jika keadaan kurang air.
7) Nasti Kompleks
Nasti kompleks yaitu gerak nasti yang sumber rangsangnya
lebih dari satu. Contohnya adalah membuka menutupnya stomata karena pengaruh kadar air, cahaya, suhu, dan zat kimia.
2. Gerak Endonom Atau Autonom
Gerak tumbuhan yang disebabkan oleh rangasangan atau faktor-faktor yang diduga berasal dari dalam tumbuhan itu sendiri disebut gerak
endonom atau gerak otonom. Gerak ini dikenal pula sebagai gerak spontan
dari tumbuhan karena tumbuhan melakukan gerak secara spontan, tanpa adanya rangsangan dari luar. Gerak endonom yang paling umum adalah nutasi, yaitu gerak ujung batang yang sedang tumbuh atau organ lain seperti daun, stolon, tangkai bunga, dan akar, yang gerakannya membentuk lintasan melingkar di udara. Contoh lain adalah gerak rotassi sitoplasma atau disebut siklosis pada sel-sel daun Hydrilla verticillata. Melalui
pengamatan dengan mikroskop, gerakan sitoplasma dapat diamati dengan tampaknya gerakan kloroplas.
Gerakan endonom yang lain adalah gerakan higroskopis. Gerakan
higroskopis merupakan gerakan bagian tumbuhan yang disebabkan oleh
perubahan kadar air di dalam bagian tumbuhan. Contohnya, pecahnya kulit buah polong (misal turi, lamtoro dan flamboyan), pecahnya kulit buah pacar air (Impatiens balsamina), membukanya kotak spora tumbuhan lumut dan paku saat mengeluarkan spora.34
34Istamar Syamsuri, dkk, IPA BIOLOGI Untuk Kelas VIII, Malang: Erlangga,2007,