• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Untuk memahami konsep-konsep dari variabel yang dikaji dalam penelitian ini, maka dibawah ini diuraikan telaah pustaka dari konsep dasar dan hasil penelitian yang terkait sebelumnya, antara lain:

1. Metode Make a Match

Metode pembelajaran adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan oleh guru agar proses belajar-mengajar pada siswa tercapai sesuai dengan tujuan. Salah satu jenis metode pembelajaran adalah metode pembelajaran kooperatif

(cooperative learning). Trisnawati, (2008: 57) berpendapat Cooperative Learning

merupakan salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada perubahan nilai, kecakapan, dan stimuli.

Sunandar (2008: 166) mengemumakan tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk membangkitkan interaksi yang efektif diantara anggota kelompok melalui diskusi.

Metode pembelajaran kooperatif mempunyai berbagai jenis, salah satunya metode pembelajaran kooperatif Make a Match. Slavin (2008) menyatakan :

Make a Match merupakan salah satu metode dalam pembelajaran

kooperatif. Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan menutup kesenjangan dalam pemahaman mereka (hlm. 4)

Menurut Lie (2010) Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik (hlm. 55).

(2)

Suprijono berpendapat, -hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan Make A Match adalah kartu- (2011: 49). Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-partanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Menurut Lie (2010) Langkah-langkah Make A Match dalam proses belajar mengajar yaitu: Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang mungkin cocok untuk sesi review (persiapan menjelang tes atau ujian). Setiap siswa mendapat satu buah kartu. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan artunya. Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok (hlm. 55)

Kelebihan metode pembelajaran Make A Match menurut Lie adalah sebagai berikut:

a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar murid, baik secara kognitif maupun fisik

b. Ada unsur permainan, sehingga tipe ini menyenangkan

c. Meningkatkan pemahaman murid terhadap materi yang dipelajari d. Dapat meningkatkan motivasi belajar murid

e. Efektif melatih kedisiplinan murid menghargai waktu untuk belajar

2. Media Pembelajaran Google Earth

Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Sanaky (2009: 3) berpendapat media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran.

Manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut :

a. Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami pembelajar serta memungkinkan pembelajar menguasai tujuan pengajaran dengan baik.

(3)

c. Metode pembelajaran bervariasi tidak semata-mata hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak bosan dan pengajar tidak kehabisan tenaga.

d. Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengar penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang dilakukan seperti: mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

Kelebihan media belajar menggunakan komputer dirasa lebih efektif daripada media belajar lain. Sanaky (2009) menyatakan sebagai berikut :

Proses belajar dengan menggunakan komputer, tentu akan memberi kesempatan pada pembelajar untuk mendapat materi pembelajaran yang autentik dan dapat berinteraksi secara lebih luas dan mungkin saja materi-materi pembelajaran tersebut belum diajarkan pengajar. Maka pembelajaran pun menjadi lebih bersifat pribadi yang akan memenuhi kebutuhan strategi pembelajaran yang berbeda-beda (hlm. 176).

Media pembelajaran mempermudah seorang guru untuk menjelaskan suatu materi pelajaran kepada siswanya. Salah satu media belajar untuk pelajaran geografi adalah media pembelajaran Google Earth. Menurut Zaki (2010),

Google Earth adalah sebuah layanan Geographical Information system yang

menyediakan informasi mengenai peta dan seluk-beluknya. Salah satu keunggulan

Google Earth adalah peta ini mencakup ke seluruh dunia .

Yousman (2008: 3) berpendapat Google Earth menampilkan peta bola dunia, keadaan topografi, foto satelit, terrain yang dapat dioverlay dengan jalan, bangunan, lokasi ataupun informasi geografis lainnya.

Mengenai keunggulan Google Earth, Yousman (2008) menyatakan sebagai berikut :

Dengan Google Earth kita dapat merencanakan perjalanan, mencari tempat wisata, bandara, rumah makan, hotel, rumah sakit, sekolah dll. Dimana kita bisa mendapatkan koordinat lintang dan bujur. Google Earth dapat menampilkan foto satelit resolusi rendah yang menggambarkan gunung, laut, hutan, sampai foto satelit resolusi tinggi yang dapat menggambarkan obyek-obyek seperti jalan, rumah, perkantoran. Untuk area tertentu sudah dilengkapi dengan penampilan bangunan 3D (hlm. 3) Data yang dipakai oleh Google Earth ini berasal dari berbagai sumber. Oleh karena itu, kualitas gambar yang ada di lokasi tertentu dengan lokasi lainnya bervariasi. Umumnya, tingkat detail di daerah pedesaan akan kurang

(4)

dibandingkan dengan tingkat detail dibagian perkotaan karena memang daerah pedesaan dan terpencil kurang menarik untuk menjadi objek pemotretan peta dari luar angkasa. Hal ini tidak hanya berlaku di Google Earth namun juga disemua software GIS yang ada di pasaran.

Zaki (2010) menyatakan sebagai berikut :

Di beberapa tempat, anda dapat memasukkan alamat jalan kemudian mencari lokasi tersebut atau dengan memasukkan alamat koordinat

latitude dan longitude. Bahkan di kota-kota terkenal di dunia, anda bisa

menitikkan nama gedung tertentu untuk menuju gedung tersebut. Anda juga bisa mencari lokasi menarik, seperti monumen, obyek wisata, dan apapun dengan cara mengetikkan nama tertentu (Hlm. 5)

Google Earth memiliki manfaat sebagai media pembelajaran geografi.

Sebagaimana menurut Sutrisno (2010), Dengan Google Earth mampu menarik siswa, membuka kebingungan tentang pengetahuan bumi yang selama ini mereka alami, mereka dapat mengamati secara langsung, jelas sehingga beberapa siswa mampu melontarkan komentar walaupun sangat sederhana. Dengan proses pembelajaran seperti ini paling tidak telah mengaktifkan beberapa sensor diantaranya mata, telinga dan proses pembelajaran kita menjadi terasa lebih modern serta masih banyak implikasi yang positif yang lain. Banyak fasilitas-fasilitas dalam Google Earth yang dapat membantu guru dalam proses pembelajaran khususnya tentang kebumian.

3. Proses Pembentukan Muka Bumi

Anjayani dan Haryanto (2009: 61) mengemumakan bumi bukanlah benda di jagat raya yang muncul dengan sendirinya dalam bentuk yang sempurna. Bumi terbentuk melalui proses yang panjang dan terus berkembang hingga terbentuk sekarang ini.

Beberapa teori dari para ahli yang mengemukakan proses terjadinya bumi, antara lain:

Teori Nebula mengatakan bahwa Tata Surya pada awalnya berbentuk massa gas raksasa yang bercahaya dan berputar perlahan-lahan. Massa ini berangsur-angsur mendingin, mengecil, dan mendekati bentuk bola. Rotasi massa ini semakin lama semakin tinggi. Akibatnya, bagian tengah massa itu menggelembung. Akhirnya, lingkaran materi itu terlempar

(5)

keluar. Lingkaran ini mendingin, mengecil, dan akhirnya menjadi planet. Planet ini tetap mengorbit mengelilingi inti massa. Kemudian, lingkaran lain terlempar dan terlempar lagi dari pusat massa dan menjadi seluruh planet, termasuk Bumi. Akhirnya, semua planet terbentuk. Pusat massa menjadi matahari kita. Selanjutnya, planet- planet itu juga melemparkan massa keluar angkasa dan berubah menjadi satelit atau bulan. (Anjayani dan Haryanto, 2009: 46).

Teori Planetisimal yang dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin (1843-1928) dan Forest R. Moulton (1872-1952), keduanya adalah ilmuwan Amerika. Pada tahun 1900 mengemukakan bahwa :

Matahari sudah ada sejak awal sebelum planet terbentuk. Disekitar matahari terdapat gumpalan kabut yang berbentuk spiral, di dalam kabut tersebut terdapat material-material padat yang disebut plenetasimal. Gumpalan-gumpalan ini mempunyai orbit bebas, sehingga terjadi tabrakan yang menyebabkan gumpalan yang semakin padat dan memepat dan terus berkembang menjadi planet. Teori ini ditolak karena material matahari sangat panas sehingga ketika menggumpal akan segera meledak dan planet tidak mungkin terjadi. (Soegimo dan Ruswanto, 2009: 56) Teori pasang surut yang dikemukakan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun 1918. Jeans dan Jeffreys mengemukakan bahwa setelah bintang itu berlalu massa matahari yang lepas itu membentuk bentukan cerutu yang menjorok ke arah bintang. Kemudian, akibat bintang yang semakin menjauh, massa cerutu itu terputus-putus dan membentuk gumpalan gas disekitar matahari. Gumpalan-gumpalan itulah yang kemudian membeku menjadi planet-planet. (Endarto, 2005: 84).

Berdasarkan Teori Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran tersebut memungkinkan bagian-bagian kecil dan ringan terlempar ke luar dan bagian besar berkumpul di pusat, membentuk cakram raksasa. Suatu saat, gumpalan kabut raksasa itu meledak dengan dahsyat di luar angkasa yang kemudian membentuk galaksi dan nebula-nebula. Selama jangka waktu lebih kurang 4,6 milyar tahun, nebula-nebula tersebut membeku dan membentuk suatu galaksi yang disebut dengan nama Galaksi Bima Sakti, kemudian membentuk sistem tata surya. Sementara itu, bagian ringan yang terlempar ke luar tadi mengalami kondensasi sehingga membentuk gumpalan-gumpalan yang mendingin dan memadat. Kemudian, gumpalan-gumpalan itu membentuk planet-planet, termasuk planet bumi. (Tjasyono, 2009: 49).

(6)

Bumi yang kita tempati ini terdiri dari berbagai lapisan udara, air, besi, nikel dan batuan. Materi-materi tersebut membentuk lapisan baik dibawah maupun diatas permukaan bumi. Karakteristik perlapisan bumi adalah sebagai berikut :

Anjayani dan Haryanto (2009: 63) mengemukakan kerak adalah lapisan paling luar dari bumi. Di bawah bumi kerak bumi dapat mencapai ketebalan 70 km. Kerak di bawah benua disebut sial karena mengandung banyak silikon dan alumunium. Di bawah lautan, kerak bumi memiliki ketebalan 30 km sedangkan di bawah wilayah pegunungan memilki ketebalan 70 km. Di bawah sial ada sima yaitu kerak yang banyak mengandung silikon dan magnesium.

Munir (2003: 45) menjelaskan lapisan bagian dalam setelah kerak bumi adalah mantel bumi. Sesuai dengan namanya lapisan ini melindungi bagian lebih dalam dari bumi (inti). Lapisan ini menempati bagian di bawah kerak bumi, pada umumnya dibagi atas tiga bagian lagi, yaitu litosfer 50-100 km, astenosfer 100-400 km dan mesosfer 2.100-400-2.750 km.

Tjasyono (2009: 169) menjelaskan lapisan paling dalam adalah inti bumi. Inti luar bersifat cairan pekat yang mempunyai kedalaman 2880-4980 km dengan densitas antara 10-12,3 gram/cm . Inti dalam mempunyai batuan yang sama dengan inti luar tetapi dalam keadaan pekat. Inti dalam dan luar dipisahkan oleh lapisan peralihan setebal 140 km. Densitas lapisan inti dalam antara 13,3-13,6 gram/cm .

Teori tektonik lempeng adalah sebuah teori dalam bidang geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi. Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua ataupun kerak dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi. Kerak benua dan kerak samudra, beserta lapisan teratas mantel ini dinamakan litosfer. Kepadatan material pada kerak samudra lebih tinggi dibanding kepadatan pada kerak benua. Demikian pula, elemen-elemen zat pada kerak samudra lebih berat dibanding elemen-elemen pada kerak benua (Anjayani dan Haryanto 2009: 65).

(7)

Pergerakan lempeng tektonik dapat juga disebut batas antar lempeng. Secara umum, batas antar lempeng dapat dibedakan menjadi:

a. Dua lempeng saling menjauh (divergent-plate boundaries) Dampak:

1) Terjadi perenggangan lempeng yang membentuk celah memanjang, sehingga terbentuk pegunungan dasar samudera

2) Memicu aktivitas vulkanik laut dalam dan aktivitas gempa b. Dua lempeng saling menumbuk (convergent boundaries)

Dampak:

1) Terbentuk palung laut dan deretan pegunungan 2) Aktivitas vulkanisme dan gempa

c. Dua lempeng saling berpapasan (transform plate boundaries) Dampak: aktivitas vulkanisme dan seisme yang lemah

Munir (2003: 213) mengemukakan gerakan tektonik lempeng mengakibatkan persebaran gunungapi serta gempa tektonik yang intensif yang memusat pada jalur cincin api.

Anjayani dan Haryanto (2009: 63) menjelaskan Indonesia memiliki gunungapi terbanyak di dunia dan sering mengalami gempa tektonik karena Indonesia terletak pada wilayah yang paling dekat dengan pertemuan lempeng-lempeng tektonik.

4. Hasil Belajar

Sudjana (1991: 22) berpendapat Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Hasil belajar yang diperoleh merupakan hasil maksimal dari suatu pekerjaan atau perilaku yang didapat siswa setelah melalui serangkaian proses belajar mengajar. Pengukuran terhadap hasil belajar siswa dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi. Penilaian harus mengacu pada perubahan tingkah laku siswa yang telah dicapai melalui proses belajar. Bagi pengajar, hasil belajar yang diharapkan mampu menciptakan iklim belajar yang positif dan mampu mendorong siswa untuk belajar serius, dimana kerja sama dan kerja individu

(8)

mendapat peluang yang memadai, kompetensi yang bersifat positif terjadi dan siswa ingin mencapai prestasi yang terbaik.

Horward Kingsley dalam Sudjana (2005: 22) membagi tiga macam hasil belajar yaitu:

a. Keterampilan dan kebiasaan. b. Pengetahuan dan pengertian. c. Sikap dan cita-cita.

Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne dalam Supriyono (2009:5) membagi lima kategori hasil belajar, yakni:

a. Informasi verbal yaitu kapasitas mengungkapakan pengetahuan dalam bentuk bahasa , baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rancangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah, maupun penerapan aturan.

b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Ketrampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintetis, fakta-konsep dan mengambangkan prinsip-prinsip keilmuan. Ketrampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep kaidah dalam memcahkan masalah.

d. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

e. Keterampilan motorik yaitu kemempuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordonasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

(9)

B. Penelitian yang Relevan

Istiqomah (2011). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match (Mencari Pasangan) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil

Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Geografi (Pokok Bahasan Ketenagakerjaan pada Siswa Kelas VIII-B Semester II SMP Negeri 16 Surakarta. Skripsi, Program Studi Pendidikan Geografi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan tersebut adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar geografi siswa kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumberdaya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya. Penelitian tersebut merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII-B sebanyak 37 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian tersebut adalah observasi, tes formatif, angket dan dokumen. Teknik analisis data dalam penelitian tersebut adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil belajar pada siklus I menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam pembelajaran geografi belum mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian. Hal tersebut ditunjukkan pada motivasi siswa yang baru mencapai 64,86% dan hasil belajar siswa baru mencapai 62,16%. Hasil penelitian Siklus II menunjukan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam pembelajaran geografi mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa telah mencapai target keberhasilan penelitian. Hasil belajar siswa setelah Siklus II telah mencapai 89,18% dan Motivasi siswa mencapai 89,19% dari jumlah siswa. Hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II meningkat 27,02% (siklus I = 62,16% dan siklus II = 89,18%), Motivasi belajar siswa meningkat 24,33% (siklus I = 64,86% dan siklus II = 89,19%). Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make

a Match dalam pembelajaran geografi dapat meningkatkan motivasi dan hasil

(10)

Winarno (2010). Penggunaan Multimedia Pembelajaran Disertai Google

Earth untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Geografi dan Kecakapan Berpikir Spasial. Program Studi Pendidikan Geografi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar geografi dan kecakapan berfikir spasial siswa kelas X-4 di SMAN 2 Boyolali tahun pelajaran 2009/2010 dengan menggunakan multimedia pembelajaran disertai google earth. Penelitian tersebut merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam bentuk siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas X-4 di SMAN 2 Boyolali tahun pelajaran 2009/2010. Teknik pengumpulan data melalui dokumentasi, observasi, angket dan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis perbandingan. Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan motivasi belajar siswa mencapai 71% dan kecakapan berpikir spasial siswa 62% dari jumlah siswa. Hasil penelitian siklus II menunjukkan motivasi belajar siswa telah mencapai 85% dan kecakapan berpikir spasial siswa telah mencapai 79% dari jumlah siswa. Motivasi belajar siswa dari siklus I ke siklus II meningkat 14% dari jumlah siswa (siklus I = 71% dan siklus II = 85%). Kecakapan berpikir spasial dari siklus I ke siklus II meningkat 17% dari jumlah siswa (siklus I = 62% dan siklus II = 79%). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran geografi dengan menggunakan multimedia pembelajaran disertai google earth dapat meningkatkan motivasi belajar geografi dan kecakapan berpikir spasial pada siswa kelas x-4 di sman 2 boyolali tahun pelajaran 2009/2010.

Kuncoro (2012). Penerapan Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) Dan Penggunaan Media Belajar Mock-Ups Untuk

Meningkatkan Minat Belajar Dan Hasil Belajar Geografi Pada Materi Pokok Dinamika Lithosfer Siswa Kelas X-2 Sma Negeri 1 Ngemplak Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Januari 2012. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk: (1) Mengetahui peningkatan minat belajar geografi pada materi pokok dinamika lithosfer siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali tahun pelajaran

(11)

2010/2011 dengan menerapkan model pembelajaran STAD disertai penggunaan media belajar mock-ups; (2) Mengetahui peningkatan hasil belajar geografi pada materi pokok dinamika lithosfer siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali tahun pelajaran 2010/2011 dengan menerapkan model pembelajaran STAD disertai penggunaan media belajar mock-ups.

Penelitian tersebut menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas

(Classroom Action Research). Sumber data dalam penelitian ini adalah (1) Siswa

kelas X-2 SMA Negeri 1 Ngemplak sebagai subyek penelitian sebanyak 33 orang, data yang dapat diperoleh antara lain informasi mengenai minat dan hasil belajar geografi setelah PTK dilaksanakan; (2) Guru pengampu mata pelajaran geografi kelas X-2, data yang diperoleh mengenai minat belajar serta hasil belajar awal siswa, sebelum perlakuan; (3) Dokumen atau arsip mengenai data siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali; (4) Peristiwa mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif STAD serta penggunaan media mock-ups ketika sedang dilakukan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: (1) Angket (check list); (2) Tes hasil belajar geografi; (3) Dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Berdasakan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran STAD disertai penggunaan media belajar mock-ups dapat meningkatkan minat serta hasil belajar geografi dalam materi pokok dinamika lithosfer. Terjadi peningkatan minat belajar geografi pada materi pokok dinamika lithosfer, dengan rata-rata skor sebesar 95,393, sehingga minat belajar siswa tergolong baik. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari peningkatan hasil tes kognitif. Ketuntasan belajar pada kondisi awal sebesar 12 % setelah dilakukan perbaikan pada siklus 1 meningkat menjadi 91 % . Nilai rata-rata kelas pada kondisi awal sebesar 58,18 meningkat menjadi 81,81 %.

(12)

Tabel 2.1. Penelitian yang relevan

No Peneliti Judul Penelitian Tujuan Metode

Penelitian Hasil Penelitian 1 Istiqomah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make

A Match (Mencari Pasangan) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Geografi (Pokok Bahasan

Ketenagakerjaan pada Siswa Kelas VIII-B Semester II SMP Negeri 16 Surakarta

Untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar geografi siswa kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a

Match pada Kompetensi

Dasar Mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumberdaya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah

dalam upaya

penanggulangannya

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Hasil belajar pada siklus I menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam pembelajaran geografi belum mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian. Hal ini ditunjukkan pada motivasi siswa yang baru mencapai 64,86% dan hasil belajar siswa baru mencapai 62,16%.

Hasil penelitian Siklus II menunjukan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam pembelajaran

geografi mampu

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa telah mencapai target keberhasilan penelitian. Hasil belajar siswa setelah Siklus II telah mencapai 89,18% dan Motivasi siswa mencapai 89,19% dari jumlah siswa. 2 Sri Winarno Penggunaan

Multimedia

Pembelajaran Disertai Google Earth untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Geografi dan

Untuk meningkatkan motivasi belajar geografi dan kecakapan berfikir spasial siswa kelas X-4 di SMAN 2 Boyolali tahun pelajaran 2009/2010 dengan menggunakan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan motivasi belajar siswa mencapai 71% dan kecakapan berpikir spasial siswa 62% dari jumlah siswa.

(13)

Kecakapan Berpikir Spasial. Program Studi Pendidikan Geografi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. multimedia pembelajaran disertai google earth.

Hasil penelitian siklus II menunjukkan motivasi belajar siswa telah mencapai 85% dan kecakapan berpikir spasial siswa telah mencapai 79% dari jumlah siswa. Motivasi belajar siswa dari siklus I ke siklus II meningkat 14% dari jumlah siswa (siklus I = 71% dan siklus II = 85%). 3 Andreas Agung Adi Kuncoro Penerapan Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (Stad) Dan

Penggunaan Media Belajar Mock-Ups

Untuk Meningkatkan Minat Belajar Dan Hasil Belajar Geografi Pada Materi Pokok Dinamika Lithosfer Siswa Kelas X-2 Sma Negeri 1 Ngemplak Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011 Mengetahui peningkatan minat belajar geografi pada materi pokok dinamika lithosfer siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali tahun pelajaran 2010/2011 dengan menerapkan model pembelajaran STAD disertai penggunaan media belajar

mock-ups.

Mengetahui

peningkatan hasil belajar geografi pada materi pokok dinamika lithosfer siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali tahun pelajaran 2010/2011 dengan menerapkan model pembelajaran STAD disertai penggunaan media belajar

mock-ups.

\

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Terjadi peningkatan minat belajar geografi pada materi pokok dinamika lithosfer. Hal ini dibuktikan dari penilaian angket yang telah dilakukan oleh peneliti yang menunjukkan bahwa terdapat 45,5 % siswa memiliki minat sangat baik, serta terdapat 54,5 % siswa memiliki minat baik dalam belajar geografi. Terjadi peningkatan hasil belajar geografi pada materi pokok dinamika lithoser. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan rerata hasil belajar geografi. Sebelum diberi perlakuan nilai rerata yang diambil dari salah satu kompetensi dasar adalah sebesar 58,18 dan setelah diberi perlakuan nilai rerata naik menjadi 81,81.

(14)

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran yang dilakukan di sekolah masih banyak yang menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Masih banyak guru yang menggunakan metode ceramah dan tanya jawab serta tidak menggunakan metode lain yang lebih menarik. Metode pembelajaran ceramah dan tanya jawab membuat siswa merasa bosan dan kurang tertarik dalam mengikuti pelajaran yang berlangsung. Khususnya pelajaran geografi pada kompetensi dasar proses pembentukan muka bumi, siswa sulit menerima penjelasan guru jika hanya di pikiran.

Make a Match merupakan sebuah metode pembelajaran yang tidak

membosankan. Metode ini lebih menonjolkan sisi permainan yang menarik siswa 4 Rifky Ardhi

Nugraha

Penerapan Metode

Make a Match

disertai dengan Media

Google Earth untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Geografi pada Kompetensi Dasar Proses Pembentukan Muka Bumi Siswa Kelas X-b MAN Ngrambe Tahun 2013/2014

Untuk menganalisis peningkatan hasil belajar Geografi dengan menerapkan Metode

Make a Match yang disertai dengan media

Google Earth pada Kompetensi Dasar Proses Pembentukan Muka Bumi Siswa Kelas X-b MAN Ngrambe tahun ajaran 2013/2014.

Untuk menganalisis peningkatan hasil belajar Geografi dengan media Google Earth

pada Kompetensi Dasar Proses Pembentukan Muka Bumi Siswa Kelas X-b MAN Ngrambe tahun ajaran 2013/2014.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

penerapan metode pembelajaran Make a Match disertai dengan media

Google Earth dapat meningkatkan hasil belajar geografi pada Kompetensi Dasar Proses Pembentukan Muka Bumi Siswa Kelas X-b MAN Ngrambe tahun ajaran 2013/2014. Peningkatan rata-rata hasil belajar geografi. Sebelum penelitian nilai rata-rata siswa sebesar 70,5. Siklus I nilai rata-rata naik menjadi 74,5. Siswa yang mencapai ketuntasan minimal (70) meningkat dari 69,5% atau 16 siswa. Setelah dilaksanakan siklus II nilai rata-rata naik menjadi 79. Siswa yang mencapai KKM (70) meningkat menjadi 82,6% atau 19 siswa.

(15)

untuk mengikutinya. Siswa tidak terlalu terbawa suasana belajar yang monoton hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja. Siswa lebih aktif bergerak walaupun sedikit menimbulkan kegaduhan tapi membuat siswa termotivasi untuk menemukan pasangan dari soal atau jawaban yang dibawanya. Selain itu siswa lebih menghargai waktu yang telah diberikan.

Penggunaan Google Earth sangat bermanfaat bagi siswa maupun guru itu sendiri. Dengan Google Earth, guru bisa menunjukkan berbagai bentuk perairan maupun kenampakan geografi lainnya sehingga siswa bisa mengatahui wujud dari kenampakan alam yang dijelaskan oleh guru, tidak hanya berpikir di angan-angan saja. Hal ini menarik minat siswa untuk lebih mengikuti materi yang dijelaskan oleh guru. Sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Peningkatan hasil belajar siswa

sesuai dengan KKM Evaluasi

Penggunaan Google Earth Penggunaan Metode Make a Match

Hasil belajar rendah Kurangnya pemanfaatan

media pembelajaran Pembelajaran Geografi

kurang menarik

Gambar

Tabel 2.1. Penelitian yang relevan
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Peningkatan hasil belajar siswa

Referensi

Dokumen terkait

SDK KANAAN CIANJUR 学校给笔者进行实

Metode Penelitian : Subjek Penelitian adalah 40 orang mahasiswa FK UKM yang tidak merokok, berumur antara 18-25 tahun yang diukur kebugarannya dengan tes treadmill metode

Sementara nilai fungsi modifikasi sangat kecil sekali dibandingkan nilai fungsi yang didefinisikan oleh Gyllenberg dan Webb (1991), sehingga laju perubahan sel P pada

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Predict-Observe- Explain (POE) dapat meningkatkan keterampilan proses sains

Petani di Desa Cipelang masih mengalami beberapa kendala pemasaran dalam menjual produksi nenas yaitu: (1) kurangnya informasi yang dimiliki petani mengenai perkembangan harga

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis pola konsumsi pangan, aktivitas fisik, riwayat penyakit, riwayat demensia keluarga, dan kejadian demensia pada lansia di

Banyaknya individu yang terinfeksi penyakit satu yang digambarkan dengan grafik berwarna merah mengalami kenaikan dari nilai awal sampai ke puncak epidemi pada t = 112 sebanyak

Thanks to Allah SWT, for blessing the writer in accomplishing this research paper entitled The Implementation of Contextual Teaching and Learning Approach in