• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Pialang yang Melakukan Transaksi Semu di Pasar Modal Indonesia Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Pialang yang Melakukan Transaksi Semu di Pasar Modal Indonesia Chapter III V"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TRANSAKSI SEMU DI PASAR MODAL INDONESIA

A. Transaksi Semu di Pasar Modal Indonesia

1. Pengertian Transaksi Semu

Definisi mendalam tentang istilah transaksi semu sebenarnya belum ada.

Transaksi semu pada umumnya dikategorikan sebagai salah satu dari beberapa

bentuk manipulasi pasar, maka kebutuhan untuk merumuskan kriteria ataupun ciri

spesifik mengenai istilah transaksi semu dianggap terjawab dengan adanya

penjelasan mengenai manipulasi pasar dan transaksi semu bukanlah dua hal yang

berbeda, karena transaksi semu itu sendiri adalah merupakan salah satu dari

bentuk manipulasi pasar.Pasal 91 UUPM menyatakan: ―Setiap pihak dilarang

melakukan tindakan, baik langsung maupun tidak langsung, dengan tujuan untuk

menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan,

keadaan pasar, atau harga efek di bursa efek.‖ Rumusan Pasal 91 menjelaskan

bahwa gambaran semu mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga

efek, antara lain adalah:79

a. Melakukan transaksi efek yang tidak mengakibatkan perubahan pemilikan,

atau

b. Melakukan penawaran jual atau penawaran beli efek pada harga tertentu,

dimana pihak tersebut juga telah bersekongkol dengan pihak lain yang

79

(2)

melakukan penawaran beli atau penawaran jual efek yang sama pada harga

yang kurang lebih sama.

Kejahatan pasar modal adalah segala bentuk pelanggaran yang berhubugan

dengan kegiatan pasar modal, baik pelanggaran terhadap ketentuan

peraturan-peraturan pasar modal maupun peraturan-peraturan-peraturan-peraturan lain yang ada kaitannya

dengan kegiatan di pasar modal. Kejahatan pasar modal atau yang lebih sering

disebut sebagai capital market crime dan pelanggaran yang terjadi di pasar modal

dapat diasumsikan dengan beberapa alasan, yaitu kesalahan para pelaku,

kelemahan aparat yang mencakup integritas, dan profesionalisme peraturan.80

Keberadaan pasar modal menyebabkan semakin maraknya kegiatan

ekonomi. Hal tersebut mengakibatkan timbulnya kegiatan-kegiatan ilegal yang

menjurus pada kejahatan yang disebut sebagai kejahatan pasar modal. 81

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, seperti halnya Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), mengatur tentang kejahatan yang

terjadi dalam kegiatan di pasar modal. Kejahatan itu dapat dibagi menjadi dua

jenis, yaitu tindak pidana dan pelanggaran.82

Beberapa tindak pidana di pasar modal yang digariskan Undang-Undang

Pasar Modal diantaranya:

a. Penipuan/kecurangan (Fraud)

Penipuan atau fraud di pasar modal tergolong sebagai tindak pidana.

80

Akbar Arus silondae, Wirawan B.Ilyas. Pokok-pokok Hukum Bisnis,(Jakarta: Salemba Empat, 2012).hlm.125.

81

Ibid.

82

(3)

Pasal 90 UUPM menyatakan : ―Dalam kegiatan perdagangan efek, setiap pihak

dilarang secara langsung atau tidak langsung: 83

a. Menipu atau mengelabui pihak lain dengan menggunakan sarana dan atau

cara apapun;

b. Turut serta menipu atau mengelabui pihak lain;

c. Membuat pernyataan yang tidak benar mengenai fakta material atau tidak

mengungkapkan fakta yang material, agar pernyataan yang dibuat tidak

menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat,

dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindari kerugian untuk

diri sendiri atau pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi pihak lain

untuk membeli atau menjual efek‖

b. Manipulasi Pasar (Market Manipulation)

Manipulasi pasar dapat diartikan sebagai sebuah usaha yang dilakukan

dengan sengaja untuk mencampuri operasi pasar yang bebas dan wajar dan

membuat gambaran yang semu, salah, menyesatkan mengenai harga atau pasar

untuk sekuritas, komoditas atau nilai tukar. Di Indonesia, ketentuan yang

melarang praktik manipulasi pasar terdapat dalam Undang-Undang Pasar Modal

Pasal 91 menyatakan: ―Setiap pihak dilarang melakukan tindakan, baik langsung

maupun tidak langsung, dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau

menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga efek di

bursa efek.‖ Pasal 92 menyatakan: ―Setiap pihak, baik sendiri-sendiri maupun

bersama-sama dengan pihak lain, dilarang melakukan 2 (dua) transaksi efek atau

83

(4)

lebih, baik langsung maupun tidak langsung, sehingga menyebabkan harga efek di

bursa efek tetap, naik, atau turun dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk

membeli, menjual, atau menahan efek.‖ Pasal 93 menyatakan: ―Setiap pihak

dilarang, dengan cara apa pun, membuat pernyataan atau memberikan keterangan

yang secara material tidak benar atau menyesatkan dibuat atau keterangan

diberikan:

a. Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa

pernyataan atau keterangan tersebut secara material tidak benar atau

menyesatkan; atau

b. Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menentukan

kebenaran material dari pernyataan atau keterangan tersebut.‖

Beberapa pola dalam manipulasi pasar adalah:

a. Menyebarluaskan informasi palsu mengenai emiten dengan tujuan untuk

memengaruhi harga efek perusahaan yang dimaksud di bursa efek. Misalnya,

suatu pihak menyebarkan rumor bahwa emiten A akan segera dilikuidasi,

pasar merespon yang menyebabkan harga efeknya jatuh tajam di bursa.

b. Menyebarluaskan informasi yang menyesatkan atau informasi yang tidak

lengkap. Misalnya, suatu pihak menyebarkan rumor bahwa emiten A tidak

termasuk perusahaan yang akan dilikuidasi oleh pemerintah, padahal emiten

A termasuk yang diambil alih oleh pemerintah.84

Kegiatan transaksi yang bertujuan untuk memberikan kesan bahwa efek

perusahaan tertentu aktif diperdagangkan (wash trading). Sebagai contoh, direksi

84

(5)

emiten A memerintah seseorang untuk melakukan pembelian dan penjualan

sekaligus, agar efek perusahaannya dianggap likuid.Pola seperti ini, dapat lebih

jauh lagi dipergunakan sebagai sarana untuk memodifikasi (biasanya menaikkan)

harga efek pada level tertentu yang dikehendaki pelaku.85

Transaksi lain yang dapat menimbulkan gambaran semu antara lain adalah

transaksi efek yang tidak mengakibatkan perubahan kepemilikan atau penawaran

jual atau beli efek pada harga tertentu di mana pihak tersebut juga telah

bersekongkol dengan pihak lain yang melakukan penawaran beli atau jual efek

yang sama pada harga yang kurang lebih sama. Motif dari manipulasi pasar antara

lain adalah untuk meningkatkan, menurunkan, atau mempertahankan efek.86

2. Pengaturan Terhadap Transaksi Semu di Pasar Modal

Transaksi semu pada umumnya dikategorikan sebagai manipulasi pasar.

Manipulasi pasar dapat diartikan sebagai sebuah usaha yang dilakukan dengan

sengaja untuk mencampuri operasi pasar yang bebas dan wajar dan membuat

gambaran yang semu, salah, menyesatkan mengenai harga atau pasar untuk

sekuritas, komoditas atau nilai tukar.Praktik manipulasi pasar ditujukan pada

distorsi87 terhadap kekuatan bebas atas persediaan dan permintaan (supply and

demand). Pada umumnya, setiap manipulasi menggunakan restriksi artifisial

88pada ―floating supply of stock‖, yang diikuti oleh beberapa faktor untuk

http://kbbi.web.id/distorsi diakses tanggal 28 Februari 2017 pukul 00:28 wib. Distorsi adalah pemutarbalikan suatu fakta, aturan, dan sebagainya; penyimpangan: untuk memperoleh keuntungan pribadi tidak jarang orang melakukan—terhadap fakta yang ada;.

88

(6)

merangsang publik pada permintaan saham dalam bentuk artifisial atau

penciptaan penampilan palsu atas kegiatan perdagangan yang sebenarnya.89

Setiap pihak, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan pihak lain

dilarang melakukan dua transaksi efek atau lebih, bail langsung maupun tidak

langsung sehingga menyebabkan harga efek di bursa efek tetap naik atau turun

dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli, menjual, atau menahan

efek.90

Di Indonesia, larangan manipulasi pasar diatur dalam Pasal 91

Undang-Undang Pasar Modal, yang menyatakan bahwa: ―setiap pihak dilarang melakukan

tindakan, baik langsung maupun tidak langsung, dengan tujuan untuk

menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan,

keadaan pasar, atau harga efek di bursa efek‖.91

Di samping itu, pasal 92 Undang-Undang Pasar Modal menyatakan,

bahwa: ―setiap pihak, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan pihak

lain, dilarang melakukan 2 (dua) transaksi efek atau lebih, baik langsung maupun

tidak langsung, sehingga menyebabkan harga efek di bursa efek tetap, naik, atau

http://kbbi.web.id/restriksi. - pengertian Artifisial adalah tidak alami atau buatan yang menunjukkan segala sesuatu yang dibuat meniru apakah bentuk, sifat, atau cara kerja dari sesuatu yang sudah ada yang telah diciptakan Tuhan. .

89

Nasution Bismar. Keterbukaan dalam Pasar Modal,(Jakarta:Fakultas Hukum Universitas Indonesia ,2001). Hlm.169.

90

Kartika Elsi Sari, Advendi Simangunsong. Hukum Dalam Ekonomi, (Jakarta:PT Grasindo, 2008) hlm.156-157.

91

Indonesia (PM), op.cit. Penjelasan pasal 91 : masyarakat pemodal sangat memerlukan informasi mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar atau harga efek di bursa efek yang tercermin dari kekuatan penawaran jual dan penawaran beli efek sebagai dasar untuk mengambil keputusan investasi dalam efek. Sehubungan dengan itu, ketentuan ini melarang adanya tindakan yang dapat menciptakan gambaran semu mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga efek antara lain: a. melakukan transaksi efek yang tidak mengakibatkan perubahan pemilikan;atau b. melakukan penawaran jual atau penawaran beli efek pada harga tertentu, dimana pihak tersebut juga telah bersekongkol dengan pihak lain yang melakukan penawaran beli atau

(7)

turun dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli, menjual, atau

menahan efek‖. Selanjutnya, penjelasan pasal 92 menyatakan, bahwa: ―ketentuan

ini melarang dilakukannya serangkaian transaksi efek efek oleh satu pihak atau

beberapa pihak yang bersekongkol sehingga menciptakan harga efek yang semu

di bursa efek karena tidak didasarkan pada kekuatan permintaan jual atau beli efek

yang sebenarnya dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau pihak lain‖.

B. Faktor Penyebab Terjadinya Transaksi Semu di Pasar Modal Indonesia

Faktor penyebab terjadinya transaksi semu di pasar modal umumnya

dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah:

1. Faktor lemahnya pengawasan Otoritas Jasa Keuangan

Transaksi semu terjadi karena pengawasan Otoritas Jasa Keuangan masih

lemah terhadap pelaku di pasar modal sehingga menyebabkan

pelaku-pelaku pasar modal terkhusus pialang-pialang yang melakukan transaksi semu

yang merugikan investor di pasar modal. Lemahnya pengawasan Otoritas Jasa

Keuangan terhadap pialang dalam melakukan transaksi di pasar modal membuat

terjadi transaksi semu. Dalam pemeriksaan dan penyidikan Otoritas Jasa

Keuangan tidak sigap dalam pemeriksaan dan penyidikan transaksi di pasar modal

sehingga transaksi semu sulit diketahui dan diketahui apabila ada yang

melaporkan transaksi semu tersebut yang merupakan pihak yang telah dirugikan

(8)

2. Faktor pribadi pelaku pasar modal

Sebagai instrumen ekonomi, pasar modal tidak luput dari penyalahgunaan

oleh pihak-pihak tertentu untuk memperkaya dirinya secara melawan hukum.

Kejahatan di bidang pasar modal tergolong rumit dan sulit dibuktikan, apalagi

diperkirakan di hadapan pengadilan, mengingat sifat pasar yang sangat sensitif

terhadap fakta material (pemberitaan terkait jalannya proses peradilan) berupa

informasi terkait pasar modal. Umumnya kejahatan yang terjadi di pasar modal

dilakukan secara profesional oleh penjahat ―kerah putih‖, sedemikian sehingga

para korbannya tidak sadar telah dirugikan oleh tindak kejahatan tersebut.

Banyak sekali trik bisnis dilakukan di pasar modal, bahkan banyak yang

menjurus ke tindak pidana, sehingga untuk mencegah kerugian dan ketidak adilan

bagi pihak masyarakat atau bagi pihak tertentu, sektor hukum harus menyediakan

perangkatnya yang jelas dan komprehensif.92

Transaksi semu ini dilakukan hanya semata-mata untung meraih

keuntungan pribadi. Transaksi semu ini kadang-kadang juga dilakukan untuk

menstabilkan harga suatu saham atau juga dengan maksud untuk mendapatkan

(mengisi) porsi asing. Tindakan yang terakhir ini (untuk mengisi porsi asing)

misalnya dilakukan atas saham-saham yang memang sangat digemari oleh

investor asing. Saham-saham ―laris‖ ini biasanya sudah habis terbeli dalam

catatan bursa tetapi karena saham-saham pendiri masih akan diperdagangkan

maka sebenarnya masih ada sejumlah saham baik dari pendiri maupun pemegang

saham lokal yang masih dapat dibeli.

92

(9)

3. Investor yang kurang teliti dalam memilih pialang

Dalam memilih pialang yang baik, investor sebaiknya mempertimbangkan

hal-hal sebagai berikut: 93

1. Kejujuran pialang di dalam bertugas untuk kepentingan pemodal.

2. Mempunyai standar profesionalisme yang tinggi.

3. Melaksanakan pekerjaan dengan penuh dedikasi dan serius dengan

berkonsentrasi penuh pada tugas tanpa terpengaruh oleh pihak lain yang

berkepentingan.

4. Mendahulukan kepentingan nasabah.

5. Menjaga ketat rahasia nasabah.

6. Berhati-hati atas kebenaran informasi yang diberikan dan tidak

menganjurkan nasabah agar membeli saham mereka sendiri yang tidak

diketahui dan diyakini manfaat bagi pemodal.

7. Menaati hukum yang berlaku dan segala peraturan yang berhubungan

dengan usaha sekuritas serta tidak ikut serta bersama orang lain melakukan

pelanggaran di bidang pasar modal.

8. Tidak mengambil kesempatan yang dapat merugikan nasabah.

9. Tidak akan melakukan tindakan yang mengakibatkan nama buruk bagi

anggota lainnya.

10.Para anggota saling bekerja sama demi kepentingan bersama.

11.Memberikan advis atau penjelasan kepada investor beserta alasan-alasan

dan analisis risiko yang dapat terjadi, evaluasi, dan ekspektasi yang wajar.

93

(10)

4. Pialang yang tidak menerapkan transparansi atau prinsip keterbukaan di pasar

modal

Transparansi merupakan terminologi yang sangat penting dan prinsip yang

fundamentaldalam pasar modal. Transparansi dalam pasar modal internasional

adalah merupakan suatu hal yang sangat mutlak untuk dapat dilakukan oleh

semua pihak. Berbeda dengan sektor perbankan dimana prinsip kerahasiaan bank

adalah hal yang mutlak untuk ditaati, sektor pasar modal menerapkan hal

sebaliknya, disclosure atau keterbukaan adalah mutlak. Transparansi dalam pasar

modal berarti keharusan emiten, perusahaan publik, dan pihak lain yang tunduk

kepada UUPM untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang

tepat seluruh informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat

berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap efek yang dimaksud atau harga

dari efek tersebut. Dalam UUPM Pasal 1 angka 25 menyatakan : ―prinsip

keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan emiten, perusahaan

publik, dan pihak lain yang tunduk pada Undang-undang ini untuk

menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi

material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap

keputusan pemodal terhadap efek dimaksud dan atau harga dari efek tersebut.‖94

Transaparansi atau keterbukaan merupakan suatu bentuk perlindungan

kepada masyarakat investor. Dari segi substansial, transparansi memampukan

publik untuk mendapatkan akses informasi penting yang berkaitan dengan

perusahaan. Suatu pasar modal dikatakan fair dan efisien apabila semua pemodal

94

(11)

memperoleh informasi dalam waktu yang bersamaan disertai kualitas informasi

yang sama. Dari sisi yuridis, transparansi merupakan jaminan bagi hak publik

untuk terus mendapatkan akses penting dengan sanksi untuk hambatan atau

kelalaian yang dilakukan perusahaan. Pada dasarnya pelaksanaan keterbukaan di

pasar modal dilakukan melalui 3 (tiga) tahap, yaitu:95

1. Keterbukaan pada saat melakukan penawaran umum, yang didahului dengan

pangajuan pernyataan pendaftaran emisi ke OJK dengan menyertakan semua

dokumen penting yang dipersyaratkan.

2. Keterbukaan setelah emiten mencatat dan memperdagangkan efeknya di

bursa.

3. Keterbukaan karena terjadi peristiwa penting dan laporannya harus

disampaikan secara tepat waktu.

Berdasarkan pembahasan diatas pialang termasuk dalam pihak yang harus

menerapkan prinsip keterbukaan dalam pasar modal. Tak jarang pialang tersebut

melakukan pelanggaran di pasar modal seperti transaksi semu dimana hal ini

dapat merugikan investor lain yang bergabung dalam transaksi saham tersebut.

Kerugian yang terjadi pada investor ini diakibatkan tidak adanya keterbukaan

informasi dari pihak termasuk pialang.

Apabila suatu kejadian sulit untuk ditentukan sebagai suatu informasi atau

fakta materil, maka konsep kewajiban untuk menyampaikan informasi itu menjadi

terhambat dan sulit pula menentukan telah terjadinya pernyataan menyesatkan.

Karena penentuan pernyataan menyesatkan tergantung pada adanya

95

(12)

pengungkapan yang salah atau pemberian informasi yang kurang lengkap atas

peristiwa atau kejadian yang mengandung fakta materil. Kondisi Undang-undang

pasar modal Indonesia demikian ini membuka loophole yang bisa dimanfaatkan

oleh mereka yang tidak beritikad baik. Singkatnya, tidak terperincinya standar

penentuan fakta materil sangat berpotensi terjadinya pelanggaran prinsip

keterbukaan, yang pada akhirnya dapat menimbulkan perbuatan curang dalam

penjualan atau pembelian saham.

C. Pengaturan Pialang yang Melakukan Transaksi Semu di Pasar Modal Indonesia

Pialang (broker) adalah individu atau perusahaan yang bertindak sebagai

perantara jual dan beli. Dalam perdagangan Pasar Modal dan atau dalam

perdagangan berjangka kita sering mendengar istilah ―pialang‖, dalam pasar

perdagangan barang pialang tidak mutlak diperlukan tetapi dalam perdagangan

Pasar Modal dan atau perdagangan berjangka, pialang mutlak diperlukan.96

Istilah Perantara Pedagang Efek merupakan istilah yang dapat di temukan

dalam Undang-Undang Pasar Modal. istilah tersebut mengandung dua makna

yaitu:97

1. Perantara dalam jual beli efek, artinya bertindak sebagai perantara dalam

aktivitas jual beli efek, karena investor tidak boleh melakukan kegiatan

jual beli secara langsung tanpa melalui perantara atau pialang jadi, setiap

96

https://id.m.wikipedia.org/wiki/pialang. Diakses tanggal 28 Februari 2017 pukul 22:12 wib.

97

(13)

transaksi jual dan beli harus melalui perantara. Untuk jasa sebagai

perantara tersebut, maka perantara mendapatkan komisi dari investor,

untuk kegiatan jual maupun beli.

2. Pedagang efek, artinya disamping bertindak sebagai perantara, maka

perusahaan efek juga melakukan aktivitas jual beli saham untuk

kepentingan perusahaan efek tersebut.

Perantara Pedagang Efek merupakan pelaku pasar modal yang termasuk

dalam kategori pengatur emisi dan transaksi, yaitu merupakan pihak yang

melakukan kegiatan usaha jual beli efek untuk kepentingan sendiri atau untuk

kepentingan pihak lain. Kegiatan perantara pedagang efek dapat dilakukan oleh

perusahaan efek yang dilakukan oleh perusahaan efek yang telah mendapat izin

untuk itu.98

Perantara pedagang efek dapat berfungsi sebagai perantara (broker,

pialang) bagi investor dengan memperoleh ―fee‖ atas transaksi yang dilakukannya

dan sebagai pedagang yang dapat dikategorikan sebagai investor.99

Disamping melaksanakan amanat untuk membeli dan/atau menjual

surat-surat berharga, pialang memberi saran tentang kecenderungan harga-harga saham

tertentu. Namun, walaupun pialang memberikan saran-saran, keputusan tetap

berada ditangan investor. Oleh karena itu, risiko kenaikan atau penurunan harga

surat berharga tetap dipikul oleh pemberi amanat (investor). Pialang tidak

98

Munir Fuady, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum), (Bandung : Citra Bakti, 1996).hlm.43.

99

(14)

menanggung risiko atas perubahan nilai surat-surat berharga yang

diperdagangkan.100

Pialang efek dalam menjalankan tanggung jawabnya atas amanah dari

nasabah yang diwakilinya bertugas sebagai berikut:101

a. Sales yang bertugas sebagai penjual efek;

b. Dealer yang bertugas mencatat order dari nasabah untuk menjual atau

membeli efek, kemudian meneruskannya kepada floor trader;

c. Floor broker/ trader yang bertugas memasukan order yang diterima dari

dealer kedalam sistem komputer Jakarta Automated Trading System

(JATS) untuk dieksekusi. Khusus untuk pekerjaan floor broker / trader,

selain izin sebagai wakil perantara pedagang efek, juga diberlakukan

persyaratan tambahan, yakni sertifikat JATS sebagai bukti kelulusan

mereka setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan sistem komputer JATS

yang diselenggarakan oleh bursa efek, hanya JATS trader yang berhak

mengoperasikan komputer perdagangan;

d. Firm manager yang bertugas sebagai koordinator para floor broker/ floor

trader dilantai perdagangan, maka salah satu diantara mereka akan

ditunjuk sebagai firm manager dan yang memiliki anggota bursa ketika

berurusan dengan bursa efek.

Seorang pialang efek dalam menjalankan kewajiban dan tanggung

jawabnya, harus memperhatikan kode etik perantara pedagang efek seperti yang

diatur di dalam Peraturan Bapepam No. V.E.1:102

100

Ibid.

101

(15)

a. Perusahaan efek wajib mendahulukan kepentingan nasabahnya

sebelum melakukan transaksi untuk kepentingannya sendiri;

b. Perusahaan efek dalam hal memberikan rekomendasi kepada nasabah

untuk membeli atau menjual efek wajib memperhatikan keadaan keuangan

dan maksud serta tujuan investasi dari nasabah;

c. Dalam hal perusahaan efek mempunyai kepentingan dalam

efek yang direkomendasikan kepada nasabahnya, perusahaan efek

wajib memberitahukan adanya hal dimaksud kepada nasabanhya sebelum

nasabah tersebut membeli atau menjual efek yang direkomendasikan;

d. Perusahaan efek wajib terlebih dahulu memberitahukan kepada

nasabahnya bahwa transaksi dengan nasabah tersebut dilakukan untuk

kepentingan sendiri atau kepentingan Pihak terafiliasinya;

e. Perusahaan efek dilarang menggunakan efek dan atau uang yang

diterima dari nasabah sebagai jaminan untuk memperoleh pinjaman

untuk kepentingan perusahaan efek tersebut tanpa persetujuan

tertulis dari nasabah yang bersangkutan;

f. Wakil perantara pedagang efek dilarang melakukan: (1) transaksi

untuk kepentingan perusahaan efek dimana ia bekerja yang tidak

tercatat dalam pembukuan perusahaan efek tersebut; dan (2) transaksi

atas nama nasabah tanpa atau tidak sesuai dengan perintah nasabahnnya;

102www.bapepam.go.id. Diakses pada tanggal 26 Maret 2017 pukul 22:44

(16)

g. Wakil perantara pedagang efek wajib memberikan keterangan mengenai

efek yang diketahuinnya kepada nasabah apabila diminta oleh nasabah

yang bersangkutan;

h. Perusahaan efek dilarang memberikan: (1) rekomendasi kepada

nasabah untuk membeli, menjual, mempertukarkan efek, tanpa

memperhatikan tujuan investasi serta keadaan keuangan nasabah; dan

(2) jaminan atas kerugian yang diderita nasabah dalam suatu transaksi

efek;

i. Perusahaan efek wajib membubuhi jam, hari, dan tanggal atas

semua pesanan nasabah pada formulir pemesanan;

j. Perusahaan efek wajib memberikan konfirmasi kepada nasabah

sebelum berakhirnya hari bursa setelah dilakukannya transaksi;

k. Perusahaan efek wajib menerbitkan tanda terima setelah menerima efek

atau uang dari nasabah;

Tanggung jawab hukum seorang pialang efek di dalam kegiatan

pasar modal, berkenaan dengan fungsi, tanggung jawab dan perilaku serta

kewajiban dan larangan yang terkait dengan Direksi dan Dewan Komisaris,

karyawan dan kegiatan pedagang efek sebagai perantara pedagang efek.

Berlandaskan pada tinjauan aspek Undang-undang Pasar Modal (UUPM),

Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

(17)

Commission (IOSCO) sebagai dasar pengaturan pada Pasar Modal

Indonesia.103

Apabila Perusahaan Efek dan juga Pialang Efek melanggar

tanggungjawabnya maka dapat dikenakan sanksi berupa sanksi administrasi

dan bila perlu pencabutan izin dalam dunia Pasar Modal Indonesia.

Istilah pialang yang mana sebagai perantara antara penjual dan pembeli

atau dalam bahasa sehari-hari sering disebut dengan makelar. Pialang memiliki

berbagai jenis. Jenis-jenis pialang dalam pasar modal antara lain:

1. Ritel (retail) Broker

Ritel broker juga sering disebut individual broker. Pialang ini hanya melayani

kepentingan individu jadi tidak melayani pelanggan lembaga seperti reksadana.

Pialang ini akan mendapatkan komisi dari hasil penjualan maupun pembelian

sesuai amanah investor.

2. Institusional Broker

Institusional broker merupakan kebalikan dari individual broker. Pialang ini hanya

melayani pelanggan yang bersifat lembaga atau institusi.

3. Discount Broker

Discount broker adalah pialang yang memberikan pelayanan tidak lengkap. Yang

dimaksud tidak lengkap adalah selain melaksanakan eksekusi order, pialang juga

memberikan pelayanan berupa nasihat, memberikan informasi terbaru atau

menyampaikan hasil analisis perusahaan tempatnya bekerja.

103

(18)

4. Deep Discount Broker

Pialang ini menyediakan layanan pada pemeliharaan rekening dan eksekusi

pesanan membeli atau menjual.

5. Full Service Broker

Pialang jenis ini memberikan pelayanan lengkap. Mulai dari pelaksanaan amanah,

pemberian informasi, pemberian nasihat sampai pemberian hasil analisis

perusahaan pialang. Pialang jenis ini cocok untuk para investor yang tidak

mengerti soal analisis. Namun biaya untuk pialang ini juga terbilang mahal.

6. Internet (online) Broker

Pialang jenis ini tidak berbeda dengan pialang jenis konvensional, hanya

pelayanannya saja yang berbeda yaitu menggunakan internet. Dengan internet

broker ini, investor bisa menyelesaikan semua proses transaksi melalui

komputer.104

Salah satu arti yang membedakan perdagangan di pasar modal dan

pasar dagang adalah pialang (broker). Di pasar modal pialang mutlak diperlukan

karena investor tidak bisa membeli atau menjual saham secara langsung ke bursa.

Pialang ini bekerja pada perusahaan efek/securitas, yaitu perusahaan yang

aktivitas utamanya adalah menjadi penjamin emisi, perantara penjualan atau

pembelian efek dan mengelola investasi di pasar modal.Hubungan antara investor

dengan pialang saham merupakan hubungan yang saling menguntungkan, ketika

investor mendapatkan jasa dari seorang pialang saham maka pialang saham

tersebut akan mendapatkan komisi tertentu atas transaksi tersebut. Besarnya

104

(19)

komisi yang diterima oleh pialang saham adalah sebesar 0,3% atau paling besar

1%.105Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungan yang terjalin antara

investor dengan pialang saham merupakan hubungan simbiosis mutualisme.

Karena transaksi di pasar modal tidak boleh dilakukan secara langsung,

maka investor harus memilih pialang yang baik berikut ini adalah yang perlu

dipertimbangkan oleh investor dalam memilih pialang:106

1. Melakukan tindakan yang jujur untuk kepentingan nasabah.

2. Memiliki standar proporsional yang tinggi.

3. Bebas dari pengaruh tertentu dalam melaksanakan pekerjaannya.

4. Mendahulukan kepentingan nasabah.

5. Mengutamakan kerahasiaan nasabah.

6. Berhati hati atas kebenaran informasi yang diberikan.

7. Selalu taat pada hukum dan peraturan yang berlaku berkaitan dengan

usaha sekuritas.

8. Tidak akan mengambil kesempatan yang merugikan nasabah.

9. Tidak akan melakukan tindakan yang mengakibatkan nama buruk yang

melibatkan semua anggota pialang.

10.Bekerja sama dengan anggota pialang demi kepentingan bersama.

Di dalam Undang-Undang Pasar Modal menjelaskan pengertian, definisi,

ketentuan, aturan, fungsi, peran dan tanggungjawab pialang.

105

Johar Arifin dan A. Fauzi, Cara Cerdas Merancang dan Menghitung Pensiun dengan Excel, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2007), hlm. 177.

106

(20)

Pasal 38

―Perusahaan Efek yang bertindak sebagai Perantara Perdagangan Efek

dilarang melakukan transaksi atas Efek yang tercatat pada Bursa Efek untuk pihak

terafiliasi atau kepentingan sendiri apabila nasabah yang tidak terafiliasi dari

Perusahaan Efek tersebut telah memberikan instruksi untuk membeli dan atau

menjual Efek yang bersangkutan dan Perusahaan Efek tersebut belum

melaksanakan instruksi tersebut.‖107

Pengaturan pialang yang melakukan transaksi semu di atur dalam

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan Pasal 91

menyebutkan bahwa: ―setiap pihak dilarang melakukan tindakan, baik langsung

maupun tidak langsung, dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau

menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga efek di

bursa efek.‖

Hukum berfungsi untuk menciptakan dan menjaga ketertiban serta

kedamaian di dalam kehidupan masyarakat, oleh karena itu terdapat peribahasa

ubi societas ibi ius‖ (dimana ada masyarakat disitu ada hukum). Dalam

perkembangan hukum, dikenal dua jenis hukum, yaitu hukum privat dan hukum

publik. Hukum privat mengatur hubungan antara orang perorangan, sedangkan

hukum publik mengatur hubungan antara negara dengan individu. Perkembangan

hukum berkaitan erat dengan perkembangan masyarakat. Perkembangan di dalam

masyarakat menyebabkan pula perkembangan kebutuhan masyarakat terhadap

hukum. Kondisi demikian mendorong terjadinya perkembangan di bidang hukum

107

(21)

privat maupun hukum publik. Kegiatan yang pesat di bidang ekonomi misalnya,

menurut sebagian masyarakat, menyebabkan peraturan yang ada di bidang

perekonomian tidak lagi dapat mengikuti dan mengakomodir kebutuhan hukum di

bidang ini sehingga dibutuhkan aturan yang baru di bidang hukum ekonomi.108

Hukum ekonomi keuangan merupakan salah satu bagian dari hukum

ekonomi yang salah satu aspeknya mengatur kegiatan di bidang pasar modal.

Marzuki Usman menyatakan, pasar modal sebagai pelengkap di sektor keuangan

terhadap dua lembaga lainnya, yaitu bank dan lembaga pembiayaan.109 Pasar

modal juga merupakan tempat di mana dunia perbankan dan asuransi

meminjamkan dananya yang menganggur.110

Dengan kata lain, pasar modal

merupakan sarana moneter penghubung antara pemilik modal (masyarakat atau

investor) dengan peminjam dana (pengusaha atau pemilik emiten).

Mengingat pentingnya peranan pasar modal terhadap perekonomian

Indonesia, diperlukan perangkat hukum yang tegas dan jelas untuk mengaturnya.

Saat ini Indonesia memiliki Undang-undang khusus yang mengatur tentang pasar

modal, yaitu UU No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Dalam rangka upaya

pembinaan, pengaturan, dan pengawasan pasar modal, dibentuklah Badan

Pengawas Pasar Modal yang keberadaan, tugas, dan wewenangnya diatur di

dalam pasal 3, pasal 4 dan pasal 5 UU No.8 Tahun 1995.111

hari kegiatan pasar modal dilakukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal yang selanjutnya disebut Bapepam. (2) Bapepam berada di bawah dan bertanggungjawab kepada menteri.

(22)

BAB IV

PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP PIALANG YANG MELAKUKAN TRANSAKSI SEMU DI PASAR MODAL

INDONESIA

A. Sejarah Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan

Berdasarkan Pasal 34 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang

Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 1995 tentang Bank Indonesia

(BI), pemerintah diamanatkan membentuk lembaga pengawas sektor jasa

keuangan yang independen, selambat-lambatnya akhir tahun 2010. Lembaga ini

bertugas mengawasi industri perbankan, asuransi, dana pensiun, pasar modal,

modal ventura, dan perusahaan pembiayaan, serta badan-badan lain yang

menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat.112

Alasan pembentukan OJK antara lain makin kompleks dan bervariasinya

produk jasa keuangan, dan globalisasi industri jasa keuangan. Disamping itu,

salah satu alasan rencana pembentukan OJK adalah karena pemerintah

beranggapan bahwa BI, sebagai Bank Sentral telah gagal dalam mengawasi sektor

perbankan. Kegagalan tersebut dapat dilihat pada saat krisis ekonomi yang

melanda Indonesia mulai pertengahan tahun 1997, dimana sebanyak 16 Bank

dilikuidasi pada saat itu.113

112

Afika Yumya, Pengaruh Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Kewenangan Bank Indonesia Dibidang Pengawasan Perbankan, (Skripsi sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 2008),hlm.28.

113

(23)

Jika dilihat sedikit kebelakang, sejarah pembentukan lembaga yang

independen ini terbilang sulit dan penuh dengan tantangan. Bahkan untuk

melahirkan pengawasan sistem keuangan inipun membutuhkan waktu hingga 12

tahun sampai lembaga ini lahir.114

Adapun kronologis lahirnya OJK dapat dijabarkan sebagai berikut:115 a. Tahun 1999

Pasca krisis ekonomi yang melumpuhkan industri perbankan pada tahun

1997-1998, pemerintah langsung berbenah. Gagasan pembentukan otoritas

dimasukkan dan menjadi perintah UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia. Didalam Pasal 34 disebutkan bahwa:

(1) Tugas mengawasi Bank akan dilakukan oleh lembaga pengawas sektor

jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan undang-undang.

(2) Pembentukan lembaga pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

akan dilaksanakan selambat-lambatnya 31 Desember 2002.

b. Tahun 2004

Tenggang waktu yang diberikan sampai tahun 2002 dalam pembentukan OJK

tak juga lahir di Indonesia. Pada tahun 2004, pemerintah dan DPR hanya bisa

merevisi UU BI. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Bank

Indonesia telah lahir. Didalam Pasal 34 ayat 1 dan 2 terdapat bahasa tentang

OJK, yaitu:

(1) Tugas mengawasi Bank akan dilakukan oleh lembaga pengawas sektor

jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan undang-undang.

114

http://lipsus.kontan.co.id/v2/ojk/read/86/selamat-datang-wasit-baru-industri-keuangan. Diakses pada tanggal 22 Maret 2017 pukul 00:59 wib.

115

(24)

(2) Pembentukan lembaga pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

akan dilaksanakan selambat-lambatnya 31 Desember 2002.

Banyak pendapat yang mengatakan bahwa, amandemen UU BI tersebut

merupakan sebuah perselisihan pandangan antara BI dengan Departemen

Keuangan (Kementerian Keuangan). Objek dari perselisihan ini berupa perebutan

wewenang dalam mengontrol industri perbankan. Hal inilah yang mati-matian

dilawan BI dan akhirnya berhasil. Dalam rumusan amandemen yang telah

disepakati, pemindahan kekuasaan industri perbankan dari BI ke OJK masih dapat

diulur selambat-lambatnya sampai akhir 2010.116

c. Tahun 2010

Lagi-lagi amandemen UU itu meleset dari yang diharapkan. Batas waktu

kembali terlewati. Sampai tutup buku tahun 2010, UU OJK masih belum juga

selesai. RUU OJK yang akan disahkan dalam rapat paripurna pada 17

Desember 2010 malah menemui jalan buntu, karena pemerintah dan DPR tak

menemukan kata sepakat terhadap struktur dan tata cara pembentukan dewan

Komisioner OJK.

d. Tahun 2011

Tahun ini sejarah baru bagi Indonesia, terutama bagi sistem keuangan di

Indonesia. Pemimpin DPR, Priyo Budi Santoso, akhirnya mengetuk palu

tanda disetujuinya pengesahan Rancangan Undang-Undang dalam Rapat

Paripurna DPR, pada Kamis 27 Oktober 2011. Dalam keputusan tersebut

disebutkan supaya panitia seleksi OJK harus terbentuk awal 2012.

116

(25)

e. Tahun 2012

Pada awal tahun 2012, Presiden telah membentuk Panitia Seleksi dalam

pemilihan calon anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan yang

secara keseluruhan terdiri dari 9 orang. Menteri Keuangan Agus

Martowardojo terpilih menjadi ketua seleksi sekaligus anggota, sedangkan

anggota lainnya adalah Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution,

Direktur Jendral Pajak Fuad Rahmany, Wakil Menteri BUMN Mahmuddin

Yasin, dan Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah. Kemudian Komisaris Bank

Mandiri Gunarni Soeworo mewakili lembaga keuangan/perbankan, mantan

Direktur BEI Achmad Daniri mewakili pasar modal, Komisaris Wana

Arthalife Ariyanti Suliyano mewakili asuransi/lembaga jasa keuangan

non-bank, dan akademisi Muhammad Chatib Basri.

f. Tahun 2013

Bapepam-LK akan melapor ke OJK dan sebagian besar pekerja dari lembaga

ini juga akan berubah status kepegawaiannya. Pada tahun ini jugalah OJK

akan mulai dalam penarikan iuran dari industri keuangan non-bank.

g. Tahun 2014

Setelah masa transisi satu tahun Bapepam-LK melebur ke OJK, diharapkan

tahun ini adalah serah terimanya pengawasan perbankan dari tangan bank

sentral ke OJK.

Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) didasarkan kepada 3 (tiga)

landasan yaitu:117

117

(26)

1. Landasan Filosofis

Mewujudkan perekonomian nasional yang mampu tumbuh dengan stabil dan

berkelanjutan, menciptakan kesempatan kerja yang luas dan seimbang

disemua sektor perekonomian, serta memberikan kesejahteraan secara dil

kepada seluruh rakyat Indonesia.

2. Landasan Yuridis

a. Pasal 34 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

b. UU No. 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Perppu No. 2 Tahun 2008

tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 1999

tentang Bank Indonesia menjadi undang-undang.

3. Landasan Sosiologis

a. Globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan dibidang

teknologi dan informasi serta inovasi finansial telah menciptakan sistem

keuangan yang sangat kompleks, dinamis, dan saling terkait antar

subsektor keuangan baik dalam hal produk maupun kelembagaan.

b. Adanya lembaga jasa keuangan yang memiliki hubungan kepemilikan di

berbagai subsektor keuangan (konglomerasi) menambah kompleksitas

transaksi dan interaksi antar lembaga jasa keuangan di dalam sistem

keuangan.

c. Banyaknya permasalahan lintas sektoral di sektor jasa keuangan yang

meliputi tindakan moral hazard, belum optimalnya perlindungan

(27)

B. Peran Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Keuangan Indonesia

Otoritas Jasa Keuangan didirikan untuk melakukan pengawasan atas

industri jasa keuangan secara terpadu. Secara yuridis, menurut ketentuan Pasal 1

UU OJK, dirumuskan bahwa, Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga yang

independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi,

tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan

sebagaimana dimaksud dalam UU OJK.

Menurut ketentuan Pasal 2 ayat (2) UU OJK dikatakan bahwa, Otoritas

Jasa Keuangan adalah lembaga yang independen dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya, bebas dari campur tangan orang lain, kecuali untuk hal-hal yang

secara tegas diatur dalam UU OJK. Lebih lanjut disebutkan bahwa, Otoritas Jasa

Keuangan dalam menjalankan tugasnya dan kedudukannya berada diluar

pemerintah. Jadi, seharusnya tidak terpengaruh oleh pemerintah (independen).118

Independensi Otoritas Jasa Keuangan tercermin dalam kepemimpinan

Otoritas Jasa Keuangan. Secara perseorangan, pimpinan Otoritas Jasa Keuangan

memiliki kepastian masa jabatan dan tidak dapat diberhentikan, kecuali memenuhi

alasan yang secara tegas diatur dalam UU OJK. Untuk mendapatkan pimpinan

Otoritas Jasa Keuangan yang tepat, dalam UU OJK diatur juga mekanisme seleksi

yang transparan, akuntabel, dan melibatkan partisipasi publik melalui panitia

seleksi yang unsur-unsurnya terdiri atas pemerintah, Bank Indonesia, dan

masyarakat sektor jasa keuangan.

118

(28)

Awal pembentukan Otoritas Jasa Keuangan berawal dari adanya keresahan

dari beberapa pihak dalam hal fungsi pengawasan Bank Indonesia. Ada tiga hal

yang melatarbelakangi pembentukan Otoritas Jasa Keuangan, yaitu perkembangan

industri sektor jasa keuangan di Indonesia, permasalahan lintas sektoral industri

jasa keuangan, dan amanat UU BI Pasal 34. Pasal 34 UU BI merupakan respon

dari krisis Asia yang terjadi pada 1997-1998 yang berdampak sangat berat

terhadap Indonesia, khususnya sektor perbankan.119

Sehubungan dengan hal yang melatarbelakangi pembentukan Otoritas Jasa

Keuangan tersebut, menunjukkan perlu dilakukan penataan kembali struktur

pengorganisasian dari lembaga-lembaga yang melaksanakan tugas pengaturan dan

pengawasan di sektor jasa keuangan yang mencakup sektor perbankan, pasar

modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa

keuangan lainnya. Penataan yang dimaksud dilakukan agar dapat dicapai

mekanisme koordinasi yang lebih efektif di dalam menangani permasalahan yang

timbul dalam sistem keuangan sehingga dapat lebih menjamin tercapainya

stabilitas sistem keuangan. Pengaturan dan pengawasan terhadap keseluruhan

kegiatan jasa keuangan tersebut harus dilakukan secara terintegrasi.

Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan pada dasarnya memuat ketentuan

tentang organisasi dan tata kelola (governance) dari lembaga yang memiliki

otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan. Adapun

ketentuan mengenai jenis-jenis produk jasa keuangan, cakupan dan batas-batas

kegiatan lembaga jasa keuangan, kualifikasi dan kriteria lembaga jasa keuangan,

119

(29)

tingkat kesehatan dan pengaturan prudensial serta ketentuan tentang jasa

penunjang sektor jasa keuangan dan lain sebagainya yang menyangkut transaksi

jasa keuangan diatur dalam undang-undang sektoral tersendiri, yaitu

Undang-Undang tentang Perbankan, Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, dan

peraturan perundang-undangan lain yang terkait dengan sektor jasa keuangan

lainnya.

Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan

jasa keuangan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil,

transparan, dan akuntabel, serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang

tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan

konsumen dan masyarakat. Dengan demikian, Otoritas Jasa Keuangan diharapkan

dapat mendukung kepentingan sektor jasa keuangan nasional sehingga mampu

meningkatkan daya saing nasional. Otoritas Jasa Keuangan harus mampu menjaga

kepentingan nasional, antara lain, meliputi sumber daya manusia, pengelolaan,

pengendalian, dan kepemilikan di sektor jasa keuangan, dengan tetap

mempertimbangkan aspek positif globalisasi.120

Otoritas Jasa Keuangan sendiri didirikan untuk menggantikan peran Badan

Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-Lk). Dengan

terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan maka secara otomatis pengaturan dan

pengawasan Pasar Modal dan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) beralih ke

Otoritas Jasa Keuangan.

120

(30)

Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan mempertimbangkan beberapa

alasan, salah satunya adalah terkait fungsi Bank Indonesia. Bank Indonesia yang

dulunya diberi tugas mengawasi dan mengatur sektor perbankan pada

kenyataannya dianggap belum mampu menjalankan tugasnya dengan maksimal.

Bank Indonesia juga dilihat mempunyai tugas yang sangat berat sehingga

membutuhkan lembaga pembantu. Di samping itu, hingga saat ini, Bank

Indonesia masih dianggap sangat rentan dengan intervensi dari berbagai pihak

terutama pemerintah dan pengusaha. Kondisi ini menjadi dorongan untuk

membentuk lembaga pengawas yang lebih independen. Lembaga pengawas

perbankan harus bebas dari intervensi dan campur tangan pihak manapun

sehingga mampu bekerja secara profesional.121

Untuk itu dibentuklah Otoritas Jasa Keuangan yang diharapkan dapat

melakukan pembagian tugas dengan Bank Indonesia. Bank Indonesia yang

dulunya juga bertugas mengawasi perbankan, dengan terbentuknya Otoritas Jasa

Keuangan maka dengan sendirinya tugas tersebut akan berpindah kepada Otoritas

Jasa Keuangan. Otoritas Jasa Keuangan diberi tugas dalam hal mikro yakni

mengawasi bank-bank yang ada di Indonesia. Sementara Bank Indonesia sendiri

akan lebih bertanggungjawab dalam menangani masalah yang lebih makro

misalnya terkait dengan kebijakan moneter dan penanganan di saat krisis. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa, sebetulnya peran Otoritas Jasa Keuangan

121

(31)

sebagai lembaga pengawas keuangan ini tak benar-benar baru. Di dalamnya

terdapat penyatuan wewenang dan kekuasaan beberapa institusi yang sudah ada.122

Selain mengambil alih tugas Bapepam-LK dan Bank Indonesia,

pembentukan Otoritas Jasa Keuangan juga menjadi respon atas perkembangan

sektor jasa keuangan. Sektor jasa keuangan telah mengalami perkembangan pesat

seiring dengan globalisasi dan keterbukaan pasar. Semakin majunya sistem

teknologi dan komunikasi dalam perbankan juga mendorong pemerintah untuk

mereformasi sistem pengawasan perbankan. Sistem keuangan menjadi semakin

kompleks, dinamis, hybrid, dan saling terkait. Untuk itu kemudian diperlukan

Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga dengan fungsi dan sistem yang telah

terintegrasi.123

Dalam UU Nomor 21 Tahun 2011 disebutkan, lembaga-lembaga yang

akan berada di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan adalah perbankan,

pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan atau multifinance,

dan lembaga jasa keuangan lainnya. Lembaga jasa keuangan ini mencakup

pergadaian (PT Pegadaian), lembaga penjaminan, lembaga pembiayaan ekspor

Indonesia, lembaga pembiayaan sekunder perumahan dan lembaga yang

menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat yang bersifat wajib, yaitu

penyelenggaraan program jaminan sosial, pensiun, dan kesejahteraan.124

Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan tidak hanya kepada industri jasa

keuangan, tetapi juga melakukan perlindungan kepada masyarakat yang

menggunakan jasa lembaga keuangan. Selain itu, pelimpahan wewenang

122

Ibid.

123

Ibid.

124

(32)

pengawasan diterima Otoritas Jasa Keuangan terhadap industri jasa keuangan dari

Bank Indonesia dan Bapepam-LK yang dulunya dibawahi Kementerian

Keuangan.

Keberadaan Otoritas Jasa Keuangan di Indonesia dapat dikatakan masih

cukup muda, terlihat dari dibentuknya lembaga pengawas untuk industri jasa

keuangan ini pada 2012, akan tetapi beroperasinya secara penuh dalam

mengawasi dan mengatur industri jasa keuangan baik Bank maupun Non-Bank

dilakukan di awal 2014. Walaupun demikian Otoritas Jasa Keuangan mampu

sigap dalam mengambil langkah agar tingkat kesehatan industri jasa keuangan

dapat selalu stabil.125

Keseriusan Otoritas Jasa Keuangan dalam melakukan kinerja mengawasi

dan mengatur lembaga keuangan bank dan non-bank terlihat dari banyaknya

program yang diluncurkan agar semakin berdampak dalam menumbuhkan

ekonomi di masyarakat. Program-program tersebut mencakup untuk dapat

diterapkan oleh lembaga perbankan maupun non-bank yang sampai 2015 telah

mengeluarkan sebanyak 20 program pada sektor keuangan.

Program-program yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan pada sektor

keuangan ditujukan agar pertumbuhan ekonomi di masyarakat dapat segera

tumbuh secara perlahan-lahan dengan melibatkan peran dari industri jasa

keuangan secara penuh di dalamnya. Adapun program yang dikembangkan oleh

Otoritas Jasa Keuangan untuk memajukan pertumbuhan ekonomi Indonesia

125

(33)

ditujukan kepada berbagai pihak yang diantaranya industri keuangan,

pengembangan obligasi daerah, dan masyarakat secara keseluruhan.126

Disamping itu program-program yang dimiliki oleh Otoritas Jasa

Keuangan yang secara khusus ditujukan kepada masyarakat yang ekonominya

kelas menengah ke bawah adalah mencakup mengenai melibatkan peran industri

jasa keuangan agar memberikan pembiayaan atau kredit kepada sektor Usaha

Mikro Kecil Menengah (UMKM), ekonomi kreatif, hingga nelayan. Dengan

adanya sikap proaktif ini untuk dapat meningkatkan jumlah masyarakat yang

memiliki usaha atau mengembangkan usaha yang telah digeluti maka dapat

menahan terpaan pelemahan laju ekonomi yang bisa sewaktu-waktu terjadi.

Melihat dewasa ini laju ekonomi global sedang mengalami penurunan yang

dampaknya juga berpengaruh buruk bagi Indonesia. Sehingga dengan semakin

bertumbuhnya masyarakat yang menggeluti usaha dibidang UMKM dan

perikanan nelayan maka angka kemiskinan akan dapat ditekan.

Selain itu, untuk mengajak masyarakat agar semakin bijak dalam

menggunakan lembaga jasa keuangan secara tepat maka diperlukan literasi

keuangan yang tepat agar masyarakat mengerti mengenai fungsi dari lembaga

keuangan yang akan dipergunakan. Literasi keuangan ini menjadikan masyarakat

tidak hanya mengenal produk atau layanan dari industri jasa keuangan melainkan

juga mengarahkan kepada masyarakat agar terhindar dari investasi bodong yang

126

(34)

sering menyesatkan masyarakat yang ekonominya menengah ke bawah baik yang

ada di perkotaan maupun di pedesaan.127

Sedari itu juga peran Otoritas Jasa Keuangan agar semakin mendorong

masyarakat dalam menjalankan kegiatan ekonominya turut menggunakan layanan

jasa dari lembaga keuangan terlihat dari program yang dibuatnya langsung

menyasar kepada masyarakat kelas menengah ke bawah. Yang mana program

tersebut seperti layanan menabung yang pasarnya adalah masyarakat yang

letaknya jauh dari jangkauan perbankan. Hal ini dibuktikan telah banyaknya bank

yang terlibat untuk membuka layanan tabungan tersebut dan mampu menjaring

ribuan masyarakat yang ada di pedesaan untuk membuka tabungan melalui agen

resmi bank bersangkutan. Tabungan ini juga disarankan pada kalangan pelajar

dengan memasuki sekolah-sekolah mulai dasar hingga atas dalam bentuk program

yang berbeda.

Dan juga untuk semakin memaksimalkan fungsi dari lembaga jasa

keuangan agar mampu secara nyata mensejahterakan masyarakat yang dilakukan

oleh Otoritas Jasa Keuangan adalah mengembangkan potensi yang ada pada

koperasi untuk dapat melebarkan sayap bisnisnya. Pelebaran sayap bisnis yang

ditujukan pada koperasi bain konvensional maupun syariah tersebut dengan

mengalihkan statusnya dalam bentuk Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang

dimaksudkan jangkauan penyalur dana maupun orang yang menabungkan

127

(35)

dananya tidak lagi hanya terbatas pada anggotanya saja melainkan pada

masyarakat yang ada di wilayah kerjanya.128

Dalam rangka mewujudkan perekonomian nasional yang mampu tumbuh

dengan stabil dan berkelanjutan, menciptakan kesempatan kerja yang luas dan

seimbang di semua sektor perekonomian, serta memberikan kesejahteraan secara

adil kepada seluruh rakyat Indonesia maka program pembangunan ekonomi

nasional harus dilaksanakan secara komprehensif dan mampu menggerakkan

kegiatan perekonomian nasional yang memiliki jangkauan yang luas dan

menyentuh ke seluruh sektor rill dan perekonomian masyarakat Indonesia.129

C. Tugas dan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan di Pasar Modal

Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga yang independen dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pihak lain.

Sesuai dengan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas

Jasa Keuangan yang menyatakan bahwa: ―Otoritas Jasa Keuangan dibentuk

dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan:130 a. Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel;

b. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan

dan stabil; dan

c. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.‖

128

Ibid.

129

Ibid.

130

(36)

Pada Pasal 6 menyebutkan: ―Otoritas Jasa Keuangan melaksanakan tugas

pengaturan dan pengawasan terhadap:

a. Kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan serta non perbankan.

b. Kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal, dan

c. Kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga

pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya.‖

Wewenang Otoritas Jasa Keuangan dinyatakan dalam Pasal 7 yaitu: ―Untuk

melaksanakan tugas pengaturan, Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang:

a. Menetapkan peraturan pelaksana Undang-Undang ini;

b. Menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;

c. Menetapkan peraturan dan keputusan Otoritas Jasa Keuangan;

d. Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;

e. Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas Otoritas Jasa

Keuangan;

f. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis

terhadap lembaga jasa keuangan dan pihak tertentu;

g. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter

pada lembaga jasa keuangan;

h. Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola,

memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan

i. Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan

(37)

Pasal 9 : ―Untuk melaksanakan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 6, OJK mempunyai wewenang:

a. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa

keuangan;

b. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala

Eksekutif;

c. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan

konsumen, dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku

dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam

peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;

d. Memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan dan/atau

pihak tertentu;

e. Melakukan penunjukan pengelola statuter;

f. Menetapkan penggunaan pengelola statuter;

g. Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan

pelanggaran terhadap perundang-undangan di sektor jasa keuangan; dan

h. Memberikan dan/atau mencabut:

1. Izin usaha;

2. Izin orang perseorangan;

3. Efektifnya pernyataan pendaftaran;

4. Surat tanda terdaftar;

5. Persetujuan melakukan kegiatan usaha;

(38)

7. Persetujuan atau penetapan pembubaran; dan

8. Penetapan lain, sebagaimana dimaksud dalam peraturan

perundang-undangan di sektor jasa keuangan.‖

Otoritas Jasa Keuangan memiliki wewenang dalam menjalankan tugas pengaturan

dan tugas pengawasan yaitu:131 a. Tugas pengaturan

Menetapkan peraturan pelaksanaan undang-undang OJK, peraturan

perundang-undangan di sektor jasa keuangan, peraturan dan keputusan OJK, peraturan

mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan, kebijakan mengenai pelaksanaan

tugas OJK, peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap

lembaga jasa keuangan dan pihak tertentu, peraturan mengenai tata cara pengelola

statuter, struktur organisasi dan infrastruktur, serta peraturan mengenai tata cara

pengenaan sanksi.

b. Tugas pengawasan

OJK menetapkan kebijakan operasional pengawasan, melakukan pengawasan,

pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain terhadap

lembaga jasa keuangan, pelaku dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan,

penunjukan dan pengelolaan pengguna statuter, memberikan perintah tertulis

kepada lembaga jasa keuangan atau pihak lain, menetapkan sanksi administratif

terhadap pelaku pelanggaran peraturan perundang-undangan di sektor jasa

keuangan, termasuk kewenangan perizinan kepada lembaga jasa keuangan.

131

(39)

Pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 3

ayat 1 menyatakan bahwa : ― pembinaan, pengaturan, dan pengawasan Pasar

Modal yang selanjutnya disebut Bapepam (OJK).‖ Pasal 4 menyatakan bahwa :

―pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

dilaksanakan oleh Bapepam (OJK) dengan tujuan mewujudkan terciptanya

kegiatan Pasar Modal yang teratur, wajar, dan efisien serta melindungi

kepentingan pemodal dan masyarakat. Pasal 5 menyatakan bahwa : ― dalam

melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4,

Bapepam (OJK) berwenang untuk:132

a. Memberi:

1. Izin usaha kepada Bursa Efek, lembaga kliring dan penjaminan,

lembaga penyimpanan dan penyelesaian, reksa dana, perusahaan efek,

penasihat investasi, dan biro administrasi efek;

2. Izin orang perseorangan bagi wakil penjamin emisi efek, wakil

perantara pedagang efek, dan wakil manajer investasi; dan

3. Persetujuan bagi bank kustodian.

b. Mewajibkan pendaftaran profesi penunjang pasar modal dan wali amanat;

c. Menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan dan memberhentikan

untuk sementara waktu komisaris dan atau direktur serta menunjuk

manajemen sementara bursa efek, lembaga kliring, dan penjaminan, serta

lembaga penyimpanan dan penyelesaian sampai dengan dipilihnya

komisaris dan atau direktur yang baru;

132

(40)

d. Menetapkan persyaratan dan tata cara pernyataan pendaftaran serta

menyatakan, menunda, atau membatalkan efektifnya pernyataan

pendaftaran;

e. Mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap pihak dalam hal

terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap

Undang-undangini dan atau peraturan pelaksanaannya;

f. Mewajibkan setiap pihak untuk:

1) Menghentikan atau memperbaiki iklan atau promosi yang

berhubungan dengan kegiatan di pasar modal; atau

2) Mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi akibat

yang timbul dari iklan atau promosi dimaksud;

g. Melakukan pemeriksaan terhadap:

1) Setiap emiten atau perusahaan publik yang telah atau diwajibkan

menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada Bapepam; atau

2) Pihak yang dipersyaratkan memiliki izin usaha, izin orang

perseorangan, persetujuan, atau pendaftaran profesi berdasarkan

Undang-undang ini;

h. Menunjuk pihak lain untuk melakukan pemeriksaan tertentu dalam rangka

pelaksanaan wewenang Bapepam sebagaimana dimaksud dalam huruf g;

i. Mengumumkan hasil pemeriksaan;

j. Membekukan atau membatalkan pencatatan suatu efek pada bursa efek

atau menghentikan transaksi bursa atas efek tertentu untuk jangka waktu

(41)

k. Menghentikan kegiatan perdagangan bursa efek untuk jangka waktu

tertentu dalam hal keadaan darurat;

l. Memeriksa keberatan yang diajukan oleh pihak yang dikenakan sanksi

oleh bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, atau lembaga

penyimpanan dan penyelesaian serta memberikan keputusan membatalkan

atau menguatkan pengenaan sanksi dimaksud;

m. Menetapkan biaya perizinan, persetujuan pendaftaran, pemeriksaan, dan

penelitian serta biaya lain dalam rangka kegiatan pasar modal;

n. Melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian

masyarakat sebagai akibat pelanggaran atas ketentuan di bidang pasar

modal;

o. Memberikan penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis atau

Undang-undang ini atau peraturan pelaksanaannya;

p. Menetapkan instrumen lain sebagai efek selain yang telah ditentukan

dalam Pasal 1 angka 5; dan

q. Melakukan hal-hal lain yang diberikan berdasarkan Undang-undang ini.

Salah satu kewenangan yang diberikan kepada Bapepam oleh

Undang-Undang Pasar Modal adalah mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap

setiap pihak dalam hal terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran

terhadap Undang-Undang Pasar Modal atau peraturan pelaksanaannya.

Wewenang Bapepam untuk melakukan pemeriksaan dan penyidikan dapat dilihat

dalam Pasal 100 yang menyatakan: ― (1) Bapepam dapat mengadakan

(42)

pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaanya. (2)

Dalam rangka pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Bapepam

mempunyai wewenang untuk:133

a. Meminta keterangan dan atau konfirmasi dari pihak yang diduga

melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap Undang-undang ini

dan atau peraturan pelaksanaannya atau pihak lain apabila dianggap perlu;

b. Mewajibkan pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam

pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan atau peraturan

pelaksanaannya untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan tertentu;

c. Memeriksa dan atau membuat salinan terhadap catatan, pembukuan, dan

atau dokumen lain, baik milik pihak yang diduga melakukan atau terlibat

dalam pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan atau peraturan

pelaksanaannya maupun milik pihak lain apabila dianggap perlu; dan atau

d. Menetapkan syarat dan atau mengizinkan pihak yang diduga melakukan

atau terlibat dalam pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan atau

peraturan pelaksanaannya untuk melakukan tindakan tertentu yang

diperlukan dalam rangka penyelesaian kerugian yang timbul.

D. Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Pialang yang Melakukan Transaksi Semu di Pasar Modal Indonesia

Keberadaan pasar modal dalam perekonomian modern sudah tidak dapat

terelakkan lagi bagi seluruh negara di dunia ini, tidak terkecuali di Indonesia.

133

(43)

Tingginya permintaan akan barang dan jasa akibat dari semakin banyaknya umat

manusia di dunia ini membuat perusahaan, baik yang bergerak di bidang jasa dan

perdagangan, harus mampu memenuhi semua kebutuhan yang diinginkan

masyarakat dunia secara global.Pasar modal adalah salah satu sumber

pembiayaan perusahaan secara jangka panjang. Mengingat pasar modal

merupakan sumber pembiayaan dunia usaha dan sebagai wahana investasi bagi

para pemodal yang memiliki peranan yang strategis untuk menunjang

pembangunan nasional.134

Seiring menggeliatnya antusias kegiatan pasar modal, tidak menutup

kemungkinan akan terjadi beberapa kejahatan yang dilakukan oleh para

pelaku pasar modal contohnya pialang. Pialang atau perantara perdagangan efek

adalah pihak yang melakukan transaksi saham baik itu transaksi jual dan beli

saham. Pialang jual dan pialang beli ditunjuk sendiri oleh investor. Berbagai

bentuk kejahatan yang terdapat di pasar modal salah satunya adalah transaksi

semu. Transaksi semu adalah suatu transaksi yang tidak nyata atau tidak

sungguh-sungguh terjadi. Transaksi ini dilakukan agar menyesatkan investor lain dengan

mempengaruhi harga saham di bursa efek sehingga investor tertarik untuk

membeli saham tersebut. Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang

Pasar Modal terdapat larangan melakukan transaksi semu. Pasal 91 yang

menyatakan bahwa : ― setiap pihak dilarang melakukan tindakan, baik langsung

maupun tidak langsung, dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau

134

(44)

menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga efek di

bursa efek.‖ 135

Untuk melindungi para investor dari transaksi semu tersebut, maka perlu

dilakukan pengawasan yang baik terhadap pelaksanaannya. Jika pasar saham

tidak diawasi, maka kepercayaan masyarakat akan kegiatan pasar modal atau

pasar saham akan luntur.Salah satu aspek yang terpenting dalam pelaksanaan

kegiatan pasar modal adalah adanya pengawasan. Dalam pengawasan

dimaksudkan untuk mengusahakan pelaksanaan berjalan sesuai dengan yang telah

direncanakan. Pengawasan juga mempuyai posisi yang sangat vital untuk

meyakinkan bahwa pelaksanaan kegiatan organisasi tetap berada dalam jalur

yang sesuai untuk mencapai visi dan misi pasar modal.136

Pelaksanaan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari kegiatan

pasar modal dilakukan oleh badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) yang mana

saat ini telah digantikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Mengingat pasar

modal merupakan sumber pembiayaan dunia usaha dan sebagai wahana investasi

bagi para pemodal yang memiliki peranan yang strategis untuk menunjang

pelaksanaan pembangunan nasional, kegiatan pasar modal perlu mendapatkan

pengawasan agar bisa dilaksanakan secara teratur, wajar, dan efisien. Untuk itu,

secara operasional Otoritas Jasa Keuangan diberi kewenangan dan kewajiban

untuk membina, mengatur, dan mengawasi setiap pihak yang melakukan kegiatan

135

Indonesia (PM). op.cit. Pasal 91.

136

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=285334&val=6466&title=PENGA

Referensi

Dokumen terkait

Kedudukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Menangani Kasus Kejahatan Pasar Modal berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011, Penyidik Pegawai Negeri Sipil

Otoritas Jasa Keuangan melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan, Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga

BAB IV PERANAN OTORITAS JASA KEUANGAN UNTUK MELINDUNGIINVESTOR YANG MENGALAMI KERUGIAN PADA TRANSAKSISHORT SELLING DALAM PASAR MODAL ... Perlindungan Terhadap

Transaksi short selling dalam Pasar Modal sering membuat gejolak bagi para pelaku pasar yang menyebabkan timbulnya kerugian bagi para investor.Keberadaan Otoritas Jasa Keuangan

Kedudukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Menangani Kasus Kejahatan Pasar Modal berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011, Penyidik Pegawai Negeri Sipil

Kedudukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Menangani Kasus Kejahatan Pasar Modal berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011, Penyidik Pegawai Negeri Sipil

dan tata kelola (governance) dari lembaga yang memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap industri jasa keuangan, sedangkan ketentuan mengenai.. jenis-jenis

Afika Yumya, Pengaruh Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Kewenangan Bank Indonesia Dibidang Pengawasan Perbankan, (Skripsi sarjana Fakultas Hukum