LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK PEMERIKSAAN SPERMA
“Disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah praktikum Kimia Klinik”
Oleh : Kelompok 3
Agus Rahmat salam Anggraeni Risa Rarasaty Tiya Resyca Yuniarti
S-1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADA
Hari/Tanggal : Senin, 09 Desember 201
Tujuan : Untuk mengenal struktur anatomi sperma
A. Dasar Teori
Sperma merupakan sel kelamin jantan. Sel ini terdiri atas bagian kepala, badan, dan ekor. Ekor sperma membantu pergerakan sperma. Pada setiap kali penyemburan sperma dalam setiap setimeter kubik, terdapat sekitar 100 juta sel. Sperma yang menyembur ke dalam vagina pada saat berhubungan seksual bergerak secara mandiri, masuk ke dalam tuba fallopi. Di bagian inilah terjadi fertilisasi. Ekor sperma terputus pada saat fertilisasi (Lyndon dkk: 2008).
Spermatogenesis adalah proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa. Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus seminiferus dan diatur oleh hormone gonadtotropin dan testosterone.
Spermatogenesis terjadi di testis. Didalam testis terdapat tublus seminiferus. Dinding tubulus seminiferus terdiri dari jaringan epitel dan jaringan ikat, pada jaringan epithelium terdapat sel – sel spermatogonia dan sel sertoli yang berfungsi member nutrisi pada spermatozoa. Selain itu pada tubulus seminiferus terdapat pula sel leydig yang mengsekresikan hormone testosterone yang berperan pada proses spermatogenesis.
disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium, sel Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi makan spermatozoa sedangkan sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.
Setelah pembentukn tubulus seminiferus, sperma masuk ke seminiferus selama 18 jam sampai 10 hari hingga mengalami proses pematangan. Epididimid menyekresi cairan ynag mengandung hormone, enzim, dan gizi yang sangat penting dalam proses pematangan sperma. Sebagian besar pada vas deferens dan sebagian kecil di dalam epididimis (Syaifuddin: 2006).
Struktur sperma matang terdiri dari: 1. Kepala
Pada bagian ini sperma mengandung suau lapisan tipis sitoplasma dan sebuah inti berbentuk lonjong dan dan hampi mengisi seluruh bagian dari kepala sperma. Bagian depan disebut acrosom (memiliki enzim hydrolytic yang terdiri dariacrosin dan hyaluronidase yang dibutuhkan saat fertilisasi) dan bagian belakang dinamakan sentriol. Serta bagian ini juga mempuyai inti sel yang mempuyai arati pentin dalam masalah reproduksi
2. Leher
Daerah ini merupakan bagian yang genting dan mengndung sentriol depan dan bagian depan filament poros.
3. Badan
Bagian badan dari sperma mengandung filament poros mitochondria dan sentriol belakang berbentuk cincin, sehingga sering disebut bagian badan ini sebagai tenaga pusat sperma karena mitokondria memiliki enzim yang menggerakkan asam trikakboksilat dan transport electron serta fosfolirasi oksidatif, yang menghasilkan energi dalam bentuk ATP.
4. Ekor
cincin yang terdiri dari 9 pasangan fibril perifer. Fibril ini berfungsi menimbulkan gerakan ekor sperma.
B. Alat dan Bahan 1. Alat
a. Mikroskop b. Kaca benda c. Kaca penutup d. Tabung reaksi e. Pipet tetes 2. Bahan
Sperma manusia
C. Prosedur
1. Makroskopik a. volume
tumpahkan cairan semen yang diperoleh pada gelas ukur, kemudian baca volume yang diperoleh.
b. pH
celupkan pH universal dalam cairan semen yang ada dalam gelas ukur, ukur pH yang diperoleh samakan pada skala pH universal
c. warna
cairan semen yang ada di amati warnanya d. bau
ambil cairan sperma yang ada dalam gelas ukur dengan pipet tetes, kemudian keluarkan dalam pipet , catat waktu yang menetes dan panjang sperma yang menetes.
2. Mikroskopik
teteskan sedikit pada objek glass, tutup dengan kaca objek, amati dalam mikroskopik.
D. Data Hasil Pengamatan 1. Makroskopik
a. volume
Hipospermia : 1 mL
b. pH
Normal Basa lemah 8 c. warna
Normal putih kelabu (kanji) d. bau
Normal khas sperma, bau apek e. viskositas
tetesan cepat 1 detik
E. Pembahasan
Praktikum kali ini yaitu bertujan untuk menganalisis keadaan fisik dari cairan semen secara makroskopik dan mikroskopik. Semen (sperma) adalah suatu cairan yang dikeluarkan alat reproduksi pria pada saat ejakulasi berupa cairan kental dan keruh, berisi secret dari kelenjar prostat, kelenjar-kelenjar lain spermatozoa. Pemeriksaan sperma harus dari seluruh ejakulat, karena itu pengambilannya harus dengan masturbasi atau coitus interuptus (bersetubuh dan waktu ejakulasi persetubuhan dihentikan dan mani ditampung semua). Boleh juga dengan memakai kondom asal kondom tersebut khusus, bebas dari spermatisida karena kondom biasanya telah diberi spermatisida. Sebelum menjalani pemeriksaan pasien diminta tidak melakukan kegiatan seksual selama 3 – 5 hari. Mani langsung dikeluarkan ke dalam suatu wadah dari gelas atau plastik yang bermulut lebar dan terlebih dahulu dibersihkan dan dikeringkan. Pasien diminta mencatat waktu pengeluaran mani tepat sampai menitnya. Sampel diperiksa selambat-lambatnya 1 jam.
Dari hasil praktikum pemeriksaan yang didapatkan dari salah satu pasien yaitu secara makroskopik diantanya volume yang dihasilkan adalah 1 ml dan digolongkan sebagai hypospermia, volume dikatakan normal apabila jumlahnya dari 2-6 ml. Hypospermia dapat terjadi oleh beberapa sebab diantaranya kemungkinan sampel tumpah, gangguan patologi genetik, Vesicula seminalis tidak ada atau tidak berfungsi, Gangguan hormonal atau radang kelenjar. Warna yang dihasilkan yaitu putih kanji.
pada semen normal 15 – 20 menit post ejakulasi, kalau semen tidak mengencer ini berarti ada gangguan prostate yang menghasilakan zat pengencer, bisa didiagnosa awal orang tersebut kurang subur.
Bau yang dihasilkan yaitu bau khas sperma Bau normal khas, tajam, tidak busuk. Bau busuk itu berasal dari oksidasi sperma yang dihasilkan prostate. Jika tak ada bau khas sperma, prostate tidak aktif atau ada gangguan, mungkin gangguan itu pada saluran atau kelenjar sendiri atau karena infeksi.
Ph yang dihasilkan yaitu 8 (basa) PH normal adalah 7.2 – 7.8. pH > 8 menunjukan adanya radang akut kelenjar kelamin atau epididymitis. pH < 7.2 menunjukan adanya penyakit kronis pada kelenjar atau epididymis. Jika pH rendah sekali menunjukan ada gangguan atau aplasi pada vesicular seminalis atau ductusejaculatoris. pH dapat berubah 1 jam setelah ejakulasi.
Viskositas yang dihasilkan adalah dalam 1 detik yaitu 3 cm Viskositas normal jika panjang benang 3 – 5 cm. Jika semen terlalu kental (>5 cm) berati kurang enzim likuifaksi dari prostat. Jika terlalu encer (< 3 cm) karena zat koagulasi yang dihasilkan vesicularseminalis terlalu sedikit atau enzim pengenceran dari prostat teterlalu banyak.
Pemeriksaan mikroskopik meliputi konsentrasi spermatozoa dan pergerakan spermatozoa pada media mikroskop. Pada pemeriksaan dilihat dengan mikroskop pembesaran 45 x atau 100 x, pada pemeriksaan ini dapat dilihat bentuk sperma dan terdapat beberapa pergerakan sperma yaitu seperti melaju lurus kedepan, kemudian ada yang bergerak tidak beraturan dan terdapat sperma yang bergerak ditempat. Pada sperma yang normal adalah mempunyai pergerakan yang lurus kedepan sehingga proses pembuahan dapat cepat terjadi.
Bentuk dan pergerakan yang abnormal disebabkan oleh beberapa faktor, anatara lain : Penyakit alergi, Ejakulasi terlalu sering, Gangguan epididymis, Stress psikis atau fisik, Gangguan hormonal, Gangguan syaraf. Kelainan pada bentuk sperma, contoh : kepala terlalu besar, kecil atau memanjang, inti pecah, ekor tidak ada, ekor pendek, mempunyai 2 ekor.
Berdasarkan peraktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada semen yang diperiksa mempunyai 1 mL yang menandakan Hipospermia, viskositas yang encer dan mempunyai pergerakan yang kebanyakan tidak normal sehingga dapat disimpulkan sperma yang diuji kurang baik dan bisa didiagnosa awal infertil, tetapi pemeriksaan tersebut belum bisa menjadi acuan bahwa pasien benar benar infertil karena harus dilakukan uji pemeriksaan lebih lanjut seperti pemeriksaan jumlah spermatozoa yang aktif pada semen.
G. Daftar Pustaka
Hall and Guyton. 1991. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
N. Solihati. 2009. Pengaruh Jenis Pengenceran Terhadap Motilitas Dan Daya Tahan Hidup Spermatozoa Semen Cair. [skripsi]. tersedia; http// www.repository.unpad.ac.id.html
Moch. Saiful Bachri., dkk. 2008. Pengaruh Ekstrak Akar Senggani (Melastoma Affine D.Don) Terhadap Motilitas Dan Jumlah Sperma Tikus. [Jurnal Farmasi Indonesia]. tersedia; http//