• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Ekonomi Politik Cina

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem Ekonomi Politik Cina"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam memahami ekonomi politik sebagai sebuah disiplin ilmu antara

ilmu ekonomi dan ilmu politik, maka tujauan orientasinya adalahanalisa kebijakan

ekonomi melalui proses politik.Tidak lain sebagai syarat untuk memajukan

kekuatan kesejahteraan negara dan masyarakatnya. Perkembangantentang sistem

corak produksi masyarakat dan negara tidak boleh dilepaskan dari perkembangan

sistem ekonomi masyarakatnya. Ketika sistem ekonominya bersifat kolektif

seperti halnya dizaman komunal primitif maka sistem politik yang digunakan juga

bersifat kolektif.

Atau sebaliknya ketika sistem ekonominya monopoli seperti hanya

dizaman kapitalisme maka sistem politik yang digunakan juga bersifat

monopoli.Ekonomi Politik adalah bagian terpenting dari dasar kehidupan

bermasyarakat. Ekonomi sebagai basis ilmu yang mempengaruhi segala aspek

dari kehidupan masyarakat, sedangkan ilmu politik sebagai ilmu yang

menentukan segala aspek dari kehidupan masyarakat. Meskipun telah mengalami

kemajuan besar, ekonomi politik pada masa lalu hanya terbatas pada kepemilikan

alat produksi atas perseorangan dan sistem kapitalis yang sama sekali tidak

(2)

Dimulai dari sistem ekonomi politik merkantilisme, keynes, maupun

liberal yang tidak dapat menjelaskan dengan komplit hukum-hukum ekonomi atas

kepemilikan pribadi dan menghiraukan sistem-sistem ekonomi kolektif. Dalam

sejarahnya perkembangannya ekonomi politik mengalami penajaman selama abad

ke 17 sebagai ilmu yang berdiri sendiri. Akan tetapi sebagai ilmu modern dan

ilmiah baru ekonomi politik mendapat kedudukan pada abad ke 18. Namun yang

menjadi titik tonggak awal sistem yang sampai saat ini masih terus eksis adalah

sistem ekonomi politik kapitalisme.

Sistem ekonomi politik kapitalisme merupakan sistem ekonomi politik

yang terus berkembang dengan corak hubungan produksi antara si pemilik modal

dengan si penjual tenaga kerja. Sejalan dengan defenisi yang dikatakan oleh

Dudley Dillard, bahwakapitalisme merupakan hubungan diantara pemilik pribadi

atas alat-alat produksi (tanah, tambang, instalasi, industri yang secara

keseluruhan disebut modal) dengan para tenaga kerja yang bebas yang menjual

tenaga kerjanya kepada majikan.1

Sistem ekonomi politik kapitalisme lahir dari keruntuhan hubungan

produksi feodalisme antara tuan tanah dengan tani hamba. Perkembangan

hubungan produksi dimasa feodalisme telah dimulai sejak abad ke-4M dan

akhirnya mengalami kehancuran akibat penguasaan alat produksi yang terus

berkepanjangan yang dilakukan tuan tanah terhadap tani-tani hamba.

1

(3)

Hal ini ditandai dengan pergolakan tani-tani hamba yang terus

termodrenkan akibat perkembangan ilmu pengetahuan atas praktek produksi

feodalisme. Ilmu pengetahuan yang semakin berkembang sejak dimulainya era

pencerahan (renaisains) dari era kegelapan (dark age) telah menciptakan

bentuk-bentuk praktek produksi baru dari pengolahan tanah secara tradisional menuju

praktek kerja yang lebih modern. Hasil pengolahan tanah dapat dikembangkan

menjadi barang yang memiliki nilai guna lebih tinggi. Karenanya kemunculan

gilde-gilde atau industri rumah tangga di sekitar abad ke 17 ini menjadi cikal

bakal lahirnya sistem ekonomi politik kapitalisme.2

Ditengah kondisi persaingan pasar dan kesenjangan antara klas

masyarakat, telah menciptakan kontradiksi baru antara klas pekerja dengan klas

pemodal. Atas dasar ini Karl Marx mengeluarkan teorinya tentang ekonomi

politik sosialisnya yang menjadi sebuah studi ilmu ekonomi dan politik yang Sistem kapitalisme tidak jauh berbeda dengan sistem masyarakat feodal

dimana alat produksi masih dimonopoli oleh sekelompok orang. Akan tetapi

sistem kapitalisme dengan sistem feodal, lebih bercirikan atas monopoli modal

yang dilakukan oleh kaum pemodal sebagai usaha memperkaya diri. Sistem

kapitalisme terus berkembang pesat sejalan dengan perkembangan industri yang

dikuasai oleh kaum borjuasi. Sampai akhirnya pada abad 19, sistem kapitalisme

mencapai tahapan tertingginya yaitu sistem imperialisme dari perkembangan dari

kapitalisme modren.

2

(4)

menghapuskan kepemilikan alat produksi atas perseorangan yang sudah

berkembang sejak lama.

Karl Marx dengan ilmiah dan menyeluruh menyelidiki kompleksitas

hubungan produksi dan pertukaran barang-barang dalam sistem kapitalis juga

terhadap sistem ekonomi lain sebelumnya. Ketika sistem ekonomi sebelumnya

melegalkan sisem ekonomi dengan corak produksi kepemilikan pribadi, maka

Marx beranggapan bahwa kepemilikan pribadi adalah cikal bakal penghisapan

manusia atas manusia.

Dalam sistem ekonomi sosialis, Marx beranggapan bahwa kontradiksi

antara pemilik alat produski dan golongan yang tidak memiliki alat produksi telah

melahirkan kesenjangan sosial yang begitu tinggi. Akan tetapi disatu sisi lain

kondisi kemiskinan adalah dasar terbangunnya persatuan untuk menciptakan

formula perkembangan sosialisme dan kebangkrutan yang akan dialami oleh

sistem kapitalisme yaitu melalui jalan revolusi sosial. Berlandaskan kepada

dialektika histori perkembangan masyarakat, Marx berdalil bahwa masa depan

sosialisme adalah anti thesis dari sistem kapitalisme.3

Berdasarkan penemuan Marx, revolusi sosialis memiliki fondasi yang

kokoh dan ilmiah sebagai satu-satunya jalan menuju sistem ekonomi politik

sosialisme. Perkembangannya revolusi sosial mulai merebah di mulai dari dataran

benua Eropa sampai ke Asia. Pergerakan-pergerakan nasional untuk

3

(5)

membebaskan diri dari sistem kapitalisme dan feodal telah membawa pembebasan

nasional dibeberapa negara. Seperti halnya di Prancis melalui Revolusi Paris

dibawah kepemimpinan Karl Marx, Uni Soviet melakukan Revolusi Oktober 1917

dibawah kepemimpinan Vladimir Lennin, dan Revolusi Tiongkok dibawah

kepemimpinan Mao Zedong yang memiliki ciri khusus jika dibandingkan dengan

revolusi di Prancis maupun Uni Soviet.

Dalam kepemimpinannya Mao melakukan strategi rekonstruksi tehadap

pemikiran dasar gerakan komunis Cina yang berbasis pada petani yaitu

mengutamakan petani sebagai kekuatan pokok revolusi, mementingkan

pembentukan tentara komunis secara tersendiri untuk melindungi keutuhan hidup

partai, menjadikan daerah pedesaan dimana sebagian besar petani tinggal sebagai

basis perjuangan. Sebab kedudukan Cina sebagai negara dibawah kekuasaan

dinasti masih mempertahankan corak produksi pertanian. Sehingga secara

kuantitatas jumlah kaum tani lebih besar dari jumlah klas buruh.

Berdirinya negara Cina sebagai Republik Rakyat Cina pada tanggal 1

Oktober 1949 sendiri menandai berakhirnya masa penguasa militer dan Republik

Cina Nasionalis. Pada tahun 1949 ini, Partai Kuo Min Tang sebagai penguasa

Republik Cina Nasionalis yang dipimpin oleh Presiden Chiang Kai Shek akhirnya

harus menyingkir ke Pulau Taiwan akibat gerakan rakyat yang merambat dari

desa mengepung kota.4

4

Ririn Daraini. Garis Besar Sejarah Cina Era Mao. Yogyakarta. 2010. Hal 25

Berdirinya RRC juga menandai berubahnya sistem

(6)

yang liberal menjadi sistem ekonomi politik sosialis dengan ciri kesetaraan bagi

seluruh lapisan masyarakat di negara Cina.

Untuk tujuan itu, Mao melakukan konsolidasi untuk dapat menghilangkan

hubungan produksi yang eksploitatif yang sudah ditanamkan sejak sistem

kapitalisme. Salah satunya dengan melakukan sistem pembaharuan kepemilikan

tanah (land reform) yang dinilai perlu untuk membangun hubungan produksi

kaum tani bagi pembentukan pola pertanian kolektif. Kampanye land reform ini

sekaligus untuk menghapus kekuasaan klas tuan tanah yang selama ini menguasai

tanah-tanah di pedesaan.

Berlandaskan kepada cita-cita akan terwujudnya masyarakat modern tanpa

klas, Mao membangun industri nasional sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat. Industri nasional dibangun oleh negara tanpa campur tangan klas

pemodal. Selain itu juga Mao mencoba untuk memainkan peran negara untuk

mengatasi adanya kontradiksi dalam masyarakat melalui revolusi kebudayaan,

dari budaya individualis ke budaya kolektif.

Negara yang menganut sistem ekonomi politik sosialis dalam pemikiran

Mao adalah negara diktator demokrasi rakyat yang dipimpin oleh kelas buruh atas

persekutuan dengan kaum tani. Sedangkan fungsi negara menurut Mao adalah

sebagai alat penindas klas borjuasi dan kaum reaksioner serta klas penghisap yang

(7)

ketertiban dan melindungi kepentingan rakyat serta membela negara dari agresi

luar negeri terutama kapitalis.

Untuk itulah Mao menggunakan istilah Sentralisme Demokrat sebagai

sarana untuk mengatasi realitas internalnya. Dibawah kepemimpinan Mao Zedong

kedudukan klas perlahan mulai menghilang sejalan dengan kedudukan negara

dalam mendiktatori kedudukan klas borjuasi. Pada Desember 1957, Mao

mendeklarasikan program pembangunan ekonomi yang disebut “The Great Leap

Forward” atau “Lompatan Jauh Ke Depan.” Melalui program lompatan jauh

kedepan, Mao menjalankan kedudukan kaum tani sebagai tenaga kolektif dalam

menjalankan kerja produksi pertanian5

5

Ibid Hal. 39

.

Para masyarakat diajak untuk bekerja di satu lahan kolektif, kemudian

berpindah ke lahan yang lain. Tujuannya untuk mempertajam nilai kolektifitas

dalam masyarakat tani. Walaupun pasca kematian Mao, doktrin tentang

kemiskinan Cina dihubungkan dengan kegagalan program ini. Menurut ekonom

Minqi Li seorang ekonom liberal beranggapan bahwa program Lompatan Jauh ke

Depan dan seluruh kegagalannya, karena Mao memaksakan versi utopian

komunisnya kepada para pemimpin partai. Melalui program-program yang tak ada

justifikasi ilmiah dan bukti historis, Mao telah memaksa para pemimpin partai di

tingkat provinsi dan lokal untuk memenuhi target produksi besar-besaran yang

(8)

Tidak adanya komunikasi yang efektif dan desentralisasi yang tidak masuk

akal telah menyebabkan aktivitas ekonomi nasional mengalami kekacauan dan

terjadi misalokasi sumberdaya yang luar biasa. Sementara itu rangsangan kepada

petani untuk berproduksi semakin menurun akibat penentuan level pendapatan

secara besar-besaran melalui sistem komune.6

Setelah Deng berkuasa, seiring dengan penghancuran sendi-sendi ekonomi

sosialisme di dalam negeri, politik luar negeri Cina sebenarnya juga berubah

seratus delapan puluh derajat. Kaum revisionis Cina menjalankan komunikasi

kerja sama dengan rezim-rezim negara liberal. Sisi kapitalisasi Deng di lain sisi

terlihat ketika Cina bersedia membuka pasar pada awal 1990-an untuk kemudian

menjadi anggota WTO. Prinsip-prinsip idelogi sosialisme perlahan tapi pasti Sampai akhirnya, tidak lama setelah

Mao meninggal pada tahun 1976, kubu pimpinan dalam Partai dan Negara Cina

digantikan oleh Deng Xiaoping sebagai tokoh utama. Keberhasilan Deng juga

diikutin dengankeberhasilan dalam menghapuskan garis proletar revolusioner

Mao.

Deng menggantikan sistem sosialisme dengan sistem yang lebih liberal.

Sejak mereka berkuasa, berbagai kebijakan reformis kaum kapitalis diterapkan

dalam pertanian dan perburuhan untuk melapangkan jalan bagi kembalinya sistem

ekonomi politik kapitalis, yang bertentangan dengan kepentingan klas buruh dan

rakyat pekerja di Cina.

6

(9)

mulai ditinggalkan oleh Cina pada periode Deng Xiaoping, untuk kemudian

digantikan dengan prinsip ekonomi yang kapitalisme.

Internasionale Proletar yang menjadi cita-cita seluruh negara sosialisme

tidak akan pernah diwujudkan oleh Deng. Pemimpin Partai dan Negara Cina

kembali mengambil jalan kapitalisme yang sudah ditinggalkan sejak revolusi

sosial Cina. Sosialisme yang dibangun rakyat Cina di bawah pimpinan Mao,

kemudian di revisi oleh Deng yang esensinya adalah revisi atas sosialisme menuju

restorasi kapitalisme, termasuk mereka yang pernah tinggal di Cina pada masa

saat ini, beranggapan dan percaya bahwa Cina saat Deng berkuasa sampai saat ini

merupakan negara “Sosialisme Dengan Ciri Khusus Tiongkok”.

Konsep Deng ini juga yang akhirnya telah membawa perubahan dalam

konstitusi Cina. Pada tahun 1982 dengan dukungan mayoritas anggota Kongres

Rakyat Nasional, dan pimpinan PKC akhirnya ide tentang sosialisme pasar mulai

diterima. Sistem pertanian kolektif kemudian digantikan oleh sistem sewa pakai.

Tanah pertanian milik negara boleh digunakan oleh masyarakat secara mandiri

dengan sistem sewa 5 hingga 10 tahun. Kemudian diberikan juga penghargaan

kepada petani (atau kelompok petani) yang berhasil meningkatkan hasil

panennya.7

7

Hikmatul Akbar. Politik Identitas: Perkembangan Kapitalisme Sebagai Identitas Baru Cina Pada Abad 21

Yogyakarta.Hal 10

Dampaknya kembali terjadi dengan adanya persaingan antara

(10)

Peralihan ekonomi politik Cina dari sosialis menjadi kapitalis dapat

terlihat pada perubahan konstitusi Cina sendiri. Konstitusi Cina pertama kali

diberlakukan pada tahun 1954. Setelah itu mengalami perubahan pada tahun 1975,

1978, 1982 dan akhirnya mendapat amandemen pada tahun 2004. Sebenarnya

dalam perubahan dari sosialisme pasar ke kapitalisme masih terdapat tiga kali lagi

amandemen konstitusi Cina, yaitu pada tahun 1988, 1993 dan 1999. Kesemuanya

mencerminkan tingkat perubahan Cina dalam proses menuju identitas kapitalis itu

sendiri.8

Penerapan dari norma-norma kapitalisme seperti laba sebagai unsur untuk

meregulasi produksi, perubahan dalam harga yang semakin mencerminkan nilai

(yaitu biaya produksi dan laba rata-rata), penerapan rangsang material yang

semakin luas, dan kebebasan semakin besar dalam pengelolaan perusahaan yang Di Cina, pemikiran Mao Zedong adalah bagian dari doktrin resmi Partai

Komunis Cina pada masa itu.Namun sejak 1978 adalah permulaan pembaruan

Deng Xiaoping dengan konsep "sosialisme dengan ciri khas Cina".Dalam aspek

politik, diberlakukanlah pembaruan ekonomi Cinasecara langsung sama halnya

dengan mengubah peranan ideologi asli Mao di Cina. Ideologi Mao yang secara

radikal telah diubah dan dikurangi kearah yang lebih reformis dengan modal luar

negeri. Di bidang industri, perubahan yang dijalankan kaum revisionis Cina telah

melemahkan sistem perencanaan negara.

8

(11)

memproduksi untuk pasar demi mencapai laba, telah semakin melemahkan

dasar-dasar masyarakat sosialis Cina.9

Faktor-faktor dari sistem ekonomi yaitu pemilikan alat produksi,

distribusi hasil produksi dan pertukaran hasil produksi. Dari ketiga faktor tersebut

maka yang paling mempengaruhi adalah pemilikan alat produksi. Adapun

bangunan atas adalah suatu pencerminan dari basis.

Dewasa ini sejalan dengan kondisi Cina yang tumbuh dengan kapitalisme

bahkan menjelma menjadi kapitalisme maju tidaklah terlepas dari keberhasilan

pembangunan industri di negara Cina di masa Mao. Dampaknya Cina telah

berubah menjadi negara dengan industri maju. Keberhasilan Cina dalam

membangun industri telah membawa Cina menjadi kekuatan baru kapitalisme di

dataran Asia.

Hal yang menarik lain terlihat dari sikap Cinadalam mendeklarasikan diri

sebagai negara dengan sistem ekonomi kapitalis, tetapi tidak kapitalis secara

politik.Cina masih mempertahankan sosialisme sebagai ideologi negara. Kajian

Marx dalam melihat ekonomi dan politik adalah sebuah kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan. Marx berdalil bahwa kekuatan basis adalah suatu sistem ekonomi.

10

9

Tatiana Lukman. Alternatif. Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat. Jakarta. 2013. Hal 11 10

Dr.Darsono.SE.SF.MA.MM. Karl Marx: Ekonomi Politik dan Aksi Revolusi. Diadit Media: Jakarta. 2007. Hal.76

Maka seharusnya sistem

politik Cina sejalan dengan sistem ekonominya pula yaitu kapitalisme sebagai

(12)

Kondisi paradoks ini terlihat dengan jelas selepas kepemimpinan Mao dan

digantikan oleh Deng sebagai ketua partai.Kebijakan yang dilahirkan oleh Deng

sangat berbeda dan saling bertolak belakang dengan kebijakan Mao sebagai bapak

komunis Cina. Cina dimasa Mao lebih menekankan pada persoalan agraria dan

pembangunan industri dengan mengutamakan modal dalam negeri. Sedangkan

pada masa Deng, Cina lebih didominasi oleh modal luar negeri maupun pinjaman

dari lembaga internasional.

Tidak hanya dalam aspek kebijakan, dengan tegas Deng mengganti

konstitusi yang sudah dibuat semasa Mao dengan tujuan untuk mengikis dominasi

ideologi sosialis yang bertentangan dengan semangat Deng dalam membangun

ekonomi liberal di Cina. Dari perbandingan Cina dimasa Mao maupun Deng jika

dikaji secara umum perbedaan paling mendasar terlerak pada kepemimpinan

kembali klas borjuasi pada Partai Komunis Cina. Juga yang perlu untuk

ditekankan dari pernyataan diatas bahwa kelahiran klas borjuasi dalam Partai

Komunis Cina sebagai cikal bakal beralihnya sistem ekonomi politik Cina

tidaklah tanpa sebab.

Berangkat dari situasi diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang

peralihan sistem ekonomi politik Cina dari Sosialisme menuju Kapitalisme.

Dalam pengkajian penelitian ini, sajian akan diawali dengan eksplorasi tentang

kondisi negara Cina dengan sistem ekonomi politik sosialisme dibawah kekuasaan

Mao Zedong dan eksplorasi tentang kondisi negara Cina dengan sistem ekonomi

(13)

kemudian dihubungkan dengan perbandingan berbagai kebijakan yang lahir di

masa kepemimpinan Mao dan dimasa kepemimpinan Deng. Kemudian pengkajian

diakhiri dengan analisis tentang peralihan sistem ekonomi politik Cina dari

sosialisme menuju kapitalisme.

1.2. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana peralihansistem ekonomi politik Cina di masa Sosialisme dibawah

kepemimpinan Mao Zedong dan sistem ekonomi politik Cina di masa Kapitalisme

dibawah kepemimpinan Deng Xiaoping?

1.3. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terkonsentrasi terhadap peralihansistem ekonomi

politik Cina di era Kapitalisme dan Sosialisme, maka batasan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini menggunakan kajianperbandingan untuk melihat analisis

peralihan sistem ekonomi politik Cina dari Sosialisme ke Kapitalisme, dan

faktor-faktor yang mempengaruhi peralihan system ekonomi sosialisme

menuju system ekonomi kapitalisme.

2. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan sistem ekonomi politik

(14)

dan yang dimaksud dengan sistem ekonomi politik kapitalisme Cina

adalah saat Cina dibawah kepemimpinan Deng Xiaoping.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan :

1. Untuk menganalisis peralihan sistem ekonomi politik Cina dari sosialisme

menuju sistem ekonomi politik kapitalisme.

2. Untuk melihat perbedaan sistem ekonomi politik sosialisme Cina dimasa

Mao Zedong dan sistem ekonomi politik kapitalisme Cina dimasa Deng

Xiaoping.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini sungguh diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Secara teoritis, penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang sungguh

diharapkan mampu memberikan sebuah sumbangsih mengenai peralihan

sistem ekonomi politik sosialisme menuju sistem ekonomi kapitalisme.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi serta

pisau analisis bagi pegiat ilmu ekonomi dan politik, aktivis sosial dan

lain-lain dalam membedah persoalan ekonomi yang bersinggungan dengan

(15)

3. Secara akademis, penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi di Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik.

1.6. Kerangka Teori

Sebagaimana telah dipaparkan pada landasan pemikiran di atas yang

kemudian melahirkan rumusan masalah sebagai upaya menganalisis secara kritis

perbandingan tentang peralihan sistem ekonomi politik Cina di era sosialisme

menuju kapitalisme. Kemudian dibutuhkan teori analisis untuk membedah

masalah dan mencari asumsi pokok yang mendasar suatu penelitian atau jawaban,

dan pemecahan untuk masalah dibutuhkan sebuah teori.

1.6.1. Teori Ekonomi Politik

Ekonomi diartikan dengan banyak arti. Pertama, ada yang memaknai

ekonomi sebagai “cara” melakukan sesuatu, seperti dalam istilah “ekonomis” atau

“kalkulasi ekonomi” yang konotasinya adalah efisiensi. Kedua, ada yang

memaknai ekonomi sebagai “aktivitas”, yang biasanya ditujukan untuk

memperoleh sesuatu yang diinginkan. Ketiga, ada yang melihat ekonomi sebagai

“institusi” seperti dalam istilah ekonomi pasar atau ekonomi komando.11

Politik juga terkait dengan banyak hal. Ada yang mengaitkan politik

dengan kekuasaan dan otoritas, bisa juga dikaitkan dengan kehidupan publik,

11

(16)

pemerintah, negara, konflik, serta resolusi konflik. Dari berbagai definisi tersebut,

yang potensial untuk dikaitkan dengan ekonomi adalah pemaknaan politik sebagai

pemerintah, politik sebagai kehidupan publik dan politik sebagai otoritas untuk

mengalokasikan sumber-sumber dan nilai-nilai. 12

Caporaso & Levine (1993), ekonomi politik dimaksudkan untuk

memberikan saran mengenai pengelolaan masalah-masalah ekonomi kepada para

penyelenggara negara. Hal ini sesuai dengan pemaknaan ekonomi politik pada

waktu itu sebagai pengelolaan masalah-masalah ekonomi negara (political

economy referred to the management of economic affairs of the state).

Selanjutnya ekonomi politik oleh pakar-pakar ekonomi politik baru lebih diartikan

sebagai analisis ekonomi terhadap proses politik. Dalam kajian tersebut mereka

mempelajari institusi politik sebagai entitas yang bersinggungan dengan

pengambilan keputusan ekonomi politik, yang berusaha mempengaruhi

pengambilan keputusan dan pilihan publik, baik untuk kepentingan kelompoknya

maupun untuk kepentingan masyarakat luas.13

Aristoteles dalam bukunya Politics mengatakan bahwa ilmu ekonomi

merupakan bagian dari politik, sedangkan Politik sendiri merupakan bagian dari

Etika dan Falsafah. Ekonomi berasal dari dua kata Yunani, yaitu “oikos” dan

nomos”, yang dapat diartikan sebagai “seni mengelola rumah tangga”. Dari

12

Ibid. Hal 7 13

(17)

definisi Ekonomi inilah Ilmu Ekonomi Politik berkembang, yang awalnya

diartikan sebagai “seni mengelola negara”.14

Menurut Mochtar Mas’oed, hubungan antara ekonomi dan politik dapat

diterjemahkan ke dalam isu tentang hubungan antara kekayaan dan kekuasaan.

Ekonomi terkait dengan penciptaan dan pendistribusian kekayaan, sedangkan

politik terkait dengan penciptaan dan pendistribusian kekuasaan. Kekayaan terdiri

dari aset fisik (kapital,tanah) dan aset non fisik (sumber daya manusia, termasuk

ilmu pengetahuan), sedangkan kekuasaan bisa muncul dalam bentuk militer,

ekonomi, maupun psikologis. 15

Roger Tooze, menggunakan istilah ekonomi politik untuk mengacu pada

seperangkat masalah yang timbul dari interaksi antara aktivitas ekonomi dan

politik. Charles Lindblom menyebut hakekat atau konsep pokok dari ekonomi

politik adalah pertukaran (exchange) dan kewenangan (authority). Klaus Knorr,

menggunakan konsep kekayaan (wealth) dan kekuasaan / kekuatan (power)

sebagai hakekat dari ekonomi dan politik.16

Ada empat perspektif yang berkembang dalam studi Ekonomi Politik

Internasional 17

14 Ibid, hal 21 15

Ibid. hal 7 16

Umar, Suryadi Bakry. Ekonomi Politik Internasional. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Jayabaya. 1997. Hal 2

17

(18)

a). Perspektif Merkantilis,

Perspektif ini memandang bahwa Negara menjadi aktor utama yang secara aktif

dan rasional mengatur ekonomi demi meningkatkan kekuatan kekuasaan Negara.

Membangun suatu Negara bangsa yang kuat diperlukan akumulasi capital

sebanyak-banyaknya. Sehingga pembangunan ekonomi diprioritaskan. Apabila

untuk memenuhi capital yang diinginkan tersebut tidak bisa dicukupi dengan

pemanfaatan sumber-sumber capital dalam negeri, maka dilakukanlah

perdaganagan internasional. Demi mendapatkan keuntungan maksimal, maka

pemerintah harus memainkan kebijaksanaan “nasionalis-ekonomis”. Yaitu dengan

(a) pemerintah mengendalikan (menekan) sepenuhnya harga barang dan gaji

buruh, sehingga bisa dijual dengan harga bersaing di pasar internasional, (b)

menerapkan strategi prduksi substitusi barang impor, (c) memaksimalkan ekspor

dan meminimalkan impor. Strategi ini juga bisa dilakukan oleh negera-negara

yang lemah dengan alas an membiarkan pasar bebeas berlaku, sementara posisi

sendiri lemah, hanya akan menghancurkan diri sendiri. Para pengkritik ini

terutama datang dari kaum liberal.

b). Perspektif Liberal.

Dipelopori oleh David Ricardo dan Adam Smith, mereka mengkritik

pengendalian ekonomi yang berlebihan oleh Negara. Perspektif liberal

mengajukan argument bahwa cara yang paling efektif untuk meningkatkan

(19)

secara bebas berinteraksi dengan para individu Negara lain. Mereka

menganjurkan pasar bebas. Konsepsi liberal ini didasarkan pada gagasan

mengenai kedaulatan pasar dalam ekonomi, dengan mengasumsikan bahwa semua

manusia secara alamiah memiliki keselarasan kepentingan. Karena itu, kalau

individu dibiarkan mengejar kepentingan masing-masing yang didasarkan pada

suatu pembagian kerja dan pada struktur atau komposisi factor-faktor produksinya

sendiri, maka kesejahteraan individu, nasional akan meningkat. Kaum liberal

percaya bahwa dengan saling berinteraksinya Negara-negara melalui perdagangan

internasional, konflik bisa terhindarkan. Bahkan bisa membawa keuntungan

bersama sehingga kesejahteraan mereka akan meningkat. Keputusan para pelaku

ekonomi mengenai apa yang harus diproduksi dan dijual berdasarkan

pertimbangan keunggulan koparatif (comparative advantage). Yakni setiap

Negara harus memiliki spesialisasi dalam produksi barang sehingga memiliki

keuntungan komparatif (harga terendah, waktu produksi tercepat) tertinggi dari

pada rekanan dagang yang lain. Dan inilah yang dijadikan komoditas ekspor.

Sedangkan Negara tersebut lebih baik mengimpor barang-barang luar negeri yang

memiliki posisi keuntungan komparatif lebih baik. Sehingga dari sini efisiensi

terjadi. Peran Negara sangat terbatas pada penyediaan fondasi bagi bekerjanya

system pasar, seperti pembangunan infrastruktur, penegakkan hukum, menjamin

keamanan, mencegah persaingan tidak sehat, dan menyelenggarakan pendidikan.

Dengan demikian, menurut persektif liberal, ekonomi dan politik merupakan

(20)

c). Perspektif Radikal

Basis pokok perspektif ini adalah gagasan Marxisme. Sementara

perspektif liberal memandang pasar bisa memungkinkan individu memaksimalkan

perolehan, kaum Marxis meilhat kapitaslisme dan pasar telah menciptakan

kekayaan untuk kepitalis dan kemiskinan untuk kaum buruh. Perpektif ini

memiliki tujuan kegiatan ekonomi (dan politik) untuk redistribusi kekayaan dan

kekuasaan. Kaum radikal membuat beberapa asumsi berikut. Pertama, bahwa

kelas social adalah actor dominan dalam ekonomi dan politik. Kedua, bahwa

kelas-kelas tersebut bertindak berdasarkan kepentingan materiil mereka. Ketiga.

Bahwa basis dari ekonomi kapitalis adalah eksploitasi kelas buruh oleh kapitalis.

Asumsi ketiga ini membawa kesimpulan bahwa baginya, buruh dan kapitalis

merupakan dua actor antagonis.

d).Perspektif Reformis

Perspektif ini mengusung konsepsi Tata Ekonomi Internasional Baru

(TEIB), muncul sebagai kritik atas ketiga perspektif di atas. Mereka tidak setuju

dengan penekan berlebihan kaum liberal terhadap pertimbangan efisiensi sehingga

merugikan actor yang lebih lemah. Mereka tidak setuju dengan kaum radikal

untuk melakukan perubahan revolusioner menentang system kapitalis. Karena

mereka lebih percaya pada reformasi struktur hubungan internasional. Dan

(21)

dalam urusan ekonomi internasional, mereka lebih bersikap internasionalis

daripada nasionalis.

Dewasa ini, terdapat banyak perspektif dalam ekonomi politik, namun

perspektif yang hingga saat ini masih eksis atau dapat bertahan adalah pandangan

tentang konsep ekonomi politik liberalisme dan sosialisme. Dua perspektif yang

telah lama dibicarakan berabad-abad. Kedudukan sistem ekonomi politik liberal

yang dibangun atas kedudukan corak produksi industrial yang melahirkan

hubungan produksi klas pekerja dan klas pemodal telah bertahan sejak lama dan

didalilkan. Kedudukan sistem liberal kemudian disempurnakan dengan sistem

politik demokrasi dan kebudayaan liberal.Lahirnya sistem ekonomi

sosialismeadalah sebagai kritikan terhadap sistem ekonomi

liberalisme/kapitalisme, yang oleh Marx menganggap bahwa kapitalisme hanya

menyebabkan jurang yang semakin lebar bagi dua kelas yang bertentangan. Kedua

sistem ekonomi politik ini terus tetap eksis dan berkembang di beberapa negara.

Untuk itu dalam kajian berikutnya kajian tentang sosialisme dan kapitalisme

menjadi titik tekan dalam penelitian ini:

Pemikiran ekonomi politik liberal klasik sesuai pandangan Adam Smith

ialah bahwa tiap pelaku ekonomi (baik konsumen maupun produsen) haruslah

diberi kebebasan untuk mengejar kepentingan pribadinya masing-masing. Walau

kedua pihak (konsumen dan produsen) memiliki motivasi yang bertolak belakang,

(22)

tetapi kalau perekonomian dibiarkan bebas sesuai kekuatan mekanisme pasar

tanpa campur tangan pemerintah maka akan tercipta suatu keseimbangan atau

ekuilibrium. 18

Fungsi paling utama dari pasar adalah untuk mengalokasikan sumber daya

yang ada secara rasional. Menurut Arthur Sheldon dalam Capitalism, empat tugas

sistem-sistem ekonomi adalah : (1) mengembangkan tekhnik-tekhnik untuk

menilai sumber-sumber yang langka, (2) membuat insentif untuk berkonsentrasi

pada metode-metode yang paling produktif, (3) menyediakan alat-alat untuk

merakit dan mendistribusikan informasi, dan (4) menciptakan prinsip-prinsip

mengalokasikan output pada penggunaan yang paling penting atau bernilai paling

tinggi. Inilah persisnya, metode dan alat-alat yang dikembangkan oleh pasar. 19

Kapitalisme merupakan sistem ekonomi yang dicirikan dengan

kepemilikan hak milik privat atas alat-alat produksi dan distribusi yang

pemanfaatannya untuk mencapai laba dalam kondisi yang sangat kompetitif.

Sistem ekonomi kapitalis juga memberikan kebebasan bagi pelaku-pelaku

ekonomi untuk melakukan kegiatan bagi kepentingan individual atas sumber daya

ekonomi atau faktor-faktor produksi. 20

Pada sistem ekonomi ini, terdapat keleluasan bagi perorangan untuk

memiliki sumberdaya, seperti kompetisi antar individu dalam memenuhi

18

Ibid. Hal. 30 19

Ibid. Hal. 29 20

(23)

kebutuhan hidup, persaingan antar badan usaha dalam mencari keuntungan.

Secara umum kedudukan sistem ekonomi politik kapitalisme ditekankan pada

kepemilikan individu untuk berhak atas pengolahan kapital yang dimilikinya.

Akan tetapi kebebesan ini telah menciptakan sistem monopoli terhadap alat

produksi.

Sosialisme dilihat sebagai suatu sistem ekonomi-politik adalah sebuah

sistem sosial yang dilandaskan pada prinsip komune atau kebersamaan, di mana

pemilikan alat-alat produksi (means of production) dan distribusi adalah bersifat

kolektif

B. Ekonomi Politik Sosialisme

21

Konsep kelas sangat sentral dalam teori Marx, kelas-kelas yang diorganisir

secara politik tidak muncul spontan dibawah kapitalisme. Bagi Marx, kelas-kelas

yang sadar tentang kondisi kolektif adalah prasyarat tidak hanya bagi tindakan

politik, tetapi juga untuk ekonomi politik.

. Di dalam masyarakat sosialis sangat ditonjolkan yang namanya

kebersamaan dalam bentuk komunisme, dimana keputusan-keputusan ekonomi

disusun, direncanakan, dan sekaligus dikontrol oleh Negara.

22

Bagi Marx, kapitalisme pasar bukan hanya tidak bersifat “self organizing”,

tetapi karena ketamakan kaum kapitalis justru menjadikan sistem ini mengandung

sifat menghancurkan diri sendiri (self-destruction). Akumulasi modal oleh

21

Op.Cit. Ekonomi Politik. hal 39 22

(24)

kapitalis di satu sisi adalah akumulasi penderitaan, kesengsaraan, dan degradasi

mental di sisi buruh. Buruh yang sadar sebagai kelas yang tertindas harus bersatu

dan secara bersama-sama memperjuangkan kepentingan kolektif mereka melalui

wadah politik. 23

Seperti hal nya kebangkitan liberalisme atau kapitalisme, sosialisme atau

marxisme juga bangkit sebagai suatu respons terhadap era industrialisasi. Marx

dengan gencar mengkritik ekonomi pasar yang dikembangkan oleh Adam Smith.

Marx menggunakan berbagai disiplin ilmu untuk “membuktikan” bahwa

kapitalisme adalah sebuah sistem yang tidak adil dan “busuk dari dalam”. Secara

esensi kelahiran sistem sosialisme adalah cara untuk menghancurkan kapitalisme

yang tumbuh pesat pasca revolusi industri atau biasa disebut sebagai revolusi

borjuasi tipe lama. Dalam sejarahnya kelahiran sosialisme digambarkan oleh Karl

Marx harus dijalankan melalui perjuangan klas melalui revolusi sosial. Revolusi Kedudukan kelas buruh dalam sistem ekonomi politik sosialisme memiliki

peran sebagai pimpinan tertinggi di negara sosialis. Kepemilikan kolektif atas alat

produksi telah menghaspuskan sistem monopoli yang dikembangkan dari sistem

kapitalisme. Kesimpulannya sistem politik sosialisme adalah sistem yang tidak

meletakan kedudukan individu sebagai penentu utama corak produski ekonomi

suatu negara.

1.6.2. Sosialisme Marxisme

23

(25)

sosial digambarkan oleh Marx merupakan bagian dari hukum dialektika histori

atas perkembangan masyarakat.

Menurut Karl Marx sejarah perjuangan dan perkembangan masyarakat

adalah sejarah perjuangan kelas. Teori kelas merupakan analisis Karl Marx dan

Friedirch Engles terhadap kapitalisme dan pada mulanya memfokuskan pada

corak produksi. Analisis Marx tertuju pada inti ketidakadilan yang tersembunyi

dari hubungan masyarakat dalam sistem ekonomi kapitalisme di mana ia melihat

hubungan tersebut bersifat eksploitatif, Sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh

pemikir sosial lainnya. Masyarakat di mana-mana terbagi menjadi klas penghisap

dan terhisap. Sementara itu, kelas penghisap karena kepemilikan monopolinya

atas alat produksi, mereka mendapat bagian terbesar dari barang yang diproduksi

dalam masyarakat untuk keuntungannya sendiri sekalipun tidak bekerja.

Sementara, ada kelas yang terhisap yang hanya memiliki tidak memiliki sama

sekali, sekalipun mereka yang bekerja untuk memproduksi barang akan tetapi

mereka hanya mendapat bagian yang sangat kecil bahkan tidak cukup untuk

bertahan hidup.

Perjuangan klas lahir dari pertentangan kepentingan klas-klas dalam

masyarakat secara keseluruhan. Ini adalah pertarungan antara klas yang mengeruk

keuntungan dan karenanya mempertahankan hubungan produksi yang lama

dengan klas yang berusaha menghancurkan hubungan produksi yang lama dan

(26)

terhisap terpusat pada penghilangan tipe penghisapan tertentu dalam sebuah

sistem kemasyarakatan. Dan karena penghisapan itu berasal dari sebuah tipe

tertentu dari monopoli atas alat produksi, maka perjuangan klas berlangsung di

seputar pihak-pihak yang mempertahankan dan menentang monopoli tersebut.

Marx menganggap bahwa kapitalis mewarisi ketidakadilan dari dalam, hal

ini dikarenakan sistem liberal tidak perduli tentang masalah kepincangan dan

kesenjangan sosial. Dengan menerapkan sistem “upah besi” kaum buruh dalam

sistem perekonomian liberal tidak akan pernah mampu mengangkat derajatnya

lebih tinggi karena sebagaimana yang diucapkan Marx “pasar bebas memang

telah mentakdirkannya demikian”. Sistem perekonomian liberal-kapitalis harus

digantikan dengan sistem lain yang lebih memperhatikan masalah pemerataan

bagi semua untuk semua, yaitu sistem perekonomian sosialis-komunis 24

Akumulasi kapital akan semakin berhasil jika para kapitalis bisa menindas

kaum buruh, yaitu dengan memberikan tingkat upah yang sangat rendah. Disini

tampak perbedaan yang sangat nyata antara Marx dan Smith dalam memandang

persaingan. Smith menganggap persaingan bebas sebagai prasyarat bagi

terbentuknya masyarakat sejahtera. Sebaliknya Marx memandangnya sebagai

penyebab terjadinya konsentrasi-konsentrasi ekonomi atau monopoli.

. Sistem

liberal yang lebih menyebabkan kaum buruh menderita haruslah diperbaiki, atau

diganti dengan sistem sosialis yang lebih berpihak pada golongan kaum buruh.

25

24

Deliarnov. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2007. Hal.74 25

(27)

Basis adalah suatu sistem ekonomi. Factor-faktor dari sistem ekonomi

yaitu pemilikan alat produksi, distribusi hasil produksi dan pertukaran hasil

produksi. Dari ketiga factor tersebut maka yang paling mempengaruhi adalah

pemilikan alat produksi. Adapun bangunan atas adalah suatu pencerminan dari

basis. Bangunan atas dipengaruhi oleh kekuatan basis. Bangunan atas terdiri dari

factor ide dan factor pelaksana ide (realisasikan ide). Namun yang paling penting

dari kedua tersebut adalah factor alat pelaksana ide atau alat realisasi ide, atau

negara, karena negara mempunyai birokrasi, tentara, dan penjara.

Marx menjelaskan secara keseluruhan hubungan produksi menentukan

sistem ekonomi masyarakat. Basis menentukan bangunan atas kemudian

melahirkan kesadaraan sosial. Cara produksi barang-barang materil untuk

memenuhi kebutuhan hidup menentukan karakter kehidupan sosial, politik,

spiritual. Bukan kesadaraan sosial yang menentukan keadaan sosial, tetapi

keadaan sosial yang menentukan kesadaraan sosial.

Sementara itu pengubahan bangunan atas itu menurut Karl Marx harus

dengan jalan Perjuangan atau tepatnya melalui revolusi politik. sebab bangunan

atas yaitu negara, kekuasaan politik, hukum, moral, dan ideologi, itu dicipta untuk

melindungi basis, terutama sistem pemilikan alat-alat produksi. Dengan demikian

basis harus dihancurkan untuk melahirkan sebuah sistem sosial yang baru. Paham

pemikiran Karl Marx mengenai basis dan bangunan atas kemudian dikembangkan

(28)

akan digantikan oleh sistem yang lebih maju. Perbudakan akan digantikan oleh

feodalisme, feodalisme akan digantikan oleh kapitalisme, dan kapitalisme akan

digantikan oleh sistem yang lebih maju lagi, yaitu sosialisme dan komunisme.

Permasalahan seperti kelangkaan (scarcity) dan insentif pribadi dengan

sendirinya akan hilang jika masyarakat sudah sampai pada tahap komunisme

penuh. Bahkan, uang tidak perlu lagi digunakan. Dalam tahap komunisme penuh,

tidak ada lagi soal kelangkaan, tidak ada lagi kelas-kelas masyarakat, penghisapan

dari suatu kelompok masyarakat terhadap kelompok masyarakat lainnya. Bahkan

negara dengan sendirinya akan hilang. 26

Negara adalah bangunan atas masyarakat. Negara merupakan suatu organisasi

yang menguasai masyarakat. Negara itu lahir karena pertentangan kelas-kelas

sosial yang tidak dapat diselesaikan . ia berdiri di atas pertentangan kelas sosial. Negara dan revolusi adalah pengembangan Karl Marx oleh Lenin. Marx

memiliki konsep pemikirannya, Lenin yang mempraktekkannya. Negara dan

revolusi bagaiakan dua sisi pada satu keeping mata uang. Negara lahir karena

adanya revolusi, dan revolusi lahir karena adanya negara yang menghisap dan

menindas rakyatnya. Revolusi borjuis lahir karena negara feudal menindas

rakyatnya, sementara revolusi sosialis lahir karena negara borjuis menindas

rakyatnya. Revolusi kemerdekaan lahir karena negara colonial menindas rakyat

yang dijajah.

a). Negara

26

(29)

Manusia secara orang per orang tidak mampu melawan negara. Negara menurut

pandangan Karl Marx merupakan bangunan atas, yaitu pelaksana ide, alat sesuatu

kelas yang berkuasa untuk menindas dan menguasai kelas lain, guna

mempertahankan dan melindungi kepentingan dan kekuasaan kelas yang

berkuasa. oleh karena itu negara merupakan suatu lembaga yang tidak berada di

atas masyarakat, tetapi merupakan lembaga yang digunakan oleh kelas ekonomi

yang berkuasa untuk melawan kelas-kelas lain. Atau negara adalah badan

pelaksana kelas ekonomi yang dominan dalam suatu masyarakat. Negara lahir

sebagai akibat dari suatu perjuangan kelas antara terhisap dan penghisap yang

tidak bisa didamaikan. Untuk bisa mengatasi penghisapan tersebut, maka negara

sebagai alat legitimasi penghisap untuk mengatasi perlawanan dari kelas terhisap

yang terus-menerus semakin besar.27

27

Cahyono Edi. Njoto Marxisme Ilmu dan Amalnya. Harian Rajat 1962. Hal 25

b). Revolusi

Revolusi adalah keharusan karena kelas yang berkuasa tidak mampu digulingkan

secara diplomasi, tetapi penguasa hanya bisa digulingkan dengan revolusi. Kelas

yang melakukan revolusi mengulingkan penguasa lama dan membangun kembali

masyarakat baru. Revolusi hakikatnya pergantian kekuasaan politik dengan

kekerasaan. Mengubah sistem sosial lama menjadi sistem sosial yang baru. Oleh

(30)

1.8. Metodologi Penelitian

1.8.1. Metode Penelitian

Berdasarkan metode yang diterapkan, maka penulis menggunakan

metode penelitian deskriptif. Sebab metode penelitian deskriptif adalah suatu

metode dimana data yang diperoleh disusun dan kemudian diinterpretasikan.

Sehingga data yang terkumpul dapat memberikan keterangan-keterangan terhadap

masalah-masalah yang aktual berdasarkan fakta dan analisis yang ada. Langkah

yang diambil dalam penelitian ini terlebih dahulu mendeskripsikan tentang

kondisi negara Cina dimasa kepemimpinan Mao Zedong dengan sistem ekonomi

politik sosialisme dan kondisi negara Cina dimasa kepemimpinan Deng Xiaoping

dengan sistem ekonomi politik kapitalisme. Kemudian dari data tersebut, penulis

akan mengkaji tentang kebijakan ekonomi politik Cina di masa Mao maupun

Deng dengan tujuan untuk dapat melihat perbandingan dan ciri dari kedua sistem

ekonomi politik sosialisme maupun kapitalisme. Sehingga penulis dapat

menganalisis tentang peralihan sistem ekonomi politik Cina dari sosialisme

menuju kapitalisme.

1.8.2. Jenis Penelitian

Menurut Hadari Nawawi, metode penelitian deskritif dapat diartikan

sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan

atau melukiskan subjek atau objek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat, dan

(31)

adanya. Penelitian deskriptif melakukan analisis dan menyajikan data-data dan

fakta-fakta secara sistematis sehingga dapat dipahami dan disimpulkan.28

Teknik analisa data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini

adalah menggunakan analisa kualitatif. Sebab penelitian kualitatif merupakan

metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah

individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau Penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan bagaimana peralihansistem

ekonomi politik Cina sosialisme menuju sistem ekonomi politik kapitalisme.

Tentunya penelitian menggunakan data-data, konsep-konsep yang berguna

sebagai kerangka acuan untuk menjelaskan hasil penelitian, menganalisis dan

sekaligus untuk menjawab persoalan yang diteliti.

1.8.3. Teknik Pengumpulan Data

Data-data, keterangan atau fakta-fakta yang diperlukan dalam penelitian

ini adalah dengan menggunakan sumber data pustaka yang berasal dari buku-buku

ekonomi politik dari perspektif liberal maupun sosialis, internet, jurnal ilmiah

lokal maupun jurnal ilmiah internasional, serta literatur lainnya yang berkaitan

dengan penelitian.ini.

1.8.4. Teknik Analisis Data

28

(32)

kemanusiaan29

29

John W. Creshwell. Research Design. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2012.hal 4

. Dalam konteks ini tehnik komparatif digunakan untuk

menganalisis sistem ekonomi politik sosialisme Cina dengan sistem ekonomi

politik kapitalisme Cina. Hal tersebut karena perbandingan digunakan untuk

menganalisis peralihan sistem ekonomi politik sosialisme menuju kapitalisme di

(33)

1.9. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab satu ini akan menguraikan dan membahas latar belakang, rumusan masalah,

batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, teknik

pengumpulan data, jenis penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : PROFIL NEGARA CINA

Bab kedua ini akan membahas sejarah negara Cina dalam bentuk periode sistem

perkembangan masyarakat secara khusus tentang Cina dibawah kepemimpinan

Mao Zedong dan Deng Xiaoping.Dalam sub bagiannya akan lebih membahas

tentang dinamika sejarah peralihan sistem ekonomi politik Cina dari sosialisme

menuju kapitalisme.

BAB III : PERALIHANEKONOMI POLTIK SOSIALISME CINA MENUJU SISTEM EKONOMI POLITIK KAPITALISME

Di dalam bab ketiga akan memuat analisa data penelitian tentang peralihan sistem

ekonomi politik sosialisme Cina menuju sistem ekonomi kapitalisme. Dalam sub

bagiannya akan melihat tentang perbandingan sistem ekonomi politik sosialisme

dan sistem ekonomi politik kapitalisme di Cina untuk melihat faktor yang

(34)

BAB IV : PENUTUP

Bab keempat yaitu penutup akan meliputi kesimpulan-kesimpulan dari ulasan

Referensi

Dokumen terkait

Faham atau Ideologi yang mengikuti pandangan Karl Max mengenai sistem ekonomi, sosial, politik.. Maxisme merupakan bentuk protes Karl Max terhadap

Sistem ekonomi kapitalisme adalah sistem organisasi ekonomi yang dicirikan oleh hak milik privat atas alat-alat produksi dan distribusi (tanah, pabrik-pabrik,

Ekonomi politik media adalah bagaimana media digunakan untuk bertahan dari keterbatasan income dan alat untuk menambah kekuasaan serta memperluas sumber daya yang dimiliki

Sedangkan hubungan kerjasama politik yang di lakukan oleh Cina dalam ACFTA dapat di lihat dari ACFTA itu sendiri yang merupakan suatu bentuk kerjasama yang bersifat ekonomi politik

Sistem ekonomi sosialis dapat diartikan sebagai sebuah sistem ekonomi yang menekankan kepemilikan kolektif dari alat-alat produksi dengan memberikan suatu peran yang besar

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi ekonomi politik yang diterapkan Deng Xiaoping dalam membangun pertumbuhan ekonomi cina tidak dilakukan dengan secara totaliter

Skripsi ini berjudul “PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP KEBIJAKAN EKONOMI POLITIK : Studi Interlinkages Kebijakan Ekonomi Politik Terhadap Maraknya Pembangunan Ritel di

Kapitalisme merupakan suatu sistem ekonomi dimana kekayaan yang produktif terutama dimiliki secara pribadi dan produksi terutama dilakukan untuk dijual. Namun walaupun demikian