• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA UNTUK KABUPATEN KOTA - DOCRPIJM 1502266464Bab 3 ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA UNTUK KABUPATEN KOTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 3 ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA UNTUK KABUPATEN KOTA - DOCRPIJM 1502266464Bab 3 ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA UNTUK KABUPATEN KOTA"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA

KARYA UNTUK KABUPATEN / KOTA

3.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Sebagai Arahan Spasial RPI2-JM 3.1.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 2 pedoman untuk penyusunan

rencana pembangunan jangka panjang nasional; penyusunan rencana pembangunan jangka

menengah nasional; pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah

nasional; mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antarwilayah

provinsi serta keserasian antarsektor; penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;

penataan ruang kawasan strategis nasional; dan penataan ruang wilayah provinsi dan

kabupaten/kota.

Uraian berikut ini akan menjelaskan tentang kebijakan dan strategi penataan ruang

wilayah nasional dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

3.1.2 RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan :

a. ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;

b. keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

c. keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;

d. keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di

dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;

e. keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan

kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif

terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;

f. pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan

(2)

g. keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;

h. keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan

i. pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut ditempuh kebijakan dan strategi penataan ruang

wilayah nasional yang meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola

ruang.

A. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang

Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi: peningkatan akses pelayanan

perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki; serta

peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi,

energi dan sumberdaya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional. Strategi untuk

peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah adalah

sebagai berikut :

1. menjaga keterkaitan antarkawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan kawasan

perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya;

2. mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat

pertumbuhan;

3. mengendalikan perkembangan kota-kota pantai; dan

4. mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih

efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.

Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana adalah sebagai

berikut :

1. meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan

transportasi darat, laut dan udara;

2. mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan terisolasi;

3. meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan

secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik;

4. meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan

(3)

5. meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi, serta mewujudkan

sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi nasional yang optimal

B. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang

Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi kebijakan dan strategi

pengembangan kawasan lindung, kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya dan

kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional.

1. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Lindung

a) Kebijakan pengembangan kawasan lindung meliputi:

 pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan

 pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan

lingkungan hidup.

b) Strategi untuk pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup

meliputi :

 menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut dan ruang udara, termasuk

ruang di dalam bumi;

 mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah pulau dengan luas paling

sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi

ekosistemnya; dan

 mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun

akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka mewujudkan dan

memelihara keseimbangan ekosistem wilayah.

c) Strategi untuk pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan

kerusakan lingkungan hidup meliputi:

 menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup;

 melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak

negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung

perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;

 melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau

(4)

 mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung

menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup

tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan;

 mengendalikan pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana untuk menjamin

kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;

 mengelola sumberdaya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara

bijaksana dan sumberdaya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan

ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta

keanekaragamannya; dan

 mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di

kawasan rawan bencana.

2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya

a) Kebijakan pengembangan kawasan budidaya meliputi:

 perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya;

dan

 pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung

dan daya tampung lingkungan.

b) Strategi untuk perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan

budidaya meliputi:

 menetapkan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis nasional untuk

pemanfaatan sumberdaya alam di ruang darat, ruang laut dan

ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan

keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah;

 mengembangkan kegiatan budidaya unggulan di dalam kawasan beserta prasarana

secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian

kawasan dan wilayah sekitarnya;

 mengembangkan kegiatan budidaya untuk menunjang aspek politik, pertahanan dan

keamanan, sosial budaya serta ilmu pengetahuan dan teknologi;

 mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan untuk

mewujudkan ketahanan pangan nasional;

 mengembangkan pulau-pulau kecil dengan pendekatan gugus pulau untuk

(5)

 mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan yang bernilai ekonomi

tinggi di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia

dan/atau landas kontinen untuk meningkatkan perekonomian nasional.

c) Strategi untuk pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui

daya dukung dan daya tampung lingkungan meliputi:

 membatasi perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawasan rawan bencana

untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana;

 mengembangkan perkotaan metropolitan dan kota besar dengan mengoptimalkan

pemanfaaatan ruang secara vertikal dan kompak;

 mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh

persen) dari luas kawasan perkotaan; dan

 membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan besar dan

metropolitan untuk mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana

kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya;

dan

 mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat mempertahankan keberadaan

pulau-pulau kecil.

3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Strategis Nasional

a) Kebijakan pengembangan kawasan strategis nasional meliputi:

 pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk

mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan

keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan

kawasan, melestarikan keunikan bentang alam dan melestarikan warisan budaya

nasional;

 peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara;

• pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan

perekonomian nasional yang produktif, efisien dan mampu bersaing dalam

perekonomian internasional;

 pemanfaatan sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

 pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa;

 pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai warisan

(6)

 pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat

perkembangan antarkawasan.

b) Strategi untuk pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

meliputi:

 menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi lindung;

 mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional yang berpotensi

mengurangi fungsi lindung kawasan;

 membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis nasional yang berpotensi

mengurangi fungsi lindung kawasan;

 membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan

strategis nasional yang dapat memicu perkembangan kegiatan budidaya;

 mengembangkan kegiatan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis

nasional yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan

lindung dengan kawasan budidaya terbangun; dan

 merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan

ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional.

c) Strategi untuk peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara

meliputi:

 menetapkan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan

keamanan;

 mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan

strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan; dan

 mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di

sekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga yang memisahkan

kawasan strategis nasional dengan kawasan budi daya terbangun.

d) Strategi untuk pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan

perekonomian nasional meliputi:

 mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan budidaya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah;

 menciptakan iklim investasi yang kondusif;

 mengelola pemanfaatan sumberdaya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan;

(7)

 mengintensifkan promosi peluang investasi; dan

 meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi. e) Strategi untuk pemanfaatan sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal

meliputi:

 mengembangkan kegiatan penunjang dan/atau kegiatan turunan dari pemanfaatan sumberdaya dan/atau teknologi tinggi;

 meningkatkan keterkaitan kegiatan pemanfaatan sumberdaya dan/atau teknologi tinggi dengan kegiatan penunjang dan/atau turunannya; dan

 mencegah dampak negatif pemanfaatan sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi terhadap fungsi lingkungan hidup dan keselamatan masyarakat.

f) Strategi untuk pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa meliputi:

 meningkatkan kecintaan masyarakat akan nilai budaya yang mencerminkan jati diri bangsa yang berbudi luhur;

 mengembangkan penerapan nilai budaya bangsa dalam kehidupan masyarakat; dan  melestarikan situs warisan budaya bangsa.

g) Strategi untuk pelestarian dan peningkatan nilai kawasan yang ditetapkan sebagai

warisan dunia meliputi:

 melestarikan keaslian fisik serta mempertahankan keseimbangan ekosistemnya;  meningkatkan kepariwisataan nasional;

 mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan  melestarikan keberlanjutan lingkungan hidup.

h) Strategi untuk pengembangan kawasan tertinggal meliputi:

 memanfaatkan sumberdaya alam secara optimal dan berkelanjutan;

 membuka akses dan meningkatkan aksesibilitas antara kawasan tertinggal dan pusat pertumbuhan wilayah;

 mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi masyarakat;  meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan; dan

(8)

3.1.3 Arahan RTRW Pulau Sulawesi

Tinjauan Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi

Kebijakan Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Sulawesi mengacu pada Rancangan

Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Sulawesi pada edisi Oktober

2009. RTR Pulau Sulawesi yang telah disusun akan digunakan sebagai acuan dalam penataan

ruang Pulau Sulawesi hingga 20 tahun kedepan. Uraian berikut ini akan menjelaskan tentang

kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah dengan mengacu pada Rencana Tata Ruang

(RTR) Pulau Sulawesi, khususnya terkait dengan arahan pengembangan di Provinsi Sulawesi

Tenggara.

Tinjauan Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi

Kebijakan Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Sulawesi mengacu pada Rancangan

Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Sulawesi pada edisi Oktober

2009. RTR Pulau Sulawesi yang telah disusun akan digunakan sebagai acuan dalam penataan

ruang Pulau Sulawesi hingga 20 tahun kedepan. Uraian berikut ini akan menjelaskan tentang

kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah dengan mengacu pada Rencana Tata Ruang

(RTR) Pulau Sulawesi, khususnya terkait dengan arahan pengembangan di Provinsi Sulawesi

Tenggara.

Kebijakan Pengembangan RTR Pulau Sulawesi

Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Sulawesi berperan sebagai alat untuk mensinergikan

aspek-aspek yang menjadi kepentingan Nasional yang direncanakan dalam Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional dengan aspek-aspek yang menjadi kepentingan daerah yang

direncanakan dalam rencana tata ruang wilayah provinsi dan rencana tata ruang wilayah

kabupaten/kota. RTR Pulau Sulawesi berlaku sebagai acuan untuk :

a. keterpaduan pemanfaatan ruang lintas wilayah provinsi, kabupaten dan kota di Pulau

Sulawesi;

b. penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi, kabupaten, kota dan kawasan;

c. perumusan program pemanfaatan ruang yang dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah

daerah, swasta dan masyarakat; dan

d. pengendalian pemanfaatan ruang yang diselenggarakan di seluruh wilayah Pulau Sulawesi.

RTR Pulau Sulawesi disusun berdasarkan kebijaksanaan berikut :

a. Mengembangkan pusat pengembangan kawasan andalan laut dengan sektor unggulan

(9)

b. mendorong pengembangan sentra pertanian tanaman pangan padi dan jagung pada

kawasan andalan yang didukung dengan industri pengolahan untuk mewujudkan ketahanan

pangan nasional;

c. mengembangkan jaringan prasarana sumberdaya air untuk meningkatkan luasan lahan

pertanian tanaman pangan padi dan jagung;

d. mempertahankan luasan dan mengendalikan alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan

padi dan jagung untuk ketahanan pangan;

e. mengembangkan pusat pengembangan perkebunan kakao yang didukung dengan industri

pengolahan;

f. mengembangkan sentra pertambangan nikel, aspal serta minyak dan gas bumi yang

didukung dengan industri pengolahan secara berkelanjutan;

g. mengembangkan kawasan perkotaan sebagai pusat pengembangan pariwisata berbasis

cagar budaya yang ditetapkan sebagai warisan dunia;

h. mengembangkan kawasan perbatasan negara dengan pendekatan kesejahteraan, keamanan

dan lingkungan hidup;

i. mempertahankan eksistensi 14 (empat belas) pulau-pulau kecil terluar sebagai Titik Dasar

Garis Pangkal Kepulauan Indonesia;

j. pengembangan jaringan transportasi yang terpadu untuk melayani kawasan perkotaan

sebagai pusat pengembangan perikanan, pariwisata bahari nasional, pertanian tanaman

pangan padi dan jagung, perkebunan kakao dan pertambangan aspal, nikel serta minyak

dan gas bumi;

k. pengembangan jaringan transportasi yang terpadu untuk mewujudkan keseimbangan

perkembangan antarwilayah, membuka keterisolasian dan melayani pulau-pulau kecil;

l. mengembangkan kawasan perkotaan nasional berbasis mitigasi bencana;

m. memantapkan kawasan berfungsi lindung dan merevitalisasi kawasan berfungsi lindung yang

terdegradasi; dan/atau

n. mengendalikan kegiatan budidaya yang berpotensi mengganggu kawasan berfungsi

lindung.

Strategi pemanfaatan ruang Pulau Sulawesi dalam RTR Pulau Sulawesi berisi :

a. strategi operasionalisasi struktur ruang nasional yang terdiri atas strategi operasionalisasi

sistem perkotaan nasional, sistem jaringan transportasi nasional, sistem jaringan energi

(10)

b. strategi operasionalisasi pola ruang nasional yang mencakup perwujudan pelestarian

kawasan lindung nasional, perwujudan pengembangan kawasan budidaya dan perwujudan

pengembangan kawasan andalan.

Strategi perwujudan rencana tata ruang dituangkan dalam indikasi program

pembangunan. Indikasi program pembangunan menurut prioritas penanganannya

diklasifikasikan ke dalam indikasi program pembangunan prioritas tinggi, prioritas sedang dan

prioritas rendah. Indikasi program pembangunan prioritas tinggi dilaksanakan dalam jangka

waktu 5 (lima) tahun pertama. Indikasi program pembangunan prioritas sedang dan prioritas

rendah dapat dilaksanakan setelah jangka waktu 5 (lima) tahun pertama.

Rencana Struktur Ruang Pulau Sulawesi A. Strategi Operasionalisasi Sistem Perkotaan

Strategi operasionalisasi perwujudan sistem perkotaan nasional di Pulau Sulawesi

dilakukan dengan:

a. mendorong pengembangan kawasan perkotaan nasional di kawasan pesisir sebagai pusat

pengembangan perikanan dan pariwisata bahari nasional secara berkelanjutan, berbasis

mitigasi dan adaptasi dampak pemanasan global;

b. mendorong pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan

pertanian tanaman pangan padi dan jagung serta perkebunan kakao;

c. mendorong pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan

pertambangan nikel, aspal serta minyak dan gas bumi dengan prinsip-prinsip berkelanjutan;

d. mendorong pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan

pariwisata berbasis cagar budaya;

e. mengembangkan fasilitas Kota Tahuna dan Kota Melonguane sebagai Pintu Pemeriksaan

Lintas Batas (Custom, Immigration, Quarantine, Security), simpul promosi dan pemasaran

serta simpul transportasi kawasan perbatasan negara dengan Filipina, dengan prinsip

berkelanjutan yang pengembangannya dikaitkan dengan Kawasan Perkotaan Manado

Bitung;

f. mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan pulau-pulau

kecil termasuk pulau-pulau kecil terluar dengan pendekatan gugus pulau;

g. mengembangkan jaringan prasarana dan sarana perkotaan berbasis mitigasi bencana; dan

h. mendorong pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai calon PKN, PKW dan

(11)

Strategi operasionalisasi perwujudan fungsi sistem perkotaan nasional khususnya terkait

dengan arahan pengembangan di Provinsi Sulawesi Tenggara, dilakukan terhadap

pengembangan :

a. PKN Kawasan Perkotaan Manado – Bitung, Kendari, Kawasan Perkotaan Makassar –

Sungguminasa – Takalar - Maros (Mamminasata) dan Gorontalo; serta PKW Tilamuta,

Jeneponto, Watampone, Parepare, Luwuk, Bulukumba, Raha dan Baubau sebagai pusat

perikanan dan/atau pariwisata bahari nasional;

b. PKN Kawasan Perkotaan Makassar – Sungguminasa – Takalar - Maros (Mamminasata)

dan PKW Isimu, Kuandang, Tilamuta, Bulukumba dan Raha sebagai pusat pertanian

tanaman pangan jagung;

c. PKN Palu serta PKW Poso, Palopo, Kolaka, Unaaha dan Lasolo sebagai pusat perkebunan

kakao;

d. PKN Kendari serta PKW Kolonodale dan Kolaka sebagai pusat pertambangan nikel; dan

e. PKW Baubau sebagai pusat pertambangan aspal.

B. Strategi Operasionalisasi Sistem Jaringan Transportasi Pulau Sulawesi

Strategi operasionalisasi perwujudan sistem jaringan jalan nasional di Pulau Sulawesi

dilakukan dengan :

a. memantapkan fungsi jaringan jalan nasional untuk meningkatkan keterkaitan antarkawasan

perkotaan nasional;

b. mengembangkan jalan nasional untuk menghubungkan kawasan perkotaan nasional

dengan pelabuhan internasional/nasional dan bandar udara pusat penyebaran skala

pelayanan primer/sekunder/tersier;

c. mengendalikan alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan padi dan jagung, kawasan

lindung di sepanjang jaringan jalan dan menghindari kawasan rawan bencana alam geologi;

d. mengembangkan jalan nasional yang terpadu dengan jaringan transportasi lainnya (jalur

kereta api, jaringan transportasi penyeberangan, pelabuhan dan bandara) untuk mendorong

perekonomian, membuka keterisolasian wilayah dan aksesibilitas di/menuju pulau-pulau

kecil; dan/atau

e. mengembangkan jaringan jalan nasional untuk mendukung fungsi kawasan perkotaan

nasional sebagai pusat pengembangan perikanan pariwisata bahari nasional, pertanian

pangan tanaman padi dan jagung dan perkebunan kakao, pertambangan aspal, nikel,

(12)

Strategi operasionalisasi perwujudan jaringan jalan nasional antara lain dilakukan

terhadap pengembangan:

a. jaringan jalan lintas barat Pulau Sulawesi untuk meningkatkan keterkaitan antarkawasan

perkotaan nasional di Bagian Barat Pulau Sulawesi dan mendorong perekonomian di Pulau

Sulawesi;

b. jaringan jalan lintas tengah Pulau Sulawesi yang menghubungkan kota Makassar –

Sungguminasa Takalar – Jeneponto – Bulukumba – Tanete Watampone – Sengkang

-Tarumpakae – Palopo – Tarengge – Kolaka – Tinanggea – Kendari untuk meningkatkan

keterkaitan antarkawasan perkotaan nasional di Bagian Tengah Pulau Sulawesi; c. jaringan

jalan lintas timur Pulau Sulawesi yang menghubungkan kota Kendari – Lasolo – Malore –

Bahodopi – Bungku Kolonodale – Baturube – Luwuk – Balingara – Ampana – Tagulu

-Poso – Toboli – Molosipat - Marisa – Tilamuta – Isimu – Gorontalo – Molibagu – Bitung

untuk meningkatkan keterkaitan antarkawasan perkotaan nasional di Bagian Timur Pulau

Sulawesi; d. pengembangan jaringan jalan pengumpan yang menghubungkan jaringan jalan

lintas barat, lintas timur dan lintas tengah Pulau Sulawesi, yang menghubungkan kota

Manado – Likupang – Bitung, Tumpaan – Tomohon – Manado, Kairagi – Airmadidi –

Kauditan, Tomohon – Tondano – Belang, Worocitan – Modayag – Kotamobagu – Molibagu,

Molingkaputo – Isimu, Tolango - Paguyaman, Toboli – Tawaeli, Tagolu – Tentena Taripa –

Tidantana – Tarengge, Taripa – Tomata – Tompira, Barru – Unaaha – Kendari, Tasiu –

Dimkang – Sabang, Pare-Pare – Enrekang – Makale – Palopo, Parepare – Pangkajene –

Tarumpakae dan Maros – Watampone untuk meningkatkan keterkaitan pengembangan

kawasan perkotaan di Bagian Timur, Tengah dan Barat Pulau Sulawesi;

e. mengembangkan jaringan arteri primer yang menghubungkan Kawasan Perkotaan Manado

- Bitung dengan Pelabuhan Bitung dan Bandar Udara Sam Ratulangi, Kota Melonguane

dengan Bandar Udara Melongane, Kota Gorontalo dengan Pelabuhan Gorontalo dan

Bandar Udara Djalaludin, Kota Palu dengan Pelabuhan Pantoloan dan Bandar Udara

Mutiara, Kota Donggala dengan Pelabuhan Donggala, Kota Toli-Toli dengan Pelabuhan

Toli-Toli, Kota Luwuk dengan Bandar Udara Bubung, Kota Mamuju dengan Bandar Udara

Tampa Padang dan Pelabuhan Belang-Belang, Kota Kendari dengan Bandar Udara

Haluoleo, Kawasan Perkotaan Maminasata dengan Pelabuhan Makassar dan Bandar

Udara Sultan Hasanuddin serta Kota Pare-Pare dengan Pelabuhan Pare-Pare;

f. mengembangkan jaringan jalan lintas barat, timur dan tengah yang terintegrasi antara lain

(13)

1) jaringan jalur kereta api lintas Barat Pulau Sulawesi Bagian Utara, lintas Barat Pulau

Sulawesi Bagian Barat dan Lintas Barat Pulau Sulawesi Bagian Selatan;

2) lintas penyeberangan sabuk utara, sabuk tengah, sabuk selatan dan penghubung

sabuk;

3) pelabuhan internasional dan pelabuhan nasional; dan/atau

4) bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan primer Sam Ratulangi dan Sultan

Hasanuddin, bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan sekunder Djalaludin,

Haluoleo dan Mutiara serta bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan tersier

Tampa Padang, Melonguane dan Bubung.

g. mengembangkan jaringan jalan di Pulau Karakelang (Melonguane – Beo – Esang), Pulau

Sangir Besar (Tamako – Tahuna – Naha – Enemawira - Tahuna), Pulau Muna (Tampo –

Raha - Wara) dan Pulau Buton (Labuan – Tadanga - Baubau) untuk membuka

keterisolasian wilayah.

Strategi operasionalisasi perwujudan jaringan jalur kereta api di Pulau Sulawesi

dilakukan dengan :

a. mengembangkan jalur kereta api antarkota untuk meningkatkan keterkaitan antarkawasan

perkotaan sebagai simpul koleksi dan distribusi produk unggulan dari pengembangan

kawasan andalan;

b. mengembangkan jalur kereta api antarkota yang terpadu dengan jaringan transportasi

lainnya (jalan nasional, jaringan transportasi penyeberangan, pelabuhan dan bandara)

untuk menunjang kegiatan ekspor-impor, membuka keterisolasian wilayah, keterkaitan

antarwilayah dan aksesibilitas menuju pulau-pulau kecil;

c. mengembangkan jalur kereta api antarkota untuk mendukung fungsi kawasan perkotaan

nasional sebagai pusat pengembangan perikanan, pariwisata bahari nasional, pertanian

pangan tanaman padi dan jagung, perkebunan kakao, pertambangan aspal, nikel, minyak

dan gas bumi dan pariwisata berbasis cagar budaya;

d. mengembangkan jalur kereta api perkotaan untuk menghubungkan kawasan perkotaan

nasional dengan pelabuhan internasional/nasional dan bandar udara pusat penyebaran

skala pelayanan primer/sekunder/tersier; dan

e. mengendalikan pembangunan jalur kereta api antarkota dan perkotaan yang dapat

mengakibatkan alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan padi dan jagung untuk

ketahanan pangan serta kawasan lindung, serta menghindari kawasan rawan bencana

(14)

Strategi operasionalisasi perwujudan jaringan jalur kereta api antara lain dilakukan

terhadap pengembangan:

a. jaringan jalur kereta api Lintas Barat Pulau Sulawesi Bagian Utara;

b. jaringan jalur kereta api Lintas Barat Pulau Sulawesi Bagian Barat yang menghubungkan

kota Palu – Poso – Taripa – Tarengge – Kolaka – Kendari sebagai simpul koleksi dan

distribusi pengembangan Kawasan Andalan Palu dan sekitarnya, Kawasan Andalan Poso

dan sekitarnya, Kawasan Andalan Mamuju dan sekitarnya, Kawasan Andalan Pare-pare

dan sekitarnya, Kawasan Andalan Bulukumba-Watampone, Kawasan Andalan Palopo dan

sekitarnya, Kawasan Andalan Mowedong/Kolaka, Kawasan Andalan Laut Selat Makassar

dan Kawasan Andalan Laut Teluk Bone dan sekitarnya;

c. jaringan jalur kereta api Lintas Barat Pulau Sulawesi Bagian Selatan yang menghubungkan

kota Palu – Mamuju – Pare-pare – Makassar – Takalar – Bulukumba – Bajoe – Pare-pare

sebagai simpul koleksi dan distribusi pengembangan Kawasan Andalan Mamminasata dan

sekitarnya, Kawasan Andalan Pare-pare dan sekitarnya, Kawasan Andalan Bulukumba –

Watampone, Kawasan Andalan Mowedong/Kolaka, Kawasan Andalan Asesolo/Kendari;

Kawasan Andalan Laut Kapoposang dan sekitarnya, Kawasan Andalan Laut Selat

Makassar, Kawasan Andalan Laut Teluk Bone dan sekitarnya dan Kawasan Andalan Laut

Asera Lasolo;

d. mengembangkan jaringan jalur kereta api Lintas Barat Pulau Sulawesi Bagian Utara, Lintas

Barat Pulau Sulawesi Bagian Barat dan Lintas Barat Pulau Sulawesi Bagian Selatan yang

terintegrasi antara lain dengan:

1) jaringan jalan lintas barat, lintas tengah, lintas timur dan jalan pengumpan;

2) pelabuhan penyeberangan pada lintas penyeberangan sabuk utara, sabuk tengah, sabuk

selatan dan lintas penghubung sabuk;

3) pelabuhan internasional dan pelabuhan nasional; dan/atau

4) bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan primer Sam Ratulangi dan Sultan

Hasanuddin; bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan sekunder Djalaludin,

Haluoleo dan Mutiara; serta bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan tersier

Tampa Padang.

e. jaringan jalur kereta api kawasan perkotaan yang menghubungkan kawasan perkotaan

dengan pelabuhan dan bandar udara.

Strategi operasionalisasi perwujudan jaringan transportasi danau dilakukan dengan :

(15)

b. mengembangkan angkutan danau yang terpadu dengan pengembangan jaringan

transportasi darat lainnya; dan/atau

c. mengembangkan dermaga sebagai simpul angkutan danau sesuai dengan kebutuhan

pengembangannya.

Strategi operasionalisasi perwujudan jaringan transportasi penyeberangan dilakukan

dengan :

a. mengembangkan lintas penyeberangan untuk meningkatkan keterkaitan antarwilayah;

b. mengembangkan lintas penyeberangan untuk meningkatkan keterkaitan internal Pulau

Sulawesi;

c. mengembangkan lintas penyeberangan yang terpadu dengan pengembangan jaringan

transportasi lainnya; dan

d. mengembangkan dermaga sebagai simpul lintas penyeberangan sesuai dengan kebutuhan

pengembangannya.

Strategi operasionaliasi perwujudan fungsi jaringan lintas penyeberangan dilakukan

dalam pengembangan jaringan penyeberangan sabuk utara, sabuk tengah, sabuk selatan dan

penghubung sabuk dalam wilayah nasional yang antara lain terdiri atas :

a. lintas penyeberangan sabuk utara;

b. lintas penyeberangan sabuk tengah yang menghubungkan Bajoe – Kolaka, Batulicin –

Barru dan Kendari – Luwuk – Sanana – Namlea – Ambon – Fakfak ;

c. lintas penyeberangan penghubung sabuk yang menghubungkan Gorontalo – Pagimana,

Kolaka – Baubau – Kendari – Luwuk – Gorontalo – Bitung/Manado – Siau - Tahuna –

Melonguane dan Selayar – Muarapokot;

d. lintas penyeberangan antarnegara; dan

e. lintas penyeberangan antarprovinsi yang menghubungkan antara lain:

1) Provinsi Sulawesi Tenggara dengan Sulawesi Selatan meliputi Lasusua – Siwa, Bajoe

- Kolaka, Baubau – Bulukumba, Baubau – Bira, Tondasi – Bulukumba; dan

2) Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara meliputi jalur Luwuk – Kendari.

Strategi operasionalisasi perwujudan pelabuhan sebagai simpul utama transportasi laut

nasional di Pulau Sulawesi dilakukan dengan:

a. mengembangkan pelabuhan yang terpadu dengan pengembangan jaringan transportasi

lainnya dalam melayani kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan

(16)

perkebunan kakao, pertambangan aspal, nikel dan pariwisata berbasis kawasan cagar

budaya;

b. mengembangkan pelabuhan sebagai prasarana untuk memasarkan produk unggulan dari

kegiatan perikanan, pertanian tanaman pangan padi dan jagung, perkebunan kakao dan

pertambangan aspal, nikel, minyak dan gas bumi ke pasar internasional dan nasional;

c. mendorong pengembangan pelabuhan di sepanjang jalur jalur ALKI II yang melintasi Laut

Sulawesi – Selat Makassar – Laut Flores – Selat Lombok serta ALKI III E yang

menghubungkan Samudera Hindia ke Laut Sulawesi dengan melintasi Laut Sawu – Selat

Ombai – Laut Banda – Laut Seram– Laut Maluku untuk mendukung kontainerisasi global;

d. mengendalikan pengembangan pelabuhan agar tidak mengganggu fungsi kawasan lindung

dan memperhatikan ekosistem pesisir; serta menghindari kawasan rawan bencana alam;

dan

e. mendorong pengembangan pelabuhan Kendari dan Baubau sebagai calon Pelabuhan

Nasional.

Strategi operasionalisasi perwujudan fungsi pelabuhan sebagai simpul utama

transportasi laut antara lain dilakukan terhadap pengembangan:

a. pelabuhan sebagai simpul transportasi laut yang melayani kawasan perkotaan dalam

pengembangan kawasan andalan antara lain Pelabuhan Kendari dan Pelabuhan Baubau

yang didorong sebagai pelabuhan nasional.

b. mengembangkan pelabuhan yang terintegrasi dengan pengembangan jaringan transportasi

lainnya meliputi:

1) Jaringan Jalan Lintas Barat, Lintas Tengah dan Lintas Timur serta jalan

pengumpannya;

2) Jalur Kereta Api Lintas Barat Pulau Sulawesi Bagian Utara, Lintas Barat Pulau

Sulawesi Bagian Tengah dan Lintas Barat Sulawesi Bagian Barat;

3) Jalur Kereta Api Perkotaan di Kawasan Perkotaan Manado - Bitung dan Kawasan

Perkotaan Makassar; dan/atau

4) Lintas Penyeberangan Sabuk Utara, Sabuk Tengah dan Sabuk Selatan.

c. mendorong pengembangan Pelabuhan Internasional Bitung dan Makassar untuk melayani

konteinerisasi global.

Strategi operasionalisasi perwujudan bandar udara sebagai simpul utama transportasi

(17)

a. mengembangkan bandar udara yang terpadu dengan pengembangan jaringan transportasi

darat lainnya;

b. mengendalikan pengembangan bandar udara agar tidak mengganggu fungsi kawasan

lindung dan menghindari kawasan rawan bencana alam;

c. mengembangkan bandar udara Sam Ratulangi, Sultan Hasanuddin, Haluoleo, Djalaludin

dan Tampa Padang untuk mendukung kegiatan pariwisata bahari nasional dan pariwisata

cagar budaya; dan/atau

d. memantapkan fungsi bandar udara Melonguane sebagai simpul transportasi udara di

kawasan perbatasan.

Strategi operasionalisasi perwujudan fungsi bandar udara sebagai simpul utama

transportasi udara diantaranya dilakukan terhadap pengembangan bandar udara pusat

penyebaran dengan skala pelayanan sekunder Haluoleo (Provinsi Sulawesi Tenggara) yang

terpadu dengan pengembangan jaringan jalan Lintas Timur dan jalur kereta api Lintas Selatan

Pulau Sulawesi.

3.1.4 Arahan RTRW Provinsi Sulawesi Tenggara

3.1.4.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara

Tujuan penataan ruang wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara dirumuskan berdasarkan

visi dan misi, rencana pembangunan daerah serta karakteristik dan isu strategis tata ruang

wilayah provinsi.

Atas dasar tersebut, maka rumusan tujuan penataan ruang wilayah Provinsi Sulawesi

Tenggara adalah untuk mewujudkan tatanan ruang wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara yang

berbasis pada sektor pertanian dalam arti luas, pertambangan serta kelautan dan perikanan

terkait pariwisata guna mendukung peningkatan taraf hidup masyarakat dengan

mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi yang merata di seluruh wilayah provinsi serta

menjaga kelestarian dan daya dukung lingkungan hidup dalam rangka mencapai pembangunan

yang berkelanjutan.

3.1.4.2 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah

a. Kebijakan Penataan Ruang Provinsi Sulawesi Tenggara

(18)

a. menata dan mengalokasikan sumberdaya lahan secara proporsional melalui berbagai

pertimbangan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan di sektor unggulan

pertanian, pertambangan serta kelautan dan perikanan;

b. meningkatkan aksesibilitas dan pengembangan pusat-pusat kegiatan sektor terhadap

pusat-pusat kegiatan nasional, wilayah dan lokal melalui pengembangan struktur ruang

secara terpadu;

c. menetapkan pola ruang secara proporsional untuk mendukung pemanfaatan sumberdaya

alam secara optimal, seimbang dan berkesinambungan;

d. menetapkan kawasan strategis dalam rangka pengembangan sektor unggulan dan

pengembangan sosial ekonomi secara terintegrasi dengan wilayah sekitar; dan

e. pengembangan sumberdaya manusia yang mampu mengelola sektor unggulan secara

profesional dan berkelanjutan.

3.1.4.3 Strategi Penataan Ruang Provinsi Sulawesi Tenggara

Strategi dalam mewujudkan pengembangan sektor pertanian dalam arti luas terdiri atas :

a. menata dan mengalokasikan sumberdaya lahan untuk pengembangan pertanian tanaman

pangan, perkebunan dan hortikultura serta pengembangan lahan peternakan secara

proporsional;

b. mengembangkan sarana dan prasarana guna mendukung aksesibilitas dan pusat-pusat

pertumbuhan pertanian tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura serta

pengembangan lahan peternakan terhadap pusat-pusat kegiatan nasional, wilayah dan

lokal;

c. mengintegrasikan kawasan unggulan pertanian tanaman pangan, perkebunan dan

hortikultura serta pengembangan lahan peternakan dengan wilayah sekitar dan kawasan

unggulan lain; dan

d. peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang mampu mengelola sektor pertanian

tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura serta peternakan secara profesional dan

berkelanjutan melalui penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.

Strategi dalam mewujudkan pengembangan sektor pertambangan terdiri atas :

a. menata dan menetapkan kawasan pertambangan;

b. mengembangkan pusat industri pertambangan nasional sebagai suatu kawasan

(19)

c. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung guna menunjang aksesibilitas pusat

kawasan industri pertambangan dengan usaha ekonomi pada wilayah sekitar;

d. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung untuk menunjang aksesibilitas

perdagangan antar pulau dan ekspor;

e. mengintegrasikan usaha-usaha untuk mendukung pengembangan pusat industri

pertambangan nasional dengan usaha-usaha ekonomi masyarakat sekitar;

f. mengembangkan sistem pengelolaan lingkungan secara preventif maupun kuratif sebelum

dan sesudah eksplorasi bahan tambang dan limbah pabrik pengolahan; dan

g. pengembangan sumberdaya manusia secara komprehensif untuk mengelola industri

pertambangan nasional secara menyeluruh dengan melaksanakan pelatihan teknis dan

membangun sekolah kejuruan dan pendidikan keahlian (sarjana dan pascasarjana).

Strategi dalam mewujudkan pengembangan sektor kelautan dan perikanan terdiri atas :

a. menata dan mengalokasikan sumberdaya lahan secara proporsional melalui berbagai

pertimbangan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan di sektor kelautan dan

perikanan;

b. meningkatkan aksesibilitas dan pengembangan pusat-pusat kegiatan sektor kelautan dan

perikanan terhadap pusat-pusat kegiatan nasional, wilayah dan lokal melalui

pengembangan struktur ruang secara terpadu;

c. menetapkan pusat kawasan pengembangan sektor perikanan dan kelautan berupa

kawasan pengembangan budidaya perairan dan kawasan perikanan tangkap secara

terintegrasi dengan usaha-usaha ekonomi wilayah sekitar;

d. melindungi dan mengelola sumberdaya kelautan untuk kebutuhan perlindungan plasma

nutfah, terumbu karang, dan sumberdaya hayati untuk kelangsungan produksi dan

pengembangan ekowisata; dan

e. mengembangkan fasilitas pelayanan pendidikan dan latihan secara profesional dan

berkelanjutan.

3.1.4.4 Rencana Struktur Ruang Provinsi

Rencana struktur ruang wilayah provinsi merupakan arahan perwujudan sistem

perkotaan dan jaringan prasarana wilayah provinsi yang dikembangkan untuk mengintegrasikan

wilayah provinsi dan melayani kegiatan skala provinsi, yang meliputi sistem jaringan transportasi,

(20)

Dalam rencana tata ruang wilayah provinsi digambarkan sistem perkotaan dalam

wilayah provinsi dan peletakan jaringan prasarana wilayah yang menurut peraturan

perundang-undangan, pengembangan dan pengelolaannya merupakan kewenangan pemerintah daerah

provinsi dengan sepenuhnya memperhatikan struktur ruang yang telah ditetapkan dalam

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

a. Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan

No. Pusat

 Transportasi : bandara pusat penyebaran sekunder, dan/atau pelabuhan nasional/utama tersier dan/atau terminal penumpang tipe A dan jalan nasional

 Pendidikan : Universitas/ Akademi

Kota Kendari

 Pusat pemerintahan kota dan provinsi

 Pintu primer transportasi udara regional-nasional

 Pusat transportasi laut (umum) regional-nasional

 Pusat transportasi laut barang kontainer regional-nasional  Pusat transportasi laut (fery)

regional

 Pusat jasa transportasi darat regional – nasional

 Pusat jasa pariwisata regional-nasional-global

 Pusat jasa pendidikan tinggi regional-nasional

 Pusat jasa keuangan regional-nasional

 Pusat koleksi dan distribusi perdagangan regional-nasional  Pusat jasa kesehatan regional –

nasional

Kota Bau-bau Pusat pemerintahan kota  Pintu sekunder transportasi udara

regional-nasional

 Pusat transportasi laut (umum) regional-nasional

 Pusat transportasi laut (fery) regional - nasional  Pusat jasa transportasi darat

regional – nasional  Pusat jasa pariwisata

regional-nasional

 Pusat jasa pendidikan tinggi regional-nasional

(21)

regional-nasional

 Pusat koleksi dan distribusi perdagangan regional-nasional  Pusat jasa kesehatan regional  Pusat distribusi BBM regional-nasional (Terminal Transit BBM)

2 Pusat Kegiatan

Wilayah (PKW)  Transportasi : bandara pusat penyebaran tersier, dan/atau pelabuhan

regional/pengumpan primer, dan/atau terminal

penumpang tipe B, jalan nasional, jalan provinsi

 Ekonomi : pasar induk regional, perbankan regional dan/atau nasional, pusat ekspor dan impor

 Kesehatan : Rumah Sakit Umum Tipe B

 Pendidikan : Perguruan Tinggi D3

Unaaha Pusat pemerintahan kabupaten

 Pusat jasa transportasi darat regional – nasional

 Pusat jasa pariwisata regional

 Pusat jasa pendidikan tinggi regional-nasional

 Pusat jasa keuangan regional-nasional

 Pusat koleksi dan distribusi perdagangan regional

 Pusat koleksi dan distribusi komoditi pertanian tanaman pangan, perkebunan dan perikanan

 Pusat jasa kesehatan regional Lasolo Pusat pelayanan pemerintahan

kecamatan

 Pusat jasa transportasi darat regional – nasional

 Pusat jasa pariwisata regional -nasional

 Pusat jasa pendidikan tinggi regional

 Pusat jasa keuangan regional-nasional

 Pusat koleksi dan distribusi perdagangan regional

 Pusat koleksi dan distribusi komoditi pertanian, perkebunan dan perikanan

 Pusat jasa kesehatan regional Raha Pusat pemerintahan kabupaten

 Pintu sekunder transportasi udara regional-nasional

 Pusat transportasi laut (umum) regional - nasional

 Pusat jasa transportasi darat regional

 Pusat transportasi laut (fery) regional

 Pusat jasa pariwisata regional

(22)

 Pusat jasa keuangan regional-nasional

 Pusat koleksi dan distribusi perdagangan regional

 Pusat koleksi dan distribusi komoditi pertanian, perkebunan dan perikanan

 Pusat jasa kesehatan regional Kolaka Pusat pemerintahan kabupaten

 Pusat Kawasan Industri Pertambangan

 Pintu sekunder transportasi udara regional-nasional

 Pusat transportasi laut (umum) regional - nasional

 Pusat jasa transportasi darat regional

 Pusat transportasi laut (fery) regional

 Pusat jasa pariwisata regional

 Pusat jasa pendidikan tinggi regional-nasional

 Pusat jasa keuangan regional-nasional

 Pusat koleksi dan distribusi perdagangan regional

 Pusat koleksi dan distribusi komoditi pertanian, perkebunan dan perikanan

 Pusat jasa kesehatan regional Pasarwajo Pusat pemerintahan kabupaten

 Pusat transportasi laut (umum) regional

 Pusat transportasi laut (fery) regional

 Pusat jasa transportasi darat regional

 Pusat jasa pariwisata regional  Pusat jasa pendidikan tinggi

regional

 Pusat jasa keuangan regional-nasional

 Pusat koleksi dan distribusi perdagangan regional  Pusat koleksi dan distribusi

komoditi pertanian, perkebunan dan perikanan

 Pusat jasa kesehatan regional

Wangi-wangi Pusat pemerintahan kabupaten  Pintu sekunder transportasi udara

regional-nasional

(23)

 Pusat transportasi laut (fery) regional

 Pusat jasa transportasi darat regional

 Pusat jasa pariwisata regional – nasional - internasional  Pusat jasa pendidikan tinggi

regional-nasional -internasional

 Pusat jasa keuangan regional-nasional

 Pusat koleksi dan distribusi perdagangan regional-nasional

 Pusat koleksi dan distribusi komoditi rumput laut dan perikanan regional-nasional  Pusat jasa kesehatan regional

Latao Pusat pelayanan pemerintahan kecamatan

 Pusat jasa transportasi darat regional

 Pusat jasa keuangan regional-nasional

 Pusat koleksi dan distribusi perdagangan regional  Pusat koleksi dan distribusi

komoditi perkebunan, perikanan dan kehutanan  Pusat jasa kesehatan regional

3 Pusat Kegiatan

Lokal (PKL)  Transportasi : terminalpenumpang tipe C, jalan provinsi, jalan kabupaten

 Pendidikan : SMA/Kejuruan

Lasusua Pusat pemerintahan kabupaten  Pusat transportasi laut (umum)

regional-nasional

 Pusat transportasi laut (fery) regional - nasional

 Pusat jasa transportasi darat regional – nasional

 Pusat jasa pariwisata regional  Pusat jasa pendidikan tinggi

regional

 Pusat jasa keuangan regional-nasional

 Pusat koleksi dan distribusi perdagangan regional-nasional

 Pusat koleksi dan distribusi komoditi perkebunan dan perikanan

(24)

Andoolo Pusat pemerintahan kabupaten  Pusat pelayanan umum lokal  Pusat jasa dan perdagangan lokal  Pusat koleksi dan distribusi

komoditi pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan

Torobulu Pusat pemerintahan kecamatan

 Pusat kawasan industri pertambangan

 Pusat transportasi laut (umum) regional

 Pusat transportasi laut (fery) regional

 Pusat jasa transportasi darat regional - nasional

 Pusat koleksi dan distribusi perdagangan regional  Pusat pelayanan umum regional

Kasipute Pusat pemerintahan kabupaten  Pusat jasa transportasi darat

regional

 Pusat pelayanan umum lokal  Pusat jasa dan perdagangan local  Pusat koleksi dan distribusi

komoditi pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan

Buranga Pusat pemerintahan kabupaten  Pusat jasa transportasi darat

regional

 Pusat jasa pariwisata regional  Pusat jasa pendidikan tinggi

regional

 Pusat jasa keuangan regional-nasional

 Pusat koleksi dan distribusi perdagangan regional  Pusat koleksi dan distribusi

komoditi perkebunan dan perikanan

 Pusat jasa kesehatan regional

Kulisusu Pusat pemerintahan kecamatan

(25)

Lakudo Pusat pemerintahan kecamatan

 Pusat jasa transportasi darat regional

 Pusat pelayanan umum lokal  Pusat jasa dan perdagangan lokal

Asera Pusat pemerintahan kecamatan  Pusat kawasan industri

pertambangan

 Pusat transportasi laut (umum) regional

 Pusat jasa transportasi darat regional

 Pusat jasa pariwisata regional  Pusat jasa pendidikan tinggi

regional

 Pusat jasa keuangan regional-nasional

 Pusat koleksi dan distribusi perdagangan regional  Pusat koleksi dan distribusi

komoditi pertanian, perkebunan dan perikanan

 Pusat jasa kesehatan regional

Wanggudu Pusat pemerintahan kabupaten  Pusat jasa transportasi darat

regional

 Pusat pelayanan umum lokal  Pusat jasa dan perdagangan lokal  Pusat koleksi dan distribusi

komoditi pertanian dan perkebunan

b. Rencana SistemJaringan Prasarana Wilayah

Rencana sistem jaringan prasarana wilayah terdiri dari pengembangan jaringan

prasarana transportasi, prasarana energi, telekomunikasi dan sumberdaya air serta prasarana

perumahan dan permukiman.

1. Rencana Sistem jaringan Transportasi Darat

Ruas Jalan Arteri Primer di Propinsi Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

No. Nama Ruas Jalan Arteri Primer Panjang

(Km)

1 Batas SULSEL. – Tolala- Lelewawo 40,017

2 Lelewawo – Batuputih - Lapai 50,969

3 Lapai – Lasusua 41,180

4 Lasusua – Bts. Kab. Kolaka Utara/Kab. Kolaka 54,541

(26)

6 Wolo – Bts. Kota Kolaka 53,150

7 Jl. Abadi (Kolaka) 6,285

8 Jl. HKSN Kolaka 0,310

9 Jl. TPI Kolaka 0,653

10 Jl. Kartini Kolaka 1,071

11 Jl. Pramuka Kolaka 1,610

12 Jl. Pemuda Kolaka 5,886

13 Bts. Kota Ranomeeto – Bandar Udara Haluoleo 11,110

14 Jl. P. Tendean Kendari 2,887

15 Jl. D.I Panjaitan Kendari 3,593

16 Jl. A. Yani Kendari 4,700

17 Jl. Drs. H. Abd. Silondae 1,635

18 Pohara – Batas Kota Kendari 8,000

19 Jl. W.R Supratman Kendari 0,565

20 Jl. Soekarno Kendari 0,424

21 Jl. M. Hatta Kendari 0,809

22 Jl. Diponegoro Kendari 0,728

23 Jl. Sultan Hasanuddin Kendari 1,621

24 Jl. Sutoyo Kendari 1,110

25 Jl. S. Parman Kendari 1,076

26 Jl. Sam Ratulangi Kendari 1,421

27 Jl. R. Suprapto Kendari 5,555

28 Jl. Pattimura Kendari 2,705

29 Kolaka (simpang Kampung baru) – Rate-rate (bts Kab. Kolaka/Konawe) 58,848

30 Rate-rate (bts. Kab. Kolaka) – Bts Unaaha 31,322

31 Jl. Inowa (unaaha) 2,452

32 Jl. Sapati (Unaaha) 1,160

33 Jl. Jend. Sudirman (Unaaha) 1,831

34 Jl. Diponegoro (Unaaha) 2,210

35 Jl. A. Yani (Unaaha) 3,317

36 Jl. Monginsidi (Unaaha) 4,274

37 Wawotobi/Batas Unaaha – Simpang Pohara 37,317

(27)

39 Labuan – Maligano 39,650

40 Maligano – pure 25,410

41 Pure – Labundao – Todanga/Bts Kab. Buton/Muna 22,480

42 Todanga/Bts Kab. Buton/Muna – Wakangka – Mataompana 40,137

43 Mataompana – Sp. 3 Bure Km. 1,40/SP. 3 Jl. Hasanuddin – Jl. Pahlawan (Bau-bau) 48,028

44 Jl. R.A Kartini Bau-bau 0,707

45 Jl. Murhum (Bau-bau) 1,690

46 Jl. Gajah Mada (Bau-bau) 2,530

47 Bts. Kota Bau-bau –Pasarwajo – Banabungi 41,631

48 Jl. KS. Tubun (Bau-bau) 0,108

49 Jl. Jenderal Sudirman (Bau-bau) 0,462

50 Jl. Sultan Hasanuddin (Bau-bau) 0,925

Total 718,884

Sumber : Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 630/KPTS/M/2009

Jaringan jalan kolektor primer di Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu:

a. Jalan Pulau Buton : Lasalimu – Pasarwajo – Baubau

b. Jalan lintas timur sulawesi : Simpang Pohara – Taipa – Asera – Batas Sulteng

c. Jalan lintas selatan sulawesi : Simpang Kampung Baru (Kolaka) – Pomalaa- Wolulu - Bts.

Kab. Kolaka/Kab. Bombana – Boepinang – Kasipute – Tinanggea – Torobulu – Ambesia –

Lainea – Lapuko – Lapulu – Wua-wua Kendari

d. Jalan non lintas : Kota Kendari

Jalan strategis nasional rencana meliputi ruas Ambesia - Punggaluku – Alangga – Tinanggea,

Raha – Tampo dan jalan lingkar Kota Kendari.

Lebih jelasnya mengenai ruas jalan kolektor primer dan strategis nasional rencana di Provinsi

Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada Tabel di Bawah ini :

No. Nama ruas Jalan Strategis Nasional Panjang (Km)

1 Ambesea (Lepo-lepo – Ambesea) - Punggaluku 15,000

2 Punggaluku Alangga 30,150

3 Alangga – Tinanggea 17,050

4 Raha – Tampo 24,087

5 Jl. A. Yani (Raha) 0,960

(28)

7 Jl. Gatot Subroto (Raha) 4,174

8 Jl. Lingkar Kota Kendari 28,500

Total 120,468

Sumber : Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 630/KPTS/M/2009

c. Pengembangan Jembatan Antar Pulau

Rencana pengembangan jembatan antar pulau meliputi pembangunan Jembatan

Bahteramas Teluk Kendari yang akan menghubungkan Kota Kendari sebagai Pusat Kegiatan

Nasional dengan Lapulu, pembangunan jembatan Tona (Buton-Muna) yang menghubungkan

antara Pulau Buton dengan Pulau Muna dan pembangunan jembatan yang menghubungkan

Kota Baubau dengan Pulau Makassar.

d. Pengembangan Terminal

Pengembangan terminal di Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri atas terminal penumpang

dan terminal barang. Terminal penumpang terdiri atas terminal tipe A, terminal tipe B dan

terminal tipe C.

Beberapa terminal penumpang tipe B di Provinsi Sulawesi Tenggara secara fungsional

bertipe A karena terminal tersebut melayani trayek Angkutan Kota Antar Provinsi (AKAP)

meskipun dari segi sarana dan prasarana terminal tersebut dinyatakan sebagai terminal tipe B.

Trayek AKAP di Provinsi Sulawesi Tenggara meliputi :

a. Makassar – Bajoe – Kolaka – Kendari;

b. Toraja – Malili – Kolaka Utara – Kolaka – Konawe - Kendari;

c. Pinrang – Kolaka – Kendari;

d. Pare-Pare – Pinrang – Bone – Kolaka - Kendari;

e. Rantepao – Palopo – Malili – Kolaka Utara – Kolaka – Konawe - Kendari;

f. Makassar – Pare-Pare – Toraja – Palopo – Malili – Kolaka – Konawe - Kendari; dan

g. Raha – Bira – Makassar.

e. Pengembangan Jaringan Jalur Kereta Api

Jaringan jalur kereta api terdiri atas jaringan jalur kereta api umum dan jaringan jalur

kereta api khusus. Jaringan jalur kereta api umum terdiri atas jaringan jalur kereta api antarkota

dan jaringan jalur kereta api perkotaan. Jaringan jalur kereta api antarkota dikembangkan untuk

(29)

a. PKN dengan pusat kegiatan di negara tetangga;

b. antar-PKN;

c. PKW dengan PKN; atau

d. antar-PKW.

Jaringan jalur kereta api perkotaan dikembangkan untuk :

a. menghubungkan kawasan perkotaan dengan bandar udara pusat penyebaran skala

pelayanan primer/sekunder/tersier dan pelabuhan internasional/nasional; dan

b. mendukung aksesibilitas di kawasan perkotaan.

Jaringan transportasi jalan rel diklasifikasikan menjadi Jalan Rel Nasional dan jaringan

Jalan Rel Regional. Jaringan jalur kereta api antar kota dalam hirarki jaringan transportasi Jalan

Rel Nasional terdiri dari Lintas Utama dan Lintas Cabang.

Rencana pengembangan sistem jaringan perkeretaapian di Provinsi Sulawesi Tenggara

merupakan jaringan jalur kereta api lintas cabang meliputi jalur kereta api Kendari - Kolaka

(prioritas sedang) dan jalur kereta api Kolaka – Poso (prioritas rendah). Pengembangan jaringan

kereta api tersebut dititikberatkan pada angkutan barang dengan simpul jaringan jalur kereta api

barang terletak di stasiun Kendari di Kota Kendari dan stasiun Kolaka di Kabupaten Kolaka

f. Rencana Sistem Jaringan Sumberdaya Air

Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana sumberdaya air direncanakan

melalui pendekatan WS dan CAT serta keterpaduannya dengan pola ruang dengan

memperhatikan keseimbangan pemanfaatan sumberdaya air permukaan dan air tanah. Rencana

pengembangan prasarana/jaringan sumberdaya air meliputi aspek konservasi sumberdaya air,

pendayagunaan sumberdaya air, dan pengendalian daya rusak air. Rencana sistem jaringan

prasarana sumberdaya air di Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri atas WS, CAT, jaringan irigasi,

prasarana/jaringan air baku, prasarana air baku untuk air minum, sistem pengendalian banjir dan

sistem pengamanan pantai.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11A/PRT/M/2006 tentang

Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai, Wilayah Sungai (WS) di Provinsi Sulawesi Tenggara

terdiri atas :

a. WS Lintas Provinsi meliputi :

(30)

sumberdaya air, pendayagunaan sumberdaya alam dan pengendalian daya rusak air.

WS Pompengan - Larona meliputi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pompengan, DAS

Larona, DAS Kalaena, DAS Latuppa, DAS Bua, DAS Lamasi, DAS Makawa, DAS

Bungadidi, DAS Kebo, DAS Rongkong dan DAS Baleasa Provinsi

 WS Lasolo – Sampara sebagai wilayah sungai lintas Provinsi Sulawesi Tenggara – Provinsi Sulawesi Selatan – Provinsi Sulawesi Tengah dengan prioritas pengelolaan

adalah konservasi sumberdaya air, pendayagunaan sda, dan pengendalian daya rusak

air. WS Lasolo – Sampara meliputi DAS Lasolo, DAS Sampara, DAS Lalindu, DAS

Aopa, DAS Tinobu, DAS Lahumbuti, DAS Landawe dan DAS Amesiu.

b. WS Lintas Kabupaten/Kota meliputi :

 WS Poleang-Roraya meliputi DAS Poleang, DAS Roraya, DAS Langkowala, DAS Asole, DAS Bogora, DAS Muna, DAS Lausu, DAS Kasipute, DAS Toburi, DAS Laeya,

DAS Wolasi, DAS Baito dan DAS Benua;

 WS Towari-Lasusua meliputi DAS Towari, DAS Lasusua, DAS Welulu, DAS Oko-oko, DAS Mekongga, DAS Tamboli, DAS Woimenda dan DAS Simbune;

 WS Pulau Buton meliputi DAS Bungi, DAS Ambe, DAS Wonco, DAS Baubau, DAS Kabongka dan DAS Winto; dan

 WS Pulau Muna meliputi DAS Tiworo, DAS Kancintala, DAS Bone, DAS Ronta, DAS Jompi dan DAS Kontu.

Upaya pengembangan dan perlindungan wilayah sungai di Provinsi Sulawesi Tenggara

antara lain adalah :

a. perlindungan daerah tangkapan air, sempadan sungai, sempadan waduk dan danau

dari pemanfaatan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. penghutanan kembali kawasan lindung pada hulu sungai.

c. pengendalian pencemaran sungai dan air permukaan lain secara ketat yang

bersumber dari kegiatan permukiman perkotaan, pertanian, industri, pertambangan

dan kegiatan pariwisata.

Jaringan Air Baku

(31)

a. dibangun pada DAS dengan aliran mantap < 50%; dan

b. dalam rangka mendukung pengembangan PKW dan PKN.

Prasarana air baku untuk air minum merupakan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

terdiri atas Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPA) yang tersebar di Kota Kendari meliputi IPA

Punggolaka, IPA Anggoeya dan IPA Wanggu;

Sistem Pengendalian Banjir

Sistem pengendalian banjir meliputi pengembangan prasarana pengendali banjir terdiri

atas :

a. Cek Dam meliputi Cek Dam Lalonggasu di Kabupaten Konawe Selatan, Cek Dam

Manggadua di Kota Kendari, rencana Cek Dam pada muara Sungai Wanggu dan Sungai

Kadia di Kota Kendari dan Cek Dam Surawolio di Kota Baubau;

b. pembangunan tanggul pada sungai-sungai rawan banjir yang terletak di sungai Lahundapi di

Kota Kendari dan sungai Konaweha di Kabupaten Konawe;

c. pembangunan drainase primer sepanjang jalan nasional dan jalan provinsi yang tersebar pada

seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Tenggara.

(32)

3.1.4.5 Rencana Pola Ruang Provinsi 1. Kawasan Lindung Bawahan

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya di Provinsi

Sulawesi Tenggara terdiri atas :

a. Kawasan hutan lindung

Tujuan pemantapan kawasan hutan lindung adalah mencegah terjadinya erosi, bencana

banjir, sedimentasi dan menjaga fungsi hidro-orologi tanah untuk menjamin ketersediaan

unsur hara tanah, air tanah dan air permukaan. Kawasan hutan lindung tersebar di seluruh

kabupaten/kota dengan luasan totalnya 1.081.489 Ha.

b. Kawasan gambut

Keberadaan kawasan gambut hanyalah sebagian kecil yang terdapat pada Rawa Tinondo

di Mowewe Kabupaten Kolaka dan Rawa Aopa Watumohai di Kabupaten Bombana,

Kabupaten Kolaka, Kabupaten Konawe dan Kabupaten Konawe Selatan.

c. kawasan resapan air

Umumnya semua kawasan lindung di Provinsi Sulawesi Tenggara berfungsi juga sebagai

kawasan resapan air. Namun secara khusus kawasan resapan air ditetapkan pada

kawasan hutan konservasi seluas 282.924 ha yang tersebar di seluruh kabupaten/kota

kecuali Kabupaten Kolaka Utara, Kabupaten Konawe Utara dan Kabupaten Wakatobi.

2. Kawasan Perlindungan Setempat

Rencana kawasan perlindungan setempat di Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri atas :

1. Sempadan pantai

Pemantapan sempadan pantai bertujuan untuk melindungi pantai dari kegiatan

manusia yang dapat mengganggu dan merusak kelestarian fungsi pantai. Sempadan

pantai direncanakan terletak di kawasan pantai sepanjang 4.199,18 kilometer yang

ditetapkan dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai antara

100 meter sampai dengan 200 meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat.

2. Sempadan sungai

Pemantapan sempadan sungai bertujuan untuk melindungi sungai dari kegiatan

manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar

sungai serta mengamankan aliran sungai. Sempadan sungai direncanakan menyebar

pada seluruh kabupaten dan kota dengan ketentuan :

a. sempadan sungai yang melewati kawasan permukiman yang sudah ada

(33)

b. sempadan sungai yang melewati kawasan permukiman terencana hendaknya

berjarak antara 15 meter sampai dengan 25 meter dari tepi sungai; dan

c. sempadan sungai di luar kawasan permukiman dan kawasan rawan banjir

hendaknya berjarak 50 meter dari tepi sungai.

Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki 669 Daerah Aliran Sungai (DAS) yang perlu dilindungi

melalui penetapan sempadan sungai yang sesuai dengan kondisi fisiknya masing-masing.

DAS tersebut tersebar pada 9 Satuan Wilayah Pengelolaan DAS (SWP DAS) sebagai

berikut:

a. SWP DAS Buton terletak di Pulau Buton yang meliputi wilayah administrasi Kota

Baubau, Kabupaten Buton, Buton Utara dan Muna;

b. SWP DAS Kabaena terletak di Pulau Kabaena yang meliputi wilayah administrasi

Kabupaten Bombana dan Buton;

c. SWP DAS Konaweha Lasolo meliputi wilayah administrasi Kabupaten Kolaka, Kolaka

Utara, Konawe, Konawe Selatan, Konawe Utara, Kota Kendari dan Prov. Sulawesi

Tengah (1,65% dari luas wilayah Sulawesi Tenggara);

d. SWP DAS Muna terletak di Pulau Muna yang meliputi wilayah administrasi Kabupaten

Buton dan Muna;

e. SWP DAS Pakue Tambuka tersebar di Kabupaten Kolaka dan Kolaka Utara;

f. SWP DAS Poleang Roraya tersebar di Kabupaten Bombana, Kolaka, Konawe,

Konawe Selatan dan Kota Kendari;

g. SWP DAS Toari tersebar di Kabupaten Bombana, Kolaka dan Kolaka Utara;

h. SWP DAS Wakatobi di Kabupaten Wakatobi; dan

i. SWP DAS Wawonii terletak di Pulau Wawonii Kabupaten Konawe.

3. Ruang Terbuka Hijau Kota

Ruang terbuka hijau kota merupakan lahan yang didominasi komunitas tumbuhan yang

berada pada kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai paru-paru kota dan daerah

resapan. Ruang terbuka hijau kota ditetapkan minimal 30% dari luas kawasan

perkotaan yang terdiri dari ruang terbuka hijau publik minimal 20% dan ruang terbuka

hijau privat minimal 10% berupa hutan kota, taman kota, zona penyangga (buffer

(34)

direncanakan di Kota Kendari dan Kota Baubau serta tersebar pada tiap ibukota

kabupaten dan kecamatan di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Rencana Kawasan Budidaya

Rencana pengembangan kawasan budidaya di Provinsi Sulawesi Tenggara meliputi :

1. Kawasan budidaya yang ditetapkan dalam RTRW Nasional yang terkait dengan wilayah

provinsi

Kawasan budidaya yang ditetapkan dalam RTRW Nasional yang terkait dengan wilayah

provinsi adalah kawasan andalan dikarenakan kawasan budidaya tersebut memiliki nilai

strategis nasional. Nilai strategis nasional meliputi kemampuan kawasan untuk memacu

pertumbuhan ekonomi kawasan dan wilayah di sekitarnya serta mendorong pemerataan

perkembangan wilayah.

Kawasan andalan terdiri atas kawasan andalan darat dan kawasan andalan laut. Kawasan

andalan darat terdiri atas kawasan andalan berkembang dan kawasan andalan prospektif

berkembang.

Rencana pengembangan kawasan budidaya provinsi merupakan kawasan budidaya

yang memiliki nilai strategis provinsi. Kawasan budidaya tersebut terdiri atas kawasan

peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perikanan,

kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan

pariwisata, kawasan peruntukan permukiman dan kawasan peruntukan lainnya. Lebih jelasnya

mengenai rencana kawasan budidaya di Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada Tabel

dibawah ini :

Tabel

Rencana Kawasan Budidaya Di Provinsi Sulawesi Tenggara

No. Kawasan Budidaya Luas (Ha)

1 Kawasan Budidaya Kehutanan 466,854

Hutan Produksi Terbatas 401,581

Hutan Produksi 93,571

Hutan Produksi yang dapat dikonversi

2 Kawasan Budidaya Non Kehutanan

Areal Penggunaan Lain (APL)

3 Perairan (Danau/Sungai)

Jumlah

(35)

Kawasan Peruntukan Permukiman

Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik

berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat

tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan

penghidupan. Rencana kawasan peruntukan permukiman di Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri

atas :

1. Kawasan peruntukan permukiman perkotaan

Tujuan dari pengembangan kawasan permukiman kota adalah mengembangkan kawasan

permukiman kota sebagai tempat pemusatan penduduk beserta pengembangan

sarana-prasarana penunjangnya. Rencana kawasan peruntukan permukiman perkotaan meliputi

pengembangan permukiman di kawasan perkotaan yang tersebar pada seluruh ibukota

kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Tenggara dan pembangunan Rumah Susun

Sederhana Sewa (Rusunawa) yang terletak di :

a. Kota Kendari meliputi Rusunawa Kota Kendari dan Rusunawa di Universitas Haluoleo;

b. Kota Baubau meliputi Rusunawa Wameo dan Rusunawa Sulaa; dan

c. Kabupaten Kolaka yaitu Rusunawa Kolaka.

2. Kawasan peruntukan permukiman perdesaan

Tujuan dari pengembangan kawasan permukiman pedesaan adalah mengembangkan

kawasan permukiman perdesaan yang terkait dengan kegiatan budidaya pertanian beserta

pengembangan sarana-prasarana penunjangnya. Rencana kawasan peruntukan permukiman

perdesaan berada diluar kawasan perkotaan yang tersebar pada seluruh kabupaten di Provinsi

(36)

Gambar :3.2. Peta Rencana Pola Ruang Provinsi Sulawesi Tenggara

3.1.4.6 Kawasan Strategis Provinsi

Kawasan Strategi Provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan

karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial,

budaya dan/atau lingkungan. Dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang, wewenang pemerintah provinsi dalam penataan ruang kawasan strategis provinsi adalah

melaksanakan:

a. penetapan kawasan strategis provinsi;

b. perencanaan tata ruang kawasan strategis provinsi;

c. pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi;

d. pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi;

e. pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pelaksanaan pemanfaan ruang kawasan

strategis provinsi dan kabupaten/kota; dan

f. pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis provinsi.

Kewenangan pemerintah daerah provinsi dalam pemanfaatan ruang dan pengendalian

pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi mencakup aspek yang terkait dengan nilai

strategis yang menjadi dasar penetapan kawasan strategis. Pemerintah daerah kabupaten/kota

tetap memiliki kewenangan dalam penyelenggaraan aspek yang tidak terkait dengan nilai

Gambar

Gambar : 3.1. Rencana Struktur Ruang Provinsi Sulawesi Tenggara
Gambar :3.2. Peta Rencana Pola Ruang Provinsi  Sulawesi Tenggara
Gambar : 3.3. Peta Kawasan Strategis Propinsi
Gambar : 3.4. Rencana Pengembangan Pelabuhan

Referensi

Dokumen terkait

serta target tingkat pelayanan infrastruktur di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. Output: Sintesis prioritas program pembangunan infrastruktur yang sinergis dari tingkat

Pengendalian pemanfaatan ruang pada sempadan pantai, sempadan sungai, dan kawasan sekitar danau atau waduk yang berpotensi mengganggu dan/atau merusak fungsi

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah kawasan perkotaan yang

Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya meliputi: Pemertahanan fungsi kawasan resapan air dan pengendalian alih

khususnya di kawasan perkotaan (dan daerah belakangnya) disetiap pulau, maka untuk pulau- pulau besar utama (P. Timor) masing- masing harus mempunytai kota orde I (satu)/

Rehabilitasi dan pengembangan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, serta ekowisata yang didukung prasarana dan sarana pariwisata, serta pengembangan pengelolaan

6 Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi Jawa Tengah yang dijadikan sebagai pedoman untuk: Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang Provinsi; Penyusunan rencana pembangunan jangka

berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;.. • membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis nasionale. yang berpotensi mengurangi fungsi