5.1. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tapanuli
Utara
Kabupaten Tapanuli Utara memiliki sektor pertanian sebagai andalan
perekonomian rakyat yang didukung oleh sektor industri pariwisata,
agroindustri, pertambangan dan energi serta meningkatkan sektor pendidikan
dan kesehatan guna menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan
handal serta demikian juga dengan pembangunan infrastruktur adalah dasar
untuk mewujudkan kemakmuran masyarakat dengan visi:
”Terwujudnya Penataan Ruang Kabupaten Tapanuli Utara berbasis pertanian dan agroindustri yang didukung sektor pariwisata,
pertambangan dan energi yang produktif, efisien, aman dan nyaman
dengan memperhatikan pemerataan pembangunan wilayah, mitigasi
bencana serta pembangunan yang berkelanjutan”.
Kabupaten Tapanuli Utara sebagai kabupaten yang memiliki hasil sumber daya
alam yang melimpah membuat kabupaten Tapanuli Utara tidak boleh
dipandang sebelah mata. Sebagai salah satu kawasan andalan Tapanuli dan
sekitarnya serta kawasan strategis Danau Toba dan sekitarnya yang dimuat
dalam Rencana Tata Ruang Nasional, membuat Kabupaten Tapanuli Utara
menjadi kabupaten yang mengalami perkembangan dengan cepat.
Di dalam Rencana Tata Ruang Provinsi Sumatera Utara juga dimuat bahwa
Kabupaten Tapanuli Utara diarahkan sebagai Kawasan pertanian tanaman
pangan, pengolahan hasil hutan, Pengolahan Hasil perkebunan, kawasan
lindung dan juga sebagai kawasan rawan bencana gempa bumi. Dengan
BAB
V
PENGEMBANGAN KABUPATEN
KETERPADUAN STRATEGI
mempertimbangkan kompleksitas permasalahan dan untuk menjawab berbagai
issu pembangunan yang berkembang di Kabupaten Tapanuli Utara, maka
diformulasikan tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Tapanuli Utara
2012-2032 adalah:
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dirumuskan kebijakan-kebijakan yang
akan dilaksanakan, yaitu:
1. Peningkatan aksesibilitas dan pemerataan pelayanan sosial ekonomi dan
budaya ke seluruh wilayah pengembangan.
Untuk mencapai kebijakan tersebut strategi yang akan ditempuh, yaitu:
a. Membangun dan meningkatkan kualitas jaringan pergerakan
transportasi darat ke setiap bagian wilayah pengembangan;
b. Membangun dan mengembangkan potensi pembangkit energi dengan
memanfaatkan sumber energi yang tersedia serta memperluas jaringan
energi untuk kebutuhan pembangunan wilayah;
c. Menyediakan fasilitas pelayanan sosial ekonomi (kesehatan, pendidikan,
air bersih, pasar, telekomunikasi, energi listrik, pemerintahan, dan lain
sebagainya);
d. Mengembangkan dan melestarikan serta mempromosikan berbagai
potensi alam, budaya dan sejarah yang merupakan asset dalam
mendukung pengembangan sektor pariwisata.
2. Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian lingkungan hidup, serta
penanggulangan resiko bencana alam.
Untuk mencapai kebijakan tersebut maka strategi yang akan ditempuh,
yaitu:
a. Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah
menurun kualitasnya;
b. Mengembangkan energi alternatif;
c. Mencegah perusakan lingkungan hidup lebih lanjut melalui penerapan
instrumen pengendalian pemanfaatan ruang secara sistematis;
d. Mengoptimasikan pemanfaatan sumber daya alam untuk menjaga
3. Pelaksanaan optimalisasi pemanfaatan ruang kawasan budidaya sesuai
dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Untuk mencapai kebijakan tersebut maka strategi yang akan ditempuh,
yaitu:
a. Menerapkan konsep intensifikasi lahan pertanian irigasi teknis untuk
meningkatkan hasil produksi;
b. Mengoptimalkan pemanfaatan lahan-lahan tidur untuk kegiatan
produktif;
c. Mengembangkan kawasan budidaya pertanian dengan konsep
ekstensifikasi sesuai dengan kemampuan dan kesesuaian lahannya.
4. Peningkatan produktifitas sektor-sektor unggulan sesuai dengan daya
dukung lahan.
Untuk mencapai kebijakan tersebut strategi yang akan ditempuh, yaitu:
a. Membangun dan memperluas jaringan irigasi dan mempertahankan
pertanian irigasi teknis;
b. Melakukan intensifikasi lahan pertanian dan perkebunan untuk
mendukung pengembangan sektor sekunder;
c. Meningkatkan produktifitas subsektor peternakan dan perikanan
(minapolitan);
d. Mengembangkan kawasan agropolitan untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat.
5. Peningkatan Ekonomi Masyarakat berbasis sumber daya alam.
Untuk mencapai kebijakan tersebut strategi yang akan ditempuh, yaitu:
a. Mengembangkan sektor pariwisata dengan tetap menjaga kelestarian
sumber daya alam;
b. Mendirikan industri pengolahan hasil pertanian dan perkebunan pada
lokasi-lokasi produksi;
c. Membudidayakan peternakan hewan besar dan kecil pada kawasan
bukan perkotaan;
d. Mengembangkan perikanan darat pada daerah yang dekat dengan
e. Mengeksploitasi daerah-daerah penghasil barang tambang dengan
memperhatikan dampak lingkungan;
f. Membangun sarana dan prasarana pada kantong-kantong produksi dan
lokasi wisata.
6. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan
Untuk mencapai kebijakan tersebut strategi yang akan ditempuh, yaitu:
a. Menetapkan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus
pertahanan dan keamanan;
b. Mengembangkan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar
kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan
keamanan;
c. Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak
terbangun di sekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga
yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan kawasan budidaya
terbangun;
d. Turut serta memelihara dan menjaga aset-aset Pertahanan/TNI.
5.1.1. Arahan Pengembangan Pola Ruang Kabupaten Tapanuli Utara
Pemanfaatan ruang merupakan kegiatan memanfaatkan sumberdaya yang
tersedia pada ruang yang bersangkutan dengan sifat yang dinamis. Namun
dinamika perubahan pemanfaatan ruang tidak selalu mengarah pada optimasi
pemanfaatan sumberdaya yang ada, hal ini terutama disebabkan oleh terus
meningkatnya kebutuhan akan ruang sejalan dengan perkembangan kegiatan
budidaya sementara keberadaan ruang bersifat terbatas.
Dalam menyeimbangkan kebutuhan dan ketersediaan akan lahan menuju
kondisi optimal, maka perencanaan pemanfaatan ruang dilakukan melalui
pendekatan komprehensif yang memadukan pendekatan sektoral dan
pendekatan ruang. Dalam hal ini perencanaan tata ruang merupakan upaya
menunjang serta untuk mengatasi konflik berbagai kepentingan dalam
pemanfaatan ruang.
Arahan pengembangan dan pola pemanfaatan ruang Kabupaten Tapanuli Utara
merupakan pedoman bagi penggunaan ruang di Kabupaten Tapanuli Utara
yang didasari pada prinsip pemanfaatan sumberdaya alam berasaskan
keseimbangan lingkungan dan pembangunan yang berkelanjutan. Arahan ini
diharapkan dapat menciptakan pertumbuhan dan perkembangan antar kegiatan
bagian wilayah Kabupaten Tapanuli Utara yang lebih berimbang dan
proporsional tanpa mengganggu kelestarian.
Prinsip dasar perencanaan pemanfaatan ruang adalah penetapan kawasan
lindung dan kawasan budidaya sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang
Nomor 26 Tahun 2007, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2008, dan
Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990. Batasan mengenai kawasan lindung
dan budidaya adalah sebagai berikut:
Kawasan lindung adalah kawasan yang berfungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya
buatan, nilai sejarah dan budaya bangsa untuk kepentingan pembangunan
yang berkelanjutan.
Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam,
sumberdaya buatan, dan sumberdaya manusia.
Pengelolaan kawasan-kawasan tersebut harus disertai dengan perencanaan,
pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatannya. Untuk menuju
perkembangan wilayah yang berkelanjutan, maka tahap pertama yang
dilakukan adalah melakukan penetapan kawasan lindung, selanjutnya
pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya diarahkan berdasarkan sifat-sifat
kegiatan yang akan ditampung, potensi pengembangan, dan kesesuaian lahan.
Secara umum kegiatan budidaya terbagi dalam 2 (dua) bagian besar, yaitu
kawasan perdesaan dan perkotaan. Kawasan perkotaan menampung
kegiatan pelayanan yang lainnya. Kegiatan perdesaan merupakan kawasan
transisi antara kawasan berfungsi lindung dan kawasan perkotaan. Kegiatan
yang termasuk dalam kawasan perdesaan adalah hutan produksi, pertanian
lahan basah/kering, perkebunan, peternakan, perikanan, dan permukiman
perdesaan sebagai kawasan penyangga bagi kawasan lindung. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar peta 3.2 Rencana Pola Ruang Kabupaten
Tapanuli Utara Tahun 2012–2032.
1. Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang berfungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam,
sumberdaya buatan, nilai sejarah dan budaya bangsa untuk kepentingan
yang berkelanjutan.
Dalam pelaksanaan pengelolaan kawasan lindung ini dilakukan berdasarkan
Keputusan Presiden Republik Indonesia (KEPPRES) Nomor 32 Tahun 1990
tentang Penetapan Kawasan Lindung, maka wilayah Kabupaten Tapanuli
Utara mengacu pada Keppres ini, dimana prioritas penekanan kawasan
dengan acuan utama untuk kawasan-kawasan berfungsi hutan lindung
dengan persyaratan sebagai berikut:
1. Kemiringan > 40%
2. Ketinggian > 2.000 m dpl
3. Nilai skor (total) yang dihasilkan untuk kemiringan, curah hujan, dan
kepekaan tanah > 175.
Pengelolaan kawasan lindung bertujuan untuk mencegah terjadinya
kerusakan fungsi lingkungan hidup dan melestarikan fungsi lindung pada
kawasan lindung. Sasaran dari pengelolaan kawasan lindung di Kabupaten
Tapanuli Utara adalah:
1. Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan, dan
2. Mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa, tipe ekosistem,
dan keunikan alam.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang dan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Nasional maka yang dimaksud kawasan lindung adalah kawasan yang
ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup
yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan guna
kepentingan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan. Beberapa upaya yang dapat direkomendasikan untuk dilakukan
bagi aparat pemda dan pihak lain yang terkait di Kabupaten Tapanuli Utara
diantaranya adalah:
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian
kawasan lindung di Kabupaten Tapanuli Utara melalui seminar dan
diskusi;
2. Mendukung penyusunan rancangan undang-undang yang konstruktif
yang dapat mendukung pelestarian dan pemanfaatan Wilayah
Kabupaten Tapanuli Utara secara lestari;
3. Mengembangkan dukungan secara meluas melalui jaringan kerja sama
dengan pemimpin informal, dan media;
4. Menyelesaikan konflik antar pihak terkait dan mengurangi gangguan
terhadap daerah tangkapan air, koridor satwa liar atau mungkin harus
dibangun untuk kelangsungan hidup populasi fauna yang terancam
punah;
5. Mendukung peningkatan penegakan hukurn yang lebih baik;
6. Berpartisipasi dalam pelaksanaan rencana tata ruang lokal dan regional
agar rencana tersebut mencakup upaya pelestarian Kabupaten Tapanuli
Utara;
7. Merehabilitasi daerah-daerah yang terdegradasi melalui program hutan
kemasyarakatan. Program ini termasuk penanaman pohon dan spesies
non kayu seperti bambu dan rotan;
8. Mendukung upaya penyelamatan jasa ekologi bagi kepentingan
2. Kawasan Hutan Lindung
Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas
yang mampu memberikan keadaan kawasan sekitarnya maupun
bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta
pemeliharaan kesuburan tanah. Perlindungan terhadap kawasan hutan
lindungo dilakukan untuk mencegah terjadinya erosi, banjir, sedimentasi,
dan menjaga fungsi hidrologi untuk menjamin ketersediaan unsur hara
tanah, air tanah, dan air permukaan.
Pengembangan kawasan hutan lindung, akan dilakukan melalui upaya
yakni, mengendalikan perambahan hutan dan alih fungsi hutan yang
berfungsi lindung oleh kegiatan budidaya yang mengganggu fungsi lindung
hutan yang bersangkutan. Untuk itu kawasan hutan berfungsi lindung yang
belum mengalami perambahan akan dipertahankan dan kawasan lindung
yang telah dirambah akan dikembalikan fungsinya dan ditetapkan kembali
statusnya sebagai hutan berfungsi lindung, terutama untuk Kawasan Hutan
Lindung Batang Toru dengan luas 124.964, 44 Ha. Kawasan Hutan Lindung
Batang Toru berada di Kecamatan Pahae Julu, Pahae Jae, Purbatua,
Simangumban, Adian Koting dan Pangaribuan.
Dalam penetapan status, kriteria yang dipergunakan adalah sejauh
mungkin mempertahankan fungsi lindung dari kawasan hutan yang
bersangkutan. Pada tahap tertentu, apabila tidak memungkinkan
memulihkan fungsi lindung dari kawasan hutan yang bersangkutan,
dilakukan konversi untuk penggunaan lainnya, namun dengan terlebih
dahulu mengkaji dampak yang ditimbulkannya.
3. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan
Bawahannya
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan dibawahnya,
terutama yang berkaitan dengan fungsi hidrologis untuk pencegahan
ketersediaan air. Kawasan ini berada pada ketinggian di atas 1.000 mdpl
dengan kemiringan lebih dari 40%, bercurah hujan tinggi, atau mampu
meresapkan air kedalam tanah. Termasuk dalam kawasan ini adalah
Kawasan Hutan Lindung Batang Toru secara keseluruhan.
4. Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan perlindungan setempat yang berfungsi melindungi komponen
lingkungan tertentu dan kegiatan budidaya. Fungsi ini berlaku secara
setempat di sempadan sungai, sempadan pantai/danau, estuaria, sekitar
mata air, dan sekitar waduk/danau untuk melindungi kerusakan fisik
setempat, seperti: sempadan sungai Sigeon, dan kawasan sempadan
Danau Toba Kecamatan Muara.
5. Kawasan Rawan Bencana Alam
Kabupaten Tapanuli Utara sangat rentan terhadap bahaya rawan bencana
longsor dan gempa bumi. Terdapat beberapa kecamatan yang
teridentifikasi sangat rawan terhadap potensi bencana alam longsor
tersebut. Kecamatan-kecamatan yang termasuk dalam kawasan rawan
longsor adalah ; Sipahutar, Pagaran, Parmonangan, Sipoholon, Tarutung,
Siatas Barita, Adian Koting, Pahae Julu, Pahae Jae, Purbatua,
Simangumban, Pangribuan dan Garoga. Sedangkan untuk kawasan rawan
bencana gempa bumi jika ditinjau dari aspek geologisnya, bahwasanya
wilayah Kabupaten Tapanuli Utara berada di jalur sesar Sumatera atau
sesar Semangko tepatnya Patahan Toru. Berdasarkan aspek tersebut,
maka wilayah Kabupaten Tapanuli Utara terindikasi sangat rawan terhadap
bencana gempa bumi.
6. Kawasan Budi Daya
Arahan pola ruang untuk kegiatan budidaya mencakup arahan
pemanfaatan kawasan hutan, kawasan pertanian, serta kawasan
terhadap potensi pengembangan budidaya tertentu. Pemanfaatan kawasan
budidaya direncanakan sesuai dengan upaya desentralisasi ruang bagi
pengembangan wilayah dan potensi lokal, baik sektor primer, sekunder,
maupun tersier. Berdasarkan kecenderungan perkembangan hingga tahun
2009, sektor primer dan tersier merupakan sektor ekonomi yang prima di
Kabupaten Tapanuli Utara sesuai dengan potensi wilayah yang dimiliki.
7. Kawasan Peruntukan Pertanian dan Perkebunan
Berdasarkan hasil kesesuaian lahan yang merupakan hasil penilaian
terhadap kemampuan daya dukung lahan terhadap penggunaan lahan
tertentu bila kegiatan atau penggunaan lahan yang dikembangkan tersebut
memiliki produktifitas optimal dengan input yang minimal. Secara umum
kesesuaian lahan untuk peruntukan pertanian dan perkebunan di wilayah
Kabupaten Tapanuli Utara dibagi kedalam 4 (empat) kategori, yaitu:
a. Peruntukan pertanian lahan basah.
Kawasan pertanian lahan basah adalah kawasan yang berfungsi sebagai
tempat pengusahaan tanaman padi atau tanaman lahan basah lainnya
guna menghasilkan bahan pangan, baik untuk kebutuhan sendiri
maupun untuk dijual. Penggunaan jenis tanaman lain selain padi
diperkenankan apabila air tidak mencukupi atau dengan pertimbangan
pencapaian target produktivitas optimal melalui tanaman selingan
seperti palawija. Pola tanam yang diterapkan adalah sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan masyarakat setempat.
Lahan budidaya pertanian lahan basah di wilayah Kabupaten Tapanuli
Utara, dapat ditemui pada setiap kecamatan-kecamatan dengan luasan
yang berbeda-beda. Luasan lahan peruntukan pertanian lahan basah di
wilayah Kabupaten Tapanuli Utara sekitar 13.594,80 Ha.
b. Peruntukan pertanian lahan kering
Jenis tanaman yang diusahakan adalah tanaman semusim antara lain
pertanian lahan kering cenderung berdekatan dengan hutan lindung dan
kawasan resapan air, maka pola pengusahaannya harus sejalan dengan
ketentuan-ketentuan konservasi yang ditetapkan baik oleh pemerintah
maupun masyarakat.
Pada kawasan ini selain untuk kegiatan pertanian lahan kering, juga
diperkenankan mengusahakan tanaman keras yang sesuai dengan
syarat tumbuh tanaman, dan apabila memenuhi syarat dapat diberikan
Hak Guna Usaha (HGU). Selain itu, pada kawasan ini dapat
dikembangkan kegiatan produksi lainnya selama tidak merusak fungsi
ekosistem wilayah atau menurunkan daya dukung kawasan. Kawasan
pertanian lahan kering ini dapat diubah fungsinya menjadi kawasan
pertanian lahan basah dengan memperhatikan fisik wilayah dan rencana
pengembangan jaringan irigasi.
Lahan budidaya pertanian lahan kering di wilayah Kabupaten Tapanuli
Utara, dapat ditemui pada setiap kecamatan-kecamatan dengan luasan
yang berbeda-beda. Luasan lahan peruntukan pertanian lahan kering di
wilayah Kabupaten Tapanuli Utara sekitar 65.775,99 Ha.
c. Peruntukan hortikultura
Lahan budidaya hortikultura di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, dapat
ditemui pada setiap kecamatan-kecamatan dengan luasan yang
berbeda-beda. Luasan lahan peruntukan pertanian lahan kering di
wilayah Kabupaten Tapanuli Utara sekitar 35.396,97 Ha.
d. Peruntukan perkebunan
Lahan budidaya perkebunan di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, dapat
ditemui pada setiap kecamatan-kecamatan dengan luasan yang
berbeda-beda. Luasan lahan peruntukan pertanian lahan kering di
8. Kawasan Peruntukan Perikanan
Pemanfaatan ruang untuk kawasan perikanan baik di darat maupun di laut
berdasarkan kriteria sebagai berikut:
a. Kawasan dengan kelerengan <8%;
b. Persediaan air cukup;
c. Memperhatikan kondisi eksisting dan kecenderungan perkembangan
perikanan serta kebutuhan lahan untuk dapat menyerap tenaga kerja
optimal.
Sektor perikanan di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara berpotensi untuk
pengembangan budidaya perikanan air tawar, yang meliputi kolam dan
perairan umum. Kegiatan-kegiatan yang ada pada budidaya perikanan
yakni ; kolam air tenang, kolam sawah/palawija/minapadi, kolam air deras,
keramba jaring apung serta pembenihan.
Arahan pola pemanfaatan ruang bagi kawasan perikanan dari potensi
kegiatan-kegiatannya serta mengikuti arahan kawasan minapolitan, maka
wilayah kecamatan-kecamatan yang memiliki potensi pengembangan
budidaya, baik usaha pembenihan ikan, pendederan ikan maupun
pembesaran ikan melalui polikultur, monikultur atau tumpang sari, yakni
Tarutung (sebagai minapolis), Sipoholon, Siatas Barita, Pahae Jae,
Siborong-borong, Purbatua dan Muara (hinterland minapolis) seluas
kuranglebih 4570 Ha. Dalam pengembangan budidaya perikanan
khususnya untuk kegiatan budidaya ikan melalui Keramba Jaring Apung
(KJA) yang terdapat di Kecamatan Muara perlu diberikan perhatian yang
sangat khusus, agar dapat menjaga ekosistem lingkungan sekitar kawasan
Danau Toba.
9. Kawasan Peruntukan Peternakan
Kawasan peternakan adalah kawasan yang fungsi utamanya diperuntukkan
bagi kegiatan peternakan dan segala kegiatan penunjangnya. Tujuan
untuk kegiatan peternakan dalam menghasilkan produksi peternakan
seperti ternak dan hasil ternak lainnya dengan tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan. Kawasan ini merupakan kawasan padang rumput
atau semak belukar cukup luas (minimum dua hektar), yang diperuntukkan
bagi melepaskan dan sekaligus memelihara ternak. Lokasi untuk kawasan
peternakan diutamakan pada tanah yang tidak produktif dan terpisah dari
lahan pertanian penduduk sekitarnya. Kawasan peternakan di Kabupaten
Tapanuli Utara yang dapat dikembangkan terdiri dari Kawasan
Pengembangan ternak besar ditetapkan di Kecamatan Siborong-borong,
Muara, Parmonangan, Pagaran, Sipoholon, Garoga Pangaribuan, Sipahutar,
Tarutung dan Siatas Barita. Pengembangan Ternak kecil dan unggas
dikembangkan pada 15 kecamatan yang ada di Tapanuli Utara dengan
pengembangan dalam luasan dan jumlah yang tidak terlalu besar, baik itu
untuk ternak besar, ternak kecil maupun ternak unggas.
10. Kawasan Peruntukan Industri
Pengembangan kawasan industri kecil, terutama industri pengolahan hasil
pertanian diarahkan pada lokasi-lokasi di dekat sentra-sentra penghasil
sumberdaya, yakni hanya terspesialisasi di Kecamatan Tarutung, Siatas
Barita, Simangumban dan terutama di Siborong-borong. Kecamatan
Siborong-borong dengan keberadaannya yang sangat strategis pada jalan
nasional, serta memiliki bandar udara sehingga memungkinkan
pengembangan industri pengolahan mengingat kemudahan akses keluar
masuk kecamatan.
11. Kawasan Peruntukan Pariwisata
Pengembangan pariwisata Kabupaten Tapanuli Utara diarahkan pada
pengembangan pariwisata alam, agama, budaya dan sejarah.
Pengembangan wisata alam seperti Panorama Alam Hutaginjang dan
Pantai Muara di Kecamatan Muara, wisata alam pemandian air soda
Kecamatan Sipoholon, wisata agama (rohani) Salib Kasih di Kecamatan
Siatas Barita, wisata agama (rohani) Gereja Dame dan Onan Sitahuru di
Kecamatan Tarutung, wisata agama (rohani) Munson dan Lyman di
Kecamatan Adiankoting, wisata budaya/sejarah Gua Natumandi di
Kecamatan Tarutung, wisata budaya/sejarah di Desa Doloksanggul
Kecamatan Simangumban.
12. Kawasan Peruntukan Permukiman
Kawasan peruntukan permukiman di Kabupaten Tapanuli Utara akan
dikembangkan pada kawasan-kawasan yang berada di luar kawasan yang
ditetapkan sebagai kawasan lindung, kawasan hutan dan kawasan rawan
bencana. Kawasan tersebut juga memiliki akses menuju pusat kegiatan
masyarakat di luar kawasan serta memiliki kelengkapan prasarana, sarana,
dan utilitas pendukung. Rencana pengembangan permukiman dari tingkat
kepadatannya akan diklasifikasikan sebagai berikut:
Kawasan permukiman berkepadatan tinggi akan diarahkan di Kecamatan
Tarutung, Siborong-borong, Pangaribuan, Sipoholon, dan Sipahutar;
Kawasan permukiman berkepadatan sedang akan diarahkan di
Kecamatan Pagaran, Garoga, Adian Koting, Muara dan Parmonangan;
Kawasan permukiman berkepadatan rendah akan diarahkan di
Kecamatan Siatas Barita, Pahae Julu, Pahae Jae, Purbatua, dan
Simangumban.
A. Peruntukan Permukiman Perkotaan
Kawasan permukiman perkotaan dikembangkan pada daerah pusat-pusat
pelayanan, yaitu pada setiap ibukota kecamatan. Pengembangan kawasan
permukiman perkotaan utama akan direncanakan pada Tarutung dan
Siborong-borong. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan tersebut
dilakukan dengan meningkatkan fasilitas-fasilitas pelayanan yang
seharusnya ditempatkan sesuai dengan fungsi kotanya, seperti fasilitas
dan lain sebagainya. Tujuan dari pengembangan kawasan perkotaan
adalah:
1. Memeratakan penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yang
memadai untuk menunjang berbagai aktifitas penduduk di perkotaan
sesuai dengan skala pelayanannya;
2. Mempercepat terbentuknya struktur ruang sesuai Rencana Struktur
Ruang Kabupaten Tapanuli Utara;
3. Mendistribusikan perkembangan di setiap wilayah Kabupaten Tapanuli
Utara dan berfungsi memperkuat setiap wilayah sesuai dengan potensi
dan kendalanya;
4. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dikembangkan sebagai pusat pengumpul,
pengolahan hasil pertanian rakyat/industri kecil dan menengah di
wilayah sekitarnya dengan dukungan sarana dan prasarana yang
memadai.
B. Peruntukan Permukiman Perdesaan
Pengembangan kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Tapanuli
Utara diarahkan pada pengembangan Kawasan Terpilih Pusat
Pengembangan Desa (KTP2D) dan Pengembangan Kawasan Agropolitan.
Kawasan permukiman pedesaan juga dikembangkan dengan melengkapi
fasilitas yang diperlukan sebagai syarat suatu permukiman perdesaan yang
baik.
Pembangunan Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D)
merupakan pendekatan pembangunan kawasan perdesaan dengan cara
mengembangkan potensi unggulannya, yaitu suatu sumber daya dominan
baik yang belum diolah (eksplor) maupun sumber daya yang tersembunyi
berupa sumber daya alam, sumber daya buatan ataupun sumber daya
manusia yang difokuskan pada kemandirian masyarakat, yaitu
pemberdayaan masyarakat, ekonomi dan pendayagunaan prasarana dan
sarana permukiman. Pengembangan kawasan perdesaan akan dilakukan
a) Mengembangkan kawasan permukiman pedesaan dengan dilengkapi
oleh fasilitas permukiman perdesaan.
b)Mengembangkan pertanian lahan basah rakyat terutama dibeberapa
kecamatan yang memiliki kontribusi yang cukup besar dalam produksi
padi antara lain di Kecamatan Pahae Jae, Garoga, Pagaran,
Pangaribuan, Siatas Barita, Tarutung, Adian Koting, Purbatua,
Simangumban, dan Pahae Julu. Untuk mempertahankan sektor
pertanian lahan basah sebagai sektor basis, maka perlu dilakukan
langkah untuk semakin meningkatkan produktifitas, antara lain:
Perbaikan sistem irigasi, yaitu meningkatkan kemampuan mengairi
sawah dari 1x masa tanam per tahun menjadi 2x masa tanam per
tahun.
Memulihkan kawasan tangkapan air (catchment area) pada DAS,
sehingga dapat menjaga ketersediaan air untuk kebutuhan irigasi.
c) Melanjutkan dan meningkatkan usaha diversifikasi dan intensifikasi
secara terpadu, serasi dan merata sesuai dengan kondisi air, iklim, dan
tetap memelihara kemampuan kelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan.
d)Mengembangkan pertanian lahan kering terutama untuk komoditi
dengan produktifitas tinggi, berfungsi sebagai bahan baku industri
sekunder serta komoditi yang berorientasi ekspor. Untuk sektor
pertanian lahan kering, strategi yang dilakukan untuk mempertahankan
dan meningkatkan produktifitas yang telah dicapai, adalah melalui:
Mempertahankan luas lahan kering yang ada serta melakukan
ekstensifikasi;
kedaerah yang masih memungkinkan.
Diversifikasi tanaman, terutama komoditi buah-buahan yang
bertujuan untuk mendukung pengembangan sektor sekunder seperti
industri bahan pangan yang menggunakan buah-buahan sebagai
Menciptakan keterkaitan antara kegiatan pertanian dengan sektor
pengolahannya, sehingga meningkatkan produksi pertanian untuk
mendukung sektor sekunder yang bersangkutan.
e) Mengembangkan perkebunan pada wilayah yang mempunyai tingkat
produktifitas tinggi, mendukung pengembangan sektor industri
sekunder, dan komoditi yang berorientasi ekspor, dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungannya. Salah satu komoditi yang
merupakan andalan Kabupaten Tapanuli Utara adalah hasil perkebunan,
sehingga untuk dapat mempertahankan produktifitas yang ada, perlu
dilakukan langkah-langkah antara lain:
Mempertahankan luas dan lokasi lahan perkebunan yang ada, serta
dilakukan pengembangan pada lokasi yang masih memungkinkan;
Upaya peningkatan produktifitas perkebunan dengan cara
agroforestry dan melakukan pemilihan komoditas yang lebih
komersial;
Penanganan pasca panen yang lebih baik, dengan melakukan kontrol
kualitas produksi dan memperbaiki manajemen pemasaran sehingga
akan memperluas pasar komoditas perkebunan;
Pengelolaan kawasan perkebunan secara terbuka, sehingga
diharapkan dapat menarik kegiatan pariwisata;
Menciptakan keterkaitan antara perkebunan rakyat dengan sektor
sekunder pengolahannya.
f) Mengembangkan sub-sektor perikanan terutama di kawasan minapolitan
yang berada di Kecamatan Tarutung (pusat kawasan minapolis), Pahae
Jae, Muara, Siborong-borong, Sipoholon dan Siatas Barita.
g)Pengembangan sub-sektor peternakan yang juga dapat diandalkan
sebagai salah satu sektor unggulan, diupayakan melalui:
Pengembangan peternakan diarahkan sesuai lokasi pertanian
tanaman pangan lahan kering yang ada sehingga pengguna lahannya
Memberikan pinjaman lunak kepada peternak yang memiliki modal
untuk memperluas usaha peternakannya. Pengelolaan pemasaran
secara lebih baik, terutama untuk pemasaran lokal dan ditingkatkan
untuk pasokan regional/nasional;
Mengembangkan pola kemitraan dan pendampingan antara
pengusaha swasta dengan peternakan rakyat;
Mengembangkan kawasan-kawasan perdesaan berbasis agribisnis
sesuai dengan potensi masing-masing kawasan untuk mengurangi
kesenjangan desa-kota (perimbangan pembangunan). Untuk itu akan
dilakukan perbaikan tingkat aksesibilitas ke wilayah perdesaan untuk
mendukung pamasaran produksi perdesaan baik di sektor primer
maupun sekunder, yaitu melalui pembangunan feeder-road yang
menjadi prasarana perhubungan kawasan perdesaan dengan akses
yang lebih tinggi. Upaya lain adalah melalui Pembangunan industri
pengolahan berskala lokal yang merupakan sektor hilir untuk
penambahan nilai hasil produksi setempat yang potensial sebagai
bahan baku.
13. Kawasan Peruntukan Lainnya
Rencana Kawasan peruntukan lainnya yang akan direncanakan di
Kabupaten Tapanuli Utara adalah kawasan jalur evakuasi dan lokasi
evakuasi bencana. Dari sub bab sebelumnya telah di terangkan bahwa
terdapat beberapa kecamatan yang teridentifikasi sangat rawan terhadap
potensi bencana alam longsor tersebut. Kecamatan-kecamatan yang
termasuk dalam kawasan rawan longsor adalah: Sipahutar, Pagaran,
Parmonangan, Sipoholon, Tarutung, Siatas Barita, Adian Koting, Pahae
Julu, Pahae Jae, Purbatua, Simangumban, Pangribuan dan Garoga.
Sedangkan untuk kawasan rawan bencana gempa bumi jika ditinjau dari
aspek geologisnya, bahwasanya wilayah Kabupaten Tapanuli Utara berada
di jalur sesar Sumatera atau sesar Semangko tepatnya Patahan Toru.
terindikasi sangat rawan terhadap bencana gempa bumi. Maka untuk
rencana kawasan budidaya perlu direncanakan jalur evakuasi bencana jika
tanah longsor atau gempa bumi melanda, jalur yang menjadi evakuasi
meliputi jalan arteri dan jalan kolektor yang dilalui pada daeah-daeah yang
termasuk daerah rawan bencana. Sedangkan lokasi evakuasi bencana
diarahkan pada lapangan terbuka seperti: stadion Lapangan Bola Tarutung
dan Lapangan sekitar Bandar Udara Silangit.
5.1.2. Arahan Pengembangan Struktur Ruang Kabupaten Tapanuli Utara
1. Rencana Sistem Pusat Pelayanan
Bentuk struktur ruang wilayah Kabupaten Tapanuli Utara terutama
berdasarkan fungsi pelayanan/hirarki kota dan jaringan prasarana
transportasi. Alokasi komponen kegiatan perkotaan yang bersifat pelayanan
wilayah mendasari pengembangan struktur pemanfaatan ruang di
Kabupaten Tapanuli Utara. Beberapa komponen kegiatan primer yang
berpengaruh adalah kegiatan yang mempunyai jangkauan regional atau
lokal, meliputi wilayah pelayanan pengembangan di Kabupaten Tapanuli
Utara dan juga wilayah kabupaten sekitarnya di Provinsi Sumatera Utara,
maupun nasional. Termasuk dalam kegiatan primer antara lain
pemerintahan, kawasan industri, perdagangan dan jasa, transportasi, dan
kegiatan-kegiatan lainnya yang bersifat pelayanan wilayah di kabupaten
maupun provinsi.
Penentuan pusat pelayanan perkotaan di Kabupaten Tapanuli Utara
mempertimbangkan beberapa faktor yakni:
1. Jarak jangkauan pelayanan dan aksesibilitas;
2. Distribusi pelayanan agar pengembangan ekonomi wilayah menjadi
tersebar, dan
Berdasarkan ketiga faktor di atas tersebut, maka sistem pusat pelayanan
perkotaan wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara yang akan direncanakan
yakni sebagai berikut:
a) Sebagai Ibukota Kabupaten Tapanuli Utara perkembangan kawasan
perkotaannya sangat pesat. Maka sesuai dengan arahan RTRW Provinsi
Sumatera Utara, Kota Tarutung akan dipromosikan sebagai Pusat
Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp). Diharapkan pada revisi RTRW
berikutnya status Kota Tarutung akan ditingkatkan menjadi Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW);
b)Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang berfungsi kawasan perkotaan yang
berfungsi sebagai pusat industri dan jasa serta simpul transportasi untuk
melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan yakni
ditetapkan Kota Siborong-borong;
c) Sedangkan Kota Pangaribuan dan Pahae Jae yang merupakan sebagai
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), diharapkan juga dapat menjadi
pendukung terhadap kegiatan dari Pusat Kegiatan Lokal (PKL);
d)Dengan dikembangkannya dua Pusat Kegiatan Lokal (PKL) akan
mengubah dari satu pusat menjadi dua Pusat Kegiatan Lokal (PKL) serta
ditambah oleh Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)/pusat pelayanan
pendukung primer. Sehingga pembebanan pelayanan tidak sangat
terfokus pada kedua pusat primer yang direncanakan pada wilayah
Kabupaten Tapanuli Utara. Selain itu dengan adanya perluasan
pelayanan perkotaan, diharapkan bentuk dari pola pelayanan wilayah
Kabupaten Tapanuli Utara dapat semakin kompak dan memudahkan
dalam sistem pelayanan perkotaan. Dengan ditetapkannya Kota
Siborong-borong sebagai PKL maka Kota Tarutung akan diarahkan untuk
ditingkatkan status pelayanannya menjadi Pusat Kegiatan Wilayah
promosi (PKWp).
Adanya dua pusat utama serta pendukung ini dimaksudkan untuk lebih
mendorong perkembangan wilayah yang terutama ke arah timur dan
selatan, serta dalam upaya pemerataan pembangunan wilayah. Lebih
yang sangat tinggi terhadap inti pusat primer utama di Tarutung. Rencana
struktur fungsional pelayanan sistem perkotaan Kabupaten Tapanuli Utara
tahun 2012-2032.
2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Kabupaten Tapanuli Utara
A. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana
Transportasi
Pengembangan sistem jaringan transportasi Kabupaten Tapanuli Utara
direncanakan mampu meningkatkan akses pelayanan perkotaan dan
pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki
serta meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan
prasarana transportasi yang terpadu dan merata di seluruh wilayah
Kabupaten Tapanuli Utara. Strategi yang akan dilakukan untuk
meningkatkan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan
ekonomi wilayah tersebut antara lain dengan menjaga keterkaitan
antar kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, agar lebih
kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di
sekitarnya.
Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan
prasarana transportasi yang terpadu dan merata di seluruh wilayah
Kabupaten Tapanuli Utara ditempuh melalui upaya meningkatkan
kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan
transportasi darat, air, dan udara. Rencana pengembangan sistem
transportasi dalam hal ini mencakup rencana pengembangan sistem
jaringan transportasi darat, transportasi air dan udara.
Sistem Jaringan Jalan
Sistem jaringan jalan yang direncanakan di Kabupaten Tapanuli Utara
didasarkan dari rencana pengembangan jaringan jalan yang termuat
dalam Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN;
Nomor 630 tahun 2009 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan Dalam
Jaringan Jalan Primer Menurut Fungsinya Sebagai Jalan Arteri Dan
Jalan Kolektor 1; dan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 631
tahun 2009 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan Menurut Statusnya
Sebagai Jalan Nasional. Adapun rencana jaringan jalan di Kabupaten
Tapanuli Utara dibedakan menjadi:
a. Rencana Jalan bedasarkan Kewenangan
1) Jaringan Jalan Nasional
Rencana pengembangan jaringan jalan bebas hambatan
pada ruas jalan Tebing Tinggi-Pematang
Siantar-Parapat-Tarutung-Sibolga (III/6) dengan tahapan waktu
pengembangan III (Berdasarkan RTRWN Nomor 26 Tahun
2008).
Siborongborong - Bts. Kab. Tobasa.
Kota Tarutung - Bts. Kab. Tapteng.
Jalan. Sisingamangaraja (Tarutung).
Jalan. Ke Sibolga (Tarutung).
Jalan Kota Tarutung - Sipirok.
2) Jaringan Jalan Provinsi
Jalan Siborong-borong - Pangaribuan;
Jalan Pangaribuan - Garoga;
Jalan Pangaribuan - Aek Humbang;
Jalan Pahaejulu - Hutabolon; dan
Jalan Pangaribuan - Tandosan (Kab. Tapsel).
3) Jalan Kabupaten
1. Simp. IV Hutabarat - Sipahutar
2. Tarutung - Harean
3. Aek Siansimun - Siandor-Andor 4. Tarutung - Simp. Seminarum 5. Sipahutar - Lumban Rihit 6. Sipoholon
(Seminarium)
- Rura Julu 7. Silangkitang - Huta Tinggi 8. Huta Tinggi - Parmonangan 9. Parmonangan - Huta Julu
11. Huta Tinggi - Butar
17. Sipahutar - Dolok Nagodang - Parlombuan (Bts.Tobasa)
18. Simorangkir - Simanampang 19. Sibingke - Laguboti
25. Sp.Sigala-Gala - Janji Maria (Bts Tobasa) 26. Simp.Bolon - Bulu Payung - Dolok Nauli (Bts
56. Simangumban - Panonggolan
64. Sitapongan - Parratusan (Bts Humbahas) 65. Sarulla - Tordolok Nauli - Onan Joro
74. Sp.Sibaganding - Simataniari - Hutajulu 75. Simp. Jl Neg - Panganan Lombu 76. Parsorminan - Batu Nadua 77. Sitapean - Pantis
78. Sigompulon - Simarpinggan 79. Banuaji - Siandor-Andor
101. Silangkitang - Sibadak I/II
102. Huta Baru - Lbn Hariara-Pangaloan 103. Sp Jln Negara - Panaharan
109. Onan Runggu - Silimabahal - Hutagurgur
110. Sigotom - Simanampang
111. Unte Mungkur - Batu Binumbun - Simatupang 112. Simp. Jl. Negara - Silalahi
113. Sigalingging - Sigumbang 114. Sinur Peternakan - Hariara 126. Sp. Sosunggulon - Sosunggulon 127. Sp. Jl Negara - Lbn.Situmorang 128. Sp. Jln. Negara - Partangga 129. Simorangkir - Talpe 130. Simorangkir - Enda Portibi 131. Sitabotabo - Butar
146. Sp. Lumban Biru - Lumban Biru
147. Parlombuan - Parpatikan - Nagasaribu 148. Sp. Ingul - Ingul
149. Sp. Silangkitang Perumnas
159. Simarsalaon- - Batu Arimo - Bts.Tapteng 160. Sp. Sihatandohan - Sihatandohan - Pokki 161. Simamora - Hasibuan - Sibaragas 168. Parsiburungan - Sitonong 169. Hutalama - Pansurnatolu
173. Sp.Paranginan - Hadataran - Parsosoran 174. Sp. Pamanuhan - Parmanuhan
175. Lumban Pinasa - Parsosoran - Gotting Salak 176. Sp. Transmigrasi - Transmigrasi
177. Parlombuan - Sidagal
178. Aek Tangga - Huta Gurgur - Parinsoran 179. Parinsoran - Lumban Bagasan
180. Simp. Iii Pearaja - Batu Mamak 181. Pancur Batu - Lobu Haminjon
182. Siantar Naipospos - Lobu Haminjon - Gomburan (Bts Tapteng)
183. Sp. Pagaran Lambung II
- Pagaran Lambung II 184. Sp. Hutaginjang - Gantole Hutaginjang 185. Sp.Aritonang - Gantole Aritonang 186. Sp. Simatupang - Aritonang
187. Hutaginjang - Sitanggor
188. Muara - Huta Nagodang
191. Lumban Simanjuntak - Huta Tobing 192. Dolok Saut - Batas Tapsel 193. Sigompulon - Simardangiang 194. Sp.Silando - Silando
195. Simarsalaon - Tumus-Hajoran 196. Sipultak - Sipultak Dolok
197. Sampagul - Desa Hutaraja - Parlombuan 198. Sp.Siomaoma - Siomaoma
199. Silantom Tonga - Silantom Jae 200. Sp.Karmel - Karmel 201. Sp.Simaninggir - Simaninggir
202. Sibandang - Sampuran - Sibandang 203. Keliling Pasar - Keliling Pasar
Sumbar: RTRW Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012-2032
b. Rencana Jalan Bedasarkan Fungsi
1) Jalan Arteri
Jalan Siborong-borong - batas Kota Tarutung;
Jalan Balige;
Jalan By Pass;
Jalan Sisingamangaraja;
batas Kota Tarutung - batas. Kab. Tapanuli Selatan;
Jalan Panjaitan (Tarutung);
Jalan Raya Yohanes (Tarutung);dan
Jalan Pahae (Tarutung).
2) Jalan Kolektor
Kolektor 1:
Jalan Siborong-borong - Doloksanggul.
Kolektor 2:
Jalan Siborong-borong - Pangaribuan;
Jalan Pangaribuan - Garoga;
Jalan Pangaribuan - Aek Humbang;
Jalan Pahaejulu - Hutabolon;
Kolektor 3:
10. Ranggitgit - Simarigung (Bts Humbahas) 11. Huta Tinggi - Butar 18. Simorangkir - Simanampang
19. Sibingke - Laguboti
25. Sp.Sigala-Gala - Janji Maria (Bts Tobasa) 26. Simp.Bolon - Bulu Payung - Dolok Nauli
41. Parsingkaman - Parlobulobuan 42. Sitarealaman - Banuaji 43. Lapo Gambiri - Pancur Batu
45. Garoga - Rianiate 46. Sp.Aek Haidupan - Aek Haidupan
47. Aek Rangat - Sandaran - Hutatinggi 48. Hutatinggi - Samarigung (Bts Humbahas) 49. Sitanggor - Meat (Bts Tobsa) 56. Simangumban - Panonggolan 57. Lumban Julu - Huta Gurgur
64. Sitapongan - Parratusan (Bts Humbahas) 65. Sarulla - Tordolok Nauli - Onan Joro
74. Sp.Sibaganding - Simataniari - Hutajulu 75. Simp. Jl Neg - Panganan Lombu 76. Parsorminan - Batu Nadua
77. Sitapean - Pantis
90. Onan Runggu - Lbn. Rang - Lbn. Lobu 100. Silangkitang - Cekdam/Pansinaran 101. Silangkitang - Sibadak I/II
102. Huta Baru - Lbn Hariara-Pangaloan 103. Sp Jln Negara - Panaharan
109. Onan Runggu - Silimabahal - Hutagurgur
110. Sigotom - Simanampang
111. Unte Mungkur - Batu Binumbun - Simatupang 112. Simp. Jl. Negara - Silalahi
113. Sigalingging - Sigumbang 114. Sinur Peternakan - Hariara 126. Sp. Sosunggulon - Sosunggulon 127. Sp. Jl Negara - Lbn.Situmorang 128. Sp. Jln. Negara - Partangga 129. Simorangkir - Talpe 130. Simorangkir - Enda Portibi 131. Sitabotabo - Butar
135. Bulu Payung - Pagaran Padang - Pea Ombun
147. Parlombuan - Parpatikan - Nagasaribu 148. Sp. Ingul - Ingul
149. Sp. Silangkitang Perumnas
159. Simarsalaon- - Batu Arimo - Bts.Tapteng 160. Sp. Sihatandohan - Sihatandohan - Pokki 161. Simamora - Hasibuan - Sibaragas 168. Parsiburungan - Sitonong 169. Hutalama - Pansurnatolu
173. Sp.Paranginan - Hadataran - Parsosoran 174. Sp. Pamanuhan - Parmanuhan
175. Lumban Pinasa - Parsosoran - Gotting Salak 176. Sp. Transmigrasi - Transmigrasi
177. Parlombuan - Sidagal
180. Simp. Iii Pearaja - Batu Mamak 181. Pancur Batu - Lobu Haminjon
182. Siantar Naipospos - Lobu Haminjon - Gomburan (Bts Tapteng)
183. Sp. Pagaran Lambung II
- Pagaran Lambung II 184. Sp. Hutaginjang - Gantole Hutaginjang 185. Sp.Aritonang - Gantole Aritonang 186. Sp. Simatupang - Aritonang
187. Hutaginjang - Sitanggor
188. Muara - Huta Nagodang
189. Huta Gurgur - Sosor Tambissu 190. Simate-Mate - Aek Godang 191. Lumban Simanjuntak - Huta Tobing 192. Dolok Saut - Batas Tapsel 193. Sigompulon - Simardangiang 194. Sp.Silando - Silando
195. Simarsalaon - Tumus-Hajoran 196. Sipultak - Sipultak Dolok
197. Sampagul - Desa Hutaraja - Parlombuan 198. Sp.Siomaoma - Siomaoma
199. Silantom Tonga - Silantom Jae 200. Sp.Karmel - Karmel 201. Sp.Simaninggir - Simaninggir
202. Sibandang - Sampuran - Sibandang 203. Keliling Pasar - Keliling Pasar
Sumbar: RTRW Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012-2032
B. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumber
Daya Air
Di Kabupaten Tapanuli Utara terletak pada wilayah sungai (WS)
Sibundong Batang Toru, WS Toba Asahan, WS Kuala Barumun;.
Pengembangan sistem jaringan sumber daya air di Kabupaten Tapanuli
Utara direncanakan mampu meningkatkan kualitas dan jangkauan
pelayanan jaringan sumber daya air yang terpadu dan merata di
seluruh wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. Untuk mencapai tujuan
tersebut, strategi yang dapat ditempuh adalah meningkatkan kualitas
dan jangkauan pelayanan jaringan sumber daya air yang terpadu dan
1) Jaringan Irigasi
Kabupaten Tapanuli Utara yang diarahkan sebagai Kawasan
Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan (KADTBB) yang
terkonsentrasi di seluruh kecamatan, maka diperlukan rencana
penyediaan air baku bagi pertanian adalah sebagai berikut:
a. Revitalisasi beberapa jaringan irigasi di kecamatan yang sangat
rentan akan dampak ancaman kekeringan serta permasalahan
yang tidak optimalnya fungsi prasarana irigasi yang telah
dibangun, seperti di Tarutung, Siatas Barita, Purbatua, Pahae
Jae, Pahae Julu dan Simangumban;
b. Melakukan kegiatan konservasi sumber daya lahan dan air serta
pemeliharaan jaringan irigasi untuk menjamin tersedianya air
untuk keperluan pertanian;
c. Pengembangan jaringan irigasi dapat dilakukan secara terpadu
dengan program penyediaan air.
2) Jaringan Air Baku dan Air Bersih
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok penduduk
dalam melangsungkan kegiatan sehari-hari, sehingga dalam upaya
pemenuhannya harus optimum. Ketersediaan air bersih sangat
tergantung pada sumber air yang dapat diolah dan dimanfaatkan.
Sistem distribusi dalam pengadaan air bersih di Kabupaten
Tapanuli Utara memanfaatkan sistem instalasi gravitasi, karena
disebabkan oleh kondisi geografis yang berada di daerah dataran
tinggi. Sumber air baku PDAM Mual Natio Kabupaten Tapanuli
Utara, bersumber dari mata air dan anak sungai yang terdapat di
seluruh kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara berikut.
Nama Mata Air Nama Mata Air
1. Sitakka Tarutung 2. Silima Bahai Dolok
3. Hutapea 4. Aek Mas
5. Ugan 6. Saba Butar
7. Bintang Pinur 8. Silaban Dolok
Sumbar : RTRW Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012-2032
Sedangkan untuk potensi sungai/air Permukaan yang ada di
Kabupaten Tapanuli Utara sebagai berikut:
Nama Sungai Nama Sungai
1. Aek Sigeon 2. Aek Sarulla
3. Aek Situmandi 4. Aek Sihadampuan
5. Aek Siborgung 6. Aek Puli
7. Aek Haidupan 8. Aek Marambong
9. Aek Silalaen 10. Aek Badingin
11. Aek Sisulum 12. Aek Simajambu
13. Aek Harangan 14. Aek Sibaragas 15. Aek Sidoras 16. Aek Siandurian 17. Aek Sidilanitano 18. Aek Goti
19. Aek Butar 20. Aek Simok-mok
21. Aek Godang 22. Aek Tamburan Sibirik
23. Aek Isa 24. Aek Sipurik-purik
25. Aek Hoda 26. Aek Simariai-iai
27. Aek Sitapean 28. Aek Sampuran
29. Aek Hopong 30. Aek Hallon
31. Aek Nambilung 32. Aek Sidempula
33. Aek Dahasan 34. Aek Ristop
35. Aek Botik 36. Aek Batang Toru
37. Aek Nalas 38. Aek Somalla
11. Aek Tampang 12. Aek Bondar Sipetang
13. Aek Haidupan 14. Aek Botik
15. Simabulan 16. Sidempula Muara
17. Aek Rara 18. Hutaginjang
19. Air Soda 20. Sihine-hine
21. Horsik 22. Sihadampuan
23. Naga Timbul 24. Bondar Labu
25. Goti 26. Aek Napultak
27. Lobu Singkam 28. Aek Panogan
29. Silangkitang I 30. Saba Tobing 31. Silangkitang II 32. Simasom
33. Sigurundang 34. Aek Hutagalung
35. Parendean 36. Aek Ran
37. Sigoring-goring 38. Aek Sulam
39. Sole-sole 40. Aek Sihura-hura
41. Parhombanan 42. Aek Saroha
43. Sipoholon (air Panas) 44. Aek Sitonggi-tonggi
45. Sibadak II 46. Aek Sibual
47. Sia-sia 48. Aek Tano Ponggol
49. Aek Sisulum 50. Aek Saba Pancur
51. Ambor Lalo 52. Aek Saba Julu
53. Simorangkir 54. Aek Sitangko Raut
55. Pancurnapitu 56. Aek Saba Pancur (Baronga Julu)
57. Jeltun 58. Aek Sigale-gale
39. Aek Bilah 40. Aek Salak 41. Aek Dabuan Piso 42. Aek Tangga 43. Aek Hadataran
Sumbar : RTRW Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012-2032
Pengembangan dari prasarana penyediaan air bersih yang sangat
diharapkan adalah melayani wilayah-wilayah dengan ketersediaan
air yang terbatas (tidak mencukupi kebutuhan).
Cakupan dan kapasitas pelayanan air bersih oleh PDAM Mual Natio
Kabupaten Tapanuli Utara, pada akhir tahun perencanaan 2030
diharapkan sudah dapat menjangkau masyaratakat di seluruh
wilayah. Untuk mencapai tujuan tersebut PDAM perlu
melaksanakan peningkatan operasi dan pemeliharaan sistem yang
telah ada dengan baik dan benar, menurunkan tingkat kebocoran
air baik teknis maupun non teknis, melaksanakan efisiensi yang
baik dengan pemberdayaan kelembagaan dan finansial, dan
menerapkan pola pelayanan yang baik.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyediaan air bersih
bagi masyarakat dan aktivitas sosial ekonomi adalah sebagai
berikut:
a. Harus dapat memenuhi persyaratan kualitas sebagai air minum.
Baik secara fisik, kimia, dan biologi serta cukup secara kuantitas
untuk memenuhi segala kebutuhan yang diperlukan terutama
pada jam puncak. Secara kualitas penyediaan air bersih harus
memenuhi persyaratan fisik, kimiawi, dan biologis, yaitu tidak
berasa, tidak berbau, tidak mengandung zat-zat kimia dalam
jumlah berlebih serta tidak mengandung bakteri yang
membahayakan kesehatan. Secara kuantitatif, kapasitas
sumber air harus dapat menjamin kontinuitas suplai air dan
cadangan yang cukup terutama pada jam puncak dan hari
maksimum serta cadangan air bagi kebutuhan pemadam
b. Pendistribusian air dari instalasi dan reservoir ke daerah
pelayanan harus dapat terjamin kontinuitasnya dengan tekanan
yang cukup.
Rencana penyediaan air bersih untuk Kabupaten Tapanuli Utara
adalah sebagai berikut:
a. Melakukan studi peningkatan sumber air bersih. Peningkatan
sumber air bersih ini dapat berupa sumber mata air, sungai,
dan lainnya. Di wilayah ini memiliki banyak aliran sungai
sehingga memudahkan untuk mengolah air sungai sebagai air
bersih oleh PDAM sebagai sumber air baku;
b. Tindakan lanjut studi dengan menyusun dan arahan lokasi
terhadap fasilitas pengolahan air bersih (water treatment plan)
Kabupaten Tapanuli Utara;
c. Sistem sambungan langsung dengan sumber dari PDAM
direncanakan melayani kawasan perkotaan, pusat kegiatan
ekonomi, dan pemerintahan;
d. Sistem sambungan halaman (kran/hidran umum) dengan
sumber dari PDAM, direncanakan melayani daerah berada di
luar pusat kegiatan. Untuk pengelolaannya dapat dari PDAM
sendiri atau diserahkan kepada masyarakat setempat dengan
membentuk kelompok pemakai air;
e. Sistem penyediaan air dengan swadaya murni dari masyarakat,
sistem ini direncanakan untuk wilayah yang belum mendapat
pelayanan dari PDAM.
3) Sistem Pengendalian Banjir
Rencana pengembangan pengendalian banjir dapat dilakukan
melalui:
a. Pengawasan sempadan sungai dan meninggikan elevasi
tanggul-tanggul sungai di kawasan perkotaan atau dekat
dengan permukiman penduduk seperti sungai Aek Ristop, Aek
b. Penghijauan/menghutankan kembali wilayah yang menjadi
catchment area,
c. Pengaturan pengurangan pengambilan air tanah secara
berlebihan serta pemanfaatan air permukaan (air sungai)
sebagai salah satu sumber air bersih,
d. Penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan
kepedulian terhadap lingkungan.
Rencana pengamanan pantai/danau dapat dilakukan melalui:
a. Pengawasan sempadan pantai/danau, dengan mengikuti kaidah
perencanaan (standar);
b. Mewujudkan kawasan sempadan pantai/danau sebagai
kawasan konservasi atau budidaya terbatas (pariwisata dan
perikanan);
c. Penataan kawasan sempadan pantai/danau di sekitar kawasan
Danau Toba dan penguasaan oleh pemerintah serta
pengendalian pemanfaatannya agar fungsi lindungnya tidak
terganggu;
d. Penyediaan tempat-tempat sampah agar masyarakat tidak
membuang sampah langsung ke danau atau disekitar kawasan
Danau Toba dan permukiman lainnya di seluruh wilayah.
C. Rencana Pengembangan Jaringan Prasarana Lingkungan.
Prasarana TPA dan TPS
Dalam melayani konsumsi sampah pada tahun akhir perencanaan
2030, maka diperlukan penambahan sarana dan prasarana
pengelolaan persampahan antara lain alat angkut sampah, TPS
(Tempat Pembuangan Sementara), system transfer depo, dan
TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) dengan sistem controlled landfill
dan atau sanitary landfill.
Sementara itu, wilayah yang memiliki aktivitas kegiatan yang
Sipoholon, Pangaribuan, Siatas Barita dan terutama khususnya
untuk Ibukota Kabupaten Tapanuli Utara yakni Tarutung. Wilayah
tersebut potensial dalam memproduksi sampah, sehingga wilayah
ini merupakan prioritas pelayanan prasarana pengelolaan
lingkungan.
Merujuk pada Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam ketentuan
lokasi TPA, faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan
lokasi TPA antara lain:
a. Tercakup dalam perencanaan tata ruang kabupaten dan
daerah;
b. Jenis tanah kedap air;
c. Daerah yang tidak produktif untuk pertanian;
d. Dapat dipakai minimal 5 – 10 tahun;
e. Tidak membahayakan dan mencemari sumber air;
f. Jarak dari pusat pelayanan +/- 10 km;
g. Merupakan daerah bebas banjir.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka rencana pengelolaan
persampahan di Kabupaten Tapanuli Utara adalah sebagai berikut:
a. Merelokasi TPA Siarangarang di Tarutung, dan pembangunan
TPA baru yang telah sesuai dengan kajian lingkungan yaitu di
Siborong-borong, Pangaribuan dan Pahae Jae;
b. Penambahan sarana pengangkutan dan petugas persampahan;
c. Penambahan jumlah TPS dengan perluasan jangkauan
pelayanan di setiap kecamatan;
d. Penyedian tong penampungan sampah, yang di dukung oleh
gerobak sampah sebagai pengumpul;
e. Sistem pengelolaan TPA yang dikembangkan adalah controlled
landfill;
f. Re-design tempat/lahan pembuangan akhir yang ada untuk
g. Peningkatan kesadaran (peran serta) masyarakat dalam
menjaga kebersihan lingkungan;
h. Pengefektifan fungsi pemulung dengan membangkitkan
kegiatan daur ulang sampah menjadi produk-produk yang
berdaya guna;
i. Pengembangan usaha daur ulang sampah, kertas dan plastik
(sampah kering),
j. Pengomposan sampah-sampah organik dan pembangunan
fasilitas tempat pemisahan jenis sampah organik dan anorganik
yang dilakukan oleh masyarakat mulai dari rumah-rumah
sampai tempat-tempat umum, dimana pemerintah
menyediakan sarana tong sampah untuk memilah-milah
sampah tersebut;
k. Pemerintah mengeluarkan aturan-aturan yang diperlukan dan
yang lebih tegas mengenai pembuangan sampah ini, antara lain
memberikan denda kepada pihak yang membuang sampah
sembarangan, sistem retribusi sampah dan tarif pengelolaan.
D. Pengolahan Limbah Cair
Rencana sistem pembuangan limbah cair di Kabupaten Tapanuli Utara
adalah sebagai berikut:
a. Sistem tangki septik dikembangkan untuk penanganan limbah
domestik (limbah manusia);
b. Sistem pelayanan tangki septik kolektif (sistem off-site)
dikembangkan pada kawasan perkantoran, pendidikan,
pemerintahan, dan kawasan komersil;
c. Sistem tangki septik individu (sistem on-site) dikembangkan di
kawasan perumahan tipe sedang dan tipe besar, sedangkan untuk
perumahan tipe kecil digunakan sistem pelayanan tangki septik
individu atau kolektif (komunal) dengan memperhatikan
d. Sistem campuran (yaitu menyatukan air limbah dengan air hujan
dalam satu saluran) dikembangkan untuk limbah kegiatan non
domestik dan kegiatan lainnya seperti air buangan dari kamar
mandi, tempat cucian dan hasil kegiatan perkantoran lainnya,
sedangkan untuk menutupi sistem ini dapat diatasi dengan
membuat saluran terbuka dari perkerasan dengan campuran kedap
air;
e. Pembangunan saluran dengan konstruksi tertutup pada kawasan
perdagangan, perkantoran, dan kawasan komersil.
E. Sistem Drainase Wilayah
Aktivitas sosial ekonomi dan kondisi topografi yang beragam, seperti
kegiatan perdesaan, perkotaan, pertanian, industri, permukiman
membutuhkan sistem drainase yang beragam. Dalam pelaksanaan
pembangunan sistem drainase wilayah, pada prinsipnya harus ada
efisiensi, sehingga sistem drainase yang dikembangkan adalah sistem
kombinasi antara jaringan drainase tertutup serta jaringan drainase
terbuka, yaitu:
a. Sistem jaringan terbuka, sistem ini direncanakan menggunakan
saluran dengan bentuk trapesium dengan lining pengalirannya
dilakukan dengan cara gravitasi. Keuntungan dengan sistem terbuka
ini adalah biaya pembangunan jaringan lebih murah, teknologi
permbangunan lebih sederhana, serta biaya pemeliharaan lebih
sedikit;
b. Sistem jaringan tertutup, sistem ini dibuat di bawah jalan dengan
membuat perkerasan pada saluran seperti saluran terbuka hanya
permukaannya ditutup. Sistem ini dibangun sebagai terusan agar
sistem terbuka tidak terpotong apabila sistem terbuka memotong
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka Rencana Pengelolaan
Drainase di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
a. Sistem jaringan utama/induk di Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara
secara umum akan tetap mengikuti pola atau kerangka sistem
alamiah yang ada, di mana pengalirannya dilakukan secara gravitasi
mengikuti kondisi topografi yang memiliki kecenderungan
kemiringan ke arah Utara dan Selatan;
b. Jaringan drainase sistem tertutup sebagian besar dikembangkan di
pusat pemerintahan dan perkantoran, pusat kegiatan komersil,
industri, serta jalan-jalan utama tertentu;
c. Jaringan drainase sistem terbuka sebagian besar dikembangkan di
lingkungan permukiman dan di sepanjang jaringan jalan;
d. Sistem drainase terbuka dan tertutup dibangun pada sebelah kiri
dan atau kanan jalan, dengan arah pengaliran disesuaikan dengan
kondisi geografis setempat;
e. Prioritas pelayanan drainase pada kawasan terbangun, kawasan
rawan genangan, dan memerlukan penataan atau perbaikan agar
dapat berfungsi secara maksimal;
f. Peningkatan peran serta masyarakat dalam memelihara prasarana
drainase, rehabilitasi, peningkatan dan pembangunan saluran.
F. Sarana Perdagangan
Untuk mempertemukan antara produsen dengan konsumen diperlukan
penyediaan fasilitas perdagangan yang biasa dikenal dengan pasar.
Hingga saat ini bentuk fasilitas perdagangan yang ada di Kabupaten
Tapanuli Utara berupa pasar tradisional. Dimana di Kabupaten
Tapanuli Utara tercatat ada 13 buah pasar tradisional. Untuk pasar di
Kabupaten Tapanuli Utara diklasifikasikan dalam 3 kelas, yaitu:
Pasar kelas I, sebanyak dua buah yaitu Pasar Tarutung dan Pasar
Pasar kelas II, terdiri dari enam buah;
Pasar kelas III, terdiri dari dua buah.
Tabel 5.1 Arahan RTRW Kabupaten Tapanuli Utara untuk Bidang Cipta Karya
Arahan Pola Ruang Arahan Struktur Ruang
(1) (2)
Rencana Pola Ruang menggambarkan letak dan luasan dari kegiatan-kegiatan budidaya dan lindung. Rencana Pola Ruang terbagi atas kawasan lindung dan kawasan budidaya.
1. Kawasan Lindung Batang Toru seluas 124.964,44 ha. Kawasan Hutan Lindung Batang Toru berada di Kecamatan Pahae Julu, Pahae Jae, Purbatua, Simangumban, Adian Koting dan Pangaribuan.
2. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi. Untuk luasan kawasan budidaya hutan produksi terbatas yakni sekitar 106.318,97 Ha. Termasuk kawasan hutan produksi terbatas di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara yakni Sipahutar, Garoga, Pangaribuan, Tarutung, Siatas Barita, Pahae Julu, Adian Koting, Sipoholon, dan Parmonangan. Sedangkan untuk luasan kawasan hutan produksi tetap yakni sekitar 114.998,92 Ha. Termasuk kawasan hutan produksi tetap di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara yakni Pagaran, Parmonangan, Sipoholon, Adian Koting dan Tarutung.
3. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan dibawahnya, berada pada ketinggian di atas 1.000 mdpl dengan
4. Kawasan Rawan Bencana Alam. Kecamatan-kecamatan yang termasuk dalam kawasan rawan longsor adalah: Sipahutar, Pagaran, Parmonangan, Sipoholon, Tarutung, Siatas Barita, Adian Koting, Pahae Julu, Pahae Jae,
Struktur kota di Kabupaten Tapanuli Utara dibentuk oleh jaringan jalan, namun bentuk Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan entitas danau, pulau dan daratan maka moda transportasi yang tersedia tidak hanya prasarana transportasi darat namun juga prasarana transportasi danau, sehingga prasarana simpul transportasi memiliki peran yang sangat penting. Arahan pengembangan Kabupaten Tapanuli Utara sebagai pusat pariwisata, jasa dan pengolahan hasil pertambangan, energi listrik, pertanian yang ditetapkan dalam arahan penataan ruang Provinsi Sumatera Utara.
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata ruang wilayah kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan transportasi. Pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara terdiri atas:
a. Rencana Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara
1. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp), PKWp ditetapkan di Tarutung yang juga merupakan ibukota Kabupaten Tapanuli Utara dengan daerah pelayanannya seluruh wilyah Kabupaten Tapanuli Utara.
2. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKL), PKL Pelayanan Primer II ditetapkan di Kecamatan Siborong-borong.
3. Pusat Kegiatan Kecamatan (PKK) Pusat Kegiatan Pelayanan Sekunder (Pendukung Pusat Kegiatan Pelayanan Primer I dan II).PKK ditetapkan di Kecamatan Pangaribuan dan Kecamatan Pahae Jae.