• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 5 - 1 - DOCRPIJM bbf38a3d7d BAB V5. BAB 5 KETERPADUAN STRATEGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Bab 5 - 1 - DOCRPIJM bbf38a3d7d BAB V5. BAB 5 KETERPADUAN STRATEGI"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

5.1. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tapanuli

Utara

Kabupaten Tapanuli Utara memiliki sektor pertanian sebagai andalan

perekonomian rakyat yang didukung oleh sektor industri pariwisata,

agroindustri, pertambangan dan energi serta meningkatkan sektor pendidikan

dan kesehatan guna menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan

handal serta demikian juga dengan pembangunan infrastruktur adalah dasar

untuk mewujudkan kemakmuran masyarakat dengan visi:

”Terwujudnya Penataan Ruang Kabupaten Tapanuli Utara berbasis pertanian dan agroindustri yang didukung sektor pariwisata,

pertambangan dan energi yang produktif, efisien, aman dan nyaman

dengan memperhatikan pemerataan pembangunan wilayah, mitigasi

bencana serta pembangunan yang berkelanjutan”.

Kabupaten Tapanuli Utara sebagai kabupaten yang memiliki hasil sumber daya

alam yang melimpah membuat kabupaten Tapanuli Utara tidak boleh

dipandang sebelah mata. Sebagai salah satu kawasan andalan Tapanuli dan

sekitarnya serta kawasan strategis Danau Toba dan sekitarnya yang dimuat

dalam Rencana Tata Ruang Nasional, membuat Kabupaten Tapanuli Utara

menjadi kabupaten yang mengalami perkembangan dengan cepat.

Di dalam Rencana Tata Ruang Provinsi Sumatera Utara juga dimuat bahwa

Kabupaten Tapanuli Utara diarahkan sebagai Kawasan pertanian tanaman

pangan, pengolahan hasil hutan, Pengolahan Hasil perkebunan, kawasan

lindung dan juga sebagai kawasan rawan bencana gempa bumi. Dengan

BAB

V

PENGEMBANGAN KABUPATEN

KETERPADUAN STRATEGI

(2)

mempertimbangkan kompleksitas permasalahan dan untuk menjawab berbagai

issu pembangunan yang berkembang di Kabupaten Tapanuli Utara, maka

diformulasikan tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Tapanuli Utara

2012-2032 adalah:

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dirumuskan kebijakan-kebijakan yang

akan dilaksanakan, yaitu:

1. Peningkatan aksesibilitas dan pemerataan pelayanan sosial ekonomi dan

budaya ke seluruh wilayah pengembangan.

Untuk mencapai kebijakan tersebut strategi yang akan ditempuh, yaitu:

a. Membangun dan meningkatkan kualitas jaringan pergerakan

transportasi darat ke setiap bagian wilayah pengembangan;

b. Membangun dan mengembangkan potensi pembangkit energi dengan

memanfaatkan sumber energi yang tersedia serta memperluas jaringan

energi untuk kebutuhan pembangunan wilayah;

c. Menyediakan fasilitas pelayanan sosial ekonomi (kesehatan, pendidikan,

air bersih, pasar, telekomunikasi, energi listrik, pemerintahan, dan lain

sebagainya);

d. Mengembangkan dan melestarikan serta mempromosikan berbagai

potensi alam, budaya dan sejarah yang merupakan asset dalam

mendukung pengembangan sektor pariwisata.

2. Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian lingkungan hidup, serta

penanggulangan resiko bencana alam.

Untuk mencapai kebijakan tersebut maka strategi yang akan ditempuh,

yaitu:

a. Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah

menurun kualitasnya;

b. Mengembangkan energi alternatif;

c. Mencegah perusakan lingkungan hidup lebih lanjut melalui penerapan

instrumen pengendalian pemanfaatan ruang secara sistematis;

d. Mengoptimasikan pemanfaatan sumber daya alam untuk menjaga

(3)

3. Pelaksanaan optimalisasi pemanfaatan ruang kawasan budidaya sesuai

dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Untuk mencapai kebijakan tersebut maka strategi yang akan ditempuh,

yaitu:

a. Menerapkan konsep intensifikasi lahan pertanian irigasi teknis untuk

meningkatkan hasil produksi;

b. Mengoptimalkan pemanfaatan lahan-lahan tidur untuk kegiatan

produktif;

c. Mengembangkan kawasan budidaya pertanian dengan konsep

ekstensifikasi sesuai dengan kemampuan dan kesesuaian lahannya.

4. Peningkatan produktifitas sektor-sektor unggulan sesuai dengan daya

dukung lahan.

Untuk mencapai kebijakan tersebut strategi yang akan ditempuh, yaitu:

a. Membangun dan memperluas jaringan irigasi dan mempertahankan

pertanian irigasi teknis;

b. Melakukan intensifikasi lahan pertanian dan perkebunan untuk

mendukung pengembangan sektor sekunder;

c. Meningkatkan produktifitas subsektor peternakan dan perikanan

(minapolitan);

d. Mengembangkan kawasan agropolitan untuk meningkatkan

perekonomian masyarakat.

5. Peningkatan Ekonomi Masyarakat berbasis sumber daya alam.

Untuk mencapai kebijakan tersebut strategi yang akan ditempuh, yaitu:

a. Mengembangkan sektor pariwisata dengan tetap menjaga kelestarian

sumber daya alam;

b. Mendirikan industri pengolahan hasil pertanian dan perkebunan pada

lokasi-lokasi produksi;

c. Membudidayakan peternakan hewan besar dan kecil pada kawasan

bukan perkotaan;

d. Mengembangkan perikanan darat pada daerah yang dekat dengan

(4)

e. Mengeksploitasi daerah-daerah penghasil barang tambang dengan

memperhatikan dampak lingkungan;

f. Membangun sarana dan prasarana pada kantong-kantong produksi dan

lokasi wisata.

6. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan

Untuk mencapai kebijakan tersebut strategi yang akan ditempuh, yaitu:

a. Menetapkan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus

pertahanan dan keamanan;

b. Mengembangkan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar

kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan

keamanan;

c. Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak

terbangun di sekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga

yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan kawasan budidaya

terbangun;

d. Turut serta memelihara dan menjaga aset-aset Pertahanan/TNI.

5.1.1. Arahan Pengembangan Pola Ruang Kabupaten Tapanuli Utara

Pemanfaatan ruang merupakan kegiatan memanfaatkan sumberdaya yang

tersedia pada ruang yang bersangkutan dengan sifat yang dinamis. Namun

dinamika perubahan pemanfaatan ruang tidak selalu mengarah pada optimasi

pemanfaatan sumberdaya yang ada, hal ini terutama disebabkan oleh terus

meningkatnya kebutuhan akan ruang sejalan dengan perkembangan kegiatan

budidaya sementara keberadaan ruang bersifat terbatas.

Dalam menyeimbangkan kebutuhan dan ketersediaan akan lahan menuju

kondisi optimal, maka perencanaan pemanfaatan ruang dilakukan melalui

pendekatan komprehensif yang memadukan pendekatan sektoral dan

pendekatan ruang. Dalam hal ini perencanaan tata ruang merupakan upaya

(5)

menunjang serta untuk mengatasi konflik berbagai kepentingan dalam

pemanfaatan ruang.

Arahan pengembangan dan pola pemanfaatan ruang Kabupaten Tapanuli Utara

merupakan pedoman bagi penggunaan ruang di Kabupaten Tapanuli Utara

yang didasari pada prinsip pemanfaatan sumberdaya alam berasaskan

keseimbangan lingkungan dan pembangunan yang berkelanjutan. Arahan ini

diharapkan dapat menciptakan pertumbuhan dan perkembangan antar kegiatan

bagian wilayah Kabupaten Tapanuli Utara yang lebih berimbang dan

proporsional tanpa mengganggu kelestarian.

Prinsip dasar perencanaan pemanfaatan ruang adalah penetapan kawasan

lindung dan kawasan budidaya sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang

Nomor 26 Tahun 2007, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2008, dan

Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990. Batasan mengenai kawasan lindung

dan budidaya adalah sebagai berikut:

 Kawasan lindung adalah kawasan yang berfungsi utama melindungi

kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya

buatan, nilai sejarah dan budaya bangsa untuk kepentingan pembangunan

yang berkelanjutan.

 Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama

untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam,

sumberdaya buatan, dan sumberdaya manusia.

Pengelolaan kawasan-kawasan tersebut harus disertai dengan perencanaan,

pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatannya. Untuk menuju

perkembangan wilayah yang berkelanjutan, maka tahap pertama yang

dilakukan adalah melakukan penetapan kawasan lindung, selanjutnya

pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya diarahkan berdasarkan sifat-sifat

kegiatan yang akan ditampung, potensi pengembangan, dan kesesuaian lahan.

Secara umum kegiatan budidaya terbagi dalam 2 (dua) bagian besar, yaitu

kawasan perdesaan dan perkotaan. Kawasan perkotaan menampung

(6)

kegiatan pelayanan yang lainnya. Kegiatan perdesaan merupakan kawasan

transisi antara kawasan berfungsi lindung dan kawasan perkotaan. Kegiatan

yang termasuk dalam kawasan perdesaan adalah hutan produksi, pertanian

lahan basah/kering, perkebunan, peternakan, perikanan, dan permukiman

perdesaan sebagai kawasan penyangga bagi kawasan lindung. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada gambar peta 3.2 Rencana Pola Ruang Kabupaten

Tapanuli Utara Tahun 2012–2032.

1. Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah kawasan yang berfungsi utama melindungi

kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam,

sumberdaya buatan, nilai sejarah dan budaya bangsa untuk kepentingan

yang berkelanjutan.

Dalam pelaksanaan pengelolaan kawasan lindung ini dilakukan berdasarkan

Keputusan Presiden Republik Indonesia (KEPPRES) Nomor 32 Tahun 1990

tentang Penetapan Kawasan Lindung, maka wilayah Kabupaten Tapanuli

Utara mengacu pada Keppres ini, dimana prioritas penekanan kawasan

dengan acuan utama untuk kawasan-kawasan berfungsi hutan lindung

dengan persyaratan sebagai berikut:

1. Kemiringan > 40%

2. Ketinggian > 2.000 m dpl

3. Nilai skor (total) yang dihasilkan untuk kemiringan, curah hujan, dan

kepekaan tanah > 175.

Pengelolaan kawasan lindung bertujuan untuk mencegah terjadinya

kerusakan fungsi lingkungan hidup dan melestarikan fungsi lindung pada

kawasan lindung. Sasaran dari pengelolaan kawasan lindung di Kabupaten

Tapanuli Utara adalah:

1. Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan, dan

(7)

2. Mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa, tipe ekosistem,

dan keunikan alam.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang dan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang

Nasional maka yang dimaksud kawasan lindung adalah kawasan yang

ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup

yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan guna

kepentingan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan

lingkungan. Beberapa upaya yang dapat direkomendasikan untuk dilakukan

bagi aparat pemda dan pihak lain yang terkait di Kabupaten Tapanuli Utara

diantaranya adalah:

1. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian

kawasan lindung di Kabupaten Tapanuli Utara melalui seminar dan

diskusi;

2. Mendukung penyusunan rancangan undang-undang yang konstruktif

yang dapat mendukung pelestarian dan pemanfaatan Wilayah

Kabupaten Tapanuli Utara secara lestari;

3. Mengembangkan dukungan secara meluas melalui jaringan kerja sama

dengan pemimpin informal, dan media;

4. Menyelesaikan konflik antar pihak terkait dan mengurangi gangguan

terhadap daerah tangkapan air, koridor satwa liar atau mungkin harus

dibangun untuk kelangsungan hidup populasi fauna yang terancam

punah;

5. Mendukung peningkatan penegakan hukurn yang lebih baik;

6. Berpartisipasi dalam pelaksanaan rencana tata ruang lokal dan regional

agar rencana tersebut mencakup upaya pelestarian Kabupaten Tapanuli

Utara;

7. Merehabilitasi daerah-daerah yang terdegradasi melalui program hutan

kemasyarakatan. Program ini termasuk penanaman pohon dan spesies

non kayu seperti bambu dan rotan;

8. Mendukung upaya penyelamatan jasa ekologi bagi kepentingan

(8)

2. Kawasan Hutan Lindung

Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas

yang mampu memberikan keadaan kawasan sekitarnya maupun

bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta

pemeliharaan kesuburan tanah. Perlindungan terhadap kawasan hutan

lindungo dilakukan untuk mencegah terjadinya erosi, banjir, sedimentasi,

dan menjaga fungsi hidrologi untuk menjamin ketersediaan unsur hara

tanah, air tanah, dan air permukaan.

Pengembangan kawasan hutan lindung, akan dilakukan melalui upaya

yakni, mengendalikan perambahan hutan dan alih fungsi hutan yang

berfungsi lindung oleh kegiatan budidaya yang mengganggu fungsi lindung

hutan yang bersangkutan. Untuk itu kawasan hutan berfungsi lindung yang

belum mengalami perambahan akan dipertahankan dan kawasan lindung

yang telah dirambah akan dikembalikan fungsinya dan ditetapkan kembali

statusnya sebagai hutan berfungsi lindung, terutama untuk Kawasan Hutan

Lindung Batang Toru dengan luas 124.964, 44 Ha. Kawasan Hutan Lindung

Batang Toru berada di Kecamatan Pahae Julu, Pahae Jae, Purbatua,

Simangumban, Adian Koting dan Pangaribuan.

Dalam penetapan status, kriteria yang dipergunakan adalah sejauh

mungkin mempertahankan fungsi lindung dari kawasan hutan yang

bersangkutan. Pada tahap tertentu, apabila tidak memungkinkan

memulihkan fungsi lindung dari kawasan hutan yang bersangkutan,

dilakukan konversi untuk penggunaan lainnya, namun dengan terlebih

dahulu mengkaji dampak yang ditimbulkannya.

3. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan

Bawahannya

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan dibawahnya,

terutama yang berkaitan dengan fungsi hidrologis untuk pencegahan

(9)

ketersediaan air. Kawasan ini berada pada ketinggian di atas 1.000 mdpl

dengan kemiringan lebih dari 40%, bercurah hujan tinggi, atau mampu

meresapkan air kedalam tanah. Termasuk dalam kawasan ini adalah

Kawasan Hutan Lindung Batang Toru secara keseluruhan.

4. Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan perlindungan setempat yang berfungsi melindungi komponen

lingkungan tertentu dan kegiatan budidaya. Fungsi ini berlaku secara

setempat di sempadan sungai, sempadan pantai/danau, estuaria, sekitar

mata air, dan sekitar waduk/danau untuk melindungi kerusakan fisik

setempat, seperti: sempadan sungai Sigeon, dan kawasan sempadan

Danau Toba Kecamatan Muara.

5. Kawasan Rawan Bencana Alam

Kabupaten Tapanuli Utara sangat rentan terhadap bahaya rawan bencana

longsor dan gempa bumi. Terdapat beberapa kecamatan yang

teridentifikasi sangat rawan terhadap potensi bencana alam longsor

tersebut. Kecamatan-kecamatan yang termasuk dalam kawasan rawan

longsor adalah ; Sipahutar, Pagaran, Parmonangan, Sipoholon, Tarutung,

Siatas Barita, Adian Koting, Pahae Julu, Pahae Jae, Purbatua,

Simangumban, Pangribuan dan Garoga. Sedangkan untuk kawasan rawan

bencana gempa bumi jika ditinjau dari aspek geologisnya, bahwasanya

wilayah Kabupaten Tapanuli Utara berada di jalur sesar Sumatera atau

sesar Semangko tepatnya Patahan Toru. Berdasarkan aspek tersebut,

maka wilayah Kabupaten Tapanuli Utara terindikasi sangat rawan terhadap

bencana gempa bumi.

6. Kawasan Budi Daya

Arahan pola ruang untuk kegiatan budidaya mencakup arahan

pemanfaatan kawasan hutan, kawasan pertanian, serta kawasan

(10)

terhadap potensi pengembangan budidaya tertentu. Pemanfaatan kawasan

budidaya direncanakan sesuai dengan upaya desentralisasi ruang bagi

pengembangan wilayah dan potensi lokal, baik sektor primer, sekunder,

maupun tersier. Berdasarkan kecenderungan perkembangan hingga tahun

2009, sektor primer dan tersier merupakan sektor ekonomi yang prima di

Kabupaten Tapanuli Utara sesuai dengan potensi wilayah yang dimiliki.

7. Kawasan Peruntukan Pertanian dan Perkebunan

Berdasarkan hasil kesesuaian lahan yang merupakan hasil penilaian

terhadap kemampuan daya dukung lahan terhadap penggunaan lahan

tertentu bila kegiatan atau penggunaan lahan yang dikembangkan tersebut

memiliki produktifitas optimal dengan input yang minimal. Secara umum

kesesuaian lahan untuk peruntukan pertanian dan perkebunan di wilayah

Kabupaten Tapanuli Utara dibagi kedalam 4 (empat) kategori, yaitu:

a. Peruntukan pertanian lahan basah.

Kawasan pertanian lahan basah adalah kawasan yang berfungsi sebagai

tempat pengusahaan tanaman padi atau tanaman lahan basah lainnya

guna menghasilkan bahan pangan, baik untuk kebutuhan sendiri

maupun untuk dijual. Penggunaan jenis tanaman lain selain padi

diperkenankan apabila air tidak mencukupi atau dengan pertimbangan

pencapaian target produktivitas optimal melalui tanaman selingan

seperti palawija. Pola tanam yang diterapkan adalah sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan masyarakat setempat.

Lahan budidaya pertanian lahan basah di wilayah Kabupaten Tapanuli

Utara, dapat ditemui pada setiap kecamatan-kecamatan dengan luasan

yang berbeda-beda. Luasan lahan peruntukan pertanian lahan basah di

wilayah Kabupaten Tapanuli Utara sekitar 13.594,80 Ha.

b. Peruntukan pertanian lahan kering

Jenis tanaman yang diusahakan adalah tanaman semusim antara lain

(11)

pertanian lahan kering cenderung berdekatan dengan hutan lindung dan

kawasan resapan air, maka pola pengusahaannya harus sejalan dengan

ketentuan-ketentuan konservasi yang ditetapkan baik oleh pemerintah

maupun masyarakat.

Pada kawasan ini selain untuk kegiatan pertanian lahan kering, juga

diperkenankan mengusahakan tanaman keras yang sesuai dengan

syarat tumbuh tanaman, dan apabila memenuhi syarat dapat diberikan

Hak Guna Usaha (HGU). Selain itu, pada kawasan ini dapat

dikembangkan kegiatan produksi lainnya selama tidak merusak fungsi

ekosistem wilayah atau menurunkan daya dukung kawasan. Kawasan

pertanian lahan kering ini dapat diubah fungsinya menjadi kawasan

pertanian lahan basah dengan memperhatikan fisik wilayah dan rencana

pengembangan jaringan irigasi.

Lahan budidaya pertanian lahan kering di wilayah Kabupaten Tapanuli

Utara, dapat ditemui pada setiap kecamatan-kecamatan dengan luasan

yang berbeda-beda. Luasan lahan peruntukan pertanian lahan kering di

wilayah Kabupaten Tapanuli Utara sekitar 65.775,99 Ha.

c. Peruntukan hortikultura

Lahan budidaya hortikultura di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, dapat

ditemui pada setiap kecamatan-kecamatan dengan luasan yang

berbeda-beda. Luasan lahan peruntukan pertanian lahan kering di

wilayah Kabupaten Tapanuli Utara sekitar 35.396,97 Ha.

d. Peruntukan perkebunan

Lahan budidaya perkebunan di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, dapat

ditemui pada setiap kecamatan-kecamatan dengan luasan yang

berbeda-beda. Luasan lahan peruntukan pertanian lahan kering di

(12)

8. Kawasan Peruntukan Perikanan

Pemanfaatan ruang untuk kawasan perikanan baik di darat maupun di laut

berdasarkan kriteria sebagai berikut:

a. Kawasan dengan kelerengan <8%;

b. Persediaan air cukup;

c. Memperhatikan kondisi eksisting dan kecenderungan perkembangan

perikanan serta kebutuhan lahan untuk dapat menyerap tenaga kerja

optimal.

Sektor perikanan di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara berpotensi untuk

pengembangan budidaya perikanan air tawar, yang meliputi kolam dan

perairan umum. Kegiatan-kegiatan yang ada pada budidaya perikanan

yakni ; kolam air tenang, kolam sawah/palawija/minapadi, kolam air deras,

keramba jaring apung serta pembenihan.

Arahan pola pemanfaatan ruang bagi kawasan perikanan dari potensi

kegiatan-kegiatannya serta mengikuti arahan kawasan minapolitan, maka

wilayah kecamatan-kecamatan yang memiliki potensi pengembangan

budidaya, baik usaha pembenihan ikan, pendederan ikan maupun

pembesaran ikan melalui polikultur, monikultur atau tumpang sari, yakni

Tarutung (sebagai minapolis), Sipoholon, Siatas Barita, Pahae Jae,

Siborong-borong, Purbatua dan Muara (hinterland minapolis) seluas

kuranglebih 4570 Ha. Dalam pengembangan budidaya perikanan

khususnya untuk kegiatan budidaya ikan melalui Keramba Jaring Apung

(KJA) yang terdapat di Kecamatan Muara perlu diberikan perhatian yang

sangat khusus, agar dapat menjaga ekosistem lingkungan sekitar kawasan

Danau Toba.

9. Kawasan Peruntukan Peternakan

Kawasan peternakan adalah kawasan yang fungsi utamanya diperuntukkan

bagi kegiatan peternakan dan segala kegiatan penunjangnya. Tujuan

(13)

untuk kegiatan peternakan dalam menghasilkan produksi peternakan

seperti ternak dan hasil ternak lainnya dengan tetap memperhatikan

kelestarian lingkungan. Kawasan ini merupakan kawasan padang rumput

atau semak belukar cukup luas (minimum dua hektar), yang diperuntukkan

bagi melepaskan dan sekaligus memelihara ternak. Lokasi untuk kawasan

peternakan diutamakan pada tanah yang tidak produktif dan terpisah dari

lahan pertanian penduduk sekitarnya. Kawasan peternakan di Kabupaten

Tapanuli Utara yang dapat dikembangkan terdiri dari Kawasan

Pengembangan ternak besar ditetapkan di Kecamatan Siborong-borong,

Muara, Parmonangan, Pagaran, Sipoholon, Garoga Pangaribuan, Sipahutar,

Tarutung dan Siatas Barita. Pengembangan Ternak kecil dan unggas

dikembangkan pada 15 kecamatan yang ada di Tapanuli Utara dengan

pengembangan dalam luasan dan jumlah yang tidak terlalu besar, baik itu

untuk ternak besar, ternak kecil maupun ternak unggas.

10. Kawasan Peruntukan Industri

Pengembangan kawasan industri kecil, terutama industri pengolahan hasil

pertanian diarahkan pada lokasi-lokasi di dekat sentra-sentra penghasil

sumberdaya, yakni hanya terspesialisasi di Kecamatan Tarutung, Siatas

Barita, Simangumban dan terutama di Siborong-borong. Kecamatan

Siborong-borong dengan keberadaannya yang sangat strategis pada jalan

nasional, serta memiliki bandar udara sehingga memungkinkan

pengembangan industri pengolahan mengingat kemudahan akses keluar

masuk kecamatan.

11. Kawasan Peruntukan Pariwisata

Pengembangan pariwisata Kabupaten Tapanuli Utara diarahkan pada

pengembangan pariwisata alam, agama, budaya dan sejarah.

Pengembangan wisata alam seperti Panorama Alam Hutaginjang dan

Pantai Muara di Kecamatan Muara, wisata alam pemandian air soda

(14)

Kecamatan Sipoholon, wisata agama (rohani) Salib Kasih di Kecamatan

Siatas Barita, wisata agama (rohani) Gereja Dame dan Onan Sitahuru di

Kecamatan Tarutung, wisata agama (rohani) Munson dan Lyman di

Kecamatan Adiankoting, wisata budaya/sejarah Gua Natumandi di

Kecamatan Tarutung, wisata budaya/sejarah di Desa Doloksanggul

Kecamatan Simangumban.

12. Kawasan Peruntukan Permukiman

Kawasan peruntukan permukiman di Kabupaten Tapanuli Utara akan

dikembangkan pada kawasan-kawasan yang berada di luar kawasan yang

ditetapkan sebagai kawasan lindung, kawasan hutan dan kawasan rawan

bencana. Kawasan tersebut juga memiliki akses menuju pusat kegiatan

masyarakat di luar kawasan serta memiliki kelengkapan prasarana, sarana,

dan utilitas pendukung. Rencana pengembangan permukiman dari tingkat

kepadatannya akan diklasifikasikan sebagai berikut:

 Kawasan permukiman berkepadatan tinggi akan diarahkan di Kecamatan

Tarutung, Siborong-borong, Pangaribuan, Sipoholon, dan Sipahutar;

 Kawasan permukiman berkepadatan sedang akan diarahkan di

Kecamatan Pagaran, Garoga, Adian Koting, Muara dan Parmonangan;

 Kawasan permukiman berkepadatan rendah akan diarahkan di

Kecamatan Siatas Barita, Pahae Julu, Pahae Jae, Purbatua, dan

Simangumban.

A. Peruntukan Permukiman Perkotaan

Kawasan permukiman perkotaan dikembangkan pada daerah pusat-pusat

pelayanan, yaitu pada setiap ibukota kecamatan. Pengembangan kawasan

permukiman perkotaan utama akan direncanakan pada Tarutung dan

Siborong-borong. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan tersebut

dilakukan dengan meningkatkan fasilitas-fasilitas pelayanan yang

seharusnya ditempatkan sesuai dengan fungsi kotanya, seperti fasilitas

(15)

dan lain sebagainya. Tujuan dari pengembangan kawasan perkotaan

adalah:

1. Memeratakan penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yang

memadai untuk menunjang berbagai aktifitas penduduk di perkotaan

sesuai dengan skala pelayanannya;

2. Mempercepat terbentuknya struktur ruang sesuai Rencana Struktur

Ruang Kabupaten Tapanuli Utara;

3. Mendistribusikan perkembangan di setiap wilayah Kabupaten Tapanuli

Utara dan berfungsi memperkuat setiap wilayah sesuai dengan potensi

dan kendalanya;

4. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dikembangkan sebagai pusat pengumpul,

pengolahan hasil pertanian rakyat/industri kecil dan menengah di

wilayah sekitarnya dengan dukungan sarana dan prasarana yang

memadai.

B. Peruntukan Permukiman Perdesaan

Pengembangan kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Tapanuli

Utara diarahkan pada pengembangan Kawasan Terpilih Pusat

Pengembangan Desa (KTP2D) dan Pengembangan Kawasan Agropolitan.

Kawasan permukiman pedesaan juga dikembangkan dengan melengkapi

fasilitas yang diperlukan sebagai syarat suatu permukiman perdesaan yang

baik.

Pembangunan Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D)

merupakan pendekatan pembangunan kawasan perdesaan dengan cara

mengembangkan potensi unggulannya, yaitu suatu sumber daya dominan

baik yang belum diolah (eksplor) maupun sumber daya yang tersembunyi

berupa sumber daya alam, sumber daya buatan ataupun sumber daya

manusia yang difokuskan pada kemandirian masyarakat, yaitu

pemberdayaan masyarakat, ekonomi dan pendayagunaan prasarana dan

sarana permukiman. Pengembangan kawasan perdesaan akan dilakukan

(16)

a) Mengembangkan kawasan permukiman pedesaan dengan dilengkapi

oleh fasilitas permukiman perdesaan.

b)Mengembangkan pertanian lahan basah rakyat terutama dibeberapa

kecamatan yang memiliki kontribusi yang cukup besar dalam produksi

padi antara lain di Kecamatan Pahae Jae, Garoga, Pagaran,

Pangaribuan, Siatas Barita, Tarutung, Adian Koting, Purbatua,

Simangumban, dan Pahae Julu. Untuk mempertahankan sektor

pertanian lahan basah sebagai sektor basis, maka perlu dilakukan

langkah untuk semakin meningkatkan produktifitas, antara lain:

 Perbaikan sistem irigasi, yaitu meningkatkan kemampuan mengairi

sawah dari 1x masa tanam per tahun menjadi 2x masa tanam per

tahun.

 Memulihkan kawasan tangkapan air (catchment area) pada DAS,

sehingga dapat menjaga ketersediaan air untuk kebutuhan irigasi.

c) Melanjutkan dan meningkatkan usaha diversifikasi dan intensifikasi

secara terpadu, serasi dan merata sesuai dengan kondisi air, iklim, dan

tetap memelihara kemampuan kelestarian sumberdaya alam dan

lingkungan.

d)Mengembangkan pertanian lahan kering terutama untuk komoditi

dengan produktifitas tinggi, berfungsi sebagai bahan baku industri

sekunder serta komoditi yang berorientasi ekspor. Untuk sektor

pertanian lahan kering, strategi yang dilakukan untuk mempertahankan

dan meningkatkan produktifitas yang telah dicapai, adalah melalui:

 Mempertahankan luas lahan kering yang ada serta melakukan

ekstensifikasi;

 kedaerah yang masih memungkinkan.

 Diversifikasi tanaman, terutama komoditi buah-buahan yang

bertujuan untuk mendukung pengembangan sektor sekunder seperti

industri bahan pangan yang menggunakan buah-buahan sebagai

(17)

 Menciptakan keterkaitan antara kegiatan pertanian dengan sektor

pengolahannya, sehingga meningkatkan produksi pertanian untuk

mendukung sektor sekunder yang bersangkutan.

e) Mengembangkan perkebunan pada wilayah yang mempunyai tingkat

produktifitas tinggi, mendukung pengembangan sektor industri

sekunder, dan komoditi yang berorientasi ekspor, dengan tetap

memperhatikan kelestarian lingkungannya. Salah satu komoditi yang

merupakan andalan Kabupaten Tapanuli Utara adalah hasil perkebunan,

sehingga untuk dapat mempertahankan produktifitas yang ada, perlu

dilakukan langkah-langkah antara lain:

 Mempertahankan luas dan lokasi lahan perkebunan yang ada, serta

dilakukan pengembangan pada lokasi yang masih memungkinkan;

 Upaya peningkatan produktifitas perkebunan dengan cara

agroforestry dan melakukan pemilihan komoditas yang lebih

komersial;

 Penanganan pasca panen yang lebih baik, dengan melakukan kontrol

kualitas produksi dan memperbaiki manajemen pemasaran sehingga

akan memperluas pasar komoditas perkebunan;

 Pengelolaan kawasan perkebunan secara terbuka, sehingga

diharapkan dapat menarik kegiatan pariwisata;

 Menciptakan keterkaitan antara perkebunan rakyat dengan sektor

sekunder pengolahannya.

f) Mengembangkan sub-sektor perikanan terutama di kawasan minapolitan

yang berada di Kecamatan Tarutung (pusat kawasan minapolis), Pahae

Jae, Muara, Siborong-borong, Sipoholon dan Siatas Barita.

g)Pengembangan sub-sektor peternakan yang juga dapat diandalkan

sebagai salah satu sektor unggulan, diupayakan melalui:

 Pengembangan peternakan diarahkan sesuai lokasi pertanian

tanaman pangan lahan kering yang ada sehingga pengguna lahannya

(18)

 Memberikan pinjaman lunak kepada peternak yang memiliki modal

untuk memperluas usaha peternakannya. Pengelolaan pemasaran

secara lebih baik, terutama untuk pemasaran lokal dan ditingkatkan

untuk pasokan regional/nasional;

 Mengembangkan pola kemitraan dan pendampingan antara

pengusaha swasta dengan peternakan rakyat;

 Mengembangkan kawasan-kawasan perdesaan berbasis agribisnis

sesuai dengan potensi masing-masing kawasan untuk mengurangi

kesenjangan desa-kota (perimbangan pembangunan). Untuk itu akan

dilakukan perbaikan tingkat aksesibilitas ke wilayah perdesaan untuk

mendukung pamasaran produksi perdesaan baik di sektor primer

maupun sekunder, yaitu melalui pembangunan feeder-road yang

menjadi prasarana perhubungan kawasan perdesaan dengan akses

yang lebih tinggi. Upaya lain adalah melalui Pembangunan industri

pengolahan berskala lokal yang merupakan sektor hilir untuk

penambahan nilai hasil produksi setempat yang potensial sebagai

bahan baku.

13. Kawasan Peruntukan Lainnya

Rencana Kawasan peruntukan lainnya yang akan direncanakan di

Kabupaten Tapanuli Utara adalah kawasan jalur evakuasi dan lokasi

evakuasi bencana. Dari sub bab sebelumnya telah di terangkan bahwa

terdapat beberapa kecamatan yang teridentifikasi sangat rawan terhadap

potensi bencana alam longsor tersebut. Kecamatan-kecamatan yang

termasuk dalam kawasan rawan longsor adalah: Sipahutar, Pagaran,

Parmonangan, Sipoholon, Tarutung, Siatas Barita, Adian Koting, Pahae

Julu, Pahae Jae, Purbatua, Simangumban, Pangribuan dan Garoga.

Sedangkan untuk kawasan rawan bencana gempa bumi jika ditinjau dari

aspek geologisnya, bahwasanya wilayah Kabupaten Tapanuli Utara berada

di jalur sesar Sumatera atau sesar Semangko tepatnya Patahan Toru.

(19)

terindikasi sangat rawan terhadap bencana gempa bumi. Maka untuk

rencana kawasan budidaya perlu direncanakan jalur evakuasi bencana jika

tanah longsor atau gempa bumi melanda, jalur yang menjadi evakuasi

meliputi jalan arteri dan jalan kolektor yang dilalui pada daeah-daeah yang

termasuk daerah rawan bencana. Sedangkan lokasi evakuasi bencana

diarahkan pada lapangan terbuka seperti: stadion Lapangan Bola Tarutung

dan Lapangan sekitar Bandar Udara Silangit.

5.1.2. Arahan Pengembangan Struktur Ruang Kabupaten Tapanuli Utara

1. Rencana Sistem Pusat Pelayanan

Bentuk struktur ruang wilayah Kabupaten Tapanuli Utara terutama

berdasarkan fungsi pelayanan/hirarki kota dan jaringan prasarana

transportasi. Alokasi komponen kegiatan perkotaan yang bersifat pelayanan

wilayah mendasari pengembangan struktur pemanfaatan ruang di

Kabupaten Tapanuli Utara. Beberapa komponen kegiatan primer yang

berpengaruh adalah kegiatan yang mempunyai jangkauan regional atau

lokal, meliputi wilayah pelayanan pengembangan di Kabupaten Tapanuli

Utara dan juga wilayah kabupaten sekitarnya di Provinsi Sumatera Utara,

maupun nasional. Termasuk dalam kegiatan primer antara lain

pemerintahan, kawasan industri, perdagangan dan jasa, transportasi, dan

kegiatan-kegiatan lainnya yang bersifat pelayanan wilayah di kabupaten

maupun provinsi.

Penentuan pusat pelayanan perkotaan di Kabupaten Tapanuli Utara

mempertimbangkan beberapa faktor yakni:

1. Jarak jangkauan pelayanan dan aksesibilitas;

2. Distribusi pelayanan agar pengembangan ekonomi wilayah menjadi

tersebar, dan

(20)

Berdasarkan ketiga faktor di atas tersebut, maka sistem pusat pelayanan

perkotaan wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara yang akan direncanakan

yakni sebagai berikut:

a) Sebagai Ibukota Kabupaten Tapanuli Utara perkembangan kawasan

perkotaannya sangat pesat. Maka sesuai dengan arahan RTRW Provinsi

Sumatera Utara, Kota Tarutung akan dipromosikan sebagai Pusat

Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp). Diharapkan pada revisi RTRW

berikutnya status Kota Tarutung akan ditingkatkan menjadi Pusat

Kegiatan Wilayah (PKW);

b)Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang berfungsi kawasan perkotaan yang

berfungsi sebagai pusat industri dan jasa serta simpul transportasi untuk

melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan yakni

ditetapkan Kota Siborong-borong;

c) Sedangkan Kota Pangaribuan dan Pahae Jae yang merupakan sebagai

Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), diharapkan juga dapat menjadi

pendukung terhadap kegiatan dari Pusat Kegiatan Lokal (PKL);

d)Dengan dikembangkannya dua Pusat Kegiatan Lokal (PKL) akan

mengubah dari satu pusat menjadi dua Pusat Kegiatan Lokal (PKL) serta

ditambah oleh Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)/pusat pelayanan

pendukung primer. Sehingga pembebanan pelayanan tidak sangat

terfokus pada kedua pusat primer yang direncanakan pada wilayah

Kabupaten Tapanuli Utara. Selain itu dengan adanya perluasan

pelayanan perkotaan, diharapkan bentuk dari pola pelayanan wilayah

Kabupaten Tapanuli Utara dapat semakin kompak dan memudahkan

dalam sistem pelayanan perkotaan. Dengan ditetapkannya Kota

Siborong-borong sebagai PKL maka Kota Tarutung akan diarahkan untuk

ditingkatkan status pelayanannya menjadi Pusat Kegiatan Wilayah

promosi (PKWp).

Adanya dua pusat utama serta pendukung ini dimaksudkan untuk lebih

mendorong perkembangan wilayah yang terutama ke arah timur dan

selatan, serta dalam upaya pemerataan pembangunan wilayah. Lebih

(21)

yang sangat tinggi terhadap inti pusat primer utama di Tarutung. Rencana

struktur fungsional pelayanan sistem perkotaan Kabupaten Tapanuli Utara

tahun 2012-2032.

2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Kabupaten Tapanuli Utara

A. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana

Transportasi

Pengembangan sistem jaringan transportasi Kabupaten Tapanuli Utara

direncanakan mampu meningkatkan akses pelayanan perkotaan dan

pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki

serta meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan

prasarana transportasi yang terpadu dan merata di seluruh wilayah

Kabupaten Tapanuli Utara. Strategi yang akan dilakukan untuk

meningkatkan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan

ekonomi wilayah tersebut antara lain dengan menjaga keterkaitan

antar kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, agar lebih

kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di

sekitarnya.

Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan

prasarana transportasi yang terpadu dan merata di seluruh wilayah

Kabupaten Tapanuli Utara ditempuh melalui upaya meningkatkan

kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan

transportasi darat, air, dan udara. Rencana pengembangan sistem

transportasi dalam hal ini mencakup rencana pengembangan sistem

jaringan transportasi darat, transportasi air dan udara.

Sistem Jaringan Jalan

Sistem jaringan jalan yang direncanakan di Kabupaten Tapanuli Utara

didasarkan dari rencana pengembangan jaringan jalan yang termuat

dalam Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN;

(22)

Nomor 630 tahun 2009 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan Dalam

Jaringan Jalan Primer Menurut Fungsinya Sebagai Jalan Arteri Dan

Jalan Kolektor 1; dan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 631

tahun 2009 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan Menurut Statusnya

Sebagai Jalan Nasional. Adapun rencana jaringan jalan di Kabupaten

Tapanuli Utara dibedakan menjadi:

a. Rencana Jalan bedasarkan Kewenangan

1) Jaringan Jalan Nasional

 Rencana pengembangan jaringan jalan bebas hambatan

pada ruas jalan Tebing Tinggi-Pematang

Siantar-Parapat-Tarutung-Sibolga (III/6) dengan tahapan waktu

pengembangan III (Berdasarkan RTRWN Nomor 26 Tahun

2008).

 Siborongborong - Bts. Kab. Tobasa.

 Kota Tarutung - Bts. Kab. Tapteng.

 Jalan. Sisingamangaraja (Tarutung).

 Jalan. Ke Sibolga (Tarutung).

 Jalan Kota Tarutung - Sipirok.

2) Jaringan Jalan Provinsi

 Jalan Siborong-borong - Pangaribuan;

 Jalan Pangaribuan - Garoga;

 Jalan Pangaribuan - Aek Humbang;

 Jalan Pahaejulu - Hutabolon; dan

 Jalan Pangaribuan - Tandosan (Kab. Tapsel).

3) Jalan Kabupaten

1. Simp. IV Hutabarat - Sipahutar

2. Tarutung - Harean

3. Aek Siansimun - Siandor-Andor 4. Tarutung - Simp. Seminarum 5. Sipahutar - Lumban Rihit 6. Sipoholon

(Seminarium)

- Rura Julu 7. Silangkitang - Huta Tinggi 8. Huta Tinggi - Parmonangan 9. Parmonangan - Huta Julu

(23)

11. Huta Tinggi - Butar

17. Sipahutar - Dolok Nagodang - Parlombuan (Bts.Tobasa)

18. Simorangkir - Simanampang 19. Sibingke - Laguboti

25. Sp.Sigala-Gala - Janji Maria (Bts Tobasa) 26. Simp.Bolon - Bulu Payung - Dolok Nauli (Bts

(24)

56. Simangumban - Panonggolan

64. Sitapongan - Parratusan (Bts Humbahas) 65. Sarulla - Tordolok Nauli - Onan Joro

74. Sp.Sibaganding - Simataniari - Hutajulu 75. Simp. Jl Neg - Panganan Lombu 76. Parsorminan - Batu Nadua 77. Sitapean - Pantis

78. Sigompulon - Simarpinggan 79. Banuaji - Siandor-Andor

(25)

101. Silangkitang - Sibadak I/II

102. Huta Baru - Lbn Hariara-Pangaloan 103. Sp Jln Negara - Panaharan

109. Onan Runggu - Silimabahal - Hutagurgur

110. Sigotom - Simanampang

111. Unte Mungkur - Batu Binumbun - Simatupang 112. Simp. Jl. Negara - Silalahi

113. Sigalingging - Sigumbang 114. Sinur Peternakan - Hariara 126. Sp. Sosunggulon - Sosunggulon 127. Sp. Jl Negara - Lbn.Situmorang 128. Sp. Jln. Negara - Partangga 129. Simorangkir - Talpe 130. Simorangkir - Enda Portibi 131. Sitabotabo - Butar

(26)

146. Sp. Lumban Biru - Lumban Biru

147. Parlombuan - Parpatikan - Nagasaribu 148. Sp. Ingul - Ingul

149. Sp. Silangkitang Perumnas

159. Simarsalaon- - Batu Arimo - Bts.Tapteng 160. Sp. Sihatandohan - Sihatandohan - Pokki 161. Simamora - Hasibuan - Sibaragas 168. Parsiburungan - Sitonong 169. Hutalama - Pansurnatolu

173. Sp.Paranginan - Hadataran - Parsosoran 174. Sp. Pamanuhan - Parmanuhan

175. Lumban Pinasa - Parsosoran - Gotting Salak 176. Sp. Transmigrasi - Transmigrasi

177. Parlombuan - Sidagal

178. Aek Tangga - Huta Gurgur - Parinsoran 179. Parinsoran - Lumban Bagasan

180. Simp. Iii Pearaja - Batu Mamak 181. Pancur Batu - Lobu Haminjon

182. Siantar Naipospos - Lobu Haminjon - Gomburan (Bts Tapteng)

183. Sp. Pagaran Lambung II

- Pagaran Lambung II 184. Sp. Hutaginjang - Gantole Hutaginjang 185. Sp.Aritonang - Gantole Aritonang 186. Sp. Simatupang - Aritonang

187. Hutaginjang - Sitanggor

188. Muara - Huta Nagodang

(27)

191. Lumban Simanjuntak - Huta Tobing 192. Dolok Saut - Batas Tapsel 193. Sigompulon - Simardangiang 194. Sp.Silando - Silando

195. Simarsalaon - Tumus-Hajoran 196. Sipultak - Sipultak Dolok

197. Sampagul - Desa Hutaraja - Parlombuan 198. Sp.Siomaoma - Siomaoma

199. Silantom Tonga - Silantom Jae 200. Sp.Karmel - Karmel 201. Sp.Simaninggir - Simaninggir

202. Sibandang - Sampuran - Sibandang 203. Keliling Pasar - Keliling Pasar

Sumbar: RTRW Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012-2032

b. Rencana Jalan Bedasarkan Fungsi

1) Jalan Arteri

 Jalan Siborong-borong - batas Kota Tarutung;

 Jalan Balige;

 Jalan By Pass;

 Jalan Sisingamangaraja;

 batas Kota Tarutung - batas. Kab. Tapanuli Selatan;

 Jalan Panjaitan (Tarutung);

 Jalan Raya Yohanes (Tarutung);dan

 Jalan Pahae (Tarutung).

2) Jalan Kolektor

Kolektor 1:

 Jalan Siborong-borong - Doloksanggul.

Kolektor 2:

 Jalan Siborong-borong - Pangaribuan;

 Jalan Pangaribuan - Garoga;

 Jalan Pangaribuan - Aek Humbang;

 Jalan Pahaejulu - Hutabolon;

(28)

Kolektor 3:

10. Ranggitgit - Simarigung (Bts Humbahas) 11. Huta Tinggi - Butar 18. Simorangkir - Simanampang

19. Sibingke - Laguboti

25. Sp.Sigala-Gala - Janji Maria (Bts Tobasa) 26. Simp.Bolon - Bulu Payung - Dolok Nauli

41. Parsingkaman - Parlobulobuan 42. Sitarealaman - Banuaji 43. Lapo Gambiri - Pancur Batu

(29)

45. Garoga - Rianiate 46. Sp.Aek Haidupan - Aek Haidupan

47. Aek Rangat - Sandaran - Hutatinggi 48. Hutatinggi - Samarigung (Bts Humbahas) 49. Sitanggor - Meat (Bts Tobsa) 56. Simangumban - Panonggolan 57. Lumban Julu - Huta Gurgur

64. Sitapongan - Parratusan (Bts Humbahas) 65. Sarulla - Tordolok Nauli - Onan Joro

74. Sp.Sibaganding - Simataniari - Hutajulu 75. Simp. Jl Neg - Panganan Lombu 76. Parsorminan - Batu Nadua

77. Sitapean - Pantis

(30)

90. Onan Runggu - Lbn. Rang - Lbn. Lobu 100. Silangkitang - Cekdam/Pansinaran 101. Silangkitang - Sibadak I/II

102. Huta Baru - Lbn Hariara-Pangaloan 103. Sp Jln Negara - Panaharan

109. Onan Runggu - Silimabahal - Hutagurgur

110. Sigotom - Simanampang

111. Unte Mungkur - Batu Binumbun - Simatupang 112. Simp. Jl. Negara - Silalahi

113. Sigalingging - Sigumbang 114. Sinur Peternakan - Hariara 126. Sp. Sosunggulon - Sosunggulon 127. Sp. Jl Negara - Lbn.Situmorang 128. Sp. Jln. Negara - Partangga 129. Simorangkir - Talpe 130. Simorangkir - Enda Portibi 131. Sitabotabo - Butar

(31)

135. Bulu Payung - Pagaran Padang - Pea Ombun

147. Parlombuan - Parpatikan - Nagasaribu 148. Sp. Ingul - Ingul

149. Sp. Silangkitang Perumnas

159. Simarsalaon- - Batu Arimo - Bts.Tapteng 160. Sp. Sihatandohan - Sihatandohan - Pokki 161. Simamora - Hasibuan - Sibaragas 168. Parsiburungan - Sitonong 169. Hutalama - Pansurnatolu

173. Sp.Paranginan - Hadataran - Parsosoran 174. Sp. Pamanuhan - Parmanuhan

175. Lumban Pinasa - Parsosoran - Gotting Salak 176. Sp. Transmigrasi - Transmigrasi

177. Parlombuan - Sidagal

(32)

180. Simp. Iii Pearaja - Batu Mamak 181. Pancur Batu - Lobu Haminjon

182. Siantar Naipospos - Lobu Haminjon - Gomburan (Bts Tapteng)

183. Sp. Pagaran Lambung II

- Pagaran Lambung II 184. Sp. Hutaginjang - Gantole Hutaginjang 185. Sp.Aritonang - Gantole Aritonang 186. Sp. Simatupang - Aritonang

187. Hutaginjang - Sitanggor

188. Muara - Huta Nagodang

189. Huta Gurgur - Sosor Tambissu 190. Simate-Mate - Aek Godang 191. Lumban Simanjuntak - Huta Tobing 192. Dolok Saut - Batas Tapsel 193. Sigompulon - Simardangiang 194. Sp.Silando - Silando

195. Simarsalaon - Tumus-Hajoran 196. Sipultak - Sipultak Dolok

197. Sampagul - Desa Hutaraja - Parlombuan 198. Sp.Siomaoma - Siomaoma

199. Silantom Tonga - Silantom Jae 200. Sp.Karmel - Karmel 201. Sp.Simaninggir - Simaninggir

202. Sibandang - Sampuran - Sibandang 203. Keliling Pasar - Keliling Pasar

Sumbar: RTRW Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012-2032

B. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumber

Daya Air

Di Kabupaten Tapanuli Utara terletak pada wilayah sungai (WS)

Sibundong Batang Toru, WS Toba Asahan, WS Kuala Barumun;.

Pengembangan sistem jaringan sumber daya air di Kabupaten Tapanuli

Utara direncanakan mampu meningkatkan kualitas dan jangkauan

pelayanan jaringan sumber daya air yang terpadu dan merata di

seluruh wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. Untuk mencapai tujuan

tersebut, strategi yang dapat ditempuh adalah meningkatkan kualitas

dan jangkauan pelayanan jaringan sumber daya air yang terpadu dan

(33)

1) Jaringan Irigasi

Kabupaten Tapanuli Utara yang diarahkan sebagai Kawasan

Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan (KADTBB) yang

terkonsentrasi di seluruh kecamatan, maka diperlukan rencana

penyediaan air baku bagi pertanian adalah sebagai berikut:

a. Revitalisasi beberapa jaringan irigasi di kecamatan yang sangat

rentan akan dampak ancaman kekeringan serta permasalahan

yang tidak optimalnya fungsi prasarana irigasi yang telah

dibangun, seperti di Tarutung, Siatas Barita, Purbatua, Pahae

Jae, Pahae Julu dan Simangumban;

b. Melakukan kegiatan konservasi sumber daya lahan dan air serta

pemeliharaan jaringan irigasi untuk menjamin tersedianya air

untuk keperluan pertanian;

c. Pengembangan jaringan irigasi dapat dilakukan secara terpadu

dengan program penyediaan air.

2) Jaringan Air Baku dan Air Bersih

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok penduduk

dalam melangsungkan kegiatan sehari-hari, sehingga dalam upaya

pemenuhannya harus optimum. Ketersediaan air bersih sangat

tergantung pada sumber air yang dapat diolah dan dimanfaatkan.

Sistem distribusi dalam pengadaan air bersih di Kabupaten

Tapanuli Utara memanfaatkan sistem instalasi gravitasi, karena

disebabkan oleh kondisi geografis yang berada di daerah dataran

tinggi. Sumber air baku PDAM Mual Natio Kabupaten Tapanuli

Utara, bersumber dari mata air dan anak sungai yang terdapat di

seluruh kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara berikut.

Nama Mata Air Nama Mata Air

1. Sitakka Tarutung 2. Silima Bahai Dolok

3. Hutapea 4. Aek Mas

5. Ugan 6. Saba Butar

7. Bintang Pinur 8. Silaban Dolok

(34)

Sumbar : RTRW Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012-2032

Sedangkan untuk potensi sungai/air Permukaan yang ada di

Kabupaten Tapanuli Utara sebagai berikut:

Nama Sungai Nama Sungai

1. Aek Sigeon 2. Aek Sarulla

3. Aek Situmandi 4. Aek Sihadampuan

5. Aek Siborgung 6. Aek Puli

7. Aek Haidupan 8. Aek Marambong

9. Aek Silalaen 10. Aek Badingin

11. Aek Sisulum 12. Aek Simajambu

13. Aek Harangan 14. Aek Sibaragas 15. Aek Sidoras 16. Aek Siandurian 17. Aek Sidilanitano 18. Aek Goti

19. Aek Butar 20. Aek Simok-mok

21. Aek Godang 22. Aek Tamburan Sibirik

23. Aek Isa 24. Aek Sipurik-purik

25. Aek Hoda 26. Aek Simariai-iai

27. Aek Sitapean 28. Aek Sampuran

29. Aek Hopong 30. Aek Hallon

31. Aek Nambilung 32. Aek Sidempula

33. Aek Dahasan 34. Aek Ristop

35. Aek Botik 36. Aek Batang Toru

37. Aek Nalas 38. Aek Somalla

11. Aek Tampang 12. Aek Bondar Sipetang

13. Aek Haidupan 14. Aek Botik

15. Simabulan 16. Sidempula Muara

17. Aek Rara 18. Hutaginjang

19. Air Soda 20. Sihine-hine

21. Horsik 22. Sihadampuan

23. Naga Timbul 24. Bondar Labu

25. Goti 26. Aek Napultak

27. Lobu Singkam 28. Aek Panogan

29. Silangkitang I 30. Saba Tobing 31. Silangkitang II 32. Simasom

33. Sigurundang 34. Aek Hutagalung

35. Parendean 36. Aek Ran

37. Sigoring-goring 38. Aek Sulam

39. Sole-sole 40. Aek Sihura-hura

41. Parhombanan 42. Aek Saroha

43. Sipoholon (air Panas) 44. Aek Sitonggi-tonggi

45. Sibadak II 46. Aek Sibual

47. Sia-sia 48. Aek Tano Ponggol

49. Aek Sisulum 50. Aek Saba Pancur

51. Ambor Lalo 52. Aek Saba Julu

53. Simorangkir 54. Aek Sitangko Raut

55. Pancurnapitu 56. Aek Saba Pancur (Baronga Julu)

57. Jeltun 58. Aek Sigale-gale

(35)

39. Aek Bilah 40. Aek Salak 41. Aek Dabuan Piso 42. Aek Tangga 43. Aek Hadataran

Sumbar : RTRW Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012-2032

Pengembangan dari prasarana penyediaan air bersih yang sangat

diharapkan adalah melayani wilayah-wilayah dengan ketersediaan

air yang terbatas (tidak mencukupi kebutuhan).

Cakupan dan kapasitas pelayanan air bersih oleh PDAM Mual Natio

Kabupaten Tapanuli Utara, pada akhir tahun perencanaan 2030

diharapkan sudah dapat menjangkau masyaratakat di seluruh

wilayah. Untuk mencapai tujuan tersebut PDAM perlu

melaksanakan peningkatan operasi dan pemeliharaan sistem yang

telah ada dengan baik dan benar, menurunkan tingkat kebocoran

air baik teknis maupun non teknis, melaksanakan efisiensi yang

baik dengan pemberdayaan kelembagaan dan finansial, dan

menerapkan pola pelayanan yang baik.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyediaan air bersih

bagi masyarakat dan aktivitas sosial ekonomi adalah sebagai

berikut:

a. Harus dapat memenuhi persyaratan kualitas sebagai air minum.

Baik secara fisik, kimia, dan biologi serta cukup secara kuantitas

untuk memenuhi segala kebutuhan yang diperlukan terutama

pada jam puncak. Secara kualitas penyediaan air bersih harus

memenuhi persyaratan fisik, kimiawi, dan biologis, yaitu tidak

berasa, tidak berbau, tidak mengandung zat-zat kimia dalam

jumlah berlebih serta tidak mengandung bakteri yang

membahayakan kesehatan. Secara kuantitatif, kapasitas

sumber air harus dapat menjamin kontinuitas suplai air dan

cadangan yang cukup terutama pada jam puncak dan hari

maksimum serta cadangan air bagi kebutuhan pemadam

(36)

b. Pendistribusian air dari instalasi dan reservoir ke daerah

pelayanan harus dapat terjamin kontinuitasnya dengan tekanan

yang cukup.

Rencana penyediaan air bersih untuk Kabupaten Tapanuli Utara

adalah sebagai berikut:

a. Melakukan studi peningkatan sumber air bersih. Peningkatan

sumber air bersih ini dapat berupa sumber mata air, sungai,

dan lainnya. Di wilayah ini memiliki banyak aliran sungai

sehingga memudahkan untuk mengolah air sungai sebagai air

bersih oleh PDAM sebagai sumber air baku;

b. Tindakan lanjut studi dengan menyusun dan arahan lokasi

terhadap fasilitas pengolahan air bersih (water treatment plan)

Kabupaten Tapanuli Utara;

c. Sistem sambungan langsung dengan sumber dari PDAM

direncanakan melayani kawasan perkotaan, pusat kegiatan

ekonomi, dan pemerintahan;

d. Sistem sambungan halaman (kran/hidran umum) dengan

sumber dari PDAM, direncanakan melayani daerah berada di

luar pusat kegiatan. Untuk pengelolaannya dapat dari PDAM

sendiri atau diserahkan kepada masyarakat setempat dengan

membentuk kelompok pemakai air;

e. Sistem penyediaan air dengan swadaya murni dari masyarakat,

sistem ini direncanakan untuk wilayah yang belum mendapat

pelayanan dari PDAM.

3) Sistem Pengendalian Banjir

Rencana pengembangan pengendalian banjir dapat dilakukan

melalui:

a. Pengawasan sempadan sungai dan meninggikan elevasi

tanggul-tanggul sungai di kawasan perkotaan atau dekat

dengan permukiman penduduk seperti sungai Aek Ristop, Aek

(37)

b. Penghijauan/menghutankan kembali wilayah yang menjadi

catchment area,

c. Pengaturan pengurangan pengambilan air tanah secara

berlebihan serta pemanfaatan air permukaan (air sungai)

sebagai salah satu sumber air bersih,

d. Penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan

kepedulian terhadap lingkungan.

Rencana pengamanan pantai/danau dapat dilakukan melalui:

a. Pengawasan sempadan pantai/danau, dengan mengikuti kaidah

perencanaan (standar);

b. Mewujudkan kawasan sempadan pantai/danau sebagai

kawasan konservasi atau budidaya terbatas (pariwisata dan

perikanan);

c. Penataan kawasan sempadan pantai/danau di sekitar kawasan

Danau Toba dan penguasaan oleh pemerintah serta

pengendalian pemanfaatannya agar fungsi lindungnya tidak

terganggu;

d. Penyediaan tempat-tempat sampah agar masyarakat tidak

membuang sampah langsung ke danau atau disekitar kawasan

Danau Toba dan permukiman lainnya di seluruh wilayah.

C. Rencana Pengembangan Jaringan Prasarana Lingkungan.

Prasarana TPA dan TPS

Dalam melayani konsumsi sampah pada tahun akhir perencanaan

2030, maka diperlukan penambahan sarana dan prasarana

pengelolaan persampahan antara lain alat angkut sampah, TPS

(Tempat Pembuangan Sementara), system transfer depo, dan

TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) dengan sistem controlled landfill

dan atau sanitary landfill.

Sementara itu, wilayah yang memiliki aktivitas kegiatan yang

(38)

Sipoholon, Pangaribuan, Siatas Barita dan terutama khususnya

untuk Ibukota Kabupaten Tapanuli Utara yakni Tarutung. Wilayah

tersebut potensial dalam memproduksi sampah, sehingga wilayah

ini merupakan prioritas pelayanan prasarana pengelolaan

lingkungan.

Merujuk pada Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam ketentuan

lokasi TPA, faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan

lokasi TPA antara lain:

a. Tercakup dalam perencanaan tata ruang kabupaten dan

daerah;

b. Jenis tanah kedap air;

c. Daerah yang tidak produktif untuk pertanian;

d. Dapat dipakai minimal 5 – 10 tahun;

e. Tidak membahayakan dan mencemari sumber air;

f. Jarak dari pusat pelayanan +/- 10 km;

g. Merupakan daerah bebas banjir.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka rencana pengelolaan

persampahan di Kabupaten Tapanuli Utara adalah sebagai berikut:

a. Merelokasi TPA Siarangarang di Tarutung, dan pembangunan

TPA baru yang telah sesuai dengan kajian lingkungan yaitu di

Siborong-borong, Pangaribuan dan Pahae Jae;

b. Penambahan sarana pengangkutan dan petugas persampahan;

c. Penambahan jumlah TPS dengan perluasan jangkauan

pelayanan di setiap kecamatan;

d. Penyedian tong penampungan sampah, yang di dukung oleh

gerobak sampah sebagai pengumpul;

e. Sistem pengelolaan TPA yang dikembangkan adalah controlled

landfill;

f. Re-design tempat/lahan pembuangan akhir yang ada untuk

(39)

g. Peningkatan kesadaran (peran serta) masyarakat dalam

menjaga kebersihan lingkungan;

h. Pengefektifan fungsi pemulung dengan membangkitkan

kegiatan daur ulang sampah menjadi produk-produk yang

berdaya guna;

i. Pengembangan usaha daur ulang sampah, kertas dan plastik

(sampah kering),

j. Pengomposan sampah-sampah organik dan pembangunan

fasilitas tempat pemisahan jenis sampah organik dan anorganik

yang dilakukan oleh masyarakat mulai dari rumah-rumah

sampai tempat-tempat umum, dimana pemerintah

menyediakan sarana tong sampah untuk memilah-milah

sampah tersebut;

k. Pemerintah mengeluarkan aturan-aturan yang diperlukan dan

yang lebih tegas mengenai pembuangan sampah ini, antara lain

memberikan denda kepada pihak yang membuang sampah

sembarangan, sistem retribusi sampah dan tarif pengelolaan.

D. Pengolahan Limbah Cair

Rencana sistem pembuangan limbah cair di Kabupaten Tapanuli Utara

adalah sebagai berikut:

a. Sistem tangki septik dikembangkan untuk penanganan limbah

domestik (limbah manusia);

b. Sistem pelayanan tangki septik kolektif (sistem off-site)

dikembangkan pada kawasan perkantoran, pendidikan,

pemerintahan, dan kawasan komersil;

c. Sistem tangki septik individu (sistem on-site) dikembangkan di

kawasan perumahan tipe sedang dan tipe besar, sedangkan untuk

perumahan tipe kecil digunakan sistem pelayanan tangki septik

individu atau kolektif (komunal) dengan memperhatikan

(40)

d. Sistem campuran (yaitu menyatukan air limbah dengan air hujan

dalam satu saluran) dikembangkan untuk limbah kegiatan non

domestik dan kegiatan lainnya seperti air buangan dari kamar

mandi, tempat cucian dan hasil kegiatan perkantoran lainnya,

sedangkan untuk menutupi sistem ini dapat diatasi dengan

membuat saluran terbuka dari perkerasan dengan campuran kedap

air;

e. Pembangunan saluran dengan konstruksi tertutup pada kawasan

perdagangan, perkantoran, dan kawasan komersil.

E. Sistem Drainase Wilayah

Aktivitas sosial ekonomi dan kondisi topografi yang beragam, seperti

kegiatan perdesaan, perkotaan, pertanian, industri, permukiman

membutuhkan sistem drainase yang beragam. Dalam pelaksanaan

pembangunan sistem drainase wilayah, pada prinsipnya harus ada

efisiensi, sehingga sistem drainase yang dikembangkan adalah sistem

kombinasi antara jaringan drainase tertutup serta jaringan drainase

terbuka, yaitu:

a. Sistem jaringan terbuka, sistem ini direncanakan menggunakan

saluran dengan bentuk trapesium dengan lining pengalirannya

dilakukan dengan cara gravitasi. Keuntungan dengan sistem terbuka

ini adalah biaya pembangunan jaringan lebih murah, teknologi

permbangunan lebih sederhana, serta biaya pemeliharaan lebih

sedikit;

b. Sistem jaringan tertutup, sistem ini dibuat di bawah jalan dengan

membuat perkerasan pada saluran seperti saluran terbuka hanya

permukaannya ditutup. Sistem ini dibangun sebagai terusan agar

sistem terbuka tidak terpotong apabila sistem terbuka memotong

(41)

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka Rencana Pengelolaan

Drainase di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara dapat dilakukan dengan

cara sebagai berikut:

a. Sistem jaringan utama/induk di Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara

secara umum akan tetap mengikuti pola atau kerangka sistem

alamiah yang ada, di mana pengalirannya dilakukan secara gravitasi

mengikuti kondisi topografi yang memiliki kecenderungan

kemiringan ke arah Utara dan Selatan;

b. Jaringan drainase sistem tertutup sebagian besar dikembangkan di

pusat pemerintahan dan perkantoran, pusat kegiatan komersil,

industri, serta jalan-jalan utama tertentu;

c. Jaringan drainase sistem terbuka sebagian besar dikembangkan di

lingkungan permukiman dan di sepanjang jaringan jalan;

d. Sistem drainase terbuka dan tertutup dibangun pada sebelah kiri

dan atau kanan jalan, dengan arah pengaliran disesuaikan dengan

kondisi geografis setempat;

e. Prioritas pelayanan drainase pada kawasan terbangun, kawasan

rawan genangan, dan memerlukan penataan atau perbaikan agar

dapat berfungsi secara maksimal;

f. Peningkatan peran serta masyarakat dalam memelihara prasarana

drainase, rehabilitasi, peningkatan dan pembangunan saluran.

F. Sarana Perdagangan

Untuk mempertemukan antara produsen dengan konsumen diperlukan

penyediaan fasilitas perdagangan yang biasa dikenal dengan pasar.

Hingga saat ini bentuk fasilitas perdagangan yang ada di Kabupaten

Tapanuli Utara berupa pasar tradisional. Dimana di Kabupaten

Tapanuli Utara tercatat ada 13 buah pasar tradisional. Untuk pasar di

Kabupaten Tapanuli Utara diklasifikasikan dalam 3 kelas, yaitu:

 Pasar kelas I, sebanyak dua buah yaitu Pasar Tarutung dan Pasar

(42)

 Pasar kelas II, terdiri dari enam buah;

 Pasar kelas III, terdiri dari dua buah.

Tabel 5.1 Arahan RTRW Kabupaten Tapanuli Utara untuk Bidang Cipta Karya

Arahan Pola Ruang Arahan Struktur Ruang

(1) (2)

Rencana Pola Ruang menggambarkan letak dan luasan dari kegiatan-kegiatan budidaya dan lindung. Rencana Pola Ruang terbagi atas kawasan lindung dan kawasan budidaya.

1. Kawasan Lindung Batang Toru seluas 124.964,44 ha. Kawasan Hutan Lindung Batang Toru berada di Kecamatan Pahae Julu, Pahae Jae, Purbatua, Simangumban, Adian Koting dan Pangaribuan.

2. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi. Untuk luasan kawasan budidaya hutan produksi terbatas yakni sekitar 106.318,97 Ha. Termasuk kawasan hutan produksi terbatas di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara yakni Sipahutar, Garoga, Pangaribuan, Tarutung, Siatas Barita, Pahae Julu, Adian Koting, Sipoholon, dan Parmonangan. Sedangkan untuk luasan kawasan hutan produksi tetap yakni sekitar 114.998,92 Ha. Termasuk kawasan hutan produksi tetap di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara yakni Pagaran, Parmonangan, Sipoholon, Adian Koting dan Tarutung.

3. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan dibawahnya, berada pada ketinggian di atas 1.000 mdpl dengan

4. Kawasan Rawan Bencana Alam. Kecamatan-kecamatan yang termasuk dalam kawasan rawan longsor adalah: Sipahutar, Pagaran, Parmonangan, Sipoholon, Tarutung, Siatas Barita, Adian Koting, Pahae Julu, Pahae Jae,

Struktur kota di Kabupaten Tapanuli Utara dibentuk oleh jaringan jalan, namun bentuk Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan entitas danau, pulau dan daratan maka moda transportasi yang tersedia tidak hanya prasarana transportasi darat namun juga prasarana transportasi danau, sehingga prasarana simpul transportasi memiliki peran yang sangat penting. Arahan pengembangan Kabupaten Tapanuli Utara sebagai pusat pariwisata, jasa dan pengolahan hasil pertambangan, energi listrik, pertanian yang ditetapkan dalam arahan penataan ruang Provinsi Sumatera Utara.

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata ruang wilayah kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan transportasi. Pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara terdiri atas:

a. Rencana Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara

1. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp), PKWp ditetapkan di Tarutung yang juga merupakan ibukota Kabupaten Tapanuli Utara dengan daerah pelayanannya seluruh wilyah Kabupaten Tapanuli Utara.

2. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKL), PKL Pelayanan Primer II ditetapkan di Kecamatan Siborong-borong.

3. Pusat Kegiatan Kecamatan (PKK) Pusat Kegiatan Pelayanan Sekunder (Pendukung Pusat Kegiatan Pelayanan Primer I dan II).PKK ditetapkan di Kecamatan Pangaribuan dan Kecamatan Pahae Jae.

Gambar

Tabel 5.3. Identifikasi Program RTRW Kabupaten Tapanuli Utara Terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Gambar 5.1. Air Minum dengan Sistem Grafitasi dan Penggunaan
Tabel 5.4.  Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengelolaan Air Limbah Domestik  di Kabupaten Tapanuli Utara
Tabel 5.5. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengelolaan Persampahan  di Kabupaten Tapanuli Utara
+5

Referensi

Dokumen terkait

1.2 Pengembangan Sarana dan Prasarana Lingkungan Kawasan Perkotaan Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kelautan, Dirjen Cipta Karya APBD II, APBN. 1.3 Pembangunan rumah

 Rencana peningkatan jaringan non perpipaan dikelola oleh penduduk sendiri meliputi Kelurahan Blotongan, Kelurahan Mangunsari, Kelurahan Kecandran, Kelurahan Pulutan dan

Perkotaan Wonosari Perkotaan Semanu, Playen, Panggang, Semin, Karangmojo, Rongkop, dan Nglipar Ya , APBD Prop, APBD Kab Bappeda dan DPU 2 Pengembangan

Pusat Kegiatan Lokal Kabupaten (PKLK) merupakan pusat pemukiman perkotaan dengan skala pelayanan kecamatan (hirarki II) terletak di Ibu Kota Kecamatan Negara,

Wilayah (PKW) yaitu daerah perkotaan atau kota yang mempunyai wilayah pelayanan yang mencakup beberapa kawasan atau kabupaten yang diarahkan.. pengembangannya sebagai kota besar

Pusat pelayanan lingkungan adalah kawasan yang mempunyai fungsi melayani pelayanan di skala lingkungan. Pusat lingkungan ini tersebar di seluruh Wilayah Kota Palembang, terutama

4). meningkatkan peran masyarakat dalam perwujudan kabupaten tujuan wisata. Kebijakan pengembangan prasarana wilayah Kabupaten. meningkatkan kualitas jaringan jalan yang

 Peningkatan akses air minum perpipaan melalui pelayanan perkotaan dan perdesaan  Penyediaan prasarana sarana air minum bagi daerah yang belum memiliki sistem baru  Penyediaan