• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan motivasi belajar dan prestasi belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas IVA di SD Negeri Ungaran II semester genap tahun pelajaran 2010-2011 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peningkatan motivasi belajar dan prestasi belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas IVA di SD Negeri Ungaran II semester genap tahun pelajaran 2010-2011 - USD Repository"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR

MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

PADA SISWA KELAS IVA DI SD NEGERI UNGARAN II

SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2010-2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Liya Nur Hidayah

NIM: 071134005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR

MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

PADA SISWA KELAS IVA DI SD NEGERI UNGARAN II

SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2010-2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Liya Nur Hidayah

NIM: 071134005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)

ii

(4)
(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

9

Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesunggungnya

yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusuk

(QS. Al-Baqoroh: 45).

9

Hai orang-orang yang beriman, takutlah kepada Allah dan hendaklah

(tiap-tiap) orang yang memperhatikan apa yang diusahakan untuk besok

(hari kiamat) dan takutlah kepada Allah. Sungguh Allah mengetahui

apa-apa yang kamu kerjakan (Q.S. Al-Hasyr:18).

9

Tiada sesuatu yang besar yang pernah diterimanya tanpa adanya

kesungguhan hati.

Kupersembahkan skripsi ini untuk

9

Allah Yang Maha Pengasih Dan Maha

Penyayang serta Nabi Muhamad SAW atas

ajaran dan inspirasinya.

9

Ayahku (alm) terimakasih atas semuanya

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta,

27

Agustus

2011

Penulis

(7)

vi

LEMBER PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:

Nama

:

Liya

Nur

Hidayah

Nomor Induk Mahasiswa

: 071134005

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR

MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

PADA SISWA KELAS IVA DI SD NEGERI UNGARAN II

SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2010-2011

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan denikian saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, menglihkan dalam

bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan

secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk

kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan

royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 27 Agustus 2011

Yang

menyatakan,

(8)

vii

ABSTRAK

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR

MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

PADA SISWA KELAS IVA DI SD NEGERI UNGARAN II

SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2010-2011

LIYA NUR HIDAYAH

071134005

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2011

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan (1) apakah penggunaan model

pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IVA

SD Negeri Ungaran II (2) apakah penggunaan model pembelajaran berbasis masalah

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IVA SD Negeri Ungaran II tahun

pada semester genap tahun ajaran 2010/2011.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang

dilakukan 2 siklus yang menggunakan alur berupa perencanaan, pelaksaksanaan

tindakan, observasi dan refleksi. Pada setiap siklus menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVA

SD Negeri Ungaran II sedangkan yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah

model pembelajaran berbasis masalah. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner,

observasi, tes hasil belajar, refleksi, dan wawancara. Teknik analisis data

menggunakan persentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penggunaan model pembelajaran

berbasis masalah dapat meningkatkan motivasi balajar dan prestasi belajar siswa

kelas IVA SD Negeri Ungaran II hal ini ditunjukkan dengan kondisi awal motivasi

belajar sebanyak 13 siswa atau 39,39% dan setelah menggunakan pembelajaran

berbasis masalah atau pada siklus II mengalami peningkatan yaitu sebanyak 29 siswa

atau sebesar 87,88%. (2) penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IVA SD Negeri Ungaran II tahun pelajaran

2011/2012 hal ini ditunjukkan dengan kondisi awal hanya 15 siswa atau 45,45%

siswa yang tuntas mencapai KKM dan siklus I meningkat sebanyak 32 siswa atau

96,97% dan siklus II semua siswa tuntas atau sebanyak 100%. Berdasarkan data

tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan menggunaan model pembelajaran

berbasis masalah dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa SD Negeri

Ungaran II.

(9)

viii

ABSTRACT

IMPROVING MOTIVATION AND ACHIVEMENT OF STUDYING

SUBJECT OF SOCIAL SCIENCES (

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

)

THROUGH A MODEL OF PROBLEM-BASED STUDY ON THE STUDENTS

CLASS IVA OF UNGARAN II ELEMENTARY SCHOOL THE SECOND

SEMESTER OF THE ACADEMIC YEAR 2010-2011

LIYA NUR HIDAYAH

071134005

SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA

2011

This study is aimed to describe (1) whether the implementation of

problem-based learning model on Class IVA Ungaran II Elementary School is able to improve

students’ motivation to study (2) whether the implementation of problem-based

learning model on Class IVA Ungaran II Elementary School is able to improve

students’ motivation to study. This study applies on even semester of 2010/2011

academic year.

This study uses Class Action Research in 2 cycles by using planning path,

action implementation, observation and reflection. Each cycle uses problem-based

study model. Subject of this study is the students of Class IVA Ungaran II

Elementary School and the object of this study is the problem-based learning model.

The data is collected through questioner, observation, learning assessment, reflection,

and interview. The data analysis technique is the percentage.

The result of the research shows that (1) the implementation of problem-based

learning model on Class IVA Ungaran II Elementary School is able to improve

students’ motivation to study and their achievement. This is shown from the initial

conditions of the students’ motivation to study in the learning process which is 13

students or 39,39%. After the implementation of problem-based learning model the

percentage increases to 29 students or 87,88%. (2) The implementation of

problem-based learning model on Class IVA Ungaran II Elementary School is able to increase

the achievement of the students. This is shown from the fact that the number of

students who finish the Minimum Completeness Criteria (Kriteria Ketuntasan

Minimal) in the beginning is 15 students or 45,45%. In the first cycle the number

increases to 32 students or 96,97% and in the second cycle the number increases to

100%. Based on those result, it can be concluded that the implementation of

problem-based learning model on Class IVA Ungaran II Elementary School is able to

improve students’ motivation to study and their achievement.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat memyelesaikan skripsi

ini dengan judul: ”Peningkatan Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Mata Pelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada

Siswa Kelas IVA Di SD Negeri Ungaran II” Semester Genap Tahun Pelajaran

2010-2011.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penyusunan skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan dengan bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1.

Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2.

Bapak Drs. Puji Purnomo, M. Si. selaku Kaprodi PGSD Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

3.

Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah

membimbing, memberi motivasi dan memberi masukan demi kesempurnaan

skripsi ini.

4.

Bapak Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbng II yang telah

memberi motivasi, kritik dan saran selama ini.

5.

Bapak Drs. J. Sumedi selaku dosen penguji terimakasih atas saran, kritik dan

masukannya.

6.

Para dosen PGSD yang telah membagikan ilmunya kepada penulis selama kuliah.

7.

Semua karyawan di sekretariat PGSD atas semua pelayanan dalam membantu

(11)

x

8.

Bapak Drs. Sukardi selalu Kepala Sekolah SD Negeri Ungaran II yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

9.

Ibu Endang Srie Wahjenie S.Pd. selaku guru mitra SD Negeri Ungaran II yang

telah membatu penelitian ini.

10.

Siswa-siswi kelas IVA SD Negeri Ungaran II yang telah membantu sehingga

penelitian ini dapat berjalan lancar.

11.

Buat orang tuaku tercinta terima kasih atas kasih sayang dan doa yang terus

mengalir.

12.

Buat kakakku yang selalu menyemangati dan memberikan nasehat.

13.

Teman-teman PGSD angkatan 2007 terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

14.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, hal ini karena

keterbatasan kemampuan penulis sehingga penulis mengharapkan adanya kritik dan

saran dari semua pihak. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak.

Yogyakarta, 27 Agustus 2011

Penulis

(12)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Batasan Pengertian ... 4

E. Tujuan ... 5

F. Manfaat ... 5

 

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A.

Motivasi ... 7

B.

Motivasi Belajar ... 12

C.

Belajar ... 15

(13)

xii

E.

Pembelajaran IPS SD ... 28

F.

Pembelajaran Berbasis Masalah ... 30

G.

Kompetensi Dasar Matapelajaran IPS Kelas IV SD ... 34

H.

Hubungan Matapelajaran IPS Dengan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 39

I.

Kerangka Berpikir ... 40

J.

Hipotesis Tindakan ... 41

 

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 42

A.

Jenis Penelitian ... 42

B.

Setting Penelitian ... 43

C.

Rencana tindakan ... 45

D.

Instrumen Penelitian ... 50

E.

Validitas ... 55

F.

Reabilitas ... 58

G.

Analisis Data ... 60

H.

Kriteria Keberhasilan ... 64

 

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 65

A.

Hasil Penelitian ... 65

1.

Kondisi Awal ... 65

2.

Siklus I ... 69

a.

Rencana Tindakan ... 69

b.

Pelaksanaan Tindakan ... 69

c.

Observasi ... 71

d.

Refleksi ... 76

3.

Siklus II ... 77

a.

Rencana Tindakan ... 77

b.

Pelaksanaan Tindakan ... 77

c.

Observasi ... 79

d.

Refleksi ... 85

B.

Komparasi Hasil Penelitian ... 85

C.

Pembahasan ... 93

 

BAB V Kesimpulan dan Saran ... 96

A.

Kesimpulan ... 96

B.

Saran ... 97

 

DAFTAR PUSTAKA ... 99

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Jadwal Penelitian ... 44

Tabel 2: Kisi-kisi motivasi belajar ... 52

Tabel 3: Kisi-Kisi Soal Siklus I ... 54

Tabel 4: Kisi-Kisi Soal Siklus II ... 54

Tabel 5: Ubahan, Data, Pengumpulan Data, dan Instrumen ... 55

Tabel 6: Data Hasil Uji Validitas ... 57

Tabel 7: Kriteria Klasifikasi Reabilitas Instrument ... 58

Tabel 8: Data Hasil Uji Reabilitas ... 60

Tabel 9: Bobot Skor Kuesioner ... 61

Tabel 10: Skor dan Kriteria Motivasi Belajar ... 61

Tabel 11: Rubrik Penilaian Kinerja ... 62

Tabel 12: Nilai dan Kriteria Prestasi Belajar ... 64

Tabel 13: Target Kriteria Keberhasilan... 64

Tabel 14: Data Kondisi Awal Motivasi Belajar ... 66

Tabel 15: Data Kondisi Awal Ketuntasan Prestasi Belajar ... 67

Tabel 16: Data Kondisi Awal Prestasi Belajar ... 68

Tabel 17: Data Partisipasi Siswa Siklus I ... 72

Tabel 18: Data Ketuntasan Prestasi Belajar Siklus I ... 74

Tabel 19: Data Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 75

(15)

xiv

Tabel 21: Data Motivasi Belajar Siklus II... 81

Tabel 22: Data Ketuntasan Prestasi Belajar Siklus II ... 83

Tabel 23: Data Prestasi Belajar Siklus II ... 84

Tabel 24: Data Komparasi Penelitian Motivasi Belajar ... 85

Tabel 25: Data Kenaikan Skor Motivasi Belajar Setiap Siswa ... 87

Tabel 26: Data Partisipasi Siswa ... 88

Tabel 27: Data Komparasi Penelitian Prestasi Belajar ... 90

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar1: Model Penelitian Kemmis dan M.c. Taggart ... 43

Gambar 2: Diagram Data Kondisi Awal Motivasi Belajar ... 66

Gambar 3: Diagram Data Kondisi Awal Prestasi Belajar ... 68

Gambar 4: Diagram Data Partisipasi Siswa Siklus I ... 73

Gambar 5: Diagram Data Prestasi Belajar Siklus I ... 76

Gambar 6: Diagaram Data Partisipasi Siswa Siklus II ... 81

Gambar 7: Daiagram Data Motivasi Belajar Siklus II ... 82

Gambar 8: Diagram Data Prestasi Belajar Siklus II ... 84

Gambar 9: Diagram Data Komparasi Motivasi Belajar ... 86

(17)

xvi

LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus ... 102

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 106

Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa ... 115

Lampiran 4. Alat Evaluasi... 120

Lampiran 5. Lembar Observasi ... 126

Lampiran 6. Data Partisipasi Siswa Siklus I ... 128

Lampiran 7. Data Partisipasi Siswa Siklus II ... 129

Lampiran 8. Kuesioner Motivasi Belajar ... 130

Lampiran 9. Data Motivasi Belajar Siswa Kondisi Awal ... 132

Lampiran 10. Data Motivasi Belajar Siswa Siklus II ... 134

Lampiran 11. Validitas Motivasi Belajar ... 136

Lampiran 12. Reabilitas Motivasi Belajar ... 139

Lampiran 13. Dokumentasi ... 142

Lampiran 14. Surat Ijin penelitian ... 145

(18)

1   

BAB I

PENDAHULUAN

   

A.Latar Belakang

Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang

berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan

prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana

untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi

sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Undang-Undang

Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 menyatakan, bahwa tujuan pendidikan

nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang bertakwa terhadap Tuhan

Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan

ketrampilan kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap serta

tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Tetapi dalam kenyataannya, pendidikan kita seringkali hanya sebatas

transfer ilmu dan tidak membangun karakter anak didik. Siswa tidak diberi

kesempatan untuk merefleksikan, meningkatkan pengetahuan, ketrampilan,

nilai dan sikap serta berpikir kritis.

Sementara itu, untuk membekali pengetahuan, ketrampilan, nilai dan

(19)

dalam kehidupan sosial maka, diperlukan mata pelajaran ilmu pengetahuan

sosial (IPS). IPS adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD, SLTP

dan SMA. Pada jenjang SD, IPS dilakukan secara terpadu yang meliputi

sosiologi, geografi, antropologi, sejarah dan ekonomi. Melalui mata pelajaran

IPS diharapkan dapat membekali pengetahuan dan wawasan tentang konsep

dasar ilmu sosial dan memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah

sosial di lingkungannnya serta mampu memecahkan masalah sosial dengan

baik.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti

sebelum penelitian diperoleh informasi bahwa siswa cenderung tidak begitu

tertarik dengan pelajaran IPS, karena selama ini pelajaran IPS dianggap

sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan, siswa hanya membaca

buku, tidak dikaitkan dengan kenyataan sosial dan masalah sosial sehingga

siswa tidak dapat menemukan manfaat bagi kehidupannya. Selain itu, dalam

penilaian guru lebih menekankan evaluasi produk atau hasil ulangan-ulangan

saja sehingga itulah yang menyebabkan motivasi dan prestasi belajar rendah.

Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan mid semester siswa yang berjumlah 33

siswa hanya 15 siswa atau 45,4 % yang nilainya mencapai kriteria ketuntasan

minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 69,00.

Kegiatan dalam proses belajar mengajar motivasi sangat besar

peranannya terhadap prestasi belajar. Karena dengan adanya motivasi dapat

menumbuhkan belajar siswa. Bagi siswa yang memiliki motivasi yang kuat

(20)

Sehingga boleh jadi, siswa yang memiliki intelegensi yang cukup tinggi

menjadi gagal karena kekurangan motivasi, sebab hasil belajar itu akan optimal

bila terdapat motivasi yang tepat. Karenanya, bila siswa mengalami kegagalan

dalam belajar, hal ini bukanlah semata-mata kesalahan siswa, tetapi mungkin

saja guru tidak berhasil dalam membangkitkan motivasi siswa.

Motivasi yang kuat dalam diri siswa akan meningkatkan kemauan dan

semangat yang tinggi dalam belajar, karena antara motivasi dan semangat

belajar mempunyai hubungan yang erat.

Guru perlu meningkatkan hasil belajar siswa melalui model

pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu diperlukan model yang pembelajaran

yang menarik dimana subyek dalam kegiatan belajar adalah siswa.

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti mencoba untuk untuk

memilih model pembelajaran inovatif salah satunya yaitu pembelajaran

berbasis masalah karena model ini siswa dapat terlibat secara aktif dalam

proses kegiatan belajar mengajar dan dapat meningkatkan kemampuan

memecahkan masalah.

Model pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran

dimana siswa dituntut untuk memecahkan suatu permasalahan.

Masalah-masalah disiapkan stimulus dalam pembelajaran. Pembelajaran dihadapkan

pada situasi pemecahan masalah dan guru hanya berperan memfasilitasi

terjadinya proses belajar dan memonitor proses pemecahan masalah (Smith

dalam Amir: 2001). Peneliti memilih metode tersebut dengan alasan, karena

(21)

meningkatkan fokus pengetahuan yang relevan, mendorong murid untuk

berpikir, membangun kerja tim, kepemimpinan dan keterampilan sosial,

membangun kecakapan belajar, dengan begitu motivasi dan prestasi belajar

dapat meningkat.

 

B.Batasan Masalah

Penelitian ini sebenarnya terkait dengan pembelajaran IPS pada

umumnya. Namun berhubung dengan keterbatasan waktu, peneliti yang akan

dilakukan oleh peneliti hanya dibatasi pada Kompetensi Dasar 2.4. mengenal

permasalahan sosial di daerahnya untuk meningkatkan motivasi belajar dan

prestasi belajar kelas IV A Semester genap Tahun Pelajaran 2010-2011.

 

C.Rumusan Masalah

1. Apakah model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan

motivasi belajar IPS siswa?

2. Apakah model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan prestasi

belajar IPS siswa?

 

D.Batasan Pengertian

1. Pengertian pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model

pembelajaran yang berawal dari suatu masalah nyata dalam kehidupan

sehari-hari dimana siswa dituntut untuk berpikir aktif dalam

(22)

2. Pengertian motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam

diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada

kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu

dapat tercapai dan pengukuran yang digunakan adalah kuesioner dan

lembar observasi.

3. Pengertian prestasi belajar adalah pengetahuan atau pemahaman materi

IPS yang berupa nilai-nilai dan sikap yang terinteralisasi dalam kehidupan

sehari-hari dan pengukuran yang digunakan adalah tes hasil belajar dan

proses belajar yang berupa skor.

 

E.Tujuan

1. Mendiskripsikan peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran

IPS melalui model pembelajaran berbasis masalah.

2. Mendiskripsikan peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran

IPS melalui model pembelajaran berbasis masalah.

 

F.Manfaat

1. Lembaga

Penelitian ini mampu menambah kelengkapan skripsi-skripsi yang

sudah ada sebelumnya dan sebagai referensi bagi mahasiswa Universitas

(23)

2. Penulis

Penelitian ini mampu memberikan pengalaman berharga dalam

menerapkan model pembelajarn berbasis masalah dalam pembelajaran IPS,

sehingga menambah pengetahuan peneliti.

3. Guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan alternatif

bagi guru dalam melakukan pemilihan model pembelajaran yang akan

digunakan dalam meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar.

4. Siswa

a. Dapat memberikan pengalaman untuk berpikir dan kemampuan siswa

untuk memecahkan masalah yang terbaik sehingga siswa dapat berpikir

kreatif.

b. Dapat meningkatkan prestasi dan motivasi siswa kelas IVA SD Negeri

Ungaran II terhadap pembelajaran IPS.

5. Pembaca

Sebagai salah satu informasi mengenai dunia kependidikan serta

perkembangannya terutama pada hal menyampaikan pembelajaran dan

metode pembelajaran yang dapat digunakan sebagai wacana untuk

melakukan pembelajaran yang lebih baik, apabila akan melakukan

penelitian diharapkan penelitiannya juga akan lebih baik sesuai dengan

(24)

7   

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Menurut KBBI (1999: 997) motivasi adalah keinginan atau dorongan

yang timbul pada diri seseorang baik secara sadar maupun tidak sadar untuk

melakukan sesuatu perbuatan dengan tujuan tertentu.

Donald dalam Sardiman (1986: 73) menjelaskan motivasi adalah

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “

feeling “ dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Motivasi adalah keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan,

menyalurkan dan mengarahkan sifat dan perilaku individu

belajar.(Koeswara, 1989 dalam Dimyatti dan Mudjiono, 1999: 80).

Sedangkah menurut W.S. Winkel (1986: 71) motivasi adalah daya

penggerak yang telah menjadi aktif, motif menjadi aktif pada saat tertentu,

bahkan kebutuhan untuk mencapai tujuan yang sangat dirasakan dan

dihayati.

Selanjutnya, M. Ngalim Purwanto (1998: 71) mengemukakan bahwa

motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi

tingkah laku seseorang agar ia menjadi tergerak hatinya untuk bergerak

(25)

Motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku

yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi suatu kebnbutuhan.

(M. Alisuf Sabri: 2001 : 90).

Menurut Wahjosumidjo (1984: 174) motivasi adalah suatu proses

psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi

dan kebutuhan yang terjadi pada diri seseorang.

Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah

keseluruhan daya penggerak yang berupa serangkaian usaha untuk

menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan

memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki

oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

2. Jenis-Jenis Motivasi

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1995: 86-90) jenis-jenis motivasi

dibagi menjadi dua yaitu motivasi primer dan motivasi sekunder:

a. Motivasi Primer

Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif

dasar. Motif-motif dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani

manusia. Manusia adalah makhluk berjasmani, sehingga perilaku

terpengaruh oleh insting atau kebutuhan jasmaninya. Dougall

berpendapat bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan,

perasaan subyektif, dan dorongan mencapai kepuasan. Insting itu

memiliki tujuan dan memperlukan dan memerlukan pemusatan. Tingkah

(26)

dan dapat diorganisasikan. Diantara insting yang penting adalah

memelihara, mencari nafkah, melarikan diri, berkelompok,

mempertahankan diri, rasa ingin tahu.(Koeswara, 1989; Jalaludin

Rakhmat, 1991).

b. Motivasi Sekunder

Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Hal ini berbeda

dengan motivasi primer. Sebagai ilustrasi orang yang lapar akan tertarik

pada makan tanpa belajar. Untuk memperoleh makanan tersebut orang

harus bekerja terlebih dahulu. Agar dapat bekerja dengan baik, orang

harus belajar bekerja. Belajar dengan baik merupakan motivasi sekuder.

(Jalaluddin Rakhmad, 1991; Sumadi Suryabrata, 1991).

Motivasi sosial atau motivasi sekunder memegang peranan penting

bagi kehidupan manusia. Para ahli membagi motivasi sekuder tersebut

dengan pandangan yang berbeda-beda. Thomas Znaniekki

menggolongkan motivasi sekuder menjadi keinginan-keinginan,

memperoleh pengalaman baru, untuk mendapatkan respon, memperoleh

pengakuan dan memperoleh rasa aman.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi dibagi menjadi dua yaitu

faktor intern dan ekstern. Faktor intern meliputi pembawaan individu,

tingkat pendidikan, pengalaman masa lampau dan keinginan atau harapan

masa depan. Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan kerja, pimpinan

(27)

bimbingan dari atas. Selain itu, didalam motivasi itu terdapat suatu

rangkaian interaksi antar berbagai faktor. Berbagai faktor yang dimaksud

meliputi:

a. Individu dengan segala unsur-unsurnya: kemampuan dan ketrampilan,

kebiasaan, sikap dan sistem nilai yang dianut, pengalaman traumatis,

latar belakang kehidupan sosial budaya, tingkat kedewasaan.

b. Situasi dimana individu bekerja akan menimbulkan berbagai rangsangan:

persepsi individu terhadap kerja, harapan dan cita-cita dalam keja itu

sendiri, persepsi bagaimana kecakapannya terhadap kerja, kemungkinan

timbulnya perasaan cemas, perasaan bahagia yang disebabkan oleh

pekerjaan.

c. Proses penyesuaian yang harus dilakukan oleh masing-masing individu

terhadap pelaksanaan pekerjaannya.

d. Pengaruh yang datang dari berbagai pihak: pengaruh dari sesama rekan,

kehidupan kelompok maupun tuntutan atau keinginan kepentingan

keluarga, pengaruh dari berbagai hubungan di luar pekerjaan

e. Reaksi yang timbul terhadap pengaruh individu.

f. Perilaku atas perbuatan yang ditampilkan oleh individu.

(28)

4. Fungsi Motivasi

Menurut Sardiman ( 1986 : 84 ) fungsi motivasi menjadi tiga yaitu:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor

penggerak dari setiap kegiatan pekerjaan yang akan dilakukan.

b. Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang

harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

tersebut. Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan

dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan

menghabiskan waktunya untuk bermain atau membaca komik, sebab

tidak serasi dengan tujuan.

Selain itu ada juga fungsi lain yaitu motivasi dapat berfungsi

sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi, karena secara

konseptual motivasi berkaitan dengan prestasi dan hasil belajar. Adanya

motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.

Dengan kata lain, adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya

motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi

yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan

(29)

B.Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non

intelektual. Peranannya adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa

senang dan semangat belajar untuk belajar. Siswa yang mempunyai

motivasi yang kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan

kegiatan belajar (Sardiman A.M, 1986: 75). Oleh karena itu motivasi

sangatlah penting dalam peningkatan hasil belajar. Menurut Sardiman,

A.M, (1986: 82-83) motivivasi pada diri seseorang harus memiliki ciri-ciri

yaitu: tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan

minat terhadap bermacam-macam masalah, lebih senang bekerja mandiri,

senang mencari dan memecahkan masalah.

Berdasarkan ciri-ciri tersebut, motivasi belajar dapat dikatakan

keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan

yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang

dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Adanya motivasi yang

baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan usaha yang

tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang siswa akan

(30)

2. Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Imron (1996: 100-104) ada beberapa unsur yang

mempengaruhi motivasi belajar yaitu:

a. Cita-cita atau apersepsi belajar

Setiap manusia memiliki cita-cita atau apersepsi tertentu dalam

hidupnya yang dikejar dan diperjuangkan. Oleh karena itu, cita-cita

sangatlah penting dalam mempengaruhi motivasi belajar.

b. Kemampuan belajar

Kemampuan belajar setiap orang berbeda-beda, sehingga motivasi

yang dimilikipun berbeda-beda juga.

c. Kondisi pembelajar

Kondisi ini dibedakan menjadi dua yaitu kondisi fisik dan

psikologis. Kedua kondisi ini akan mempengaruhi satu sama lain.

d. Kondisi lingkungan belajar

Lingkungan belajar meliputi lingkungan fisik atau sosial.

Lingkungan fisik adalah tempat dimana pembelajaran dan lingkungan

sosial adalah lingkungan seseorang dalam kaitannya dengan orang lain.

3. Karakteristik Siswa yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Karakteristik siswa yang mempengaruhi motivasi belajar menurut

Brown (Imron, 1996: 88) adalah sebagai berikut:

a. Tertarik kepada guru, artinya tidak membeci atau bersikap acuh tak

acuh.

(31)

c. Mempunyai aktivitas yang tinggi serta mengendalikan perhatian

terutama pada guru.

d. Ingin selalu bergabung dalam kelas.

e. Ingin identitas dirinya diakui orang lain.

f. Tindakan kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontrol diri.

g. Selalu mengingat pelajaran dan mengulangi pelajaran.

4. Bentuk-Bentuk Motivasi Belajar

Ada beberapa strategi untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa

dalam kegiatan sekolah antara lain:

a. Hadiah

Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan

memacu untuk siswa untuk lebih giat lagi dalam belajar. Di samping itu

siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk mengejar siswa

yang berprestasi.

b. Saingan/ Kompetisi

Guru berusaha mengadakan persaingan diantara siswanya untuk

meningkatkan prestasi belajar dan berusaha memperbaiki hasil prestasi

yang telah dicapai sebelumnya.

c. Pujian

Pemberian pujian pada murid pada hal-hal yang telah dilakukan

dengan berhasil besar manfaantnya sebagai pendorong belajar. Pujian

(32)

d. Hukuman

Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat

proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar

siswa tersebut dapat berubah diri dan memacu motivasi belajarnya.

e. Memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar

Anak didik sungguh memerlukan dorongan dari guru yang dapat

menumbuhkan motivasi dalam diri mereka. Strateginya adalah dengan

memberikan perhatian pada siswa.

 

C.Belajar

1. Pengertian Belajar

Menurut Sardiman (1986: 23) belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa

raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manuasia

seutuhnya, yang berarti yang menyangkut unsure cipta, rasa dan karsa,

ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat

fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.

Hal ini, berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan tersebut

sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika

berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri

(Muhibin 1995 : 5). Sementara itu Dimyati dan Mudjiono (1994 : 7)

mengartikan belajar adalah tindakan perilaku siswa yang hanya dialami

(33)

proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang

ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa

keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuhan, manusia atau hal-hal yang

dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut tampak

sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar.

Morgan dalam Agus Suprijono (2009 : 2) juga berpendapat bahwa

belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari

pengalaman.

Belajar adalah suatu proses interaksi antara diri manusia dengan

lingkungan, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep, atau teori. Tiap

proses belajar mengakibatkan perubahan dalam diri atau organisme yang

belajar. Perubahan itu tidaklah begitu terjadi dan kemudian lenyap kembali,

tetapi perubahan yang tidak tahan lama atau awet (Samuel Suetomo

1982:58).

Sejalan dengan pendapat di atas, belajar menurut Hilgard dalam

Pasaribu (1983) adalah suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap

lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila

disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti

kelelahan atau disebabkan oleh obat-obatan.

Secara umum belajar juga dapat dikatakan sebagai perubahan –

perubahan tentang kekuatan variabel–variabel hipotesis yang disebut

(34)

kekuatan kebiasaan/ kecenderungan perilaku – perilaku (Bigge, 1982 dalam

Ratna Willis Dahar (1989 : 20).

Bertolak dari berbagai definisi belajar yang telah diuraikan tadi, secara

umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah

laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi

dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

2. Jenis-Jenis Belajar

Menurut Benyamin S. Bloom dkk dalam Mustaqim (2001: 36–39)

jenis –jenis belajar dibagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah

afektif, dan ranah psikomotorik meliputi:

a. Ranah Kognitif

1) Tipe belajar pengertian

Tipe ini meliputi kemampuan menerjemahkan, menafsirkan.

2) Aplikasi

Hal ini merupakan kemampuan menerapkan pada situasi

kongkrit atau situasi khusus yang meliputi: ide, teori, petunjuk teknis

prinsip atau generalisasi.

3) Tipe belajar analisis

Yaitu upaya untuk memisahkan satu kesatuan menjadi

unsur bagian-bagian sehingga jelas hierakinya/ eksplisit

unsur-unsurnya. Tipe ini meliputi analisis unsur-unsur, analisis

(35)

4) Tipe belajar sintesis

Yaitu menyatukan unsur-unsur/ bagian-bagian sehingga jelas

menjadi satu bentuk menyeluruh. Dalam hal ini menyatukan

unsur/unsur dari hasil analisis bukanlah sintesis sebab sintesis selalu

memasukkan unsur baru dalam mengintegrasikan sesuatu. Tipe ini

meliputi tiga model yaitu menghasilkan komunikasi unik

menghasilkan rencana, operasi dari suatu tugas/ problem dan

kecakapan mengabstraksikan sejumlah fenomena, data dan hasil

observasi.

5) Tipe hasil belajar evaluasi

Yaitu keputusan tentang nilai sesuatu yang ditetapkan dengan

mempunyai sudut pandang tertentu, misalnya sudut pandang tujuan,

metode, dan lain-lain. Tipe ini mencakup kemampuan memberikan

evaluasi tentang ketepatan suatu karya, keajegan, dalam argumentasi

memahami nilai mengevaluasi dengan cara membandingkan dengan

menggunakan kriteria eksternal atau kriteria yang eksplisit.

b. Ranah Afektif

1) Menyimak

Yaitu meliputi taraf sadar memperhatikan kesediaan

menerima, dan mempertimbangkan secar selektif/ terkontrol.

2) Merespon

Hal ini meliputi manut (memiliki sikap responsive, bersedia

(36)

3) Menghargai

Hal ini mencakup menerima nilai, mendambakan nilai dan

merasa wajib mengabdi pada nilai.

4) Mengorganisasi nilai

Meliputi mengkonseptualisasi nilai dan organisasi sistem nilai.

5) Mewatak

Yaitu memberlakukan secara umum seperangkat nilai,

menjunjung tinggi dan memperjuangkan nilai.

c. Ranah Psikomotorik

1) Mengindra

Hal ini beebentuk mendengarkan, melihat, meraba, mengecap

dan membau.

2) Kesiagaan diri

Meliputi konsentrasi mental, berpose badan dan

mengembangkan perasan.

3) Bertindak secara terpimpin

Meliputi gerakan menirukan, dan mencoba melakukan tindakan.

4) Bertindak secara kompleks

Ini adalah taraf mahir dan gerak/ ketrampilan sudah disertai

berbagai improvisasi.

3. Bentuk-Bentuk Belajar

Gagne (1984) dalam Ratna Wilis Dahar (1989 : 12 -17)

(37)

a. Belajar Responden

Salah satu bentuk dari belajar disebut belajar responden. Dalam

belajar ini, suatu respon dikeluarkan oleh suatu stimulus yang telah

dikenal.

b. Belajar Kontinuitas

Belajar kontinuitas adalah suatu stimulus atau suatu respon yang

dapat menghasilkan suatu perubahan dalam perilaku. Kekuatan dalam

belajar ini dapat dilihat bila seseorang memberikan respons terhadap

pertanyaan – pertanyaan yang belum lengkap.

c. Belajar Operant

Belajar akibat reisforment merupakan bentuk belajar lain yang

banyak diterapkan dalam tehnologi modifikasi tingkah laku. Reisforment

adalah setiap stimulus yang meningkatkan kekuatan suatu perilaku.

Bentuk belajar ini disebut terkondisi operant, sebab perilaku yang

diinginkan timbul secara spontan tampa dikeluarkan secara instinktif oleh

stimulus apapun terhadap lingkungan.

d. Belajar Observasional

Belajar Observasiona adalah belajar dengan mengamati orang lain

melakukan apa yang akan dipelajari.

e. Belajar kognitif

Belajar kognitif adalah belajar yang melibatkan berfikir atau logika

(38)

4. Fase-Fase Belajar

Ign. Masidjo (2007 : 35) mengemukakan ada 7 fase belajar yang

meliputi:

a. Fase Motivasi : Fase ini siswa butuh mau mengarahkan diri dengan

sadar terhadap apa yang dipelajari agar informasi ini dapat diresapkan

sehingga menjadi pengetahuan yang kelak dapat dikuasai.

b. Fase Pemusatan : Fase ini melibatkan indra – indra terhadap apa yang

dipelajari dengan melihat, mendengar, mencium, menguap dll, sehingga

dapat dibentuk pola – pola perseptual.

c. Fase Pengubahan : Fase ini seorang siswa memahami pola – pola

perseptual tentang apa yang dipelajari keadaan ingatan jangka waktu

pendek untuk diubah menjadi simbol – simbol bermakna dengan

mempertimbangkan kaitannya dengan apa yang dipelajari.

d. Fase Penyimpanan: Fase ini menyimpan symbol bermakna dalam STM

(Sort Term Memory).

e. Fase Penggalian : Fase ini seorang siswa mencoba menggali simbol –

simbol bermakna yang tersimpan dalam dalam jangka waktu panjang

dan memasukkan ke dalam jangka waktu pendek untuk dihubungkan

dengan apa atau pengetahuan lain maka simbol – simbol tersebut

menjadi lebih bermakna dan telah siap untuk menjadiprestasi.

f. Fase Prestasi : Setelah simbol – simbol bermakna tentang apa yang

dipelajri sungguh – sungguh tergali maka, siswa dapat menyadarkan

(39)

atau hasil belajar. Hasil perolehan dengan menyebutkan simbol – simbol

bermakna tersebut dan dapat menunjukkan kaitanya dengan hal lain

yang telah dipelajari.

g. Fase balikan : Fase ini berupa pemberian balikan oleh guru, teman.

5. Prinsip-Prinsip Belajar

Menurut Mustaqim (2001: 69) prinsip-prinsip belajar antara lain:

a. Belajar akan berhasil jika disertai kemampuan dan tujuan tertentu.

b. Belajar akan lebih berhasil jika disertai perbuatan latihan dan ulangan.

c. Belajar akan lebih berhasil jika tujuan belajar berhubungan dengan

aktivitas belajar itu sendiri atau berhubungan dengan kebutuhan

hidupnya.

d. Belajar lebih berhasil jika bahan yang sedang dipelajari dipahami,

bukan sekedar menghafal fakta.

e. Dalam proses belajar memperlukan bantuan dan bimbingan orang lain.

f. Hasil belajar dibuktikan dengan adanya perubahan dalam diri si pelajar.

g. Latihan dan ulangan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.

6. Unsur-Unsur Belajar

Menurut Oemar Hamalik dalam mengemukakan unsur – unsur belajar

sebagai berikut yaitu:

a. Unsur dinamis yang digunakan pada diri guru.

1) Memotivasi belajaran siswa

(40)

b. Unsur pelajaran konguen meliputi:

1) Motivasi belajar menuntut sikap tanggap dari pihak guru serta

kemampuan untuk mendorong motivasi dengan berbagai upaya

belajaran.

2) Sumber yang digunakan sebagai bahan belajar terdapat pada buku

pelajaran, pribadi guru, dan sumber masyarakat.

3) Pengadaan alat-alat bantu belajar dilakukan oleh guru, siswa sendiri,

dan bantuan orangtua.

4) Menjamin dan membina suasana belajar yang efektif.

5) Subjek belajar yang berada dalam kondisi kurang mantap perlu

diberikan binaan.

7. Faktor-Faktor Belajar

Menurut Sumadi Suryabarata (1984 : 253–258) faktor – faktor yang

mempengaruhi belajar ada dua yaitu:

a. Faktor – Faktor yang berasal dari luar diri pelajar, faktor ini dapat

digolongkan menjadi dua yaitu:

1) Faktor – Faktor Non Sosial Dalam Belajar

Kelompok faktor–faktor ini boleh dikatakan juga tak terbilang

jumlahnya, seperti keadaan udara, suhu, cuaca, tempat, alat – alat

yang dipakai untuk belajar (seperti alat tulis, buku-buku, alat peraga

dan lain-lain).

Semua faktor–faktor yang telah disebutkan di atas juga faktor–

(41)

sehingga dapat membantu proses atau perbuatan belajar secara

maksimal. Letak sekolah atau tempat belajar misalnya harus

memenuhi syarat – syarat seperti di tempat yang tidak terlalu dekat

kepada kebisingan atau jalan raya, lalu bangunan ini ini harus

memenuhi syarat – syarat yang telah ditentukan dalam ilmu

kesehatan. Demikian pula alat–alat pelajaran harus seberapa

mungkin diusahakan untuk memenuhi syarat – syarat menurut

pertimbangan psikologis dan pedagogik.

2) Faktor – Faktor sosial

Faktor–faktor sosial di sini adalah manusia (sesama manusia)

baik manusia itu hadir maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan,

jadi tidak langsung hadir. Kehadiran orang atau orang – orang lain

pada waktu seseorang sedang belajar, banyak kali mengganggu

belajar. Misalnya kalau satu kelas murid sedang mengerjakan ujian

lalu terdengar lain banyak anak-anak lain bercakap–cakap di

samping kelas atau seseorang sedang belajar di kamar. Kecuali

kehadiran yang langsung seperti yang telah dikemukakan di atas,

mungkin juga orang lain itu hadir tidak langsung atau dapat

disimpulkan kehadirannya, misalnya potret dapat merupakan

representasi dari seseorang.

Faktor–faktor sosial seperti yang telah dikemukakan di atas itu

pada umumnya bersifat mengganggu proses belajar mengajar dan

(42)

sehingga, perhatian tidak dapat ditunjukkan kepada hal yang

dipelajari atau aktivitas belajar itu semata – mata. Dengan berbagai

cara faktor tersebut harus diatur, supaya belajar belajar dapat

berlangsung dengan sebaik – baiknya.

b. Faktor- Faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, faktor ini dapat

digolongkan menjadi dua yaitu

1) Faktor – Faktor Fisiologis

Faktor–Faktor Fisiologis ini dapat dibedakan menjadi dua

macam yaitu : 

a) Keadaan tonus jasmani pada umumnya

Keadaan jasmani pada umumnya ini dapat dikatakan

melatarbelakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang segar

akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang

segar, keadaan jasmani yang lelah lain pengaruhnya dari pada

yang tidak lelah.

b) Keadaan fungsi – fungsi jasmani tertentu terutama fungsi –

fungsi panca indra.

Panca indra merupakan hal yang paling penting dalam

belajar dan merupakan syarat dapatnya belajar dapat

berlangsung dengan baik. Dalam sistem persekolahan dewasa

ini di antara panca indra yang paling memegang peranan dalam

belajar adalah mata dan telinga. Karena itu adalah menjadi

(43)

indra anak didik dapat berfungsi dengan baik yang bersifat

kuratif maupun preventif seperti pemeriksaan dokter secara

periodik dan menempatkan murid secara baik di kelas.

2) Faktor – Faktor Psikologis

Arden N. Fradsen mengemukakan empat hal yang

mendorong seseorang untuk belajar adalah sebagai berikut:

a) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih

luas

b) Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk

selalu maju.

c) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua,

guru, dan teman.

d) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai

pelajaran.

 

D.Prstasi Belajar

1. Pengertian Prestasi

Menurut KBBI (2008:1101) prestasi adalah hasil yang telah dicapai

(dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dsb). Sedangkan W.J.S Winkel

Purwadarmtinto prestasi adalah hasil yang dicapai. Jadi, dapat disimpulkan

bahwa prestasi adalah segala usaha yang dicapai manusia secara maksimal

(44)

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi

Menurut Dimyati Mahmud (1989 : 84 – 86) faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar ada dua yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal meliputi motivasi dan keyakinan sedangkan,

faktor eksternal meliputi kemampuan. Selain itu faktor internal terdapat

tambahan yaitu takut gagal dan takut sukses. Takut gagal yang berupa

perasaan cemas seperti menempuh ujian, mempelajari sesuatu yang baru

dapat mengganggu keberhasilan dalam berprestasi. Murid-murid yang

merasa sangat sanggup selama menempuh ujian akan memperoleh hasil

yang lebih buruk ketimbang mereka yang tenang dan santai. Takut sukses

merupakan perasaan-perasaan negatif terhadap prestasi. Di samping

motif-motif tersebut, ada faktor-faktor lain yang juga memainkan peranan dalam

berprestasi. Faktor yang dimaksud adalah persepsi seseorang terhadap

prestasinya. Hal ini berkait dengan kombinasi empat faktor yaitu:

kemampuan, usaha, sukarnya tugas, dan keberuntungan atau nasib baik.

Selain Faktor internal, faktor eksternal juga terdapat tambahan yaitu

faktor situasional. Banyak perbedaan dalam prestasi akademik (atau prestasi

bukan dalam pekerjaan) bukan disebabkan oleh perbedaannya lingkungan

tempat kemampuan dan motif itu ditunjukan. Lingkungan sekolah misalnya:

gedung, perpustakaan, suasana kelas, kualitas dan penghasilan guru-guru.

Selain itu, bukan lingkungan sekolahan saja tetapi juga lingkungan yang

(45)

ensiklopedi dan sebagainya, sangat berkait dengan tingkat prestasi akademik

siswa.

Jadi prestasi belajar adalah pengetahuan atau pemahaman materi IPS

yang berupa nilai-nilai dan sikap yang terinteralisasi dalam kehidupan

sehari-hari dan penilaiannya berupa angket atau kuesioner dan hasilnya

berupa skor.

3. Fungsi dan Kegunaan Prestasi

Manusia selalu mengejar suatu prestasi atau hasil usaha menurut

aktivitas yang dilakukan dan sesuai dengan tingkat kemampuan

masing-masing yang akan memberikan kepuasan tertentu pada diri manusia

khususnya yang berada di lingkungan sekolah. Adapun fungsi dari prestasi

belajar menurut Ariffin (1990: 3) yaitu:

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan

yang telah dikuasai oleh siswa.

b. Prestasi belajar sebagai lambang hasrat ingin tahu.

c. Prestasi belajar sebagai informasi dalam inovasi pendidikan.

 

E.Pembelajaran IPS SD

1. Hakikat Pembelajaran IPS

Menurut Nursid Sumaantmadja (1984: 7) ilmu pengetahuan sosial

(IPS) adalah bidang-bidang keilmuan yang mempelajari manusia sebagai

angota masyarakat. Deobold B. Van Dalen mengemukakan bahwa IPS

(46)

ekonomi, aspek sikap mental, aspek budaya, aspek hubungan sosial dan

lain-lainnya.

Pengajaran IPS pada hakikatnaya adalah pengajaran yang berupa

aspek-aspek kehidupan manusia di masyarakat. Jadi, seperti yang telah

dikemukakan hakikat materi IPS digali dari kehidupan sehari-hari yang

nyata di masyarakat. Pengajaran IPS merupakan proses pengajaran yang

memadukan berbagai pengetahuan sosial. Pengajaran IPS bukan merupakan

pengajaran pengetahuan sosial yang terlepas-lepas yang satu dengan yang

lainnya. Pengajaran IPS merupakan sistem pengajaran yang membahas

gejala atau masalah sosial dari berbagai aspek kehidupan dalam membahas

gejala atau masalah sosial. Pengajaran IPS merupakan pengajaran tim

tentang pengetahuan sosial.

2. Tujuan Pembelajaran IPS

Pembelajaran IPS mempunyai tujuan berupamengembangkan potensi

peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat,

memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang

terjadi dan melatih ketrampilan untuk mengatasi setiap masalah yang terjadi

dalam kehidupan sehari-hari baik yang menimpa diri sendiri atau

masyarakat.

3. Ruang Lingkup IPS

Menurut SKKD (2006: 576) bahwa ruang lingkup dalam

(47)

a. Manusia, tempat dan lingkungan.

b. Waktu, keberlanjutan dan perubahan.

c. Sistem sosial dan ekonomi

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

 

F.Pembelajaran Berbasis Masalah

1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Susento (2006:23) Pembelajaran berbasis masalah adalah

konsep pembelajarn yang membantu guru menciptakan lingkungan

pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan

(bersangkut paut) bagi siswa dan memungkinkan siswa memperoleh

pengalaman belajar yang lebih realistik.

Boud (dalam Wena, 2009:91) menjelaskan pembelajaran berbasis

masalah (PBM) adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat

konfrontasi kepada siswa dengan masalah-masalah praktis open-ended

melalui stimulus dalam belajar. Sedangkan menurut Arends (Nurhayati

Abbas, 2000: 12) menyatakan bahwa model pembelajaran berdasarkan

masalah adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa

pada masalah autentik, sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya

sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inquiri,

memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri.

Pendekatan pembelajaran ini mengutamakan proses belajar dimana tugas

(48)

keterampilan mengarahkan diri. Pembelajaran berdasarkan masalah

penggunaannya di dalam tingkat berpikir lebih tinggi, dalam situasi

berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana belajar.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah

adalah suatu model pembelajaran yang berawal dari suatu masalah nyata

dalam kehidupan sehari-hari dimana siswa dituntut untuk berpikir aktif

dalam menyelesaikan masalah tersebut.

2. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

Sovie dan Hughes dalam Made Wena (2008: 91-92) menyatakan

bahwa pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik antara lain:

a. Belajar dimulai dengan suatu permasalahan.

b. Permasalahan yang diberikan harus berhubungan dengan dunia nyata

siswa.

c. Mengorganisasikan pembelajaran di seputar permasalahan.

d. Menberikan tanggung jawab yang besar dalam membentuk dan

menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri.

e. Menggunakan kelompok kecil.

f. Menuntut siswa untuk mendemontrasikan apa yang dipelajari dalam

bentuk produk atau kinerja.

3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Masalah

Susento, (2006) berpendapat bahwa Prinsip-prinsip dalam

(49)

a. Pembelajaran berbasis masalah secara khusus melibatkan siswa bekerja

pada masalah dalam kelompok kecil yang terdiri dari lima orang dengan

bantuan guru.

b. Guru berfungsi sebagai pelatih kelompok yang menyediakan bantuan

agar interaksi siswa menjadi produktif.

c. Membantu siswa mengidentifikasi pengetahuan yang dibutuhkan untuk

memecahkan masalah.

4. Langkah-Langah Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Arens (Triyanto, 2009:97) pada pembelajaran berdasarkan

masalah terdiri dari lima langkah yaitu :

a. Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan secara logis

dalam rangka memecahkan masalah..

b. Mengorganisir siswa dalam belajar yang meliputi:

1) Guru membagi siswa ke dalam kelompok.

2) Guru membantu siswa dalam mendefinisikan dan mengorganisir

tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.

c. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang

sesuai, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mengadakan

(50)

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya

yang sesuai seperti laporan, video dan model dalam membantu mereka

membagi tugas dengan temannya.

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi

terhadap penyelidikan mereka dan proses yang digunakan.

5. Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Wina Sanjaya (2006: 218-219) kelebihan pembelajaran

berbasis masalah adalah sebagai berikut:

a. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih

memahami isi pelajaran.

b. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta

memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa.

c. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

d. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer

pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

e. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan

pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang

mereka lakukan. Di samping itu juga dapat mendorong untuk melakukan

evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.

f. Melalui pemecahan masalah bisa mempertimbangkan kepada siswa

(51)

sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa bukan hanya sekedar belajar

dari guru atau dari buku.

g. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.

h. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk

berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk

menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

i. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk

mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

j. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk

terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berkhir.

6. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Triyanto (2009 :96) dan Wina Sanjaya (2006 :219)

kelemahan pembelajaran berbasis masalah adalah:

a. Sulitnya mencari problem yang relevan.

b. Memerlukan waktu banyak untuk penyelidikan.

c. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan

bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka

akan merasa malas untuk mencoba.

 

G.Kompetensi Dasar Matapelajaran IPS Kelas IV SD

1. Pengertian Masalah Sosial

Menurut KBBI masalah adalah persoalan, sesuatu yang harus

(52)

Heny Pujiati (2008: 203) menjelaskan bahwa masalah masalah adalah

masalah yang terjadi dimasyarakat atau kondisi masyarakat yang tidak

nomal.

Jadi dapat disimpulkan bahwa masalah sosial adalah suatu persoalan

dalam kehidupan masyarakat yang tidak dapat diselesaikan atau dipecahkan

seorang diri dan hanya bisa diselesaikan bersama-sama.

2. Macam-Macam Masalah Sosial

Macam-macam masalah sosial dibagi menjadi dua yaitu masalah

pribadi dan masalah sosial:

a. Masalah Pribadi

Masalah pribadi adalah masalah-masalah yang dialami dan

dihadapi oleh manusia sebagai individu.

Contoh: tidak mengerjakan PR, dimarahi orang tua, dijauhi teman,

mendapat nilai jelaek saat ulangan, tidak naik kelas.

b. Masalah Sosial

Masalah sosial adalah suatu keadaan yang dialami oleh

masyarakat. Masalah sosial meliputi kemiskinan, kejahatan, kebodohan,

kependudukan, dan lingkungan hidup.

Contoh: tawuran antarwarga, lingkungan yang kumuh, lingkungan warga

sering terjadi pencurian, penduduk banyak yang menganggur.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masalah Sosial

Menurut Ratna Heny Pujiati (2008: 203) faktor-faktor yang masalah

(53)

a. Lingkungan Alam

Alam adalah sumber kehidupan. Pemanfaatannya alam hendaknya

disesuaikan dengan kebutuhan. Sumber daya alam yang tidak

bertanggungjawab terhadap pelestarian lingkungan maka, lingkungan

alam akan rusak. Kerusakan alam berupa tanah longsor, banjir dan

kebakaran hutan.

b. Kependudukan

Pertumbuhan penduduk yang mengikat tanpa diimbangi dengan

ketersediaan pangan, sandang, dan papan akan menimbulkan masalah

sosial misalnya kejahatan.

c. Budaya

Perubahan sosial budaya dapat terjadi pada masyarakat tradisional

maupun yang sudah maju ( modern ). Penyebabnya antara lain jumlah

penduduk, kondisi alam, dan perubahan fisik penduduk. Contoh dari

faktor budaya adalah perceraian dan kenakalan remaja.

d. Ekonomi

Keadaan ekonomi yang tidak stabil berpotensi menimbulkan

masalah antara lainkeamanan yang tidak terkendali, kerusuhan yang tidak

terkendali, kebrangkutan yang menimbulkan pemutusan hubungan kerja (

PHK ). Contoh dari faktor ekonomi antara lain kemiskinan dan

pengangguran.

(54)

4. Bentuk-Bentuk Masalah Sosial

a. Pengangguran

Pengangguran adalah seseorang yang sekarang belum bekerja atau

orang yang sedang mencari pekerjaan. Upaya untuk mengatasi

pengangguran antara lain membuka lapangan pekerjaan dan mendirikan

usaha kecil menengah.

b. Kemiskinan

Keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi

kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung,

pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh

kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses

terhadap pendidikan dan pekerjaan. Faktor- faktor yang menyebabkan

kemiskinan antara lain Faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal meliputi sifat malas, pendidikan yang rendah, dan tidak

memiliki ketrampilan. Sedangkan faktor eksternal meliputi kondisi

ekonomi yang buruk, harga yang melambung tinggi dan kurangnya

perhatian pemerintah.

Menurut Ratna Heny Pujiati ( 2008: 2198-199 ) upaya untuk

mengatasi kemiskinan antara lain:  

1) Pemberian kartu askes

Kartu Askes (Asuransi Kesehatan) diberikan kepada keluarga

(55)

Keluarga Miskin). Dengan kartu Askes. keluarga miskin dapat berobat

di rumah sakit yang ditunjuk dengan biaya ringan atau gratis.

2) Pemberian beras untuk masyarakat miskin (Raskin)

Raskin merupakan program pemberian bantuan pangan dari

pemerintah berupa beras dengan harga yang sangat murah. Dengan

raskin diharapkan masyarakat yang termasuk keluarga miskin dapat

memenuhi kebutuhan pangannya.

3) Pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

BOS diberikan kepada siswa-siswi sekolah mulai dari sekolah

dasar sampai tingkat SLTA. Tujuannya untuk meringankan biaya

pendidikan. Sekarang juga sudah dilakukan program BOS buku.

Yakni program penyediaan buku pelajaran bagi siswa sekolah.

Dengan BOS buku diharapkan orang tua tidak lagi dibebani biaya

membeli buku pelajaran untuk anaknya yang sekolah.

4) Pemberian Bantuan Tunai Langsung (BTL)

BTL diberikan kepada masyarakat miskin yang tidak

berpenghasilan. BTL merupakan dana kompensasi/pengganti kenaikan

harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

5) Pemberian bantuan modal usaha

Bantuan modal usaha diberikan kepada masyarakat miskin yang

akan mengembangkan atau memulai suatu usaha. Biasanya untuk

usaha kecil dan menengah. Bantuan modal usaha ini adalah dalam

(56)

6) Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja adalah perilaku yang tidak dapat diterima

secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal. Upaya untuk mengatasi

kenakalan remaja antara lain adanya motivasi dari orang tua, guru dan

teman, pandai memilih teman dan kemauan orang tua untuk

membenahi keluarga sehingga terbentuk keluarga

 

H.Hubungan Matapelajaran IPS dengan Model Pembelajaran Berbasis

Masalah

Matapelajaran IPS merupakan ilmu yang memelajari tentang kehidupan

nyata dan masalah-masalah sosial. Pada matapelajaran ini berperan untuk

merealisasikan ilmu-ilmu sosial ke dalam kehidupan nyata masyarakat.

Melalui pelajaran IPS diharapkan siswa tidak hanya menguasai isi materinya

tetapi juga mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sosial yang dapat

bermanfaat bagi kehidupannya.

Sajalan dengan konsep pembelajaran IPS di atas, metode pembelajaran

berbasis masalah mempunyai hubungan yang erat karena dalam metode ini

siswa mampu memecahkan masalah sendiri sesuai dengan kehidupan nyata.

Salain itu, dapat memotivasi siswa untuk belajar mandiri, membantu

mengembangkan kemampuan pengambilan keputusan dan pemecahan

masalah, serta melatih siswa untuk berpikir kritis, kreatif dan terampil dalam

memecahkan masalah.

(57)

I. Kerangka berpikir

Motivasi memegang peranan yang sangat penting dalam kesuksesan

belajar siswa. Dengan motivasi yang kuat, kesulitan yang dihadapi siswa tidak

lagi dipandang sebagai hambatan. Oleh karena itu, guru dalam pembelajaran di

kelas harus memberikan motivasi-motivasi pada siswa dan berupaya

menumbuhkan motivasi dalam diri siswa. Timbulnya motivasi dalam diri siswa

terhadap mata pelajaran IPS khususnya materi mengenal masalah sosial di

daerahnya dapat meningkatkan prestasi belajar.

Salah satu cara untuk meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar

diperlukan model pembelajaran yang menarik dan interaktif. Adapun

pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran berbasis masalah.

Model pembelajaran ini memberikan kesempatan pada siswa untuk

berdiskusi, berpendapat di depan kelas, memecahkan masalah berdasarkan

kehidupan nyata, dan saling bekerjasama untuk meningkatkan penguasaan

pengetahuan terhadap materi yang bersangkutan. Selain itu melatih siswa

bertanggungjawab terhadap proses belajar yang dialami sehingga siswa dapat

menemukan manfaat pembelajaran berbasis masalah. Dari uraian diatas dapat

diduga bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

berbasis masalah meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar IPS

Gambar

Tabel 23: Data Prestasi Belajar Siklus II ..................................................................
Gambar 2: Diagram Data Kondisi Awal Motivasi Belajar .......................................
Gambar 1: Model Penelitian Kemmis dan Mc. Taggart.
Tabel 1: Jadwal Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alat kesehatan tertentu cenderung mudah ditumbuhi biofilm tergantung tujuan atau penggunaannya dan berhubungan dengan terjadinya infeksi; alat kesehatan tersebut

Berdasarkan hasil analisis data dan setelah dilakukan pengujian hipotesis dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh baik

Parameter fisika yang diuji berupa pengamatan fisik, berat jenis, kelarutan dan uji noda minyak.Parameter kimia yang diuji adalah bilangan saponifikasi, bilangan iodin

pada bayi K.M yaitu reflek yang masih lemah, dan dari pe ini maka kebutuhan yang har oleh bayi yaitu pemberian nut adekuat, sesuai dengan advis dokt status bayi di

• Berikut adalah penggunaan umum remote kontrol, remote bisa digunakan untuk AC multifungsi; Untuk beberapa fungsi, yang tidak dimiliki model, jika tombol yang sesuai pada

Dengan adanya pengaruh antara gaya hidup terhadap keputusan pembelian yaitu sebesar 44,5% dimana sub-variabel yang sangat mempengaruhi adalah minat dan sub-variabel

Pemetaan kuantitatif berfungsi untuk mengetahui berapa banyak, dari mana dan kemana hasil tangkapan dijual. Data kuantitatif dapat ditambahkan kedalam peta wilayah

Penentuan responden yang dijadikan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan metode Purposive Sampling, yaitu dengan memilih peternak yang memiliki sapi laktasi dengan