• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA OKTOBER 2015 SEBESAR 96,43 ATAU NAIK SEBESAR 0,57 PERSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA OKTOBER 2015 SEBESAR 96,43 ATAU NAIK SEBESAR 0,57 PERSEN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

No.76/11/71/Th.IX, 02 November 2015

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA

OKTOBER 2015 SEBESAR 96,43 ATAU NAIK SEBESAR 0,57 PERSEN

Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dan dinyatakan dalam persentase. NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan petani, dengan mengukur kemampuan tukar produk yang dihasilkan/dijual petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi maupun untuk konsumsi rumah tangga petani. Semakin tinggi NTP dapat diartikan kemampuan daya beli atau daya tukar (term of trade) petani relatif lebih baik dan tingkat kehidupan petani juga lebih baik.

Mulai Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergesaran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian diperdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.

Perbedaan antara NTP tahun dasar 2007=100 dengan NTP tahun dasar 2012=100 adalah meningkatnya cakupan jumlah komoditas baik pada paket komoditas It maupun Ib. Penghitungan NTP (2012=100) juga mengalami perluasan khususnya pada Subsektor Perikanan. Selain NTP Perikanan secara umum yang dihitung di 33 provinsi, Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) juga disajikan secara terpisah.

 Pada bulan Oktober 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 96,43 atau meningkat sebesar 0,57 persen dibanding NTP September 2015 yaitu sebesar 95,89. Peningkatan NTP ini disebabkan peningkatan indeks harga yang diterima petani lebih besar dibandingkan dengan peningkatan peningkatan indeks harga yang dibayar petani, dengan masing-masing perubahan indeks sebesar 1,14 persen untuk indeks yang diterima dan 0,57 persen perubahan yang terjadi pada indeks yang dibayarkan petani. Sedangkan untuk NTP tahun kalender dan YoY menurun masing-masing sebesar 0,95 persen dan 3,10 persen.

 Pada bulan Oktober 2015, di daerah perdesaan Provinsi Sulawesi Utara terjadi inflasi sebesar 0,68 persen. Inflasi perdesaan ini umumnya lebih disebabkan oleh meningkatnya indeks pada kelompok pengeluaran bahan makanan yang mencapai 1,17 persen.

 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Sulawesi Utara di bulan Oktober 2015 sebesar 106,33 atau meningkat sebesar 1,00 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya, sebesar 105,28.

(2)

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi rumah tangga dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Tabel 1

NILAI TUKAR PETANI (NTP) GABUNGAN PROVINSI SULAWESI UTARA OKTOBER 2015 (2012 = 100)

Rincian

Indeks Gabungan Sulut Perubahan (%)

September’15 Oktober’15 Prbhn Okt’15 thd Sept’15 Tahun Kalender YoY [1] [2] [3] [4] [5] [6]

Indeks Harga yang

Diterima Petani 116.33 117.66 1.14 2.72 4.62

Indeks Harga yang Dibayar

Petani 121.32 122.01 0.57 3.70 7.96

Konsumsi Rumah Tangga 125.31 126.17 0.68 4.71 9.36

Bahan Makanan 135.28 136.86 1.17 7.85 13.53

Makanan Jadi 117.34 117.89 0.46 5.38 7.62

Perumahan 117.36 117.67 0.26 2.16 4.69

Sandang 109.67 109.73 0.05 0.77 3.28

Kesehatan 112.73 113.15 0.37 5.02 6.98

Pendidikan, Rekreasi & Olah

raga 106.16 106.19 0.02 0.92 2.46

Transportasi dan Komunikasi 129.79 129.85 0.04 -2.70 7.10

BPPBM 110.50 110.65 0.14 0.54 3.49

Bibit 109.08 109.69 0.56 0.45 1.80

Obat-obatan & Pupuk 106.93 106.94 0.01 0.11 1.48

Sewa Lahan, Pajak &

Lainnya 107.71 107.71 0.00 1.33 2.02

Transportasi 130.05 130.06 0.01 -5.44 10.83

Penambahan Barang Modal 107.11 107.09 -0.02 0.53 1.27

Upah Buruh Tani 110.93 111.20 0.25 2.59 4.34

Nilai Tukar Petani 95.89 96.43 0.57 -0.95 -3.10

Nilai Tukar Usaha

Pertanian 105.28 106.33 1.00 2.16 1.09

(3)

harga barang/produk pertanian yang dihasilkan memiliki peningkatan yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan indeks yang dikeluarkan petani berupa konsumsi rumah tangga dan keperluan produksi pertanian, seperti terlihat pada Tabel 1. Di sisi lain NTP Sulawesi Utara masih berada di bawah nilai 100, artinya bahwa daya beli petani di Sulawesi Utara masih belum lebih baik dibandingkan dengan keadaan di tahun dasarnya, 2012. Atau dengan kata lain bahwa kesejahteraan petani di Sulawesi Utara dapat diindikasikan masih kurang lebih baik dibandingkan tahun dasarnya, 2012.

Tabel 2

NILAI TUKAR PETANI (NTP) SULAWESI UTARA SEPTEMBER - OKTOBER 2015 (2012 = 100)

Subsektor Bulan % Perub.

September’15 Oktober’15

[1] [2] [3] [4]

1 Tanaman Pangan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 117.47 119.72 1.92

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 122.43 123.23 0.66

c Nilai Tukar Petani (NTPP) 95.95 97.15 1.25

2 Hortikultura

a Indeks Harga yang Diterima (It) 127.66 129.82 1.69

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 122.11 122.70 0.48

c Nilai Tukar Petani (NTPH) 104.54 105.80 1.20

3 Tanaman Perkebunan Rakyat

a Indeks Harga yang Diterima (It) 105.70 106.86 1.10

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 121.87 122.64 0.63

c Nilai Tukar Petani (NTPR) 86.73 87.13 0.47

4 Peternakan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 118.19 117.81 -0.32

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 116.86 117.36 0.43

c Nilai Tukar Petani (NTPT) 101.14 100.38 -0.75

5 Perikanan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 129.44 129.89 0.35

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 122.87 123.46 0.47

c Nilai Tukar Petani (NTNP) 105.34 105.21 -0.12

5.1. Perikanan Tangkap

a Indeks Harga yang Diterima (It) 137.81 138.82 0.73

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 123.44 124.03 0.48

c Nilai Tukar Petani (NTN) 111.64 111.92 0.25

5.2. Perikanan Budidaya

a Indeks Harga yang Diterima (It) 114.32 113.77 -0.48

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 121.85 122.42 0.46

(4)

1. Indeks harga yang diterima petani (I

t

)

Indeks harga yang diterima petani (It) adalah indeks yang berasal dari seluruh harga-harga yang didapatkan petani dari hasil penjualan seluruh komoditi pertanian yang diusahakan.

Pada bulan Oktober 2015 indeks harga yang diterima petani (It) di Provinsi Sulawesi Utara mencapai nilai 117,66. Indeks harga yang diterima ini mengalami peningkatan sebesar 1,14 persen jika dibandingkan dengan keadaan di bulan September 2015, sebesar 116.33. Peningkatan It terjadi hampir di seluruh subsektor pertanian, dimana pertumbuhan yang tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan, sebesar 1,92 persen.

2. Indeks harga yang dibayar petani (I

b

)

Indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat menunjukkan fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya rumah tangga petani yang merupakan bagian kelompok terbesar yang ada di daerah perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Indeks harga yang dibayar petani (Ib) Sulawesi Utara di bulan Oktober 2015 adalah sebesar 122,01, meningkat sebesar 0,57 persen dibandingkan bulan September 2015, sebesar 121,32. Peningkatan indeks Ib terjadi di seluruh sub sektor pertanian, dimana pertumbuhan yang terbesar berada pada subsektor tanaman pangan, sebesar 0,66 persen.

3. NTP Subsektor

a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi & Palawija (NTPP)

NTP sub sektor tanaman pangan pada bulan Oktober 2015 mengalami peningkatan sebesar 1,25 persen dibandingkan dengan NTPP bulan September 2015, dari nilai 95,95 di bulan September 2015 meningkat menjadi 97,15 di bulan Oktober 2015. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami peningkatan sebesar 1,92 persen, dimana laju pertumbuhan ini melebihi petumbuhan indeks harga yang dibayar petani yang meningkat hanya mencapai sebesar 0,66 persen.

Indeks harga yang diterima petani berasal dari kelompok padi dan palawija dimana indeks pada masing-masing kelompok ini mengalami peningkatan masing-masing sebesar 3,46 persen dan 0,35 persen. Komoditi yang memberikan peningkatan indeks yang diterima petani terbesar didominasi Gabah dan Jagung, masing-masing sebesar 3,46 persen dan 1,84 persen.

NTP pada sub sektor ini berada di bawah nilai 100, artinya bahwa tingkat daya beli rumah tangga petani pada sub sektor tanaman pangan di bulan Oktober 2015 masih belum lebih baik dibandingkan keadaan di tahun dasar 2012.

(5)

b. Subsektor Hortikultura (NTPH)

NTP subsektor Hortikultura mengalami peningkatan sebesar 1,20 persen di bulan Oktober 2015. Hal ini disebabkan peningkatan indeks harga yang diterima petani lebih besar dibanding dengan peningkatan indeks harga yang dibayar petani. Peningkatan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,69 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,48 persen. Nilai NTPH di bulan September 2015 sebesar 104,54 meningkat menjadi 105,80 di bulan Oktober 2015.

Komoditi yang mendominasi peningkatan indeks NTP sub sektor hortikultura adalah Bawang Daun, dan Tomat, masing-masing meningkat sebesar 3,55 persen dan 8,37 persen.

Berbeda halnya dengan sub sektor tanaman pangan, NTP pada sub sektor hortikultura berada pada nilai di atas 100. Artinya adalah bahwa kemampuan daya beli rumah tangga petani sub sektor hortikultura dalam memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga maupun kebutuhan untuk biaya produksi dan penambahan barang modal untuk usaha pertaniannya lebih baik dibandingkan dengan keadaan di tahun dasar 2012.

c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada bulan Oktober 2015,NTPR mengalami peningkatan sebesar 0,47 persen, dari 86,73 di bulan September 2015 meningkat menjadi 87,13 di bulan Oktober 2015. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami peningkatan, sebesar 1,10 persen, dimana peningkatan indeks ini lebih besar dibandingkan dengan peningkatan indeks harga yang dibayar petani yang meningkat sebesar 0,63 persen.

Peningkatan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh meningkatnya indeks beberapa komoditi pada sub sektor ini, antara lain Kelapa dan cengkeh, masing-masing sebesar 2,35 persen dan 6,18 persen.

d. Subsektor Peternakan (NTPT)

Berbeda halnya dengan sub sektor sebelumnya, di bulan Oktober 2015 NTPT Peternakan mengalami penurunan, sebesar 0,75 persen, yakni dari nilai 101,14 di bulan September menurun menjadi 100,38 di bulan Oktober. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,32 persen, akan tetapi indeks yang dibayarkan petani mengalami peningkatan sebesar 0,43 persen. Penurunan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh menurunnya indeks komoditi pembentuk It dari beberapa kelompok ternak besar dan ungags, sebesar 1,01 persen dan 0,09 persen. Sedangkan dari komoditinya terlihat bahwa penurunan indeks berjalan sapi potong dan ayam ras pedaging memberikan pengaruh pada penurunan nilai tukar pada subsektor ini, masing-masing sebesar 1,03 persen dan 3,88 persen.

(6)

e. Subsektor Perikanan (NTNP)

NTNP subsektor perikanan mengalami penurunan sebesar 0,12persen. Penurunan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 0,35 persen, di sisi lain indeks yang dibayarkan petani juga meningkat, sebesar 0,47 persen. Peningkatan It pada Oktober 2015 disebabkan oleh meningkatnya indeks harga yang diterima pada kelompok perikanan tangkap sebesar 0,73 persen, sedangkan perikanan budidaya menurn sebesar 0,48 persen. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh meningkatnya indeks pada kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,65 persen dan BPPBM sebesar 0,05 persen.

1). Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

NTN subsektor perikanan pada kelompok penangkapan ikan mengalami peningkatan sebesar 0,25 persen di bulan Oktober 2015. Nilai NTN pada subsektor ini di bulan September 2015 sebesar 111,64 dan di bulan Oktober 2015 sebesar 111,92. Hal ini terjadi karena It meningkat, sebesar 0,73 persen lebih besar dibandingkan dengan kenaikan Ib sebesar 0,48 persen. Peningkatan It disebabkan oleh peningkatan yang terjadi pada kelompok penangkapan penangkapan laut sebesar 0,73 persen. Komoditi subsektor yang mempengaruhi peningkatan nilai tukar subsektor ini berasal dari komoditi ikan cakalang, garopa, dan tembang, masing-masing sebesar 1,61 persen, 2,83 persen, dan 15,83 persen.

2). Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

NTN subsektor perikanan budi daya di bulan Oktober 2015 menurun sebesar 0,94 persen. Penurunan ini dikarenakan It menurun sebesar 0,48 persen, sedangkan indeks Ib meningkat sebesar 0,46 persen. Indeks It lebih banyak dipengaruhi oleh penurunan indeks pada kelompok perikanan budi daya air tawar, sebesar 0,48 persen, sedangkan petani yang berusaha budidaya air payau bergerak statis. Komoditi perikanan budidaya yang menjadi penyumbang terhadap penurunan indeks NTN subsektor ini adalah ikan Mas dan Mujair, dengan masing-masing penurunan sebesar 0,24 persen dan 0,61 persen.

Tabel 3.

NILAI TUKAR PETANI PER SUB SEKTOR DAN PERUBAHANNYA SEPTEMBER – OKTOBER 2015 (2012 = 100)

Subsektor dan Kelompok Bulan % Perub.

Sept’15 Okt’15

[1] [3] [4] [5

1 Tanaman Pangan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 117.47 119.72 1.92

- Padi 114.32 118.28 3.46

- Palawija 120.83 121.26 0.35

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 122.43 123.23 0.66

(7)

a Indeks Harga yang Diterima (It) 127.66 129.82 1.69

- Sayur-sayuran 129.45 131.92 1.91

- Buah-buahan 118.10 118.80 0.60

- Tanaman obat 117.64 116.17 -1.25

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 122.11 122.70 0.48

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 124.55 125.28 0.59

- Indeks BPPBM 110.95 110.89 -0.05

3 Tanaman Perkebunan Rakyat

a Indeks Harga yang Diterima (It) 105.70 106.86 1.10

- Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 105.70 106.86 1.10

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 121.87 122.64 0.63

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 125.02 125.95 0.75

- Indeks BPPBM 109.48 109.60 0.11

4 Peternakan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 118.19 117.81 -0.32

- Ternak Besar 118.73 117.54 -1.01

- Ternak Kecil 115.17 115.42 0.22

- Unggas 117.62 117.52 -0.09

- Hasil Ternak 123.79 124.97 0.95

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 116.86 117.36 0.43

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 126.44 127.15 0.56

- Indeks BPPBM 106.73 107.01 0.26

5 Perikanan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 129.44 129.89 0.35

- Tangkap 137.81 138.82 0.73

- Budidaya 114.32 113.77 -0.48

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 122.87 123.46 0.47

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 126.96 127.79 0.65

- Indeks BPPBM 114.02 114.07 0.05

1. Perikanan Tangkap

a Indeks Harga yang Diterima (It) 137.81 138.82 0.73

- Penangkapan Perairan Umum 114.09 114.09 0.00

- Penangkapan Laut 137.82 138.83 0.73

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 123.44 124.03 0.48

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127.21 128.05 0.66

- Indeks BPPBM 115.28 115.34 0.05

2. Perikanan Budidaya

a Indeks Harga yang Diterima (It) 114.32 113.77 -0.48

- Budidaya Air Tawar 114.32 113.77 -0.48

- Budidaya Air Payau 114.83 114.83 0.00

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 121.85 122.42 0.46

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 126.51 127.32 0.64

- Indeks BPPBM 111.73 111.78 0.04

(8)

4. Perbandingan NTP Antar Provinsi di Pulau Sulawesi

Nilai Tukar Petani pada bulan Oktober 2015 di pulau Sulawesi yang tertinggi berada di Provinsi Sulawesi Barat, sebesar 106,31, sedangkan yang terendah berada di Provinsi Sulawesi Utara, sebesar 96,43. Petumbuhan berjalan indeks NTP di bulan Oktober mengalami antar provinsi, dimana telah terjadi peningkatan hampir di seluruh provinsi, kecuali Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Peningkatan NTP yang tertinggi terjadi Provinsi Sulawesi Utara, sebesar 0,57 persen, sedangkan penurunan yang terbesar terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 0,57 persen. Jika dilihat dari Nilai Tukar Usaha pertanian (NTUP), NTUP yang tertinggi berada di Provinsi Gorontalo, sebesar 114,95 dan yang terendah di Provinsi Sulawesi Tengah, sebesar 105,89.

Tabel 4.

NTP 6 PROVINSI DI PULAU SULAWESI DAN PERSENTASE PERUBAHANNYA OKTOBER 2015 (2012 = 100)

No. Provinsi

It Ib NTP NTUP

Indeks % Perub Indeks % Perub Indeks % Perub Indeks %

Perub [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] 1 Sulawesi Utara 117,66 1,14 122.01 0.57 96.43 0.57 106.33 1.00 2 Sulawes Tengah 117.45 0.62 119.04 0.46 98.66 0.17 105.89 0.57 3 Sulawesi Selatan 127.90 -0.34 120.86 0.23 105.83 -0.57 113.69 -0.43 4 Sulawesi Tenggara 119.89 0.22 119.14 0.32 100.63 -0.10 107.18 0.01 5 Gorontalo 126.60 -0.07 121.61 -0.36 104.11 0.29 114.95 -0.18 6 Sulawesi Barat 123.16 0.57 115.85 0.10 106.31 0.47 113.04 0.47

5.

Inflasi/Deflasi Perdesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada bulan Oktober2015, di daerah perdesaan Provinsi Sulawesi Utara terjadi inflasi sebesar 0,68 persen. Inflasi perdesaan ini disebabkan oleh meningkatnya indeks pada semua kelompok pengeluaran konsumsi rumah tangga, dan peningkatan indeks yang terbesar terjadi pada kelompok pengeluaran bahan makanan, sebesar 1,17 persen, sedangkan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga memberikan perubahan yang negatif pada inflasi perdesaan di Sulawesi Utara, sebesar 0,07 persen, seperti terlihat pada Tabel 5 berikut:

(9)

Tabel 5.

INDEKS HARGA KONSUMEN PERDESAAN DAN PERUBAHANNYA PROVINSI SULAWESI UTARA MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN

SEPTEMBER – OKTOBER 015 (2012 = 100)

Kelompok Pengeluaran September’15 Oktober’15

Prbh Agust’15 thd

Sept’15

[1] [2] [3] [4]

Konsumsi Rumah Tangga 125.31 126.17 0.68

Bahan Makanan 135.28 136.86 1.17

Makanan Jadi, Rokok & Tembakau 117.34 117.89 0.46

Perumahan 117.36 117.67 0.26

Sandang 109.67 109.73 0.05

Kesehatan 112.73 113.15 0.37

Pendidikan, Rekreasi, & OR 106.16 106.19 0.02

Transportasi & Komunikasi 129.79 129.85 0.04

6. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor

Jika dilihat secara umum pada bulan Oktober 2015 telah terjadi peningkatan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) sebesar 1,00 persen. Peningkatan NTUP persubsektor terjadi pada hampir seluruh sub sektor, kecuali sub sektor peternakan, dan subsektor perikanan budidaya. Sedangkan NTUP yang tertinggi di bulan Oktober 2015 terjadi di sub sektor perikanan tangkap sebesar 120,36 dan yang terendah terjadi di subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 97,50, seperti yang terdapat pada tabel 6.

Tabel 6.

NILAI TUKAR USAHA RUMAH TANGGA PERTANIAN PER SUBSEKTOR PROVINSI SULAWESI UTARA, SEPTEMBER – OKTOBER 2015 (2012=100)

Subsektor

September‘15

Oktober’15

Okt’15 thdp

Sept’15

1. Tanaman Pangan

103.81 105.52 1.65

2. Hortikultura

115.06 117.07 1.74

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

96.55 97.50 0.99

4. Peternakan

110.73 110.09 -0.58

5. Perikanan

113.52 113.87 0.31

a. Tangkap

119.54 120.36 0.68

b. Budidaya

102.32 101.79 -0.52

(10)

Informasi lebih lanjut hubungi:

Martedhy Mormin Tenggehi, S.Si

Kabid. Statistik Distribusi

BPS Provinsi Sulawesi Utara

Telepon: 0431-847044

Fax.: 0431-862204

Email: bps7100@bps.go.id

Homepage: http://sulut.bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

shoulder wheel ke atas untuk gerakan fleksi dan ke bawah untuk gerakan ekstensi. Selanjutnya, pasien melakukan latihan dengan dipandu oleh terapis. 2) Untuk

Berdasarkan data yang ada dan meningkatnya penyakit hipertensi yang telah dipaparkan, rumusan masalah pada penelitian ini adalah : apakah perilaku yang praktikkan

Aktual data base keanekaragaman hayati perikanan perairan umum daratan Sulawesi diperoleh dari sejumlah badan air yang sudah diteliti sekitar 214 buah yang terdiri atas 175 buah

Dilihat dari industri yang pesaingnya sedikit, dibutuhkannya kemampuan dan keahlian yang khusus, dan pelanggan yang relatif price- insensitive ini maka Penulis akan menggali

Penelitian Fifendy et al .(2011) menyimpulkan bahwa penambahan ekstrak kecambah sebagai sumber nitrogen dapat menghasilkan mutu nata yang lebih baik dibanding dengan

Untuk mendukung pencapaian tujuan keterlaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi dan sejalan dengan salah satu misi Universitas Riau Kepulauan, Lembaga Penelitian dan

Hasil analisis keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan modul pembelajaran matematika berbasis learning cycle 7E dengan pendekatan saintifik diperoleh persentase

No. Sementara itu, responden kurang setuju kalau kecenderungan berpikir negatif menghambat inovasi mereka. Mereka juga kurang setuju jika perasaan-perasaan negatif