• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN T

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN T"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN TUBERKOLOSIS PARU

Oleh :

Kadek Suwartana

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

(2)

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Anatomi Sistem Pernafasan

Respirasi adalah suatu peristiwa tubuh kekurangan oksigen, kemudian oksigen yang berada diluar tubuh dihirup (inspirasi) melalui organ-organ pernafasan, dan pada keadaan tertentu bila tubuh kelebihan karbon dioksida maka tubuh berusaha untuk mengeluarkannya dari dalam tubuh dengan cara menghembuskan napas (ekspirasi) sehingga terjadi suatu keseimbangan antar oksigen dan karbon dioksida dalam tubuh (Syaifudin, 2009).

Sistem respirasi berperan untuk menukar udara ke permukaan dalam paru. Udara masuk dan menetap dalam sistem pernafasan dan masuk dalam pernafasan otot. Trakea dapat melakukan penyaringan, penghangatan, dan melembapkan udara yang masuk, melindungi permukaan organ yang lembut. Hantaran tekanan menghasilkan, mengatur udara dan mengubah permukaan saluran napas bawah (Syaifudin, 2011).

Guna pernafasaan yaitu mengambil oksigen dari luar masuk ke dalam tubuh, beredar dalam darah, selanjutnya terjadi proses pembakaran dalam sel atau jaringan, mengeluarkan karbondioksida yang terjadi dari sisa-sisa hasil pembakaran dibawa oleh darah yang berasal dari sel (jaringan). Selanjutnya dikeluarkan melaluiorgan pernafasan Untuk melindungi sistem permukaan dari kekurangan cairan dan mengubah suhu tubuh, melindungi sistem pernafasan dari jaringan lain terhadap serangan patogenik, untuk pembentukan komunikasi seperti berbicara, bernyanyi, berteriak dan menghasilkan suara (Syaifudin, 2011).

a. Hidung

(3)

untuk menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung. (Syaifudin, 2002).

Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan karang hidung (konka nasalis), yang berjumlah 3 buah yaitu konka nasalis inferior (bagian bawah), konka nasalis media ( bagian tengah), konka nasalis superior ( bagian atas). Diantara konka terdapat 3 buah lekukan meatus yaitu meatus superior (lekukan bagian atas), meatus medialis ( lekukan bagian tengah ), meatus inferior ( lekukan bagian bawah ). Meatus ini dilewati oleh udara pernapasan, sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang disebut koana. Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, ke atas rongga hidung berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut sinus paranasalis, yaitu sinus maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalis pada tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji, dan sinus ethmoidalis pada rongga tulang tapis. (Syaifudin, 2002).

Pada hidung dibagian mukosa terdapat serabut-serabut saraf atau reseptor-reseptor dari saraf penciuman disebut nervus olfaktorius. Disebelah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah atas langit-langit terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan rongga pendengaran tengah saluran ini desebut tuba auditiva eustaki, yang menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring. (Syaifudin, 2009).

b. Faring

Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan. Terdapat dibawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan dengan rongga lain yaitu, ke atas berhubungan dengan rongga hidung dengan perantara lubang koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut bernama istmus fausium, ke bawah terdapat 2 lubang, ke depan lubang laring, ke belakang lubang esofagus. Dibawah selaput lendir terdapat jarngan ikan dan kumpulan getah bening yang dinamakan adenoid. Disebelahnya terdapat 2 tonsil. Di sebelah belakang terdapat epiglotis yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan (Syaifudin, 2011).

c. Laring

(4)

tidak mengeluarkan suara disebut ventrikularis. Di bawah pita suara sejati yang membentuk suara disebut vokalis (Syaifudin, 2009).

d. Trakea

Trakea terbentuk oleh 16 s/d 20 cincin yang terdiri tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti huruf C. Panjang trakea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos. Sel-sel bersilia berguna untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. Yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina ( Syaifudin, 2002).

e. Bronkus

Bronkus (cabang tenggorok) merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus terdapat pada ketinggian vertebrae torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur sama dengan trakea dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan kebawah ke arah tampuk paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujing bronkioli terdapat gelembung paru yang disebut alveoli (Syaifudin, 2002).

f. Pulmo

Paru-paru terletak pada rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dadakavum mediatinum. Pada bagian tengah itu terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput bernama pleura. Pleura terbagi 2 yaitu viseral dan parietal. Pulmo (paru) adalah sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung alveoli. Banyaknya gelembung paru kurang lebih 700.000.000 buah (paru kiri dan kanan). Paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus yaitu lobus superior, media, inferior. Paru-paru kiri terdiri 2 lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh-pembuluh darah getah bening dan saraf-saraf (Syaifudin, 2002).

2. Fisiologis SistemPernafasan

a. Pernafasan paru-paru

(5)

alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar, alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus membran, diambi oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan keseluruh tubuh. Didalam paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan menembus membran alveoli, dari kapiler darah dikeluarkan melalui pipa bronkus berakhir sampai pada mulut dan hidung. Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida, konsentrasi dalam darah mempengaruhi dan merangsang pusat pernafasan terdapat dalam otak untuk memperbesar kecepatan dalam pernafasan sehingga terjadi pengambilan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida lebih banyak. (Syaifudin, 2002).

b. Pernafasan jaringan

Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandung oksigen dari seluruh tubuh masuk ke dalam jaringan akhirnya mencapai kapiler, darah mengeluarkan oksigen ke dalam jaringan, mengambil karbon dioksida untuk dibawa ke paru dan di paru-paru terjadi pernafasan eksterna. (Syaifudin, 2002).

c. Daya muat paru-paru

Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4.500 ml-5.000 ml (4,5-5 liter). Udaha yang diproses dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10%, ± 500 ml disebut juga udara pasang surut (tidal air) yaitu yang dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasan biasa. (Syaifudin, 2009).

d. Pengendalian pernafasan

(6)

e. Kecepatan pernafasan

Pada wanita lebih tinggi dari pada pria, pernafasan secara normal maka ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat, pada bayi ada kalanya terbalik, inspirasi istirahat-ekspirasi,disebut juga pernafasan terbalik. (Syaifudin, 2002).

f. Kebutuhan tubuh terhadap oksigen

Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan, manusia sangat membutuhkan oksigen dalam hidupnya kalau tidak mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bisa menimbulkan kematian, kalau penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran dan anoreksia serebralis misalnya orang bekerja pada ruangan yang sempit, tertutup, ruang kapal, ketel uap dan lain-lain. Bila oksigen tidak mencukupi maka warna darah merahnya hilang berganti kebiruan misalnya yang terjadi pada bibir, telinga, lengan dan kaki disebut sianosis. (Syaifudin, 2009).

g. Dinamika pernafasan

Tekanan udara mendesak melalui saluran pernafasan menekan paru-paru ke arah dinding torak, tekanan dalam ruang pleura mencegah paru-paru menyusut dari dinding toraks dan memaksa paru-paru untuk mengikuti pergerakan pernafasan dinding toraks dan diagfragma, tekanan ini meningkat pada waktu inspirasi dan gerakan pernafasan ini dihasilkan oleh otot pernafasan. Waktu ekspirasi serat otot diagfragma yang relaksasi muncul tinggi menuji diagfragma membebaskan ruang pelengkap diantara diagfragma dan dinding toraks. (Syaifudin, 2002).

3. Definisi

Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang, dannoduslimfe.(Suzanne &Smelzher, 2001, hal 584).

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberkulosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah, orang ke orang, dan mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus. (Elizabeth, 2000, hal. 414).

Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangatbervariasi. (Mansjoer, Arif,2001)

(7)

Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikobakterium tuberkulosa tipe humanus( jarang oleh tipe M. Bovinus). TB paru merupakan penyakit infeksi penting saluran napas bagian bawah. Basil mikobakterium tuberculosa tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet infeksion) sampai alveoli, terjadilah infeksi primer (ghon). Selanjutnya menyebar ke kelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). Tb paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Muhammad Amin,2001)

Jadi dapat disimpulkan bahwa Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksius yang menyerang parenkim paru karena disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosisyang biasa ditularkan melalui inhalasi percikan ludah, orang ke orang, dan mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus.

4. Etiologi

Agen infeksius utama dari TB paru adalah Mycobacterium tuberculosis, batang aerobik tahan asam (BTA) yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet. Tuberkulosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara.Spesies lain kuman ini yang dapat memberikan infeksi pada manusia adalah Mycobacteriumbovis,MycobacteriumKansasii, Mycobacterium Intracellulare, sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak(lipid)inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dam lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin. Di dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit intrasellular, yakni dalam sitoplasma magrofak. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya ( Mansjoer , 2000).

Pada patogenesis tuberculosis adalah mengenali bahwa M. Tuberculosis mengandung banyak zat imunoreaktif. Lipid permukaan pada mikobakterium dan komponen peptidoglikan dinding sel yang larut air merupakan tambahan yang penting yang dapat menimbulkan efeknya melalui kerja primernya pada makrofag penjamu. Mikobakterium mengandung suatu kesatuan antigen polisakarida dan protein, sebagian mungkin spesifik spesies tetapi yang lainnya secara nyata memiliki epitop yang luas di seluruh genus. Hipersensitivitas yang diperantarai sel khas untuk tuberkulosis dan merupakan determinan yang penting pada patogenesis penyakit. (Harrison, 2002).

5. Epidemiologi

(8)

menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta per tahun (WHO, 1993).

Sebagian besar dari kasus TB ini (95%) dan kematiannya (98%) terjadi dinegara-negara berkembang. Indonesia itu sendiri merupakan negeri dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah China dan India.Diantara mereka 75% berada pada usia produktif yaitu 20-49 tahun. Alasan utama yang muncul atau meningkatnya penyakit TB global ini disebabkan :

a. Kemiskinan pada berbagai penduduk b. Meningkatnya penduduk dunia

c. Perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi

d. Tidak memadainya pendidikan mengenai penyakit TB e. Terlantar dan kurangnya biaya pendidikan.

6. Patofisiologi

Indvidu rentan yang menghirup basil tuberkulosis dan menjadi terinfeksi. Bakteri dipindahkan melalui jalan napas ke alveoli, tempat dimana mereka terkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya (ginjal, tulangm korteks serebri), dan area pari lainnya (lobus atas).

Sistem imuntubuh berespons dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri;limfosit spesifik-tuberkulosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jarigan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan.

Masa jaringan baru, yang disebut granulomas, yang merupakan gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding protektof. Ganulomas diubah menjadi massa jaringan fibrisa, bagian sentral dari masa fibrosaini disebut Tuberkel Ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nektrotik, membentuk masa seperti keju. Masa ini dapat mengalami klasifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif.

Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respons yang inadekuat dari respons sistem imun. Penyakit aktif juga dapatterjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bekteri dorman. Dalam kasus ini, Tuberkel Ghon memecah, melepaskan bahan seperti keju ke dalam kronki. Bakteri kemudian menjadi tersebar diudara, mengakibatkasn penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yan memecah menyembuh, membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi membengkak, mengakibatkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut, pembengkakakn tuberkel, dan selanjutnya.

(9)

berkepanjangan dan ditandai oleh remisi lama ketika penyakit dihentikan, hanya supaya diikuti dengan periode aktivitas yang diperbaharui. Hanya sekitar 10% individu yang awalnya terinfeksi mengalami penyakit aktif.

Leukosit polimorfonuklear nampak pada tempat tersebut dan mempagosit, namun tidak membunuh basil. Hari-hari berikutnya leukosit diganti oleh makrofag, alveoli yang terserang mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumoni akut. Pneumoni selluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini dapat berjalan terus, dan basil terus dipagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar getah bening. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan waktu 10-20 hari). Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju (nekrosis kaseosa) . Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi akan lebih fibroblas membentuk jaringan parut dan ahirnya membentuk suatu kapsul yang dikelilingi tuberkel.

Penyebaran kuman Mikrobacterium tuberkolusis bisa masuk melalui tiga tempat yaitu saluran pernafasan , saluran pencernaan dan adanya luka yang terbuka pada kulit. Infeksi kuman ini sering terjadi melalui udara ( airbone ) yang cara penularannya dengan droplet yang mengandung kuman dari orang yang terinfeksi sebelumnya . ( Sylvia.A.Price.1995.hal 754 )

Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC membuang ludah dan dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar. Dalam dahak dan ludah ada basil TBC-nya , sehingga basil ini mengering lalu diterbangkan angin kemana-mana. Kuman terbawa angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang kemudian terhirup oleh manusia melalui paru dan bersarang serta berkembangbiak di paru-paru. ( dr.Hendrawan.N.1996,hal 1-2 )

(10)

mengadakan infiltrasi akan menjadi lebih panjang dan yang sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epitelloid yang dikelilingi oleh limfosit,proses tersebut membutuhkan waktu 10-20 hari. Bila terjadi lesi primer paru yang biasanya disebut focus ghon dan bergabungnya serangan kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon yang mengalami pencampuran ini juga dapat diketahui pada orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin.Beberapa respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas.Pada proses ini akan dapat terulang kembali dibagian selain paru-paru ataupun basil dapat terbawa sampai ke laring ,telinga tengah atau usus. (Sylvia.A Price:1995;754)

(11)

7. Pathway

Mycobacterium Tuberculosis Masuk ke Sal. Pernapasan mll droplet udara

Menuju Alveoli

Fagosit menelan antigen Daerah pertukaran O2

(12)

8. Manifestasi Klinis

Tuberkulosis paru termasuk insidius. Sebagian besar pasien menunjukkan demam tingkat rendah, keletihan, anoreksia, penurunan berat badan, berkeringat malam, nyeri dada, dan batuk menetap. Batuk pada awalnya mungkin nonproduktif, tetapi dapat berkembang ke arah pembentukan sputum mukopurulen dengan hemoptosis.

Tuberkulosis dapat mempunyai manifestasi atipikal pada lansia, seperti perilaku tidak biasa dan perubahan status mental, demam, anoreksia dan penurunan berat badan. Basil TB dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman. (Smeltzer, Suzanne C,2001)

Biasanya orang yang mengidap penyakit tuberkulosis menunjukkan gejala-gejala atau tanda-tanda sebagai berikut:

a. Batuk-batuk berdahak lebih dari 4 minggu.

b. Batuk mengeluarkan darah atau pernah mengeluarkan darah c. Dada terasa sakit atau nyeri

d. Terasa sesak waktu bernafas e. Suhu badan meningkat f. Nafsu makan berkurang

g. Badan mengurus. (Kusuma, Hardy,2012)

Keluhan yang

dirasakanpasientuberkolosisdapatbermacam-macamataumalahbanyakpasien TB

parutanpakeluhansamasekalidalampemeriksaankesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah :

a. Demam

Biasanya sufebril menyerupai demam influensa.Tetapi kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-410 C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influensa. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.

b. Batuk / Batuk Darah

Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya irritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batukkering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulusis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.

(13)

Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.

d. Nyeri Dada

Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik atau melepaskan nafasnya.

e. Malaise

Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia, BB menurun, sakitkepala, meriang, nyeriotot, keringatmalam, dll. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara teratur.

9. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Radiologis

Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis yang praktis untuk menemukan lesi tuberkulosis. Pemerikasaan ini memang membutuhkan biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum, tetapi dalam beberapa hal ia memberikan keuntungan seperti pda tuberkulosis anak-anak dan tuberkulosis milier. Pada kedua hal diatas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif.Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru ( segmen apikal lobus atas atu segemen apikal lobus bawah) tetapi dapt pula mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupi tumor paru (misalnya pada tuberkulosis endobronkial).Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia, gambara radiologi berupa bercak-bercak seperti awandan dengan batas-batas yang tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas. Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma.Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru. Gambaran radiologis lain yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis), masa cairan di bagian bawah paru (efusi pleura/empiema), bayangan hitam radio-lusen di pinggir paru atau pleura (pneumothoraks).Pada suatu foto dada sering didapatkan bemacam-macam bayangan sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat, garis-garis fibrotik, kalsifikasi, kavitas (non sklerotik maupun sklerotik) maupun antelekstasis dan empisema.

(14)

rumah sakit rujukan adalah Computed Tomography Scanning (CT Scan). Pemeriksaan ini lebih superior dibanding radiologis biasa. Perbedaan densitas jaringan terlihat lebih jelas dan sayatan dapat dibuat transversal.

Pemeriksaan lain yang lebih canggih lagi adalah Magnetic Resonance Imaging (MRI). Pemeriksaan MRI ini tidak sebaik CT Scan, tetapi dapat mengevaluasi proses-proses dekat apeks paru, tulang belakang, perbatasan dada-perut. Sayatan bila dibuat transversal, sagital dan koronal.

b. Pemeriksaan Laboratorium

1.

Darah

Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kadang-kadang meragukan, hasilnya tidak sensitif dan juga tidak spesifik. Pada saat tuberkulosis baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih di bawah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap darah mulai turun ke arah normal lagi.Hasil pemeriksaan darah lain didapatkan juga : anemia ringan dengan gambaran normokrom dan normositer, gama globulin meningkat, kadar natrium darah menurun pemeriksaan tersebut di atas nilainya juga tidak spesifik.

2.

Sputum

Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman BTA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Disamping itu pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah dapat diberikan. Pemeriksaan ini mudah dan murah sehingga dapat dikerjakan dilapangan (puskesmas). Tetapi kadang-kadang tidak mudah untuk mendapat sputum, terutama pasien yang tidak batuk atau batuk yang non produktiv. Dalam hal ini dianjurkan dalam satu hari sebelum pemeriksaan sputum dianjurkan minum air sebanyak ±2ltr dan diajarkan melakukan refleks batuk. Dapat juga dengan memberikan tambahan obat-obat mukolitik eks-pektoran atau dengan inhalasi larutan garam hipertonik selama 20 – 30 menit. Bila masih sulit , sputum dapat diperoleh dengan cara bronkoskopi di ambil dengan brushing atau bronchial washing atau BAL ( broncho alveolar lavage). BTA dari sputum bisa juga di dapat dengan cara bilasan lambung. Hal ini sering dikerjakan pada anak-anak karena mereka sulit mengeluarkan dahaknya. Sputum yang akan di periksa hendaknya sesegar mungkin.

(15)

terbuka keluar, sehingga sputum yang mengandung kuman BTA mudah keluar. Diperkiran di Indonesia ditemukan pasien BTA positif tetapi kuman tersebut tidak ditemukan di dalam sputum mereka.Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain 5000 kuman dalam 1mL sputum.

Untuk pewarnaan sediaan dianjurkan memakai cara Tan Thiam Hok yang merupakan muldifikasi gabungan cara pulasan Kinyoun dan Gabbet.Cara pemeriksaan sediaan sputum yang dilakukan adalah :

a) Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop biasa

b) Pemeriksaan sediiaan langsung dengan mikroskop fluoresens (pewarnaan khusus)

c) Pemeriksaan dengan biakan ( kultur ) d) Pemeriksaan terhadap resistensi obat

Saat ini sudah dikembangkan pemeriksaan biakan sputum BTA dengan cara Bactec (Bactec 400 Radiometric System), dimana kuman sudah dapat dideteksi dalam 7-10 hari. Disamping itu dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) dapat dideteksi DNA kuman TB dalam waktu yang lebih cepat atau mendeteksi M. tuberculosae yang tidak tumbuh pada sediaan biakan. Dari hasil biakan biasanya dilakukan juga pemeriksaan terhadap resistensi obat dan identifikasi kuman.Kadang-kadang dari hasil pemeriksaan mikroskopis biasa terdapat kuman BTA (positif), tetapi pada biakan hasilnya negatif. Ini terjadi pada fenomen dead bacilli atau non culturable bacilli yang disebabkan keampuhan panduan obat antituberkulosis jangka pendek yang cepat mematikan kuman BTA dalam waktu pendek.Untuk pemeriksaan BTA sediaan mikroskopis biasa dan sediaan biakan, bahan-bahan selain sputum dapat juga diambil dari bilasan bronkus, jaringan paru, pleura, cairan pleura, cairan lambung, jaringan kelenjar, cairan serebrospinal, urin dan tinja.

3. Tes Tuberkulin

(16)

persenyawaan antara antibodi seluler dan antigen tuberkulin. Banyak sedikitnya reaksi persenyawaan antibodi selular dan antigen tuberkulin amat dipegaruhi oleh antibodi humoral, makin besar pengaruh antibodi humoral, makin kecil indurasi yang ditimbulkan.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, hasil test mantoux ini dibagi dalam:

a)

Indurasi 0-5mm (diameternya) : Mantoux negatif= golongan non sensitivy. Disini peranan antibodi humoral apaling menonjol.

b)

Indurasi 6-9 mm : hasil meragukan= golongan low grade sensitivy. Disini peran antibodi humoral masih menonjol.

c)

Indurasi 10-15 mm : Mantoux positif= golonagan normal sensitivy. Disini peran kedua antibodi seimbang.

d)

Indurasi lebih dari 15 mm : Mantoux positif kuat= golongan hypersensitivy. Disini peran antibodi selular paling menonjol.

e)

Untuk pasien dengan HIV positif, Test Mantoux ± 5 mm, dinilai positif.

10.Komplikasi

Penyakit tuberculosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.

a. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus, Poncet’sarthropathy

b. Komplikasi lanjut :obstruksi jalan nafas (SOPT—Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat, fibrosis paru, korpulmonal, amiloidosis, sinrom gagal nafas dewasa (ARDS), sering terjadi pada milier dan kavitas TB.

Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2238), komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan tuberculosis Paru, yaitu :

a. Pleuritis tuberkulosa

Terjadi melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening, sebab lain dapat juga dari robeknya perkijuan ke arah saluran getah bening yang menuju ronggal pleura, iga atau columna vertebralis.

b. Efusi pleura

Kelaurnya cairan dari peembuluh darah atau pembuluh limfe ke dalam jaringan selaput paru, yang disebabkan oleh adanya penjelasan material masuk ke rongga pleura. Material mengandung bakteri dengan cepat mengakibatkan reaksi inflamasi dan exudat pleura yang kaya akan protein.

c. Empiema

Penumpukann cairana terinfeksi atau pus (nanah) pada cavitas pleura, rongga pleura yang di sebabkan oleh terinfeksinya pleura oleh bakteri mycobacterium tuberculosis (pleuritis tuberculosis).

(17)

Infeksi mycobacteriym pada laring yang kemudian menyebabkan laryngitis tuberculosis.

e. TBC Milier (tulang, usus, otak, limfe)

Bakteri mycobacterium tuberculosis bila masuk dan berkumpul di dalam saluran pernapasan akan berkembang biak terutama pada orang yang daya tahan tubuhnya lemah, dan dapat menyebat melalaui pembuluh darah atau kelenjar getah bening, oleh karena itu infeksi mycobacterium tuberculosis dapat menginfeksi seluruh organ tubuh seperti paru, otak, ginjal, dan saluran pencernaan.

f. Keruskan parenkim paru berat

Mycobacterium tuberculosis dapat menyerang atau menginfeksi parenkim paru, sehingga jika tidak ditangani akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada parenkim yang terinfeksi.

g. Sindrom gagal napas (ARDS)

Disebabkan oleh kerusakan jaringan dan organ paru yang meluas, menyebabkan gagal napas atau ketidak mampuan paru-paru untuk mensuplay oksigen ke seluruh jaringan tubuh.

h. Kor pulmonale

Merupakan gagal jantung kongesif karena ada tekanan balik akibat kerusakan paru, dapat terjadi bila terdapat destruksi paru yang amat luas. Keadaan ini juga dapat terjadi sekalipun penyakit tuberkulosis sudah tidak aktif lagi, tetapi meninggalkan banyak jaringan parut. Pengobatan dini terhadap penyakit tuberkulosis dengan jelas dapat mengurangi komplikasi ini.

i. Aspergiloma

Aspergillosis merupakan infeksi yang disebabkan moulds sphrophyte dari genus aspergillus dapat ditemukan di tanah, air dan tumbuhan yang mengalami pembusukan dan spesies aspergillus yang sering menyebabkan infeksi pada manusia yaitu aspergillus fumigatus. Umumnya aspergillus akan menginfeksi paru-paru, yang menyebabkan empatsindrom, yakni Allergic Bronchopulmonary Aspergillosis (ABPA), Chronic Necrotizing Pneumonia Aspergillosis (CNPA), aspergiloma dan aspergilosis invasif. Pada pasien yang imunokompromais aspergilosis juga dapat menyebar ke berbagai organ menyebabkan endoftalmitis, endokarditis, dan abses miokardium, ginjal, hepar, limpa, jaringan lunak, hingga tulang. Aspergiloma merupakan fungus ball (misetoma) yang terjadi karena terdapat kavitas di parenkim akibat penyakit paru sebelumnya. Penyakit yang mendasarinya bisa berupa TB (paling sering) atau proses infeksi dengan nekrosis, sarkoidosis, fibrosiskistik dan bula emfisema.

(18)

Kematian sudah pasti bila penyakit TB tidak diobati. Makin dini penyakit ini diagnosis dan diobati, makin besar kemungkinan pasien sembuh tanpa kerusakan serius menetap. Makin baik kesadaran pasien ketika pengobatan dimulai, makin baik prognosisnya. Bila pasien dalam keadaan koma, prognosis untuk sembuh sempurna sangat buruk. Sayangnya pada 10% - 30% pasien yang dapat bertahan hidup terdapat beberapa kerusakan tetap. Oleh karena akibat dari penyakit ini sangat fatal bila tidak terdiagnosis. (Hasanah, 2010).

12.

Klasifikasi

Klasifikasi diagnosis TB paru adalah : a. TB paru :

1) BTA mikroskopis langsung (+) atau biakan (+), kelainan foto toraks menyokong TB dan gejala klinis sesuai TB.

2) BTA mikroskopis langsung atau biakan (-), tetapi kelainan rotgen dan klinis sesuai TB dan memberikan perbaikan pada pengobatan awal anti TB (initial therapy). Pasien golongan ini memerlukan pengobatan yang adekuat

b. TB paru tersangka

Diagnosis tahap ini bersifat sementara sampai hasil pemeriksaan BTA didapat (paling lambat 3 bulan). Pasien dengan BTA mikroskopis langsung (-) atau belum ada hasil pemeriksaan atau pemeriksaan belum lengkap, tetapi kelainan rotgen dan klinis sesuai TB paru. Pengobatan dengan anti TB sudah dapat dimulai.

c. Bekas TB (tidak sakit)

Ada riwayat TB pada pasien di masa lali dengan atau tanpa pengobatan atau gambaran rotgen noemal atau abnormal tetapi stabil pada foto serial dan sputum BTA (-). Kelompok ini tidak perlu diobati.

Berdasarkan terapi WHO membagi menjadi 4 kategori, yaitu:

a. Kategori I : ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dankasus baru dengan batuk TB berat.

b. Kategori II : ditujukan terhadap kasus kambuh dan kasus gagal dengansputum BTA positif.

c. Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainanparu yang tidak luas dan kasus TB ekstra paru selain dariyang disebut dalam kategori I d. Kategori IV : ditujukan terhadap TB kronik. (Kusuma, Hardy,2012)

13.

Penatalaksanaan Medis

Zain (2001) membagi penatalaksanaan medis tuberkulosis paru menjadi tiga bagian, yaitu pencegahan, pengobatan, dan penemuan penderita (active case finding).

a. Pencegahan Tuberkulosis Paru

1)

Pemeriksaan kontak

(19)

klinis dan radiologis. Bila test tuberkulin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thoraks diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi konversi hasil test tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.

2)

Mass chest x-ray

Mass chest x-ray yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok populasi tertentu.

3)

Vaksinasi BCG

Vaksin Bacille Calmette Guerin (BCG), satu bentuk strain hidup basil TB sapi yang dilemahkan adalah jenis vaksin yang paling banyak dipakai diberbagai Negara. Pada vaksinasi BCG, organisme ini disuntikan ke kulit untuk membentuk vokus primer yang berdinsing, berkapur dan berbatas tegas. BCG tetap berkemampuan untuk meningkatkan resistensi imunologis pada hewan dan manusia. Infeksi primer dengan BCG memiliki keuntungan daripada infeksi dengan organisme virulent karena tidak menimbulkan penyakit pada pnjamunya.

4)

Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12 bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer atau utama adalah bayi yang menyusui pada ibu dengan BTA positif, sedangkan kemoprofilaksis sekunder diperlukan bagi kelompok berikut:

a)

Bayi dibawah lima tahun dengan hasil test tuberkulin positif karena resikotimbulnya TB milier dan meningitis TB,

b)

Anak dan remaja dibawah 20 tahun dengan hasil test tuberkulin positif yang bergaul erat dengan penderita TB yang menular,

c)

Individu yang menunjukkan konversi hasil test tuberkulin dari negatif menjadi positif,

d)

Penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat imunosupresif jangka panjang,

e)

Penderita diabetes melitus.

5) Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis kepada masyarakat di tingkat Puskesmas maupun di tingkat rumah sakit oleh petugas pemerintah maupun petugas LSM (misalnya Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Paru Indonesia—PPTI)

b. Pengobatan Tuberkulosis Paru

(20)

penularan. Untuk penatalaksanaan pengobatan tuberkulosis paru, berikut ini adalah beberapa hal yang penting untuk diketahui.

1) Mekanisme Kerja Obat anti-Tuberkulosis

a) Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat.

b) Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan adalah Rifampisin (R) dan Streptomisin (S)

c) Intraseluler, jenis obat yang digunakan adalah Rifampisin dan Isoniazid (INH) 2) Aktivitas sterilisasi, terhadap the persisters (bakteri semidormant)

a) Ekstraseluler,jenis obat yang digunakan adalah Rifampisin dan Isoniazid b) Intraseluler, untuk slowly growing bacilli digunakan Rifampisin dan Isoniazid.

Untuk very slowly growing bacilli digunakan Pirazinamid (Z).

3) Aktivitas bakteriostatis, obat-obatan yang mempunyai aktivitas bakteriostatis terhadap bakteri tahan asam.

a) Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Etambutol (E), asam para-amino salisilik (PAS), dan sikloserine.

b) Intraseluler, kemungkinan masih dapat dimusnahkan oleh Isoniazid dalam keadaan telah terjadi resistensi sekunder.

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi dua fase yaitu fase intensif (2-3bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Panduan obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol (Depkes RI, 2004)

(21)

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Pengakajian

Pengkajian menurut 11 pola fungsi Gordon yaitu :

a.

Pola pemeliharaan kesehatan

1)

Adanya riwayat keluarga yang mengidap penyakit tuberculosis paru

2)

Kebiasaan merokok atau minum alkohol

3)

Lingkungan yang kurang sehat, pemukiman padat, ventilasi rumah yang kurang.

b.

Pola nutrisi metabolic

1)

Nafsu atau selera makan menurun

2)

Mual

3)

Penurunan berat badan

4)

Turgor kulit buruk,kering, kulit bersisik

c.

Pola eliminasi

1)

Adanya gangguan pada BAB seperti konstipasi

2)

Warna urin berubah menjadi agak pekat karena efek samping dari obat

1)

Kesulitan tidur pada malam hari

2)

Mimpi buruk

3)

Berkeringat pada malam hari

f.

Pola persepsi kognitif

Nyeri dada meningkat karena batuk

g.

Pola persepsi dan konsep diri

1)

Perasaan isolasi/ penolakan karena panyakit menular

2)

Perasaan tidak berdaya

h.

Pola peran hubungan dengan sesama

1)

Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran

2)

Frekuensi ineraksi antara sesame jadi kurang.

i.

Pola reproduksi seksualitas

Gangguan pemenuhan kkebutuhan biologis dengan pasangan

j.

Pola meknisme koping dan toleransi terhadap stress

1)

Menyangkal (khususnya selama hidup ini)

2)

Ansietas

3)

Perasaan tidak berdaya

k.

Pola sistem kepercayaan Kegiatan beribadah terganggu

2. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan retensi secret, mucus berlebih.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan perfusi ventilasi. c. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan hipoventilasi.

(22)

e. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.

f. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah. g. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

h. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan organisme purulen.

(23)

No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi a NOC :

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas efektif dengan kriteria hasil:

1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

2. Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

3. Mampu mengidentifikasikan dan mecegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas.

NIC:

1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chinlift atau jaw thrust bila perlu

2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

3. Identifikasi pasien perlu pemasangan alat bantu nafas buatan

4. Pasang mayo bila perlu

5. Keluarkan secret nafas, catat adanya suara tambahan

6. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

7. Lakukan suction pada mayo

8. Berikan bronkodilator bila perlu

9. Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab

10. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan

11. Monitor respirasi dan status O2

b NOC :

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan gangguan pertukaran gas teratasi dengan kriteria hasil:

3. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dypnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada chin lift atau jaw thrust bila perlu

2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

3. Identifikasi pasien perlu pemasangan alat bantu nafas buatan

4. Pasang mayo bila perlu

5. Keluarkan secret nafas, catat adanya suara tambahan

6. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

7. Lakukan suction pada mayo

8. Berikan bronkodilator bila perlu

9. Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab

10. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan

11. Monitor respirasi dan status O2

Repiratory Monitoring:

(24)

1. Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi.

2. Evaluasi

1. Bersihan jalan napas efektif. 2. Pertukaran gas tidak terganggu.

3. Pola napas efektif (12-24x/mnt pada orang dewasa). 4. Suhu tubuh dalam rentang normal ( 36,5℃−37,5 ) 5. Nyeri berkurang atau hilang.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. 2001.Buku AjarKeperawatan Medikal Bedah. Vol. 1. Jakarta:EGC

Syaifuddin.2011.Anatomi Fisiologi.Ed.4. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif.2001. Kapita Selekta Kedoteran. Jilid 1. Ed.3.Jakarta : EGC

Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC

Hardy, Kusuma. 2012.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA, NIC-NOC. Yogyakarta : Media Hadry

Guyton, Arthur C. & John E. Hall. 2006. Buku Ajar FisiologiKedokteran, Edisi 11. Jakarta: PenerbitBukuKedokteran EGC

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar AsuhanKeperawatanKliendenganGannguanSistemPernafasan. Jakarta: Salemba Medika

Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. Buku Ajar IlmuPenyakitDalamJilid II Edisi IV. Jakarta: PusatPenerbitanDepartemenIlmuPenyakitDalamFakultasKedokteranUniversitas

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kompetensi profesinal guru PKn di SMP Negeri 3 Palu sudah baik, karna telah memenuhi indikator-indikator kompetensi profesional guru

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor : BA.03/BOR.116.LPSE/ULP_POKJA III/LMD/VII/2014 tanggal 07 Juli 2014 untuk Pekerjaan Pemasangan Daya Listrik dan Instalasi

Selain para stakeholders yang sudah disebutkan di atas, perlu diperhatikan pula dampak yang dihadapi oleh stakeholders lainnya akibat dari perilaku tidak etis

Kajian tersebut tidak hanya terbatas pada teori dan konsep, melainkan juga perbandingan atau hubungan dengan ilmu-ilmu lainnya, seperti Hukum Tata Negara, Hukum

Pertama-tama, orang harus mengeluarkan uang yang banyak, termasuk pajak yang tinggi, untuk membeli mobil, memiliki surat ijin, membayar bensin, oli dan biaya perawatan pun

Sumber primer dalam hal ini adalah hasil-hasil penelitian atau tulisan karya peneliti atau teoritisi yang orisinil (Hadjar, 1996:83). Sumber primer ini

Buat Qe’Ester: Sister2 yang sudah sarjana Nally S.kep, Feibi L S.kep, Feby S S.kep, Helen M S.kep, Shanty S.kep dan yang akan segera sarjana juga Waty, Devi, Ita,

pendidikan tingkat sekolah, surat keputusan pembagian tugas mengajar, aturan akademik, jadwal pelajaran dalam rangka memenuhi standar isi, proses, penilaian, SKL,