• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Kajian Teori 2.1.1 Modul Pembelajaran 2.1.1.1.Pengertian Modul Pembelajaran - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika dengan Menerapkan Pendekatan Saintifik dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Kajian Teori 2.1.1 Modul Pembelajaran 2.1.1.1.Pengertian Modul Pembelajaran - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika dengan Menerapkan Pendekatan Saintifik dalam "

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Kajian Teori

2.1.1 Modul Pembelajaran

2.1.1.1.Pengertian Modul Pembelajaran

Modul pembelajaran satuan program belajar yang terkecil yang dapat

dipelajari oleh peserta didiksendiri secara perseorangan atau diajarkan oleh peserta

didikkepada dirinya sendiri “self-instructional” pendapat ini mengacu menurut

(Winkel, 2009:472). Sedangkan menurut (Ilham Anwar, 2010: 46) modul

pembelajaran merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik

dimana didalam modul pembelajaran tersebut mencakup isi materi, metode dan

evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri (belajar sendiri) untuk dapat mencapai

kompetensi yang diharapkan secara mandiri.

Berdasarkan pengertian modul pembelajaran yang telah diutarakan oleh

Winkel dan Ilham Anwar di atas maka penulis menyimpulkan bahwa modul

pembelajaran adalah salah satu bentuk bahan ajar cetak yang memiliki sifat “

self-instructional” dimana didalam modul tersebut memuat suatu konsep yang mencakup

seluruh materi yang akan dipelajari, metode yang digunakan dalam proses

pembelajaran dan evaluasi yang dapat memberikan penilaian dari hasil pembelajaran.

Selain itu modul pembelajaran dapat digunakan secara mandiri dan dikemas secara

sistematis agar dapat membuat modul tersebut terlihat menarik sehingga dapat

menarik minat peserta didikuntuk belajar. Dari modul tersebut berharap dapat

meningkatkan hasil belajar dan rasa suka terhadap pelajaran matematika bertambah.

2.1.1.2.Karakteristik Modul

Menurut Syauqi (2012 dalam Chosim S. Widodo dan Jasmadi 2008:50) agar

modul mampu meningkatkan motivasi dan efektifitas penggunaanya, modul harus

memiliki kriteria yang dapat menarik minat siswa. Kriteria modul pembelajaran

dibedakan menjadi lima jenis, kelima jenis tersebut diantaranya: Self instructional,

(2)

7

disebutkan yaitu karakteristik “Self instructional” karena karakter ini dirasa cocok

untuk diterapkan dalam Modul Pembelajaran Matematika Khususnya Pada Materi

Pecahan untuk Kelas 5 SD N 01 Jumo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan.

Modul dapat dikatakan mempunyai karakteristik “Self instructional” apa bila

peserta didikdapat belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain

(teman, guru atau pun yang lainnya) pada saat melakukan proses belajar. Untuk

memenuhi karakter self instruction tersebut maka peneliti harus: (1) membuat tujuan

yang pembelajaran yang jelas dan dapat menggambarkan pencapaian Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar, (2) memuat materi pembelajaran yang dikemas

dalam unit-unit kegiatan yang kecil/ spesifik dan menarik, sehingga memudahkan

peserta didikuntuk mempelajari dan peserta didikakan belajar hingga materi selesai,

(3) menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan materi yang akan

dipaparan pada saat pembelajaran. (4) menyantumkan berbagai macam soal-soal

latihan, tugas, dan sejenisnya yang yang dapat mengukur penguasaan materi siswa.

(5) kontektual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana yang dialami

(sebenarnya), tugas atau konteks kegiatan dan lingkungan siswa. (6) menggunakan

bahasa yang sederhana dan komunikatif agar peserta didiklebih mudah memahami

maksud dari setiap perintah yang ada di dalam modul pembelajaran. (7)

menyantumkan rangkuman materi pembelajaran (8) menuliskan instrument

penilaian, yang memungkinkan peserta didikmelakukan penilaian sendiri (self

assessment). (9) selalu memberikan umpan balik atas apa yang telah dikerjakan oleh

siswa, sehingga peserta didikmengetahui seberapa tinggi tingkat mereka dapat

menguasai materi. (10) memberikan informasi tentang rujukan/ pengayaan/ referensi

yang mendukung materi pembelajaran yang telah disajikan.

2.1.1.3.Komponen-Komponen Modul Pembelajaran

Menurut Mustaji (2008: 30-32) komponen-komponen modul pembelajaran

dibagi menjadi tujuh. Dari kebujuh komponen tersebut: (a) perumusan tujuan

(3)

8

tingkah laku yang diharapkan dari peserta didiksetelah mereka mempelajari modul,

(b) petunjuk guru. Petunjuk guru ini memuat tenyang penjelasan bagi cara untuk

mengajarkan sebuah materi kepada peserta didikagar dapat terlaksana dengan

efisien, memberikan penjelasan tentang macam-macam kegiatan yang dilaksanakan

oleh peserta didik. Modul pembelajaran berisi materi-materi pelajaran yang harus

dikuasai oleh peserta didikserta dicantumkan buku sumber yang harus dipelajari

peserta didikuntuk melengkapi materi, (d) Lembar Kerja Siswa (LKS) ini berisikan

pertanyaan-pertanyaan yang ada pada lembar kegiatan yang harus dikerjakan peserta

didiksetelah mereka selesai menguasai materi, (e) kunci lembar kerja peserta

didikdigunakan untuk mengoreksi sendiri jawabannya dengan menggunakan kunci

lembar kerja setelah mereka berhasil mengerjakan lembar kerja, (f) lembar evaluasi

ini berupa pest test dan rating scale, hasil dari post-test inilah yang dijadikan guru

untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan modul pembelajaran yang mana membantu

proses pembelajaran siswa, (g) kunci lembar evaluasi test dan rating scale beserta

kunci jawaban yang tercantum pada lembaran evaluasi. Lembar evaluasi tersebut

digunakan untuk mengetahui apakah modul pembelajaran matematika layak

digunakan atau tidak.

2.1.1.4.Prosedur Penyusunan Modul

Modul Pembelajaran Matematika disusun berdasarkan prosedur

pengembangan suatu modul pembelajaran. ,dalam prosedur penyusunan modul

pembelajaran diantaranya; 1) analisis kebutuhan, 2) pengembangan desain modul, 3)

implementasi, (4) penilaian, evaluasi dan validasi, serta jaminan kualitas.

Pengembangan desain modul pembelajaran dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu

menetapkan strategi pembelajaran dengan menggunakan media, memproduksi modul,

dan mengembangkan perangkat penilaian suatu produk. Dengan demikian, modul

disusun dengan desain yang telah ditetapkan. Dalam konteks ini, desain modul

ditetapkan berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun

oleh guru dengan modul pembelajaran dibuat sesuai dengan kebutuhan peserta

(4)

9

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Isi modul pembelajaran harus

mencakup substansi yang dibutuhkan untuk menguasai suatu kompetensi. Satu modul

pembelajaran disarankan terdiri dari 2-4 kegiatan pembelajaran. Apabila pada Standar

Kompetensi yang ada pada KTSP/ Silabus/ RPP ternyata memiliki lebih dari 4

kompetensi dasar, maka sebaiknya dilakukan reorganisasi Standar Kompetensi (SK)

dan Kompetensi Dasar (KD) terlebih dahulu. Berikut ini langkah-lngkah penyusunan

modul pembelajaran.

1. Analisis kebutuhan modul

Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis silabus dan RPP

untuk memperoleh informasi mengenai materi yang dibutuhkan oleh peserta didik.

Selain itu penilis dapat mengetahui kedalaman materi yang telah diprogramkan.

Nama atau judul modul sebaiknya disesuaikan dengan kompetensi yang terdapat

pada silabus dan RPP. Pada dasarnya pada setiap satu Standar Kompetensi

dikembangkan menjadi satu modul dan satu modul terdiri dari 2-4 kegiatan

pembelajran.

Tujuan dari analisis kebutuhan modul pembelajaran itu sendiri adalah untuk

mengidentifikasi dan menetapkan jumlah modul yang harus dikembangkan dalam

satu satuan program tertentu. Satuan program tertentu dapat diartikan sebagai satu

tahun pelajaran, satu semester, satu mata pelajaran atau yang lainnya.

Analisis kebutuhan modul pembelajaran itu sendiri dapat dilakukan dengan

enam langkah-langkah. Keenam langkah tersebut diantaranya sebagai berikut: (a)

tetapkan satuan program yang akan dijadikan batas/ lingkup kegiatan yang akan

dikembangkan apakah akan dibuat program tahunan atau bulanan, (b) periksa

kembali apakah sudah ada program atau rambu-rambu oprasional untuk pelaksanaan

program tersebut, (c) identifikasi dan analisislah Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar yang akan dipelajari, sehingga diperoleh materi pembelajaran

yang perlu dipelajari untuk menguasai indicator yang tersebut, (d) langkah

(5)

10

yang dapat mewadahi materi-materi yang telah ditentukan. Satuan bahan ajar ini

diberi nama dan dijadikan sebagai judul modul, (e) dari daftar satuan bahan ajar

(modul) yang dibutuhkan perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui mana yang

sudah ada dan yang belum tersedia disekolah, (f) lakukan pembuatan modul

pembelajaran berdasarkan prioritas kebutuhannya yang ada disekolah dan diperlukan

oleh siswa.

Untuk menganalisis kebutuhan Modul Pembelajaran Matematika dapat

dilakukan dengan membuat format analisis kebutuhan Modul Pembelajaran

Matematika. Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan peneliti dalam

menganalisis kebutuhan Modul Pembelajaran Matematika. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

Tabel 1

Format Analisis Kebutuhan Modul Mata Pelajaran :

Standar Kompetensi :

Kompetensi

Dasar Pengetahuan Keterampilan Sikap

Judul

Modul

Ketersediaan

Tersedia Belum Tersedia

Setelah kebutuhan modul telah diperoleh, langkah selanjutnya adalah

membuat peta modul. Peta modul merupakan tata letak atau kedudukan modul pada

suatu satuan program yang digambarkan dalam bentuk diagram. Pembuatan peta

modul sendiri disusun dengan mengacu kepada diagram pencapaian kompetensi yang

terdapat dalam KTSP. Setiap judul modul yang telah terbentuk langkah selanjutnya

adalah menganalisis modul tersebut apakah sesuai dengan modul yang lainnya.

(6)

11

Pemetaan Modul

2 Desain Modul

Desain penulisan modul yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun oleh guru kelas. Dalam RPP

telah memuat strategi pembelajaran dan media yang akan digunakan, garis besar

materi pembelajaran dan metode penilaian serta perangkatnya proses pembelajaran

yang lain. Dengan demikian, RPP merupakan desaian dalam penyusunan/ penulisan

modul pembelajaran.

Penulisan Modul Pembelajaran Matematika disusun dengan diawali dengan

menyusun konsep modul. Penulisan modul dilakukan sesuai dengan RPP yang telah

dirancang oleh guru kelas. Namun, apabila RPP belum tersedia maka dapat

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. (a) tetapkan kerangka materi

yang akan disusun dalam Modul Pembelajaran Matematika, (b) tetapkan tujuan akhir

(performance objective) dari pembelajaran tersebut, yaitu kemampuan yang harus

dicapai peserta didik setelah selesai belajar dengan menggunakan Modul

Pembelajaran Matematika, (c) tetapkan tujuan yang akan dicapai, yaitu kemampuan Silabus/RPP

Judul Modul

Peta Modul

Pengetahuan, keterampilan, sikap.

Daftar Judul Modul Analisis Kebutuhann

(7)

12

spesifik yang diperoleh peserta didiksetelah belajar dengan menggunakan Modul

Pembelajaran Matematika, (d) siapkan lembar evaluasi untuk mengetahui sejauh

mana tingkat keberhasilan yang diraih saat menyusun Modul Pembelajaran

Matematika, (e) tetapkan garis-garis besar materi yang akan dibahas pada Modul

Pembelajaran Matematika, yaitu dengan cara menganalisis komponen-komponen

Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator, deskripsi materi secara jelas dan

singkat,pertimbangkan estimasi waktu yang diperlukan disetiap pertemuannya, dan

sumber pustaka apa bila RPP-nya sudah ada, (f) materi/ substansi yang ada di dalam

modul berupa konsep/ prinsip-prinsip, fakta penting yang terkait dan dapat

mendukung untuk pencapaian kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik, (g)

tugas, soal, dan praktik/ latihan yang harus dikerjakan oleh peserta didik, (h) evaluasi

atau penilaian yang bervungsi untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam

menguasai Modul Pembelajaran Matematika, dan (i) kunci jawaban dari setiap soal

harus sesuai dan tepat.

Langkah-langkah penyusunan buram modul ini digunakan untuk membantu

membuat garis besar suatu modul pembelajaran yang akan dibuat. Dengan

penyusunan buram modul diharapkan dapat membantu memudahkan menyusun

konsep modul pembelajaran yang akan dirancang. Adapun langkah-langkah

(8)

13

Penyusunan Buram/ Konsep Modul

3. Implementasi

Implementasi pembelajaran dilaksanakan susai dengan alur yang telah

dituliskan dalam modul pembelajaran. bahan, alat, media, dan lingkungan belajar

yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran diupayakan dapat dipenuhi agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai dan peserta didik dapat belajar dengan nyaman.

4. Penilaian

Penilaian hasil belajar dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat

penguasaan materi disetiap peserta didik setelah mempelajari seluruh materi yang

ada dalam modul pembelajaran. Penilaiian pelaksanaan mengikuti ketentuan yang

telah dirumuskan di dalam modul pembelajaran. Penilaian hasil belajar dilakukan

(9)

14 5. Evaluasi dan Validasi

Modul pembelajaran yang masih digunakan dalam kegiatan pembelajaran,

secara periodic harus dilakukan evaluasi dan validasi. Evaluasi dilakukan untuk

mengetahui dan mengukur apakah implementasi pembelajaran dengan modul dapat

dilakukan sesuai dengan desain pengembangannya. Untuk memenuhi evaluasi dapat

dikembangkan suatu instrument evaluasi yang didasarkan pada karakteristik modul

tersebut. Instrument ditujukan baik untuk guru maupun peserta didik, karena

keduanya terlibat langsung dalam proses implementasi suatu modul. Dengan

demikian hasil evaluasi dapat objektif.

Sedangkan validasi merupakan proses untuk menguji kesesuaian modul

dengan kompetensi yang menjadi target belajar. Bila isi modul sesuai (evektif) untuk

mempelajari kompetensi yang menjadi target belajar, maka modul dinyatakan valid

(sahih). Validasi dapat dilakukan dengan cara meminta bantuan ahli yang menguasai

kompetensi dibidangnya. Bila tidak ada, maka dilakukan oleh guru yang mengajar

pada bidang atau kompetensi yang ditentukan.

Prosedur ini harus dilakuan karena hasil penilaian dari evaluasi dan validasi

dapat membantu untuk mengetahui tingkat kelayak modul, kedalaman materi,

kesesuaian materi, kekurangan dan kelemaham dari modul tersebut. Hasil validasi ini

kemudian digunakan sebagai bahan untuk merevisi modul pembelajaran agar modul

menjadi lebih menarik dan layak untuk digunakan.

Apabila hasil penilaian pakar (ahli) menunjukkan nilai kurang (dibawah

rata-rata dapat digunakan) maka modul pembelajaran harus diperbaiki terlebih dahulu.

Namun apabila modul pembelajaran telah mendapatkan nilai yang menyatakan modul

tersebut dapat dilakukan maka dapat lanjut ketahap senjutnya. Itulah sebabnya

mengapa revisi dan validitas sangatlah diperlukan didalam pembuatan modul

pembelajaran ini. Untuk dapat mengetahui alur revisi dan validasi produk dapat

(10)

15

Validasi Modul

6. Jaminan Kuwalitas

Untuk menjamin bahwa modul yang disusun telah memenuhi

ketentuan-ketentuan yang dilakukan dalam pengembangan suatu modul pembelajaran, maka

selama proses pembelajarannya perlu dipantau untuk meyakinkan bahwa modul

tersebut disusun sesuai dengan desain yang ditetapkan. Demikian pula, modul yang

dihasilkan perlu diuji untuk mengetahui kualitas modul pembelajara. Untuk

menjaminan mutu suatu modul pembelajaran, dapat dikembangkan suatu standar

oprasional prosedur dan istrumen untuk menilai kuwalitas suatu modul pembelajaran.

2.1.1.5.Keunggulan dan Keterbatasan Modul Pembelajaran

Dalam sebuah bahan ajar pasti ada kelemahan dan kelebihannya. Hal tersebut

berlaku pula pada modul pembelajaran. Modul pembelajaran terdapat beberapa

kelemahan dan kelebihan yang dapat digunakan untuk behen pertimbangan apabila

akan membuat sebuah modul pembelajaran. Berikut ini adalah kelemahan dan

kebihan modul pembelajaran yang dituliskan pada tabel 2 berikut ini. Draft

Validasi

Uji Coba

Modul

Penyempurnaan

(11)

16 Tabel 2

Analisis Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Saintifik

Komponen Kelebihan Kelemahan

Mengamati

 Peserta didik senang dan tertantang apabila belajar dengan menngunakan modul,  Memfasilitasis peserta didik

untuk memenuhi rasa ingin

 Dalam prosesnya, peserta didik seringkali acuh tak

 Bertanya, membuat peserta didik proaktif dalam mencari pembuktian atas penalarannya.

 Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.  Mendorong dan menginspirasi

peserta didik untuk aktif belajar, serta bertanya,

 Jenis pertanyaan terkadang kyrang relevan.

 Kualitas pertanyaan peserta didik masih rendah.

Menalar  Melatih peserta didikuntuk mengkaitkan hubungan sebab-akibat

(12)

17

 Merangsang peserta didik untuk berfikir tentang

 Peserta didik diberikan

kesempatan untuk

 Percobaan yang dilakukan oleh peserta didik seringkali tidak diikuti oleh rasa bertanggung jawab atas hasil temuannya.

 Peserta didik diharapkan

dapat membuat/ menyusun ide secara terstruktur agar mudah disampaikan.

2.1.2 Hakikat Matematika di Sekolah Dasar 2.1.2.1.Pengertian Pembelajaran Matematika SD

Pembelajaran merupakan proses kegiatan memilih, menetapkan dan

mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan

Hamzah R. Uno (2010: 83). Hal tersebut perlu dilakukan sebagai penunjang proses

pembelajaran. Menurut Ruseffendi dalam Heruman (2008:1) matematika yaitu

bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu

tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi (mulai dari unsur yang tidak

(13)

18

kedalil). Sedangkan menurut Reys dalam Sri Subarinah (2006:1) matematika

merupakan telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berfikir, suatu

seni, suatu bahasa dan suatu alat. Oleh karena itu, hakikat matematika yaitu

mempunyai objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan dan pola piker yang

deduktif (Soedjadi dalam Haruman, 2008: 1).

Jadi berdasarkan pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa

matematika merupakan ilmu yang mempunyai pola saling berkaitan antara bilangan

dan mempelajari tentang struktur apstrak serta pola fikir yang deduktif.

2.1.2.2.Tujuan Pembelajaran Matematika SD

Menurut BNSP tahun 2006 Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta

didik memiliki kemampuan sebagai berikut. (1) memahami konsep matematika, agar

peserta didik dapat menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan

konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan

masalah, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan

serta pernyataan matematika dengan baik, (3) dapat memecahkan masalah yang

meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika yang

kreatif dan inovatif, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh,

(4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk

memperjelas keadaan atau masalah, (5) memiliki sikap menghargai kegunaan

matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat

dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan

masalah.

Dari pendapat diatas maka dapat dikerucutkan bahwa tujuan pembelajaran

matematika adalah untuk membimbing peserta didik untuk dapat menjadi pribadi

yang kreatf, inofatif, cekatan dan mempunyai sikap saling menghargai.

2.1.2.3.Kompetensi Dasar Matematika SD

Yang tercantum dalam Peraturan Mentri Pendidikan Nasional (Permendiknas

(14)

19

analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi

tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh,

mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang

selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Selain itu dimaksudkan pula untuk

mengembangkan kemampuan menggunakan Matematika dalam pemecahan masalah

dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel,

diagram, dan media lain.

Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran

matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka

dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk

meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan

memahami masalah, membuat model pembelajaran Matematika, menyelesaikan

masalah, dan menafsirkan solusinya.

Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai

dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem).

Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing

untuk menguasai konsep pembelajaran matematika. Untuk meningkatkan keefektifan

pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan

komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya. Berikut tabel Standar

Kompetensi dan kompetensi dasar Matematika kelas 5 Sekolah Dasar.

Tabel 3

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V, Semester 2

STANDAR

KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

Pecahan

5 Menggunakan pecahan

5.1Mengubah pecahan ke bentuk persen dan decimal serta sebaliknya.

(15)

20 dalam

pemecahan masalah

5.3Mengaitkan dan membagi berbagai bentuk pecahan

5.4 Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala

2.1.2.4.Pembelajaran Matematika SD

Dalam lampiran I Peraturan Mentri Pendidikan Nasional (Permendiknas No.

22 Tahun 2006 (2009: 9), mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua

peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan

kemampuan berpikir logis, analiisis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan

bekerjasama. Pembelajaran matematika dapat digunakan sebagai sarana pemecahan

masalah dan mengomunikasikan ide atau pun gagasan dengan menggunakan symbol,

table, diagram dan media yang lain. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran matematika merupan pembelajaran yang dapat digunakan sarana

pemecahan masalah dan tempat untuk mengomunikasikan ide ataupun gagasan

dengan menggunakan symbol, table, diagram, dan media yang lain.

Di dalam merancang suatu pembelajaran matematika seorang guru harus

mampu meranncang suatu pembelajaran yang menarik sehingga tujuan pembelajaran

yang telah direncanakan akan tercapai. Adapun tujuan umum pembelajaran

matematika menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi,

adalah agar peserta didikmemiliki kemampuan: 1) memahami konsep matematika,

menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma

secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, 2) menggunakan

penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat

generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika,

3) pemecahan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang

model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, 4)

mengkomunikasikan gagasan dan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk

memperjelas keadaan atau masalah, 5) memiliki sikap menghargai kegunaan

(16)

21 masalah.

2.1.2.5.Penilaian Matematika di Sekolah Dasar

Menurut Naniek Sulistya Wardani,dkk (2012: 144-145) Penilaian dalam

bentuk tes berdasarkan cara mengerjakan dapat dibedakan menjadi tes tertulis, tes

lisan, dan tes perbuatan.

1. Tes tertulis

Tes tertulis adalah tes yang soalnya harus dijawab peserta didik dengan

memberikan jawaban tertulis.

2. Tes lisan

Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan

tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik.

3. Tes perbuatan

Tes perbuatan adalah tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan

atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau

unjuk kerja.

2.1.3 Pendekatan Saintifik

2.1.3.1.Pengertian Pendekatan Saintifik

Implementasi pembelajaran yang diterapkan pada kurikulum 2013 dalam

pembelajaran sudah menggunakan pendekatan saintifik. Menurut (Hosman 2014: 34)

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa

agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui

tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),

merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipoteses, mengumpulkan data

dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan

mengomukasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Penerapan

pendekatan saintifik bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik

dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunanan pendekatan ilmiah,

(17)

22

searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan dapat

mendorong peserta didik untuk mencari tau dari berbagai sumber belajar tidak hanya

mengandalkan informasi didapatkan dari sekolah saja namun dapat diperoleh dari

masyarakat dan ditempat yang lain.

Dalam penerapan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik

dalam proses belajar mengajar melibatkan ketrampilan proses, seperti mengamati,

mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam

melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan namun hanya sebagai

fasilitator saja. Dengan demikian secara tidak langsung bantuan guru semakin

berkurang. Seiring bertambahnya kemampuan peserta didik untuk bisa memecahkan

suatu permasalahan dengan begitu proses pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan saintifik dinyatakan dapat memacu proses pembelajaran peserta didik

menjadi lebih mandiri (tidak bergantung pada guru saja).

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik memiliki

karakteristik sebagai berikut: (a) berpusat pada siswa, semua kegiatan pembelajaran

tidak lagi berpusat pada guru melainkan pada siswa, (b) melibatkan ketrampilan

proses sain dalam mengontruksi konsep, hukum, atau prinsip, dalam setiap proses

pembelajaran, (c) melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam

merangsang perkembangan intelektual, khususnya keterampilan berpikir tingkat

tinggi yang telah dimiliki oleh peserta didik, dan (d) dapat mengembangkan

karakteristik siswa menjadi pribadi yang berbudi pekerti luhur.

2.1.3.2.Tujuan Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada

keunggulan pembelajaran tersebut. Menurut (Hosman 2014: 34) beberapa tujuan

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik diantaranya: (1) untuk

meningkatkan kemampuan intelektual peserta didikkhususnya pada kemampuan

berfikir tingkat tinggi siswa, (2) untuk membantu memebntuk kemampuan peserta

didikdalam menyelesaiakan suatu masalah secara sistematik, (3) untuk menciptakan

(18)

23

didikdalam mengomunikasikan ide-ide yang terdapat pada fikiran mereka agar

mereka berani mengutarakan melalui kata lisan maupun tulisa khususnya dalam

menulis artikel ilmiah, (6) untuk mengembangkan karakter peserta didikitu sendiri.

a. Esensi Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik

pendekatan ilmiah “scientific approac” merupakan sebuah pijakan emas untuk mengembangkan sikap (ranah afektif), keterampilan (ranah psikomotorik), dan

pengetahuan (ranah kognitif). Pada suatu pendekatan yang dilakukan atau proses

kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para saintis lebih memilih untuk

menggunakan pelararan induktif “inductive reasoning” daripada penggunaan

penalaran deduktif “deductive reasoning”.

Penalaran deduktif “deductive reasoning” adalah bentuk penalaran yang

mencoba melihat fenomena-fenomena umum untuk kemudian membuat sebuah

simpulan yang khusus. Sedangkan penalaran induktif “inductive reasoning” adalah

kebalikan dari penalaran deduktif. Penalaran induktif memandang

fenomena-fenomena atau situasi-situasi yang khusus lalu berikutnya membuat sebuah

simpulan secara keseluruhan.

Esensi pada penggunaan penalaran induktif terdapat dalam bukti-bukti

khusus (spesifik) dimana bukti-bukti tersebut ditempatkan ke dalam suatu relasi

(hubungan) gagasan/ide yang lebih luas. Sedangkan metode ilmiah pada umumnya

meletakkan fenomena-fenomena unik dengan kajian khusus/spesifik dan detail

kemudian merumuskan sebuah simpulan yang bersifat umum.

Metode ilmiah merupakan sebuah metode yang merujuk pada

teknik-teknik penyelidikan terhadap suatu fenomena atau gejala untuk memperoleh

pengetahuan baru untuk dipadukan dengan pengetahuan sebelumnya. Agar dapat

dikatakan sebagai metode yang bersifat ilmiah, maka sebuah metode penyelidikan/

inkuiri/ pencarian “method of inquiry” haruslah didasarkan pada bukti-bukti dari

(19)

24

serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah

informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.

2.1.3.3.Kriteria Proses Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik

Pendekatan ilmiah “scientific approach” mempunyai kriteria proses pembelajaran sebagai berikut: (1) materi pembelajaran berbasis pada fakta atau

fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas

kriteria-kriteria, khayalan, legenda, atau dongeng semata, (2) penjelasan guru, respon

siswa, dan interaksi edukatif guru-peserta didikterbebas dari prasangka yang serta

merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis,

(3) mendorong dan menginspirasi peserta didikberpikir secara kritis, analitis, dan

tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan

mengaplikasikan materi embelajaran, (4) mendorong dan menginspirasi peserta

didikmampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu

sama lain dari materi pembelajaran, (5) mendorong dan menginspirasi peserta

didikmampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang

rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran, (6) berbasis pada konsep,

teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan, dan (7) tujuan

pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem

penyajiannya.

2.1.3.5.Prinsip-Prinsip Pendekatan Sintifik

Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah

sebagai berikut: (1) pembelajaran berpusat pada siswa, (2) pembelajaran memebentuk “students self concept”. (3) pembelajaran terhidar dari verbalisme, (4) pembelajaran memberikan kesempatan pada peserta didikuntuk mengasimilasi dan mengakomodasi

konsep, hukum, dan prinsip, (5) pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan

kemampuan berfikir siswa, (6) pembelajaran meningkatkan motivasi belajar peserta

didikdan motivasi mengajar guru, (7) memeberikan kesempatan kepada peserta

(20)

25 koknitifnya.

2.1.3.6.Langkah-langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Langkah-langkah pendekatan ilmiah “scientific approach” dalam prose

pembelajaran meliputi: menggali informasi melalui “observing” (pengamatan), “questioning” (bertanya), “experimenting” (percobaan), kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, “association (menalar), kemudian menyimpulkan, dan mencipta dan serta membentuk jaringan/ “networking.

Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin

pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi

seperti ini, tentu saja proses pembelajaran hrus tepat dalam menerapkan nilai-nilai

atau sifat-sifat ilmiah atau menghindari sifat-sifat non ilmiah. Pada saat mendapati

pembelajaran yang tidak dapat menggunakan pendekatan ilmiah dapat menggunakan

pendekatan yang lain. Disini peran guru sangat diperlukan dapat menentukan

pendekatan yang sesuai untuk diterapkan pada proses pembelajaran. Hal tersebut

dilakukan untuk mengimbangi agar peserta didik yang sudah terbiasa menggunakan

pendekatan ilmiah tidak jenuh ketika materi yang tak dapat diterapkan dengan

menggunakan pendekatan ilmiah tetap diminati oleh peserta didik.

2.1.3.7.Proses Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik

Untuk menerapkan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

saintifik terdapat tiga ranah pembelajaran. Dalam tiga ranah tersebut memiliki

porsinya masing-masing. Hal-hal yamg masuk di dalam ranah pembelajaran saintifik

yaitu “attitude” sikap, “knowledge” pengetahuan, dan “skill” ketrampilan. Untuk

lebih mudah difahami mari kita perhatikan tabel 4 dimana telah dijabarkan satu

(21)

26

Melihat, mengamai, membaca, mendengar, menyimak (tanpa dan dengan alat)

Menanya (questioning)

Mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai yang bersifat hipotesi; diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri (menjadi suatu kebiasaan).

Pengumpulan data (experimenting)

Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan yang diajukan, menentukan sumber data (benda, dokumen, buku, eksperimen) mengumpulkan data.

Mengasosiasi (associeting)

Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan hunungan data/ kategori, menyimpulkan dari hasil analisis data; dimulai dari unstructured-uni structure-multistructure-complicated structure.

mengomunikasikan Menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar atau media lainnya.

Aktifitas guru padasaat proses pembelajaran berlangsung adalah. (1)

menyediakan sumber belajar, (2) mendorong peserta didikberinteraksi dengan sumber

belajar (menugaskan), (3) mengajukan pertanyaan agar peserta didikmemikirkan hasil

interaksinya, (4) memantau persepsi dan proses berpikir peserta didikserta

memberikan “scaffodlin” , (5) mendorong peserta didikberdialog/ berbagi hasil

pemikirannya, (6) mengkonfirmasi pemahaman yang diproleh, dan (7) mendorong

peserta didikuntuk merefleksikan pengalaman belajarnya.

2.1.4. Modul Pembelajaran Matematika yang Dikembangkan dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik

Modul Pembelajaran yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah

modul pembelajaran yang mempunyai ciri khusus yaitu “Menerapkan Pendekatan

Saintifik Untuk Menjawab Soal-Soal Yang Ada Pada Kurikulum KTSP Kususnya

Pada Mata pelajaran Matematika Kelas 5 Dalam Standar Kopetensi Menggunakan

Pecahan Dalam Pemecahan Masalah”.

Kelebihan dari modul pembelajaran ini adalah materi yang tersusun dengan

(22)

27 dibandingkan dengan bahan ajar yang ada.

Harapan dari modul ini adalah peserta didiklebih antusias dalam belajar agar

dapat meningkatkan hasil belajara dan rasa takut dengan matematika berkurang.

2.1.5. Kelayakan Produk

Kelayakan modul pembelajaran merupakan kepantasan suatu modul

pembelajaran untuk digunakan sebagai media pembelajaran setelah mendapatkan

penilaian dari pakar serta diujikan langsung kepada siswa. Untuk mendapatkan

modul yang layak digunakan sebagai bahan ajar, maka penilaian modul harus

ditentukan berdasarkan aspek atau kriteria yang jelas.

Dalam buletin (BSNP, 2006) untuk melakukan penilaian buku teks pelajaran

Teknologi Informasi dan Komunikasi pada jenjang pendidikan SD/MI, SMP/MTs

dan SMA/MA/SMK terdapat empat aspek yang dinilai yang diuraikan dalam tabel

berikut ini.

Tabel 5

Aspek dan Indikator Kriteria Penilaian Modul

No Aspek Indikator

1 Komponen kelayakan isi

a. Dimensi sikap spiritual (ki-1) b. Dimensi sikap sosial (ki-2) c. Dimensi pengetahuan (ki-3) d. Dimensi keterampilan (ki-4)

2 Komponen penyajian

a. Teknik penyajian

b. Pendukung penyajian materi c. Penyajian pembelajara d. Kelengakapan penyajian

4 Komponen kebahasaan

a. Kesesuaian dengan perkembangan peserta didik

b. Keterbacaan

c. Kemampuan memotivasi

d. Kesesuaian dengan kaidah bahasa indonesia

(23)

28 5

Komponen grafik

a. Ukuran modul

b. Desain sampul modul c. Tipografi

d. desain isi modul

2.2Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan hasil dari kajian pustaka yang dilakukan penulis, penulis

menemukan beberapa hasil penelitian yang menggunakan Penelitian dan

Pengembangan yang berorientasi pada modul pembelajaran sebagai variabel

tindakannya (X) dan hasil belajar sebagai variabel (Y). Berikut ini adalah contoh

penelitian dengan Penelitian dan Pengembangan yang berorientasi pada modul

pembelajaran yang telah memberi bukti bahwa dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

Parmin E. Paniati (2012) yang berjudul ”Pengembangan Modul Matakuliah Strategi Belajar Mengajar IPA Berbasis Hasil Penelitian Pembelajaran”, menunjukan bahwa pengembangan modul matakuliah Strategi Belajar Mengajar IPA

dengan memanfaatkan artikel hasil penelitian sebagai rujuan utama dari jurnal

nasional dan internasional dinilai dapat digunakan sebagai bahan penunjang

pembelajaran.

Indaryanti, Yusuf Hartono dan Nyimas Aisyah (2008) yang berjudul ”Pengembangan Modul Pembelajaran Individual Dalam Mata pelajaran Matematika Di Kelas XI SMA Negri 1 Palembang”, menunjukkan bahwa modul yang dihasilkan dalam pengembangan pembelajaran ini, isi materi dalam modul sudah

sesuai dengan tujuan kurikulum, sudah sesuai dengan rancangan pembelajaran

individual dan dapat digunakan oleh peserta didikKelas XI SMA Negri 1 Palembang.

Ini berarti modul sudah valit dan praktis.

Eka Lestari dan Abdur Rahman As’ari (2013) yang berjudul ”Pengembangan Modul Pembelajaran Soal Cerita Matematika Kontekstual Berbahasa Inggris Untuk

Peserta didikKelas X” penelitian dan pengembangan yang dilakukan penulis

(24)

29

bagian pendahuluan, isi dan penutup. Modul pembelajaran yang dikembangkan dapat

memotivasi peserta didikuntuk belajar soal cerita persamaan kuadrat berbahasa

inggris. Hal ini dikarenakan soal cerita persamaan kuadrat yang dituliskan berkaitan

dengan permasalahan yang ada dikehidupan peserta didikdan desain yang digunakan

menarik. Soal cerita persamaan kuadrat yang ditulis belum pernah dibaca peserta

didiksebelumnya. Selain itu, modul dilengkapi dengan mini dictionary yang dapat

membantu peserta didikmemahami bahasa Inggris. Peserta didikdapat belajar secara

aktif dan mandiri dengan menggunakan modul karena modul ini dituliskan secara

sistematis dan dilengkapi langkah-langkah yang membimbing siswa. Namun, materi

yang dituliskan dalam modul ini hanya berkaitan dengan soal cerita persamaan

kuadrat kontekstual berbahasa Inggris. Jadi, modul ini belum dapat digunakan dalam

pembelajaran materi yang lain. Guru dan peserta didikjuga harus memiliki

kemampuan bahasa Inggris yang memadai untuk menggunakan modul ini.

N. Izzati1, N. Hindarto, dan S. D. Pamelasari (2013) “Pengembangan Modul

Tematik Dan Inovatif Berkarakter Pada Tema Pencemaran Lingkungan Untuk

Peserta didikKelas VII SMP” .Berdasarkan hasil penelitian bahwa modul tematik dan

inovatif berkarakter pada tema pencemaran lingkungan sudah layak sesuai dengan

syarat kelayakan BSNP. Modul tematik dan inovatif berkarakter pada tema

pencemaran lingkungan dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan karakter

peserta didiksecara positif, terutama pada karakter peduli lingkungan, rasa ingin tahu,

percaya diri, komunikatif, mandiri, dan gemar membaca.

2.3Kerangka Berfikir

Dalam pembelajaran seorang guru dituntut untuk menciptakan suatu proses

pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Dalam hal ini seorang guru dapat

memanfaatkan bahan ajar tambahan guna menunjang pembelajaran yang

menyenangkan. Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan adalah modul

pembelajaran yang di kembangkan dengan dilengkapi dengan langkah-langkah

(25)

30

peserta didiklebih tertarik untuk mempelajari. Rancangan soal evaluasi dalam bentuk

laboratorium mini, dan wordzap sehingga peserta didik akan termotivasi untuk

mempelajari materi tersebut.

Proses pengimplementasian model “Research and Development” yang

meliputi tahap pengembangan modul pembelajaran. Tahap pengembangan pada

penelitian ini meliputi: (1) identifikasi masalah, (2) studi pengumpulan informasi, (3)

desain media, (4) validasi desain, (5) revisi/perbaikan, (6) uji kelayakan pemakaian

media ke perserta didik, dan (7) produksi modul.

Hasil produk berupa modul pembelajaran matematika untuk SD kelas 5.

Produk tersebut akan di validasi dan diuji caba terlebih dahulu sebelum diberikan ke

siswa. Uji coba ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan-masukan maupun

koreksi tentang produk yang telah dihasilkan. Berdasarkan masukanmasukan dan

koreksi tersebut, produk tersebut direvisi/diperbaiki. Sedangkan pengujian ini

dilakukan dengan validasi para ahli yaitu dosen dan guru melibatkan dua ahli materi

dan dua ahli media pembelajaran.

Para pakar ahli media pembelajaran dan ahli materi diminta untuk mencermati

produk yang telah dihasilkan, kemudian diminta untuk memberikan

masukan-masukan tentang produk tersebut. Berdasarkan masukan-masukan-masukan-masukan dari para pakar,

produk berupa modul pembelajaran dalam Standar Kompetensi mengaitkan pecahan

dalam pemecahan masalah. Setelah proses revisi produk, langkah selanjutnya adalah

mengetahui respon peserta didik terhadap media pembelajaran dilakukan dengan

memberikan angket kepada peserta didik melalui proses pembelajaran. Hasil

pengujian berupa kelayakan bedasarkan para ahli dan peserta didik kemudian diolah

untuk dianalisis untuk mendapatkan krieteria kelayakannya.

2.4Hipotisis Penelitian

Produk yang dihasilkan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah

Modul Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik yang

dapat digunakan untuk menunjang proses pembelajaran, modul ini membahas tentang

(26)

31

menunjang proses pembelajaran matematika dan dapat menarik minat peserta

didikuntuk belajar. Adapun untuk lebih jelasnya kerangka produk Modul

Pembelajaran Matematika dapat dilihat pada bagan 4 sebagai berikut:

Bagan 4

Kerangka Produk Modul Pembelajaran

Studi pendahuluan

Siswa kurang tertarik dengan media pembelajaran yang digunakan, siswa merasa bosan saat dikelas, guru sudah menggunakan model yang berfariasi, minat siswa masih kurang.

Sasil belajar dan minat belahar siswa

bertambah

Gambar

Tabel 1 Format Analisis Kebutuhan Modul
Tabel 2
Tabel 3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Tabel 4
+2

Referensi

Dokumen terkait

  Ada  dua  konteks  yang  harus  dipahami  agar  siswa  mampu  belajar  secara  baik  dalam  proses  pembelajaran  dengan  pendekatan  metakognitif,  yaitu 

Guru diharapkan memiliki keterampilan memilih media pembelajaran elektronik, tetapi juga harus memiliki keterampilan untuk menggunakan media pembelajaran elektronik

Proses pembelajaran Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) harus dikembangkan melalui berbagai gaya, metode dan media teknologi agar mampu mengaktualisasikan potensi

Kegiatan uji coba terbatas ditutup pada 9 Mei 2017, dengan pelaksanaan tes evaluasi hasil belajar kognitif setelah pembelajaran (post-test) untuk mengetahui

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa discovery adalah suatu metode pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme berpusat

Berdasarkan data-data diatas, dapat disimpulkan bahwa Permainan monopoli dengan Pendekatan Scientific sebagai Media Pembelajaran Matematika Siswa SD Kelas 4 layak

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “ Pengembangan Media Pembelajaran

pendekatan saintifik melalui model pembelajaran Discovery Learning dengan model Group Investigation terhadap hasil belajar muatan IPA tema 8 subtema 2 pada siswa kelas 5 SD